CONTOH LAPORAN DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1

1.2 Tujuan

2

1.3 Manfaat

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Diabetes Mellitus

3


2.2 Konsep Kebutuhan Nutrisi

14

BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Anamnesa

21

3.2 Analisa

33

3.3 Kebutuhan Dasar Manusia

33

3.4 Keterampilan Dasar Praktik Klinik


35

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan

37

4.2 Saran

37

DAFTAR PUSTAKA

38

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolic yang berlangsung kronik dimana
penderita diabetes tidak bias memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak
mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadilah kelebihan gula di dalam darah
dan baru dirasakan setelah terjadi komplikasi lanjut pada organ tubuh.
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar. Data dari
studi global menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Melitus pada tahun 2011 telah
mencapai 366 juta orang di dunia (IDF, 2011). Di Provinsi DKI Jakarta, Kotamadya Jakarta
Barat merupakan salah satu kota dengan angka prevalensi DM yang tinggi, yaitu 1,9%
(Balitbangkes, 2008). Jumlah penderita Diabetes Mellitus di Indonesia terus meningkat dimana
saat ini diperkirakan sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia atau berarti 1 dari 40 penduduk
Indonesia menderita diabetes.
Berdasarkan klasifikasi WHO, diabetes melitus terbagi atas beberapa tipe yaitu diabetes tipe
1, diabetes tipe 2, diabetes gestasional dan diabetes tipe lainnya.

Diabetes melitus tipe 2

merupakan jenis diabetes yang paling banyak diderita masyarakat. Karena dari semua kasus
diabetes pada populasi di beberapa Negara diketahui bahwa sekitar 90% adalah diabetes melitus
tipe 2. Peningkatan ini umumnya terjadi di negara-negara berkembang disebabkan karena
pertumbuhan penduduk, proses penuaan, obesitas, diet serta pola hidup yang tidak sehat.

Metode yang digunakan untuk menentukan pengendalian glukosa darah pada semua tipe DM
adalah pengukuran glikat hemoglobin (HbA1c). Hemoglobin pada keadaan normal yang baru
keluar dari sumsum tulang tidak mengandung glukosa (Price dan Wilson, 2002). Pemeriksaan
hemoglobin terglikasi (HbA1C), disebut juga glycohemoglobin atau disingkat sebagai A1C,
merupakan salah satu pemeriksaan darah yang penting untuk mengevaluasi pengendalian gula
darah. Hasil pemeriksaan A1C memberikan gambaran rata-rata gula darah selama periode waktu
2

enam sampai dua belas minggu dan hasil ini dipergunakan bersama dengan hasil pemeriksaan
gula darah mandiri sebagai dasar untuk melakukan penyesuaian terhadap pengobatan diabetes
yang dijalani.
1.2 Tujuan
1.2.1

Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui gambaran tentang penyakit diabetes mellitus.

1.2.2

Tujuan Khusus

a)

Melakukan pengkajian pada pasien diabetes mellitus

b)

Menjelaskan diagnosa medis pada pasien diabetes mellitus

c)

Menyusun Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) pada pasien
diabetes mellitus

d)

Melakukan Keterampilan Dasar Praktik Klinik ( KDPK ) pada pasien
diabetes mellitus

e)


Melakukan evaluasi dalam bentuk rencana tindak lanjut pada KDPK yang
belum kompeten.

1.3 Manfaat
1.3.1

Bagi Institusi Pendidikan dan Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan keterampilan
dasar praktik klinik yang berhubungan keamanan dan keselamatan serta sebagai
subjek dalam menilai bagaimana pemahaman dan keterampilan penulis dalam
menyikapi kasus.

1.3.2

Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dalam mengetahui
kebutuhan

dasar


dan

memberikan

keterampilan

dasar

tentang

keamanan dan keselamatan bagi pasien Diabetes Melitus.

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes Mellitus
2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus, penyakit gula, atau penyakit kencing manis, diketahui sebagai
suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan menahun terutama pada system
metabolism karbohidrat, lemak, dan juga protein dalam tubuh. Gangguan metabolism
tersebut disebabkan kurangnya produksi hormone insulin, yang diperlukan dalam proses
pengubahan gula menjadi tenaga serta sintesis lemak,kondisi yang demikian itu,
mengakibatkan terjadinya hiperglikemia, yaitu meningkatnya kadar gula dalam darah
atau terdapatnya kandungan gula dalam air kencing dan zat-zat keton serta asam (ketoacidosis) yang berlebihan. Keberadaan zat-zat keton dan asam yang berlebihan ini
menyebabkan terjadinya rasa haus yang terus-menerus, banyak kencing, penurunan berat
badan meskipun selera makan tetap baik, penurunan daya tahan tubuh
Adapun klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :


Tipe 1

Ditandai dengan kegagalan produksi total insulin oleh sel beta pankreas. DM tipe 1
membutuhkan insulin dari luar untuk bertahan hidup. Tanpa pemberian insulin dapat
menyebabkan penderita koma serta meninggal. DM tipe 1 diakibatkan oleh kerusakan sel
beta pankreas karena paparan agen infeksi atau lingkungan, yaitu racun, virus (rubella
kongenital, mumps, coxsackievirus dan cytomegalovirus) dan makanan (gula, kopi,
kedelai, gandum dan susu sapi).

Gejala Klinis:
-

Polidipsi, poliuria, polifagia, berat badan turun
4

-

Hiperglikemia (≥ 200 mg/dl), ketonemia, glukosuria. Anak dengan DM tipe1
cepat sekali menjurus dalam ketoasidosis diabetik yang disertai atau tanpa koma
dengan prognosis yang kurang baik bila tidak diterapi dengan baik.



Tipe 2
DM tipe II disebabkan oleh berbagai hal seperti bertambahnya usia harapan
hidup, berkurangnya kematian akibat infeksi dan meningkatnya faktor resiko
akibat cara hidup yang salah seperti kegemukan, kurang gerak, dan pola makan
yang tidak sehat. Ditandai dengan produksi hormon insulin yang tidak memadai.
Penderita DM tipe 2 tampak obesitas pada bagian perut. Penderita tidak

bergantung pada insulin dari luar.



Diabetes Melitus tipe lain :
A.

Defek genetik fungsi sel beta :
*

Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY) 1,2,3.

*

DNA mitokondria

B.

Defek genetik kerja insulin


C.

Penyakit endokrin pankreas :
*

pankreatitis

*

tumor pankreas /pankreatektomi

*

pankreatopati fibrokalkulus

D.

Endokrinopati :
*

akromegali

5

*

sindrom Cushing

*

feokromositoma

*

hipertiroidisme

E.

Karena obat/zat kimia :
*

vacor, pentamidin, asam nikotinat

*

glukokortikoid, hormon tiroid

*

tiazid, dilantin, interferon alfa dan lain-lain

F.

Infeksi :
*

G.

Sebab imunologi yang jarang :
*

H.

antibodi anti insulin
Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM :

*



Rubella kongenital, Cytomegalovirus (CMV)

sindrom Down, sindrom Kleinfelter, sindrom Turner, dan lain-lain.

Diabetes gestasional
Bentuk diabetes yang terjadi selama kehamilan.Ditandai dengan hiperglikemia
yang terdeteksi pertama kali saat hamil. Diabetes gestasional kebanyakan akan
sembuh setelah melahirkan.(Michael J, Gibney, “Gizi Kesehatan Masyarakat”,
halaman 407-408, 2009).

6

2.1.2

Gejala
1. Gejala akut

Pada tahap permulaan, gejala yang ditunjukkan meliputi: banyak makan atau
polifagia, banyak minum atau polidipsia, dan banyak kencing atau poliuria. Pada
fase ini, biasanya penderita menunjukkan berat badan yang terus naik, karena
pada saat ini jumlah insulin masih mencukupi.

2. Gejala kronik

Gejala kronik yang sering timbul adalah kesemutan, kulit terasa panas atau seperti
tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal dikulit, kram, lelah, mudah mengantuk, mata
kabur, gatal disekitar kemaluan terutama wanita, gigi mudah goyah dan mudah
lepas, kemampuan seksual menurun, pada ibu hamil sering mengalami keguguran
atau kematian janin dalam kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4
kg.

2.1.3

Faktor Diabetes Mellitus

Keberadan bebera faktor resiko diabetes
1. Riwayat Keluarga
2. Obesitas atau Kegemukan (yang paling besar perannya)
3. Usia Yang Semakin Bertambah
4. Kurangnya Aktivitas Fisik
5. Merokok
6. Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol Tinggi
7

7. Stres Dalam Jangka Waktu Lama
8. Hipertensi Atau Darah Tinggi
9. Kehamilan
10. Ras

2.1.4

Komplikasi Diabetes Mellitus
Komplikasi kronis ini berkaitan dengan gangguan vaskular, yaitu:
1. Komplikasi mikrovaskular
-

Neuropati : Kerusakan pada sistem saraf akibat DM terutama pada
saraf sensorik (saraf perasa).Akibatnya, rasa sakit, kesemutan dan mati
rasa pada kaki serta tangan.Sedangkan, DM tipe 2 dapat menimbulkan
kerusakan saraf autonom (berpengaruh pada fungsi organ).Misalnya,
mual, obstipasi, diare, infeksi kandung kemih, sesak nafas dan
gangguan aktivitas seksual.

-

Retinopati : Gangguan awal pada mata (retina) tidak ada keluhan
sehingga banyak penderita DM yang tidak mengetahui jika terkena
retinopati.Apabila gangguan ini dibiarkan, penderita DM dapat
mengalami kebutaan karena sirkulasi pembuluh darah kecil buruk dan
kerusakan semakin parah.Selain itu, DM juga bisa menyebabkan
katarak dan glaukoma (tekanan pada bola mata meningkat).Maka dari
itu, penderita DM harus rutin mengontrol mata ke dokter mata.

-

Nefropati : Terjadi akibat gangguan sirkulasi pembuluh darah kecil
serta kerusakan ginjal (karena hipertensi).Kerusakan ini bisa diperiksa
dari air seni penderita DM yaitu dengan adanya mikroalbumin atau
protein di urin.

2. Komplikasi makrovaskular

8

-

Penyakit kardiovaskuler/ Stroke/ Dislipidemia : Aterosklerosis
serebri

merupakan

penyebab

mortalitas

kedua

terseringpadapenderita diabetes. Kira-kira sepertiga penderita
stroke juga menderita diabetes.Stroke lebih sering timbul
dandengan prognosis yang lebih serius untuk penderitadiabetes.
Akibat berkurangnya aliran atrteri karotis internadan arteri
vertebralis timbul gangguan neurologis akibat iskemia, berupa:
-Pusing, sinkop
-Hemiplegia: parsial atau total
-Afasia sensorik dan motorik
-Keadaan pseudo
-dementia
-

Penyakit pembuluh darah perifer : Proses awal terjadinya
kelainan vaskuler adalah adanya aterosklerosis, yang dapat terjadi
pada seluruh pembuluh darah. Apabila terjadi pada pembuluh darah
koronaria, maka akan meningkatkan risiko terjadi infark miokar,
dan pada akhirnya terjadipayah jantung. Kematian dapat terjadi 2-5
kali lebih besar pada diabetes disbanding pada orangnormal. Risiko
ini akan meningkat lagi apabila terdapat keadaan keadaan seperti
dislipidemia, obes, hipertensi atau merokok.Penyakit pembuluh
darah pada diabetes lebih sering dan lebih awal terjadi pada
penderita diabetes dan biasanya mengenai arteri distal (di bawah
lutut). Pada diabetes, penyakit pembuluh darah perifer biasanya
terlambat didiagnosis yaitu bila sudah mencapai fase IV. Faktor
factor neuropati,makroangiopati dan mikroangiopati yang disertai
infeksi merupakan factor utama terjadinya proses gangrene
diabetik. Pada penderita dengan gangrene dapat mengalami

9

amputasi, sepsis, atau sebagaifactor pencetus koma, ataupun
kematian.
-

Hipertensi : DM menyebabkan tekanan darah tinggi dan
rendah.Penyebab tekanan darah tinggi karena pembuluh darah dan
fungsi ginjal yang buruk.Sedangkan, penyebab tekanan darah
rendah karena terhambatnya aliran darah.

3. Komplikasi neurologis
i. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Prinsip penanganan Diabates Melitus secara umum ada lima sesuai dengan
Konsensus Pengelolaan DM di Indonesia tahun 2006 adalah untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien DM.
Tujuan Penatalaksanaan DM adalah :
1. Jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa
nyaman dan tercapainya target pengendalian glukosa darah.
2.

Jangka

panjang:

tercegah

dan

terhambatnya

progresivitas

penyulit

mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitasDM. Untuk
mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalianglukosa darah, tekanan
darah, berat badan dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara holistik
dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku.
Penatalaksanaan dapat berupa :
1. Diet Diabetes Mellitus
Makanan yang dikonsumsi penderita DM boleh mengandung karbohidrat
tetapi dengan jumlah protein normal dan jumlah lemak sedikit.Tujuan diet ini
yaitu mengontrol gula darah agar tetap dalam keadaan normal, sekitar 60-130
mg %.Terapi diet ini memperhatikan jumlah makanan, jadwal makanan dan
jenis makanan.
10

Jumlah makanan harus disesuaikan dengan jumlah kalori yang dibutuhkan
setiap harinya. Kebutuhan ini berdasarkan berat badan, jenis kelamin, usia dan
kegiatan pekerjaan.
Usia (th)

Aktivitas Fisik
Pria (kcal)
Ringan
2.300
20-35
Sedang
2.900
Ringan
2.100
35-55
Sedang
2.700
Ringan
2.000
55-75
Sedang
2.500
Ringan
1.800
di atas 75
Sedang
2.200
* ringan : duduk, berbaring dan berjalan di rumah
* sedang : kerja duduk dan olah raga ringan

Wanita (kcal)
1.800
2.200
1.700
2.100
1.650
2.000
1.550
1.900

Jadwal makan dibagi menjadi 3 porsi besar dan 3 porsi kecil.Pembagian
berdasarkan jumlah kalori yang dibutuhkan, untuk membagi secara merata
pemasukan kalori. Sehingga, mencegah kenaikan kadar gula darah yang
terlalu tinggi.

Jenis makanan untuk penderita DM tersusun dari :
Karbohidrat

Jenis karbohidrat yang dianjurkan adalah
polisakarida, misalnya pati gandum (roti),
kentang, nasi, ubi dan jagung. Diperbolehkan
dalam

Protein

jumlah

kecil

yaitu

monosakarida

(fruktosa), misalnya buah yang matang.
Protein hewani bisa didapatkan pada daging
dan putih telur. Sedangkan, protein nabati

Lemak

dapat diperoleh dari kacang-kacangan.
Lemak sebaiknya diambil dari minyak nabati.
Seperti, minyak jagung, minyak zaitun dan
minyak wijen. Sedangkan lemak hewani
diperbolehkan dalam jumlah sedikit.
11

(dr.Endang Lanywati, “Diabetes Mellitus, Penyakit Kencing Manis”, halaman 2228, 2001).
2. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan Dm untuk mendapatkan
hasil yang optimal. Pendidikan kesehatanpada pasien DM sebaiknya dilakukan
oleh semua pihak yang terkait dalam pengelolaan DM, seperti dokter, perawat,
ahli

gizi.

Pendidikan

kesehatan

pencegahan

primer

harus

diberikan

kepadakelompok masyarakat resiko tinggi. Pendidikan kesehatansekunder
diberikan kepada kelompok pasien DM. Sedangkanpendidikan kesehatan untuk
pencegahan tersier diberikan kepada pasien yang sudah mengidap DM dengan
penyulit menahun.
3. Exercise (latihan fisik/olah raga)
Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30
menit, yang sifatnya sesuai dengan CRIPE (Continous, Rhythmical, Interval,
Progresive, Endurance Training) sesuai dengan kemampuan pasien.
4. Obat : oral hipoglikemik, insulin
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan latihan fisik tetapi tidak
berhasil mengendalikan kadar gula darah maka dipertimbangkan pemakaian obat
hipoglikemik.

2.2 Konsep Kebutuhan Nutrisi pada Pasien Diabetes Militus
2.2.1 Perencanaan Makan (Diet) DM
Perencanaan makan harus disesuaikan menurut masing-masing individu. Pada
saat ini yang dimaksud dengan karbohidrat adalah gula, tepung dan serat, sedang
istilah gula sederhana/simpel, karbohidrat kompleks dan karbohidrat kerja cepat
tidak digunakan lagi. Penelitian pada orang sehat maupun mereka dengan risiko
diabetes mendukung akan perlunya dimasukannya makanan yang mengandung
karbohidrat terutama yang berasal daripadi-padian, buah-buahan, dan susu rendah
12

lemak dalam menu makanan orang dengan diabetes. Banyak faktor yang
berpengaruh pada respons glikemik makanan, termasuk didalamnya adalah macam
gula: (glukosa, fruktosa,sukrosa, laktosa), bentuk tepung (amilose, amilopektin dan
tepung resisten), cara memasak, proses penyiapan makanan, dan bentuk makanan
serta komponen makanan lainnya (lemak, protein). Pada diabetes tipe 1dan tipe 2,
pemberian makanan yang berasal dari berbagai bentuk tepungatau sukrosa, baik
langsung maupun 6 minggu kemudian ternyata tidak mengalami perbedaan repons
glikemik, bila jumlah karbohidratnya sama.Sehingga dapat disimpulkan bahwa
jumlah total kalori dari makanan lebih penting daripada sumber atau macam
makanannya.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam
hal karbohidrat, protein, dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai
berikut:
Karbohidrat

60-70%

Protein

10-15%

Lemak

20-25%

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stresakut, dan
kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan beratbadan idaman.
Untuk penentuan status gizi, dipakai Body Mass Index (BMI) = Indeks Massa
Tubuh (IMT).
IMT = BB(kg)/TB(m2)

13

Untuk kepentingan klinik praktis, dan menghitung jumlah kalori, penentuan status gizi
memanfaatkan rumus Broca, yaitu: Berat Badan Idaman (BBI) =(TB-100) - 10%
Status gizi:
BB kurang bila BB120% BBI


Tujuan :
Gizi penderita DM baik, pekerjaan sehari-hari penderita DM lancar, gula darah
normal dan terhindar dari komplikasi.



Prinsip :
1. Perencanaan makan melihat 3 J yaitu Jumlah, Jenis dan Jadwal makan.
2. Mempertahankan keadaan gula darah normal dengan mengatur asupan
makanan.
3. Gizi seimbang, terdiri atas :
-

Karbohidrat (60-70% total energi), protein (10-15% total energi) dan
lemak (20-25% total energi)

-

Beraneka ragam makanan

-

Pilih karbohidrat kompleks, tinggi serat dan larut air sekitar
25gram/hari

-

Batasi lemak dan pilih sumber lemak tak jenuh dengan kolesterol <
300 mg/hari

14

-

Pilih bahan makanan yang aman

-

Jam makan tiga kali sehari yaitu pagi, siang dan sore. Serta di beri
snack tiap 3 jam.

4. Lain-lain :
-

Menu sama dengan keluarga (gula dalam bumbu diperbolehkan)

-

Biasakan makan pagi

-

Minum air dalam jumlah cukup, bersih dan aman

-

Jika tekanan darah meningkat, batasi garam dan lemak/minyak serta
hindari konsumsi gula secara langsung



Perhitungan kalori bagi penderita DM

Total kebutuhan kalori = Kalori Basal (KB) + koreksi
KETERANGAN :
Kalori Basal (KB)
Wanita

: Berat Badan Ideal (kg) x 30 kcal

Pria

: Berat Badan Ideal (kg) x 25 kcal

Koreksi
BB kurang

: ditambah 20 % x KB

BB lebih (IMT >23)

: dikurangi 10 % x KB

BB gemuk(IMT 23-24)

: dikurangi 20% x KB

2.3 Konsep Dasar Kebutuhan Nutrisi
Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan fisiologis yang dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan
energi atau digunakan untuk beraktifitas.
2.3.1 Sistem Tubuh yang Berperan
15

a. Saluran pencernaan
1. Mulut

: Bagian awal dari pencernaan. Saat dimulut, makanan mengalami
pencernaan mekanik pertama kali (proses mengunyah). Didalam
mulut juga terdapat enzim amilase (memecah amilum menjadi
maltose).

2. Faring dan Usofagus: Bagian saluran pencernaan yang terletak dibelakang
hidung, mulut dan laring. Bagian usofagus berfungsi mengantarkan
makanan dari faring menuju lambung dengan kerja peristaltik.
3. Lambung

: Sebagai reservoir (menampung makanan sampai dicerna
seluruhnya), sebagai pencampur (memecah makanan jadi partikel
kecil dan bercampur dengan asam lambung), serta fungsi sekresi
dan pencernaan (sekresi pepsin dan HCL, amilase, lipase). Fungsi
pepsin dan HCL adalah memecah protein menjadi pepton.Lalu,
fungsi

amilase

adalah

memecah

amilum

menjadi

maltose.Sedangkan, lipase berfungsi untuk memecah lemak
menjadi asam lemak dan gliserol.
4. Usus halus : Berfungsi untuk mencerna dan mengabsorbsi chime dari
lambung, serta sebagai tempat absorbsi makanan (absorbsi zat
makanan yang telah halus terjadi pada duodenum).
5. Usus besar : Fungsi utama adalah mengabsorbsi air, sekitar 90% dan
mengabsorbsi elektrolit vitamin serta sedikit glukosa. Kemudian,
flora di usus besar mensintesa vitamin K dan B, lalu membusukkan
sisa-sisa makanan.

b. Organ aksesoris

16

1. Hati

: Berfungsi untuk menghasilkan cairan empedu, fagositosis bakteri
dan benda asing lainnya. Selain itu, hati juga membuat sel darah
merah serta menyimpan glikogen.

2. Kantong empedu: Sebagai tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan
cairan empedu. Tujuannya untuk mengatur pH yang sesuai dengan
pH optimum enzim di usus halus, emulsifikasi (garam empedu
mengemulsi lemak), dan sekresi pigmen empedu yang memberi
warna kuning kehijauan pada feses.
3. Pankreas

: Memiliki fungsi eksokrin yaitu membentuk getah pankreas (berisi
enzim dan elektrolit) serta fungsi endokrin (tersebar diantara
alveoli pankreas).

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
1. Pengetahuan

: seseorang yang semakin luas pengetahuannya, ia akan

peduli terhadap kesehatan dan pola makannya. Sehingga, ia akan berusaha
memenuhi kebutuhan nutrisi dengan baik.
2. Anggapan atau persepsi terhadap jenis dan bahan makanan : seseorang yang
memiliki anggapan buruk terhadap suatu jenis makanan, mengakibatkan
kebutuhan nutrisi terhadap jenis makanan yang dianggap buruk menjadi
tidak terpenuhi.
3. Kebiasaan

: seseorang yang memiliki kebiasaan hidup sehat, ia akan

berusaha untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan memilih jenis
makanan yang sehat dan pola makan yang teratur..
4. Kesukaan yang berlebihan : seseorang yang suka terhadap suatu jenis makanan
dengan berlebihan, menyebabkan variasi makanan berkurang. Sehingga
zat gizi yang didapatkan tubuh tidak cukup.

17

5. Ekonomi

: seseorang yang memiliki ekonomi yang rendah, ia akan

mengalami kesulitan dalam penyediaan bahan makanan. Akibatnya,
kebutuhan nutrisi tidak mencukupi dan pola makan menjadi tidak teratur.
2.3.3 Gangguan yang Berhubungan dengan Nutrisi
1. Obesitas

: merupakan masalah peningkatan berat badan seseorang, lebih

dari 20% batas normal berat badan.
2. Malnutrisi : merupakan masalah kekurangan zat gizi seseorang (pemasukan
zat gizi tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh). Tanda malnutrisi antara lain
ialah berat badan rendah , kelemahan otot, dan pucat pada kulit.
3. Diabetes Mellitus : merupakan masalah kebutuhan nutrisi karena gangguan
metabolism karbohidrat. Penyebabnya adalah kekurangan insulin atau
penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
4. Anoreksia Nervosa : merupakan kehilangan berat badan secara mendadak
(berkepanjangan). Tanda gangguan ini meliputi konstipasi, badan
bengkak, nyeri abdomen, kedinginan dan kelebihan energi.
(Musrifatul Uliyah dan A.Aziz Alimul Hidayat, “Buku Ajar Keterampilan Dasar
Praktik Klinik Untuk Pendidikan Kebidanan”, halaman 16-24, 2011)
KEBUTUHAN ZAT GIZI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DAPAT
DIURAIKAN DIBAWAH INI
1. Protein.
Hanya sedikit data ilmiah untuk membuat rekomendasi yang kuat tentang asupan
protein orang dengan diabetes. ADA pada saat ini menganjurkan mengkonsumsi 10%
sampai 20%energi dari protein total. Menurut konsensus pengelolaan diabetes di
Indonesia kebutuhan protein untuk orang dengan diabetes adalah 10 –15% energi.Perlu
penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg perhari atau 10% dari kebutuhan energi
dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan 65% hendaknya bernilai biologi
tinggi.
2. Total Lemak.
18

Asupan lemak dianjurkan < 10% energi dari lemak jenuh dan tidak lebih 10%
energi dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya yaitu 60 –70% total energi
dari lemak tidak jenuh tunggak dan karbohidrat. Distribusi energi dari lemak dan
karbohidrat dapat berbeda-beda setiap individu berdasarkan pengkajia gizi dan tujuan
pengobatan. Anjuran persentase energi dari lemak tergantung dari hasil pemeriksaan
glukosa, lipid, dan berat badan yang diinginkan. Untuk individu yang mempunyai kadar
lipid normal dan dapat mempertahankan beratbadan yang memadai (dan untuk
pertumbuhan dan perkembangan normal pada anak danremaja) dapat dianjurkan tidak
lebih dari 30% asupan energi dari lemak total dan < 10% energi dari lemak jenuh. Dalam
hal ini anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20 –25% energi. Apabila peningkatan
LDL merupakan masalah utama, dapat diikuti anjuran diet dislipidemia tahap II yaitu <
7% energi total dari lemaj jenuh, tidak lebih dari 30% energi dari lemak total dan
kandungan kolesterol 200 mg/hari. Apabila peningkatan trigliserida dan VLDL
merupakan masalah utama, pendekatan yang mungkin menguntungkan selain
menurunkan berat badan dan peningkatan aktivitas adalah peningkatan sedang asupan
lemak tidak jenuh tunggal 20% energi dengan < 10% masing energi masing-masing dari
lemak jenuh dan tidak jenuh ganda sedangkan asupan karbohidrat lebihrendah.
Perencanaan makan tinggi lemak tidak jenuh tunggal dapat dilakukan antara lain dengan
penggunaan nuts, alpukat dan minyak zaitun. Namun demikian pada individu yang
kegemukan peningkatan asupan lemak dapat memperburuk kegemukannya. Pasien
dengan kadar trigliserida > 1000 mg/dl mungkin perlu penurunan semua tipe lemak
makanan untuk menurunkan kadar lemak plasma dalam bentuk kilomikron.
3. Lemak Jenuh dan Kolesterol.
Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolestrol adalah
untukmenurunkan resiko penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu < 10% asupan energi
sehariseharusnya dari lemak jenuh dan asupan makanan kolesterol makanan hendaknya
dibatasi tidak lebih dari 300 mg perhari. Namun demikian rekomendasi ini harus
disesuaikan dengan latarbelakang budaya dan etnik.
4. Karbohidrat dan Pemanis.
Rekomendasi tahun 1994 lebih menfokuskan pada jumlah total karbohidratdari
pada jenisnya. Rekomendasi untuk sukrosa lebih liberal, menilai kembali fruktosa dan
19

lebih konservatif untuk serat. Buah dan susu sudah terbukti mempunyai respon glikemik
menyerupai

roti,

nasi

dan

kentang.

Walaupun

berbagai

tepung-tepungan

mempunyairespon glikemik yang berbeda,prioritas hendaknya lebih pada jumlah total
karbohidrat yang dikonsumsi dari pada sumber karbohidrat. Anjuran konsumsi
karbohidrat untuk orang dengan diabetes di Indonesia adalah 60 –70% energi.
5. Sukrosa.
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian dari
perencanaan makan tidak memperburuk kontrol glukosa darah pada individu dengan
diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dan makanan yang mengandung sukrosa harus
diperhitungkan sebagai penggantikarbohidrat makanan lain dan tidak hanya dengan
menambahkannya pada perencanaan makan. Dalam melakukan substitusi ini kandungan
zat gizi dari makanan-makanan manis yang pekat dan kandungan zat gizi makanan yang
mengandung sukrosa harus dipertimbangkan, demikian juga adanya zat gizi-zat gizi lain
pada makanan tersebut seperti lemak yang sering dimakan bersama sukrosa.
Mengkonsumsi makanan yang bervariasi memberikan lebih banyak zat gizi dari pada
makanan dengan sukrosa sebagai satu-satunya zat gizi.
6. Pemanis.


Fruktosa menaikkan glukosa plasma lebih kecil dari pada sukrosa dan
kebanyakannya karbohidrat jenis tepung-tepungan. Dalam hal ini fruktosa dapat
memberikan keuntungan sebagai bahan pemanis pada diet diabetes. Namun
demikian, karena pengaruh penggunaan dalam jumlah besar (20% energi) yang
potensial merugikan pada kolesterol dan LDL, fruktosa tidak seluruhnya
menguntungkan sebagai bahan pemanis untuk orang dengan diabetes. Penderita
dislipidemia hendaknya menghindari mengkonsumsi fruktosa dalam jumlah besar,
namun tidak ada alasan untuk menghindari makanan seperti buah dan sayuran
yang mengnadung fruktosa alami ataupun konsumsi sejumlah sedang makanan
yang mengandung pemanisfruktosa.



Sorbitol, mannitol dan xylitol adalah gula alkohol biasa (polyols) yang
menghasilkan respon glikemik lebih rendah dari pada sukrosa dan karbohidrat
lain. Penggunaan pemanis tersebut secra berlebihan dapat mempunyai pengaruh
laxatif.
20



Sakarin, aspartam, acesulfame adalah pemanis tak bergizi yang dapat
diterimasebagai pemanis pada semua penderita DM.
7. Serat.
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk orang

yang tidak diabetes. Dianjurkan mengkonsumsi 20 –35 g serat makanan dari berbagai
sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25 g/hari dengan
mengutamakan serat larut.
8. Natrium.
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa yaitu
tidak lebih dari 3000 mg, sedangkan bagi yang menderita hipertensi ringan sampai
sedang, dianjurkan 2400 mg natrium perhari.

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Anamnesa
No. RM

: 688***

Waktu MRS

: 16 Januari 2015

Waktu Pengkajian

: 19 January 2015, 12.00 WIB

Tempat

: Ruang Marwah 4 RSU Haji Surabaya
21

3.1.1

Data Subjektif
1. Identitas
Nama

: Ny. “A”

Umur

: 59 Tahun

Jenis kelamin

: perempuan

Tempat tanggal lahir

: surabaya, 15 Agustus 1955

Biaya

: JKN – non PBI

Agama

: islam

Pekerjaan

: ibu rumah tangga

Pendidikan

:-

Alamat

: nginden IIc , Surabaya

Kewarganegaraan

: WNI

Suku

: Jawa

Status Perkawinan

: Menikah

Diagnose medis

: Diabetes Melitus + dyspepsia ulcer type +
vomiting

Diagnose pengkajian

: gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan
dyspepsia ulcer type

2. Keluhan utama
Mual dan nyeri pada perut kanan
3. Pola Fungsional Kesehatan

Nutrisi

Di Rumah
Di Rumah Sakit
Makan
nasi
lembek Diet rendah serat (1500
22

3x/hari

setengah

porsi kalori),

Makan
dan

Nasi

orang dewasa

3x/hari

kudapan

Minum 5-6 gelas/hari.

2x/hari pada pukul 07.00
(E: 250), 10.00 (E: 200),
13.00 (E: 325), 16.00 (E:
200), 19.00

(E: 325),

21.00 (E: 200)
Eliminasi

BAB:

Istirahat

Minum ±1000cc/hari
2x/minggu, BAB:
belum
BAB

kuning-lembek

setelah urus-urus, kuning

BAK: 4x/hari

lembek

Tidur ±6-8 jam/hari

BAK: 6x/hari
Pasien
susah
berhubungan

Aktivitas

tidur
dengan

nyeri pada perut.
Di tempat tidur, duduk,

Memasak .

berbincang-bincang,
Personal Hygiene

Mandi:

tiduran.
2x/hari Mandi: di seka 2x/hari

menggunakan air hangat

Keramas: 1x seminggu

Keramas: 3 hari sekali

Gosok Gigi: 2x/hari

Gosok Gigi: 2x/hari

Memotong Kuku: -

Memotong

Kuku:

1x/minggu

4. Riwayat Penyakit Sekarang
-

P: Provoking/Paliatif
Pasien mengatakan bahwa pada tanggal 16 januari 2015 melakukan
kontrol lalu dilakukan urus-urus, setelah itu pasien merasa kembung,
sakit perut, mual, muntah dan mengeluarkan keringat dingin lalu pukul
16.30 makan bubur lalu pasien merasa lemas, keluarga pasien segera
23

membawa pasien menuju IGD RSU Haji Surabaya langsung melakukan
urus-urus untuk persiapan USG kemuadian setelah USG pasien
dipindahkan ke ruang Marwah lt. 4, dan pasien mengatakan bahwa
mempunyai penyakit Diabetes Mellitus sejak 10 tahun yang lalu.
-

Q: Quality and Quantity
Nyeri yang dirasakan seperti di tusuk-tusuk dan hilang timbul

-

R: Regio/Radiation
Nyeri di perut kanan

-

S: Severity
Tingkat keparahan sedang (4) berhubungan dengan peptic ulcer

-

T: Time
Nyeri dirasakan saat pasien lebih dari 15 menit.

5. Riwayat penyakit dahulu
Batu ginjal dan telah di operasi 6 tahun lalu, peptic ulcer sejak sebelum
menikan, diabetes mellitus tidak terkaji (pasien sudah KRS)
6. Riwayat kesehatan keluarga
Orang tua pasien tidak ada yang mempunyai penyakit menurun dan menular
seperti TBC, DM, Hipertensi, Asma, HIV, hemofili namun sepupu pasien
banyak yang mempunyai riwayat DM.
7. Riwayat alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi makanan maupun obat tertentu.
8. Aspek psikologis

24

Anak selalu menemani dan memberikan dukungan moral agar pasien semangat
untuk sembuh dan menerima keadaannya.
9. Pola Kognitif Perseptual
Pasien dan keluarga sudah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
penyakit diabetes melitus, pihak keluarga telah mengetahui tindakan yang akan
dilakukan atau telah dilakukan oleh dokter selama di rumah sakit. Pasien dan
keluarga mengerti pola makan yang baik dan benar untuk pasien dengan DM.
10. Pola Nilai Dan Kepercayaan
Pasien beragama Islam dan selama sakit tetap sholat 5 waktu dan berdoa.
3.1.2

Data Objektif
1. Keadaan Umum

: lemah

2. GCS

:4–5–6

3. TTV

: Suhu 36,10 C, Nadi 78x/menit, Pernafasan

20x/menit, Tekanan
4. Antropometri

Darah 180/100 mmHg
:

IMT = BB (kg)
TB2 (m)
IMT
KATEGORI
18.5 – 24.9 Normal
25 – 29.9
Berat Lebih
>30

/

Over
MRS

Weight
Obesitas

Tinggi Badan
Berat Badan

:

55

IMT

:

28 (overweight)

5. Biokimia

:

150cm

:
25

Tanggal 21 januari 2015
-

Diabetes Mellitus , Vomiting

-

HbA1C

= 9.5

(normal : 4.8 - 5.9)

-

Hb

= 13.2

(normal : 13.4)

-

GDA

= 207

(normal : 150)

-

Kal

= 3.4

(normal : 3.8 – 5.5)

6. Clinical sign

: pasien tampak lemah dan meringis berhubungan dengan

nyeri pada perut kanan
7. Diet

: selama di rumah sakit pasien hanya makan 5 sendok

makan nasi tim yang diberikan oleh instalasi gizi.

3.1.3 PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala
Inspeksi

: kepala tidak ada hematom/lesi, ada uban

Palpasi

: kepala tidak terdapat benjolan

Inspeksi

:

Mata
mata

simetris,

reflek

pupil

terhadap

cahaya

+/+,

konjungtiva/sklera tidak anemis.
Palpasi

: palpebra tidak ada benjolan

Hidung
Inspeksi

: hidung simetris
26

Telinga
Inspeksi

: telinga simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada pembesaran

limfe
Mulut
Inspeksi

: mulut kering, bersih.

Inspeksi

: simetris

Palpasi

: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Leher

2. Pemeriksaan integumen/kulit dan kuku
Kulit

: warna kulit sawo matang, tugor kulit sesuai umur

Kuku

: bersih sedikit panjang

3. Pemeriksaan thorax/dada
Inspeksi

: bentuk thorax simetris, ekspansi dada simetris

Palpasi

: vocal fremitus paru kanan dan kiri sama

Perkusi

: sonor

Auskultasi

: suara normal vesikuler pada semua lapang, tidak ada suara nafas
tambahan.

4. Jantung
Inspeksi

: tidak tampak ictus cordis

Palpasi

: ictus cordis teraba pada ICS IV

Perkusi

: bunyi jantung atas ICS II
bunyi jantung kanan: linea sternalis
27

bunyi jantung bawah: ICS V dan linea sub clavicula
Auskultasi

: suara S1 dan S2 tunggal

5. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi

: ada luka bekas operasi

Palpasi

: ada nyeri tekan
P: benjolan pada perut kanan
Q: nyeri yang dirasakan seperti ditusuk, hilang timbul
R: perut kanan
S: skala 4
T: >10mnt

Perkusi

: suara tympani

Auskultasi

: bising usus 15x/menit

6. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitar
Genetalis

: tidak terpasang kateter

Anus

: tidak ada hemoroid

7. Pemeriksaan muskuloskeletal
Inspeksi

: terpasang infus di tangan kiri

Palpasi

: tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan

Kekuatan Otot

5
5

5
5

28

Perkusi

: reflex patella (+)

8. Pemeriksaan neurologi
GCS

:4–5–6

Kesadaran

: Composmetis

9. Pemeneriksaan penunjang medis pada tanggal 18 januari 2015
-

-

Kimia Klinik
GDA

207