Perumahan Muslim dan Politik Ruang di Yogyakarta | Arifin | Jurnal Pemikiran Sosiologi 23627 46290 1 SM

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 1, Januari 2017

Perumahan Muslim dan Politik Ruang di
Yogyakarta
Oleh:
Kamil Alfi Arifin1

Abstrak
Dalam beberapa tahun terakhir hingga kini,
telah banyak berdiri perumahan Muslim di
Yogyakarta. Beberapa area yang meliputi
wilayah di beberapa kabupaten seperti
Sleman, Bantul, Gunungkidul dan Kulon
Progo telah menjadi target para developer.
Pembangunan perumahan Muslim bukan
semata-mata
merupakan
proyek
berorientasi
bisnis,
melainkan

juga
didorong dan dipengaruhi oleh nilai-nilai
ideologis dan agama. Kajian ini ditujukan
untuk menganalisis produksi ruang yang
berlangsung
dalam
pembangunan
perumahan
Muslim
dan
hubungan
ekonomi-politik yang dapat dijumpai
melalui kepentingan antara pihak developer
dan elit kelompok-kelompok Islam yang
terlibat dalam proses produksi spasial
untuk perumahan Muslim tersebut. Lebih
lanjut, kajian ini menunjukkan adanya suatu
konspirasi yang juga melatarbelakangi
proyek yang dikelola oleh pihak developer
dan elit kelompok-kelompok Islam tertentu.

Kata kunci: perumahan Muslim, produksi
ruang, kepentingan ekonomi-politik, elit
Muslim

study aims to analyze the space production
of Muslim housing in Yogyakarta and the
economic-political relationship which can
be found in the interests between the
developers and the )slamic groups elites
involved in the process of spatial
production in the development of Muslim
housings. Indeed, the study also shows that
there is a conspiracy lies behind the project
managed by the developers and the elites of
particular Islamic groups.
Keywords: Muslim housing, the production
of space, Muslim elite

Pendahuluan
Dalam waktu beberapa tahun terakhir

sampai saat ini, di Yogyakarta dipenuhi
dengan perumahan-perumahan berlabelkan
agama. Terutama yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah perumahan muslim.2
Merebaknya

perumahan-perumahan

muslim di Yogyakarta memang merupakan
fenomena

empiris

yang

aktual,

dan

nampaknya, akan terus berlangsung selama

beberapa tahun ke depan. Terbukti, jika
menyempatkan diri berkeliling menyusuri
pelbagai tempat di Yogyakarta atau cukup

Abstract
In the last few years to date, lots of Muslim
housings have been built in Yogyakarta.
There are several areas of the new Muslim
housing which covers the regencies such as
Sleman, Bantul, Gunungkidul and Kulon
Progo as the targets of several developers.
The Muslim housing development is not
merely a business-oriented project, rather
this development is also driven and guided
by ideological and religious values. The

1

Kamil Alfi Arifin adalah alumnus Sekolah
Pascasarjana Kajian Budaya dan Media

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

dengan hanya berselancar di dunia maya,
tidak

akan

sulit

untuk

menemukan

perumahan-perumahan muslim—baik yang
sudah dibangun dan ditempati, atau masih
baru ditawarkan dalam bentuk produk
properti

dalam


brosur-brosur

maupun

situs-situs perumahan di internet.

2

Ide awal penelitian ini pernah diterbitkan di
Majalah Basis, edisi Nomor 01-02, Tahun Ke 65,
2016.

42

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 1, Januari 2017
Kamil Alfi Arifin
Perumahan Muslim dan Politik Ruang di Yogyakarta

Penulis


melakukan

pemetaan

awal

dan

untuk

(preliminary

umum

pengamatan
kajian

memberikan
atas


penjelasan

munculnya

secara

perumahan-

research) terkait perumahan-perumahan

perumahan muslim itu, barangkali perlu

muslim

lingkup

melihat kembali ke dalam konteks pada

Yogyakarta.


kisaran antara tahun 1970 sampai 1980an.

berdasarkan

kabupaten

yang

Tujuannya

untuk

empat

ada

di

menunjukkan


fakta

Pada tahun 1970an, terdapat kondisi-

bahwa perumahan-perumahan muslim di

kondisi

Yogyakarta

memang

Dari

perumahan yang kemudian banyak diikuti

pengamatan

dan


tersebut,

oleh munculnya proyek-proyek perumahan

didapatkan

seluruh

merebak.

pemetaan

yang

mendorong

program

di

yang dikelola oleh swasta. Kondisi-kondisi

Yogyakarta (Bantul, Sleman, Kulon Progo

ini adalah konsekuensi logis dari kebijakan

dan Gunung Kidul) dijadikan lokus dari

pembangunan nasional pemerintah yang

proyek

memusatkan

kabupaten

penggarapan

perumahan-

pada

pertumbuhan

perumahan muslim oleh para pengembang

pencapaian

(developer). Di Bantul saja misalnya, untuk

Tjahjono, dkk, 2012: 131). Pertengahan

menyebut

ada

tahun 1980an, deregulasi ekonomi3 juga

Sedayu , perumahan

semakin memberikan peluang yang cukup

Nirwana Residence , perumahan

besar kepada swasta atau pengembang

beberapa

perumahan Muslim
Muslim
Muslim
Muslim

Baitus

diantaranya,

Sakinah ,

perumahan

Madina Residence Yogyakarta ,

perumahan Muslim

Griya Baiturahman

dan perumahan Muslim Puri Sakinah

ekonomi

(developer)

(Siregar

dan

non-pemerintah

dalam

untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat akan
perumahan.

Lantas

para

pengembang

. Di

kemudian mulai melakukan upaya-upaya

Kabupaten Sleman, ada perumahan Muslim

akrobatik dengan inovasi-inovasi berbagai

Darussalam , perumahan Muslim Djogja

macam

konsep

perumahan

yang

Village , dan perumahan Muslim Villa Green

dikembangkan untuk menarik minat dan

Madani . Sedangkan di Kulon Progo, ada

perhatian

perumahan

Muslim

Griya

Nadhifa .

Sementara di Gunung Kidul, ada perumahan
Muslim

De Afifa Residence , perumahan

Muslim

Rahmani Green Resident , serta

masih banyak yang lainnya.

mengenai kapan sebenarnya perumahanmuslim

tersebut

muncul konsep

konsumen4.

Misalnya,

perumahan hijau , yang

tidak hanya menekankan pada kenyamanan
dan kemegahan hunian semata, melainkan
juga keasrian dan kesegaran alam. Tidak
3

Sulit untuk memastikan secara spesifik

perumahan

para

muncul

pertama kalinya di Yogyakarta. Hanya saja,

Mengenai
kebijaksanaan-kebijaksanaan
deregulasi ekonomi ini, lebih lengkap silahkan
lihat dalam CST Kansil Paket Kebijakan
Deregulasi
, Karyasastra Tridarma, Jakarta:
1989.
4 Lihat dan pelajari artikel Farabi Faqih Rumah
)ndonesia )ndah dalam situs www.
karbonjournal.org.

43

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 1, Januari 2017
Kamil Alfi Arifin
Perumahan Muslim dan Politik Ruang di Yogyakarta

hanya

itu,

para

memasukkan

pengembang

konsep

nilai-nilai

juga

1990an, akomodasi penguasa terhadap

agama

Islam berada pada titik puncaknya (Maliki,

(Islam) ke dalam persaingan bisnis properti

2010:

perumahan. Dimasukkannya konsep agama

mencatat pergeseran politik ini sebagai

ke

Islamic turn in Indonesia6. Martin van

dalam

bisnis

properti

perumahan

298).

William

Liddle

bahkan

tersebut, diperkirakan mulai muncul pada

Bruinessen

mengganggapnya

sekitar tahun 1990an, terlebih di Jakarta

pembalikan

dramatis

dan beberapa kota besar lainnya (Lasman,

kebijakan

2007: 2). Tak mengherankan, pada waktu

(Bruinessen, 2013: 223). Robert Hefner

itu, arus kesadaran Islam kultural dan

menyebutnya

politik minimal, tetapi dalam level dan

Fachry Ali dalam pidato politik akhir

tataran simbolik mengalami peningkatan

tahunnya

yang pesat (Ibrahim dalam Latif, 2007).
Islamisasi merebak di berbagai bidang dan

menyebutnya

aspek kehidupan di masyarakat (Ricklefs,

tidak resmi penyatuan )slam dan negara
(dalam

2012: 453; Turmudi, 2014: 6; Baso, 2002:

pengamat lain, menggambarkan fenomena

20). Menguatnya proses islamisasi ini, tak
bisa dilepaskan dari konteks politik yang

ini sebagai era bulan madu antara )slam

melingkupinya. Semua bermula dari sebuah

mulai bangkit dari tiarap panjang, dari

pergeseran politik penguasa Orde Baru

pengucilan struktural, dari keterpinggiran,

terhadap Islam. Jika sebelumnya, negara di

dan mulai mendapatkan akses yang besar

bawah

dalam

rezim

political

Orde

Baru

scape-goating

menerapkan

di

Baru

sebagai

LIPI

Husaini,

1995:

sebelumnya

regimist

pada

sebagai

kebijakan-

Islam7.

tahun

1994

institusionalisasi
90).

Sebagian

dan pemerintah (Afandi, 1997: 3). Islam

pemerintahan

serta

memiliki

penuh

keberanian mengartikulasikan identitasnya,

kebencian terhadap Islam5. Namun, pada

kesadaran relijiusitasnya di ranah publik

akhir

mulai

(Schmidt, 2012: 384; Assyaukanie, 2009:

tampak merangkul hampir seluruh elemen

177; Hasbullah, 2012: 49). Suatu hal yang

umat Islam. Islam mulai diakomodasi oleh

sebelumnya betul-betul tak dapat dan

penguasa sejak saat itu. Pada awal tahun

mustahil dilakukan. Perumahan muslim

tahun

1980an,

yang

Orde

dari

sebagai

penguasa

merupakan salah satu wujud ekspresi dan
5

Mengenai hubungan yang sublim antara Islam
dan negara, terutama bagaimana represi yang
dilakukan negara terhadap Islam pada masa
Orde Baru, bisa dilihat dalam Robert Pringle
Understanding )slam in )ndonesia: Politics and
Diversity pada bagian The Suharto Era: )slam
Repressed, )slam Resurgent , Singapore, EDM.
Lihat juga dalam Noorhaidi Hasan Laskar Jihad:
Islam, Militansi, dan Pencarian Identitas di
Indonesia Pasca-Orde Baru , Jakarta, LP3ES dan
KITLV, hal 45.

6

Untuk membaca lebih jauh analisa William
Liddle, lihat artikelnya berjudul The )slamic
Turn in )ndonesia: A Political Explanation dalam
The Journal of Asian Studies No 3 Volume 55
tahun 1996.
7 Pemahaman lebih detail, lihat Robert Hefner,
dalam
Civic
)slam:
Muslim
and
Democratizationin
)ndonesia ,
Princeton
University Press, 2000, terutama bagian dalam
hal 128-43.

44

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 1, Januari 2017
Kamil Alfi Arifin
Perumahan Muslim dan Politik Ruang di Yogyakarta

artikulasi identitas Islam, khususnya setelah

sekedar bisnis dan profit, tentu perumahan-

akomodasi

perumahan

identitas

keislaman

ini

muslim

diproduksi

karena

diwujudkan dalam produk-produk kultural

menganggap prospek pasar yang bagus.

yang dimanfaatkan seluas-luasnya oleh para

Mengingat jumlah kelas menengah muslim9,

kapitalis8

(developer/pengembang

termasuk di Yogyakarta, cukup besar.

perumahan) untuk mereguk profit dan

Meskipun dari pengamatan awal yang

keuntungan-keuntungan

penulis lakukan, ada beberapa proyek

material

yang

perumahan muslim di Yogyakarta (untuk

sebesar-besarnya.
Mencermati

fenomena

merebaknya

muncul

dan

perumahan-perumahan

muslim di Yogyakarta, secara teoretis kita
menemukan dua hal, apa yang oleh Ronald
Lukens-Bull (dalam Kittiarsa, 2008: 220)
disebut

sebagai

ideologization

of

commodities (religification of commodities)
dan commoditization of ideologies. Dua
konsep yang mengacu pada proses-proses
yang menyambungkan dan melekatkan
(embodiment)

nilai-nilai,

ideologi

suatu

pada

proses-proses
ideologi

yang

tersebut

ide-ide

dan

komoditas,

serta

menjadikan

yang

menjadi

sekedar

komoditas itu sendiri. Dalam konteks
perumahan muslim, kita melihat bagaimana
para pengembang (developer) memasukkan
dan melekatkan konsep agama (Islam) ke
dalam komoditas properti perumahan. Bagi
para

pengembang

yang

orientasinya

tidak mengatakan sebagian besar) yang
dibangun bukan semata-mata karena tujuan
mencari keuntungan material, melainkan
juga digerakkan dan dipandu oleh hal-hal
yang sifatnya ideologis-keagamaan, baik
dari sisi pengembang sendiri maupun
konseptor perumahan-perumahan muslim
yang terlibat di Yogyakarta. Konseptor yang
penulis maksud adalah orang-orang yang
merumuskan konsep perumahan muslim
dan

membangun

pengembang
perumahan

relasi

dalam
muslim

yang

kerja

dengan

merealisasikan
dikonsepnya.

Konseptor perumahan muslim ini, penulis
sebut sebagai elit kelompok )slam . Disebut
demikian,

sebab

konseptor

mendaku

membawa muatan dakwah agama dalam

proses produksi perumahan muslim yang
mereka lakukan. Pada titik ini, penulis
menemukan adanya dominasi kekuatan
9

8

Menurut Yoshihara Kunio dalam bukunya yang
cukup terkenal “The rise of Ersazt capitalism in
Southeast Asia”, dalam negara-negara sedang
berkembang, istilah “kapitalis” memiliki konotasi
yang buruk dan negatif. Istilah ini kemudian diganti
dengan istilah yang terdengar lebih netral seperti
“elit bisnis” dan “wirausahawan”. Lihat Yoshihara
Kunio, “Kapitalisme Semu Asia Tenggara”,
diterjemahkan oleh A. Setiawan Abadi, LP3ES,
Jakarta, 1990: 1

Menurut banyak ilmuwan sosial, seperti Hefner,
Kuntowijoyo, Arif Budiman, dll, kelas menengah
di Indonesia muncul secara fenomenal pada tahun
1980-1990-an, termasuk kelas menengah muslim di
dalamnya. Yang menarik, dalam konteks Indonesia,
kemunculan lapisan masyarakat baru ini nyaris
bersamaan dengan meningkatnya semangat
kembali pada agama. Lihat Moeflich Hasbullah
dalam “Sejarah Sosial Intelektual Islam di
Indonesia”, Penerbit Pustaka Setia, Bandung,
2014: 94-96.

45

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 1, Januari 2017
Kamil Alfi Arifin
Perumahan Muslim dan Politik Ruang di Yogyakarta

kapitalis

(developer/pengembang

bagaimana produksi ruang secara spasial

perumahan) dan elit kelompok Islam yang

dan

bersekongkol

pembangunan

dalam

memproduksi

perumahan muslim di Yogyakarta.
Fenomena

merebaknya

bukan

perumahan-

hanya

sosial

berlangsung

dalam

perumahan-perumahan

muslim di Yogyakarta? kedua, bagaimana

perumahan muslim di Yogyakarta, bagi
penulis,

secara

persoalan

komodifikasi agamanya yang penting dikaji

relasi dan kepentingan ekonomi politik dari
pengembang dan elit kelompok Islam yang
terlibat dalam pembangunan perumahanperumahan muslim di Yogyakarta tersebut?

dan dipersoalkan. Yang tidak kalah menarik,
juga persoalan tarik menarik kepentingan
ideologis

tertentu

bermain

di

yang

dalamnya.

kemungkinan

Metodologi dan
Produksi Ruang

Kerangka

Analisis

Mengingat
muslim

Penelitian ini menggunakan pendekatan

merupakan sebuah ruang (sosial). Dalam

kualitatif. Menurut Audifax, salah satu

teori-teori

karakteristik

representasi

atas

perumahan

ruang

yang

dirumuskan

penting

dari

pendekatan

beberapa ilmuwan sosial kritis, ruang selalu

kualitatif bertujuan untuk mengkonstruksi

diyakini sebagai hasil dari konstruksi sosial,

makna

dari relasi-relasi sosial yang dinamis dan
terus berubah dan selalu bertaut dengan

mensyaratkan peneliti untuk hadir dan

pertanyaan

dan

pendekatan kuantitatif yang salah satu

simbolisme (Shields, 2006: 148; Barker,

karakteristik utamanya adalah bertujuan

2008: 309). Ruang dengan manusia itu

untuk

selalu berdialog (Ajidarma, 2008: 229).

menekankan pada prinsip bebas nilai

Bahkan bagi Henri Lefebvre, salah seorang

(Audifax, 2008: 57). Mekanisme kerja dalam

teoretikus neo-Marxian terkemuka, ruang

penelitian

bukan hanya sekedar sesuatu yang dapat

menginterpretasi

dikonsumsi semata, tetapi ruang juga

produksi ruang yang berlangsung dalam

dijadikan alat kekuasaan untuk meraih

pembangunan

kendali atas ruang yang semakin besar oleh

muslim di Yogyakarta, serta menganalisis

kelas-kelas yang berkuasa (Lefebvre, 1991:

bagaimana

26-27). Dalam praktik dominasi atas ruang,

ekonomi-politik dari pengembang dan elit

hampir selalu pasti akan selalu terjadi

kelompok Islam terlibat dalam proses

peminggiran. Berangkat dari argumentasi

tersebut.

dan pemaparan yang cukup panjang di atas,

Untuk memahami produksi ruang dalam

penulis tertarik untuk mengkaji; pertama,

mengkaji

seputar

kekuasaan

budaya,

dan

nilainya

yang

terlibat . Berkebalikan dan kontras dengan
mengukur

ini

fakta

adalah

objektif

dan

mendeskripsikan,

dan

menganalisis

perumahan-perumahan

relasi

dan

pembangunan

kepentingan

perumahan46

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 1, Januari 2017
Kamil Alfi Arifin
Perumahan Muslim dan Politik Ruang di Yogyakarta

perumahan muslim sebagai produk sosial,

Menurut Lefebvre, ruang sebagai produk

kajian ini bertolak dari tesis penting Henri

sosial, diproduksi melalui momen-momen

Lefebvre terutama yang dijabarkan dalam

produksi ruang. Terkait hal ini, Lefebvre

The

merujuk pada tiga konsep yang kerap

Production of Space . Tesis penting Lefebvre

disebut dengan konsep triadik/tripartit

dalam karya monumentalnya ini, adalah

yaitu: praktik spasial (spatial practice),

pandangannya yang menempatkan ruang

representasi ruang (representation of space)

sebagai produk sosial (Lefebvre, 1991: 22-

dan

27). Pemahaman mengenai ruang semacam

representational) (Lefebvre, 1991: 38-39).

ini memang agak berbeda, atau sama sekali

Ketiganya ini merupakan satu kesatuan

lain, bila dibandingkan dengan pemahaman

yang saling terkait, tak dapat dipisahkan

lama

dalam

satu sama lain, dan bersifat determinan—

pemahaman konvensional, ruang selalu

digunakan Lefebvre untuk menjelaskan

dianggap dan dibayangkan sebagai realitas

secara canggih bagaimana ruang diproduksi

material yang independen atau swadiri

dan direproduksi secara terus menerus

(space in it self). Menurut Lefebvre, malah

dalam keseharian (everyday life). Dengan

sebaliknya, produksi ruang itu selalu terikat

menggunakan

pada realitas sosial yang melingkupinya.

Lefebvre, bagian ini berupaya melihat dan

Ruang tak pernah mampu mengadakan

sekaligus

karya magnum opusnya berjudul

mengenai

dirinya sendiri

ruang.

Jika

atau mewujud secara

ruang

Yogyakarta

ruang seperti ini, bukan tidak memiliki

direproduksi.

bersifat politis . Ya, ruang, kata Lefebvre,

seringkali kemudian seperti alat berpikir
dan bertindak. Ruang mampu mengarahkan
orang untuk berpikir dan bertindak dalam
hidup

kesehariannya,

karena

ruang

memang dimaksudkan untuk kepentingan
kontrol dan dominasi. Ruang bukan sebuah
kotak yang steril dan netral, melainkan, ia

selalu

merupakan

sesuatu

yang

tak

sederhana dan selalu bertaut erat dengan
persoalan kekuasaan .

konsep

tersebut

(space

of

triadik/tripartit

menjawab

perumahan-perumahan

alamiah. Pemahaman mengenai produksi

konsekuensi, dengan kata lain, ruang itu

representasional

bagaimana
muslim

di

diproduksi

dan

Konsep praktik spasial (spatial practice)
dalam kerangka berpikir Lefebvre merujuk
pada dimensi berbagai praktik, aktivitas
dan relasi sosial (Robet, 2014). Lefebvre
menegaskan bahwa hanya melalui relasi
sosio-historis dari sebuah dunia sosial,
ruang itu dapat diproduksi. Bagi Lefebvre,
praktik spasial juga dianggap sama dan
tidak dibedakan dengan praktik sosial
(Wilson, 2013: 367), yang memungkinkan
tercipta dan terbentuknya sebuah ruang.
Bertolak dari perspektif Lefebvre, tentu
terbentuknya

ruang

perumahan47

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 1, Januari 2017
Kamil Alfi Arifin
Perumahan Muslim dan Politik Ruang di Yogyakarta

perumahan muslim di Yogyakarta ini terikat

merubah Indonesia menjadi negara Islam,

dan tak bisa dilepaskan dari realitas sosial-

islamisasi

politik-ekonomi

dilakukan secara total (kaffah). Kelompok

terutama

yang

melingkupinya,

gelombang

masyarakat

akan

bisa

dan

Islam politik ini mewujudkan dirinya ke

kebangkitan Islam (islamic revival) dalam

dalam banyak strategi dan cara (Hasan,

panggung

2008: 18).

sejarah

islamisasi

di

Indonesia

moderen,

terutama pada tahun 1970-1980an hingga
berlanjut dan memuncak pada tahun-tahun
berikutnya, sampai saat ini.

Di tengah-tengah kehidupan masyarakat,
kelompok Islam politik dengan semangat
puritanisme ini, terus melakukan penetrasi

Dalam konteks politik pasca Orde Baru,

dan ekspansi tiada henti menyebarkan

banyak pihak menilai ekspansi kelompok

pengaruhnya,

Islam

Indonesia memang sedang kuat-kuatnya.

memperebutkan ruang negara sampai ke

Kelompok Islam politik ini memandang

mesjid terutama di kampus, perkantoran

Islam tidak sekedar agama, melainkan

dan lain sebagainya. Bahkan, perumahan-

sebagai ideologi politik atau sistem yang

perumahan muslim di Yogyakarta sebagai

komprehensif dan ideal untuk diterapkan

ruang (sosial), juga ditemukan banyak

dalam segala aspek kehidupan—baik itu

direbut dan dibangun oleh orang-orang

ekonomi, politik, sosial, seni dan lain

yang menjadi bagian dari kelompok ini.

sebagainya. Dalam pandangan keagamaan,

Penguasaan

mereka

kelompok Islam politik di titik sentrum

politik

dalam

begitu

lansekap

menekankan

untuk menghindari

politik

semangat

pencemaran

)slam

mulai

dari

ruang-ruang keseharian

eksistensi

ruang

kelas

upaya

seperti mesjid-

yang

menengah

dilakukan

tersebut

dari bentuk budaya-budaya lokal. Maklum,

menandai bahwa kelas menengah muslim

jika

banyak terinfiltrasi dan menjadi bagian dari

mereka

masyarakat

hendak

Islam

merekonstruksi

yang

oleh

kelompok Islam politik. Kelas menengah

ketaatan yang sangat tinggi pada syariah

muslim, pada gilirannya, kemudian menjadi

dan

semacam agen propagandis )slam politik

pemahaman

ditandai

keagamaan

yang
atau

berorientasi

pada

purifikasi

permurnian

Islam.

Sehingga

mewujudkan

hal

tersebut,

untuk
mereka

yang mempengaruhi praktik-praktik sosial
dan

praktik-praktik

meruang

mereka

sehari-hari. Inilah kiranya praktik spasial

memandang negara perlu direbut (Roy,

(yang

1994: 24). Negara Indonesia saat ini

dibedakan dengan praktik-praktik sosial),

dipandang sebagai negara yang masih

yang

sekuler, dan perlu diperjuangkan untuk

merebaknya

menjadi

muslim

negara

Islam.

Hanya

dengan

dalam

konsepsi

memungkinkan

di

Lefebvre

terbentuk

tak

dan

perumahan-perumahan
Yogyakarta

sebagai

ruang
48

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 1, Januari 2017
Kamil Alfi Arifin
Perumahan Muslim dan Politik Ruang di Yogyakarta

ini

Gapura Sitimulya Estate, dan perumahan

perumahan-

Muslim Darussalam 3, bisa dipandang tak

perumahan muslim di Yogyakarta memiliki

memiliki konsep yang sepenuhnya jelas.

afiliasi

Perumahan-perumahan

(sosial).

Terbukti,

penelitian

menemukan pengembang

dengan

dan

persekongkolan

kelompok

puritanisme

Islam

Islam

ideologis

di

dan

Yogyakarta hanya ditandai oleh tiga hal

bentuk-

berikut ini: perumahan tersebut dilabeli

politik

(mengenai

muslim

politik pengembang dan elit kelompok

sebagai

Islam tersebut, lebih jauh akan dibahas di

(beragama Islam), dan keberadaan mesjid

bagian berikutnya).

begitu diutamakan. Konsep perumahan

bentuk relasi dan kepentingan ekonomi-

Menurut

Lefebvre,

representasi

ruang

merupakan ruang normatif, ruang ideal,
ruang konseptual yang dirumuskan oleh

peruntukannya

perumahan
khusus

untuk

muslim ,
muslim

muslim di Yogyakarta yang dirumuskan
oleh pengembang dan konseptor hanya
terbatas pada tiga hal itu saja.

para arsitek, pengembang, teknokrat, ahli

Dari

ketiga

perumahan

planologi dan para profesional yang lainnya.

Yogyakarta di atas, terlihat pengembang

Ruang abstraksi ini dalam pikiran para ahli

dan

dan profesional tersebut hanya mungkin

mengeksplorasi obyek bangunan sesuai

dikonkritkan melalui sistem representasi

dengan pola-pola yang khas bangunan

dan tanda-tanda yang spesifik (Lefebvre,

dalam arsitektur Islam, baik dari sisi

1991: 38-39). Dalam konteks perumahan-

wajah bangunan, seperti facade, atau dari

konseptor

muslim

tidak

di

banyak

representasi ruang, dapat dilihat dari site

sisi kulit bangunan, seperti struktur dan

plan, fasilitas-fasilitas yang ditawarkan

Penataan

kepada konsumen, pola-pola bangunan,

dianggap sesuai dengan syariah Islam juga

konsep perumahan dan lain sebagainya.

tidak banyak dilakukan oleh pengembang

Selain itu, juga dapat dilihat dari rencana

dan

objektif dan paradigma yang digunakan

perumahan-perumahan

oleh para ahli dan profesional tersebut

Yogyakarta, secara obyek bangunan, relatif

(Merrifield, 2006: 109).

tak berbeda dengan perumahan-perumahan

perumahan

muslim

di

Yogyakarta,

Bertolak dari konsepsi representasi ruang
seperti dikemukakan Lefebvre di atas,
perumahan-perumahan

muslim

di

Yogyakarta, terutama yang diteliti dalam
penelitian ini yakni perumahan Muslim
Darussalam 1 dan 2, perumahan Muslim

ornamen-ornamen dan lain sebagainya.
interior

konseptor.

perumahan

Dengan

yang

demikian,

muslim

di

umum yang lainnya. Seandainya tak ada
label perumahan muslim yang terpampang
dengan begitu tegas di muka pintu masuk
perumahan,

maka

cukup

sulit

untuk

menentukan dan membedakan perumahan
muslim dengan perumahan biasa pada
49

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 1, Januari 2017
Kamil Alfi Arifin
Perumahan Muslim dan Politik Ruang di Yogyakarta

umumnya di Yogyakarta. Pada penilaian

sosial, tindakan-tindakan, hasrat, dan ritual-

tertentu, pengembang dan konseptor dalam

ritual tertentu yang khas dari sejumlah

memproduksi

warga yang hidup dan tinggal di dalamnya.

perumahan-perumahan

muslim di Yogyakarta tampak mengambil,

Perilaku-perilaku

mengadopsi dan menerapkan semangat

selalu sejalan dengan konseptualisasi dalam

arsitektur moderen yang menekankan pada

representasi ruang. Sebab, lanjut Lefebvre,

prinsip-prinsip

dalam ruang representasi ini, kita memang

minimalis

dan

efisiensi

tersebut

akan

2005:

perumahan-

simbolisme yang kompleks. Dengan kata

Yogyakarta

lain, jika representasi ruang dianggap

Terbukti,

perumahan

muslim

berukuran

minimalis,

di

tidak

terlalu

menekankan struktur dan ornamen, seperti
kredo gerakan arsitektur moderen yang

ruang yang sebenarnya , maka

representasi

menghasilkan

ruang

benar-benar

kebenaran ruang . Ruang

representasional terkait dengan bagaimana

sehingga perumahan-perumahan muslim di

orang-orang memaknai representasi ruang

Yogyakarta tampak begitu monoton, kering,

yang dirumuskan (Elden, 2004: 190).

kosong,

ever

pewujudan

follows function ,

terkenal

form

sebagai

semacam

akan

dalam membangun ruang (Ikhwanuddin,
14).

melihat

sosial

membosankan

menyerupai

karena

kotak-kotak

hanya
yang

berdempetan, dan pada akhirnya, tak
bertanggung jawab karena memberikan
arsitektur

beban keagamaan

yang tak

memiliki kepedulian pada the others (liyan)
di dalam konteks masyarakat Yogyakarta
yang majemuk: persyaratan warga yang
hendak membeli dan menghuni, harus

Representasi ruang perumahan Muslim
Darussalam 1 dan 2 yang dirumuskan
konseptor dan pengembang benar-benar
menghasilkan semacam kebenaran ruang .
Warga perumahan muslim memaknai diri

mereka berada dalam ruang-ruang yang
islami.

Dalam

keseharian,

mereka

berorientasi pada kehidupan yang islami

muslim!

dan

Ruang representasional merupakan ruang

ini cenderung puritan. Islam yang mereka

yang

ditinggali oleh warga dan penggunanya

tuju adalah keberislaman yang

(Lefebvre, 1991: 38-39). Di dalam ruang

juga banyak yang disekolahkan di sekolah-

representasional ini, kata Lefebvre, segala

sekolah yang berbasis Islam. Mereka juga

bentuk konseptualisasi dalam representasi

oleh kedua orangtua mereka, dibiasakan

ruang yang dirumuskan oleh sejumlah ahli

untuk ikut sholat berjamaah lima waktu dan

dan profesional, dengan sendirinya akan

mengaji di mesjid. Sementara, anak-anak

menimbulkan

perempuan didorong dan dibiasakan untuk

secara

syar i.

Pemahaman

dan

praktik

keberislaman warga di perumahan muslim

langsung

sebuah

ditempati

dan

perilaku-perilaku

murni .

Selain itu, anak-anak di perumahan muslim

50

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 1, Januari 2017
Kamil Alfi Arifin
Perumahan Muslim dan Politik Ruang di Yogyakarta

memakai

jilbab

dalam

keseharian.

Meskipun masih ada sejumlah perempuan

muslim dari ruang perumahan-perumahan
muslim di Yogyakarta.

di perumahan Muslim Darussalam 1 dan 2
yang

tidak

mengenakan

jilbab

dan

mengenakan pakaian yang dianggap kurang
pantas, beberapa warga yang lebih sadar

terus berupaya mengingatkan dan berusaha

Analisis Kajian
1. Relasi dan Kepentingan Ekonomi
Politik Dibalik Produksi Perumahanperumahan Muslim di Yogyakarta

mendorong ke arah cita-cita awal yaitu
terbentuknya komunitas dan lingkungan

Perumahan-perumahan

yang islami dan syari

sesuai syariah

Yogyakarta sebagai ruang (sosial), meski di

Islam). Di dalam perumahan muslim, warga

sisi

semuanya beragama Islam. Warga non-

kebangkitan islam politik dan islamisasi

muslim dieksklusi dan dipinggirkan dari

yang bercorak puritan,

ruang perumahan-perumahan muslim. Dari

perspektif

pembahasan

mengenai

ruang

perumahan

muslim

representasional

perumahan-perumahan

dilepaskan

sepenuhnya

permukaan,

muslim

menunjukkan

di

gejala

namun dalam

Lefebvre,

perumahan-

tersebut
dari

tak

bisa

semangat

muslim di Yogyakarta tersebut di atas,

kapitalisme dalam menaklukkan ruang-

penelitian

ruang untuk kepentingan akumulasi modal

ini

menegaskan

apa

yang

dikatakan oleh Lefebvre bahwa pasti selalu

semata

ada semacam kekerasan intrinsik dalam

Goonewardena, 2008: 136; Sangaji, 2011).

sebab kata Lefebvre, semua rencana yang

islamisasi kontemporer, yang mengambil

dan

bentuk dalam wujud ruang perumahan-

konseptor itu tak akan hanya berhenti di

perumahan muslim di Yogyakarta tersebut,

atas kertas, buldozer

tak lebih hanya sebentuk epifonema (efek

setiap

abstraksi

dirumuskan

atau rekayasa spasial:

oleh

pengembang

dan segala bentuk

otoritas yang lain) akan merealisasikan
rencana tersebut Charnock dan Fumas,

(Ronneberger

dalam

Sehingga penguatan Islam politik dan

samping) semata.
Oleh sebab itu, untuk dapat menjelaskan

2011: 12). Representasi ruang perumahan-

fenomena perumahan-perumahan muslim

perumahan

Yogyakarta

di Yogyakarta ini jauh ke jantung akarnya,

sebagaimana dirumuskan oleh pengembang

harus ditempatkan dalam posisi semangat

dan konseptor betul-betul menjadi alat

kritik Lefevbre terhadap kapitalisme itu

untuk kepentingan kontrol dan dominasi.

sendiri,

muslim

di

Kekerasan intrinsik itu berupa pemaksaan

terutama

kritik

terhadap

representasi ruang dan ruang abstrak di

pada satu nilai keagamaan (keislaman)

bawah kapitalisme yang

tertentu dan praktik eksklusi warga non-

dengan

kekuatan

Islam

bergandengan
politik

dan
51

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 1, Januari 2017
Kamil Alfi Arifin
Perumahan Muslim dan Politik Ruang di Yogyakarta

antara

tinggi karena sama-sama aktifis tarbiyah di

terlalu

mesjid kampus. Mulanya, ketiga orang ini

mengagetkan, sebab jauh-jauh hari, Maxim

memang sama-sama menginginkan dan

Rodinson (dalam Hefner, 1998: 244) sudah

sepakat

mensinyalir kompatibilitas Islam dengan

muslim di Yogyakarta. Setelah berkali-kali

ekonomi moderen. Menurut Rodinson, tak

bertemu, berdiskusi dan menyusun konsep,

ada

fundamental

mereka kemudian mencari cara bagaimana

menghalangi masyarakat muslim untuk

merealisasikan perumahan muslim yang

menerapkan kapitalisme.

mereka telah bayangkan tersebut. Mereka

puritanisme

Islam.

keduanya,

sebenarnya

hal

Bertolak

Hubungan

yang

dari

tak

secara

penjelasan

perumahan-perumahan

di

atas,

muslim

di

Yogyakarta juga mesti dibaca sebagai
bagian dari soal ekonomi politik. Bukan
semata-mata persoalan yang bersifat sakral
(keagamaan), tetapi juga persoalan yang
lebih profan seperti adanya kepentingankepentingan

material ,

keduanya

memang

yang

terbukti

ternyata,

saling

berkelindan di dalamnya.

untuk

membuat

perumahan

bertiga lantas mulai mencoba membangun
relasi kerja dengan pengembang (developer)
perumahan. Untuk memberikan semacam
jaminan

dan

kepastian

kepada

pengembang, ketiga konseptor terlebih
dahulu

mengumpulkan

calon

pembeli.

Ketiga konseptor menyebar sendiri brosur
promosi perumahan muslim yang mereka
buat. Sebagian besar disebarkan ke kolegakolega mereka sendiri, baik di kantor
maupun kolega-kolega lain yang mereka
kenal.

2. Studi Kasus 1: Konteks Perumahan
Muslim Darussalam 1,2, dan 3

Tak sia-sia, ketiga konseptor itu mampu
mengumpulkan sekitar 50 sampai 60-an

Perumahan Muslim Darussalam 1 dan 2

orang calon pembeli awal. Puluhan calon

diproduksi oleh pengembang PT Sarwo

pembeli awal itu, tentu sangat penting,

Indah. Namun, pengembang hanya sekedar

karena membuat posisi tawar konseptor

membangun.

semakin kuat dalam relasinya dengan

Konsep

awal

perumahan

Muslim Darussalam 1 dan 2 ini sepenuhnya

pengembang.

dirancang dan dirumuskan oleh tiga orang

keberadaan puluhan calon pembeli awal

di luar PT Sarwo Indah yakni, Mansur

perumahan muslim yang akan mereka

Fahmi, Agus Prayitno dan Nur Salim sebagai

garap itu, selain memberikan kepastian dan

konseptor.

jaminan

Ketiganya

adalah

seorang

Tentu

perumahan

bagi

pengembang,

muslim

sebagai

pegawai negeri, kecuali Nur Salim yang

komoditas properti laris dan terbeli, juga

berprofesi

mampu menekan biaya produksi (terutama

di

bidang

swasta.

Mereka

memiliki komitmen keberislaman yang

biaya

untuk

promosi)

yang

harus
52

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 1, Januari 2017
Kamil Alfi Arifin
Perumahan Muslim dan Politik Ruang di Yogyakarta

dikeluarkan pihak pengembang. Artinya,

menjadi bagian dari proses pencarian dan

biaya produksi semakin terkurangi. Jelas, ini

penumpukan

modal

merupakan keuntungan tersendiri bagi

memboncengi

dakwah agama

pengembang.

Berbeda

ketika

halnya

bisnis

properti.

Yang

dengan

cukup

cara
melalui

menarik,

pengembang, misalnya, sejak dari awal

setelah pembangunan perumahan Muslim

membangun

dan

Darussalam 1 dan 2 ini dianggap sukses dan

mencari calon pembeli sendiri. Barangkali,

mendatangkan keuntungan yang besar oleh

biaya promosi akan lebih membengkak

pengembang, PT Sarwo Indah kemudian

hanya untuk mendapatkan pembeli.

membangun perumahan muslim kembali di

perumahan

muslim

Dari sini terlihat tegas, bentuk relasi antara
pengembang

dan

ketiga

konseptor

permuhaman Muslim Darussalam 1 dan 2,
adalah relasi yang bersifat transaksional
dan

bisnis.

Pengembang

sepenuhnya

bisnis,

melakukan

berorientasi
penumpukan

modal

dengan cara

menjual

melalui

produk

sebesar-besarnya
agama

)slam

perumahan-perumahan

muslim. Apalagi mengingat, kelas menengah
muslim sebagai konsumen yang disasar,
sedang

tinggi-tingginya

daerah lain: perumahan Muslim Darussalam
3 yang terletak di Jetis, Wedomartani,
Ngemplak, Sleman. Tidak jauh dari kampus
Ekonomi UII di Condongcatur. Namun,
dalam pemroduksian perumahan Muslim
Darussalam

3

melibatkan

ini,

lagi

pengembang
ketiga

tak

konseptor

perumahan Muslim Darussalam 1 dan 2. Ini
dilakukan

tentu

karena

pengembang

melihat perumahan muslim cukup prospek
di Yogyakarta.

semangat

keberislamannya. Mereka cenderung gila
belanja agama . Tak ada semangat dakwah

3. Studi Kasus 2: Konteks Perumahan
Muslim Gapura Sitimulya Estate

dalam bisnis properti dari sisi pengembang.
Sebaliknya, konseptor perumahan Muslim

Perumahan Muslim Gapura Sitimulya Estate

Darussalam 1 dan 2 memang memiliki

diproduksi oleh pengembang PT Gapura

semangat dan muatan dakwah dalam

Puri Raya. PT Gapura Puri Raya merupakan

memproduksi

di

pengembang properti yang berkantor pusat

Yogyakarta. Mereka memandang produksi

di Jepara, Jawa Tengah. Namun, memiliki

perumahan

muslim

perumahan muslim bagian dari

kerja

dakwah agama di bidang properti.Meski
demikian,

tetap

hubungan

konseptor

kantor cabang di Yogyakarta yang dipimpin
oleh Gusta Dwipayana. PT Gapura Puri Raya
sendiri

diakui

oleh

Gusta

Dwipayana

dengan pengembang yang berorientasi

sebagai perusahaan keluarga. Perumahan

bisnis memberikan keuntungan material

Muslim Gapura Sitimulya Estate mulanya

tersendiri bagi ketiga konseptor. Konseptor

dibangun tidak sebagai perumahan muslim.
53

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 1, Januari 2017
Kamil Alfi Arifin
Perumahan Muslim dan Politik Ruang di Yogyakarta

Melainkan,

perumahan

biasa

dan

tak

Gapura Sitimulya Estate memiliki hubungan

menggunakan label perumahan muslim .

Namun, sejak pengembang mendapatkan

Islam politik dan puritanisme Islam, karena

empat

ini

seringnya pengembang dan keluarganya

menjadi

mengikuti pengajian-pengajian agama yang

perumahan muslim. Menurut pengakuan

diadakan oleh kelompok-kelompok tersebut

pengembang, perubahan dari perumahan

di sejumlah tempat di Yogyakarta. Tentu

biasa tanpa label perumahan muslim

ke

sebagai pengembang, Gusta juga melihat

perumahan muslim ini didasari karena

perubahan ke perumahan muslim itu

keinginan

memiliki

karena pertimbangan penggunaan label

pembeli

kemudian

sebuah

awal,

mulai

perumahan

dirubah

pribadinya
komunitas

untuk

muslim.

Keinginan

ideologis

dengan

perumahan muslim

kelompok-kelompok

dan khusus untuk

pengembang untuk memiliki komunitas

muslim dianggap jauh lebih prospektif

islam itu berasal dari pengajian-pengajian

secara bisnis, mengingat jumlah kelas

agama. Pengembang memang mengaku

menengah muslim di Yogyakarta relatif

mulai kerap mengikuti dan menghadiri

masih besar. Yang menarik, sekalipun

pengajian-pengajian agama, terutama dari

pengembang

kelompok-kelompok

dan

perumahan muslim sebagai bagian dari

puritanisme Islam. Bahkan, ke depan,

kerja dakwah agama , pengembang tetap

pengembang

Islam

mulai

politik

bercita-cita

untuk

memandang

produksi

memiliki orientasi penumpukan modal dan

menjadi da i pendakwah, seperti ustadz .
sebagai

dituding kapitalistik dengan cara-cara yang

pengembang (developer) di bisnis properti,

vulgar dan tak etis, menabrak aturan-aturan

yang dilakukannya saat ini, hanya pekerjaan

dan pedoman agamanya sendiri. Hal ini bisa

antara dan juga dipandangnya sebagai

dilihat

bagian dari kerja dakwah agama .

cenderung menutup mata dan tak terlalu

Pekerjaan

Jika

sebagai

dalam

pengusaha,

kasus

perumahan

Muslim

Darussalam 1, 2 dan 3, relasi antar
konseptor dengan pengembang bersifat
transaksional

dan

bisnis.

Pengembang

murni berorientasi bisnis dan akumulasi
modal semata, serta hanya konseptor yang
memiliki muatan dakwah Islam. Dalam
konteks

perumahan

Muslim

laba

kapitalis

dari

dibawah

bagaimana

sistem

yang

pengembang

mempedulikan praktik-praktik suap yang
biasa

terjadi

saat

melakukan
perizinan

dan

mengajukan

proses

membangun

perumahan,

mulai

pembebasan

lahan,

Membangun

Izin

untuk
dari

Bangunan (IMB) dan lain sebagainya yang
terkenal rumit dan susah.

Gapura

Sitimulya Estate, tak demikian halnya yang
terjadi. Pengembang perumahan Muslim
54

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 1, Januari 2017
Kamil Alfi Arifin
Perumahan Muslim dan Politik Ruang di Yogyakarta

Kesimpulan
Melihat

kemunculan

dan

perumahan-perumahan

merebaknya
muslim

di

Yogyakarta yang dapat mengakibatkan
segregasi sosial dan pendangkalan relasi
sosial

antar

kelompok

keagamaan

di

Yogyakarta yang dikenal sebagai kota yang
majemuk

dan

plural,

sebagaimana

ditunjukkan dari hasil penelitian di atas,
semestinya pemerintah daerah memiliki
perhatian serius dalam hal ini dengan
merumuskan kebijakan tata ruang dan
politik perumahan yang bermuatan visi
inklusif.
Namun kenyataannya, pemerintah daerah
di Yogyakarta, sampai penelitian ini ditulis,
nampaknya tidak memiliki grand scenario
dalam politik perumahan dan tata ruang
yang bermuatan visi inklusif. Dalam konteks
pembangunan perumahan, mereka hanya
menyandarkan pada hal-hal yang pragmatis
dan prosedur perizinan yang bersifat teknis,
yang hanya menunjukkan dengan tegas
bahwa

mereka

sama

sekali

tidak

mempertimbangkan nilai dan semangat
mengelola keberagaman dalam praktik
kebijakan. Sehingga wajar jika kemudian
muncul

kekhawatiran

keistimewaan

atas

ruh

Yogyakarta—terutama

terkait masalah tata ruang sebagaimana
ditegaskan dalam UU Nomor 1 Tahun 2012
pasal 34 dan 35—lenyap dan kehilangan
kebermaknaannya.

Daftar Pustaka
Assyaukanie, Luthfi. 2009. )slam and the
Secular State . Institute of Southest
Asian Studies: Singapore.
Afandi, Arief dkk. 1997. )slam Demokrasi
Atas Bawah: Polemik Strategi
Perjuangan Umat Model Gusdur dan
Amien Rais . Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.
Barker, Chris. 2008. Cultural Studies: Teori
dan Praktik . Kreasi Wacana:
Yogyakarta.
Baso, Ahmad. 2002. Plesetan Lokalitas:
Politik Pribumisasi )slam . The Asia
Foundation dan Desantara: Jakarta.
Bruinessen, Van Martin. 1994. NU, Tradisi,
Relasi-relasi
Kuasa,
Pencarian
Warna Baru . LKiS dan Pustaka
Pelajar: Yogyakarta.
_____________________.1998. Rakyat Kecil, )slam
dan Politik . Bentang Budaya:
Yogyakarta
_____________________. 2013. Rakyat Kecil,
)slam
dan
Politik .
Gading:
Yogyakarta.
Elden, Stuart. 2004. Understanding (enri
Lefebvre . Continuum: London dan
New York.
Goonewardena, Kanishka, dkk. 2008.
Space, Difference, Everyday Life:
Reading (enry Lefebvre . Routledge:
New York dan London.
Hasbullah, Moeflich. 2012. Sejarah Sosial
Intelektual Islam di )ndonesia .
Penerbit Pustaka Setia: Bandung.
Hasan, Noorhaidi. 2008. Laskar Jihad:
Islam, Militansi, dan Pencarian
Identitas Pasca-Orde Baru . LP3ES
dan KITLV: Jakarta.
Hasan, dkk. 2011. )slam di Ruang Publik:
Politik Identitas dan Masa Depan
Demokrasi di )ndonesia . CSRC UIN
Syarif Hidayatullah: Jakarta.
Hefner, Robert. 2000. Civic )slam: Muslim
and Democratizationin )ndonesia .
Princeton University Press: New
Jersey.
Hefner, W Robert, dkk. 1998. Markets
Culture: Society and Morality in The
New Asian Capitalism . Westview
Press: United State America.
Husaini, Adian. 1995. (abibie, Soeharto dan
)slam . Gema Insani Press: Jakarta.
55

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 1, Januari 2017
Kamil Alfi Arifin
Perumahan Muslim dan Politik Ruang di Yogyakarta

CST. 1989.
Paket Kebijakan
Deregulasi
.
Karyasastra
Tridarma: Jakarta.
Kunio, Yoshihara. 1990. Kapitalisme Semu
Asia Tenggara . LP3ES: Jakarta.
Kitiarsa,
Pattana.
2008.
Religious
Commodifications in Asia: Marketing
Gods . Routledge: London dan New
York.
Latif, Yudi. 2007. Dialektika )slam: Tafsir
Sosiologis Atas Sekularisasi dan
)slamisasi di )ndonesia . Jalasutera:
Yogyakarta dan Bandung.
Lefebvre, Henri. 1991. The Production of
Space , translated
by Donald
Nicholson-Smith.
Blackwell
Publishing: Australia.
Liddle, R William. 1997. )slam, Politik dan
Modernisasi .
Pustaka
Sinar
Harapan: Jakarta.
Maliki, Zainuddin. 2010. Sosiologi Politik,
Makna Kekuasaan dan Transformasi
Politik . UGM Press: Yogyakarta.
Merrifield, Andy. 2006. (enri Lefebvre: A
Critical Production . Routledge: New
York dan London.
Rieklefs, M.C. 2014. Mengislamkan Jawa:
Sejarah Islamisasi di Jawa dan
Penentangnya dari 1930 sampai
Sekarang . Serambi: Jakarta.
Roy, Oliver. 1994. The Failure of Political
)slam . Harvard University Press:
Cambridge.
Turmudi, Endang. 2014. Orasi Pengukuhan
Profesor Riset Bidang Sosiologi:
Dinamika
Islamisme
dalam
Perkembangan
Masyarakat
)ndonesia Modern . Lembaga Ilmu
Pengetahuan
Indonesia
(LIPI):
Jakarta.
Kansil,

Work of (enri Lefebvre , diakses dari
http://sac.sagepub.com/content/16
/3/364.
Lasman, Diah K. 2007. Representasi
Identitas dalam Brosur dan Artikel
Perumahan Muslim , P.S Prancis
Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Indonesia, diakses dari laman resmi
staf
pengajar
UI
http://staff.ui.ac.id/user/343/publi
cations.
Liddle, William. 1996. The )slamic Turn in
)ndonesia: A Political Explanation .
The Journal of Asian Studies, No 3
Volume 55.
Schmidt, Leoni. 2012. Urban )slamic
Spectacles Transforming the Space of
the Shopping Mall During Ramadhan
in Indonesia , Jurnal Inter-Asia
Cultural Studies, Volume 13,
Number 3.

Sumber Internet:
Anto Sangaji, Kapitalisme dan Produksi
Ruang .
Diakses
dari
http://indoprogress.com/2011/02/
kapitalisme-dan-produksi-ruang/
Faqih,
Farabi,
Rumah
Indonesia
)ndah ,diakses
dari
http://www.karbonjournal.org/foc
us/rumah-indonesia-indah
Robertus Robet. Ruang Sebagai Produksi
Sosial dalam (enri Lefebvre .
Diakses
dari
https://caktarno.wordpress.com/2
014/09/06/ruang-sebagaiproduksi-sosial-dalam-HenriLefebvre/

Jurnal:
Charnock, Greig dan Riberra-Fumas, Ramon.
2011. A New Space for Knowledge
and
People?
Henri
Lefebvre,
Representations of Space, and the
Production
of
@Barcelona .
Jurnal Environment and Planing D
(EPD): Society and Space, Volume
29 (4).
Japhy Wilson, The Devasting Conquest of
The Lived by the Conceived : The
Concept of Abstract Space in the
56