Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Partisipasi
Kata partisipasi sering dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan yang bernuansa
pembangunan, pengambilan keputusan, kebijakan, pelayanan pemerintah. Sehingga
partisipasi itu memiliki arti yang penting dalam kegiatan pembangunan, dimana
pembangunan itu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan masyarkat.
Bhattacharyya (dalam Ndraha,1990: 102) mengartikan partisipasi sebagai
pengambilan bagian dalam kegiatan bersama, sedangkan Mubyarto (dalam
Ndraha,1990: 102) juga menyebutkan bahwa partisipasi sebagai kesediaan untuk
membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti
mengorbankan kepentingan diri sendiri.
Wahyudi Kumorotomo (1999:112-114) mengatakan bahwa partisipasi adalah
berbagai corak tindakan massa maupun individual yang memperlihatkan adanya
hubungan timbale balik antara pemerintah dengan warganya. Secara umum corak
partisipasi warga Negara dapat dibedakan menjadi empat macam:
1. Partisipasi dalam pemilihan (electoral participation).
2. Partisipasi kelompok (group participation).
3. Kontak antara warga Negara dengan pemerintah (citizen government contacting).
4. Partisipasi warga negara langsung.

Begitu juga halnya dengan Soetrisno (dalam Tangkilisan, 2005:320)
partisipasi ditempatkan sebagai style of development yang berarti bahwa partisipasi
dalam kaitannya dengan proses pembangunan haruslah diartikan sebagai usaha
mentranformasikan sistem pembangunan dan bukan sebagai suatu bagian dari usaha

12
Universitas Sumatera Utara

system mainternance. Untuk itu, partisipasi seharusnya diartikan sebagai suatu nilai
kerja bagi masyarakat maupun pengelola pembangunan sehingga partisipasi
berfungsi sebagai mesin pendorong pembangunan. Dalam pembangunan, partisipasi
semua unsur masyarakat dengan kerja sama sukarela merupakan kunci utama bagi
keberhasilan pembangunan. Soehardjo (dalam Tangkilisan 2005:321). Dalam hal ini
partisipasi berfungsi menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk berkembang
secara mandiri (self-reliance) dalam usaha memperbaiki taraf hidup masyarakat.
Davis (dalam Tangkilis 2005: 321) memberikan pengertian partisipasi
sebagai berikut:
“Participation is defined as an individual as mental and emosional involvement in a
group situasion that encourages him to contribute to group goal and share
responsibility for them.”

Bila diterapkan dalam pembangunan, maka pendapat Keith Davis ini mengandung
tiga unsur pokok, yaitu:
1. Adanya keterlibatan mental dan emosi individu dalam melakukan aktifitas
kelompok;
2. Adanya motivasi individu untuk memberikan kontribusi tergerak yang dapat
berwujud barang, jasa, buah pikiran, tenaga, dan keterampilan;
3. Timbulnya rasa tanggung jawab dalam diri individu terhadap aktivitas kelompok
dalam usaha pencapaian tujuan.
Partisipasi adalah keterlibatan – keterlibatan mental dan emosional orang –
orang di dalam satu kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan
kepada masyarakat dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab
terhadap usaha yang bersangkutan (Sastropoetro, 1986: 83). Terdapat dua unsur
pokok mengapa partisipasi itu penting, pertama, alasan etnis yaitu dalam arti

13
Universitas Sumatera Utara

pembangunan demi manusia berpartisipasi sebagai subyek, bukan menjadi obyek.
Kedua, alasan sosiologis yaitu bila perkembangan diharapkan berhasil dalam rangka
waktu yang panjang ia harus menyertakan sebanyak mungkin orang kalau tidak

pembangunan pasti tidak akan terlaksana dengan baik (Darsono, dalam Sastropoetro,
1986: 83).
Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa dalam partisipasi
terdapat unsur-unsur sebagai berikut :
1. Keterlibatan peserta didik dalam segala kegiatan yang dilaksanakan dalam
proses belajar mengajar.
2. Kemauan peserta didik untuk merespon dan berkreasi dalam kegiatan yang
dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.Partisipasi siswa dalam
pembelajaran sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang aktif,
kreatif, dan menyenangkan. Dengan demikian tujuan pembelajaran yang
sudah direncakan bisa dicapai semaksimal mungkin.
Tidak ada proses belajar tanpa partisipasi dan keaktifan anak didik yang
belajar. Setiap anak didik pasti aktif dalam belajar, hanya yang membedakannya
adalah kadar/bobot keaktifan anak didik dalam belajar. Ada keaktifan itu dengan
kategori rendah, sedang dan tinggi. Disini perlu kreatifitas guru dalam mengajar agar
siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Penggunaan strategi dan metode yang
tepat akan menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Metode belajar
mengajar yang bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa
siswa dalam situasi yang lebih kondusif karena siswa lebih berperan serta lebih
terbuka dan sensitif dalam kegiatan belajar mengajar.


14
Universitas Sumatera Utara

2.1.1 Bentuk – bentuk partisipasi
Bentuk partisipasi yang nyata yaitu:
a) Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha
bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan.
b) Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta
benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.
c) Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga
untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu
program.
d) Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan
yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya.
e) Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan ide,
pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program
maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk
mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna
mengembangkan kegiatan yang diikutinya.

Menurut Effendi, partisipasi ada dua bentuk, yaitu partisipasi vertikal dan
partisipasi horizontal.
I.

Partisipasi vertikal adalah suatu bentuk kondisi tertentu dalam masyarakat
yang terlibat di dalamnya atau mengambil bagian dalam suatu program pihak
lain, dalam hubungan mana masyarakat berada sebagai posisi bawahan.

II.

Partisipasi horizontal adalah dimana masyarakatnya tidak mustahil untuk
mempunyai prakarsa dimana setiap anggota / kelompok masyarakat
berpartisipasi secara horizontal antara satu dengan yang lainnya, baik dalam
melakukan usaha bersama, maupun dalam rangka melakukan kegiatan

15
Universitas Sumatera Utara

dengan pihak lain. menurut Effendi sendiri, tentu saja partisipasi seperti ini
merupakan


tanda

permulaan

tumbuhnya

masyarakat

yang

mampu

berkembang secara mandiri (canboys.co.cc/2010/05/14).

2.1.2 Prinsip-prinsip partisipasi
Prinsip – prinsip dari partisipasi antara lain sebagai berikut:
1. Cakupan : Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena
dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan.
2. Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership): Pada dasarnya setiap orang

mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak
untuk menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna
membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masingmasing pihak.
3. Transparansi :Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan komunikasi
dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog.
4. Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership) : Berbagai pihak
yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan
kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi.
5. Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility : Berbagai pihak
mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya
kesetaraan kewenangan (sharing power) dan keterlibatannya dalam proses
pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.
6. Pemberdayaan (Empowerment : Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari
segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui

16
Universitas Sumatera Utara

keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling
belajar dan saling memberdayakan satu sama lain.

7. Kerjasama : Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk
saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada,
khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia
(shvoong.com/18/03/2014).

2.1.3 Tipe Partisipasi
Tipologi

Karakteristik

Partisipasi pasif /

(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara diberitahu

manipulatif

apa yang sedang atau telah terjadi;
(b) Pengumuman sepihak oleh manajemen atau
pelaksana proyek tanpa memperhatikan tanggapan
masyarakat;

(c) Informasi yang dipertukarkan terbatas pada
kalangan profesional di luar kelompok sasaran.

Partisipasi dengan cara

(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab

memberikan informasi

pertanyaan-pertanyaan

penelitian

seperti

dalam

kuesioner atau sejenisnya;
(b) Masyarakat tidak punya kesempatan untuk terlibat
dan memengaruhi proses penyelesaian;

(c) Akurasi hasil penelitian tidak dibahas bersama
masyarakat.
Partisipasi melalui

(a)

Masyarakat

konsultasi

berkonsultasi;

berpartisipasi

dengan

cara

17
Universitas Sumatera Utara


(b) Orang luar mendengarkan dan membangun
pandangan-pandangannya sendiri untuk kemudian
mendefinisikan permasalahan dan pemecahannya,
dengan

memodifikasi

tanggapan-tanggapan

masyarakat;
(c) Tidak ada peluang bagi pembuat keputusan
bersama;
(d) Para profesional tidak berkewajiban mengajukan
pandangan-pandangan masyarakat (sebagai masukan)
untuk ditindaklanjuti.
Partisipasi untuk insentif

(a)

Masyarakat

materil

menyediakan sumber daya seperti tenaga kerja, demi
mendapatkan

berpartisipasi

makanan,

upah,

dengan

ganti

cara

rugi,

dan

sebagainya;
(b) Masyarakat tidak dilibatkan dalam eksperimen
atau proses pembelajarannya;
(c)

Masyarakat

tidak

mempunyai

andil

untuk

melanjutkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada
saat insentif yang disediakan/diterima habis.
Partisipasi fungsional

(a) Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk
kelompok untuk mencapai tujuan yang berhubungan
dengan proyek;
(b) Pembentukan kelompok (biasanya) setelah ada
keputusan-keputusan utama yang disepakati;
(c)

Pada

awalnya,

kelompok

masyarakat

ini

18
Universitas Sumatera Utara

bergantung pada pihak luar (fasilitator, dll) tetapi pada
saatnya mampu mandiri.
Partisipasi interaktif

a) Masyarakat berpartisipasi dalam analisis bersama
yang mengarah pada perencanaan kegiatan dan
pembentukan lembaga sosial baru atau penguatan
kelembagaan yang telah ada;
(b) Partisipasi ini cenderung melibatkan metode interdisiplin yang mencari keragaman perspektif dalam
proses belajar yang terstruktur dan sistematik;
(c) Kelompok-kelompok masyarakat mempunyai
peran kontrol atas keputusan-keputusan mereka,
sehingga mereka mempunyai andil dalam seluruh
penyelenggaraan kegiatan.

Self mobilization

(a) Masyarakat berpartisipasi dengan mengambil
inisiatif secara bebas (tidak dipengaruhi/ditekan pihak
luar) untuk mengubah sistem-sistem atau nilai-nilai
yang mereka miliki;
(b) Masyarakat mengembangkan kontak dengan
lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan bantuanbantuan teknis dan sumberdaya yang dibutuhkan;
(c) Masyarakat memegang kendali atas pemanfaatan
sumberdaya yang ada.

(wordpress.com/2009/06/05).

19
Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi partisipasi masyarakat dalam
suatu program, sifat faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan
program namun ada juga yang sifatnya dapat menghambat keberhasilan program.
Misalnya saja faktor usia, terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan
penghasilan. Menurut

Angell

partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat

dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan
seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:
1. Usia
Faktor usia merupakan faktor yang memengaruhi sikap seseorang terhadap
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah
ke atas dengan keterikatanmoral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih
mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari
kelompok usia lainnya.
2. Jenis kelamin
Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan
bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa
dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus
rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah
bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang
semakin baik.
3. Pendidikan
Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan
dianggap dapat memengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu
sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

20
Universitas Sumatera Utara

4. Pekerjaan dan penghasilan
Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang
akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan
penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong
seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya
bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang
mapan perekonomian.
5. Lamanya tinggal
Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya
berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi
seseorang. Semakin lama iatinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki
terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam
setiap kegiatan lingkungan tersebut (wordpress.com/2009/06/05).

2.2 Masyarakat
2.2.1 Pengertian Masyarakat
Masyarakat berasal dari akar kata arab yaitu syaraka yang berarti “ikut serta,
berpartisipasi” dimana masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi
menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontiniu, dan yang terikat
oleh suatu rasa identitas bersama. Menurut Talcott Parsons Masyarakat adalah suatu
sistem sosial yang swasembada melebihi masa hidup individu normal, dan merekrut
anggota secara reproduksi biologis serta melakukan sosialisasi terhadap generasi
berikutnya (Sunarto, 2000: 56).
Dari defenisi di atas dapat dikemukakan empat kriteria yang perlu dipenuhi
agar suatu kelompok dapat disebut masyarakat:

21
Universitas Sumatera Utara

1. Kemampuan bertahan melebihi masa hidup seorang individu.
2. Rekrutmen seluruh atau sebagian anggota melalui reproduksi.
3. Kesetiaan pada suatu “sistem tindakan utama bersama”.
4. Adanya sistem tindakan utama yang bersifat “swasembada” (Sunarto, 2000:
56)
Krech

Crutchfield,

dan

Ballachey

(dalam

Setiadi,

2006:

80-81)

mengemukakan defenisi masyarakat sebagai: “A society is that it is organized
collectivity of interacting people whose activies become centered around a set of
common goals, and who tend to share common beliefs, attitudes, and of action.”
Unsur masyarakat berdasarkan defenisi ini, adalah:
1. Kolektivitas interaksi manusia yang terorganisasi.
2. Kegiatannya terarah pada sejumlah tujuan yang sama.
3. Memiliki kecenderungan untuk memiliki keyakinan, sikap dan bentuk
tindakan yang sama.
Pada konsep ini, masyarakat lebih dicirikan oleh interaksi, kegiatan, tujuan,
keyakinan, dan tindakan sejumlah manusia yang sedikit banyak berkecenderungan
sama. Dalam masyarakat tersebut terdapat ikatan – ikatan berupa tujuan, keyakinan,
tindakan terungkap pada interaksi manusianya. Dalam hal ini, interaksi dan tindakan
itu tentu saja, interaksi serta tindakan sosial (Setiadi, 2006: 80 - 81).

2.2.2Ciri – ciri masyarakat
Ciri – ciri masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Kumpulan orang.
2. Sudah terbentuk dalam jangka waktu yang lama.
3. Sudah memiliki system social atau stuktur sosial tersendiri.

22
Universitas Sumatera Utara

4. Memiliki kepercayaan, sikap, dan perilaku yang dimiliki bersama (Setiadi,
2006: 80).

2.3 Kemiskinan
2.3.1 Pengertian Kemiskinan
Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau
sekelompok orang hidup di bawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai
manusia

disebabkan

hidupnya.Sementara

ketidakmampuan

sebagai

suatu

proses,

dalam

memenuhi

kemiskinan

kebutuhan

merupakan

proses

menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang,
sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap
layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia.
Secara umum, istilah miskin atau kemiskinan dapat dengan mudah kita
artikan sebagai suatu kondisi yang kurang atau minim. Dalam hal ini konsep kurang
maupun minim dilihat secara komparatif antara kondisi nyata kehidupan pribadi atau
sekelompok orang di satu pihak dengan kebutuhan pribadi atau sekelompok orang di
lain pihak. Pengertian minim disini bersifat relatif, dapat berbeda dengan rentang
waktu yang berbeda. Dapat pula berbeda dengan lingkungan yang berbeda (Siagian,
2012: 2-4).
Menurut Jhon Friedman (dalam Sismudjito,136:2004) kemiskinan adalah
ketidaksamaan untuk mengakumulasikan basis kekuatan sosial. Basis kekuasaan
sosial yang dimaksud meliputi (tidak terbatas pada) modal yang produktif atau
asset(misalnya tanah, perumahan, peralatan, dan kesehatan) sumber – sumber
keuangan (pendapatan dan kredit yang memadai), organisasi sosial politik yang dapat

23
Universitas Sumatera Utara

digunakan untuk mencapai kepentingan bersama (partai politik, koperasi, jaringan
kerja untuk memperoleh pekerjaan, barang – barang, pengetahuan dan keterampilan
yang memadai dan informasi yang berguna untuk memajukan kehidupan).
Apabila pendapat yang dikemukakan oleh Jhon Friedman dirujuk dengan
pendapat lain dalam derajat yang minimal, akan terdapat titik temu yang signifikan.
Oleh karena itu Andre Bayo Ala (dalam Sismudjito, 136: 2004) mengemukakan
bahwa kemiskinan itu adalah jurang pemisah antara nilai – nilai utama yang
diakumulasikan dengan pemenuhan kebutuhan akan nilai – nilai tersebut secara
layak.

2.3.2 Jenis – jenis Kemiskinan
a. Kemiskinan absolut, yaitu keadaan miskin yang diakibatkan oleh
ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang dalam memenuhi
kebutuhan pokoknya, seperti untuk makan, pakaian, pendidikan, kesehatan,
dan lain – lain. Biasanya diukur dengan garis kemiskinan, baik yang berupa
indikator tunggal maupun pendapatan dan pengeluaran atau kebutuhan dasar.
b. Kemiskinan relatif, keadaan miskin yang dialami individu atau kelompok
dibandingkan dengan kondisi umum suatu masyarakat. Seseorang yang
memiliki pendapatan rendah akan dihitung perkapita.
c. Kemiskinan kultural, yaitu kemiskinan yang mengaju pada sikap, gaya hidup,
nilai dan orientasi sosial budaya seseorang atau masyarakat yang masih
sejalan dengan etos kemajuan (modernisasi). Sikap malas atau tidak memiliki
prestasi, berorientasi ke masa lalu, tidak memliki jiwa wirausaha adalah
beberapa karakteristik yang menandai kemiskinan kultural.

24
Universitas Sumatera Utara

d. Kemiskinan Struktural, kemiskinan yang diakibatkan oleh ketidakberesan
atauketidakadilan sturktur, baik struktur politik, sosial, maupun ekonomi
yang tidak memungkinkan seseorang atau sekelompok orang menjangkau
sumber – sumber kehidupan yang sebenarnya tersedia bagi mereka (Suharto,
2009: 74 - 75).

2.3.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi kemiskinan
Setiap permasalahan timbul pasti karna ada faktor yang mengiringinya yang
menyebabkan timbulnya sebuah permasalahan, begitu juga dengan masalah
kemiskinan yang dihadapi oleh negara indonesia. Beberapa faktor yang
menyebabkan timbulnya kemiskinan adalah:
1). Pendidikan yang Terlampau Rendah
Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai
keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan pendidikan
atau keterampilan yang dimiliki seseorang menyebabkan keterbatasan kemampuan
seseorang untuk masuk dalam dunia kerja.
2). Malas Bekerja
Adanya sikap malas (bersikap pasif atau bersandar pada nasib) menyebabkan
seseorang bersikap acuh tak acuh dan tidak bergairah untuk bekerja.
3). Keterbatasan Sumber Alam
Suatu masyarakat akan dilanda kemiskinan apabila sumber alamnya tidak lagi
memberikan keuntungan bagi kehidupan mereka. Hal ini sering dikatakan
masyarakat itu miskin karena sumberdaya alamnya miskin.

25
Universitas Sumatera Utara

4). Terbatasnya Lapangan Kerja
Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi kemiskinan bagi
masyarakat. Secara ideal seseorang harus mampu menciptakan lapangan kerja baru
sedangkan secara faktual hal tersebut sangat kecil kemungkinanya bagi masyarakat
miskin karena keterbatasan modal dan keterampilan.
5). Keterbatasan Modal
Seseorang miskin sebab mereka tidak mempunyai modal untuk melengkapi
alat maupun bahan dalam rangka menerapkan keterampilan yang mereka miliki
dengan suatu tujuan untuk memperoleh penghasilan.
6). Beban Keluarga
Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila tidak diimbangi
dengan usaha peningakatan pendapatan akan menimbulkan kemiskinan karena
semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat tuntutan atau beban
untuk hidup yang harus dipenuhi(wordpress.com/16/03/2014).
Faktor penyebab kemiskinan jika menitikberatkan kajian pada interaksi
antara berbagai elemen yang berkontribusi dalam proses pemenuhan kebutuhan
hidup manusia, maka ada beberapa faktor di antaranya adalah sumber daya alam
(SDA), sumber daya manusia (SDM), lingkungan atau lembaga sosial, kebijakan dan
implementasi kebijakan melalui program, perilaku birokrat dan sistem hukum
(Siagian, 2012: 117).

2.4 Kesejahteraan Sosial
2.4.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan Sosial menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diberikan
batasan sebagai kegiatan-kegiatan terorganisasi yang bertujuan untuk membantu

26
Universitas Sumatera Utara

individu atau masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan
meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kepentingan keluarga dan masyarakat.
Definisi ini menekankan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau
bidang kegiatan yang melibatkan aktivitas terorganisir yang diselenggarakan baik
oleh lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah,
mengatasi atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial, dan
peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat.
Di Indonesia, konsep kesejahteraan sosial juga telah lama dikenal. Ia telah
ada dalam ketatanegaraan Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
11Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan

diri,

sehingga

dapat

melaksanakan

fungsi

sosialnya.

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan
berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam
bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang
meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan
sosial.
Sebagai Negara Kesejahteraan yang bermodelkan "Negara Kesejahteraan
Partisipatif" yang dalam literatur pekerjaan sosial dikenal dengan istilah Pluralisme
Kesejahteraan atau welfare pluralism ditekankan bahwa negara harus tetap
mengambil bagian dalam penanganan masalah sosial dan penyelenggaraan jaminan
sosial (social security), meskipun dalam operasionalisasinya tetap melibatkan
masyarakat.
Kesejahteraan Sosial memiliki beberapa makna yang relatif berbeda,
meskipun substansinya tetap sama. Kesejahteraan sosial pada intinya mencakup tiga

27
Universitas Sumatera Utara

konsepsi, yaitu kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial. Konsepsi kedua adalah
Institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial
dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan
sosial dan pelayanan sosial. Konsepsi ketiga yaitu aktivitas, suatu kegiatan-kegiatan
atau usaha yang terorganisir untuk mencapai kondisi sejahtera (Suharto, 2009:2).

2.4.2Pembangunan Kesejahteraan Sosial
Pembangunan kesejahteraan sosial (PKS) adalah usaha yang terencana dan
melembaga yang meliputi berbagai bentuk intervensi sosial dan pelayanan sosial
untuk memenuhi kebutuhan manusia, mencegah dan mengatasi masalah sosial, serta
memperkuat institusi-institusi sosial. Tujuan pembangunan kesejahteraan sosial
adalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia secara menyeluruh yang
mencakup:
1. Peningkatan standar hidup, melalui seperangkat pelayanan sosial dan jaminan
sosial segenap lapisan masyarakat, terutama kelompok-kelompok masyarakat
yang kurang beruntung dan rentan yang sangat memerlukan perlindungan
sosial.
2. Peningkatan keberdayaan melalui penetapan sistem dan kelembagaan
ekonomi, sosial dan politik yang menjunjung harga diri dan martabat
kemanusiaan.
3. Penyempurnaan kebebasan melalui perluasan aksebilitas dan pilihan-pilihan
kesempatan sesuai dengan aspirasi, kemampuan dan standar kemanusiaan.
Ciri utama pembangunan kesejahteraan sosial adalah komprehensif dalam arti
setiap pelayanan sosial yang diberikan senantiasa menempatkan penerima pelayanan

28
Universitas Sumatera Utara

(beneficiaries) sebagai manusia, baik dalam arti individu maupun kolektivitas, yang
tidak terlepas dari sistem lingkungan sosiokulturalnya. Sasaran pembangunan
kesejahteraan sosial adalah seluruh masyarakat dari berbagai golongan dan kelas
sosial. Namun, prioritas utama pembangunan kesejahteraan sosial adalah kelompokkelompok yang kurang beruntung (disadvantage groups), khususnya yang terkait
dengan masalah kemiskinan.
Sasaran pembangunan kesejahteraan sosial yang biasanya dikenal dengan
nama Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) atau Pemerlu Pelayanan
Kesejahteraan Sosial (PPKS) antara lain meliputi orang miskin, penyandang cacat,
anak jalanan, anak yang mengalami perlakuan salah (child abuse), pasangan yang
mengalami perlakuan salah (spouse abuse), anak yang diperdagangkan atau
dilacurkan, komunitas adat terpencil (KAT), serta kelompok-kelompok lain yang
mengalami masalah psikososial, disfungsi sosial atau ketunaan sosial (Suharto,
2009:4-5).

2.4.3 Pelayanan Sosial
Pelayanan sosial merupakan suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk
membantu individu, kelompok, ataupun kesatuan masyarakat agar mereka mampu
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, yang pada akhirnya mereka diharapkan dapat
memecahkan permasalahan yang ada melalui tindakan-tindakan kerjasama ataupun
melalui pemanfaatan sumber-sumber yang ada di masyarakat untuk memperbaiki
kondisi kehidupannya. Adapun pelayanan sosial yang dimaksud adalah sebagai
berikut: “program-program yang dilaksanakan tanpa mempertimbangkan kriteria
pasar untuk menjamin suatu tingkat dasar dalam penyediaan fasilitas pemenuhan
kebutuhan

kehidupan

bermasyarakat

serta

kemampuan

perorangan

untuk

29
Universitas Sumatera Utara

melaksanakan fungsi-fungsinya untuk memperlancar kemampuan menjangkau dan
menggunakan pelayanan serta lembaga-lembaga yang telah ada dan membantu
warga masyarakat yang mengalami kesulitan dan keterlantaran”.
Secara umum kualitas maupun kuantitas pelayanan sosial berbeda menurut
tingkatperkembangan suatu negara yang disesuaikan dengan faktor sosio-kultural
dan juga politik yang menentukan prioritas masalah dalam pelayanan sosial.
Berdasarkan hal tersebut, maka pelayanan sosial di antara negara maju dengan
negara berkembang akan berbeda, bahkan di antara negara-negara berkembang juga
akan berbeda. Motif utama dalam pelayanan sosial adalah masyarakat mempunyai
tanggung jawab untuk membantu masyarakat yang lebih lemah dan kurang
beruntung serta memberikan perlindungan dengan pelayanan-pelayanan yang tidak
mungkin dipenuhi oleh mereka sendiri secara perorangan. Beberapa tujuan dari
pelayanan sosial, yaitu:
a. Melindungi atau memulihkan kehidupan keluarga.
b. Membantu individu untuk mengatasi masalah-masalah yang diakibatkan oleh
faktor-faktor yang berasal dari luar dirinya maupun dari dalam dirinya.
c. Meningkatkan proses perkembangan, yaitu membantu individu atau
kelompok untuk mengembangkan atau memanfaatkan potensi-potensi yang
ada di dalam dirinya.
d. Mengembangkan kemampuan orang untuk memahami, manjangkau dan
mengusahakan pelayanan yang dibutuhkan.
Selain itu, pelayanan sosial memiliki fungsi mengembangkan kemampuan
untuk menjangkau dan mengusahakan pelayanan yang dibutuhkan atau kemampuan
untuk memahami pelayanan sosial manakah yang sesuai dengan permasalahan. Di
sini terlihat keterlibatan pekerja sosial sebagai pemberi pertolongan untuk

30
Universitas Sumatera Utara

meningkatkan kemampuan penyandang masalah sehingga mereka mampu mengatasi
masalahnya sendiri (shvoong.com/17/03/2014).

2.4.4Kebijakan Pemerintah Dalam Menangulangi Kemiskinan
Kebijakan menyangkut pada segala sisi dan aspek dari pemerintahan, baik
bidang ekonomi, politik, hukum, pembangunan, dan lain – lain. Adanya kebijakan ini
tak lain adalah agar dapat memajukan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu
negara.
Kebijakan sosial adalah suatu aspek dan objek kajian yang memiliki ruang
lingkup luas dan global. Peran pekerja sosial dalam menghadapi fenomena
perkembangan suatu negara sangat diperlukan dan peran serta aktif pula dalam
bekerja sama dengan instansi pemerintah yang memang memiliki otoritas dan
peranan dalam melakukan suatu kebijakan.
Seperti yang terdapat dalam defenisi di atas, kebijakan sosial berfungsi
melakukan suatu kesejahteraan bagi penduduk di

suatu negara. Pekerja sosial

sebagai tenaga yang sangat dibutuhkan kontribusinya dapat pula berfungsi dengan
berperan serta aktif ikut menentukan dan membuat perancangan kebijakan sosial
strategis tidak hanya dalam lingkup lokal melainkan dalam matra global.
Pekerja sosial harus aktif dalam merespon situasi perubahan dan
perkembangan kondisi global, sehingga dapat bersama dengan pemerintah
melakukan rancangan yang efektif dalam mensejahterakan masyarakat.
Pemerintah dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat melalui kebijakan yang
telah disusun dan diterapkan, ketiga langkah tersebut adalah:
1. Mereka (pemerintah) membuat kebijakan yang bersifat spesifik dengan
maksud untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Contoh: pemerintah

31
Universitas Sumatera Utara

mungkin saja mencoba memperbaiki kondisi sosial penduduknya dengan
memperkenalkan bentuk program kebijakan yang baru.
2. Pemerintah mempengaruhi kesejahteraan sosial melalui kebijakan sosial
dengan mereka memiliki perhatian terhadap suatu kondisi sosial. Contoh:
kebijakan sosial dengan menambah hubungan relasi perdagangan atau
mengundang investor dari negara lain lalu menciptakan lapangan pekerjaan
baru dan membangkitkan pemasukan yang akan mempengaruhi kesejahteraan
masyarakat dengan melihat tumbuh suburnya jumlah investor perdagangan,
dan lain – lain.
3. Kebijakan sosial pemerintah yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat
secara tidak terduga dan tidak diharapkan. Suatu kebijakan terfokus pada
salah satu group tetapi pada kenyataannya justru mandatangkan keuntungan
yang tidak terduga pada aspek yang lain (wordpress.com/2007/12/12).

2.5 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan
2.5.1 Pengertian Program
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, program adalah rancangan
mengenai asas serta usaha (di ketatanegaraan, perekonomian, dan sebagainya) yang
akan dijalankan. Program adalah produk yang dihasilkan dari seluruh kegiatan
perencanaan, program dapat juga diartikan sebagai pernyataan tertulis mengenai :
1. Situasi wilayah.
2. Masalah yang dihadapi.
3. Tujuan yang ingin dicapai.

32
Universitas Sumatera Utara

4. Cara mencapai tujuan, yaitu perencanaan kerja ysng berisi pertanyaanpertanyaan tentang apa yang dilakukan, siapa yang melakukan, kapan
dilakukan, bagaimana cara melakukan, dan dimana hal tersebut dilakukan.
Perencanaan program merupakan upaya perumusan, pengembangan, dan
pelaksanaan

program-program. Disebutkan pula bahwa perencanaan program

merupakan proses yang berkelanjutan melalui semua warga masyarakat, penyuluhan,
dan para ilmuwan untuk memusatkan pengetahuan dan keputusan-keputusan dalam
mencapai pembangunan yang lebih terarah dan mantap (Martinez, dalam Setiana,
2005 : 70).
Selanjutnya program dapat diartikan serangkaian tentang berbagai kegiatan
yang akan dilaksanakan di masa mendatang, dimana kegiatan tersebut dimaksudkan
untuk memecahkan satu atau beberapa masalah atau mencapai satu atau beberapa
tujuan. Program juga sering dimaksudkan sebagai tindakan antisipatif atas suatu
keadaan yang ada atau diperkirakan ada, sehingga keadaan tersebut tidak
menimbulkan dampak yang membahayakan kehidupan manusia (Gittinger, 2005:
195).
Apa yang dikemukakan Gittinger merujuk pada proses manajemen
pembangunan. Pengertian yang dirumuskan menunjukkan bahwa program tersebut
memiliki sifat mengikat, dalam arti wajib dilakukan. Program tersebut merupakan
pilihan terbaik dari berbagai alternatif yang dianggap tepat dalam memecahkan suatu
masalah atau mencapai tujuan. Dengan demikian program merupakan suatu
keputusan yang diambil oleh pemerintah dalam rangka memecahkan suatu masalah –
masalah kemiskinan yang semakin marak dan untuk mencapai suatu tujuan yang
baik.

33
Universitas Sumatera Utara

Lebih lanjut Gittinger mengemukakan bahwa menetapkan suatu program
merupakan suatu alternatif terbaik untuk lebih mudah mencapai suatu tujuan atau
melakukan suatu kegiatan. Dengan demikian, dalam merumuskan program
setidaknya terkandung beberapa komponen berikut:
a. Dipahami bagaimana kondisi yang sedang berlangsung.
b. Dipahami masalah – masalah yang sedang ada dan mengancam.
c. Dipahami kebutuhan – kebutuhan, kepentingan – kepentingan, keinginan –
keinginan dan tujuan – tujuan dari kelompok sasaran program.
d. Tersedia data mengenai potensi, kelemahan, peluang dan tantangan internal
dan eksternal.
e. Ditetapkan kondisi yang diinginkan.
f. Ditetapkan target – target capaian dalam masa tertentu (Gittinger, 2005: 217).
Apa yang ditemukan oleh Gittinger menunjukkan bahwa merumuskan suatu
program merupakan keputusan dan jalan terbaik dalam mencapai sesuatu dan
memecahkan suatu masalah. Dengan adanya program diharapkan kegiatan yang akan
dilaksanakan akan lebih terarah, lebih terkonsentrasi, dan akan lebih efisien dan
efektif. Adanya program menjadikan suatu kegiatan itu dapat dilaksanakan secara
lebih sistematis. Sebaliknya, tanpa program maka setiap kegiatan tidak akan
terorganisir, sehingga akan menghabiskan lebih banyak sumber daya.
Kadariah mengemukakan bahwa program adalah seperangkat proyek –
proyek yang terkoordinir. Sehingga proyek adalah unit terkecil dari suatu kegiatan.
Dengan demikian proyek adalah bagian dari program. Dalam program berbagai
kegiatan diatur dari berbagai sudut, seperti kapan dilaksanakan kegiatan itu, dimana
tempat kegiatan itu dilaksanakan, dan bagaimana hubungan atau koordinasi dari
kegiatan – kegiatan atau proyek – proyek itu (Kadariah, 2007: 23).

34
Universitas Sumatera Utara

2.5.2 Latar Belakang PNPM – MP
Untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan
lapangan kerja, maka oleh pemerintah diluncurkan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri. Melalui program ini dirumuskan kembali mekanisme
upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan tahap pemantauan dan evaluasi.
Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian
masyarakat, terutama masyarakat miskin, dapat ditumbuh‐kembangkan. Sehingga
masyarakat tidak hanya diposisikan sebagai obyek, melainkan juga sebagai subyek
dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Pelaksanaan PNPM Mandiri tahun 2007 dimulai dengan Program
Pengembangan Kecamatan (PPK) sebagai dasar pengembangan pemberdayaan
masyarakat di perdesaan, yang telah dilaksanakan sejak tahun 1998, beserta program
pendukungnya

seperti

PNPM

Generasi

maupun

Program

Penanggulangan

Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), sebagai dasar bagi pengembangan pemberdayaan
masyarakat di Perkotaan, serta program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Khusus (P2DTK) untuk pengembangan daerah tertinggal, daerah pasca bencana
maupun daerah konflik. Mulai tahun 2008, PNPM Mandiri diperluas dengan
melibatkan Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW)
untuk

mengintegrasikan

pusat‐pusat

pertumbuhan

ekonomi

dengan

daerah

sekitarnya. PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai program pemberdayaan
masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai kementerian/sektor dan pemerintah
daerah. Pelaksanaan PNPM Mandiri 2008 juga lebih diprioritaskan pada desa-

35
Universitas Sumatera Utara

desatertinggal.
Tujuan yang ingin dicapai dalam program adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara
mandiri.
2. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin,
kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat
lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan; ke dalam proses pengambilan
keputusan dan pengelolaan pembangunan,
3. Untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar,
representatif dan akuntabel.
4. Untuk meningkatkan kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat, terutama masyarakat miskin, melalui kebijakan, program
dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro‐poor).
5. Meningkatkan sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi,
perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan
kelompok

peduli

lainnya

untuk

mengefektifkan

upaya‐upaya

penanggulangan kemiskinan.
6. Untuk meningkatkan keberadaan dan kemandirian masyarakat serta
kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam
menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.
7. Untuk meningkatkan modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai
dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.
8. Meningkatkan

inovasi

dan

pemanfaatan

teknologi

tepat

guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.

36
Universitas Sumatera Utara

Dalam implementasi program yang berbasis masyarakat ini, Kecamatan
ditempatkan sebagai fokus program untuk mengharmonisasikan perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian program. Selanjutnya memberikan posisi kepada
masyarakat sebagai penentu atau pengambil kebijakan serta pelaku utama
pembangunan di tingkat lokal. Dalam konteks ini, selalu mengutamakan nilai‐nilai
universal dan budaya lokal dalam proses pembangunan partisipatif serta
menggunakan

pendekatan

pemberdayaan

masyarakat

yang

sesuai

dengan

karakteristik sosial, budaya dan geografis setempat (pnpmpatimpeng.com/2012/12).
Visi

PNPM

Mandiri

Perdesaan

adalah

tercapainya

kesejahteraan

dankemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampumengorganisir diri untuk
memobilisasi sumber daya yang ada dilingkungannya, mampu mengakses sumber
daya di luar lingkungannya,serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi
masalahkemiskinan.
Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah:
1. peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya;
2. pelembagaandan pengintegrasian pembangunan partisipatif;
3. pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal;
4. peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi
masyarakat;
5. pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.
Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM Mandiri Perdesaan.
Strategiyang dikembangkan PNPM Mandiri Perdesaan yaitu menjadikanmasyarakat
miskin

sebagai

kelompok

sasaran,

menguatkan

sistem

danpengintegrasian

pembangunan partisipatif, serta mengembangkankelembagaan kerja sama antar desa.

37
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan visi, misi, dan strategiyang dikembangkan, maka PNPM Mandiri
Perdesaan lebih menekankanpentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang
dipilih. Melalui PNPMMandiri Perdesaan diharapkan masyarakat dapat menuntaskan
tahapanpemberdayaan

yaitu

tercapainya

kemandirian

dan

keberlanjutan,

setelahtahapan pembelajaran dilakukan melalui Program Pengembangan Kecamatan
(PPK).

2.5.3 Prinsip Dasar PNPM - MP
Sesuai dengan Pedoman Umum, PNPM Mandiri Perdesaan mempunyai
prinsip atau nilai-nilai dasar yang selalu menjadi landasan atau acuan dalam setiap
pengambilan keputusan maupun tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan
rangkaian kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan. Nilai-nilai dasar tersebut diyakini
mampu mendorong terwujudnya tujuan PNPM Mandiri Perdesaan. Prinsip-prinsip
itu meliputi:
a. Bertumpu pada pembangunan manusia. Pengertian prinsip bertumpu pada
pembangunan manusia adalah

masyarakat

hendaknya memilih kegiatan

yang berdampak langsung terhadap upaya pembangunan manusia daripada
pembangunan fisik semata
b. Otonomi. Pengertian prinsip otonomi adalah masyarakat memiliki hak dan
kewenangan mengatur diri secara mandiri dan bertanggung jawab, tanpa
intervensi negatif dari luar
c. Desentralisasi. Pengertian prinsip desentralisasi adalah memberikan ruang
yang lebih luas kepada masyarakat untuk mengelola kegiatan pembangunan
sektoral dan kewilayahan yang bersumber dari pemerintah dan pemerintah
daerah sesuai dengan kapasitas masyarakat

38
Universitas Sumatera Utara

d. Berorientasi pada masyarakat miskin. Pengertian prinsip berorientasi pada
masyarakat miskin adalah segala keputusan yang diambil berpihak kepada
masyarakat miskin
e. Partisipasi. Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara
aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari
tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan
memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materil.
f. Kesetaraan dan keadilan gender. Pengertian prinsip kesetaraan dan keadilan
gender adalah masyarakat baik laki-laki

dan perempuan mempunyai

kesetaraan dalam perannya di setiap tahapan program dan dalam menikmati
manfaat kegiatan pembangunan,kesetaraan juga dalam pengertian kesejajaran
kedudukan pada saat situasi konflik
g. Demokratis. Pengertian prinsip demokratis adalah masyarakat mengambil
keputusan pembangunan secara musyarawah dan mufakat
h. Transparansi dan Akuntabel. Pengertian prinsip transparansi dan akuntabel
adalah masyarakat memiliki akses terhadap segala informasi dan proses
pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan
secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral, teknis,
legal, maupun administratif
i. Prioritas. Pengertian prinsip prioritas adalah masyarakat memilih kegiatan
yang

diutamakan

dengan

mempertimbangkan

kemendesakan

dan

kemanfaatan untuk pengentasan kemiskinan
j. Keberlanjutan. Pengertian prinsip keberlanjutan adalah bahwa dalam setiap
pengambilan keputusan atau tindakan pembangunan, mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan kegiatan harus

39
Universitas Sumatera Utara

telah

mempertimbangkan

sistem

pelestariannya(Direktorat

Jenderal

Pemerberdayaan Masyarakat dan Desa).

2.5.4 Tujuan PNPM – Mandiri Perdesaan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Program PNPM Mandiri
Perdesaan adalah:
1. Tujuan umum
Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara
mandiri.
2. Tujuan khusus
a. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat
miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok
masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses
pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.
b. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar,
representatif dan akuntabel.
c. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan,
program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro poor).
d. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi,
perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat
dan kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya – upaya
penanggulangan kemiskinan.

40
Universitas Sumatera Utara

e. Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas
pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi
kemiskinan di wilayahnya.
f. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan
potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.
g. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi
dan komunikasi dalam perberdayaan masyarakat (Siagian, 2012: 165 166).

2.5.5 Cara Kerja PNPM - MP
PNPM Mandiri Perdesaan dilaksanakan melalui upaya-upaya pemberdayaan
dan partisipasi masyarakat di wilayah perdesaan melalui tahapan-tahapan kegiatan
berikut:
1) Sosialisasi dan penyebaran informasi program. Baik secara langsung melalui

fórum-forum pertemuan maupun dengan mengembangkan/ memanfaatkan
media/ saluran informasi masyarakat di berbagai tingkat pemerintahan.
2) Proses Partisipatif Pemetaan Rumahtangga Miskin (RTM) dan Pemetaan

Sosial. Masyarakat diajak untuk bersama-sama menentukan kriteria kurang
mampu dan bersama-sama pula menentukan rumahtangga yang termasuk
kategori miskin/ sangat miskin (RTM). Masyarakat juga difasilitasi untuk
membuat peta sosial desa dengan tujuan agar lebih mengenal kondisi/ situasi
sesungguhnya desa mereka, yang berguna untuk mengagas masa depan desa,
penggalian gagasan untuk menentukan kegiatan yang paling dibutuhkan, serta
mendukung pelaksanaan kegiatan pembangunan dan pemantauannya.

41
Universitas Sumatera Utara

3) Perencanaan Partisipatif di Tingkat Dusun, Desa dan Kecamatan. Masyarakat

memilih Fasilitator Desa atau Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa
(KPMD) --satu laki–laki, satu perempuan-- untuk mendampingi proses
sosialisasi dan perencanaan. KPMD ini kemudian mendapat peningkatan
kapasitas untuk menjalankan tugas dan fungsinya dalam mengatur pertemuan
kelompok, termasuk pertemuan khusus perempuan, untuk melakukan
penggalian gagasan berdasarkan potensi sumberdaya alam dan manusia di
desa masing-masing, untuk Menggagas Masa Depan Desa. Masyarakat
kemudian bersama-sama membahas kebutuhan dan prioritas pembangunan di
desa dan bermusyawarah untuk menentukan pilihan jenis kegiatan
pembangunan yang prioritas untuk didanai. PNPM Mandiri Perdesaan sendiri
menyediakan tenaga konsultan pemberdayaan dan teknis di tingkat
kecamatan dan kabupaten guna memfasilitasi/ membantu upaya sosialisasi,
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Usulan/ gagasan dari masayarakat
akan menjadi bahan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Desa (RPJMDes).
4) Seleksi/ Prioritas Kegiatan di Tingkat Desa dan Kecamatan. Masyarakat

melakukan musyawarah di tingkat desa dan kecamatan untuk memutuskan
usulan kegiatan prioritas yang akan didanai. Musyawarah ini terbuka bagi
segenap anggota masyarakat untuk menghadiri dan memutuskan jenis
kegiatan yang paling prioritas/ mendesak. Keputusan akhir mengenai
kegiatan yang akan didanai, diambil dalam forum musyawarah antar-desa
(MAD) di tingkat kecamatan, yang dihadiri oleh wakil–wakil dari setiap desa
dalam kecamatan yang bersangkutan. Pilihan kegiatan adalah open menu
untuk semua investasi produktif, kecuali yang tercantum dalam daftar

42
Universitas Sumatera Utara

larangan (negative list). Dalam hal terdapat usulan masyarakat yang belum
terdanai, maka usulan tersebut akan menjadi bahan kajian dalam Forum
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
5) Masyarakat Melaksanakan Kegiatan Mereka. Dalam forum musyawarah,

masyarakat memilih anggotanya sendiri untuk menjadi Tim Pelaksana
Kegiatan (TPK) di setiap desa untuk mengelola kegiatan yang diusulkan desa
yang bersangkutan dan mendapat prioritas pendanaan program. Fasilitator
Teknis PNPM Mandiri Perdesaan akan mendampingi TPK dalam mendisain
sarana/ prasarana (bila usulan yang didanai berupa pembangunan
infrastruktur perdesaan), penganggaran kegiatan, verifikasi mutu dan
supervisi. Para pekerja yang terlibat dalam pembangunan sarana/ prasarana
tersebut berasal dari warga desa penerima manfaat.
6) Akuntabilitas dan Laporan Perkembangan. Selama pelaksanaan kegiatan,

TPK harus memberikan laporan perkembangan kegiatan minimal dua kali
dalam pertemuan terbuka desa, yakni sebelum program mencairkan dana
tahap berikutnya dan pada pertemuan akhir, dimana TPK akan melakukan
serah terima kegiatan kepada desa, serta badan operasional dan pemeliharaan
kegiatan atau Tim Pengelola dan Pemelihara Prasarana (TP3).

2.5.6 Penyaluran dan Pencairan Dana
PNPM Mandiri Perdesaan menyediakan dana langsung dari pusat (APBN)
dan daerah (APBD) yang disalurkan ke rekening kolektif desa di kecamatan.
Masyarakat desa dapat mempergunakan dana tersebut sebagai hibah untuk
membangun sarana/ prasarana penunjang produktivitas desa, pinjaman bagi
kelompok ekonomi untuk modal usaha bergulir, atau kegiatan sosial seperti

43
Universitas Sumatera Utara

kesehatan dan pendidikan. Setiap penyaluran dana yang turun ke masyarakat harus
sesuai dengan dokumen yang dikirimkan ke pusat agar memudahkan penelusuran.
Warga desa, dalam hal ini TPK atau staf Unit Pengelola Kegiatan (TPK) di tingkat
kecamatan mendapatkan peningkatan kapasitas dalam pembukuan, manajemen data,
pengarsipan dokumen dan pengelolaan uang/ dana secara umum, serta peningkatan
kapasitas

lainnya

terkait

upaya

pembangunan

manusia

dan

pengelolaan

pembangunan wilayah perdesaan.
Dalam pelaksanaannya, pengalokasikan dana Bantuan Langsung bagi
Masyarakat (BLM) PNPM Mandiri Perdesaan dilakukan melalui skema pembiayaan
bersama (cost sharing) antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Pemda),
seperti yang telah berhasil dilakukan dalam PPK III (2005-2007) dan PNPM-PPK
(2007). Besarnya cost sharing ini disesuaikan dengan kapasitas fiskal masing-masing
daerah, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 73/
PMK.02/2006 per 30 Agustus 2006.
Melihat kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan yang ditargetkan untuk
mempercep

Dokumen yang terkait

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri Pedesaan terhadap Pembangunan Desa di desa Suka Damai.

12 108 132

Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara)

0 62 148

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

4 84 264

Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) (Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 46 125

Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Program Pengembangan Kecamatan Di Kabupaten Aceh Utara...

0 33 3

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 55 76

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 10

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 2

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 11

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 3