SANKSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (2)
SANKSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
MAKALAH SANKSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
Mei 16, 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
‘‘Dalam negara hukum, penyelenggaraan tugas pemerintahan dan kenegaraan
terdapat aturan hukum tertulis dalam konstitusi atau peraturan-peraturan yang
terhimpun dalam Hukum Tata Negara.
Namun, HTN tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan secara efektif untuk
menyelenggarakan persoalan-persoalan yang bersifat teknis sehingga membutuhkan
hukum lain yang bersifat teknis yaitu Hukum Administrasi Negara.
Didalam Hukum Administrasi Negara, Mengatur tantang Sanksi-sanksi sebagai salah
satu kewenangan Administrasi Negara (pemerintah) dan sebagai alat penegakan
Hukum Administrasi Negara.
Sehingga penting bagi kita mempelajari Sanksi Hukum Administrasi Negara, untuk
dapat memahami macam-macam sanksi dan pengenaan sanksinya, Demi
Pemerintahan yang baik berdasarkan Keadilan Pancasila dan Undang-undang Dasar
1945.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sanksi Hukum Administrasi Negara
Sanksi dalam Hukum Administrasi yaitu “alat kekekuasaan yang bersifat hukum
public yang dapat digunakan oleh pemerintah sebagai reaksi atas ketidakpatuhan
terhadap kewajiban yang terdapat dalam norma hukum administrasi Negara.”
Berdasarkan definisi ini tampak ada empat unsur sanksi dalam hukum administrasi
Negara, yaitu alat kekuasaan (machtmiddelen), bersifat hukum publik
(publiekrechtlijke), digunakan oleh pemerintah (overheid), sebagai reaksi atas
ketidakpatuhan (reactive op niet-naleving).
Sedangkan, menurut para ahli ada beberapa pengertian sanksi administrasi
Negara, antara lain :
J.B.J.M. ten Berge : Sanksi merupakan inti dari penegakan hukum administrasi.
Sanksi diperlukan untuk menjamin penegakan hukum administrasi.
P de Haan dkk : Dalam HAN, penggunaan sanksi administrasi merupakan
penerapan kewenangan pemerintahan, di mana kewenangan ini berasal dari aturan
hukum administrasi tertulis dan tidak tertulis.
J.J. Oosternbrink : Sanksi administratif adalah sanksi yang muncul dari hubungan
antara pemerintah – warga negara dan yang dilaksanakan tanpa perantara pihak ketiga
(kekuasaan peradilan), tetapi dapat secara langsung dilaksanakan oleh administrasi
sendiri.
B.
Unsur-Unsur Sanksi Hukum Administrasi Negara
Alat Kekuasaan (machtmiddelen)
Bersifat Hukum Publik (publiekrechtelijke)
Digunakan oleh Pemerintah (overheid)
Sebagai Reaksi atas Ketidakpatuhan (reactie op niet-neleving)
C. Tujuan Sanksi Hukum Administrasi Negara
‘’Tujuan Sanksi Administrasi adalah
Diantaranya, menurut :
J.B.J.M. ten Berge, ”Tujuannya adalah untuk menegakan hukum administrasi. Sanksi
diperlukan untuk menjamin penegakan hukum administrasi” .
P de Haan dkk, ”Tujuannya adalah untuk Penerapan kewenangan pemerintahan, di
mana kewenangan ini berasal dari aturan hukum administrasi tertulis dan tidak tertulis.
D. Subjek dan Objek Sanksi Hukum Administrasi Negara
‘’Subjek Sanksi Hukum Administrasi Negara Adalah
Adalah setiap Pejabat atau Lembaga Negara yang melanggar ketentuan perundangundangan dalam menjalankan tugas serta wewenangnya, dan setiap orang atau warga
Negara yang mempunyai hubungan hukum dengan pemerintah, dimana orang atau
warga Negara tersebut tidak menjalankan suatu perbuatan berdasarkan peraturan
perundang-undangn yang dikeluarkan oleh pemerintah.
‘’Objek Sanksi Hukum Administrasi Negara
Adalah Setiap perbuatan Pelanggaran terhadap Peraturan perundang-undangan yang
dilakukan oleh Orang-orang tertentu (yang mempunyai kepentingan)
E. Jenis Sanksi Hukum Administrasi Negara
‘’Jenis Sanksi Administrasi dari segi sasarannya yaitu :
Sanksi Reparatoir (Reparatoir Sancties)
‘’Artinya sanksi yang diterapkan sebagai reaksi atas pelanggaran norma, yang
ditujukan untuk mengembalikan pada kondisi semula sebelum terjadinya pelanggaran,
misalnya bestuursdwang, dwangsom).
Sanksi Punitif (Punitieve Sancties)
‘’Artinya sanksi yang ditujukan untuk memberikan hukuman pada seseorang,
misalnya adalah berupa denda administrative.
Sanksi Regresif
’’Artinya sanksi yang diterapkan sebagai reaksi atas ketidak patuhan terhadap
ketentuan yang terdapat pada ketetapan yang diterbitkan.
‘’Jenis Sanksi Admininistrasi Menurut Pasal 80 Undang-Undang No 30 Tahun
2014
a) Sanksi Administratif Ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (1)
berupa:
Teguran lisan;
Teguran tertulis; atau
Penundaan kenaikan pangkat, golongan, dan/atau hak-hak jabatan.
Contoh Tindakan atau perbuatan yang dapat dikenakan sanksi Administratif
Ringan :
‘’Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam menggunakan Wewenang tidak
berdasarkan pada Peraturan Perundang-undangan; dan AUPB’’. Artinya (Melanggar
Ketentuan Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Admininistrasi Pemerintahan)
b) Sanksi Administratif Sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (2)
berupa:
Pembayaran uang paksa dan/atau ganti rugi;
Pemberhentian sementara dengan memperoleh hak - hak jabatan; atau
Pemberhentian sementara tanpa memperoleh hak-hak jabatan.
Contoh Tindakan atau perbuatan yang dapat dikenakan Sanksi Administratif
Sedang :
‘’Penggunaan Diskresi yang tidak memiliki sebab dan persetujuan dari atasan pejabat.
Artinya ‘’Melanggar Ketentuan pasal 25 ayat (1) Undang-undang Administrasi
Pemerintahan yang berbunyi :
‘’Setiap Penggunaan Diskresi yang berpotensi mengubah alokasi anggaran wajib
memperoleh persetujuan dari Atasan Pejabat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c) Sanksi Administratif Berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (3)
berupa:
Pemberhentian tetap dengan memperoleh hak-hak keuangan dan fasilitas lainnya;
Pemberhentian tetap tanpa memperoleh hak-hak keuangan dan fasilitas lainnya;
Pemberhentian tetap dengan memperoleh hak-hak keuangan dan fasilitas lainnya serta
dipublikasikan di media massa; atau
Pemberhentian tetap tanpa memperoleh hak-hak keuangan dan fasilitas lainnya serta
dipublikasikan di media massa.
Contoh Tindakan atau perbuatan yang dapat dikenakan Sanksi Administratif
Berat :
Adalah setiap tindakan Administrasi Negara atau Pemerintah ‘yang dapat
menimbulkan kerugian pada keuangan negara, perekonomian nasional, dan/atau
merusak lingkungan hidup dikenai sanksi administratif berat. Artinya melanggar
ketentuan pasal 17 dan 42 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undng Nomor 30 Tahun 2014.
d) Sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penjatuhan sanksi (Pasal 82 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014) :
Ayat (1) dilakukan oleh :
Atasan Pejabat yang menetapkan Keputusan;
Kepala daerah apabila Keputusan ditetapkan oleh pejabat daerah;
Menteri/pimpinan lembaga apabila Keputusan ditetapkan oleh pejabat di lingkungannya;
dan
Presiden apabila Keputusan ditetapkan oleh para menteri/pimpinan lembaga.
Ayat (2) dilakukan oleh :
Gubernur apabila Keputusan ditetapkan oleh Bupati/Walikota; dan
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri
Keputusan ditetapkan oleh gubernur.
apabila
Pemahaman mengenai Penjatuhan Sanksi (Pasal 83 Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2014) :
Sanksi administratif ringan, sedang atau berat dijatuhkan dengan mempertimbangkan
unsur proporsional dan keadilan.
Sanksi administratif ringan dapat dijatuhkan secara langsung, sedangkan sanksi
administratif sedang atau berat hanya dapat dijatuhkan setelah melalui proses
pemeriksaan internal.
F. Macam - Macam Sanksi Hukum Administrasi Negara
Diantaranya :
Paksaan Pemerintahan (Bestuursdwang)
‘'Paksaan pemerintahan merupakan tindakan nyata yang dilakukan organ
pemerintah atau atas nama pemerintah untuk memindahkan, mengosongkan,
menghalang-halangi, memperbaiki pada keadaan semula apa yang telah dilakukan
atau sedang dilakukan yang bertentangan dengan kewajiban-kewajiban yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.
Contoh Undang-Undang Nomor 51 Prp Tahun 1961 tentang Larangan Pemakaian
Tanah Tanpa ijin yang Berhak atau Kuasanya. Bestuursdwang merupakan Kewenangan
Bebas, artinya pemerintah diberi kebebasan untuk mempertimbangkan menurut
inisiatifnya sendiri apakah menggunakan bestuursdwang atau tidak atau bahkan
menerapkan sanksi yang lainnya.
Paksaan pemerintahan harus memperhatikan ketentuan Hukum yang berlaku baik
Hukum tertulis maupun tidak tertulis, yaitu asas-asas pemerintahan yang layak seperti
asas kecermatan, asas keseimbangan, asas kepastian hukum dan lain-lain.. Contoh
Pelanggaran yang tidak bersifat substansial seorang mendirikan rumah tinggal di
daerah pemukiman, tanpa IMB.
Pemerintah tidak sepatutnya langsung menggunakan paksaan pemerintahan, dengan
membongkar rumah tersebut, karena masih dapat dilakukan legalisasi, dengan cara
memerintahkan kepada pemilik rumah untuk mengurus IMB. Jika perintah mengurus
IMB tidak dilaksanakan maka pemerintah dapat menerapkan bestuursdwang, yaitu
pembongkaran.
Contoh Pelanggaran yang bersifat substansial, misalkan pada pengusaha yang
membangun industri di daerah pemukiman penduduk, yang berarti mendirikan
bangunan tidak sesuai dengan RT/RW yang ditetapkan pemerintah, maka pemerintah
dapat langsung menerapkan bestuursdwang.
Peringatan yang mendahului Bestuursdwang, hal ini dapat dilihat pada pelaksanaan
bestuursdwang di mana wajib didahului dengan suatu peringatan tertulis, yang
dituangkan dalam bentuk Ketetapan Tata Usaha Negara.
Isi peringatan tertulis ini biasanya meliputi hal-hal sebagai berikut, Peringatan harus
definitif, Organ yang berwenang harus disebut, Peringatan harus ditujukan kepada
orang yang tepat, Ketentuan yang dilanggar jelas,
Pelanggaran nyata harus digambarkan dengan jelas, Memuat penentuan jangka waktu,
Pemberian beban jelas dan seimbang, Pemberian beban tanpa syarat, Beban
mengandung pemberian alasannya, Peringatan memuat berita tentang pembebanan
biaya.
Penarikan kembali keputusan (ketetapan) yang menguntungkan
‘’Penarikan kembali Ketetapan Tata Usaha Negara yang menguntungkan dilakukan
dengan mengeluarkan suatu ketetapan baru yang isinya menarik kembali dan/atau
menyatakan tidak berlaku lagi ketetapan yang terdahulu.
Ini diterapkan dalam hal jika terjadi pelanggaran terhadap peraturan atau syarat-syarat
yang dilekatkan pada penetapan tertulis yang telah diberikan, juga dapat terjadi
pelanggaran undang-undang yang berkaitan dengan izin yang dipegang oleh si
pelanggar.
Penarikan kembali ketetapan ini menimbulkan persoalan yuridis, karena di dalam HAN
terdapat asas het vermoeden van rechtmatigheid atau presumtio justea causa, yaitu
bahwa pada asasnya setiap ketetapan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara dianggap benar menurut hukum. Oleh karena itu, Ketetapan Tata Usaha
Negara yang sudah dikeluarkan itu pada dasarnya tidak untuk dicabut kembali, sampai
dibuktikan sebaliknya oleh hakim di pengadilan.
Kaidah HAN memberikan kemungkinan untuk mencabut Ketetapan Tata Usaha Negara
yang menguntungkan sebagai akibat dari kesalahan si penerima Ketetapan Tata Usaha
Negara sehingga pencabutannya merupakan sanksi baginya.
Sebab-sebab Pencabutan Ketetapan Tata Usaha Negara sebagai Sanksi ini terjadi
melingkupi jika, yang berkepentingan tidak mematuhi pembatasan-pembatasan, syaratsyarat atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang dikaitkan pada izin, subsidi,
atau pembayaran.
Jika yang berkepentingan pada waktu mengajukan permohonan untuk mendapat izin,
subsidi, atau pembayaran telah memberikan data yang sedemikian tidak benar atau
tidak lengkap, hingga apabila data itu diberikan secara benar atau lengkap, maka
keputusan akan berlainan misalnya penolakan izin.
Pengenaan Uang Paksa (Dwangsom)
‘’N.E. Algra, mempunyai pendapat tentang pengenaan uang paksa ini, menurutnya,
bahwa uang paksa sebagai hukuman atau denda, jumlahnya berdasarkan syarat dalam
perjanjian, yang harus dibayar karena tidak menunaikan, tidak sempurna melaksanakan
atau tidak sesuai waktu yang ditentukan, dalam hal ini berbeda dengan biaya ganti
kerugian, kerusakan, dan pembayaran bunga.
Menurut hukum administrasi, pengenaan uang paksa ini dapat dikenakan kepada
seseorang atau warga negara yang tidak mematuhi atau melanggar ketentuan yang
ditetapkan oleh pemerintah sebagai alternatif dari tindakan paksaan pemerintahan
Pengenaan Denda Administratif
‘’Pendapat P de Haan DKK menyatakan bahwa, terdapat perbedaan dalam hal
pengenaan denda administratif ini, yaitu bahwa berbeda dengan pengenaan uang
paksa yang ditujukan untuk mendapatkan situasi konkret yang sesuai dengan norma,
denda administrasi tidak lebih dari sekedar reaksi terhadap pelanggaran norma, yang
ditujukan untuk menambah hukuman yang pasti. Dalam pengenaan sanksi ini
pemerintah harus tetap memperhatikan asas-asas hukum administrasi, baik tertulis
maupun tidak tertulis.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
‘’Didalam Pengenaan Sanksi Administrasi Negara, Tidak Perlu menggunakan
peratara pihak ketiga (dalam hal ini hakim/pengadilan), karena sanksi merupakan
Keputusan Tata Usaha Negara yang bersifat Concriet, Individual dan Final, artinya
dapat langsung dieksekusi atau dilaksanakan penegakan hukumnya tanpa ada rujukan
lebih lanjut berdasarkan Undang-Undang dan Asas Umum Pemerintahan yang Baik
Dengan kata lan Perumusan dan penetapan sanksi harus dilihat sesuai dengan undang
undang tertentu yang berkaitan dengan Perbuatan atau tindakan yang dilakukan.
Mengenai Asas het vermoeden van rechtmatigheid atau presumtio justea causa, yaitu
bahwa setiap ketetapan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
dianggap benar menurut hukum. Oleh karena itu, Ketetapan Tata Usaha Negara yang
sudah dikeluarkan itu pada dasarnya tidak untuk dicabut kembali, sampai dibuktikan
sebaliknya oleh hakim di pengadilan.
Referensi
http://www.edipranoto.com/2011/05/sanksi-hukum-administrasi.html
http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2014/30TAHUN2014UU.HTM
Heruman Jayadi SH., MH. Dosen Hukum Administrasi Negara Universitas Mataram
http://www.edipranoto.com/2011/05/sanksi-hukum-administrasi.html
http://sidqioe.blogspot.co.id/2014/06/sanksi-hukum-administrasinegara.html#sthash.7LfPeatO.dpuf
Komentar
Postingan populer dari blog ini
PRESENTASI SANKSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
Mei 16, 2017
Dalam pemenuhan Tugas Kuliah, Mengerjakan Makalah dengan baik dan cepat belum
tentu meraih nilai yang maksimal, tentu hal yang penting untuk melengkapinya adalah
presetasi,
Berikut Contoh Presentasi Hukum Administrasi Negara mengenai ''SANKSI SANKSI
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA''
BACA SELENGKAPNYA
Diberdayakan oleh Blogger
Gambar tema oleh Michael Elkan
RAMA DHAN
KUNJUNGI PROFIL
Arsip
Laporkan Penyalahgunaan
SANKSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
MAKALAH SANKSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
Mei 16, 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
‘‘Dalam negara hukum, penyelenggaraan tugas pemerintahan dan kenegaraan
terdapat aturan hukum tertulis dalam konstitusi atau peraturan-peraturan yang
terhimpun dalam Hukum Tata Negara.
Namun, HTN tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan secara efektif untuk
menyelenggarakan persoalan-persoalan yang bersifat teknis sehingga membutuhkan
hukum lain yang bersifat teknis yaitu Hukum Administrasi Negara.
Didalam Hukum Administrasi Negara, Mengatur tantang Sanksi-sanksi sebagai salah
satu kewenangan Administrasi Negara (pemerintah) dan sebagai alat penegakan
Hukum Administrasi Negara.
Sehingga penting bagi kita mempelajari Sanksi Hukum Administrasi Negara, untuk
dapat memahami macam-macam sanksi dan pengenaan sanksinya, Demi
Pemerintahan yang baik berdasarkan Keadilan Pancasila dan Undang-undang Dasar
1945.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sanksi Hukum Administrasi Negara
Sanksi dalam Hukum Administrasi yaitu “alat kekekuasaan yang bersifat hukum
public yang dapat digunakan oleh pemerintah sebagai reaksi atas ketidakpatuhan
terhadap kewajiban yang terdapat dalam norma hukum administrasi Negara.”
Berdasarkan definisi ini tampak ada empat unsur sanksi dalam hukum administrasi
Negara, yaitu alat kekuasaan (machtmiddelen), bersifat hukum publik
(publiekrechtlijke), digunakan oleh pemerintah (overheid), sebagai reaksi atas
ketidakpatuhan (reactive op niet-naleving).
Sedangkan, menurut para ahli ada beberapa pengertian sanksi administrasi
Negara, antara lain :
J.B.J.M. ten Berge : Sanksi merupakan inti dari penegakan hukum administrasi.
Sanksi diperlukan untuk menjamin penegakan hukum administrasi.
P de Haan dkk : Dalam HAN, penggunaan sanksi administrasi merupakan
penerapan kewenangan pemerintahan, di mana kewenangan ini berasal dari aturan
hukum administrasi tertulis dan tidak tertulis.
J.J. Oosternbrink : Sanksi administratif adalah sanksi yang muncul dari hubungan
antara pemerintah – warga negara dan yang dilaksanakan tanpa perantara pihak ketiga
(kekuasaan peradilan), tetapi dapat secara langsung dilaksanakan oleh administrasi
sendiri.
B.
Unsur-Unsur Sanksi Hukum Administrasi Negara
Alat Kekuasaan (machtmiddelen)
Bersifat Hukum Publik (publiekrechtelijke)
Digunakan oleh Pemerintah (overheid)
Sebagai Reaksi atas Ketidakpatuhan (reactie op niet-neleving)
C. Tujuan Sanksi Hukum Administrasi Negara
‘’Tujuan Sanksi Administrasi adalah
Diantaranya, menurut :
J.B.J.M. ten Berge, ”Tujuannya adalah untuk menegakan hukum administrasi. Sanksi
diperlukan untuk menjamin penegakan hukum administrasi” .
P de Haan dkk, ”Tujuannya adalah untuk Penerapan kewenangan pemerintahan, di
mana kewenangan ini berasal dari aturan hukum administrasi tertulis dan tidak tertulis.
D. Subjek dan Objek Sanksi Hukum Administrasi Negara
‘’Subjek Sanksi Hukum Administrasi Negara Adalah
Adalah setiap Pejabat atau Lembaga Negara yang melanggar ketentuan perundangundangan dalam menjalankan tugas serta wewenangnya, dan setiap orang atau warga
Negara yang mempunyai hubungan hukum dengan pemerintah, dimana orang atau
warga Negara tersebut tidak menjalankan suatu perbuatan berdasarkan peraturan
perundang-undangn yang dikeluarkan oleh pemerintah.
‘’Objek Sanksi Hukum Administrasi Negara
Adalah Setiap perbuatan Pelanggaran terhadap Peraturan perundang-undangan yang
dilakukan oleh Orang-orang tertentu (yang mempunyai kepentingan)
E. Jenis Sanksi Hukum Administrasi Negara
‘’Jenis Sanksi Administrasi dari segi sasarannya yaitu :
Sanksi Reparatoir (Reparatoir Sancties)
‘’Artinya sanksi yang diterapkan sebagai reaksi atas pelanggaran norma, yang
ditujukan untuk mengembalikan pada kondisi semula sebelum terjadinya pelanggaran,
misalnya bestuursdwang, dwangsom).
Sanksi Punitif (Punitieve Sancties)
‘’Artinya sanksi yang ditujukan untuk memberikan hukuman pada seseorang,
misalnya adalah berupa denda administrative.
Sanksi Regresif
’’Artinya sanksi yang diterapkan sebagai reaksi atas ketidak patuhan terhadap
ketentuan yang terdapat pada ketetapan yang diterbitkan.
‘’Jenis Sanksi Admininistrasi Menurut Pasal 80 Undang-Undang No 30 Tahun
2014
a) Sanksi Administratif Ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (1)
berupa:
Teguran lisan;
Teguran tertulis; atau
Penundaan kenaikan pangkat, golongan, dan/atau hak-hak jabatan.
Contoh Tindakan atau perbuatan yang dapat dikenakan sanksi Administratif
Ringan :
‘’Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam menggunakan Wewenang tidak
berdasarkan pada Peraturan Perundang-undangan; dan AUPB’’. Artinya (Melanggar
Ketentuan Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Admininistrasi Pemerintahan)
b) Sanksi Administratif Sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (2)
berupa:
Pembayaran uang paksa dan/atau ganti rugi;
Pemberhentian sementara dengan memperoleh hak - hak jabatan; atau
Pemberhentian sementara tanpa memperoleh hak-hak jabatan.
Contoh Tindakan atau perbuatan yang dapat dikenakan Sanksi Administratif
Sedang :
‘’Penggunaan Diskresi yang tidak memiliki sebab dan persetujuan dari atasan pejabat.
Artinya ‘’Melanggar Ketentuan pasal 25 ayat (1) Undang-undang Administrasi
Pemerintahan yang berbunyi :
‘’Setiap Penggunaan Diskresi yang berpotensi mengubah alokasi anggaran wajib
memperoleh persetujuan dari Atasan Pejabat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c) Sanksi Administratif Berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (3)
berupa:
Pemberhentian tetap dengan memperoleh hak-hak keuangan dan fasilitas lainnya;
Pemberhentian tetap tanpa memperoleh hak-hak keuangan dan fasilitas lainnya;
Pemberhentian tetap dengan memperoleh hak-hak keuangan dan fasilitas lainnya serta
dipublikasikan di media massa; atau
Pemberhentian tetap tanpa memperoleh hak-hak keuangan dan fasilitas lainnya serta
dipublikasikan di media massa.
Contoh Tindakan atau perbuatan yang dapat dikenakan Sanksi Administratif
Berat :
Adalah setiap tindakan Administrasi Negara atau Pemerintah ‘yang dapat
menimbulkan kerugian pada keuangan negara, perekonomian nasional, dan/atau
merusak lingkungan hidup dikenai sanksi administratif berat. Artinya melanggar
ketentuan pasal 17 dan 42 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undng Nomor 30 Tahun 2014.
d) Sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penjatuhan sanksi (Pasal 82 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014) :
Ayat (1) dilakukan oleh :
Atasan Pejabat yang menetapkan Keputusan;
Kepala daerah apabila Keputusan ditetapkan oleh pejabat daerah;
Menteri/pimpinan lembaga apabila Keputusan ditetapkan oleh pejabat di lingkungannya;
dan
Presiden apabila Keputusan ditetapkan oleh para menteri/pimpinan lembaga.
Ayat (2) dilakukan oleh :
Gubernur apabila Keputusan ditetapkan oleh Bupati/Walikota; dan
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri
Keputusan ditetapkan oleh gubernur.
apabila
Pemahaman mengenai Penjatuhan Sanksi (Pasal 83 Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2014) :
Sanksi administratif ringan, sedang atau berat dijatuhkan dengan mempertimbangkan
unsur proporsional dan keadilan.
Sanksi administratif ringan dapat dijatuhkan secara langsung, sedangkan sanksi
administratif sedang atau berat hanya dapat dijatuhkan setelah melalui proses
pemeriksaan internal.
F. Macam - Macam Sanksi Hukum Administrasi Negara
Diantaranya :
Paksaan Pemerintahan (Bestuursdwang)
‘'Paksaan pemerintahan merupakan tindakan nyata yang dilakukan organ
pemerintah atau atas nama pemerintah untuk memindahkan, mengosongkan,
menghalang-halangi, memperbaiki pada keadaan semula apa yang telah dilakukan
atau sedang dilakukan yang bertentangan dengan kewajiban-kewajiban yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.
Contoh Undang-Undang Nomor 51 Prp Tahun 1961 tentang Larangan Pemakaian
Tanah Tanpa ijin yang Berhak atau Kuasanya. Bestuursdwang merupakan Kewenangan
Bebas, artinya pemerintah diberi kebebasan untuk mempertimbangkan menurut
inisiatifnya sendiri apakah menggunakan bestuursdwang atau tidak atau bahkan
menerapkan sanksi yang lainnya.
Paksaan pemerintahan harus memperhatikan ketentuan Hukum yang berlaku baik
Hukum tertulis maupun tidak tertulis, yaitu asas-asas pemerintahan yang layak seperti
asas kecermatan, asas keseimbangan, asas kepastian hukum dan lain-lain.. Contoh
Pelanggaran yang tidak bersifat substansial seorang mendirikan rumah tinggal di
daerah pemukiman, tanpa IMB.
Pemerintah tidak sepatutnya langsung menggunakan paksaan pemerintahan, dengan
membongkar rumah tersebut, karena masih dapat dilakukan legalisasi, dengan cara
memerintahkan kepada pemilik rumah untuk mengurus IMB. Jika perintah mengurus
IMB tidak dilaksanakan maka pemerintah dapat menerapkan bestuursdwang, yaitu
pembongkaran.
Contoh Pelanggaran yang bersifat substansial, misalkan pada pengusaha yang
membangun industri di daerah pemukiman penduduk, yang berarti mendirikan
bangunan tidak sesuai dengan RT/RW yang ditetapkan pemerintah, maka pemerintah
dapat langsung menerapkan bestuursdwang.
Peringatan yang mendahului Bestuursdwang, hal ini dapat dilihat pada pelaksanaan
bestuursdwang di mana wajib didahului dengan suatu peringatan tertulis, yang
dituangkan dalam bentuk Ketetapan Tata Usaha Negara.
Isi peringatan tertulis ini biasanya meliputi hal-hal sebagai berikut, Peringatan harus
definitif, Organ yang berwenang harus disebut, Peringatan harus ditujukan kepada
orang yang tepat, Ketentuan yang dilanggar jelas,
Pelanggaran nyata harus digambarkan dengan jelas, Memuat penentuan jangka waktu,
Pemberian beban jelas dan seimbang, Pemberian beban tanpa syarat, Beban
mengandung pemberian alasannya, Peringatan memuat berita tentang pembebanan
biaya.
Penarikan kembali keputusan (ketetapan) yang menguntungkan
‘’Penarikan kembali Ketetapan Tata Usaha Negara yang menguntungkan dilakukan
dengan mengeluarkan suatu ketetapan baru yang isinya menarik kembali dan/atau
menyatakan tidak berlaku lagi ketetapan yang terdahulu.
Ini diterapkan dalam hal jika terjadi pelanggaran terhadap peraturan atau syarat-syarat
yang dilekatkan pada penetapan tertulis yang telah diberikan, juga dapat terjadi
pelanggaran undang-undang yang berkaitan dengan izin yang dipegang oleh si
pelanggar.
Penarikan kembali ketetapan ini menimbulkan persoalan yuridis, karena di dalam HAN
terdapat asas het vermoeden van rechtmatigheid atau presumtio justea causa, yaitu
bahwa pada asasnya setiap ketetapan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara dianggap benar menurut hukum. Oleh karena itu, Ketetapan Tata Usaha
Negara yang sudah dikeluarkan itu pada dasarnya tidak untuk dicabut kembali, sampai
dibuktikan sebaliknya oleh hakim di pengadilan.
Kaidah HAN memberikan kemungkinan untuk mencabut Ketetapan Tata Usaha Negara
yang menguntungkan sebagai akibat dari kesalahan si penerima Ketetapan Tata Usaha
Negara sehingga pencabutannya merupakan sanksi baginya.
Sebab-sebab Pencabutan Ketetapan Tata Usaha Negara sebagai Sanksi ini terjadi
melingkupi jika, yang berkepentingan tidak mematuhi pembatasan-pembatasan, syaratsyarat atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang dikaitkan pada izin, subsidi,
atau pembayaran.
Jika yang berkepentingan pada waktu mengajukan permohonan untuk mendapat izin,
subsidi, atau pembayaran telah memberikan data yang sedemikian tidak benar atau
tidak lengkap, hingga apabila data itu diberikan secara benar atau lengkap, maka
keputusan akan berlainan misalnya penolakan izin.
Pengenaan Uang Paksa (Dwangsom)
‘’N.E. Algra, mempunyai pendapat tentang pengenaan uang paksa ini, menurutnya,
bahwa uang paksa sebagai hukuman atau denda, jumlahnya berdasarkan syarat dalam
perjanjian, yang harus dibayar karena tidak menunaikan, tidak sempurna melaksanakan
atau tidak sesuai waktu yang ditentukan, dalam hal ini berbeda dengan biaya ganti
kerugian, kerusakan, dan pembayaran bunga.
Menurut hukum administrasi, pengenaan uang paksa ini dapat dikenakan kepada
seseorang atau warga negara yang tidak mematuhi atau melanggar ketentuan yang
ditetapkan oleh pemerintah sebagai alternatif dari tindakan paksaan pemerintahan
Pengenaan Denda Administratif
‘’Pendapat P de Haan DKK menyatakan bahwa, terdapat perbedaan dalam hal
pengenaan denda administratif ini, yaitu bahwa berbeda dengan pengenaan uang
paksa yang ditujukan untuk mendapatkan situasi konkret yang sesuai dengan norma,
denda administrasi tidak lebih dari sekedar reaksi terhadap pelanggaran norma, yang
ditujukan untuk menambah hukuman yang pasti. Dalam pengenaan sanksi ini
pemerintah harus tetap memperhatikan asas-asas hukum administrasi, baik tertulis
maupun tidak tertulis.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
‘’Didalam Pengenaan Sanksi Administrasi Negara, Tidak Perlu menggunakan
peratara pihak ketiga (dalam hal ini hakim/pengadilan), karena sanksi merupakan
Keputusan Tata Usaha Negara yang bersifat Concriet, Individual dan Final, artinya
dapat langsung dieksekusi atau dilaksanakan penegakan hukumnya tanpa ada rujukan
lebih lanjut berdasarkan Undang-Undang dan Asas Umum Pemerintahan yang Baik
Dengan kata lan Perumusan dan penetapan sanksi harus dilihat sesuai dengan undang
undang tertentu yang berkaitan dengan Perbuatan atau tindakan yang dilakukan.
Mengenai Asas het vermoeden van rechtmatigheid atau presumtio justea causa, yaitu
bahwa setiap ketetapan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
dianggap benar menurut hukum. Oleh karena itu, Ketetapan Tata Usaha Negara yang
sudah dikeluarkan itu pada dasarnya tidak untuk dicabut kembali, sampai dibuktikan
sebaliknya oleh hakim di pengadilan.
Referensi
http://www.edipranoto.com/2011/05/sanksi-hukum-administrasi.html
http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2014/30TAHUN2014UU.HTM
Heruman Jayadi SH., MH. Dosen Hukum Administrasi Negara Universitas Mataram
http://www.edipranoto.com/2011/05/sanksi-hukum-administrasi.html
http://sidqioe.blogspot.co.id/2014/06/sanksi-hukum-administrasinegara.html#sthash.7LfPeatO.dpuf
Komentar
Postingan populer dari blog ini
PRESENTASI SANKSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
Mei 16, 2017
Dalam pemenuhan Tugas Kuliah, Mengerjakan Makalah dengan baik dan cepat belum
tentu meraih nilai yang maksimal, tentu hal yang penting untuk melengkapinya adalah
presetasi,
Berikut Contoh Presentasi Hukum Administrasi Negara mengenai ''SANKSI SANKSI
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA''
BACA SELENGKAPNYA
Diberdayakan oleh Blogger
Gambar tema oleh Michael Elkan
RAMA DHAN
KUNJUNGI PROFIL
Arsip
Laporkan Penyalahgunaan
SANKSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA