Makalah penelitian sosial . docx

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang terus berkembang pesat sekarang ini, akan
membawa dampak kemajuan di berbagai bidang kehidupan.
Agar dapat mengikuti dan meningkatkan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber
daya manusia yang berkualitas. Salah satu usaha
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas adalah
melalui pendidikan.
Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode
tertentu
sehingga orang memperoleh pengetahuan,
pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan
ketentuan.
Pendidikan menurut bentuknya dibedakan
menjadi dua, yaitu : pendidikan formal dan pendidikan non
formal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang
berlangsung
secara

teratur,
bertingkat
dan
berkesinambungan.
Sedangkan pendidikan non formal
adalah pendidikan yang dilakukan secara tertentu tetapi
tidak mengikuti peraturan yang ketat. Sekolah sebagai
lembaga formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi
siswa. Pendidikan tersebut mempunyai fungsi (UU No.20
tahun 2003 pasal 3):
Pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.

1

Sebagai penyelenggara pendidikan formal, sekolah
mengadakan
kegiatan
secara
berjenjang
dan
berkesinambungan. Di samping itu sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal juga berusaha semaksimal mungkin untuk
meningkatkan prestasi belajar anak didiknya. Dalam proses
belajar mengajar terdapat banyak hal yang saling
mendukung dan saling berkaitan dalam dunia pendidikan
dan proses belajar mengajar.
Berbicara masalah prestasi belajar sangatlah luas, pihak
pengelola pendidikan telah melakukan berbagai usaha untuk
memperoleh kualitas dan kuantitas pendidikan dalam rangka
meningkatkan prestasi belajar siswa yang selanjutnya
terwujudlah perubahan-perubahan dalam pengorganisasian
kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar

mengajar. Menurut Sukmadinata (2003 : 101) “Prestasi
belajar adalah realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial
atau kapasitas yang dimiliki seseorang”. Prestasi belajar
pada hakekatnya merupakan pencerminan dari usaha
belajar. Semakin baik usaha belajar, semakin baik pula
prestasi belajar yang dicapai.
Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh kedisiplinan siswa
dalam belajar. Siswa yang belajar secara efektif dan efisien
dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar. Uraian
tersebut mengacu pendapat The Liang Gie (1995:49) ”pokok
pangkal yang utama dari cara belajar yang baik adalah
keteraturan”. Sebab dengan keteraturan dan disiplin yang
tinggi, maka penyesuaian pengaturan waktu belajar menjadi
lebih mudah diterapkan. Pengetahuan mengenai cara belajar
yang efisien pada umumnya berupa unsur-unsur untuk
bekerja atau belajar yang teratur seseorang akan
memperoleh hasil yang baik.
Timbulnya sikap disiplin bukan merupakan peristiwa
mendadak yang terjadi seketika tanpa perlu adanya
2


pembiasan, tetapi disiplin memerlukan proses dan latihanlatihan yang cukup lama. Pengenalan dan penanaman sikap
disiplin pada anak dapat dilakukan di rumah dan di sekolah.
Penanaman sikap disiplin di rumah hendaknya dimulai sejak
usia dini dengan memberikan kebiasaan-kebiasaan yang
baik pada anak. Hal ini disebabkan karena kebiasaankebiasaan yang ditanamkan oleh orangtua akan terbawa
oleh anak dan akan mempengaruhi terhadap perilaku
kedisiplinannya kelak. Selain penanaman dilakukan di rumah
sikap disiplin juga harus ditanamkan dan ditumbuhkan di
sekolah. Kedisiplinan pada umumnya berupa tata tertib dan
sanksi-sanksinya yang harus dipatuhi oleh siswa.
Dengan memberikan tata tertib dan pengawasan terhadap
pelaksanaanya serta penjelasan-penjelasan terhadap arti
pentingnya
kedisiplinan
diharapkan
akan
dapat
menumbuhkan rasa disiplin siswa. Sehingga dengan
terciptanya kedisiplinan di sekolah akan mendukung proses

kegiatan belajar mengajar yang ada, dengan proses belajar
mengajar yang sesuai dengan kurikulum dan tujuan yang
hendak dicapai maka seorang siswa akan dapat memperoleh
prestasi yang baik.
Faktor lain yang juga berperan penting dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa yaitu sikap siswa dalam menerima
pelajaran. Menurut Azwar (2000:5) ”sikap adalah derajat
efek positif atau negatif yang dikaitkan dengan obyek
psikologis”.
Sikap
kurangnya
memperhatikan
dan
menghargai terhadap pelajaran dapat menyebabkan prestasi
belajar siswa rendah. Sikap siswa dalam proses belajar
mengajar merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan,
sebab hal tersebut merupakan faktor penting demi
keberhasilan kegiatan belajar.
Dalam proses pembelajaran ada sikap siswa yang terlibat
aktif dalam suatu interaksi edukatif juga ada siswa yang

bersikap kurang aktif. Siswa yang terlibat aktif dalam
3

kegiatan belajar mengajar akan rajin dalam mengikuti
pelajaran, jika belum jelas tentang suatu materi ia akan
bertanya baik pada guru ataupun pada teman. Sedangkan
siswa yang kurang aktif cenderung diam jika ada materi
yang belum jelas dan tidak berani bertanya, sehingga siswa
menjadi kurang suka mengikuti pelajaran dan cenderung
malas. Kondisi ini akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Perkembangan dunia pendidikan sekarang ini, masih
banyak siswa yang kurang disiplin yang dapat menunjang
keberhasilan kegiatan belajar mengajar dan masih banyak
pula para siswa yang kurang aktif dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar yang ada di sekolahan. Hal inilah yang
dapat menyebabkan tingkat prestasi belajar siswa rendah
sehingga akan mengalami kesulitan juga dalam mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian mengenai ”PENGARUH

KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI SISWA KELAS X
IIS 3 SMA NEGERI KAB.TANGERANG”.

B.

Rumusan Masalah

1. Adakah pengaruh kedisplinan belajar terhadap prestasi
belajar pada siswa kelas X IIS 3 SMA NEGERI 1 KABUPATEN
TANGERANG.
2. Seberapa besar pengaruh kedisplinan belajar terhadap
prestasi belajar pada siswa kelas X IIS 3 SMA NEGERI 1
KABUPATEN TANGERANG.

C.

Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :


4

1. Untuk mengetahui pengaruh kedisplinan belajar
terhadap prestasi belajar pada siswa kelas X IIS 3 SMA
NEGERI 1 KABUPATEN TANGERANG.
2. Untuk mengetahui secara bersama-sama pengaruh
kedisplinan siswa dalam menerima pelajaran terhadap
prestasi belajar pada siswa kelas X IIS 3 SMA NEGERI 1
KABUPATEN TANGERANG.

D.

Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian diharapkan akan bermanfaat antara
lain di bawah ini :
1. Bagi sekolah
Sebagai bahan informasi, bahan pertimbangan, dan
masukan

terhadap mengembangkan kedisiplinan
belajar.
2. Bagi penulis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat melengkapi
pengetahuan secara teoritis dan praktis berkaitan
dengan pengetahuan tentang prestasi belajar pada
siswa.
3. Bagi pembaca
Memberikan referensi bagi peneliti lain yang berminat
dalam masalah yang serupa.

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan teori
A.1 pengertian

Disiplin ialah suatu sikap menghormati dan menghargai

suatu peraturan yang berlaku, baik secara tertulis maupun
tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak
menolak untuk menerima sanksi-sanksi apabila dia
melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.
Belajar adalah serangkaian kegiatan dan jiwa untuk
mendapatkan perubahan perilaku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan
yang melibatkan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Prestasi adalah sebagai rumus yang diberikan guru
mata pelajaran mengenai kemajuan atau prestasi belajar
selama periode tertentu.
Siswa adalah komponen masukan dalam system
pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses
6

pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu
komponen pendidikan siswa dapat ditinjau dan berbagi
pendekatan antara lain:
Pendekatan social, siswa adalah anggota masyarakat

yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat
yang lebih baik.
Pendekatan psikologi, siswa adalah suatu organism yang
sedang tumbuh dan berkembang.
Pendekatan edukatif, pendekatan pendidikan
menempatkan siswa sebagai unsure penting, yang memiliki
hak dan kewajiban dalam rangka system pendidikan
menyeluruh dan terpadu. Siswa sekolah dasar masalahmasalah yang mncul belum begitu banyak, tetapi ketika
memasuku lingkungan sekolah menengah maka banyak
masalah yang muncul karena anak atau siswa sudah
memasuku usia remaja. Selain itu juga siswa sudah mulai
berfikir tentang dirinya, bagaimana kluarganya, temanteman pergaulannya. Pada masa ini seakan mereka menjadi
manusia dewasayang bisa segalanya dan terkadang tidak
memikirkan akibatnya. Hal ini yang harus diperhatikan oleh
orang tua, keluarga dan tentu saja pihak sekolah.
Disiplin mempunyai tujuan untuk melatih ketaatan dan
kepatuhan dengan jalan melatih cara-cara perilaku yang
legal dan beraturan, akan tetapi tujuan kedisiplinan yang
hakiki adalah untuk ketetapannya kemauan dan kegiatan
yang berorientasi pada masyarakat, yang menjamin
keterpakaiannya serta dapat dipercayai dalam lingungan
hidup. Menurut Charles Schaefer tujuan disiplin terbagi
menjadi dua macam antara lain:
a. Tujuan jangka pendek
yaitu membuat seseorang terlatih dan terkontrol dengan
mengajarkan bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas dan
yang tidak pantas bagi mereka.
7

b. Tujuan jangka panjang
yaitu perkembangan pengendalian diri sendiri dan
pengarahan diri sendiri (self control and self direction) yaitu
dalam hal di mana seseorang dapat mengarahkan dirinya
sendiri tanpa pengaruh dan pengendalian dari pihak luar.
Pengendalian diri yang baik akan menjauhkan seseorang
dari pengaruh orang lain, sehingga akan tetap teguh dengan
pendirian utamanya. Sedangkan disiplin menurut Soekarto
Indra Fachrudin juga terbagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Membantu seseorang untuk menjadi matang pribadinya
dan
mengembangkan
pribadinya
dari
sifat-sifat
ketergantungan menuju kemandirian, sehingga ia mampu
berdiri sendiri diatas tanggung jawabnya sendiri.
b. Membantu seseorang untuk mampu mengatasi,
mencegah timbulnya masalah-masalah disiplin dan berusaha
menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan
belajar mengajar, dimana mereka menaati segala peraturan
yang telah di tetapkan dalam sebuah organisasi maupun
yang lainnya.1

1 Siswanto “2001”. (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999). Sumadi
Suryabrata, 1998. (Kompas Gramedia, 2005), Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber
Daya manusia (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002).

8

A.2 Siswa disiplin di sekolah
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar orang
mengatakan bahwa si X adalah orang yang memiliki disiplin
yang tinggi, sedangkan si Y orang yang kurang disiplin.
Sebutan orang yang memiliki disiplin tinggi biasanya tertuju
kepada orang yang selalu hadir tepat waktu, taat terhadap
aturan, berperilaku sesuai dengan norma-norma yang
berlaku, dan sejenisnya. Sebaliknya, sebutan orang yang
kurang disiplin biasanya ditujukan kepada orang yang
kurang atau tidak dapat menaati peraturan dan ketentuan
berlaku, baik yang bersumber dari masyarakat (konvensiinformal), pemerintah atau peraturan yang ditetapkan oleh
suatu lembaga tertentu (organisasional-formal).
Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di
sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata
tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa
dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan
tata tertib yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan
ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib
yang yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin
siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai
ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa
disebut disiplin sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha
sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak
menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku
sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku
di sekolah. Menurut Wikipedia (1993:115) bahwa disiplin
sekolah “refers to students complying with a code of
behavior often known as the school rules”. Yang dimaksud
dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan
tentang standar berpakaian (standards of clothing),
ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar/kerja.
Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk
memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari
9

pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi
kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya,
sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik
(physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis
(psychological maltreatment), sebagaimana diungkapkan
oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snock dalam bukunya
“Dangerous School” (1999).
Berkenaan dengan tujuan disiplin sekolah, Maman
Rachman (1999:83) mengemukakan bahwa tujuan disiplin
sekolah adalah :
(1) memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak
menyimpang, (2) mendorong siswa melakukan yang baik
dan benar, (3) membantu siswa memahami dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan
menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan
(4) siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang
baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.
Hal senada dikemukakan oleh Wikipedia (1993:119)
bahwa tujuan disiplin sekolah adalah untuk menciptakan
keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di
kelas. Di dalam kelas, jika seorang guru tidak mampu
menerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin
menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan
tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk
mencapai prestasi belajar siswa.
Keith Devis mengatakan, “Discipline is management
action to enforce organization standarts” dan oleh karena itu
perlu dikembangkan disiplin preventif dan korektif. Disiplin
preventif, yakni upaya menggerakkan siswa mengikuti dan
mematuhi peraturan yang berlaku. Dengan hal itu pula,
siswa berdisiplin dan dapat memelihara dirinya terhadap
peraturan yang ada. Disiplin korektif, yakni upaya
mengarahkan siswa untuk tetap mematuhi peraturan. Bagi
10

yang melanggar diberi sanksi untuk memberi pelajaran dan
memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan mengikuti
aturan yang ada.
Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa
dilepaskan dengan persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku
negatif yang terjadi di kalangan siswa remaja pada akhirakhir ini tampaknya sudah sangat mengkhawarirkan, seperti:
kehidupan sex bebas, keterlibatan dalam narkoba, gang
motor dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah
kriminal lainnya, yang tidak hanya dapat merugikan diri
sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum. Di
lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap
berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering
ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan
sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti : kasus
bolos, perkelahian, nyontek,perampasan, pencurian dan
bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya. Tentu saja,
semua
itu
membutuhkan
upaya
pencegahan
dan
penanggulangganya, dan di sinilah arti penting disiplin
sekolah. Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh
berbagai faktor, antara lain faktor lingkungan, keluarga dan
sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan
salah satu faktor dominan dalam membentuk dan
mempengaruhi perilaku siswa. Di sekolah seorang siswa
berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan
mengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan para
guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh
siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke dalam hati
sanubarinya dan dampaknya kadang-kadang melebihi
pengaruh dari orang tuanya di rumah. Sikap dan perilaku
yang ditampilkan guru tersebut pada dasarnya merupakan
bagian dari upaya pendisiplinan siswa di sekolah.

11

Brown dan Brown (1973;115)mengelompokkan beberapa
penyebab perilaku siswa yang indisiplin, sebagai berikut :
1. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru
2. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah;
kondisi sekolah yang kurang menyenangkan, kurang teratur,
dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang kurang atau
tidak disiplin.
3. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa , siswa
yang berasal dari keluarga yang broken home.
4. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum,
kurikulum yang tidak terlalu kaku, tidak atau kurang
fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan
perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar
pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada
umumnya.
Sehubungan dengan permasalahan di atas, seorang guru
harus mampu menumbuhkan disiplin dalam diri siswa,
terutama disiplin diri. Dalam kaitan ini, guru harus mampu
melakukan hal-hal sebagai berikut :
Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk
dirinya; setiap siswa berasal dari latar belakang yang
berbeda, mempunyai karakteristik yang berbeda dan
kemampuan yang berbeda pula, dalam kaitan ini guru harus
mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap
siswa dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan
dirinya secara optimal.
Membantu siswa meningkatkan standar prilakunya karena
siswa berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda,
jelas mereka akan memiliki standard prilaku tinggi, bahkan
ada yang mempunyai standard prilaku yang sangat rendah.
Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh setiap guru dan
berusaha meningkatkannya, baik dalam proses belajar
mengajar maupun dalam pergaulan pada umumnya.

12

Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; di setiap
sekolah terdapat aturan-aturan umum. Baik aturan-aturan
khusus maupun aturan umum. Perturan-peraturan tersebut
harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaikbaiknya, agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang
mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin. Selanjutnya,
Brown dan Brown (1973;122) mengemukakan pula tentang
pentingnya
disiplin
dalam
proses
pendidikan
dan
pembelajaran untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut :
1. Rasa hormat terhadap otoritas/ kewenangan; disiplin akan
menyadarkan setiap siswa tentang kedudukannya, baik di
kelas maupun di luar kelas, misalnya kedudukannya sebagai
siswa yang harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah.
2. Upaya untuk menanamkan kerja sama; disiplin dalam
proses belajar mengajar dapat dijadikan sebagai upaya
untuk menanamkan kerjasama, baik antara siswa, siswa
dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya.
3. Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan
sebagai upaya untuk menanamkan dalam diri setiap siswa
mengenai kebutuhan berorganisasi.
4. Rasa hormat terhadap orang lain; dengan ada dan
dijunjung tingginya disiplin dalam proses belajar mengajar,
setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan
kewajibannya, serta akan menghormati dan menghargai hak
dan kewajiban orang lain.
5.
Kebutuhan
untuk
melakukan
hal
yang
tidak
menyenangkan; dalam kehidupan selalu dijumpai hal yang
menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Melalui
disiplin siswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi halhal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan
pada umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada
khususnya.
6. memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin; dengan
memberikan contoh perilaku yang tidak disiplin diharapkan

13

siswa dapat menghindarinya atau dapat membedakan mana
perilaku disiplin dan yang tidak disiplin.
Sementara
itu,
Brown
dan
Brown
(1973;115)mengemukakan strategi umum merancang
disiplin siswa, yaitu : (1) konsep diri; untuk menumbuhkan
konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin,
guru disarankan untuk bersikap empatik, menerima, hangat
dan terbuka; (2) keterampilan berkomunikasi; guru terampil
berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima
perasaan dan mendorong kepatuhan siswa; (3) konsekuensikonsekuensi logis dan alami; guru disarankan dapat
menunjukkan secara tepat perilaku yang salah, sehingga
membantu siswa dalam mengatasinya; dan memanfaatkan
akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah; (4)
klarifikasi nilai; guru membantu siswa dalam menjawab
pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk
sistem nilainya sendiri; (5) analisis transaksional; guru
disarankan guru belajar sebagai orang dewasa terutama
ketika berhadapan dengan siswa yang menghadapi masalah;
(6) terapi realitas; sekolah harus berupaya mengurangi
kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Guru perlu
bersikap positif dan bertanggung jawab; dan (7) disiplin yang
terintegrasi; metode ini menekankan pengendalian penuh
oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan
peraturan; (8) modifikasi perilaku; perilaku salah disebabkan
oleh lingkungan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran perlu
diciptakan lingkungan yang kondusif; (9) tantangan bagi
disiplin; guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi, dan
dalam pengendalian yang tegas.
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan
menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertama
di sekolah, dan guru perlu membiarkan mereka untuk

14

mengetahui
pemimpin.2

siapa

yang

berada

dalam

posisi

sebagai

2 Wikipedia (1993:115). Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snock dalam bukunya “Dangerous
School” (1999). Maman Rachman (1999:83). Brown dan Brown (1973;115). Brown dan
Brown (1973;115).

15

A.3 Psikolog remaja
Remaja sebenarnya tidak memiliki tempat yang jelas, mereka
sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga
dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang
dewasa. Remaja berada di antara anak dan orang dewasa, oleh
karena itu remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati
diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu
mengusai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik
maupun psikisnya. Namun fase remaja merupakan fase
perkembangan yang berada pada masa amat potensial, baik
dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik.
3

3 Monks Dkk, 1989

16

B. Kerangka berpikir
Disiplin merupakan kunci keberhasilan belajar mengajar. Dengan
disiplin akan tercapai pribadi yang memiliki keteraturan diri dan
penguasaan diri berdasarkan aturan agama, nilai budaya dan
sikap hidup yang bermakna bagi dirinya sendiri, agama dan
negara. Karena itulah betapa besarnya pengaruh disiplin terhadap
sukses belajar siswa di sekolah.
Kedisiplinan harus ditegaskan dalam aspek, karena tanpa
dukungan disiplin proses untuk mewujudkan suatu tujuan kan
sulit. Jadi kedisiplinan merupkan kunci keberhasilan dalam
mencapai tujuan. Untuk menanamkan disiplin pada diri manusia
tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.Dalam
melakukan pekerjaan atau tindakan, seseorang senantiasa
dituntut untuk berdisiplin supaya mendapatkan hasil yang
optimal.
Dalam kehidupan sehari-hari telah terdapat keyakinan bahwa
anak memerlukan sedikit disiplin agar ia dapat bertingkah laku
sesuai dengan standar norma masyarakat dan agar ia dapat
diterima dalam lingkungan masyarakat. Dengan disiplin anak
dapat belajar bertingkah laku sesuai tuntutan masyarakat dan
dapat diterima di lingkkungannya. Disiplin bermanfaat bagi anakanak utnuk perkembangan karena dengan disiplin beberpa
kebutuhan akan terpenuhi.

C. Hipotesa tindakan

17

B. Kerangka berpikir
Disiplin merupakan kunci keberhasilan belajar mengajar.
Dengan disiplin akan tercapai pribadi yang memiliki keteraturan
diri dan penguasaan diri berdasarkan aturan agama, nilai budaya
dan sikap hidup yang bermakna bagi dirinya sendiri, agama dan
negara. Karena itulah betapa besarnya pengaruh disiplin terhadap
sukses belajar siswa di sekolah.
Kedisiplinan harus ditegaskan dalam aspek, karena tanpa
dukungan disiplin proses untuk mewujudkan suatu tujuan kan
sulit. Jadi kedisiplinan merupkan kunci keberhasilan dalam
mencapai tujuan. Untuk menanamkan disiplin pada diri manusia
tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.Dalam
melakukan pekerjaan atau tindakan, seseorang senantiasa
dituntut untuk berdisiplin supaya mendapatkan hasil yang
optimal.
Dalam kehidupan sehari-hari telah terdapat keyakinan bahwa
anak memerlukan sedikit disiplin agar ia dapat bertingkah laku
sesuai dengan standar norma masyarakat dan agar ia dapat
diterima dalam lingkungan masyarakat. Dengan disiplin anak
dapat belajar bertingkah laku sesuai tuntutan masyarakat dan
dapat diterima di lingkkungannya. Disiplin bermanfaat bagi anakanak utnuk perkembangan karena dengan disiplin beberpa
kebutuhan akan terpenuhi.

C. Hipotesa tindakan

18

19

20

21

22

23

24

25