Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Peredaran Produk Kosmetik Berbahaya Yang Mencantumkan Nomor Izin Edar Badan Pengawas Obat Dan Makanan Palsu (Studi Pada : BPOM Medan)

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Kosmetik dan kecantikan merupakan dua hal yang sulit untuk dipisahkan

dari wanita sejak dahulu. Hal ini dikarenakan setiap wanita menginginkan untuk
terlihat cantik dan menarik di setiap kesempatan. Karena dengan terlihat cantik
dan menarik

seorang wanita akan merasa lebih dapat diterima di kelompok

sosialnya dan juga dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri dari seorang wanita
tersebut.
Selain karena tuntutan lingkungan sosial yang menuntut seorang wanita
untuk tampil cantik dan menarik, ada juga keinginan dari dirinya sendiri sehingga
setiap wanita mengupayakan segala cara untuk dapat terlihat cantik dan menarik.
Berbagai usaha yang dapat dilakukan mulai dari yang berbiaya murah dengan
menggunakan cara-cara tradisional yang dapat dapat dilakukan sendiri di rumah,
sampai perawatan yang berbiaya mahal yang menggunakan jasa para terapis di

salon ataupun dokter di klinik kecantikan. Perawatan yang dilakukan juga mulai
dari ujung rambut sampai ujung kaki, diantaranya dengan melakukan facial,
masker, lulur, hingga pemakaian kosmetik.
Pemakaian kosmetik terutama bagi konsumen wanita merupakan salah
satu kebutuhan yang tidak dapat dihindari. Umumnya seorang wanita mulai
menggunakan kosmetik ketika ia mulai beranjak remaja dan dewasa karena telah
timbul kesadaran untuk merawat diri dan ingin terlihat cantik. Kebutuhan akan
kosmetik yang selalu ada bahkan meningkat ini menyebabkan meningkatnya

Universitas Sumatera Utara

persaingan antar produsen kosmetik. Para produsen kosmetik ini berlomba-lomba
untuk menghasilkan berbagai produk kosmetik dengan berbagai macam mutu dan
menjanjikan berbagai macam manfaat untuk menunjang kecantikan seseorang.
Dengan adanya arena persaingan memberi peluang bagi para pelaku usaha untuk
saling bersaing satu sama lain melalui strateginya masing-masing sebagai upaya
mempertahankan posisi. 1
Persaingan antar para pelaku usaha ini seringkali membuat pelaku usaha
mengabaikan standarisasi produk yang akan mereka jual kepada konsumen.
Standarisasi sangat penting peranannya untuk menghindari kemungkinan adanya

produk yang cacat atau berbahaya, maka perlu ditetapkan standar minimal yang
harus dipedomani dalam berproduksi untuk menghasilkan produk yang layak dan
aman untuk dipakai. 2
Banyak ditemukan berita-berita yang mengungkapkan perbuatan jahat para
pelaku usaha yang menimbulkan kerugian bagi pihak konsumen, diantaranya
seperti berita tentang ditemukannya kosmetik kadaluwarsa, kosmetik ilegal,
kosmetik yang mengandung zat aditif, kosmetik non-halal, kosmetik palsu dan
sebagainya yang diperjual belikan secara bebas kepada masyarakat dan
menimbulkan kerugian bagi masyarakat selaku konsumen, baik itu kerugian
materil maupun moril.
Masyarakat juga menjadi semakin khawatir dengan pemberitaan bahwa
banyak produk kosmetik yang beredar luas dan sering digunakan masyarakat yang

1

Rhido Jusmadi, Konsep Hukum Persaingan Usaha (Malang : Setara Press,2014),

hal.38.
2


Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di indonesia (Bandung : PT Citra
Aditya Bakti, 2004), hal.16.

Universitas Sumatera Utara

tidak mencantumkan keterangan bahan ataupun zat-zat apa saja yang terkandung
di dalam kosmetik tersebut yang ternyata kosmetik tersebut mengandung bahan
yang berbahaya bagi kesehatan, seperti adanya kandungan zat-zat kimia yang
berbahaya. Hal ini disebabkan oleh minimnya pengawasan terhadap produk
kosmetik yang beredar luas di Indonesia, sehingga produk kosmetik tanpa
perizinan, tanpa standar produk yang memadai dan tanpa adanya kepastian aman
atau tidaknya bagi kesehatan dapat dengan mudah diperjual belikan secara bebas.
Penjualan kosmetik impor di Indonesia juga membuat semakin banyak
daftar kosmetik yang dapat dipilih oleh masyarakat. Khusus untuk pasar
Indonesia, beberapa tahun belakangan ini peredaran kosmetik impor sangat gencar
dan meluas sekali. Kosmetik impor yang banyak beredar di Indonesia berasal dari
berbagai negara, tetapi sekarang yang tengah laris dipasaran dan banyak diminati
masyarakat Indonesia ialah kosmetik impor yang berasal dari negara Thailand,
Korea Selatan dan Cina. Hal ini dikarenakan kosmetik yang berasal dari ketiga
negara tersebut dianggap lebih sesuai dengan jenis kulit wanita Indonesia yang

merupakan jenis kulit asia, disamping juga karena harga kosmetik impor dari
ketiga negara tersebut lebih murah dibandingkan dengan kosmetik impor dari
negara Eropa.
Pembelian kosmetik pun dapat dilakukan dengan berbagai cara, langsung
membeli di pusat perbelanjaan seperti mall, swalayan, toko-toko yang menjual
kosmetik ataupun membelinya secara online via internet. Untuk pembelian secara
online dengan menggunakan jasa internet, hal ini dikarenakan kemajuan teknologi
bagi banyak orang membawa keuntungan dalam hal materil. Kegiatan bisnis

Universitas Sumatera Utara

perdagangan melalui internet yang dikenal dengan istilah Electronic Commerce
(e-commerce) merupakan suatu kegiatan yang banyak dilakukan saat ini, karena
transaksi jual beli secara elektronik dapat mengefektifkan dan mengefesiansikan
waktu sehingga orang dapat melakukan transaksi jual beli dengan setiap orang
dimanapun dan kapanpun. Transasksi elektronik atau e-commerce yang cepat,
efektif dan efesien, kini menjadi alternatif dalam melaksanakan jual beli. 3
Dengan banyaknya jenis kosmetik yang beredar di pasaran baik kosmetik
lokal maupun impor membuat semakin gencarnya bisnis kosmetik dikalangan
para produsen, para produsen pun mencari berbagai macam cara dan upaya agar

produk kosmetik yang mereka jual dapat menarik minat masyarakat untuk mau
membeli dan menggunakan produk mereka. Hal ini juga membuat beragamnya
harga kosmetik yang ditawarkan oleh para produsen kosmetik. Umumnya para
konsumen lebih tertarik jika mendapatkan harga yang murah, hal ini membuat
produsen berlomba-lomba menyediakan produk kosmetik dengan manfaat yang
sama tetapi dengan harga yang berbeda atau lebih murah dari pasaran untuk
menarik minat konsumen.
Sayangnya, ditengah persaingan usaha tersebut ada beberapa produsen
kosmetik yang berbuat curang dengan mengupayakan berbagai macam cara untuk
mendapat keuntungan yang besar tanpa mau mengeluarkan modal yang sesuai
untuk mencapai keuntungan tersebut. Para pelaku usaha ini tidak mengindahkan
standarisasi terhadap produk-produk kosmetik yang mereka jual, dimana produk
kosmetik tanpa perizinan, tanpa standar produk yang memadai dan produk
3

Ilyas Indra, “Akibat Hukum Terhadap Produk Kosmetik Kecantikan Yang Tidak
Didaftarkan Menurut Ketentuan Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM)” melalui
http://lppm.stih-painan.ac.id, diakses pada tanggal 1 April 2016.

Universitas Sumatera Utara


kosmetik berbahaya tanpa adanya kepastian aman atau tidaknya bagi kesehatan
dengan bebas mereka jual kepada konsumen.
Produk kosmetik berbahaya yang mengandung zat-zat yang tidak aman
bagi kesehatan dapat dengan mudah dijual oleh produsen kepada konsumen.
Untuk memuluskan langkah para produsen dalam menjual produk kosmetik
berbahaya biasanya para produsen membuat para calon konsumen dan konsumen
percaya dengan produk kosmetik yang mereka jual dengan mengatakan bahwa
produk kosmetik mereka adalah asli dan aman untuk digunakan, memberikan
banyak testimoni dari konsumen yang telah memakai produk kosmetik mereka,
hingga para produsen juga dengan mudah mencantumkan nomor izin edar Badan
Pengawas Obat dan Makanan (selanjutnya disingkat BPOM) palsu, dimana nomor
izin edar BPOM yang tercantum pada kemasan produk kosmetik tersebut tidak
asli dikeluarkan oleh BPOM dan tidak menggambarkan informasi yang
sebenarnya mengenai keadaan suatu produk kosmetik tersebut. Sebagai konsumen
tentunya masyarakat sangat dirugikan dengan kondisi produk yang tidak sesuai
dengan standar kesehatan dan beredar tanpa adanya izin edar dari BPOM yang
dapat membawa dampak buruk dalam kehidupan masyarakat.4
Contoh nyata kasus peredaran kosmetik berbahaya yang mencantumkan
nomor izin edar BPOM palsu terjadi di Samarinda, Balai Besar Pengawas Obat

dan Makanan (BBPOM) Samarinda berhasil menyita sejumlah kosmetik dan obat
tradisional yang tidak memiliki izin edar. Selain itu, produk ini juga mengandung
bahan yang bisa membahayakan keselamatan penggunanya. Produk kosmetik dan
4

Happy Susanto, Panduan Praktis Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan (Yogyakarta :
Visimedia, 2008), hal.1.

Universitas Sumatera Utara

obat tradisional ini disita dari sebuah rumah di Kecamatan Samarinda Seberang,
rumah itu dijadikan sebagai gudang penyimpanan barang kosmetik dan obat
tradisional yang siap edar. Penggebrekan ini dilakukan karena adanya informasi
dari masyarakat setempat kemudian dikembangkan oleh Penyidik Pegawai Negeri
Sipil yang dimiliki Balai Besar POM Samarinda untuk diselidiki. Hasilnya,
penyidik berhasil mengamankan produk ilegal. Beberapa kosmetik mengandung
bahan terlarang seperti merkuri. Produk-produk tersebut juga

mencantumkan


nomor izin edar dari Badan POM, namun yang tertera itu adalah palsu. Selain
menjual secara langsung, pelaku juga mengedarkannya ke sejumlah toko di
Samarinda dan sekitarnya. Seluruh produk ilegal yang disita kemudian dibawa ke
Kantor Balai Besar POM Samarinda. Rencananya, produk akan dimusnahkan
setelah proses penyelidikan selesai. Kepala Balai Besar POM Samarinda
menghimbau kepada masyarakat jika menemukan produk ilegal beredar, segera
melapor ke Balai Besar POM Samarinda. Peran serta masyarakat sangat
membantu untuk mengurangi peredaran produk ilegal yang mengandung bahan
berbahaya. 5
Pada tahun 2015, masyarakat Salatiga, khususnya para wanita harus lebih
berhati-hati saat ingin membeli kosmetik. Pasalnya, saat ini beredar kosmetik
palsu berbahaya di pasaran. Belum lama ini sejumlah Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) di Salatiga dan Kabupaten Semarang melakukan investigasi
dan pemantauan di sejumlah toko dibeberapa tempat di Salatiga, yang diduga
menjual kosmetik palsu. Maraknya peredaran kosmetik palsu diduga karena
5

Sindonews Online, “Balai Besar POM Samarinda Sita Kosmetik dan Obat Kuat”
melalui http://daerah.sindonews.com/read/878843/25/balai-besar-pom-samarinda-sita-kosmetikdan-obat-kuat-1404218794, diakses pada tanggal 2 April 2016.


Universitas Sumatera Utara

minimnya pengawasan oleh dinas terkait. Produk palsu yang dipasarkan
kebanyakan jenis krim pemutih yang diduga mengandung bahan berbahaya yang
akan merusak kulit wajah. Setiap paketnya terdiri dari krim malam, krim siang
serta sabun. Selain itu Krim pemutih yang dijual juga menggunakan kemasan
dengan label merek terkenal dan juga dalam kemasan tertulis izin BPOM dengan
mencantumkan nomor izin edar BPOM palsu. Untuk itu kepada masyarakat
dihimbau jangan tergiur dengan harganya yang murah saat membeli kosmetik,
harus lebih teliti sebelum membeli. Kosmetik palsu sangat berbahaya bagi tubuh,
karena zat-zat berbahaya yang ada di kosmetik bisa masuk ke dalam tubuh. Di
dalam tubuh akan menjadi racun (bersifat toksin) yang bisa menimbulkan
penyakit kanker, gagal ginjal bahkan sangat berbahaya bagi janin untuk wanita
yang sedang mengandung. Kandungan yang sangat berbahaya dalam kosmetik
palsu adalah merkuri, partikel nano dan zat-zat yang kadarnya jauh melebihi
ambang batas yang diizinkan. Zat-zat berbahaya inilah yang akan meresap ke
dalam tubuh tanpa bisa diatasi hanya dengan melakukan detoks.6

Kasus lainnya terjadi di Jakarta, peredaran kosmetik yang mengandung
bahan berbahaya dan dilarang saat ini sudah menjadi ancaman bagi masyarakat

pengguna produk kecantikan. Baru-baru ini telah ditemukan 17 kosmetik
berbahaya yang mengandung merkuri atau raksa, hidrokinon dan asam retinoat
yang dapat mengancam kesehatan, bahkan jiwa konsumen. Dari salah satu merek
yang disebutkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Lucky
6

Portal berita Online Harian7, “Peredaran Kosmetik Palsu Kian Menjamur Di Salatiga,
Masyarakat
Harus
hati-hati
dan
teliti
Sebelum
Membeli”
melalui
http://www.harian7.com/2015/10/peredaran-kosmetik-palsu-kian-menjamur_20.html, diakses pada
tanggal 2 April 2016.

Universitas Sumatera Utara


Slamet, ada laporan korban kosmetik berbahaya yang sampai dirawat inap di
rumah sakit karena sulit bernafas. Belum lagi barang-barang impor yang masuk
secara ilegal juga marak beredar. Baik yang secara tidak resmi dengan
mencantumkan nomer izin edar BPOM palsu atau tidak ada nomor izin edar
BPOM sama sekali. Untuk menghindari hal tersebut diatas harus ada kerjasama
BPOM dengan Kementerian Perdagangan dan Bea Cukai, Kantor Pajak, Kominfo,
Kepolisian dan instansi terkait, juga dengan melibatkan media, baik cetak dan
elektronik, asosiasi ritel, asosiasi dokter untuk membantu mengamankan pasar
kosmetik Indonesia. Ketua Umum Perhimpunan Perusahaan dan Asosiasi
Kosmetika (PPAK) yang juga Ketua Umum Asosiasi Merek Indonesia (AMIN),
Putri K Wardhani mengatakan :

“Hal-hal yang harus diperhatikan oleh konsumen pada saat ingin membeli
produk kosmetik adalah pilihlah produk yang diproduksi oleh produsen
yang jelas dan memiliki reputasi yang baik. Pilih produk kosmetik yang
menggunakan label dalam Bahasa Indonesia, pastikan ada nomor izin edar
dari BPOM. Lalu buka website BPOM mengenai produk-produk yang
diberi izin tersebut. Pastikan juga ada pelayanan costumer service pada
label yang bisa dihubungi setiap saat.”7
Kasus-kasus di atas hanya beberapa contoh dari sekian banyak kasus
penyitaan atau pemusnahan kosmetik palsu dan kosmetik berbahaya yang
mencantumkan nomor izin edar BPOM palsu yang dilakukan pihak Kepolisian
dan pihak BPOM. Kasus tersebut menggambarkan kondisi yang harus diwaspadai
oleh masyarakat selaku konsumen, karena dalam hal ini konsumenlah yang selalu

7

Beritasatu.com,
“Hati-Hati
Peredaran
Kosmetika
Berbahaya”
http://www.beritasatu.com/kesehatan-perempuan/114063-hatihati-peredaran-kosmetikaberbahaya.html, diakses pada tanggal 2 April 2016.

melalui

Universitas Sumatera Utara

dirugikan dan terkena imbas dari efek buruk yang terdapat pada produk kosmetik
berbahaya yang mencantumkan nomor izin edar BPOM palsu. Kondisi tersebut
juga diakibatkan karena kurangnya penerapan dan pengawasan terhadap produk
kosmetik di Indonesia, baik kosmetik lokal maupun kosmetik impor. Alhasil yang
tadinya ingin tampil cantik dan menarik malah dapat berdampak buruk bagi
kesehatan.

Kulit merupakan salah satu tempat yang paling sering terkena dampak efek
samping yang tidak diinginkan hal ini karena kulit merupakan lapisan terluar dan
terdepan dari tubuh yang berperan sebagai benteng pertahanan terhadap masuknya
benda-benda asing dari luar melalui pori-pori. 8 Berdasarkan hasil pengawasan
rutin Badan POM di seluruh Indonesia terhadap kosmetika yang beredar dari
Oktober 2014 sampai September 2015, ditemukan 30 jenis kosmetika
mengandung bahan berbahaya yang terdiri dari 13 jenis kosmetika produksi luar
negeri dan 17 jenis kosmetika produksi dalam negeri. Bahan berbahaya yang
teridentifikasi terkandung dalam kosmetika tersebut, yaitu bahan pewarna Merah
K3 dan Merah K10 (Rhodamin B), Asam Retinoat, Merkuri dan Hidrokinon.
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM RI No. 2 Tahun 2014 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan kepala Badan POM No. HK.03.1.23.08.11.07517
Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika, bahan-bahan tersebut
termasuk dalam daftar bahan berbahaya yang dilarang untuk digunakan dalam
pembuatan kosmetika. Penggunaan Pewarna Merah K3, Merah K10, Asam

8

Diana Nasution, Dampak Pemakaian Kosmetik Pada Kulit Masa Kini (Medan : F.
Kedokteran USU, 1997), hal.101.

Universitas Sumatera Utara

Retinoat, Merkuri dan Hidrokinon dalam kosmetika dapat menimbulkan berbagai
risiko kesehatan. Sebagai contoh, pewarna Merah K3 dan Merah K10 yang sering
disalahgunakan pada sediaan tata rias (eye shadow, lipstik, perona pipi) memiliki
sifat karsinogenik dan dapat menimbulkan gangguan fungsi hati dan kanker hati.
Sementara

hidrokinon

yang

banyak

disalahgunakan

sebagai

bahan

pemutih/pencerah kulit, selain dapat menyebabkan iritasi kulit, juga dapat
menimbulkan ochronosis (kulit berwarna kehitaman). Efek tersebut mulai terlihat
setelah penggunaan selama 6 bulan dan kemungkinan bersifat irreversible (tidak
dapat dipulihkan). Karena itu, BPOM meminta masyarakat untuk tidak
menggunakan kosmetika mengandung bahan berbahaya sebagaimana tercantum
dalam lampiran peringatan publik/public warning ini termasuk peringatan
publik/public warning yang sudah diumumkan sebelumnya. 9

Melihat efek samping yang dapat ditimbulkan dari pemakaian kosmetik
berbahaya tersebut, maka konsumen membutuhkan perlindungan. Setiap orang,
pada waktu, dalam posisi tunggal/sendiri maupun berkelompok bersama orang
lain, dalam keadaan apapun pasti menjadi konsumen untuk suatu produk barang
atau jasa tertentu.10 Konsumen yang keberadaanya sangat tidak terbatas dengan
strata yang sangat bervariasi menyebabkan produsen melakukan kegiatan
pemasaran dan distribusi produk barang dan jasa dengan cara seefektif mungkin
agar dapat mencapai konsumen yang sangat majemuk tersebut. Untuk itu semua
9

Badan POM “Waspada Kosmetika Mengandung Bahan Berbahaya , Teliti Sebelum
Memilih Kosmetika” melalui http://www.pom.go.id/new/index.php/view/pers/286/WASPADAKOSMETIKA-MENGANDUNG-BAHAN-BERBAHAYA-----Teliti-Sebelum-MemilihKosmetika----.html, diakses pada tanggal 2 April 2016.
10
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta : Sinar Grafika,
2014), hal.5.

Universitas Sumatera Utara

cara pendekatan diupayakan sehingga mungkin menimbulkan berbagai dampak,
termasuk keadaan yang menjurus pada tindakan yang bersifat negatif bahkan tidak
terpuji yang berawal dari iktikad buruk. Dampak buruk yang lazim terjadi, antara
lain menyangkut kualitas atau mutu barang, informasi yang tidak jelas bahkan
menyesatkan, pemalsuan dan sebagainya. 11

Perlindungan terhadap konsumen dipandang secara material maupun
formal makin terasa sangat penting, mengingat makin lajunya ilmu pengetahuan
dan teknologi yang merupakan motor penggerak bagi produktivitas dan efisiensi
produsen atas barang dan jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai sasaran
usaha. Dalam rangka mengejar dan mencapai kedua hal tersebut, akhirnya baik
langsung atau tidak langsung, konsumenlah yang pada umumnya merasakan
dampaknya. Perlindungan konsumen merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari kegiatan bisnis yang sehat. Dalam kegiatan bisnis yang sehat terdapat
keseimbangan perlindungan hukum antara konsumen dan produsen. Tidak adanya
perlindungan yang seimbang menyebabkan kosumen pada posisi lemah. 12 Dengan
demikian upaya-upaya untuk memberikan perlindungan yang memadai terhadap
kepentingan konsumen merupakan suatu hal yang penting dan mendesak untuk
segera dicari solusinya,

terutama

di Indonesia,

mengingat

sedemikian

11

Sri Redjeki Hartono, makalah “Aspek-Aspek Hukum Perlindungan Konsumen” dalam
buku Hukum Perlindungan Konsumen, hal.34.
12
Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Bagi Konsumen Di Indonesia (Jakarta :
PT Raja Grarfindo Persaada, 2013), hal.1.

Universitas Sumatera Utara

kompleksnya permasalahan yang menyangkut perlindungan konsumen, lebihlebih menyongsong era perdagangan bebas yang akan datang. 13

Faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen adalah tingkat kesadaran
konsumen akan haknya masih rendah. Hal ini terutama disebabkan oleh
rendahnya pendidikan konsumen. Oleh karena itu, Undang-Undang Perlindungan
Konsumen dimaksudkan menjadi landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan
lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat untuk melakukan upaya
pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan konsumen. Upaya
pemberdayaan ini penting karena tidak mudah mengharapkan kesadaran pelaku
usaha, yang pada dasarnya prinsip ekonomi pelaku usaha adalah mendapat
keuntungan semaksimal mungkin dengan modal seminimal mungkin. Prinsip ini
sangat merugikan kepentingan konsumen, baik secara langsung maupun tidak
langsung. 14

Masalah

perlindungan

konsumen

semakin

gencar

dibicarakan.

Permasalahan ini tidak akan pernah habis dan akan selalu menjadi bahan
perbincangan di masyarakat. Selama masih banyak konsumen yang dirugikan,
masalahnya tidak akan pernah tuntas. Oleh karena itu, masalah perlindungan
konsumen perlu diperhatikan. 15

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, hak-hak konsumen menjadi
prioritas utama untuk dilindungi terhadap penjualan dan pemakaian kosmetik
13

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Loc.Cit.
M.Sadar.dkk, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia (Jakarta : Akademia,
2012), hal.2-3.
15
Happy Susanto, Op.Cit, hal.1.
14

Universitas Sumatera Utara

berbahaya yang mencantumkan nomor izin edar BPOM palsu yang sangat
merugikan konsumen. Selain membahas tentang perlindungan hak-hak konsumen,
dalam skripsi ini akan dibahas mengenai bagaimana peranan BPOM dalam
mengawasi dan menindak segala penyimpangan terhadap peredaran kosmetik
berbahaya dengan nomor izin edar BPOM palsu.

Dengan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis
dalam bentuk skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen
Terhadap Peredaran Produk Kosmetik Berbahaya Yang Mencantumkan
Nomor Izin Edar Badan Pengawas Obat dan Makanan Palsu. ( Studi Pada :
BPOM Medan).”

B.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
terdapat tiga pokok permasalahan yang akan dibahas, yaitu:

1.

Bagaimana dampak

peredaran produk

kosmetik

berbahaya

yang

mencantumkan nomor izin edar BPOM palsu?
2.

Bagaimana peran BPOM (Studi Pada : BPOM Medan) dalam melakukan
pengawasan terhadap peredaran produk kosmetik berbahaya yang
mencantumkan nomor izin edar BPOM palsu?

3.

Apa sanksi yang diberikan bagi produsen atau pelaku usaha produk
kosmetik berbahaya yang mencantumkan nomor izin edar BPOM palsu?

Universitas Sumatera Utara

C.

Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini antara lain :
1.

Untuk mengetahui dampak peredaran produk kosmetik berbahaya yang
mencantumkan nomor izin edar BPOM palsu

2.

Untuk mengetahui peran BPOM dalam melakukan pengawasan terhadap
peredaran produk kosmetik berbahaya yang mencantumkan nomor izin
edar BPOM palsu

3.

Untuk mengetahui sanksi yang diberikan bagi produsen atau pelaku usaha
produk kosmetik berbahaya yang mencantumkan nomor izin edar BPOM
palsu.

D.

Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan skripsi ini antara lain sebagai berikut :
1.

Secara teoretis, untuk menambah pengetahuan tentang perlindungan
konsumen, untuk mengetahui dampak peredaran produk kosmetik
berbahaya yang mencantumkan nomor izin edar BPOM palsu di
masyarakat, dan untuk mengetahui peranan dari BPOM dalam mengawasi
peredaran produk kosmetik berbahaya yang mencantumkan nomor izin
edar BPOM palsu.

2.

Secara praktis, penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberi masukan
bagi pembaca mengenai perlindungan konsumen untuk menegakkan hak-

Universitas Sumatera Utara

hak konsumen, juga sebagai bahan bagi para akademisi dalam menambah
wawasan dan pengetahuan di bidang perlindungan konsumen.

E.

Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini merupakan hasil dari gagasan, ide dan pemikiran

sendiri dengan mengambil panduan dari beberapa buku-buku ditambah dengan
sumber riset yang diperoleh dari lapangan dan beberapa sumber lain yang
berkaitan dengan judul. Pemikiran mengenai skripsi ini yang berjudul :
“Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Peredaran Produk Kosmetik
Berbahaya Yang Mencantumkan Nomor Izin Edar Badan Pengawas Obat dan
Makanan Palsu (Studi Pada : BPOM Medan).” timbul karena melihat keadaan
yang berkembang mengenai bagaimana perlindungan terhadap konsumen atas
beredarnya produk kosmetik berbahaya yang mencantumkan nomor izin edar
BPOM palsu. Judul skripsi ini telah diperiksa dan diteliti melalui penelusuran
kepustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sebelumnya dan
dinyatakan bahwa tidak ada judul yang sama dengan skripsi ini. Dengan demikian
keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
F.

Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara pencarian, bukan hanya

sekedar mengamati dengan teliti suatu obyek. 16 Dalam penulisan skripsi metode
penelitian sangat diperlukan agar penulisan skripsi menjadi lebih terarah dengan
data yang telah dikumpulkan melalui pencarian-pencarian data yang berhubungan
16

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2003), hal.28.

Universitas Sumatera Utara

dengan permasalahan dalam skripsi ini. Metode penelitian yang digunakan dalam
skripsi ini adalah sebagai berikut :
1.

Jenis dan sifat penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam menjawab permasalahan dalam

pembahasan skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif yaitu mengacu kepada
norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan
putusan-putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada dalam
masyarakat.17 Metode ini juga digunakan agar dapat melakukan penelusuran
terhadap norma-norma hukum yang terdapat di dalam peraturan perundangundangan perlindungan konsumen yang berlaku, serta memperoleh data maupun
keterangan yang terdapat dalam berbagai literatur di perpustakaan, jurnal hasil
penelitian, koran, majalah, situs internet dan sebagainya. 18
Sifat penelitian pada penulisan skripsi ini adalah deskriptif analitis yang
mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori
hukum

yang

menjadi

objek

penelitian. 19

Deskriptif

analitis

bertujuan

menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, kelompok
tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan
ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.20

17

Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hal.105.
Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20 (Bandung :
Alumni, 1994), hal.139.
19
Ibid., hal.105-106.
20
Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2014), hal.25.
18

Universitas Sumatera Utara

2.

Sumber Data
Penulisan skripsi ini akan menganalisis objek penelitian dengan

menggunakan data sekunder, yaitu data yang mencakup dokumen-dokumen
resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berupa laporan dan sebagainya. 21
Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari : 22
a.

Bahan Hukum Primer, yang berupa ketentuan hukum dan perundangundangan yang mengikat serta berkaitan dengan penelitian ini, seperti
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan, Peraturan dan
Keputusan Menteri Kesehatan, Keputusan BPOM dan peraturan lainnya
yang berhubungan dengan penelitian ini.

b.

Bahan Hukum Sekunder, adalah data yang tidak diperoleh dari sumber
pertama. Data sekunder bisa diperoleh dari literatur-literatur tertulis, baik
berbentuk buku-buku, makalah-makalah, dokumen-dokumen, laporan
penelitian, surat kabar, makalah, harian elektronik, dan lain sebagainya
yang memiliki relevansi dengan skripsi ini.

c.

Bahan Hukum Tersier, adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,
seperti Kamus Hukum, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Ensiklopedia dan
sebagainya.

3.

Teknik Pengumpulan Data

21

Amiruddin dan H.Zainal Askin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta :
Rajawali Pers, 2012), hal.30.
22
Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosadakarya,
1996), hal.22.

Universitas Sumatera Utara

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
a.

Library Research (Penelitian Kepustakaan)
Library Research (Penelitian Kepustakaan) yaitu penulisan yang dilakukan

dengan cara pengumpulan literatur dengan sumber data berupa bahan hukum
primer dan sekunder dari berbagai bahan-bahan bacaan yang bersifat teoritis
ilmiah, buku-buku, peraturan-peraturan, juga dari majalah-majalah dan media
elektronik seperti internet dan sebagainya yang ada hubungan dengan
permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini.
b.

Field Research (Penelitian Lapangan)
Metode pengumpulan data dengan cara penelitian lapangan ini dilakukan

dengan melakukan wawancara secara mendalam (in depth interviewing) 23 dengan
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Medan untuk melengkapi data
penelitian.
4.

Analisis Data
Bahan hukum premier dan bahan hukum sekunder yang telah disusun

secara sistematis kemudian dianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif yaitu
suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan isi atau makna suatu aturan
hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang
menjadi objek kajian. 24
5.

Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan terhadap data yang berhasil dikumpulkan dilakukan

dengan menggunakan metode penarikan kesimpulan secara deduktif maupun
23
24

Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum (Jakarta : Rineka Cipta, 1996), hal.59.
Zainudin Ali, Op.Cit., hal.107.

Universitas Sumatera Utara

secara induktif. Metode penarikan kesimpulan secara deduktif adalah suatu
proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui dan berakhir pada suatu
kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih khusus. 25 Metode penarikan
kesimpulan secara induktif adalah proses berawal dari proposisi-proposisi khusus
(sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan
baru) berupa asas umum 26, sehingga akan dapat diperoleh jawaban terhadap
permasalahan-permasalahan yang telah disusun.

G.

Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, dipaparkan sistematika penulisan dengan

tujuan agar mempermudah pengertian dan pendalaman secara jelas. Adapun
sistematika dalam penulisan skripsi ini dibagi dalam 5 (lima) bab yang masingmasing bab terdiri dari beberapa sub bab, sebagaimana diuraikan sebagai berikut :
Bab I merupakan Bab Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan tentang halhal yang bersifat umum, mulai dari latar belakang masalah yang menjadi dasar
penulisan, memaparkan apa yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini dan manfaat
yang diperoleh dari penulisan tersebut. Pada bagian ini juga diuraikan apa yang
menjadi permasalahan, keaslian penulisan, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
Bab II membahas mengenai Tinjauan Umum Hukum Perlindungan
Konsumen. Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai dasar hukum perlindungan
konsumen yang berlaku di Indonesia, bentuk pelanggaran hak konsumen, tata cara
25
26

Bambang Sunggono, Op.Cit., hal.11.
Ibid., hal.10.

Universitas Sumatera Utara

pengaduan konsumen, penyelesaian sengketa konsumen dan peran pemerintah
dalam melindungi konsumen.
Bab III membahas mengenai Tinjauan Umum Tentang Produk Kosmetik
Berbahaya Dengan Nomor Izin Edar BPOM Palsu. Dalam bab ini akan
dipaparkan pengertian atas kosmetik, pengertian atas izin edar BPOM, dan tata
cara pendaftaran nomor izin edar BPOM pada produk kosmetik.
Bab IV membahas mengenai Perlindungan Hukum Bagi Konsumen
Terhadap Peredaran Produk Kosmetik Berbahaya Yang Mencantumkan Nomor
Izin Edar BPOM Palsu (Studi Pada : BPOM Medan). Dalam bab ini dipaparkan
mengenai dampak peredaran produk kosmetik berbahaya yang mencantumkan
nomor izin edar BPOM palsu, peran BPOM dalam melakukan pengawasan
terhadap peredaran produk kosmetik berbahaya dengan nomor izin edar BPOM
palsu, dan sanksi yang diberikan bagi produsen atau pelaku usaha produk
kosmetik berbahaya yang mencantumkan nomor izin edar BPOM palsu.
Bab V mengenai Kesimpulan dan Saran merupakan bab penutup dari
seluruh rangkaian bab-bab sebelumnya, yang berisikan kesimpulan yang dibuat
berdasarkan uraian skripsi ini, yang dilengkapi dengan saran-saran.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

PERLINDUNGAN KONSUMEN AKIBAT MENGGUNAKAN KOSMETIK TANPA IZIN EDAR ( STUDI PADA BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN BANDAR LAMPUNG )

10 66 52

PERAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DALAM MEWUJUDKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PRODUK KOSMETIK YANG BERBAHAYA DI BATAM.

0 3 15

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DALAM PERAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DALAM MEWUJUDKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PRODUK KOSMETIK YANG BERBAHAYA DI BATAM.

1 3 14

PENDAHULUAN PERAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DALAM MEWUJUDKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PRODUK KOSMETIK YANG BERBAHAYA DI BATAM.

1 5 21

PENUTUP PERAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DALAM MEWUJUDKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PRODUK KOSMETIK YANG BERBAHAYA DI BATAM.

0 2 5

Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Peredaran Produk Kosmetik Berbahaya Yang Mencantumkan Nomor Izin Edar Badan Pengawas Obat Dan Makanan Palsu (Studi Pada : BPOM Medan)

0 5 10

Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Peredaran Produk Kosmetik Berbahaya Yang Mencantumkan Nomor Izin Edar Badan Pengawas Obat Dan Makanan Palsu (Studi Pada : BPOM Medan)

0 0 1

Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Peredaran Produk Kosmetik Berbahaya Yang Mencantumkan Nomor Izin Edar Badan Pengawas Obat Dan Makanan Palsu (Studi Pada : BPOM Medan)

0 0 42

Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Peredaran Produk Kosmetik Berbahaya Yang Mencantumkan Nomor Izin Edar Badan Pengawas Obat Dan Makanan Palsu (Studi Pada : BPOM Medan) Chapter III V

0 0 35

Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Peredaran Produk Kosmetik Berbahaya Yang Mencantumkan Nomor Izin Edar Badan Pengawas Obat Dan Makanan Palsu (Studi Pada : BPOM Medan)

0 0 7