Makalah Kimia Logam Berat Kromium DOSEN

Makalah Kimia Logam Berat
Kromium

OLEH KELOMPOK 1 :

Apriliani NIM : 1303
Despite Laurence NIM : 1303
Irin
Yuliana NIM : 1303114559
Zulhendri NIM : 1303

DOSEN PEMBIMBING: GANIS FIA SARTIKA
UNIVERSITAS RIAU
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
PEKANBARU
2014

Kata Pengantar

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur marilah kita kirimkan ke hadirat Allah swt. Karena rahmat dan karunianya-Nya,
akhirnya “makalah logam berat kromium” ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Malakah logam berat kromium ini merupakan salah satu tugas mata kuliah logam berat. Atas
penyusunan makalah ini kami berharap dapat mengupas tetang mamfaat,dampak dan sifat dari
kromium yang ada disekitar kita. Hal ini semata-mata untuk menambah pengetahuan mahasiswa
akan logam berat kromium ini.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada ibu ganis fia sartika selaku dosen pembimbing
mata kuliah logam berat, yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, dan tidak menutup
kemungkinan masih ada beberapa kekurangan. Untuk itu, diperlukan saran dan kritikan yang
membangun dari segala pihak sebagai perbaikan dan penyempurnaan. Demikian semoga
makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para pembaca dan khususnya bagi penulis
sendiri. Amin.

Pekanbaru, Oktober 2014

Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kromium merupakan salah satu logam berat yang tidak ditemukan di alam bebas.Logam
krom (Cr) adalah salah satu jenis polutan logam berat yang bersifat toksik, dalam tubuh logam
krom biasanya berada dalam keadaan sebagai ion Cr3+. Krom dapat menyebabkan kanker paruparu, kerusakan hati (liver) dan ginjal. Jika kontak dengan kulit menyebabkan iritasi dan jika
tertelan dapat menyebabkan sakit perut dan muntah. Usaha-usaha yang dilakukan untuk
mengurangi kadar pencemar pada perairan biasanya dilakukan melalui kombinasi proses biologi,
fisika dan kimia. Pada proses fisika, dilakukan dengan mengalirkan air yang tercemar ke dalam
bak penampung yang telah diisi campuran pasir, kerikil serta ijuk. Hal ini lebih ditujukan untuk
mengurangi atau menghilangkan kotoran-kotoran kasar dan penyisihan lumpur. Pada proses
kimia, dilakukan dengan menambahkan bahan-bahan kimia untuk mengendapkan zat pencemar
misalnya persenyawaan karbonat.Kromium (III) adalah esensial bagi manusia dan kekurangan
dapat menyebabkan kondisi jantung, gangguan dari metabolisme dan diabetes. Tapi terlalu
banyak penyerapan kromium (III) dapat menyebabkan efek kesehatan juga, misalnya ruam kulit.
Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya dengan potensi alamnya. Selain
itu Indonesia juga sedang melakukan pembangunan negeri. Dalam pembangunan ini, maka
banyak muncul industri sebagai penguat ekonomi. Salah satunya adalah industri pelapisan
logam. Industri ini banyak memberikan manfaat, tetapi juga meninggalkan banyak pencemaran
lingkungan dan penyakit yang menghinggapi para pekerjanya.
Menurut Mukono, dalam jumlah kecil kromium (Cr) dibutuhkan oleh manusia. Yaitu
sebagai obat penguat stamina untuk beraktivitas sehari-hari dalam jumlah tertentu. Tetapi akan

berbahaya kalau berlebihan terpapar oleh tubuh manusia. Akibatnya dapat berupa penyakit
kronis, berlangsung selama bertahun-tahun, kalau mengenai salah satu organ tubuh.
Environmental Protection Agency (EPA) Amerika Serikat menggolongkan kromium
sebagai suatu zat yang bersifat karsinogenik. Pekerja perusahaan yang menggunakan proses
pelapisan kromium berisiko tinggi terimbas pencemaran kromium. Akumulasi uap yang terhirup
saat proses pelapisan kromium bisa menyebabkan sesak napas dan berujung pada kanker paruparu. Bukan itu saja, kulit yang terpapar kromium terus menerus akan
menimbulkan ulserasi (borok),ulserasi pada selaput lendir hidung, vascular effect (pembuluh
darah pada aorta rusak), anemia dan membuat tubuh lesu, menurunkan imunitas tubuh, gangguan
reproduksi dan gangguan ginjal. Sejak 1982, penyakit dermatitis telah menjadi salah satu dari
sepuluh besar penyakit akibat kerja (PAK) berdasarkan potensial insidens, keparahan dan
kemampuan untuk dilakukan pencegahan (NIOSH 1996).

Biro statistik Amerika Serikat (1988), penyakit kulit menduduki sekitar 24% dari seluruh
penyakit akibat kerja yang dilaporkan. Setengah sampai dua pertiga dermatitis akibat kerja
terjadi di pabrik. Walaupun insiden penyakit dermatitis akibat kerja terus menurun secara
perlahan sejak tahun 1974, hal tersebut diyakini karena tidak diketahui atau karena kesalahan
dalam klasifikasi penyakit. The National Institute of Occupational Safety Hazards (NIOSH)
dalam survei tahunan (1975) memperkirakan angka kejadian dermatitis akibat kerja yang
sebenarnya adalah 20 -30 kali lebih tinggi dari kasus yang dilaporkan (Thaha, 1997).
Amerika Serikat mencatat bahwa dermatitis akibat kerja merupakan 40% dari semua

penyakit akibat kerja yang non traumatik. Di Inggris lebih banyak hari kerja yang hilang karena
penyakit dermatitis kontak dibandingkan dengan hari kerja yang hilang karena penyakit akibat
kerja lainnya. Pada pekerja laki-laki diperkirakan 650.000 hari kerja yang hilang, sedangkan
wanita sebanyak 200.000 hari kerja yang hilang pertahun (Djarismawati, 2004). Di Amerika
Serikat pula, 90% klaim kesehatan akibat kelainan kulit pada pekerja diakibatkan oleh dermatitis
kontak. Antigen penyebab utamanya adalah nikel, potasium dikromat dan parafenilendiamin.
Konsultasi ke dokter kulit sebesar 4-7% diakibatkan oleh dermatitis kontak.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalah dalam
penulisan makalah ini yaitu :
1. Pengenalan kromium
2. Sejarah ditemukannya kromium
3. Sifat fisik dan kimia kromium
4. Difisiensi kromium
5. Mamfaat kromium
6. Sumber kromium
7. Kerugian kromium

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT


Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam
penulisan makalah ini yakni:

1. Untuk mengetahui pengenalan kromium
2. Untuk mengetahui sejarah ditemukannya kromium
3. Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia kromium
4. Untuk mengetahui difisiensi kromium
5. Untuk mengetahui mamfaat kromium
6. Untuk mengetahui sumber kromium
7. Untuk mengetahui kerugian kromium

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGENALAN KROMIUM
Kromium merupakan unsur yang berwarna perak atau abu-abu baja, berkilau,
dan keras. Kromium tidak ditemukan sebagai logam bebas di alam. Kromium
ditemukan dalam bentuk bijih kromium, khususnya dalam senyawa PbCrO4 yang
berwarna merah. PbCrO4 dapat digunakan sebagai pigmen merah untuk cat

minyak.
Semua senyawa kromium dapat dikatakan beracun. Meskipun kromium
berbahaya, tetapi kromium banyak digunakan dalam berbagai bidang. Misalnya
dalam bidang biologi kromium memiliki peran penting dalam metabolisme glukosa.
Dalam
bidang
kimia,
kromium
Digunakan
sebagai
katalis,
seperti
K2Cr2O7 merupakan agen oksidasi dan digunakan dalam analisis kuantitatif. Dalam
industri tekstil, kromium digunakan sebagai mordants. Kromium memiliki beberapa
istop. Diantara isotop-isotop kromium, ada beberapa isotop kromium yang
digunakan untuk aplikasi medis, seperti Cr-51 yang digunakan untuk mengukur
volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah.
Senyawa komponen khrom berwarna. Kebanyakan senyawa khromat yang
penting adalah natrium dan kalium, dikromat, dan garam dan ammonium dari
campuran aluminum dengan khrom . Dikhromat bersifat sebagai zat oksidator

dalam analisis kuantitatif, juga dalam proses pemucatan kulit. Senyawa lainnya
banyak digunakan di industri; timbal khromat berwarna kuning khrom, merupakan
pigmen yang sangat berharga. Senyawa khrom digunakan dalam industri tekstil
sebagai mordan atau penguat warna. Dalam industri penerbangan dan
lainnya,senyawa khrom berguna untuk melapisi aluminum.Seperti logam jarang lain

yang esensial, krom adalah suatu unsur peralihan dalam tabel berkala. Kemampuan
deret unsur-unsur ini untuk membentuk senyawa koordinasi dan kelat adalah suatu
sifat kimia penting yang membuat logam-logam esensial tersedia untuk sistemsistem kehidupan. Krom di dalam makanan terdapat sekurang-kurangnya dalam
dua bentuk yaitu sebagai Cr3+ dan di dalam suatu molekul yang aktif secara
biologis. Walaupun belum sepenuhnya dicirikan, molekul yang aktif secara biologi
itu tampaknya ialah suatu kompleks dinikotinatokrom3+, terkoordinasikan dengan
asam-asam amino (mungkin sekali glutation) yang membuat molekul itu stabil
(Nasoetion dan Karyadi, 1988). Kromium membantu mengawal tahap gula dalam
darah. Ia mungkin juga membantu dalam mengurangkan simptom kelaparan
fisiologi
dan
memainkan
peranan
dalam

mengurai
lemak.

2.2 SEJARAH DITEMUKANNYA KROMIUM

Bahkan, nama kromium berasal dari kata Yunani “kroma” yang berarti
“warna”, dinamakan demikian karena banyaknya senyawa berwarna berbeda yang
diperlihatkan oleh kromium Satu atau dua tahun kemudian seorang kimiawan dari
Jerman, Tassaert yang bekerja di Paris menemukan kromium dalam bijih Kromit,
Fe(CrO2)2, yang merupakan sumber utama kromit hingga sekarang.
Pada pertengahan abad ke-18 seorang analisis dari Siberia menunjukkan
bahwa kromium terdapat cukup banyak dalam senyawa PbCrO4, tetapi juga
terdapat dalam senyawa lain. Ini akhirnya diidentifikasi sebagai kromium oksida.
Kromium oksida ditemukan pada 1797 oleh Louis-Nicholas Vauquelin.
1. Kromium sebagai unsur logam pertama kali ditemukan dua ratus tahun
yang lalu, pada
1797. Namun sejarah kromium benar-benar dimulai
beberapa dekade sebelum ini.
Pada 1761, Johann Gottlob Lehmann mengunjungi Mines Beresof di lereng
Timur dari Pegunungan Ural di mana ia memperoleh sampel dari mineral merahoranye yang disebutnya ujung merah Siberia. Setelah kembali ke St Petersburg

pada 1766, ia menganalisis mineral ini dan menemukan bahwa itu berisi
"mineralisasi dengan spar selenitic dan partikel besi". Bahkan, mineral itu crocoite,
sebuah kromat timbal (PbCrO4).
Pada tahun 1770, Peter Simon Pallas juga mengunjungi Pertambangan
Beresof dan diamatinya "merah” memimpin mineral yang sangat luar biasa yang
belum pernah ditemukan dalam tambang lainnya. Ketika dilumatkan, itu
memberikan guhr kuning indah yang dapat digunakan dalam lukisan
miniatur. Meskipun jarang dan kesulitan dengan yang diperoleh dari Pertambangan
Beresof (pengangkutan ke Eropa Barat sering mengambil dua tahun), penggunaan
timbal merah Siberia sebagai pigmen cat cepat dihargai dan itu ditambang baik

sebagai kolektor item serta untuk industri cat - kuning cerah yang terbuat dari
cepat crocoite menjadi warna modis untuk kereta bangsawan di Prancis dan Inggris.
Pada 1797, Nicolas-Louis Vauquelin, profesor kimia dan pengujian di School of
Mines di Paris, menerima beberapa sampel bijih crocoite.. Analisis berikutnya
mengungkapkan unsur logam baru, yang disebutnya kromium setelah
khrôma
kata Yunani,
yang berarti warna.Setelah penelitian lebih
lanjut dia terdeteksi jejak unsur kromium dalam permata memberikan karakteristik

warna merah batu delima dan zamrud hijau khas, serpentine, dan mika krom.
Pada 1798, Lowitz dan Klaproth menemukan kromium dalam sampel batu
hitam berat ditemukan lebih ke utara dari Pertambangan Beresof dan pada 1799
Tassaert diidentifikasi kromium dalam mineral yang sama dari sejumlah kecil
deposit di wilayah Var Selatan-Timur Perancis. Mineral ini ia ditentukan sebagai
besi spinel krom sekarang dikenal sebagai kromit (FeOCr2O3).
Cadangan bijih kromit ditemukan di Pegunungan Ural sangat meningkatkan
suplai kromium untuk industri cat berkembang dan bahkan menghasilkan bahan
kimia pabrik krom disiapkan di Manchester, Inggris sekitar 1808. Pada 1827, Tyson
Ishak mengidentifikasi simpanan bijih kromit di perbatasan Pennsylvania-Maryland
dan Amerika Serikat menjadi pemasok monopoli untuk beberapa tahun. Tapi kelas
kromit deposito-tinggi ditemukan dekat Bursa di Turki pada tahun 1848 dan dengan
kelelahan dari deposito Maryland sekitar 1860, Turki yang kemudian menjadi
sumber
utama
pasokan.
Hal itu berlangsung selama bertahun-tahun sampai pertambangan bijih kromium
dimulai di India dan Afrika Selatan sekitar 1906. Dan meskipun pigmen cat tetap
menjadi aplikasi utama selama bertahun-tahun, kromium memiliki kegunaan lain:
Kochlin memperkenalkan penggunaan kalium dikromat sebagai mordan dalam

industri pencelupan pada tahun 1820.
Penggunaan garam kromium dalam penyamakan kulit diadopsi secara
komersial pada tahun 1884. Sementara kromit pertama kali digunakan sebagai
bahan tahan api di Perancis pada tahun 1879, penggunaan sebenarnya dimulai di
Britania pada tahun 1886.Paten pertama untuk penggunaan kromium dalam baja
telah diberikan tahun 1865, tetapi skala besar menggunakan kromium harus
menunggu sampai logam kromium bisa diproduksi oleh rute-termal alumino,
dikembangkan pada awal 1900-an dan ketika tungku busur listrik bisa mencium bau
kromit ke dalam paduan master, ferrochromium. Sementara finishing logam
membawa kecemerlangan untuk ditambahkan ke katalog warna krom, sebuah
panggilan yang benar datang dengan penemuan dari baja stainless, untuk krom
adalah bahan yang membuat stainless steel.

Pada tahun 1797, analis dari Prancis, yang bernama Louis-Nicholas Vauquelin
menemukan “kromium“. Namun sebelumnya, Vauquelin menganalisis zamrud dari

Peru dan menemukan bahwa warna hijau adalah karena adanya unsur baru, yaitu
kromium.

Bahkan, nama kromium berasal dari kata Yunani “kroma” yang berarti
“warna”, dinamakan demikian karena banyaknya senyawa berwarna berbeda yang
diperlihatkan oleh kromium Satu atau dua tahun kemudian seorang kimiawan dari
Jerman, Tassaert yang bekerja di Paris menemukan kromium dalam bijih Kromit,
Fe(CrO2)2, yang merupakan sumber utama kromit hingga sekarang.

Pada pertengahan abad ke-18 seorang analisis dari Siberia menunjukkan
bahwa kromium terdapat cukup banyak dalam senyawa PbCrO 4, tetapi juga
terdapat dalam senyawa lain. Ini akhirnya diidentifikasi sebagai kromium oksida.
Kromium oksida ditemukan pada 1797 oleh Louis-Nicholas Vauquelin.

Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel
lambang Cr dan nomor atom 24. (Wikipedia)

periodik yang

memiliki

Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Cr dan nomor atom 24. Khrom juga berwarna abu-abu, berkilau, keras
sehingga memerlukan proses pemolesan yang cukup tinggi.

Khromium (Cr) adalah metal kelabu yang keras. Khromium terdapat pada
industri gelas, metal, fotografi, dan elektroplating. Dalam bidang industri, khromium
diperlukan dalam dua bentuk, yaitu khromium murni dan aliasi besi-besi khromium
yang disebut ferokromium sedangkan logam khromium murni tidak pernah
ditemukan di alam. Khromium sendiri sebetulnya tidak toksik, tetapi senyawanya
sangat iritan dan korosif. Inhalasi khromium dapat menimbulkan kerusakan pada
tulang hidung. Di dalam paru-paru, khromium ini dapat menimbulkan kanker.
Sebagai logam berat, khrom termasuk logam yang mempunyai daya racun tinggi.
Daya racun yang dimiliki oleh khrom ditentukan oleh valensi ionnya. Logam Cr6+
merupakan bentuk yang paling banyak dipelajari sifat racunnya dikarenakan Cr6+
merupakan toxic yang sangat kuat dan dapat mengakibatkan terjadinya keracunan
akut dan keracunan kronis. (Soemirat, 2002).

Khromium mempunyai konfigurasi electron 3d54s1, sangat keras, mempunyai
titik leleh dan titik didih tinggi diatas titik leleh dan titik didih unsur-unsur transisi
deret pertama lainnya. Bilangan oksidasi yang terpenting adalah +2, +3 dan +6.
jika dalam keadaan murni melarut dengan lambat sekali dalam asam encer
membentuk garam kromium (II).

2.3 SIFAT FISIK dan KIMIA KROMIUM
1) Sifat Fisik Kromium
Massa Jenis

7,15 g/cm3 (250C)

Titik Lebur

2180 K, 19070C, 3465 ° F

Titik Didih

2944 K, 26710C, 4840 ° F

Entalpi Peleburan

20,5 kJ mol -1

Panas Penguapan

339 kJ mol -1

Entalpi Atomisasi

397 kJ mol -1

Kapasitas Kalor (250C)

23,25 J/mol.K

Konduktivitas Termal

94 W m -1 K -1

Koefisien ekspansi termal linier

4,9 x 10 -6 K -1

Kepadatan

7,140 kg m -3

Volum Molar

7,23 cm 3

Sifat Resistivitas listrik

12,7 10 -8 Ω m

Karakteristik

24Cr

Massa atom relative

51,996

Jari-jari atom (nm)

0,117

Jari-jari ion(pm) M+2, M+3, M+4, 73, 61.5, 55,
M+5, M+6 (Bilangan koordinasi 6) 49, 44
Keelektronegatifan

1,6

Energi ionisasi (IE) kJ/mol-1

659

Kelimpahan (ppm)

122

Densitas (g cm-3)

7, 14

Potensial elektroda
M+2(aq) + 2e

M(s)

-0,56

M3+(aq) + e

M+2(aq)

-0,41

Konfigurasi elektronik

Tingk
at
Oksida (a) Hidroksida
oksida
si
+2

+3

+6

CrO

Cr(OH)2

Cr2O3(hija
Cr(OH)3(c)
u)

[18Ar]
3d54s1

Sifat

Ion

Basa

Cr2+
b)

Nama

(

Cr2+ atau
[Cr(H2O)6
Amfoter ]3+
ik
[Cr(OH)3]
(d)

Cr2O3(me CrO2(OH)2Cr2O5(
Asam
rah tua)
OH)2

CrO42-

2) Sifat Kimia Kromium
Nomor Atom

24

Massa Atom

51,9961 g/mol

Golongan, periode, blok

VI B, 4, d

Konfigurasi elektron

[Ar] 3d5 4s1

Jumlah elektron tiap kulit

2, 8,13, 1

Afinitas electron

64,3 kJ / mol -1

Warn
a

Kromo
Biru
kromium(
muda
II)
Kromi
atau
Violet
kromium( hijau
III)
Kunin
Kromat
g
dokromat orany
e

Ikatan energi dalam gas

142,9 ± 5,4 kJ / mol -1.

Panjang Ikatan Cr-Cr

249 pm

Senyawa beracun dan mudah
terbakar

2.4 DIFISIENSI KROMIUM
Bahwa defiensi krom diaplikasikan dalam beberapa bentuk diabetes telah
ditunjukkan dalam studi-studi kassus alimentasi parental. Penurunan kandungan
krom jaringan dengan umur dapat mencerminkan sekurang-kurangnya untuk
sebagian, adamya defisiensi krom di dalam makanan Di Amerika Serikat dan di
masyarakat lain yang teknologinya sudah maju. Schoeder et al. Mengkorelasikan
nilai-nilai kandengan krom jaringan dengan nilai dugaan konsumsi krom dalam
makanan berbagai populasi dan menemukan konsumsi krom dalam makanan di
Amerika Serikat berkisar antara 5 sampai 150 per hari dengann rata-rata 60 , jauh
lebih rendah daripada konsumsi-konsumsi yang dilaporkan dari berbagai wilayah di
selur dunia.
Kandungan krom yang lebih rendah diduga terjadi akibat pengolahan
dan pemurnian pangan, dengan kehilangan krom diperkirakan sampai 80 persen
untuk jenis bahan pangan, karena ada kecenderungan orang lebih menyukai
serealia, biji-bijian, lemak dan gula yang telah dimurnikan dan diolah lebih lanjut,
dan mengingat bahwa dalam bentuknya yang dimurnikan bahan-bahan itu adalah
sumber krom. Amerika Serikat agaknya terdapat konsumsi krom yang sanagt
marginal.
Penelitian-penelitian tentang suplementasi Cr3+ pada subjek manula memberikan
dugaan adanya difisiensi krom dalam kelompok inidan memperkuat proporsi bahwa
konsumsi krom dalam makanan Amerika Serikat mungkin tidak cukup untuk
memelihara kandungan krom jaringan sepanjang hayat. Ketidakcukupan konsumsi
krom dapat bertanggung jawab sekurang-kurangnya atas beberapa kasus
peningkatan ketidaktoleran glukosa dengan meningkatnya usia. Masalah analitik
dan intrumental menghambat suatu usaha pembuktian adanya hubungan langsung
seperti itu pada manusia.

2.5 MAMFAAT KROMIUM
a.

Digunakan untuk mengeraskan baja, untuk pembuatan stainless steel, dan

untuk membentuk paduan
b. Digunakan dalam plating untuk menghasilkan permukaan yang indah dan
keras, serta untuk mencegah korosi.
c.

Digunakan untuk memberi warna hijau pada kaca zamrud.

d. Digunakan sebagai katalis. seperti K2Cr2O7 merupakan agen oksidasi dan
digunakan dalam analisis kuantitatif dan juga dalam penyamakan kulit
e.

Merupakan suatu pigmen, khususnya krom kuning

f.

Digunakan dalam industri tekstil sebagai mordants

g. Industri yang tahan panas menggunakan kromit untuk membentuk batu bata
dan bentuk, karena memiliki titik lebur yang tinggi, sedang ekspansi termal, dan
stabil struktur kristal
h.

Dibidang biologi kromium memiliki peran penting dalam metabolisme glukosa

i.
digunakan untuk aplikasi medis, seperti Cr-51 yang digunakan untuk mengukur
volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah.
j.
digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak, khususnya senyawa
PrCrO4
k. digunakan dalam pembuatan batu permata yang berwarna. Warna yan kerap
digunakan adalah warna merah, yang diperoleh dari kristal aluminium oksida yang
kedalamnya dimasukkan kromium.
l.
Bahan baku dalam pembuatan kembang api. Hal ini diperoleh dari Hasil
pembakaran amonium dikromat, (NH4)2Cr2O7, yang berisi pellet dari raksa
tiosianat (HgCNS).
m. Penggunaan utama kromium adalah sebagai paduan logam seperti pada
stainless steel, chrome plating, dan keramik logam.
n. Chrome plating pernah digunakan untuk memberikan lapisan keperakan seperti
cermin pada baja.
o. Kromium digunakan dalam metalurgi sebagai anti korosi dan pemberi kesan
mengkilap.
p. Selain itu, logam ini juga digunakan pada pewarna dan cat, untuk memproduksi
batu rubi sintetis, dan sebagai katalis dalam pencelupan dan penyamakan kulit.

q.

Kromium (IV) oksida (CrO2) digunakan untuk pembuatan pita magnetik.

Khrom digunakan untuk mengeraskan baja, pembuatan baja tahan karat dan membentuk
banyak alloy (logam campuran) yang berguna. Kebanyakan digunakan dalam proses pelapisan
logam untuk menghasilkan permukaan logam yang keras dan indah dan juga dapat mencegah
korosi. Khrom memberikan warna hijau emerald pada kaca. Industri refraktori menggunakan
khromit untuk membentuk batu bata, karena khromit memiliki titik cair yang tinggi, pemuaian
yang relatif rendah dan kestabilan struktur kristal.
Beberapa senyawa kromium digunakan sebagai katalis. Misalnya Phillips katalis untuk
produksi polietilen adalah campuran dari kromium dan silikon dioksida atau campuran dari krom
dan titanium dan aluminium oksida. Kromium (IV) oksida (CrO 2) merupakan sebuah magnet
senyawa
Kromium merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat.
Dengan sifat ini, kromium (krom) banyak digunakan sebagai pelapis pada ornamen-ornamen
bangunan, komponen kendaraan, seperti knalpot pada sepeda motor, maupun sebagai pelapis
perhiasan seperti emas, emas yang dilapisi oleh kromium ini lebih dikenal dengan sebutan emas
putih.
Perpaduan Kromium dengan besi dan nikel menghasilkan baja tahan karat. Kromium (IV)
oksida digunakan untuk pembuatan pita magnetik digunakan dalam performa tinggi dan standar
kaset
audio.
Asam kromat adalah agen oksidator yang kuat dan merupakan senyawa yang bermanfaat untuk
membersihkan gelas laboratorium dari setiap senyawa organik. Hal ini disiapkan dengan
melarutkan kalium dikromat dalam asam sulfat pekat, yang kemudian digunakan untuk mencuci
aparat. Natrium dikromat kadang-kadang digunakan karena lebih tinggi kelarutan (5 g/100 ml vs
20 g/100 ml masing-masing). Kalium dikromat merupakan zat kimia reagen, digunakan dalam
membersihkan gelas laboratorium dan sebagai agen titrating.
Dalam industri logam, kromium terutama digunakan untuk membuat paduan (aliase)
dengan besi, nikel, dan kobalt. Penambahan kromium memberikan kekuatan dan kekerasan serta
sifat tahan karat pada paduan logam. Baja tahan karat (stainless steels) mengandung sekitar 14%
kromium. Oleh karena kekerasannya, paduan kromium dengan kobalt dan tungsten (wolfram)
digunakan untuk membuat mesin potong cepat. Kromium digunakan dalam membuat berbagai
macam pernik kendaraan bermotor karena sangat mengkilap. Penggunaan kromium sebagai
refraktori terutama karena mempunyai titik leleh yang tinggi (1857°C), koefisien muai yang
tidak terlalu besar dan mempunyai bentuk kristal yang stabil.
Kromium digunakan untuk melapisi baja untuk variasi (pernik) kendaraan bermotor dan
untuk tujuan dekoratif lainnya. Pelapisan itu dilakukan secara elektrolisis, yaitu dengan

electroplating. Untuk tujuan itu digunakan senyawa kromium dengan tingkat oksidasi +6. Dalam
prosesnya, kromium mula-mula direduksi menjadi Cr+ baru kemudian menjadi kromium. Akan
tetapi, jika larutan yang digunakan adalah Cr3+, ternyata pelapisan tidak teijadi. Hal itu
disebabkan ion Cr3* dalam air terikat sebagi ion kompleks yang stabil, yaitu [Cr(H20)6]3+. Ion
kompleks ini tidak mudah direduksi. Jika yang digunakan adalah Cr6+, maka ion Cr3"1"
terbentuk dalam suatu lapisan di permukaan logam dan tidak lagi bereaksi dengan air, melainkan
langsung direduksi menjadi unsur kromium (Cr).

2.6 SUMBER KROMIUM
Di alam kromium tidak ditemukan sebagai logam bebas. Selain ditemukan dalam bijih
kromit, kromium juga dapat ditemukan dalam PbCrO4, yang merupakan mineral kromium dan
banyak ditemukan di Rusia, Brazil, Amerika Serikat, dan Tasmania. Selain itu, kromium juga
dapat ditemukan di matahari, meteorit, kerak batu dan air laut.
Bijih utama khrom adalah khromit, yang ditemukan di Zimbabwe, Rusia, Selandia Baru,
Turki, Iran, Albania, Finlandia, Republik Demokrasi Madagaskar, dan Filipina. Logam ini
biasanya dihasilkan dengan mereduksi khrom oksida dengan aluminum.
Kromium adalah elemen yang secara alamiah ditemukan dalam konsentrasi yang rendah
di batuan, hewan, tanaman, tanah, debu vulkanik dan juga gas. Kromium terdapat di alam dalam
beberapa bentuk senyawa yang berbeda. Bentuk yang paling umum adalah kromium (0),
kromium (III) dan kromium (VI). Kromium (VI) dan kromium (0) umumnya dihasilkan dari
proses industri.
Kromium (III) terdapat di alam secara alamiah dan merupakan salah satu unsur nutrisi
yang penting bagi manusia. Kromium (VI) dan kromium (0) umumnya dihasilkan dari proses
industri. Kromium adalah logam baja berwarna abu – abu, ditambang dalam bentuk biji kromit,
tidak berbau dan mengkilat. Kromium stabil pada tekanan dan temperature normal. Kromium
dalam konsentrasi tertentu bersifat racun bagi manusia, hewan dan tumbuh – tumbuhan.
Kromium juda dapat di hasilkan dari proses isolasi dilabolatorium, karena kromium
begitu mudah tersedia secara komersial. Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa sumber
yang paling berguna dari komersial kromium adalah bijih kromit, FeCr 2O4. Oksidasi bijih ini
melalui udara dalam cairan alkali memberikan natrium kromat, Na 2CrO 4 di mana kromium
dalam oksidasi 6 negara. Ini dikonversi menjadi Cr (III) oksida, Cr 2O3 dengan ekstraksi ke dalam
air, curah hujan, dan reduksi dengan karbon. Oksida kemudian dikurangi lagi dengan aluminium
atau silikon untuk membentuk logam kromium.

Isolasi jenis lain yang dapat digunakan untuk menghasilkan krom adalah dengan proses
elektroplating. Ini melibatkan pembubaran Cr2O3 dalam asam sulfat untuk memberikan suatu
elektrolit yang digunakan untuk elektroplating krom.

2.7 KERUGIAN KROMIUM
Kromium (III) adalah esensial bagi manusia dan kekurangan dapat
menyebabkan kondisijantung, gangguan dari metabolisme dan diabetes. Tapi terlalu
banyak penyerapan kromium (III)dapat menyebabkan efek kesehatan juga,
misalnya ruam kulit.
Kromium (VI) adalah bahaya bagi kesehatan manusia, terutama bagi orangorang yangbekerja di industri baja dan tekstil. Orang yang merokok tembakau juga
memiliki kesempatanyang lebih tinggi terpapar kromium.
Kromium (VI) diketahui menyebabkan berbagai efek kesehatan. sebuah
senyawa dalamproduk kulit, dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti ruam kulit.
Pada saat bernapas ada krom(VI) dapat menyebabkan iritasi dan hidung mimisan.
Masalah kesehatan lainnya yangdisebabkan oleh kromium (VI) adalah:
Kulit ruam
Sakit perut dan bisul
Masalah pernapasan
Sistem kekebalan yang lemah
Ginjal dan kerusakan hati
Perubahan materi genetic
Kanker paru-paru
Kematian
Bahaya kesehatan yang berkaitan dengan kromium bergantung pada
keadaan oksidasi.Bentuk logam (krom sebagaimana yang ada dalam produk ini)
adalah toksisitas rendah. Bentukyang hexavalent beracun. Efek samping dari
bentuk hexavalent pada kulit mungkin termasukdermatitis, dan reaksi alergi kulit.
Gejala pernafasan termasuk batuk, sesak napas, dan hidunggatal.

Bentuk Keracunan Kromium
Efek racun akan timbul, jika menghirup udara tempat kerja yang
terkontaminasi, misalnya dalam pengelasan stainless steel, kromat atau produksi
pigmen krom, pelapisan krom, dan penyamakan kulit. Selain itu, jika menghirup
serbuk gergaji dari kayu yang mengandung kromium akan menimbulkan efek
keracunan. Efek toksik kromium dapat merusak dan mengiritasi hidung, paruparu,lambung, dan usus. Dampak jangka panjang yang tinggi dari kromium
menyebabkan kerusakan pada hidung dan paru-paru. Mengonsumsi makanan
berbahan kromium dalam jumlah yang sangat besar, menyebabkan gangguan
perut,bisul, kejang, ginjal, kerusakan hati, dan bahkan kematian.
a. Efek Klinis
Efek dari chromium terhadap kesehatan yakni bisa mengalami
gangguan pernapasan dan juga mengganggu alat pencernaan. Chromium(Vi)
dikenal untuk menyebabkan berbagai kesehatan mempengaruhi. Ketika
chromium merupakan suatu campuran di dalam produk kulit, itu dapat
menyebabkan reaksi alergi, seperti ruam kulit. Setelah bernafas
chromium(VI) dapat menyebabkan gangguan hidung dan mimisan.

b.

Keracunan Akut


Bila terhirup / inhalasi

Bila debu atau uap kromium terhirup pada konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan iritasi.


Bila kontak dengan kulit

Kontak langsung dengan debu atau serbuk kromium dapat menyebabkan
iritasi pada kulit.


Bila kontak dengan mata

Kontak langsung dengan debu atau serbuk kromium dapat menyebabkan
iritasi pada mata.


Bila tertelan

Logam kromium sangat sulit diabsorbsi melalui saluran pencernaan.
Absorbsi dalam jumlah yang cukup dari beberapa senyawa kromium dapat
menyebabkan pusing, haus berat, sakit perut, muntah, syok, oliguria atau
anuria dan uremia yang mungkin bisa fatal.

c.

Keracunan Kronis


Bila terhirup / inhalasi

Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama dari beberapa
senyawa kromium dilaporkan menyebabkan borok (ulcerasi) dan berlobang
(perforasi) pada nasal septum, iritasi pada tenggorokan dan saluran
pernafasan bagian bawah, gangguan pada saluran pencernaan, tapi hal ini
jarang terjadi, gangguan pada darah, sensitisasi paru, pneumoconiosis atau
fibrosis paru dan efek pada hati hal ini jarang terjadi. Pada hakekatnya efek
ini belum pernah dilaporkan terjadi akibat paparan logam.


Bila kontak dengan kulit.

Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama dari beberapa
senyawa kromium dilaporkan menyebabkan berbagai tipe dermatitis,
termasuk eksim “Chrome holes” sensitisasi dan kerusakan kulit dan ginjal.
Pada hakekatnya efek ini belum pernah dilaporkan akibat paparan logam.


Bila kontak dengan mata

Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama untuk beberapa
senyawa krom dapat menyebabkan radang selaput mata (konjungtivities)
dan lakrimasi. Pada hakekatnya efek ini belum pernah dilaporkan akibat
paparan logam.

Dampak Lingkungan
Ada beberapa jenis kromium yang berbeda dalam efek pada organisme. Kromium memasuki
udara, air dan tanah di krom (III) dan kromium (VI) bentuk melalui proses-prosesalam dan aktivitas
manusia. kegiatan utama manusia yang meningkatkan konsentrasi kromium(III) yang meracuni kulit dan
manufaktur tekstil. Kegiatan utama manusia yang meningkatkan kromium (VI) konsentrasi kimia, kulit
dan manufaktur tekstil, elektro lukisan dan kromium (VI)aplikasi dalam industri. Aplikasi ini terutama
akan meningkatkan konsentrasi kromium dalamair. Melalui kromium pembakaran batubara juga akan
berakhir di udara dan melalui pembuanganlimbah kromium akan berakhir di tanah.
Sebagian besar kromium di udara pada akhirnya akan menetap dan berakhir di perairanatau tanah.
Kromium dalam tanah sangat melekat pada partikel tanah dan sebagai hasilnya tidakakan bergerak
menuju tanah. Kromium dalam air akan menyerap pada endapan dan menjadi takbergerak.Hanya
sebagian kecil dari kromium yang berakhir di air pada akhirnya akan larut.Kromium (III) merupakan
unsur penting untuk organisme yang dapat mengganggu metabolisme gula dan menyebabkan kondisi hati,
ketika dosis harian terlalu rendah.Kromium (VI) adalah terutama racun bagi organisme.Dapat mengubah
bahan genetik danmenyebabkan kanker.

Tanaman mengandung sistem yang mengatur kromium-uptake harus cukup rendah tidak
menimbulkan bahaya. Tetapi ketika jumlah kromium dalam tanah meningkat, hal ini masih
dapatmengarah pada konsentrasi yang lebih tinggi dalam tanaman. Peningkatan keasaman tanah
jugadapat mempengaruhi pengambilan kromium oleh tanaman. Tanaman biasanya hanya
menyerapkromium (III). Ini mungkin merupakan jenis penting kromium, tetapi ketika konsentrasi
melebihinilai tertentu, efek negatif masih dapat terjadi.
Kromium tidak diketahui terakumulasi dalam tubuh ikan, tetapi konsentrasi tinggikromium,
karena pembuangan produk-produk logam di permukaan air, dapat merusak insangikan yang berenang di
dekat titik pembuangan. Pada hewan, kromium dapat menyebabkanmasalah pernapasan, kemampuan
yang lebih rendah untuk melawan penyakit, cacat lahir,infertilitas dan pembentukan tumor.
Toksiksitas Kromium
Kontaminasi logam berat di lingkungan merupakan masalah besar dunia saat ini. Persoalan spesifik
logam berat di lingkungan terutama karena akumulasinya sampai pada rantai makanan dan
keberadaannya di alam, serta meningkatnya sejumlah logam berat yang menyebabkan keracunan terhadap
tanah, udara dan air meningkat. Proses industri dan urbanisasi memegang peranan penting terhadap
peningkatan kontaminasi tersebut. Suatu organisme akan kronis apabila produk yang dikonsumsikan
mengandung logam berat. Kromium (Cr) merupakan elemen berbahaya di permukaan bumi dan dijumpai
dalam kondisi oksida antara Cr(II) sampai Cr(VI), tetapi hanya kromium bervalensi tiga dan enam
memiliki kesamaan sifat biologinya. Kromium bervalensi tiga umumnya merupakan bentuk yang umum
dijumpai di alam dan dalam material biologis kromium selalu berbentuk tiga valensi, karena kromium
enam valensi merupakan salah satu material organik pengoksida tinggi. Kromium tiga valensi memiliki
sifat racun yang rendah dibanding dengan enam valensi. Pada bahan makanan dan tumbuhan mobilitas
kromium relatif rendah dan diperkirakan konsumsi harian komponen ini pada manusia di bawah 100 µg,
kebanyakan berasal dari makanan, sedangkan konsumsinya dari air dan udara dalam level yang rendah.
Kromium adalah zat gizi esensial untuk hewan dan mungkin untuk manusia. Teloransi glukosa akan
terganggu pada hewan yang kekurangan kromium, tetapi suatu postulat tentang faktor teloransi glukosa
belum diisolasikan atau dicirikan. Konsumsi yang di anjurkan oleh Food and Nutition Board National
Research Council serta dianggap aman dan cukup adalah 50 sampai 200 µg per hari. Penentuan
kebutuhan kromium yang tepat untuk manusia, tetap merupakan pekerjaan yang sulit, meliputi
indentifkasi fungsi fisiologik khusus yang berhubungan dengan kadar kromium, tidak terang-terangan
melawan dan berpengaruh terutama terhadap fungsi-fungsi tersebut dengan faktor-faktor yang
berdampingan.

CONTOH PERISTIWA AKIBAT KROMIUM

Polusi zat hexavalent chromium di sukinda,india
Zat ini merupakan jenis logam yang dapat menyebabkan dan meningkatkan resiko
kanker. Sukinda, daerah di negara bagian India Orrisa memiliki 97 persen cadangan
bijih kromit terbesar di dunia. Kromit merupakan sumber kromium. Daerah ini juga
merupakan
tambang
kromit
terbuka
terbesar
di
dunia.
Menurut Institute Blacksmith, pada tahun 2007 terdapat 12 tambang beroperasi
tanpa adanya rencana pengelolaan lingkungan. Mereka menyebarkan limbahnya ke
lingkungan sekitar termasuk sungai-sungai didaerah.Tak hanya itu, penambang
yang terbiasa terkena debu kromium dan air yang terkontaminasi mengalami
berbagai
gangguan
fisik
seperti
pendarahan,
TBC,
dan
asma.
Dalam beberapa kasus, kandungan krom ini berada pada 20 kali di atas standar
keamanan internasional. Asosiasi Sukarelawan Kesehatan Orissa melaporkan bahwa
85 persen kematian di daerah pertambangan dan industri di daerah itu
berhubungan dengan kromit.
Logam Chromium (Cr) juga beracun bagi manusia. Pengaruh racun ini pada awalnya juga
diketahui di Jepang pada tahun 1960, dimana masyarakat yang tinggal di daerah sekitar pabrik Kiryama,
Nippon-Denko Concern di Pulau Hokkaido banyak menderita penyakit kanker paru-paru. Awalnya
penyakit ini tidak diketahui penyebabnya, setelah melalui penelitian ternyata Kesehatan Lingkungan 2 of
5 penyakit tersebut diketahui sebagai akibat dari masyarakat menghirup limbah debu Industri tersebut di
atas yang mengandung Chromium Bervalensi IV (Cr+4) dan (Cr+6).

misalnya oleh enzim dehalogenase dan oksigenase. Fitostabilisasi adalah suatufenomena diproduksinya
senyawa kimia tertentu untuk mengimobilisasi kontaminandi daerah rizosfer. Fitovolatilisasi terjadi ketika
tumbuhan menyerap kontaminan danmelepasnya ke udara lewat daun; dapat pula senyawa kontaminan
mengalamidegradasi sebelum dilepas lewat daun.Penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tumbuhan
dapat dibagi menjaditiga proses yang sinambung, yaitu penyerapan logam oleh akar, translokasi
logamdari akar ke bagian tumbuhan lain, dan lokalisasi logam pada bagian sel tertentuuntuk menjaga agar
tidak menghambat metabolisme tumbuhan tersebut.

Penyerapan oleh akar.Telah diketahui, bahwa agar tumbuhan dapat menyerap logam maka logamharus
dibawa ke dalam larutan di sekitar akar (rizosfer) dengan beberapa cara bergantung pada spesies
tumbuhannya :
Perubahan pH.Pada Thlaspi cearulescens, mobilisasi seng dipacu dengan terjadinya penurunan pH pada
daerah perakaran sebesar 0,2-0,4 unit.
Ekskresi zat khelat.Mekanisme penyerapan kromium lewat pembentukan suatu zat khelat yangdisebut
fitosiderofor telah diketahui secara mendalam pada jenis rumput-rumputan. Molekul fitosiderofor yang
terbentuk ini akan mengikat(mengkhelat) besi dan membawanya ke dalam sel akar melalui
peristiwatransport aktif.
Pembentukan reduktase spesifik logam.Di dalam meningkatkan penyerapan besi, tumbuhan membentuk
suatumolekul reduktase di membran akarnya (Marschner dan Romheld, 1994).Reduktase ini berfungsi
mereduksi logam yang selanjutnya diangkut melaluikanal khusus di dalam membran akar.
Translokasi di dalam tubuh tumbuhan.Setelah logam dibawa masuk ke dalam sel akar, selanjutnya logam
harus diangkutmelalui jaringan pengangkut, yaitu xilem dan floem, ke bagian tumbuhan lain.
Untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan, logam diikat oleh molekul khelat.Berbagai molekul khelat
yang berfungsi mengikat logam dihasilkan olehtumbuhan.
Lokalisasi logam pada jaringanUntuk mencegah peracunan logam terhadap sel, tumbuhan
mempunyaimekanisme detoksifikasi, misalnya dengan menimbun logam di dalam organtertentu seperti
akar .Selain tumbuhan hiperakumulator, tumbuhan yang mempunyai kemampuanuntuk
mengkonsentrasikan logam di dalam biomassanya dalam kadar yang luar biasatinggi, terdapat juga
tumbuhan lahan basah yang memiliki kemampuan alamiah untuk menghilangkan berbagai jenis limbah
pada beberapa tingkat efisiensi. Tumbuhan inidipakai untuk pengolah limbah karena tumbuhan tersebut
mengasimilasi senyawaorganik dan anorganik dari limbah. Tumbuhan dengan tingkat pertumbuhan
yangtinggi dan tajuk yang besar dapat menyimpan bermacam hara mineral. Pada mediakerikil,
pertumbuhan tanaman timbul dapat menurunkan konsentrasi hara mineral.Rizoma dan akar Phragmites
australis Scirpus spp. berfungsi sebagai filtrasi dan pengendap senyawa hidrokarbon dan logam berat
beracun. Tingkat konsentrasi logam berat dalam jaringan tanaman-tanaman tersebut adalah sebagai
berikut: akar > rizoma> daun
Penerapan Fitoremediasi
Penggunaan tumbuhan sebagai agensia pembersih lingkungan bukan hal yang baru. Sejak lama kita telah
mengenal manfaat tumbuhan sebagai "pengusir zat beracun dari udara" sehingga adanya tumbuhan
dianggap sebagai penyegar udara disekitarnya. Dengan makin dipahaminya fisiologi dan genetika
tumbuhan, maka pemanfaatan tumbuhan sebagai agensia pembersih lingkungan dapat makin
diperluascakupannya dan diperhitungkan manfaatnya dari segi rekayasa serta
nilaiekonominya.Pemanfaatan tumbuhan untuk remediasi lingkungan sangat ditentukan oleh pemahaman
tentang penyerapan logam serta penyerapan dan atau degradasi senyawaorganik oleh tumbuhan. Pada
dasawarsa terakhir terjadi akumulasi yang cepat tentang
pengetahuan mengenai aspek-aspek fisiologi tersebut. Chaney dan koleganya dariUSDA-ARS yang aktif
meneliti dan mengembangkan manfaat tumbuhan untuk remediasi logam telah mengidentifikasi
karakteristik penting, sebagai berikut :

1.Tumbuhan harus bersifat hipertoleran agar dapat mengakumulasi sejumlah besar logam berat di dalam
batang serta daun.
2.Tumbuhan harus mampu menyerap logam berat dari dalam larutan tanahdengan laju penyerapan yang
tinggi.
3.Tumbuhan harus mempunyai kemampuan untuk mentranslokasi logam berat yang diserap akar ke
bagian batang serta daun.Seperti telah dikemukakan di muka, beberapa jenis tumbuhan mempunyaisifat
hiperakumulator yang luar biasa. Namun biasanya tumbuhan yang teradaptasi ditanah berkadar logam
tinggi dan toleran terhadap logam mempunyai sifat tumbuhlambat. Karakter manakah yang lebih penting,
sifat "hiperakumulator tetapi tumbuhlambat" atau "tumbuh cepat tetapi toleransi medium", memang bisa
menjadi bahan perdebatan bila sudah sampai pada persoalan memilih jenis tumbuhan yang
sesuai.Kelompok di USDA-ARS (Chaney et al., 1997) yakin bahwa hipertoleransi lebih penting daripada
biomassa tinggi, dengan alasan sebagai berikut. Dalam kondisioptimum, Brassica juncea dapat
menghasilkan hingga 20 t/ha/musim tanam biomassakering. Tanaman ini mampu mengakumulasi Zn dan
Cd, namun pertumbuhannyaakan terhambat hingga separuhnya bila kadar Zn dalam biomassa mencapai
500mg/kg.Dalam hubungannya dengan pemanfaatan tumbuhan sebagai agensia pemulihan lingkungan
tercemar, mengutip laporan Departemen Energi AS, Watanabe(1997) mengemukakan prasyarat, yaitu:laju
akumulasi harus tinggi, bahkan di lingkungan yang berkadar kontaminanrendahkemampuan
mengakumulasi kontaminan dengan kadar tinggikemampuan mengakumulasi beberapa macam
logamtumbuh cepat

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1 Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Crdan nomor
atom 24.
2. Jalur pemajanan kromium melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan dan kulit.
3. Kromium adalah elemen yang secara alamiah ditemukan dalam konsentrasi yang rendah di batuan,
hewan, tanaman, tanah, debu vulkanik dan juga gas. Kromium terdapat di alam dalam beberapa bentuk

senyawa yang berbeda. Bentuk yang paling umum adalah kromium (0), kromium (III) dan kromium (VI).
Kromium (VI) dan kromium (0) umumnya dihasilkan dari proses industri.
4. Efek racun akan timbul, jika menghirup udara tempat kerja yang terkontaminasi,
misalnya dalam pengelasan stainless steel, kromat atau produksi pigmen krom,
pelapisan krom, dan penyamakan kulit. Selain itu, jika menghirup serbuk gergaji
dari kayu yang mengandung kromium akan menimbulkan efek keracunan. Efek
toksik kromium dapat merusak dan mengiritasi hidung, paru-paru, lambung, dan usus.
Dampak jangka panjang yang tinggi dari kromium menyebabkan kerusakan pada
hidung dan paru-paru.
B.

Saran
Mengingat bahaya dan pencemaran yang ditimbulkan oleh kromium pada industri melalui
pemaparan terhadap manusia maupun limbah yang dihasilkan yang berdampak pada lingkungan, maka
pihak industri diharuskan untuk mengelola limbahnya terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan.
Kenyataan ini mendorong pihak industry untuk memilih cara pengolahan yang efektif yang diharapkan
akan mendapatkan kualitas limbah krom yang memenuhi syarat. Selain itu, penggunaan APD juga
diharapkan mampu mengurangi resiko pemaparan terhadap senyawa bahaya dalam industry.