Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) (Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

(1)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP)

(Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Disusun Oleh :

JUNI LUSYANA PASARIBU

060903077

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini merupakan salah satu anugerah dari Tuhan Yesus Kristus yang diberikan-Nya kepada penulis. Untuk itu, penulis mengucapkan puji dan syukur kepada-Nya atas berkat dan bimbingan-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan, baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini juga dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang turut mengambil dalam membantu penulis menyelesaikan tulisan ini, mulai dari pengarahan di kampus sampai praktek sesungguhnya di lapangan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Humaizi, M.A., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A., selaku ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara.

4. Ibu Asima Yanti Siahaan, M. A., Ph. D., selaku dosen pembimbing yang telah member tenaga, waktu, pikiran serta penuh kesabaran dan perhatian untuk membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Staf pengajar Departemen Ilmu Administrasi Negara yang telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuannya selama ini kepada penulis.

6. Kak Mega, Kak Dian, dan Bang Muliono yang telah membantu saya dalam mengurus segala keperluan administrasi.

7. Buat kedua orangtuaku S. Pasaribu / T. Munthe yang sangat kukasihi, kusayangi dan kubanggakan, terimakasih buat semua kasih sayang yang kurasakan selama ini dan yang selalu berusaha untuk memenuhi segala kebutuhanku.


(3)

8. Untuk abang- abangku Bg Kobol yang cool, Bg Iwan yang paling gaul, dan Bg Yon yang parhata, serta adek-adek ku, Sarinah di Sipalakki cepat tamat biar ya,,,Medis adekku paling rajin dan paling cerewet dan udur alias gusdur adekku paling “punk n cantik katanya jangan suka melawan bapak, n buat eda ku tambah rezekinya y,,,,

9. Untuk semua keluarga besar Op. Siloam Pasaribu, mak tu, namboru, amang boru, kakak dan abang-abangku terimakasih buat dukungannya.

10. Buat bg Rimpun makasih buat semua penjelasannya dan dukungannya., cepat dapat jodoh y..

11. Buat Bapak Julius Sembiring, Bapak Marfin Sitorus, Bapak pangihutan Sihombing serta seluruh masyarakat Desa Sitio II terimakasih buat informasinya dan waktunya yang sangat berguna untuk penyelesaian skripsi ku.

12. Kepada temanku BOzak-Bozak yang sudah kurang lebih 4 tahun selalu bersama melewati hidup yang lawak-lawak, punya karakter yang lawak-lawak pula ,,, Butet alias butas, temanku yang paling rajin, paling cocok jadi ibu rumah tangga,,(kapan lagi nginap dirumah tet?? Kami kangen dengan masakanmu, Dina alias dindong, sioppung, temanku yang takut panas maksih ya bozak da mw jdi pembantuku semenjak jadi s,sos ( kpn kita ke doxa??), Elida alias elidong “sebentar y” temanku yang paling susah disuruh mandi (mandi kw elidong,,,,), Yulia alias iyul….teman ku yang paling mentel, lalap mutung ( kpn kita laundry baju ne leg, lemari da kosong tak ada lagi baju ganti) Julyanti alias julved, lama tak ad kabarmu, ato da kawin kw ma si kwn?? (kpn kw add aq lg hehehe), Ony alias oneng teman ku yang paling aneh, terlalu mood2an kadang femi, kadang tomboy anehlah pokoknya dan satu lagi Martha alias martung teman yang paling cuek, longor, pesong dan selalu “manja” majawab-jawab.


(4)

13. Kepada semua teman-temanku AN 06, Trisna, Fani, Citra, Rindo, Tahoma, semua yang tak mungkin disebut satu persatu, terimakasih atas dukungannya.

14. Kepada teman-temanku parDoxa, Holong teman ku dari sd sampe skrang semangat ya bu ngerjain Skripsinya, Lilies teman seperjuangan, n Carly temanku teknisi printer,,,

15. Kepada Mr. Black yang selalu memberi semangat,,,( da besar babi kita tu bg??) heheheheh 16. Dan semua teman-teman pihak yang mungkin tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu,

yang telah banyak menuangkan ide yang bersifat membangun selama pembuatan skripsi ini dilakukan.

Seperti kata pepatah “Tak Ada Gading yang Tak Retak” , demikian pula halnya dengan skripsi ini, tentu ada kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima saran-saran yang konstruktif, solutif, membangun guna mencapai kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2010 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KERANGKA TEORI A. Kerangka Teori ... 13

1. Partisipasi Masyarakat ... 13

2. Perencanaan ... 19

3. PNPM MP ... 25

B. Defenisi Konsep ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... A. Bentuk Penelitian ... 37

B. Lokasi Penelitian ... 37

C. Informan Penelitian ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... 40

E. Teknik Analisis Data ... 42

F. Penerapan Metode Penelitian di Lapangan ... 42


(6)

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kecamatan Lintong Nihuta ... 45

B. Gambaran Umum Desa Sitio II ... 50

C. Organisasi Pemerintahan Desa ... 54

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Penyajian Data ... 66

1. Karakteristik Informan ... 66

2. Hasil Temuan di Lapangan ... 70

B. Analisa Data ... 98

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 112 LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Indonesia ... 2

Tabel 2 Data Luas Wilayah Kecatan Lintong Nihuta ... 46

Tabel 3 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Desa Dan Jenis Kelamin Di Kecamatan Lintong Nihuta, Maret Tahun 2010 ... 47

Tabel 4 Klafikasi Penduduk Berdasarkan Agama ... 48

Tabel 5 Data Sarana/ Prasaran Kecamatan Lintong Nihuta ... 49

Tabel 6 Luas Wilayah Desa Sitio II Berdasarkan Dusun ... 51

Tabel 7 Klasifikasi Penduduk Desa Sitio II Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

Tabel 8 Klasifikasi Penduduk Desa Sitio II Berdasarkan Pekerjaan ... 52

Tabel 9 Klasifikasi Penduduk Desa Sitio II Berdasarkan Agama ... 52

Tabel 10 Distribusi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 67

Tabel 11 Distribusi Informan Berdasarkan Usia ... 68

Tabel 12 Distribusi Informan Berdasarkan Pendidikan ... 68

Tabel 13 Distribusi Informan Berdasarkan Pekerjaan ... 69

Tabel 14 Data Penduduk Desa Sitio II Berdasarkan Rumah Tangga Miskin Tanggal 23 Agustus 2009 ... 80


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar1 Struktur Pemerintahan Desa Sitio Ii Kecamatan Lintong Nihuta ... 60 Gambar 2 Struktur Organisasi Badan Permusyawaratan Desa Sitio II

Kecamatan Lintong Nihuta ... 65 Gambar 3 Alur Tahapan PNPM... 80


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Judul Skripsi

Lampiran 2 : Surat Rencana Skripsi

Lampiran 3 : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing

Lampiran 4 : Undangan Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

Lampiran 5 : Jadwal Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

Lampiran 6 : Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Rancangan Usul Penelitian

Lampiran 8 : Surat Izin Riset di Desa Janji Natogu Kecamatan Pahae Julu

Lampirqn 9 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 11 : Pedoman Wawancara Penelitian

Lampiran 12 : Berita Acara Musyawarah Antar Desa Sosialisasi

Lampiran 13 : Daftar Hadir Musyawarah Antar Desa Sosialisasi

Lampiran 14 : Berita Acara Musyawarah Desa Sosialisasi

Lampiran 15 : Daftar Hadir Musyawarah Desa Sosialisasi

Lampiran 16 : Berita Acara Musyawarah Desa Perencanaan

Lampiran 17 : Daftar Hadir Musyawarah Desa Perencanaan

Lampiran 18 : Berita Acara Musyawarah Dusun Khusus Perempuan


(10)

Lampiran 20 : Berita Acara Musyawarah Dusun Perencanaan

Lampiran 21 : Daftar Hadir Musyawarah Dusun Perencanaan

Lampiran 22 : Berita Acara Musyawarah Desa Infomasi


(11)

ABSTRAK

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) (Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

Nama : Juni Lusyana Pasaribu NIM : 060903077

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Asimayanti Siahaan, M.A., Ph. D.

Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks di Indonesia saat ini. Namun penanganan selama ini belum optimal dan tidak berkelanjutan. Munculnya Perpres No. 54 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) merumuskan kembali langkah-langkah konkrit dalam penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan yaitu melalui PNPM. Dalam pelaksanan program ini melibatkan masyarakat mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, masyarakat diharapkan mampu ditumbuhkembangkan sehingga bukan sebagai objek melainkan subjek dari pembangunan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, perencanaan dan pelaksanaannya harus berorientasi ke bawah dan melibatkan masyarakat luas sehinga kebutuhan masyarakat bisa terjawab. Dengan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) studi kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam perencanaan PNPM MP dan untuk mengetahui bagaimanakah partisipasi perempuan dalam perencanaan PNPM MP di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui wawancara, dokumentasi dan studi keputakaan. Informan dalampenelitian ini dibagi dalam tiga kelompok, yaitu informan kunci yaitu PJOK, FK, FT, informan utama yaitu Kepala Desa, KPMD laki-laki dan KPMD perempuan, sedangkan untuk informan tambahan adalah masyarakat Desa Sitio II yang berjumlah 14 orang diambil dengan cara snowball.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam perencanaan PNPM MP di Desa Sitio II masih rendah dilihat dari kehadiran masyarakat dalam setiap musyawarah masih rendah yang diakibatkan keinginan masyarakat lebih memilih untuk mencari nafkah dari pada mengikuti musyawarah, sedangkan partisipasi perempuan lebih rendah daripada laki-laki yang diakibatkan budaya Batak yang bersifat patriarki dan sikap perempuan yang membatasi dirinya pada urusan rumah tangga dan mencari nafkah.

Dalam penelitian ini, kinerja SPP belum dapat diketahui karena masih berjalan 3 bulan, untuk itu diharapkan kepada peneliti berikutnya untuk melanjutkan penelitian ini sehingga penelitian ini lebih baik. Kata Kunci : Partisipasi Masyarakat dalam perencanaan PNPM MP.


(12)

ABSTRAK

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) (Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

Nama : Juni Lusyana Pasaribu NIM : 060903077

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Asimayanti Siahaan, M.A., Ph. D.

Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks di Indonesia saat ini. Namun penanganan selama ini belum optimal dan tidak berkelanjutan. Munculnya Perpres No. 54 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) merumuskan kembali langkah-langkah konkrit dalam penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan yaitu melalui PNPM. Dalam pelaksanan program ini melibatkan masyarakat mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, masyarakat diharapkan mampu ditumbuhkembangkan sehingga bukan sebagai objek melainkan subjek dari pembangunan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, perencanaan dan pelaksanaannya harus berorientasi ke bawah dan melibatkan masyarakat luas sehinga kebutuhan masyarakat bisa terjawab. Dengan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) studi kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam perencanaan PNPM MP dan untuk mengetahui bagaimanakah partisipasi perempuan dalam perencanaan PNPM MP di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui wawancara, dokumentasi dan studi keputakaan. Informan dalampenelitian ini dibagi dalam tiga kelompok, yaitu informan kunci yaitu PJOK, FK, FT, informan utama yaitu Kepala Desa, KPMD laki-laki dan KPMD perempuan, sedangkan untuk informan tambahan adalah masyarakat Desa Sitio II yang berjumlah 14 orang diambil dengan cara snowball.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam perencanaan PNPM MP di Desa Sitio II masih rendah dilihat dari kehadiran masyarakat dalam setiap musyawarah masih rendah yang diakibatkan keinginan masyarakat lebih memilih untuk mencari nafkah dari pada mengikuti musyawarah, sedangkan partisipasi perempuan lebih rendah daripada laki-laki yang diakibatkan budaya Batak yang bersifat patriarki dan sikap perempuan yang membatasi dirinya pada urusan rumah tangga dan mencari nafkah.

Dalam penelitian ini, kinerja SPP belum dapat diketahui karena masih berjalan 3 bulan, untuk itu diharapkan kepada peneliti berikutnya untuk melanjutkan penelitian ini sehingga penelitian ini lebih baik. Kata Kunci : Partisipasi Masyarakat dalam perencanaan PNPM MP.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini sangatlah kompleks dan bersifat multidimensional, dimana berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal di belahan dunia, khususnya Indonesia yang merupakan Negara berkembang. Kemiskinan telah membuat jutaan anak tidak bisa mengenyam pendidikan, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan investasi, dan masalah lain yang menjurus ke arah tindakan kekerasan dan kejahatan.

Kemiskinan yang terjadi dalam suatu negara memang perlu dilihat sebagai suatu masalah yang sangat serius, karena saat ini kemiskinan, membuat banyak masyarakat Indonesia mengalami kesusahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Persoalan kemiskinan ini lebih dipicu karena masih banyaknya masyarakat yang mengalami pengangguran dalam bekerja. Pengangguran yang dialami sebagian masyarakat inilah yang membuat sulitnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga angka kemiskinan selalu ada.

Menurut Ritonga, pada dasarnya upaya penanggulangan kemiskinan sebenarnya sudah dilakukan sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia telah mempunyai perhatian besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana termuat dalam alinea keempat


(14)

Undang-Undang Dasar 1945. Program-program pembangunan yang dilaksanakan selama ini juga selalu memberikan perhatian besar terhadap upaya pengentasan kemiskinan karena pada dasarnya pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meskipun demikian, masalah kemiskinan sampai saat ini terus-menerus menjadi

masalah yang berkepanjangan.

Dalam tabel berikut akan terlihat angka kemiskinan di Indonesia, yang menjadi permasalahan Negara Indonesia.

diakses pada tanggal 18/01/2010)

Tabel 1

Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Indonesia Tahun Garis Kemiskinan Penduduk Miskin

Perkotaan (Juta Jiwa)

Pedesaan (Juta Jiwa)

Kota + Desa (Juta Jiwa)

(fn) (Juta Jiwa)

(f %)

1999 89.845 69.420 77.590 37,50 18,20 2000 91.632 73.648 80.842 38,70 19,14 2001 100.011 80.382 88.234 37,90 18,41 2002 130.499 96.512 108.886 38,39 18,19 2003 138.803 105.888 118.554 37,34 17,42 2004 143.455 108.725 123.455 36,15 16,66 2005 150.799 117.259 129.108 35,10 15,97 2006 175.324 131.256 152.847 39, 05 17,75

Sumber: Statistik Indonesia (BPS, diolah dari berbagai tahun terbitan), dan keterangan Pers BPS September 2006).

Dari tabel garis kemiskinan dan penduduk miskin di atas, dapat kita lihat bahwa persentase penduduk miskin dari tahun ke tahun mengalami penurunan, namun kalau dilihat dari


(15)

segi kuantitas atau jumlah masyarakat, baik di desa maupun di kota terus mengalami peningkatan.

Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penangannya selama ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu diperlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Selama ini telah banyak program-program pembangunan dari pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi kasus kemiskinan. Seperti Inpres desa tertinggal, pemberian BLT, raskin, kompensasi BBM dan berbagai program lain. Namun, dari berbagai program yang telah dilaksanakan oleh pemerintah tersebut, masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaanya dan belum mampu mengurangi tingkat kemiskinan.

20/01/2010).

Menurut Ritonga

pada

dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan program penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pertama, program- program penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit menyelesaikan persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan ketergantungan. Program-program bantuan yang


(16)

berorientasi pada kedermawanan pemerintah ini justru dapat memperburuk moral dan perilaku masyarakat miskin. Program bantuan untuk orang miskin seharusnya lebih difokuskan untuk menumbuhkan budaya ekonomi produktif dan mampu membebaskan ketergantungan penduduk yang bersifat permanen. Di lain pihak, program-program bantuan sosial ini juga dapat menimbulkan korupsi dalam penyalurannya. Alangkah lebih baik apabila dana-dana bantuan tersebut langsung digunakan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), seperti dibebaskannya biaya sekolah, seperti sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP), serta dibebaskannya biaya- biaya pengobatan di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Faktor kedua yang dapat mengakibatkan gagalnya program penanggulangan kemiskinan adalah kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu sendiri sehingga program-program pembangunan yang ada tidak didasarkan pada isu-isu kemiskinan, yang penyebabnya berbeda-beda secara lokal.

Berdasarkan penjelasan Ritonga di atas bahwa penyebab kegagalan program-program penanggulangan kemiskinan selama ini disebabkan penanggulang yang tidak bersifat pemberdayaan, dan kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu sendiri. Batten (dalam Ndraha 1990:110) menyatakan bahwa pembangunan masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat membahas dan merumuskan kebutuhan mereka, merencanakan usaha pemenuhannya, dan melaksanakan rencana itu sebaik-baiknya. Proses ini dapat diringkas dengan nama partisipasi. Maka dalam setiap program yang bertujuan menciptakan kehidupan yang layak bagi masyarakat harus melibatkan masyarakat itu sendiri dalam setiap tahapan dan proses dalam kegiatan tersebut. Karena peran masyarakat sangat penting dimana masyarakat yang tahu apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan masyarakat tersebut.


(17)

Sebagai bentuk pemberdayaan tersebut, maka pemerintah mencanangkan program PNPM Mandiri yang dimulai dengan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) sebagai dasar pengembangan pemberdayaan masyarakat di perdesaan beserta program pendukungnya seperti PNPM Generasi; Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) sebagai dasar bagi pengembangan pemberdayaan masyarakat di perkotaan; dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) untuk pengembangan daerah tertinggal, pasca bencana, dan konflik. Mulai tahun 2008 PNPM Mandiri diperluas dengan melibatkan Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) untuk mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya. PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai departemen/sektor dan pemerintah daerah. Pelaksanaan PNPM Mandiri akan diprioritaskan pada desa-desa tertinggal yaitu dengan memunculkan PNPM Mandiri Pedesaan. PNPM Mandiri

Pelaksanaan PNPM M tersebut didasarkan pada Perpres No. 54 tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) yang ditujukan untuk merumuskan langkah-langkah kongkrit dalam penanggulangan kemiskinan serta Sidang Kabinet tanggal 7 September 2006 dimana presiden menetapkan kebijakan pemerintah untuk percepatan penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja melalui pemberdayaan masyarakat dan pada tanggal 12 September 2006 Menko Kesra, Menko Perekonomian dan menteri-menteri terkait sepakat “Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)” sebagai instrumen dalam percepatan penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. Ditindaklanjuti Menko Kesra mengusulkan kepada Menteri Keuangan untuk alokasi dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat), Mendagri minta Gubernur, Bupati/Walikota menyampaikan usulan lokasi,


(18)

Bappenas merancang pendanaan PNPM. Presiden RI menyempurnakan nama PNPM menjadi PNPM- Mandiri

Melalui pelaksanaan PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, diharapkan mampu ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai objek melainkan sebagai subjek upaya penanggulangan kemiskinan. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja.

diakses pada tanggal 25/01/2010).

Sesuai dengan amanat yang diemban dalam undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, perencanaan pembangunan dan pelaksanannya harus berorientaasi ke bawah dan melibatkan masyarakat luas. Melalui pemberian wewenang perencanaan dan pelaksanaan pembangunan ditingkat daerah. Dengan cara ini pemerintah makin mampu menyerap aspirasi masyarakat banyak, sehingga pembangunan yang dilaksananakan mampu memberdayakan dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Rakyat harus menjadi pelaku dalam pembangunan, masyarakat perlu dibina dan disiapkan untuk dapat merumuskan sendiri permasalahan yang dihadapi, merencanakan langkah-langkah yang diperlukan, melaksanakan rencana yang telah diprogramkan, menikmati produk yang dihasilkan dan melestarikan program yang telah dirumuskan dan dilaksanakan.

Perencanaan adalah tahap yang paling awal dan paling vital dalam pembangunan. Perencanaan pembangunan merupakan penentu utama dalam keberhasilan pembangunan yang


(19)

akan dilaksanakan. Perencanaan yang baik dan matang akan melahirkan hasil yang baik pula. Oleh karena itu dalam pembangunan harus melibatkan semua pihak (stakeholders) yang di dalamnya bukan sebagai objek tetapi sebagai subjek dalam pelaksanaan pembangunan.

Pengikutsertaan masyarakat dalam perencanaan pembangunan merupakan salah satu cara yang efektif untuk menampung dan mengakomodasikan berbagai kebutuhan yang beragam. Dengan kata lain upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan dapat membawa keuntungan substansi, dimana pelaksanaan pembangunan akan lebih efektif dan efesien, disamping kita juga akan memberi sebuah rasa kepuasan dan dukungan maasyarakat yang kuat terhadap program-program pemerintah.

Dari kondisi ini, pendekatan partisipasif merupakan konsep yang harus dikembangkan dan menetapkan masyarakat sebagai pihak utama atau pusat pengembangan. Pendekatan tersebut lebih bersifat memberdayakan masyarakat atau dapat disebut dengan model partisipasi masyarakat. Dasar proses partisipasi masyarakat adalah pengalaman dan pengetahuan masyarakat tentang keberadaannya yang sangat luas dan berguna serta kemauan mereka menjadi lebih baik. Proses menggunakan dan mengakses sumber daya setempat sebaik mungkin, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia.

Partisipasi memiliki maksud dasar menjadi instrument yang memberikan peluang yang besar bagi masyarakat untuk dapat berkembang sesuai dengan potensinya, terlibat aktif dalam penyelenggaraan pemerintahan, sehingga pihaknya dapat menikmati mamfaat dari kebijakan, yang dibuat pihak pemerintah.

Maka di dalam setiap program yang dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan yang sejahtera bagi masyarakat sangat dibutuhkan keikutsertaan masyarakat dalam proses


(20)

perencanaan, karena proses perencanaan dalam suatu kegiatan merupakan hal yang sangat penting dimana tahap perencaan sebagai tahap penentuan keputusan yang akan diambil. Kesalahan dalam perencanaan dapat dikatakan sebagai suatu kesalahan dalam mengambil keputusan. Jadi perencanaan yang baik akan menghasilkan keputusan yang baik pula. Keputusan inilah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Maka dengan melibatkan masyarakat dalam perencanaan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk menetukan sendiri apa yang menjadi kebutuhan masyarakat itu sendiri.

Desa Sitio II yang terdapat di Kecamatan Lintong Nihuta termasuk desa tertinggal, hal itu terlihat dalam data kependudukan tahun 2008 atau setelah pemekaran yang mana jumlah penduduk Desa Sitio II 874 jiwa dan kepala keluarga kurang mampu 80 KK. Hal ini lah yang mendorong bahwa desa ini berhak untuk mendapatkan PNPM MP disamping desa harus patuh pada ketentuan dasar PNPM MP (dapat dilihat dalam bab II, kerangka teori).

Pada tahun 2009 Desa Sitio II mendapatkan dana bantunan PNPM Mandiri sebesar Rp. 211.472.700, dari dana ini digunakan untuk sarana/prasarana sebesar 173.401.000 dan satu kelompok SPP dan dana yang digunakan adalah sebesar Rp. 25.000.000, dana selebihnya digunakan untuk biaya operasional UPK (Unit Pengelola Kegiatan) sebesar 2% yaitu Rp. 5.228.700, dan untuk operasional TPK (Tim Pelaksana Kegiatan) sebesar 3% yaitu Rp. 7.843.000. Desa yang berpenduduk 1184 jiwa pada Agustus 2009 ini jumlah termasuk salah satu desa tertinggal di Kecamatan Lintong Nihuta, dan jika dilihat dari data rumah tangga miskin yang terdata oleh pemerintah Desa Sitio II atau pun pihak yang terkait dapat dilihat bahwa dari 115 KK yang terdata pada bulan Agustus 2009 ada terdapat 97 KK yang tergolong keluarga mikin, dan 8 KK yang tergolong sangat miskin, sementara yang tidak miskin hanya 8 KK.Dilihat dari data ini desa ini berhak memperoleh PNPM MP disamping tetap ikut berpartisipasi dalam


(21)

setiap kegiatan PNPM MP. Adapun kegiatan PNPM MP yang dijalankan di Desa Sitio II adalah bidang sarana prasarana dan SPP ( Simpan Pinjam Kelompok Perempuan).

Pada kegiatan sarana prasarana kegiatan yang dilakukan adalah perkerasan jalan telford sepanjang 1.545 meter. Sedangkan SPP sebanyak satu kelompok. Dalam setiap kegiatan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan hingga sampai tahap pemeliharaan harus melibatkan masyarakat kerena tanpa partisipasi masyarakat kegiatan PNPM MP ini tidak dapat berjalan dengan lancar.

Partisipasi menurut Soetomo (2006:439) yang diharapkan dalam upaya pengentasan kemiskinan adalah partisipasi masyarakat dalam setiap proses, yaitu dari proses perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi serta menikmati hasil. Bukan dalam salah satu atau beberapa tahap saja. Masyarakat diharapkan memahami arti penting kesadaran dan keterlibatan mereka dalam setiap tahap dan proses kegiatan.

Seperti yang dijelaskan oleh Soetomo di atas bahwa masyarakat diharapkan memahami arti penting kesadaran dan keterlibatan dalam setiap tahap dan proses kegiatan, maka untuk itu dalam PNPM MP diharapakan partisipasi seluruh masyarakat baik laki-laki dan perempuan. Maka oleh karena itu Masyarakat perempuan juga harus dilibatkan dalam kegiatan perencanaan PNPM MP, itu telihat dari salah satu prinsip PNPM MP yang berusaha menciptakan kesetaraan dan keadilan gender.

Selama ini, pemimpin selalu dikaitkan dengan sifat laki-laki atau maskulin yang menunjukkan laki-laki hampir selalu mengambil keputusan dominan. Perempuan memang mempunyai peranan dalam pengambilan keputusan. Namun, peranannya hanya sebagai orang kedua,subordinat. Dalam hal ini perempuan belum secara otomatis mendapatkan hak dan


(22)

kedudukan yang sama dengan laki-laki. Hak, kedudukan, dan peranan mengandung pengertian yang berbeda, dan arena itu tidak bisa dicampuradukkan. Seseorang yang mempunyai kedudukan, belum tentu ia memiliki hak yang sebenarnya mengikuti kedudukan tersebut. Perempuan mempunyai kedudukan yang sama dalam pembangunan, namun hak perempuan dalam bidang itu belum sama dengan hak laki-laki.(Murniati,55-56)

Hubungan perempuan dan laki-laki di Indonesia, masih didominasi oleh ideology gender yang membuahkan budaya patriarki. Budaya ini tidak mengakomodasikan kesetaraan, keseimbangan, sehingga perempuan menjadi tidak penting diperhitungkan. Ideology gender menjadi rancu dan merusak relasi perempuan dan laki-laki, ketika dicampuradukkan dengan pengertian jenis kelamin. Pada waktu perbedaan jenis kelamin tidak dilihat secara kritis, maka muncullah masalah gender yang berwujud ketidakadilan gender. Masalah ketidakadilan gender bentuknya adalah pandangan posisi subordinat terhadap perempuan, pandangan streotip terhadap perempuan dan laki-laki, beban ganda dari perempuan, maeginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan (Murniati: 2004:75).

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah sangat penting agar diketahui arah jalannya suatu penelitian. Batasan masalah bukan batasan pengertian. Batasan masalah merupakan sejumlah masalah yang merupakan pertanyaan penelitian yang akan dicari jawabannya melalui penelitian. Arikunto (2002) menyatakan agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka penulis harus dapat merumuskan apa yang menjadi permasalahan sehingga jelas darimana harus memulai dan kemana pergi, serta dengan apa dia melakukan penelitian.


(23)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis di dalam melakukan penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) di Desa Sitio II?

2. Bagaimanakah partisipasi perempuan dalam perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP).

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui sebelumnya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) di Desa Sito II. 2. Untuk mengetahui bagaimana partisipasi perempuan dalam perencanaan Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP).


(24)

Setelah selesai penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik bagi kami sendiri maupun pihak lain yang berkepentingan dalam penelitian ini. Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah:

1. Penelitian ini bermamfaat bagi penulis untuk melatih dan mengembangkan kerangka berpikir ilmiah dan menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah, sekaligus untuk menambah bahan pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan setiap program pembangunan.

2. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kalangan mahasiswa umumnya dan mahasiswa jurusan Ilmu Administrasi Negara pada khususnya sebagai bahan referensi yang tertarik dalam bidang kajian ini.

3. Tulisan ini diharapkan mampu memberikan kontribusi ataupun saran bagi masyarakat dan pemerintah desa yang sedang mendapat bantuan PNPM Mandiri.


(25)

BAB II

KERANGKA TEORI

Sebagai titik tolak atau landasan berpikir dalam menyoroti atau memecahkan masalah perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu. Landasan teori perlu ditegakkan agar peneliti mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan caba-coba (trial and error) landasan teoritis (Sugiyono, 2004: 55).

Menurut Hoy dan Miskel ( dalam Sugiyono, 2004:55) teori adalah seperangkat konsep, asumsi dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi. Sebelum melakukan penelitian yang lenih lanjut seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilihnya. Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka teorinya adalah sebagai berikut:

1. Partisipasi Masyarakat

a. Pengertian Partisipasi Masyarakat

Kata partisipasi sering dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan yang bernuansa pembangunan, pengambilan keputusan, kebijakan, pelayanan pemerintah. Sehingga partisipasi itu memiliki arti yang penting dalam kegiatan pembangunan, dimana pembangunan itu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan masyarkat.

Bhattacharyya (dalam Ndraha,1990: 102) mengartikan partisipasi sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama, sedangkan Mubyarto (dalam Ndraha,1990: 102) juga


(26)

menyebutkan bahwa partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri.

Wahyudi Kumorotomo (1999:112-114) mengatakan bahwa partisipasi adalah berbagai corak tindakan massa maupun individual yang memperlihatkan adanya hubungan timbale balik antara pemerintah dengan warganya.

Secara umum corak partisipasi warga Negara dapat dibedakan menjadi empat macam:

1. Partisipasi dalam pemilihan (electoral participation) 2. Partisipasi kelompok (group participation)

3. Kontak antara warga Negara dengan pemerintah (citizen government contacting) 4. Partisipasi warga negara langsung

Begitu juga halnya dengan Soetrisno (dalam Tangkilisan, 2005:320) partisipasi ditempatkan sebagai style of development yang berarti bahwa partisipasi dalam kaitannya dengan proses pembangunan haruslah diartikan sebagai usaha mentranformasikan sistem pembangunan dan bukan sebagai suatu bagian dari usaha system mainternance. Untuk itu, partisipasi seharusnya diartikan sebagai suatu nilai kerja bagi masyarakat maupun pengelola pembangunan sehingga partisipasi berfungsi sebagai mesin pendorong pembangunan.

Dalam pembangunan, partisipasi semua unsur masyarakat dengan kerja sama sukarela merupakan kunci utama bagi keberhasilan pembangunan. Soehardjo (dalam Tangkilisan 2005: 321). Dalam hal ini partisipasi berfungsi menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri (self-reliance) dalam usaha memperbaiki taraf hidup masyarakat.


(27)

Davis (dalam Tangkilis 2005: 321) memberikan pengertian partisipasi sebagai berikut: “Participation is defined as an individual as mental and emosional involvement in a group situasion that encourages him to contribute to group goal and share responsibility for them.”

Bila diterapkan dalam pembangunan, maka pendapat Keith Davis ini mengandung tiga unsur pokok, yaitu:

1. Adanya keterlibatan mental dan emosi individu dalam melakukan aktifitas kelompok; 2. Adanya motivasi individu untuk memberikan kontribusi tergerak yang dapat

berwujud barang, jasa, buah pikiran, tenaga, dan keterampilan;

3. Timbulnya rasa tanggung jawab dalam diri individu terhadap aktivitas kelompok dalam usaha pencapaian tujuan.

Dalam hubungannya dengan palaku-pelaku yang terlibat dalam aktifitas pembangunan, Nelson (dalam Tanggkilisan 2005:323) menyebutkan adanya dua macam bentuk partisipasi, yaitu: (1). Partisipasi Horizontal yaitu partisipasi di antara sesama warga atau anggota masyarakat, di mana masyarakat mempunyai kemampuan berprakarsa dalam menyelesaikan secara bersama suatu kegiatan pembangunan; (2). Partisipasi Vertikal yaitu partisipasi antara masyarakat sebagai suatu keseluruhan dengan pemerintah, dalam hubungan dimana masyarakat berada pada posisi sebagai pengikut atau klien.

Partisipasi masyarakat juga dapat diartikan sebagai Adisasmita (2006: 41) pemberdayaan masyarakat, peran sertanya dalam kegiatan penyusunan perencanaan, dan implementasi program/proyek pembangunan dan merupakan aktualisasi dan kesediaan dan kemauan masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi terdapap implementasi program pembangunan.


(28)

Dalam proses pembangunan, partisipasi berfungsi sebagai masukan dan keluaran. Sebagai masukan, partisipasi masyarakat berfungsi menumbuhkan kemampuan masyarakat

untuk berkembang secara madiri. Selain itu, partisipasi masyarakat sebagai masukan pembangunan dapat meningkatkan usaha perbaikan kondisi dan taraf hidup masyarakat yang bersangkutan, dan sebagai keluaran partisipasi dapat digerakkan atau dibangun dengan memberikan motivasi melalui berbagai upaya, seperti Inpres Bantuan Desa, LKMD, KUD, dan lain sebagainya (Ndraha, 1990:109).

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan menjadi hal yang sangat penting ketika diletakkan di atas keyakinan bahwa masyarakatlah yang paling penting tahu apa yang menjadi kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Maka di dalam partisipasi masyarakat dalam pembagunan dapat dibagi dalam empat tahapan (Kaho 2007: 127) yaitu:

1. Partisipasi dalam Proses Pembuatan Keputusan

Dalam tahap ini partisipasi masyarakat sangat mendasar sekali, terutama karena putusan politik yang diambil menyangkut nasib mereka secara keseluruhan. Masyarakat hanya akan terlihat dalam aktifitas selanjutnya apabila mereka merasa ikut andil dalam menentukan apa yang akan dilaksanakan.

2. Partisipasi dalam Pelaksanaan

Partisipasi ini merupakan tindakan selanjutnya dari tahap pertama, partisipasi dalam pembangunan akan terlihat ketika masyarakat ikutserta dalam memberi kontribusi guna menunjang pelaksanaan pembangunan yang berwujud tenaga, uang, barang material, ataupun informasi yang berguna bagi pelaksanaan pembangunan

3. Partisipasi dalam Memamfaatkan Hasil Pembangunan

Tujuan pembangunan adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur, maka dalam tahap ini masyarakat secara bersama akan menikmati hasil pembangunan dengan adil tanpa ada pengecualian. Setiap masyarakat akan mendapatkan bagian sebesar kontribusi atau pengorbanan yang diberikan. Mamfaat yang dapat diterima dalam pembangunan ini yaitu mamfaat materialnya; mamfaat sosialnya; dan mamfaat pribadi.

4. Partisipasi dalam Evaluasi

Suatu kegiatan dapat dinilai apabila memberi mamfaat yang sepantasnya bagi masyarakat. Maka dalam tahap ini, masyarakat diberi kesempatan untuk menilai sendiri hasil yang sudah didapat dalam pembangunan, dan masyarakat menjadi hakim yang adil dan jujur dalam menilai hasil yang ada.


(29)

b.Strategi Untuk Menggerakkan Partisipasi

Usaha untuk memperbaiki kondisi masyarakat dan pemenuhan kebutuhan masyarakat dapat dilakukan dengan menggerakkan partisipasi. Program pembangunan selama ini hanya melibatkan pemerintah saja sehingga hasilnya kurang mengena pada kebutuhan masyarakat.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan hal yang sangat penting ketika diletakkan atas dasar keyakinan bahwa masyarakatlah yang paling tahu apa yang mereka butuhkan dan masyarakat jugalah permasalahan yang mereka hadapi. Namun kenyataan yang masih terlihat bahwa di setiap program pembangunan, partisipasi masyarakat belum terlihat secara keseluruhan.

Keadaaan masyarakat yang kurang melibatkan dirinya dalam program pembangunan dilihat dari belum adanya sistem yang memberikan ruang yang aman memadai atau belum tersedianya suatu frame work bagi proses partisipasi masyarakat. Dan disamping itu masih rendahanya kemampuan untuk mengembangkan partisipasi akibat tidak terbiasanya masyarakat melibatkan diri dalam pemabangunan.

Maka untuk itu, agar suatu program pembangunan berjalan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, harus ada jaminan bahwa partisipasi masyarakat terlibat didalamnya. Maka untuk menjamin hal itu terjadi harus ada terciptanya, (Juliantara, 2004:37-38) :

1. Politik Will dari pemerintah daerah untuk membuka ruang dan arena bagi masyarakat untuk berpartisipasi. Karena selama ini atau selama orde lama dikondisikan dengan menerima apa yang diperintahkan oleh pemerintah pusat, dan tidak dibiasakan untuk melakukan program secara partisipatif.

2. Adanya jaminan atau garansi bagi orang yang berpatisipasi. Bahwa partisipasi merupakan syarat dari setiap program pembangunan, otomatis harus melibatkan stakeholders.

3. Masyarakat sebagai stakeholder harus belajar juga untuk berpartisipasi, apabila ruang dan arena sudah disediakan dan jaminan sudah diberikan maka masyarakat tidak akan takut lagi untuk mengeluarkan aspirasi dan berpatisipasi dalam proses pembangunan.


(30)

Selain di atas menurut Ndraha (1990:104) untuk menciptakan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan dapat dilakukan usaha sebagai berikut:

1. Disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata.

2. Dijadikan stimulasi terhadapi masyarakat, yang berfungsi mendorong timbulnya jawaban ( respon ) yang dikehendaki.

3. Dijadikan motivasi terhadap masyarakat, yang berfungsi membangkitkan tingkah laku yang dikehendaki secara berlanjut.

Selain hal di atas Bryant dan White (dalam Ndraha 1990:105) juga menyebutkan cara lain dalam meningkatkan partisipasi masyarakat yaitu:

1. Proyek pembangunan desa yang dirancang secara sederhana dan mudah dikelola oleh masyarakat.

2. Organisasi dan lembaga kemasyarakatan yang mampu menggerakkan dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

3. Peningkatan peranan masyarakat dalam pembangunan. 2. Perencanaan

a. Pengertian Perencanaan

Pengertian perencanaan sangat beranekaragam. Keanekaragaman pengertian dan defenisi perencanaan dipengaruhi pandangan dari sudut-sudut pandang tertentu sesuai kepentingan yang diharapkan. Berdasarkan berbagai pengertian perencanaan yang ada, perencanaan merupakan (Wrihatnolo dan Nugroho,2006:40) :

1. Himpunan asumsi untuk mendapatkan tujuan. Perencanaan adalah pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta, membuat serta menggunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa datang dengan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu yang diyakini diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu.

2. Seleksi Tujuan. Perencanaan adalah proses dasar yang kita gunakan untuk memilih tujuan-tujuan dan menguraikan bagaimana cara pencapaianny;

3. Pemilihan alternative dan alokasi sumber daya. Perencanaan adalah pemilihan alternative atau penganalokasian berbagai sumber daya yang tersedia.

4. Rasionalitas. Perencanaan adalah pemikiran yang rasional berdasarkan fakta-fakta dan atau perkiraan yang mendekat (estimate)sebagai persiapan untuk melaksanakan tidakan – tindakan kemudian.


(31)

5. Proses penetuan masa depan. Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangkaian pencapain tujuan yang telah ditentukan.

Pada hakikatnya perencanaan adalah usaha yang secara sadar, terorganisasi , dan terus menerus dilakukan untuk memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk mencapai tujuan tertentu Waterson (dalam Conyer, 1991: 4) .

Selanjutnya apapun yang terlintas dibenak kita manakala kita membicarakan perencanaan kiranya tidak terlepas dari kaitan persoalan pengambilan keputusan. Implikasinya adalah bahwa pasti ada cara yang lebih baik dalam hal pengambilan keputusan tersebut, mungkin dengan cara lebih memperhatikan lebih banyak data yang ada, ataupun hasil-hasil yang mungkin dicapai di masa yang akan datang. Schaffer (dalam Conyer, 1991: 4)

Perencanaan juga dapat diartikan sebagai suatu proses menyusun langkah-langkah untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam konteks masyarakat, perencanaan akan berarti himpunan langkah untuk memecahkan persoalan dan kebutuhan masyarakat tersebut, guna mencapai maksud dan tujuan tertentu, yang bisa diidentifikasikan sebagai keadaan (kondisi atau posisi) yang lebih baik. (Ade, 2005 : 70)

Perencanaan ini merupakan proses pengambilan keputusan dengan menetapkan langkah-langkah terlebih dahulu guna menjawab kebutuhan masyarakat. Langkah-langkah yang ditetapakan diharapkan berisi aspirasi masyarakat dalam rangka mencapai suatu kehidupan yang lebih baik dan bermakna.

Tjokroamidjojo (1998:12), mengemukakan alasan dilakukannya perencanaan sebagai berikut:


(32)

a. Dilihat dari segi alat atau cara untuk mencapai tujuan, alasan dilakukannya perencanaan adalah:

1. Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan-tujuan pembangunan.

2. Dengan adanya perencanaan, maka dilakukan suatu perkiraan (forecasting) terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui.

3. Dengan perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternative tentang cara yang terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi yang baik.

4. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas memilih urutan-urutan pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun kegiatan usahanya.

5. Dengan adanya usaha rencana, maka aka nada suatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan/evaluasi.

b. Dari segi ekonomi, maka perencanaan dilakukan untuk:

1. Penggunaan dan alokasi sumber-sumber pembangunan yang terbatas secara efektif dan efesien.

2. Perkembangan ekonomi yang tetap, atau pertumbuhan ekonomi yang secara terus-menerus meningkat.

3. Stabilitas ekonomi.

Dalam UU No. 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dijelaskan tentang pendekatan-pendekatan dalam proses perencanaan yaitu:

1. Pedekatan politik memandang bahwa pemilihan presiden/ kepala daerah adalah penyusunan rencana, karena rakyat memilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing Calon presiden/ kepala daerah. Oleh karena itu rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan presiden/kepala daerah. Oleh Karen itu rencan pembangunan yang ditawarkan presiden/kepala daerah pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah.

2. Perencanaan dengan pendekatan teknoktratik dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja secara fungsional bertugas untuk itu.

3. Perencanaan dengan pendekatan partisipastif dilaksanakan dengan melibat semua pihak yang berkepentingan terhadap pembanguna. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki.

4. Sedangkan pendekatan atas-bawah dan bawah-atas dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan Desa.

b. Tahapan dalam Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu proses menyusun langkah-langkah yang akan diselenggarakan dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat, yaitu untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan dapat dipandang sebagai formulasi mengenai aspirasi masyarakat dalam


(33)

rangka mencapai suatu kehidupan baru yang lebih baik dan bermakna, melalui langkah-langkah pembangunan.

Sebagai langkah awal, perencanaan melibatkan hal-hal yang menyangkut pengambilan keputusan atau pilihan mengenai bagaimana memamfaatkan sumber daya yang ada semaksimal mungkin guna mencapai tujuan tertentu atau kenyataan yang ada di masa depan. Istilah sumber daya merupakan sumber daya almiah, manusia, modal ( bangunan, pabrik, saran/prasarana dan sebagainya) dan keuangan.

Ada beberapa tahap perencanaan dalam mencapai tujuan pembangunan yang berorientasi pada kebutuhan dan keterlibatan masyarakat adalah : ( Abe,2005: 77-84)

1. Penyelidikan

Penyelidikan adalah sebuah proses untuk mengetahui, menggali dan mengumpulkan persoalan-persoalan yang berkembang dalam masyarakat. Dalam proses, penyelidik tidak menempatkan diri sebagai pihak luar, orang asing, melainkan harus mengusahakan agar bisa berintegrasi dengan komunitas yang diselidiki.

2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah tahap lanjut dari penyelidikan. Data atau informasi yang telah dikumpulkan diolah sedemikian rupa sehingga diperoleh gambaran yang lebih lengkap, utuh dan mendalam. Untuk memperoleh perumusan, pada dasarnya dilakukan suatu proses analisis atas informasi,dataatau pengalaman hidup masyarakat. Agar masalah tersebut tepat mencerminkan kebutuhan dari komunitas, maka cara yang ditempuh dengan melibatkan masyarakat dalam proses tersebut.

3. Identifikasi Daya Dukung

Daya dukung dalam hal ini tidak harus diartikan sebagai dana konkrit, melainkan keseluruhan aspek yang bisa memungkinkan terselenggaranya aktifitas dalam mencapai tujuan dan target yang telah ditetapkan. Daya dukung akan sangat tergantung pada (1). Persoalan yang dihadapi; (2). Tujuan yang hendak dicapai; (3). Aktivitas yang akan dilakukan.

4. Rumusan Tujuan

Tujuan tidak lain adalah kondisi yang hendak dicapai dan yang diinginkan, maka karena itu dilakukan sejumlah upaya untuk mencapainya. Jika suatu rangkaian langkah yang dimaksudkan untuk kepentingan rakyat, maka sangat mutlak adanya keterlibatan masyarakat yang sadar. Tanpa keterlibatan masyarakat, maka menjadi sangat mungkin rumusan yang


(34)

dikeluarkan adalah kenginan pihak luar. Kita harus sadar bahwa kebutuhan luar sangat berbeda dengan kebutuhan komunitas atau masyarakat.

5. Menetapkan Langkah-Langkah

Menetapkan langkah-langkah yaitu proses menyusun apa yang akan dilakukan. Sebetulnya proses ini merupakan proses membuat keputusan yang lebih utuh dari perencanaan. Umumnya rencana tindakan akan memuat, apa yang hendak dicapai, kegiatan yang hendak dilakukan, pembagian tugas atau pembagian tanggung jawab, waktu ( kapan dan berapa lama kegiatan akan dilaksanakan). Untuk menyusun langkah yang baik, maka diperlukan kejelasan rumusan pernyataan yang harus jelas, dan tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda. 6. Penentuan Anggaran

Anggaran disini bukan berarti menghitung uang, melainkan suatu usaha untuk menyusun alokasi anggaran atau sumber daya yang tersedia. Penyusunan anggaran ini akan sangat menentukan berhasil tidaknya sebuah perencanaan.

c. Perencanaan Partisipatif

Perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang dalam tujuannyan melibatkan kepentingan masyarakat, dan dalam prosesnya melibatkan masyarakat ( baik secara langsung maupun tidak langsung). Tujuan dan cara harus dipandang sebagai suatu kesatuan. Suatu kesatuan untuk kepentingan rakyat, yang bila dirumuskan dengan tanpa melibatkan masyarakat, maka akan sulit dipastikan bahwa rumusannya akan berpihak kepada rakyat (Abe 2005:88).

Melibatkan masyarakat dalam perencanaan merupakan suatu hal yang penting dalam keberhasilan suatu pembangunan. Keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan akan memberi hasil yang lebih baik karena yang lebih tahu kebutuhan dan tuntutan masyarakat adalah masyarakat itu sendiri. Sehingga sangat penting apabila partisipasi masyarakat dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan lebih ditingkatkan.

Perencanaan partisipatif adalah proses pengambilan keputusan pembangunan yang melibatkan masyarakat, swasta, dan pemerintah sesuai fungsinya masing-masing. Keterlibatan


(35)

masyarakat dalam pengambilan keputusan dapat secara langsung, yaitu perencanaan yang langsung disusun bersama masyarakat, maupun perencanaan yang disusun melalui mekanisme perwakilan sesuai dengan institusi yang sah ( legal –formal), seperti parlamen.

Ada tiga hal dampak dari melibatkan masyarakat secara langsung dalam perencanaan Abe (2005:91) yaitu:

1. Terhindar dari peluang terjadinya manipulasi. Keterlibatan masyarakat akan memperjelas apa yang sebetulnya apa yang dikehendaki masyarakat.

2. Memberi nilai tambah pada legitimasi rumusan perencaan. Semakin banyak jumlah mereka yang terlibat akan semakin baik.

3. Meningkatkan kesadaran dan keterampilan politik masyarakat.

Proses dalam melibatkan masyarakat secara langsung adalah bahwa masyarakat secara langsung ikut ambil bagian sejak dari awal, proses dan perumusan hasil. Keterlibatan masyarakat secara langsung ini akan menjadi penjamin bagi suatu proses yang baik dan benar. Namun harus diperhatikan juga bagaimana tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat agar mampu memberikan partisipasi yang berarti pula dalam pembangunan.

Ada tiga kenyataan yang mengakibatkan sulitnya menciptakan suatu partisipasi yang ideal bagi pembangunan Juliantara (2004: 86) yaitu : (1). Telah berkembangnya suatu tradisi tanpa partisipasi dalam praktek pembangunan; (2). Kondisi masyarakat yang memiliki kapasitas rendah dalam mengembangkan suatu format partisipasi; (3). Belum tersedianya perangkat kebijakan yang dengan sengaja memberi perlindungan, memberi dukungan, dan memberi motivasi partisipasi.


(36)

Maka dalam hal ini, pemerintah yang memang peduli dan membutuhkan partisipasi masyarakat guna mencapai tujuan pembangunan harus dengan serius membangkitkan keinginan masyarakat untuk turut serta dalam setiap program pembangunan. Menyediakan suatu lembaga atau organisasi yang dapat menampung setiap aspirasi masyarakat yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri merupakan suatu langkah yang harus diambil. Dan disamping itu sangat diperlukan juga rasa kenyamanan masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya tanpa ada tekanan dari luar yaitu adanya jaminan publik atau kebijakan pemerintah yang mengatur tentang hak dan kewajiban untuk berpartisipasi.

3. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-PM)

a. Pengertian PNPM MP

PNPM MP adalah PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung mengenai PNPM Mandiri adalah :

1. PNPM Madiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.

2. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah


(37)

daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan

berbagai hasil yang dicapai.

pada tanggal 25/01/2010 )

Visi PNPM Mandiri Pedesaan dalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin pedesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Misi PNPM Mandiri Pedesaan adalah:

1. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaan; 2. Pelembagaan system pembangunan partisipatif; 3. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintah local;

4. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat;

Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM Mandiri Pedesaan, strategi yang dikembangkan PNPM Mandiri Pedesaan yaitu menjadikan rumah tangga miskin (RTM) sebagai kelompok sasaran, menguatkan system pembangunan partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerjasama antar desa. Berdasarkan visi, misi, dan strategi yang dikembangkan, maka PNPM Mandiri Pedesaan lebih menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM Mandiri Pedesaan diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan berkelanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui Progran Pengembangan Kecamatan (PPK) http://ww.ppk.or.id/downloads/PTO PNPM Mandiri Perdesaan.pdf diakses pada tanggal 19/05/2010).


(38)

c. Dasar Kebijakan PNPM Mandiri Perdesaan

PNPM MP adalah program yang menjadi kerangka kebijakan dan acuan pelaksanaan berbagai program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan. Adapun yang menjadi dasar kebijakan PNPM MP adalah sebagai berikut:

1. Perpres No. 54 tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK). TKPK diketuai oleh Menkokesra bertugas untuk merumuskan langkah-langkah kongkrit dalam penanggulangan kemiskinan

2. Hasil Sidang Kabinet tanggal 7 September 2006 yaitu diperlukan percepatan penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja.

3. TKPK pada tanggal 12 September 2006 menyepakati untuk menindaklanjuti hasil siding kabinet tersebut dengan merumuskan sebuah program yang bernama PNPM

4. SK Menkokesra No. 28/KEP/Menko/Kesra/XI/2006 yang dipengaruhi dengan Kepmenkokesra No. 23/Kep/ Menko/ Kesra/VII/2007 tentang Tim Pengendali PNPM Mandiri ( tanggal 25/01/2010

c. Tujuan PNPM Mandiri Perdesaan ).

Tujuan Umum PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.


(39)

a. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan.

b. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagun akan sumber daya lokal.

c. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi pengelolaan pembangunan partisipatif

d. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat.

e. Melembagakan pengelolaan dana bergulir.

f. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan KerjaSama Antar Desa (BKAD)

g. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan .

d. Prinsip - Prinsip Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan

Dalam pelaksanaannya, PNPM Mandiri Perdesaan menekankan prinsip-prinsip pokok yang terdiri dari :

1. Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap

segala informasi dan proses pengambilan keputusan, sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggung-gugatkan, baik secara moral, teknis, legasl maupun administratif

2) Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan


(40)

3) Keberpihakan pada Orang/ Masyarakat Miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung

4) Otonomi. Masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam

menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola

5) Partisipasi/ Pelibatan Masyarakat. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses

pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong-royong menjalankan pembangunan

6) Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk

pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak dan bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat, dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas

7) Kesetaraan dan Keadilan Gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam

perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan tersebut

8) Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong

untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar-pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan

9) Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan

peningkatan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya untuk saat ini tetapi juga di masa depan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

e. Ketentuan Dasar PNPM Mandiri Perdesaan

Ketentuan dasar PNPM Mandiri Perdesaan merupakan ketentuan-ketentuan pokok yang digunakan sebagai acuan bagi masyarakat dan pelaku lainnya dalam


(41)

melaksanakan kegiatan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pelestarian. Ketentuan dasar PNPM Mandiri Perdesaan dimaksudkan untuk mencapai tujuan secara lebih terarah. Ketentuan dasar meliputi :

1. Desa Berpartisipasi

Seluruh desa di kecamatan penerima PNPM Mandiri Perdesaan berhak berpartisipasi dalam seluruh tahapan program. Namun, untuk kecamatan- kecamatan yang pemilihan maupun penentuan besarnya BLM didasarkan pada adanya desa tertinggal, maka kegiatan yang diusulkan oleh desa-desa tertinggal akan mendapat prioritas didanai. Besarnya pendanaan kegiatan dari desa tertinggal tergantung pada besar/volume kegiatan yang diusulkan. Pembagian dana BLM secara otomatis kepada desa-desa tertinggal sama sekali tidak diinginkan, karena setiap usulan kegiatan harus dinilai kelayakannya secara teknis maupun manfaat sosial ekonominya.

Untuk dapat berpartisipasi dalam PNPM Mandiri Perdesaan, dituntut adanya kesiapan dari masyarakat dan desa dalam menyelenggarakan pertemuan- pertemuan musyawarah secara swadaya dan menyediakan kader-kader desa yang bertugas secara sukarela serta adanya kesanggupan untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan dalam PNPM Mandiri Perdesaan.

2. Kriteria dan Jenis Kegiatan

Kegiatan yang akan dibiayai melalui dana BLM diutamakan untuk kegiatan yang memenuhi kriteria:

a. Lebih bermanfaat bagi RTM, baik di lokasi desa tertinggal maupun bukan desa tertinggal.


(42)

c. Dapat dikerjakan oleh masyarakat d. Didukung oleh sumber daya yang ada

e. Memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan

Jenis-jenis kegiatan yang dibiayai melalui BLM PNPM Mandiri Perdesaan adalah sebagai berikut :

a. Kegiatan pembangunan atau perbaikan prasarana sarana dasar yang dapat memberikan manfaat langsung secara ekonomi bagi RTM,

b. Kegiatan peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan, termasuk kegiatan pelatihan pengembangan ketrampilan masyarakat (pendidikan nonformal)

c. Kegiatan peningkatan kapasitas/ketrampilan kelompok usaha ekonomi terutama bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya lokal (tidak termasuk penambahan modal).

d. Penambahan permodalan simpan pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP)

3. Mekanisme Usulan Kegiatan

Setiap desa dapat mengajukan 3 (tiga) usulan untuk dapat didanai dengan BLM PNPM Mandiri Perdesaan. Setiap usulan harus merupakan 1 (satu) jenis kegiatan/ satu paket kegiatan yang secara langsung saling berkaitan.

Tiga usulan dimaksud adalah:

a. Usulan kegiatan sarana prasarana dasar atau kegiatan peningkatan kualitas hidup masyarakat (kesehatan atau pendidikan) atau peningkatan kapasitas/ ketrampilan kelompok usaha ekonomi yang ditetapkan oleh musyawarah desa khusus perempuan


(43)

b. Usulan kegiatan simpan pinjam bagi Kelompok Perempuan (SPP) yang ditetapkan oleh musyawarah desa khusus perempuan. Alokasi dana kegiatan SPP ini maksimal 25% dari BLM kecamatan. Tidak ada batasan alokasi maksimal per desa namun harus mempertimbangkan hasil verifikasi kelayakan kelompok

c. Usulan kegiatan sarana prasarana dasar, kegiatan peningkatan kualitas hidup masyarakat (kesehatan atau pendidikan) dan peningkatan kapasitas/ketrampilan kelompok usaha ekonomi yang ditetapkan oleh musyawarah desa perencanaan

Jika usulan non-SPP dari musyawarah khusus perempuan sama dengan usulan musyawarah desa campuran, maka kaum perempuan dapat mengajukan usulan pengganti, sehingga jumlah usulan kegiatan dari musyawarah desa perencanaan tetap tiga. Maksimal nilai satu usulan kegiatan yang dapat didanai BLM PNPM Perdesaan adalah sebesar Rp 350 juta. Usulan kegiatan pendidikan atau kesehatan harus mempertimbangkan rencana induk dari instansi pendidikan atau kesehatan di kabupaten.

4. Swadaya Masyarakat

Swadaya adalah kemauan dan kemampuan masyarakat yang disumbangkan sebagai bagian dari rasa ikut memiliki terhadap program. Swadaya masyarakat merupakan salah satu wujud partisipasi dalam pelaksanaan tahapan PNPM Mandiri Perdesaan. Swadaya bisa diwujudkan dengan menyumbangkan tenaga, dana, maupun material pada saat pelaksanaan kegiatan.

Dasar keswadayaan adalah kerelaan masyarakat, sehingga harus dipastikan bebas dari tekanan atau keterpaksaan. Upah hari orang kerja (HOK) bagi tenaga kerja RTM, baik laki-laki maupun perempuan, tidak boleh dipotong atau diminta sebagai bentuk kontribusi


(44)

swadaya masyarakat, karena upah HOK ini ditujukan untuk meningkatkan pendapatan mereka. Hal ini sesuai dengan tujuan PNPM Mandiri.

5. Kesetaraan dan Keadilan Gender

Untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan pemihakan kepada perempuan. Pemihakan memberi makna berupa upaya pemberian kesempatan bagi perempuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, ekonomi, dan politik serta mengakses aset produktif.

Sebagai salah satu wujud keberpihakan kepada perempuan, PNPM Mandiri Perdesaan mengharuskan adanya keterlibatan perempuan sebagai pengambil keputusan dan pelaku pada semua tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian. Kepentingan perempuan harus terwakili secara memadai.

6. Jenis Kegiatan yang Dilarang (Negative List)

Jenis kegiatan yang tidak boleh didanai melalui PNPM Mandiri Perdesaan adalah sebagai berikut:

a. Pembiayaan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan militer atau angkatan bersenjata, pembiayaan politik praktis/ partai politik

b. Pembangunan atau rehabilitasi bangunan kantor pemerintahan dan tempat ibadah

c. Pembelian chainsaw, senjata, bahan peledak, asbes dan bahan-bahan lain yang merusak lingkungan (pestisida, herbisida, obat-obat terlarang dan lain-lain)

d. Pembelian kapal ikan yang berbobot di atas 10 ton dan perlengkapannya e. Pembiayaan gaji pegawai negeri


(45)

g. Kegiatan yang berkaitan dengan produksi, penyimpanan, atau penjualan barang-barang yang mengandung tembakau

h. Kehiatan apapun yang dilakukan di lokasi yang ditetapkan sebagi cagar alam, kecuali ada izin tertulis dari instansi yang mengelola lokasi tersebut

i. Kegiatan pengelolaan tambang atau pengambilan dan penggunaan terumbu karang

j. Kegiatan yang berhubungan pengelolaan sumber daya air dari sungai yang mengalir dari atau menuju negara lain

k. Kegiatan yang berkaitan dengan pemindahan jalur sungai

l. Kegiatan yang berkaitan dengan reklamasi daratan yang luasnya lebih dari 50 Ha. m. Pembangunan jalur irigasi baru yang luasnya lebih dari 50 Ha

n. Kegiatan pembangunan bendungan atau penampungan air dengan kapasitas besar, lebih dari 10.000 meter kubik.

7. Sanksi

Sanksi adalah salah satu bentuk pemberlakuan kondisi dikarenakan adanya pelanggaran atas peraturan dan tata cara yang telah ditetapkan di dalam PNPM Mandiri Perdesaan. Sanksi bertujuan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab berbagai pihak terkait dalam pengelolaan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan.

Sanksi dapat berupa :

1. Sanksi masyarakat, yaitu sanksi yang ditetapkan melalui kesepakatan dalam musyawarah masyarakat. Semua kesepakatan sanksi dituangkan secara tertulis dan dicantumkan dalam berita acara pertemuan,

2. Sanksi hukum, yaitu sanksi yang diberikan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku,


(46)

3. Sanksi program adalah pemberhentian bantuan apabila kecamatan atau desa yang bersangkutan tidak dapat mengelola PNPM Mandiri Perdesaan dengan baik, seperti: menyalahi prinsip-prinsip, menyalahgunakan dana atau wewenang, penyimpangan prosedur, hasil kegiatan tidak terpelihara atau hasil kegiatan tidak dapat dimanfaatkan. Kecamatan tersebut akan dimasukkan sebagai kecamatan bermasalah sehingga dapat ditunda pencairan dana yang sedang berlangsung, serta tidak dialokasikan untuk tahun berikutnya.

B. Defenisi Konsep

Konsep adalah suatu makna yang berada di dalam pikiran atau di dunia kepemahaman manusia yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan dan kata-kata. Dengan demikian konsep bukanlah objek gejalanya itu sendiri, tetapi suatu hasil pemaknaan di dalam intelektual manusia yang memang merujuk kegejala nyata ke dalam empiris. Konsep menegaskan dan menetapkan apa yang akan diopservasi, dan juga memungkinkan peneliti untuk mengomunikasikan hasil-hasil penelitian. (Suyanto,2008: 50).

Adapun yang menjadi defenisi konsep dalam penelitian ini adalah

a. Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat secara aktif dengan memberikan

kontribusi dalam pembangunan barupa barang, pikiran dan tenaga serta mempunyai rasa tanggungjawab guna mencapai tujuan.

b. Perencanan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar guna menentukan

langkah-langkah yang akan diambil guna mencapai tujuan yang ingin dicapai.

c. PNPM Mandiri Perdesaan adalah suatu program nasional yang bertujuan untuk


(47)

kesempatan kerja di wilayah perdesaan. Program ini dilakukan untuk lebih mendorong upaya peningkatan kualitas hidup, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat di perdesaan.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan bentuk penelitian deskriptif dengan analisis data kualitatif. Menurut Nawawi (1987: 64) metode deskriptif adalah metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta yang telah diselidiki sebagai mana adanya dengan interpretasi rasional dan akurat.

Dengan demikian penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada dan mencoba menganalisis kebenaran berdasarkan data yang diperoleh dilapangan.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sitio II, Kecamatan Lintong Nihita, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara.

C. Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitinya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian tidak ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi tiga macam, (1) informan kunci (Key


(49)

Informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, (2) informan utama, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, (3) informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti Hendarso (dalam Suyanto, 2005 : 171-172 )

Berdasarkan uraian di atas maka penulis menentukan informan kunci dengan mennggunakan teknik purposive sampling yaitu, penentuan informan tidak didasarkan atas strata, pedoman atau wilayah tetapi didasarkan adanya tujuan tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian. Maka yang menjadi informan kunci berjumlah tiga orang yaitu:

1. PJOK (Penanggung Jawab Operasional Kegiatan) yaitu seorang Kepala Seksi (Kasi) Pemeberdayaan Masyarakat atau pejabat lain yang mempunyain tugas pokok sejenis di kecamatan yang didasarkan beradasarkan Surat Keputusan Bupati dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan operasional kegiatan dan keberhasilan seluruh kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan. PJOK di Kecamatan Lintong Nihuta adalah Bapak Pangihutan

2. Fasilitator Kecamatan yaitu Fasilitator Kecamatan merupakan pendamping masyarakat yang berperan memfasilitasi masyarakat dalam setiap proses tahapan, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian serta bimbingan KPMD atau pelaku-pelaku lainnya di desa dan kecamatan. Fasilitator kecamatan di Desa Sitio II adalah Bapak Merfin F. Sitorus Amd.

3. Fasilitator Teknik ( FT-Kec) merupakan pendamping masyarakat yang berperan memfasilitasi masyarakat dalam setiap proses tahapan, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian serta bimbingan KPMD atau pelaku-pelaku


(50)

lainnya di desa dan kecamatan khususnya dalam bidang teknis, dan yang menjadi fasilitatornya adalah Bapak Junalius Sembiring ST.

Sedangkan informan utama berjumlah tiga orang yaitu:

1. Kepala Desa adalah adalah sebagai Pembina dan pengendali kelancaran sera keberhasilan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di desa, yaitu Bapak Efendi Silaban.

2. KPMD ( Ketua Pemberdayaan Masyarakat Desa ) laki-laki yaitu adalah warga desa terpilih yang memfasilitasi atau memandu masyarakat dalam mengikuti atau melaksanakan tahapan PNPM Mandiri Perdesaan di desa dan kelompok masyarakat pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pemeliharaan, yaitu Bapak Lambas Silaban

3. KPMD perempuan yaitu Ibu Romauli Sihombing

Sedangkan masyarakat desa Sitio II dijadikan sebagai informan tambahan. Dalam hal ini teknik pengambilan informan utama dengan cara snowball sampling yaitu pengambilan sumber data yang pada awal jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar, tergantung pada tingkat pengetahuan dan keterangan yang didapat. (Sugiyono,2008:218).

Dalam penelitian yang dilaksanakan dilapangan, pertama-tama penulis menjumpai kepala desa setelah menjelaskan maksud dan tujuan penulis datang ke desa tersebut dan wawancara dengan berliau yang berkaitan perencanaan PNPM MP di Desa Sitio II, Bapak kepala desa mengusulkan peneliti untuk menjumpai KPMD laki , KPMD perempuan , serta kekecamatan untuk jumpai PJOK serta fasilitator kecamatan yang ditugaskan di Desa Sitio II. Kepala desa mengusulkan hal tersebut karena mereka dianggap lebih tahu bagaimana pelaksanaan PNPM MP


(51)

di Desa Sitio II, dan di kecamatanlah terdapat dokumen yang lebih lengkap mengenai PNPM M P.

Kemudian dalam pelaksanaan wawancara dengan masyarakat dilaksanakan dengan cara kebetulan yaitu ketika berjumpa secara tidak sengaja dengan masyarakat di Desa Sitio II, hal itu dilakukan karena keterbatasan waktu untuk berjumpa dengan masyarakat yang setiap harinya melakukan aktifitasnya. Jumlah masyarakat yang diwawancarai adalah 14 orang dikarenakan waktu yang terbatas serta jawaban masyarakat sudah mencapai titik jenuh.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.(Sugiyono, 2008: 62)

Untuk memperoleh data atau informasi dan keterangan-keterangan lain yang diperlukan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Teknik Pengumpulan Data Primer, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer ini dilakukan dengan instrument metode wawancara ( Interview ) terstruktur yaitu sebelum dilaksanakan wawancara, penulis terlebih dahulu menyusun daftar pertanyaan yang diajukan kepada informan. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun adalah berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam PNPM MP, namun dalam prosesnya sendiri, muncul pertanyaan-pertanyaan baru yang berhubungan dengan masalah penulis yang bertujuan untuk


(52)

menggali informasi lebih dalam dari para informan. Dalam proses wawancara yang telah dilaksanakan, semua hasil wawancara dicatat langsung oleh peneliti.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder, Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui studi kepustakaan yang terdiri dari :

a) Dokumentasi ( Documenter )

Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan partisipasi masyarakat dalam PNPM MP seperti penjelasan Petunjuk Teknis Operasional PNPNM MP, berita acara, daftar hadir dan lain-lain.

b) Studi Kepustakaan ( Library research )

Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan berbagai literatur seperti buku, karya ilmiah, dan laporan penelitian. Peneliti mengumpulkan materi yang bersumber dari buku-buku serta referensi lainnya yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan.

E. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini menggunakan kualitatif. Menurut Sugiyono ( 2008 : 89) bahwa analisa kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari data wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukam sintesa,menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupu n orang lain.


(53)

F. Penerapan Metode Penelitian di Lapangan

Pelaksanaan penelitian dilapangan dilaksanakan sekitar dua bulan. Dalam penerapan metode penelitian di lapangan penulis menemukan berbagai kendala dalam mengumpulkan data-data dan informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian. Adapun kendala yang penulis temukan di lapangan adalah tidak tersedianya dokumen tentang profil Desa Sitio II sehingga pengumpulan data tentang profil desa diperoleh dari penjelasan langsung oleh kepala desa dan sekretaris desa.

Penulis tidak hanya melakukan pengumpulan data di Desa Sitio II tetapi juga harus mengumpulkan data di kecamatan yang berjarak 9 Km dari desa, hal ini dilakukan untuk memperoleh data tentang PNPM MP serta data profil desa yang dapat mendukung data yang diperoleh dari kepala desa dan sekretaris desa.

Dalam melaksanakan wawancara dengan informan kunci dan informan utama juga mendapatkan kendala karena sulitnya menentukan waktu dan tempat wawancara disebabkan aktifitas informan, sedangkan untuk pelaksanaan wawancara dengan masyarakat sebagai informan tambahan dilakukan dengan cara kebetulan.

Selama melaksanakan wawancara dengan para informan baik dengan masyarakat ataupun fasilitator kecamatan mendapat respon yang baik. Mereka baik dan ramah serta terbuka dengan keberadaan penulis. Informan menyampaikan semua data-data dan informasi mengenai pertanyaan yang berhubungan dengan permasalahan penulis.


(54)

Dalam berbagai pelaksanaan kegiatan, setiap orang harus memperhatikan etika supaya tidak menimbulkan hal yang bisa merugikan kita sendiri maupun orang lain. Pelaksanaan penelitian di Desa Sitio II oleh penulis juga memperhatikan etika penelitian dalam mengumpulkan data-data dilapangan terutama pada saat melakukan wawancara dengan para informan. Etika penelitian yang dimaksud dalam hal ini adalah berkenaan dengan cara memasuki daerah penelitian serta kerahasiaan informan.

Sebelum penulis melakukan penelitian, terlebih dahulu menjumpai kepala desa dan menjelaskan maksud dan tujuan yaitu untuk melaksanakan penelitian yang berhubungan dengan judul penulis dan dilakukan untuk keperluan akademis jasa. Penulis juga menunjukkan surat izin peneliti yang diperoleh dari pihak Fakultas, yang dimaksudkan untuk memperkuat penjelasan penulis serta lebih absah.

Hal serupa juga dilakukan peneliti ketika ingin melaksanakan wawancara kepada informan, yaitu menjelaskan maksud dan tujuan penulis, bahwa kegiatan ini dilaksanakan untuk menyusun karya ilmiah yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana. Para informan menunjukkan respon yang baik dan bersedia untuk diwawancarai. Selain itu, penulis juga terlebih dahulu bertanya kepada informan apakah penulis dapat mencamtumkan nama informan dalam karya ilmiah penulis, dan para informan tidak keberatan apabila namanya dicamtumkan.


(55)

(1)

keadaan ekonomi masyarakat sehingga setiap kegiatan musyawarah dilaksanakan, masyarakat lebih banyak memilih untuk melakukan aktifitas mencari nafkah yang mayoritas adalah bertani.

3. Tingkat partisipasi perempuan dalam perencanaan masih rendah, dilihat dari kehadiran perempuan yang lebih rendah dibanding laki-laki. Berdasarkan temuan penulis dilapangan partisipasi masyarakat masih dipengaruhi oleh bias gender yang mengakibatkan perempuan dirugikan dan perbedaan perempuan dengan laki-laki. Adapun bias gender yang ditemukan di Desa Sitio II adalah

a. Budaya patriarki yang masih dipegang masyarakat Desa Sitio II mengakibatkan adanya perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan, masyarakat Desa Sitio II menganggap bahwa perempuan lebih cocok untuk mengurus urusan rumah tangga dan urusan untuk mencari nafkah sedangkan laki-laki lebih cocok untuk mengurus urusan diluar urusan rumah tangga seperti urusan untuk mengikuti musyawarah PNPM MP. Selain itu adanya anggapan bahwa laki-lakilah yang berhak dan cocok untuk pemimpin dan perempuan hanya sebagai pendamping saja, sehingga setiap kegiatan diluar urusan rumah tangga lebih memprioritaskan laki-laki dan perempuan sebagai subordinat.

b. Kesadaran perempuan yang kurang untuk ikut terlibat dalam musyawarah karena perempuaan itu sendiri telah membatasi dirinya seolah-olah hanya untuk mengurusi urusan rumah tangga dan mencari nafkah

4. Hal inilah yang mengakibatkan bahwa dalam setiap musyawarah perencanaan PNPM MP lebih mayoritas laki-laki.

5. Adanya kesulitan yang dihadapi penulis pada saat melaksanakan penelitian dilapangan, yaitu berupa kesulitan untuk melakukan wawancara dengan para informan dikarenakan


(2)

masyarakat setiap harinya melaksanakan aktifitasnya diladang, sehingga pelaksanaan penelitian dilaksanakan dengan cara kebetulan yang dijumpai di desa, adanya perbedaan data yang diperoleh dari kepala desa dengan data yang diperoleh dengan pihak kecamatan, misalnya data kependudukan.

6. Adanya perubahan metodologi penelitian yang dilakukan oleh penulis pada saat dilapangan, yaitu adanya penambahan informan yaitu PJOK Kecamatan, karena saran dari kepala desa setempat, PJOK Kecamatan dianggap lebih tahu masalah penulis, serta di kecamatan akan mendapatkan data dan dokumen yang lebih lengkap tentang PNPM MP.

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan sebagai buah pikiran dari pelaksanaan penelitian ini adalah, sebagai berikut:

1. Perlu perubahan terhadap pedoman PNPM MP, pedoman atau peraturan ini disesuaikan dengan keberadaan di lapangan, atau adanya penjelasan yang mengatakan bahwa pedoman dalam PTO suatu saat bisa berubah tergantung kebutuhan dilapangan.

2. Pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan PNPM MP merupakan hal yang sudah bagus, untuk itu perlu dipertahankan dan pelibatan masyarakat ini tidak hanya di dalam PNPM MP tetapi diharapkan pelibatan terhadap semua program pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang bertujuan untuk kesejahteraan rakyat.

3. Kepada masyarakat Desa Sitio agar lebih menyadari bahwa pentingnya kehadiran mereka dalam setiap musyawarah perencanaan PNPM MP, karena dengan kehadiran masyarakat dalam setiap musyawarah, masyarakat dapat menyampaikan aspirasi atau keinginan-keinginan mereka yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat.


(3)

4. Pemerintah setempat harus melakukan sosialisasi tentang kesetaran gender, agar anggapan masyarakat selama ini yang membanding peran perempuan yang lebih cocok mengurusi urusan rumah tangga dan laki-laki untuk urusan di luar urusan rumah tangga dapat dihilangkan, serta budaya Batak yang masih bersifat partriarki yang menjadikan laki-laki sebagai prioritas sedangkan perempuan sebagai subordinat.

5. Kepada mahasiswa atau pihak yang ingin melaksanakan penelitian, agar tidak takut untuk melakukan perubahan terhadap metode penelitian yang disusun dalam proposal dengan pelaksanaan penelitian dilapangan, demi untuk mendapat informasi dan data-data yang berkaitan dengan masalah penelitian yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ade, Alexander.2005. Perencanaan Daerah Partisipatif. Yogyakarta: Pembaharu.

Ali, Farid.1997. Metodologi Penelitian Sosial dalam Bidang Ilmu Administrasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Conyers,Diana. 1991. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Itsna, Sugihastuti, 2007. Gender dan Inferioritas Perempuan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jayadinata, Johara dan Pramandika. 2006. Pembangunan Desa dalam Perencanaan. Bandung : ITB.

Juliantara, Dadang. 2004. Pembaharu Kabupaten Mewujudkan Kabupaten Partisipasi. Yogyakarta: Pembaharuan.

Kaho, Josef. 2007. Prosfek Otomoni Daerah di Daerah Republik Indonesia. Jakarta: PT RajaGarfindo.

Kumorotomo, Wahyudi. 1999. Etika Administrasi Negara. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Murniati, Nunuk. 2004. Getar Gender. Magelang: Yayasan IndonesiaTera.


(5)

Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT Pustaka LP3ES.

Soetomo. 2006. Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Soetrisno, Loekman. 1995. Menuju Partisipasi Masyarakat. Yogyakarta: Kanisius.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : PT. Alfabeta. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2008. Metodse Penelitian Sosial. Jakarta: Prenada Media Group. Tanggkilis, Hessel Nogi.2005. Manajemen Publik. Jakarta: PT Grasindo.

Wrihatnolo, Randi dan Riant. 2006. Manajemen Pembangunan. Indonesia.Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Sumber Lain:

Undang-Undang Dasar 1945.

Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Tim Koordinasi PNPM MP, Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan. Jakarta.

diakses pada tanggal 18/01/2010).

diakses pada tanggal


(6)

(http://ww.ppk.or.id/downloads/PTO PNPM Mandiri Perdesaan.pdf diakses pada tanggal 19/05/2010).


Dokumen yang terkait

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Kampung Bilah Kecamatan Bilah Hilir Kabupaten Labuhan Batu

0 57 124

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri Pedesaan terhadap Pembangunan Desa di desa Suka Damai.

12 108 132

Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan (Study Deskriptif di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan)

4 63 111

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ( Studi Kasus Irigasi Pertanian Di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara)

3 57 116

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara

1 39 106

Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara)

0 62 148

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

4 84 264

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 55 76

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DAN PARTISIPASI MASYARAKAT Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) dan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Sooka, Kecamatan

0 0 16

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DAN PARTISIPASI MASYARAKAT Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) dan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Sooka, Kecamatan

0 1 17