Perbandingan Efektivitas Sikat Gigi Konvensional dengan Sikat Gigi Khusus Ortodonti terhadap Akumulasi Plak pada Mahasiswa Preklinik Pengguna Ortodonti Cekat di FKG USU

5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Maloklusi
Studi dari oklusi merupakan aspek yang penting dalam kedokteran gigi. Studi
dan tindakan dari banyak cabang kedokteran gigi terutama bidang ortodonti
seharusnya didasari pengetahuan yang kuat mengenai oklusi, karena banyak
perubahan oklusi yang dapat terjadi selama perawatan ortodonti.4
Apa yang didefenisikan Angle sebagai oklusi normal lebih dikatakan sebagai
oklusi ideal. Susunan gigi interdigitalis secara sempurna dan garis oklusi yang sejajar
sangatlah langka. Ada beberapa terminologi oklusi yang dikenal dalam bidang
ortodonti yaitu :4
a.

Oklusi ideal : adalah konsep relasi struktural dan fungsional oklusal yang

merupakan prinsip ideal dan karakteristik dari oklusi yang seharusnya dimiliki.
b. Oklusi fisiologis : oklusi ini disebut sebagai oklusi yang tidak termasuk
ideal namun beradaptasi dengan suatu lingkungan dengan baik, estetik, dan tidak

menunjukan satupun gejala patologis maupun disfungsi.
c. Oklusi seimbang : oklusi di mana kontak yang sama dan seimbang
dipertahankan di seluruh lengkung selama gerakan ekstrusi mandibula.
d. Oklusi fungsional : susunan dari gigi yang akan memberikan efisiensi
terbaik selama seluruh gerakan ekstrusif dari mandibula dan diperlukan selama
fungsi.
e. Oklusi terapeutik : oklusi yang sudah dimodifikasi dengan modalias
terapeutik dengan tujuan untuk mengubah oklusi non-fisiologis menjadi oklusi
fisiologis.
f. Oklusi traumatik : oklusi traumatik adalah stress oklusal abnormal yang
mampu menimbulkan cidera pada jaringan periodonsium.
g. Trauma dari oklusi : cidera pada jaringan periodonsium yang disebabkan
oleh tekanan oklusal yang disebabkan kontak oklusal abnormal.

Universitas Sumatera Utara

6

Untuk waktu yang cukup lama, studi epidemiologi mengalami perdebatan
mengenai nilai deviasi dari ideal yang dapat diterima sebagai batas normal. Di antara

tahun 1930 dan 1965, prevalensi maloklusi di Amerika Serikat diperkirakan 35%
hingga 95%.4
Pada tahun 1970, beberapa studi dari universitas di negara berkembang
menyediakan gambaran yang jelas mengenai beberapa variasi relasi oklusi atau
maloklusi. Di Amerika, dua survey berskala besar dilakukan oleh Division of Health
Statistics of the U.S. Public Helath Service (USPHS) melibatkan anak-anak usia 6
hingga 11 di antara tahun 1963 dan 1965, serta usia muda antara 12 hingga 17 di
antara tahun 1969 dan 1970 sebagai bagian dari survey nasional berskala besar
mengenai masalah dan kebutuhan perawatan kesehatan di Amerika Serikat pada
tahun 1989-1994 (National Health and Nutrition Estimates Survey III). Perkiraan dari
maloklusi kembali diperoleh, Studi yang melibatkan 14.000 individu ini secara
statistika cukup mewakili 150 juta orang dengan variasi ras dan grup umur. Data
tersebut memberikan informasi yang baik mengenai maloklusi.4
Berdasarkan laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun
2013, sebanyak 14 provinsi mengalami masalah gigi dan mulut yaitu 25,9%.
Prevalensi maloklusi di Indonesia masih sangat tinggi sekitar 80% dari jumlah
penduduk. Persentase tersebut menunjukan bahwa maloklusi merupakan salah satu
masalah yang cukup besar dalam bidang kedokteran gigi dan mulut di Indonesia.
Kondisi lain yang dapat meningkatkan prevalensi maloklusi adalah kebiasaan buruk
dan kurangnya kesadaran dalam perawatan gigi.1

Menurut Profit, maloklusi dapat berhubungan dengan satu atau lebih kondisi,
antara

lain:

ketidaksejajaran

(malalignment)

dan

ketidakharmonisan

(malrelationship). Ketidaksejajaran (malalignment) dari masing-masing gigi dalam
setiap lengkung misalnya; bergeser (displace), miring (tipped), rotasi, infraoklusi,
supraoklusi, dan pindah posisi (transpose).14 Ketidakharmonisan (malrelationship)
dari lengkung gigi bersifat relatif terhadap oklusi normal dapat terjadi dalam tiga
bidang: anteroposterior, vertikal atau transversal. Maloklusi secara luas dapat dibagi
menjadi :4


Universitas Sumatera Utara

7

a. Maloklusi intra lengkung rahang yang meliputi variasi pada posisi gigi
individual dan maloklusi yang mempengaruhi sekelompok gigi dalam sebuah rahang.
b. Maloklusi antar lengkung rahang yang termasuk malrelasi dari lengkung
dental satu dengan yang lain di dalam basis tulang skeletal dan relasi rahang tersebut
adalah normal.
c. Maloklusi skeletal yang melibatkan basis tulang yang mendasarinya.
Maloklusi dapat terjadi dalam kombinasi yang bervariasi dan sulit untuk
diklasifikasikan maloklusi itu menjadi maloklusi intra lengkung, antar lengkung, dan
maloklusi skeletal.

2.1.1 Klasifikasi Maloklusi
2.1.1.1 Klasifikasi Angle
Sistem Klasifikasi ini diperkenalkan oleh Edward Angle pada tahun 1899.
Klasifikasi angle masih digunakan hingga sekarang, karena klasifikasi ini sangat
sederhana. Klasifikasi Angle dibuat berdasarkan relasi mesio-distal dari gigi,
lengkung gigi, dan rahang. Menurut Angle, gigi molar permanen pertama merupakan

kunci dari oklusi.14,15
Angle mendeskripsikan tujuh malposisi dari gigi individual yaitu bukal atau
labial, lingual, mesial, distal, rotasi, infra, dan supra. Malposisi gigi secara individual
tersebut dapat membantu dalam mendeskripsikan maloklusi. Sistem klasifikasi Angle
menjadi sistem yang dipergunakan secara luas untuk mendeskripsikan maloklusi
secara umum sehingga memudahkan dokter gigi berkomunikasi mengenai maloklusi.
Sistem klasifikasi Angle mendeskripsikan relasi anteroposterior dari gigi molar satu
permanen dan kaninus.15
Angle mengklasifikasikan maloklusi menjadi tiga kelas utama yang dinomori
dengan angka romawi I, II, dan III. Defenisi dari masing-masing kelas tersebut antara
lain :14,15
1. Klas I Angle
Karakteristik dari Klas I Angle adalah adanya hubungan molar antar rahang
yang normal.15 Cusp mesio-bukal dari molar satu permanen atas beroklusi pada

Universitas Sumatera Utara

8

groove bukal molar satu permanen bawah. Pasien mungkin saja memiliki

ketidakteraturan gigi seperti crowding, spacing, rotasi, kehilangan gigi, dan lainlain.14,16 Pasien memiliki relasi skeletal yang normal dan menunjukan fungsi otot
yang normal. Maloklusi lain yang sering dikategorikan sebagai Klas I adalah
bimaxillary protrusion dengan ciri khas pasien memiliki relasi molar Klas I normal
namun susunan gigi dari kedua rahang lebih ke depan dibandingkan dengan profil
wajah.
2. Klas II Angle
Kelompok ini memiliki karakteristik yaitu relasi molar Klas II, dengan ciri
cusp disto-bukal dari molar satu permanen atas beroklusi pada groove bukal molar
satu permanen bawah.14,16 Angle membagi Klas II menjadi dua divisi :
a. Klas II, divisi 1
Dikarakteristikan dengan insisivus atas proklinasi dengan nilai overjet di atas
normal. Terdapat variasi kedalaman overbite dan mungkin saja terdapat open bite
anterior. Ciri dari maloklusi ini adalah adanya aktivitas otot yang abnormal. Bibir atas
biasanya hipotonik, pendek, dan tidak dapat menutup bibir.14,16
b. Klas II, divisi 2
Seperti Klas II divisi 1, divisi 2 juga memiliki relasi molar Klas II. Ciri klasik
dari maloklusi ini adalah adanya insisivus sentralis atas memiliki inklinasi ke arah
lingual dan insisivus lateral yang miring ke arah labial dan melewati insisivus
sentralis disertai overbite yang dalam serta overjet yang sedikit meningkat.14
Karakteristik lain dari maloklusi ini adalah rahang atas yang sedikit menyempit

disertai crowding pada daerah anterior.16
c. Klas II, subdivisi
Ketika relasi molar Klas II terdapat pada satu sisi dan relasi Klas I pada sisi
yang lain, kondisi ini dikatakan sebagai Klas II, subdivisi.15 Berdasarkan apakah itu
divisi 1 atau 2 maka dapat dikatakan Klas II divisi 1 subdivisi, atau Klas II divisi 2
subdivisi.

Universitas Sumatera Utara

9

3. Klas III maloklusi
Maloklusi ini memiliki relasi molar Klas III dengan cusp mesio-bukal dari
molar satu permanen rahang atas beroklusi pada ruang interdental di antara molar
satu dan dua permanen rahang bawah.14 Relasi mesiodistal yang relatif terhadap
rahang yang abnormal dengan semua gigi bawah beroklusi lebih ke mesial dari
normal menghasilkan ketidakharmonisan yang tampak dari garis wajah.15 Maloklusi
klas III dapat diklasifikasikan menjadi true Klas III atau pseudo Klas III.
a. True Klas III
Ini merupakan maloklusi Klas III skeletal berasal dari genetik yang dapat

disebabkan oleh :
-

Mandibula yang membesar

-

Mandibula yang lebih ke depan

-

Maksila yang lebih kecil dari normal

-

Maksila yang direposisi

-

Kombinasi dari kasus-kasus di atas


b. Pseudo Klas III
Maloklusi tipe ini terjadi oleh karena pergerakan mandibula ke arah depan
sewaktu penutupan rahang, maloklusi ini juga disebut sebagai maloklusi Klas III
postural atau habitual. Berikut ini adalah beberapa penyebab pseudo Klas III antara
lain :14
-

Prematuritas dari mandibula dapat menyebabkan defek mandibula ke arah

-

Dalam kasus kehilangan prematur gigi desidui posterior, anak-anak

depan.

cenderung menggerakan mandibula ke depan untuk menstabilkan kontak pada daerah
anterior.
-


Anak-anak

dengan pembesaran adenoid

cenderung

menggerakan

mandibula ke depan untuk menghindari kontak antara lidah dengan adenoid.
c.

Klas III, Subdivisi

Kondisi ini ditandai dengan relasi molar Klas III pada satu sisi dan relasi Klas
I pada sisi yang lain.14

Universitas Sumatera Utara

10


2.2 Ortodonti Cekat
Aspek terpenting dalam rencana perawatan adalah memilih piranti yang tepat
untuk pasien tertentu. Banyak pilihan piranti yang dapat digunakan dalam perawatan
ortodonti namun ortodontis harus memilih satu yang sesuai dengan kondisi pasien.
Kebanyakan maloklusi membutuhkan terapi ortodonti cekat untuk mengkoreksinya.
Alat yang dicekatkan pada gigi oleh operator dan tidak dapat dilepaskan oleh pasien
disebut sebagai piranti ortodonti cekat. Kerja sama pasien sangat dibutuhkan dalam
perawatan ortodonti cekat. Ortodontis tidak dapat bergantung pada lamanya pasien
menggunakan dan menjaga piranti cekat tersebut. Tidak seperti piranti lepasan yang
hanya mampu menggerakan gigi dengan gerakan tipping, piranti ortodonti cekat
dapat menyebabkan pergerakan lainnya termasuk gerakan bodily, rotasi, tipping,
intrusi, ekstrusi, dan bahkan pergerakan akar. Oleh karena itu piranti ortodonti cekat
memiliki banyak kegunaan dan dapat digunakan untuk merawat banyak kasus
maloklusi.4,14
Masalah yang sering terjadi dari piranti ortodonti cekat adalah menjaga
kebersihan mulut yang sangat sulit. Plak dan debris makanan cenderung menumpuk
di sekitar perlekatan yang membuat proses pembersihan gigi pasien terganggu. Selain
itu, piranti cekat membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melekatkan dan
menyesuaikannya serta membutuhkan pelayanan ortodontis.14

2.2.1 Komponen Ortodonti Cekat
1. Braket
Braket pada setiap teknik ortodonti cekat memiliki ciri khas sendiri. Fungsi
dari komponen ini adalah untuk menyampaikan gaya yang terkontrol terhadap gigi.
Braket memiliki satu atau lebih tempat untuk menerima arch wire. Ada beberapa
desain braket yang tersedia (Gambar 1).14

Universitas Sumatera Utara

11

Gambar 1. Beberapa variasi braket.21
2. Band
Band adalah komponen pasif yang membantu kecekatan dari braket.
Komponen ini ada dalam berbagai jenis ukuran untuk disesuaikan pada gigi yang
berbeda. Komponen ini terbuat dari stainless steel halus. Perlekatan seperti molar
tubes dan braket dilas pada band yang kemudian disemen pada posisi di sekitar gigi
(Gambar 2).14

Gambar 2. Metal Band.21
3. Buccal Tubes
Braket biasanya dicekatkan pada gigi anterior dan premolar. Perekatan yang
umumnya digunakan pada molar adalah buccal tube atau molar tube. Komponen ini
dapat dilaskan pada band yang kemudian disemenkan pada gigi atau direkatkan
langsung dengan bonding adhesif (Gambar 3).14

Universitas Sumatera Utara

12

C

Gambar 3. Buccal Tubes.22
4. Ligature Wires
Merupakan kawat stainless steel berdiameter 0,009 hingga 0,011 inchi dan
digunakan untuk menjaga arch wire tetap berada pada braket. Komponen ini disebut
juga ligation. Ligation biasanya diperlukan pada braket tipe edgewise yang memiliki
slot menghadap labial (Gambar 4).14

Gambar 4. Ligature wires.21
5. Lock Pins
Komponen ini adalah pin kecil yang digunakan untuk menjaga arch wire tetap
melekat pada braket dengan vertical slot seperti braket ribbon arch. Lock pin
biasanya terbuat dari brass.14
6. Arch Wires
Arch wires adalah salah satu komponen aktif dari piranti ortodonti cekat.
Komponen ini dapat membuat bermacam pergerakan gigi melalui medium braket dan
buccal tubes (Gambar 5).14

Universitas Sumatera Utara

13

Gambar 5. Arch Wire.21
2.3 Plak
Plak dental adalah lapisan berisi organisme yang berkembang di permukaan
gigi, gusi, piranti dalam rongga mulut dan restorasi. Plak akan selalu terbentuk pada
gigi bahkan setelah pembersihan yang teliti, karena ada banyak daerah pada gigi
yang tidak terbersihkan. Plak terbentuk kembali dengan cepat setelah pembersihan
dan dipengaruhi oleh faktor diet secara relatif, meskipun asupan sukrosa dapat
mempercepat pembentukannya.11,12
Plak dental merupakan faktor penyebab utama karies dan penyakit
periodontal. Pengguna ortodonti cekat merupakan individu yang rentan terhadap
akumulasi plak sehingga diperlukan pemeriksaan dan perawatan yang baik dalam
menjaga kebersihan rongga mulut.17

2.3.1 Pembentukan Plak
Pembentukan dari plak biasanya dimulai dengan deposisi pelikel saliva,
meskipun organisme plak terkadang ditemukan merekat langsung pada enamel.
Pelikel saliva dikolonisasi oleh bakteri, umumnya Streptococcus gram-positif.11
Pembentukan terjadi lebih cepat di daerah servikal yang berbatasan dengan
gingiva, dan di daerah tersembunyi lainnya seperti fisur oklusal dan pit. Ada beberapa
bukti menunjukan bahwa plak pada lokasi yang sulit dibersihkan seperti saku
periodontal memiliki komposisi yang berbeda dengan plak supragingiva. Hal ini
terjadi karena lingkungan yang anaerobik dan persistensi plak matang.11
Lapisan plak supragingiva hanya bisa dilihat dengan bantuan disclosing agent,
namun bila akumulasi meningkat, plak menjadi lebih mudah dilihat tanpa bantuan

Universitas Sumatera Utara

14

pewarnaan. Bila semakin tebal, maka plak akan menutupi sebagian besar bagian
gigi.11
Kehadiran sukrosa dalam diet sangat mempengaruhi pembentukan plak.
Sukrosa dimetabolisme oleh organisme streptococcus dan menghasilkan polisakarida
ekstraselular, komponen ini memudahkan perlekatan organisme lain pada enamel
gigi. Perkembangan dari massa plak juga berhubungan dengan kebutuh sukrosa yang
meningkat.11

2.3.2 Komposisi Plak
Plak terbentuk dari 70 persen mikroorganisme dan 30 persen substansi
interbakterial termasuk polisakarida ekstraselular dan sel host.11
1. Mikroorganisme
Tipe mikroorganisme bervariasi pada setiap individual, lokasi dan lama
pembentukan plak. 1 mm3 dari dental plak dengan berat sekitar 1 mg dapat
mengandung 108 bakteri. Bagaimanapun, gigi yang baru dibersihkan akan
mengandung flora yang tersebar pada koloni individual bakteri. Plak supragingiva
melalui beberapa tahap setelah permukaan gigi dibersihkan yaitu :11,12
a. Segera setelah pembersihan : dalam waktu yang singkat pelikel saliva
berdeposit pada gigi.
b. 3-8 jam : terdapat kolonisasi bakteri kokus gram positif dan basil kecil.
Organisme

ini

terdiri

dari

Streptococcus

sanguis,

Streptococcus

mutans,

Streptococcus mitis, Streptococcus salivarius dan Actinomyces viscosus.
c. 24 jam : lapisan plak yang terlihat secara klinis kini terbentuk. Bakteri
yang melekat pada pelikel saliva berkembang dan membentuk mikrokoloni.
Organisme lain tertarik dan melekat pada kumpulan organisme. Studi yang baru
mengindikasikan bahwa plak yang baru terbentuk lebih berfokus pada multiplikasi
dan perlekatan organisme. Pada akhir 24 jam, flora menjadi lebih kompleks dan
kokus anaerobik gram negatif ditemukan.

Universitas Sumatera Utara

15

d. 3 hari : jumlah dari organisme yang ada terus meningkat, dengan bakteri
kokus gram negatif dan basil yang lebih menonjol. Jumlah bakteri anaerob juga
meningkat dan ditemukan fusobacteria serta filaments.
e. 7 hari : fase final dari pematangan plak memperlihatkan penurunan
presentasi kokus gram positif dan basil. Flora kompleks mengandung spirilla,
spirochaetes, fusiform bacilli dan vibrios. Demikian juga dengan jumlah kokus gram
negatif, basil dan organisme berfilamen.
Plak subgingiva biasanya terbentuk dari deposit plak supragingiva.
Bagaimanapun, kondisi dari saku periodontal mempengaruhi kolonisasi bakteri.
Lingkungan pada lokasi ini anaerob dan nutrisi disuplai dari cairan crevicular. Sekitar
90 persen dari organisme yang dikultur adalah anerobic yaitu Bacteroides
melaninogenicus, Fusobacterium nucleatum, Actinomyces dan spirochaetes.
2. Substansi Interbakterial
Meskipun mikroorganisme merupakan komponen yang paling berperan pada
plak, komponen tambahan dapat diidentifikasi secara mikroskopis.11
a. Protein. Protein pada plak merupakan turunan dari glikoprotein atau
saliva.
b. Karbohidrat. Kandungan karbohidrat dari plak berasal dari diet dan tidak
ditemukan pada pasien yang memilih diet non-karbohidrat. Karbohidrat dengan berat
molekul ringan seperti sukrosa berdifusi ke dalam plak. Streptokokus di dalam plak
mengolah karbohidrat ini dan menghasilkan polisakarida ekstraselular yang lengket,
fruktan dan glukan.
c. Sel Epitel. Sel epitel yang terdisintegrasi dapat ditemukan pada permukaan
gigi dan dikelilingi deposit plak.
d. Leukosit. Sel darah putih dari derajat vitalitas yang berbeda dapat
ditemukan pada plak. Biasanya mikroorganisme ditemukan terjebak pada sitoplasma
leukosit.
e. Eritrosit. Terlihat pada plak yang diambil dari daerah gingiva yang
terulserasi.

Universitas Sumatera Utara

16

f. Debris makanan. Serpihan kecil makanan seperti serat otot, dapat
ditemukan pada sampel plak yang diambil dari daerah interproximal.
g. Enzim. Banyak enzim yang ditemukan termasuk kolagenase yang mampu
membuat serat kolagen dan fibril mengalami depolimerisasi. Enzim hyaluronidase
menghancurkan asam hyaluronic, jaringan penting yang melapisi polisakarida di
antara sel-sel epitel.
h. Toxins. Endotoxins yang ditemukan dalam plak merupakan komponen
lipopolisakarida dari dinding sel bakteri gram negatif. Komponen ini merupakan
mediator yang kuat untuk respon inflamasi dan imunitas.
i. Asam. Asam organik seperti lactic dan asam pyruvici dibentuk oleh
bakteri pada karbohidrat dengan berat molekul ringan.
j. Antigen. Antigen memicu respon imunitas dan secara konsisten
menyebabkan kerusakan jaringan.

2.3.3 Indeks Plak
Ada beberapa indeks plak yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi
antara lain:
1. Loe and Silness
Dikeluarkan pada tahun 1964 oleh Loe dan Sillness.18 Indeks ini digunakan
terutama bersamaan dengan dengan indeks gingiva oleh beberapa penulis. Metode ini
melihat ketebalan biofilm pada permukaan gigi di margin gingiva. Prosedur dari
metode ini adalah pemeriksaan gigi spesifik dan seluruh gigi yang dinilai dari
permukaan distal, mesial, fasial dan lingual.
a. Kriteria skor : biofilm dapat diperiksa secara visual atau probing di daerah
sepertiga servikal; disclosing solution dapat digunakan.
- 0 = tidak ada biofilm melekat atau terlihat pada sepertiga gingiva.
- 1 = biofilm melekat pada sepertiga gingiva; terlihat dengan sonde.
- 2 = jumlah biofilm yang terlihat pada sulkus atau margin gingiva adalah
sedang.
- 3 = jumlah biofilm yang banyak terlihat pada sulkus atau margin gingiva.

Universitas Sumatera Utara

17

b. Kriteria penggunaan :
- Untuk gigi individual: total skor dari setiap permukaan dan dibagi empat;
untuk kelompok gigi, total gigi individual dari semua gigi dalam satu kelompok
dibagi dengan jumlah gigi pada kelompok tersebut; digunakan untuk membandingkan
area di mulut.
- Untuk susunan gigi individual: total skor individual dari semua gigi dan
dibagi jumlah gigi; untuk sekelompok individu, total skor individual dan dibagi
jumlah anggota di dalam kelompok tersebut.
2. Quigley
Plak dinilai dari permukaan fasial dan lingual dari semua gigi setelah
menggunakan disclosing agent. Skor plak dari setiap orang diperoleh dengan
menjumlahkan semua skor plak dan dengan jumlah permukaan yang diperiksa.
Sistem skor plak ini mudah digunakan karena defenisi objektif dari setiap skor
numerik. Kekuatan dari indeks plak ini adalah dapat digunakan dalam studi
longitudinal dan percobaan klinis untuk pencegahan dan bahan terapi.20
Kriteria skor :20
- 0 = Tidak ada plak
- 1 = Bercak plak terpisah pada margin servikal gigi
- 2 = Setipis kumpulan plak (1mm) pada margin servikal
- 3 = Tumpukan plak lebih luas dari 1mm namun menutupi lebih kurang
dari sepertiga mahkota
- 4 = Plak menutupi setidaknya sepertiga namun lebih kurang dari dua per
tiga mahkota
- 5 = Plak menutupi dua per tiga atau lebih dari mahkota
3. Indeks Plak Navy Modifikasi
Sangat penting menilai program edukasi kesehatan dan kemampuan individu
untuk melakukan latihan menjaga oral hygiene. Variasi dari indeks plak Navy
modifikasi adalah DMPI (Distal mesial plak index), yang lebih menekankan pada
daerah gingiva dan interproksimal gigi.20

Universitas Sumatera Utara

18

Setiap permukaan gigi dibagi menjadi gingiva, tengah dan sepertiga insisal.
Sepertiga gingiva dibagi menjadi dua bagian lagi, kedua bagian itu dibagi lagi
menjadi longitudinal ke distal, tengah dan sepertiga mesial. Pertengahan dibagi
menjadi distal dan mesial. Bagian insisal tidak dibagi.20

4. O’Leary
Dipopulerkan oleh O’Leary dan dianggap ideal untuk menilai kebersihan
rongga mulut. Indeks ini menggunakan grafik atau gambar sehingga lebih mudah
bagi dokter gigi maupun pasien untuk mengevaluasi hasil dari kontrol plak. 18
Meskipun nol persen adalah ideal, kurang dari 10 persen telah disarankan
sebagai panduan dalam terapi periodontal. Setelah terapi inisial, ketika pasien
mencapai level 10 persen maka prosedur perawatan periodontal dan retorasi
dilakukan. Dengan perbandingan, evaluasi yang sama menggunakan pencatatan skor
bebas plak berarti memiliki tujuan untuk mencapai 90 persen atau skor bebas plak
yang lebih baik sebelum perawatan fase surgical dilakukan.20
5. Podshadley dan Hadley
a. Keuntungan dari indeks ini adalah :
-

Merupakan

indeks

pertama

yang

dikembangkan

untuk

menilai

kemampuan individual dalam menghilangkan debris setelah dilakukan penyikatan
gigi.
-

Mudah digunakan dan dilakukan

-

Untuk edukasi pasien indivdiual

b. Pemilihan dari gigi dan permukaan
Dipilih enam permukaan dari enam gigi, yaitu insisivus sentralis kanan atas,
kaninus kiri atas, premolar dua kiri atas, insisivus sentralis kiri bawah, kaninus kanan
bawah dan premolar dua kanan bawah. Indeks ini mencatat adanya plak atau tidak
dengan nilai satu atau nol.13

Universitas Sumatera Utara

19

c. Skala Nominal Skor
-

Baik

= 0,1 hingga 1,7

-

Sedang

= 1,8 hingga 3,4

-

Buruk

= 3,5 hingga 5,0

Gambar 6. Pembagian permukaan gigi yang diperiksa
dalam indeks Podshadley dan Hadley.10

2.4 Sikat Gigi
Sangat memuaskan bila kita dapat menyatakan bahwa penyakit gigi dapat
dicegah dengan prosedur dan sikap yang benar dengan perawatan dini. Pengetahuan
sudah berkembang dengan pesat sehingga banyak penyakit dapat dikurangi dan
bahkan dieliminasi dengan tindakan pencegahan.11
Pencegahan dari penyakit dapat dibagi menjadi pasif atau aktif tergantung dari
tindakan pasien itu sendiri. Semakin pasif perawatan pencegahan maka semakin
sukses perawatan tersebut, sedangkan perawatan pencegahan penyakit yang
disebabkan oleh makan dan minum yang berlebih hanya dapat dicegah dengan
tindakan aktif dari pasien.11
Sayangnya,

satu-satunya

perawatan

dental

pasif

adalah

fluoridasi.

Kebanyakan perawatan dental lainnya membutuhkan peran aktif dari pasien. Hal
tersebut menjadi alasan kenapa kesuksesan dalam perawatan sangat terbatas.11
Pencegahan dari penyakit dapat diklasifikasikan menjadi tiga fase yaitu
perawatan primer, sekunder dan tersier.11

Universitas Sumatera Utara

20

a. Pencegahan primer: prosedur dilakukan untuk mencegah agar penyakit
tidak terjadi.
b. Pencegahan sekunder: deteksi awal dari penyakit, mengganggu prosesnya
dengan perbaikan atau pengobatan awal.
c. Pencegahan tersier: perawatan pada penyakit yang sudah berkembang
dengan tujuan untuk meminimalisasi atau menghentikan proses penghancuran. Pada
tahap ini perawatan bertujuan untuk menolak serangan lebih lanjut dari penyakit.
Pendekatan dalam perawatan adalah sama apapun penyakitnya, namun peran
utama dokter gigi dalam perawatan pencegahan kini adalah fase 2. Idealnya, kita
harus mencoba membuat fase 1 berhasil. Salah satu perawatan pencegahan fase 1
adalah menyikat gigi.12
Pada masa lalu, sudah cukup banyak waktu didedikasikan untuk
mendiskusikan desain dari sikat gigi dan teknik menyikat gigi. Pada umumnya
instruksi menyikat gigi secara formal tidak berhubungan dengan susunan gigi pasien
tersebut, karena pasien memiliki masalah tersendiri di dalam rongga mulutnya.
Bagaimanapun, sangat penting bagi seorang dokter gigi untuk mendiskusikan desain
sikat gigi, metode menyikat gigi, frekuensi menyikat gigi dan peranan pasta gigi.12

2.4.1 Desain Sikat Gigi
Ada beberapa pilihan bentuk, tekstur dan ukuran dari sikat gigi yang ada di
publik. Beberapa sikat dinilai tidak efektif dalam membersihkan gigi, namum belum
banyak perkembangan yang dibuat terjadi pada area ini. Beberapa perusahaan
menghasilkan sikat gigi yang sangat memuaskan.11
1. Ukuran. Susunan gigi dianggap lebih rumit dan memiliki beberapa daerah
yang sulit untuk dijangkau. Sudah jelas bahwa sikat gigi tidak boleh memiliki kepala
yang terlalu besar agar muat di sudut yang sulit dijangkau, namun kepala yang terlalu
kecil membuat waktu menyikat gigi lebih lama. Beberapa dokter gigi setuju bahwa
sikat gigi dengan panjang kepala sekitar 2-5 cm direkomendasikan untuk digunakan
oleh orang dewasa, sedangkan kepala sikat yang sedikit lebih kecil untuk anakanak.11

Universitas Sumatera Utara

21

2. Material. Bulu sikat nilon dianggap lebih baik daripada bulu sikat natural
oleh karena :11
a. Kontrol kualitas dan ukuran bulu sikat nylon lebih baik.
b. Bulu sikat plastik berpotensial lebih bersih daripada bulu sikat natural,
oleh karena bulu sikat ini tidak menyerap cairan dan mikroorganisme.
c. Tekstur dari bulu sikat nilon tidak dipengaruhi oleh kondisi basah, di mana
bulu sikat natural lebih halus dalam kondisi basah.11
Ada anggapan umum bahwa bulu sikat multi-tufted adalah yang paling efektif karena
bulu sikat seperti itu memiliki sejumlah tuft kecil dibandingkan bulu sikat dengan tuft
yang lebih besar dan sedikit. Setiap helai bulu sikat biasanya memiliki diameter 0,007
hingga 0,011 inchi.11
3. Tekstur.

Sikat

bertekstur

medium

adalah

yang

paling

sering

direkomendasikan. Sikat gigi yang lebih keras dapat memungkinkan terjadinya resesi
gingiva dan abrasi gigi. Bila bulu sikat terlalu keras maka bulu mungkin saja tidak
bisa mencapai daerah embrasur atau daerah lain yang sama.11
Bulu sikat dengan tekstur lembut bisa saja tidak efisien dalam menghilangkan
plak. Sikat gigi berbulu lembut mungkin saja terasa tidak efektif bagi orang yang
menggunakannya. Sikat gigi dengan bulu lembut biasanya direkomendasikan untuk
pasien dengan sensitivitas servikal.11
Kekerasan bulu sikat bergantung pada tiga faktor yaitu material, diameter dan
panjang. Semenjak bulu sikat dibuat dengan nilon dan kebanyakan bulu sikat
memiliki panjang 10 hingga 12 mm, diameter dari bulu sikat menjadi penting dalam
menentukan tekstur. Dalam proses pembuatannya, diameter dapat diatur dengan
presisi yang ekstrem. Bulu sikat gigi untuk dewasa biasanya memiliki diameter 0,007
hingga 0,015 inchi. Bulu sikat gigi memiliki beberapa jenis diameter, yaitu dari 0,007
hingga 0,009 inchi dikatakan sebagai soft dan dinomori 7, 8, atau 9. Untuk diameter
0,010 hingga 0,012 inchi. (10, 11, 12) dikategorikan medium hard, nomor 13 dan 14
dengan diameter 0,013 dan 0,014 dikategorikan hard, sedangkan untuk sikat gigi
bernomor 15 ( 0,015 inchi ) adalah extra hard.12,18

Universitas Sumatera Utara

22

Gambar 7. Variasi sikat gigi dari desain kepala dan gagang.23

2.4.2 Sikat Gigi Khusus Ortodonti
Beberapa perusahaan membuat sikat gigi khusus untuk pemakai ortodonti cekat,
dikenal sebagai sikat gigi bi-level yang bulu sikat pada pinggirnya panjang dan bulu
sikat pada bagian tengah lebih pendek. Bulunya dirancang sedemikian rupa agar baris
terluar relatif lembut dan panjang. Bulunya dalam pola panjang dan memendek secara
bertahap. Sikat gigi khusus ini dipakai karena mampu membersihkan kotoran yang
menempel di sela-sela gigi dan kawat, yang tidak bisa dijangkau oleh sikat gigi biasa.
Perlu diperhatikan bahwa pasien perlu hati-hati pada waktu membersihkan plak yang
menempel pada kawat agar tidak sampai merusak kawat giginya.11

Gambar 8. Sikat gigi khusus ortodonti.24

Universitas Sumatera Utara

23

2.4.3 Metode Menyikat Gigi
Banyak metode menyikat gigi sudah dikembangkan dan kebanyakan memiliki
namanya sendiri, seperti Bass, Stillman, Charter dan lain-lain. Tujuan dari menyikat
gigi adalah untuk menghilangkan dan mengganggu formasi plak, membersihkan gigi
dari makanan, debris dan stain, menstimulasi jaringan gingiva serta mengaplikasikan
pasta gigi berfluorida. Metode menyikat gigi yang paling ditekankan adalah
horizontal scrub, Fones, Leonard’s, Stillman’s, Charters, Bass, rolling stroke dan
Smith-bell. Semua teknik ini mampu membersihkan permukaan gigi bagian fasial,
lingual dan oklusal. Semua teknik di atas secara relatif tidak efektif dalam
membersihkan daerah interproksimal dan hanya teknik Bass yang efektif
membersihkan daerah sulkus.11,12
1. Metode Menyikat Natural
Metode menyikat natural yang paling banyak digunakan oleh pasien yang
belum diedukasi dalam menyikat gigi adalah teknik reciprocal horizontal scrub,
gerakan memutar, atau gerakan atas bawah pada gigi maksila dan mandibula. Pasien
mampu efektif menyikat gigi dengan teknik ini tanpa menyebabkan trauma ataupun
penyakit.11,12
2. Horizontal
Teknik horizontal scrub merupakan metode yang paling sering digunakan.
Bulu sikat diposisikan perpendikular terhadap mahkota gigi. Sikat gigi digerakan ke
belakang dan ke depan dengan gerakan horizontal pendek. Teknik ini terbilang yang
paling efektif untuk anak-anak dengan gigi desidui karena anatomi bell shape yang
ada pada gigi. Dalam periode waktu yang lama, tekanan berlebihan dan pasta gigi
abrasif dapat menyebabkan resesi gingiva dan kerusakan gigi pada daerah
cementoenamel junction.11,12,18
3. Fones
Teknik Fones serupa dengan metode horizontal scrub. Dalam teknik ini
gerakan yang

digunakan adalah gerakan memutar.

Fones

memperhatikan

kemungkinan rusaknya gingiva namun menstimulasi gingiva dengan gerakan
memutar.11,12

Universitas Sumatera Utara

24

4. Leonard
Dalam metode leonard, gerakan menyikat ke atas dan bawah digunakan pada
bagian fasial gigi posterior untuk membersihkan plak dan menstimulasi gingiva.
Ketiga gerakan menyikat digunakan oleh individu yang sama selama menyikat gigi
dan tidak mungkin untuk menentukan gerakan dominan menghilangkan debris dan
stain dari permukaan gigi. Semua gerakan bisa menstimulasi dan terkadang merusak
gingiva.11,12,18
5. Stillman
Metode Stillman sesungguhnya dikembangkan agar mampu menstimulasi
gingiva. Bulu sikat diposisikan sehingga membentuk sudut 45 derajat terhadap akar
gigi, dengan sebagian dari bulu sikat terletak pada gingiva dan sisanya pada gigi.
Gerakan bergetar digunakan dengan tekanan ringan untuk menstimulasi gingiva. Bulu
sikat diangkat dan diletakan kembali di area yang sama dengan tekanan yang ringan
secara berulang.11,12
6. Charters
Charters

memperkenalkan

teknik

tekanan

dengan

getaran

untuk

membersihkan daerah interproksimal. Tujuan utama dari Charter adalah untuk
mengurangi insiden karies interproksimal. Bulu sikat diletakan pada gingiva dengan
sudut 90 derajat terhadap permukaan gigi dan secara perlahan memasuki daerah
interproksimal. Gerakan menggetarkan dimulai dan bulu sikat ditarik. Prosedur ini
diulaing beberapa kali pada setiap daerah interproksimal. Metode sangat berguna
dalam membersihkan permukaan abutment dari fixed bridges, sekitar piranti ortodonti
cekat dan ketika jaringan interproksimal hilang. Ketika papila normal ada, metode
lain lebih mudah digunakan dan memiliki kemampuan yang sama dalam
membersihkan daerah interproksimal.11,12
7. Bass
Sangat penting dicatat bahwa teknik Bass adalah teknik pertama yang
difokuskan untuk membersihkan plak dan debris pada sulkus gingiva dengan
kombinasi sikat gigi berbulu lembut dan dental floss. Metode ini efektif untuk

Universitas Sumatera Utara

25

menghilangkan plak di bawah margin gingiva sebagai bagian dari pencegahan
penyakit periodontal dan karies.11,12,18
Bass memperkenalkan kualitas spesifik untuk sikat gigi yang digunakan
dalam penyikatan sirkular, beberapa syaratnya adalah :11,12
a. Ukuran sikat gigi individual
b. Mudah dan efektif untuk digunakan
c. Mudah dibersihkan
d. Tahan terhadap kelembaban
e. Tahan lama
f. Tidak mahal
Dalam teknik Bass sikat gigi diposisikan pada sulkus gingiva dengan sudut
450 terhadap apex gigi. Bulu sikat secara perlahan ditekankan ke dalam sulkus.
Gerakan menggetarkan yaitu gerakan maju mundur secara horizonal, menyebabkan
tekanan dari bulu sikat membersihkan sulkus.11,12
8. Rolling Stroke
Metode rolling stroke melibatkan pembersihan gigiva dan gigi secara umum
tanpa perluasan hingga sulkus gingiva. Teknik ini menawarkan instruksi persiapan
untuk modifikasi Stillman, Charter dan Bass. Bulu sikat diposisikan paralel dan
menghadap gingiva cekat, dengan kepala sikat gigi diposisikan sejajar dengan dataran
oklusal. Pergelangan tangan kemudian diputar untuk melekukan bulu sikat terhadap
gingiva dan permukaan fasial. Gerakan menyapu dengan akurat dilanjutkan hingga
permukaan oklusal dan insisal dicapai. Bulu sikat berada pada sudut yang benar
terhadapa permukaan gigi setelah sikat melewati mahkota. Gerakan menekan dan
memutar diulang setidaknya lima kali sebelum berlanjut ke daerah berikutnya.
Melewati area gigi menjamin pembersihan yang lebih menyeluruh. Dengan metode
ini pasien dapat melewatkan daerah sepertiga gingiva dari gigi bila rotasi dimulai dari
mahkota dan tidak pada gingiva cekat. Jika sikat gigi diposisikan terlalu dalam
hingga vestibulum bukal maka dapat merusak mucogingival junction dan mukosa
alveolar.11,12,18

Universitas Sumatera Utara

26

2.5 Kerangka Teori
Maloklusi
Perawatan

Plak
Pembentukan plak

Ortodonti Lepasan

Komposisi plak

Ortodonti Cekat

Indeks plak
Kontrol plak
Kimia
Mekanis
Sikat gigi
Konvensional
Berbulu lembut
Berbulu sedang
Berbulu kasar
Khusus Ortodonti

Universitas Sumatera Utara

27

2.6 Kerangka konsep
Variable Bebas :

Variable tergantung :

Sikat gigi konvensional

Indeks plak pengguna ortodonti

Sikat gigi khusus ortodonti

cekat

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perbandingan Efektivitas Sikat Gigi Konvensional dengan Sikat Gigi Khusus Ortodonti terhadap Akumulasi Plak pada Mahasiswa Preklinik Pengguna Ortodonti Cekat di FKG USU

0 0 12

Perbandingan Efektivitas Sikat Gigi Konvensional dengan Sikat Gigi Khusus Ortodonti terhadap Akumulasi Plak pada Mahasiswa Preklinik Pengguna Ortodonti Cekat di FKG USU

0 0 4

Perbandingan Efektivitas Sikat Gigi Konvensional dengan Sikat Gigi Khusus Ortodonti terhadap Akumulasi Plak pada Mahasiswa Preklinik Pengguna Ortodonti Cekat di FKG USU Chapter III VI

0 0 17

Perbandingan Efektivitas Sikat Gigi Konvensional dengan Sikat Gigi Khusus Ortodonti terhadap Akumulasi Plak pada Mahasiswa Preklinik Pengguna Ortodonti Cekat di FKG USU

0 0 3

Perbandingan Efektivitas Sikat Gigi Konvensional dengan Sikat Gigi Khusus Ortodonti terhadap Akumulasi Plak pada Mahasiswa Preklinik Pengguna Ortodonti Cekat di FKG USU

0 0 18

Perbandingan Efektivitas Sikat Gigi Konvensional dengan Sikat Gigi Khusus Ortodonti terhadap Akumulasi Plak pada Mahasiswa Preklinik Pengguna Ortodonti Cekat di FKG USU

0 0 12

Perbandingan Efektivitas Sikat Gigi Konvensional dengan Sikat Gigi Khusus Ortodonti terhadap Akumulasi Plak pada Mahasiswa Preklinik Pengguna Ortodonti Cekat di FKG USU

0 0 4

Perbandingan Efektivitas Sikat Gigi Konvensional dengan Sikat Gigi Khusus Ortodonti terhadap Akumulasi Plak pada Mahasiswa Preklinik Pengguna Ortodonti Cekat di FKG USU

0 1 23

Perbandingan Efektivitas Sikat Gigi Konvensional dengan Sikat Gigi Khusus Ortodonti terhadap Akumulasi Plak pada Mahasiswa Preklinik Pengguna Ortodonti Cekat di FKG USU

0 0 3

Perbandingan Efektivitas Sikat Gigi Konvensional dengan Sikat Gigi Khusus Ortodonti terhadap Akumulasi Plak pada Mahasiswa Preklinik Pengguna Ortodonti Cekat di FKG USU

0 0 16