Analisis Hukum dan Ekonomi tugas

BAB I
PENDAHULUAN
Tugas Makalah ini ditulis untuk menunjang mata kuliah
pengantar

As[ek Hukum dalam Ekonomi . Tujuan utama adalah

untuk membantu mahasiswa yang sedang menagktulisasi ilmu
ekonomi .

Tugas ini sebagai rujukan agar mahasiswa mampu

menangkap isi yang terkandung dalam tugas ini

serta mampu

menerapkannnya .
Dengan adanya tugas ini mahasiswa diharapkan mendapat
pemahaman tentang konsep-konsep Hukum dan Ekonomi yang
saling


berkesinambungan

atau

berkaitan.

serta

sejarah

perkembangan dan bagaimana diterapkan pada berbagai tingkat
organisasi . Bagaimana berinteraksi terhadap lingkungan eksternal
yang beubah-ubah.
Pembahasan tugas ini membahas secara khusus
perkembangan hukum dan ekonomi dalam pembangunan.

1

II.


PERUMUSAN MASALAH
Dari apa yang telah diuraikan di muka pada pendahuluan,

maka dapat diambil suatu permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah

arah

kebijaksanaan

antara

perkembangan

hukum dan ekonomi dalam pembangunan nasional ?
III.

PEMBAHASAN

1.


Arah kebijaksanaan antara perkembangan hukum dan
ekonomi dalam pembangunan nasional
Berbagai kebijakan dan program pembangunan nasional

adalah

dalam

rangka

mendukung

pelaksanaan

priovitas

pembangunan nasional, untuk mengadakan supremasi hukum dan
pemerintahan


yang

baik.

Terutama

penyempurnaan

terhadap

peraturan perundang-undangan warisan kolonial dan yang sudah
tidak sesuai dengan perkembangan masyarakat.
Adapun arah kebijakan pembangunan hukum dalam GBHN
1999 – 2004 adalah sebagai berikut :
-

Mengembangkan

budaya


hukum

di

semua

lapisan

masyarakat untuk terciptanya kesadaran dan kepatuhan hukum
dalam kerangka supremasi hukum dan tegaknya negara hukum.
-

Menata sistim hukum nasional yang menyeluruh dan
terpadu dengan mengakui dan menghormati hukum Agama dan
hukum adat serta memperbaharui perundang-undangan warisan
kolonial dan hukum nasional yang diskriminatif.

-

Menegakkan


hukum

secara

konsisten

untuk

lebih

menjamin kepastian hukum, keadilan dan kebenaran, supremasi
hukum, serta menghargai hak azasi manusia (HAM).

2

Melanjutkan ratifikasi konuensi internasional, terutama

-


yang berkaitan dengan hak azasi manusia sebagai sesuai
dengan kebutuhan dan kepentingan bangsa dalam bentuk
undang-unadang.
Menyelesaikan

-

berbagai

proses

peradilan

terhadap

pelanggaran hukum dan HAM yang belum ditangani secara
tuntas.
Meningkatkan

-


pemahaman

dan

penyadaran,

serta

meningkatkan perlindungan, penghormatan, dan penegakan
HAM dalam seluruh aspek kehidupan.
Sasaran
peraturan

program

ini

adalah


perundang-undangan

yang

terciptanya
sesuai

harmonisasi

dengan

aspirasi

masyarakat dan kebutuhan pembangunan.
Kegiatan pokok yang dilakukan adalah :
a.

Menyusun undang-undang yang mengatur tata cara
penyusunan peraturan perundang-undangan yanag membuka
kemungkinan


untuk

mengakomodasi

aspirasi

masyarakat

dengan tetap mengakui dan menghargai hukum agama dan
hukum adat.
b.

Menyempurnakan

mekanisme

hubungan

antara


pemerintah dan DPR dalam rangka pembentukan peraturan
perundang-undangan sebagai konsekuensi amandemen.
c.

Meningkatkan peran program legislasi nasional.

d.

Menyempurnakan peraturan perundang-undangan yang
mendukung sistim desentralisasi dalam rangka penguatan
masyarakat sipil melalui penyediaan akses informasi kepada
publik dalam proses pengambilan keputusan.

3

e.

Menyempurnakan

dan

memperbarui

peraturan

perundang-undangan untuk mendukung kegiatan perekonomian
dalam menghadapi perdagangan bebas dan perlindungan daya
dukung

ekosistim

dan

fungsi

lingkungan

hidup

serta

perlindungan masyarakat setempat.
1. a. Perkembangan hukum dan ekonomi dalam pembangunan
nasional
Perkembangan

ekonomi

dilaksanakan

untuk

mencapai

kemakmuran. Tingginya tingkat kemakmuran masyarakat saja
tentunya belumlah indeal tanpa diiringi oleh adanya pemerataan
dan keadilan bagi masyarakat. Apabila kemakmuran saja yang
dikejar, dapat berakibat adanya pihak-pihak tertentu yang kuat
dengan menggunakan kekuatan atau sumber daya yang ada
padanya melalui sistim persaingan liberal merugikan pihak lain
yang lemah, yang tidak atau kurang memiliki kekuatan atau sumber
daya karena alasan tertentu.
Oleh karena itu perlu diciptakan hukum ekonomi yang
berperan mengatur perekonomian dengan memberikan peluangpeluang kepada pihak yang kuat dan memberikan peluang-peluang
kepada pihak yang lemah dalam rangka mencapai keadilan. Dengan
adanya hukum ekonomi tersebut akan dapat dicegah berlakunya
hukum rimba “siapa yang kuat dialah yang menang”. Dengan
adanya hukum ekonomi diharapkan pembangunan ekonomi akan
berjalan secara adil.
Hukum ekonomi adalah hukum yang berkaitan dengan
berbagai aktivitas ekonomi, dalam berbagai bidangnya ada yang
diatur oleh hukum, ada pula yang tidak atau belum diatur oleh

4

hukum Jadi ekonomi mempunyai ruang lingkup pengertian yang
luas meliputi semua persoalan berkaitan dengan hubungan antara
hukum dan kegiatan-kegiatan ekonomi. (Yusuf, Head, 1995 : 1)
Antara hukum dan ekonomi pembahasannya meliputi kedua
hukum (privat dan publik). Ruang lingkup hukum ekonomi lebih luas
dari pada hukum dagang tradisional dan

hukum bisnis modern,

hukum ekonomi disamping meliputi hukum dagang dan hukum
bisnis, juga menjangkau hukum publik, seperti hukum administrasi
negara, hukum pidana dan lain-lain. Salah satu ciri penting hukum
ekonomi adanya keterlibatan negara atau pemerintah dalam
pengaturan

berbagai

kegiatan

perdagangan,

industri,

dan

keuangan. (Marzuki, 1995 : 1)
Hukum ekonomi di Indonesia dibedakan ke dalam 2 macam,
yaitu :
1.

Hukum ekonomi pembangunan : seluruh peraturan dan
pemikiran

hukum

pengembangan

mengenai

kehidupan

cara-cara
ekonomi

peningkatan
(misalnya,

dan

hukum

perusahaan dan hukum penawaran modal).
2.

Hukum ekonomi sosial : seluruh peraturan dan pemikiran
hukum mengenai cara-cara pembagian hasil pembangunan
ekonomi secara adil dan merata sesuai dengan hak azasi
manusia (misalnya, hukum perburuhan dan hukum perumahan).
(Sunaryati Hartono, 1988 : 41)
Pembangunan

ekonomi

di

suatu

negara

tidak

hanya

dilaksanakan atas partisipasi pihak pemerintah dan swasta nasional
saja, akan tetapi juga pihak asing. Pihak asing biasanya enggan
untuk berinvestasi atau melakukan transaksi ekonomi di negara
tertentu apabila di negara tersebut terdapat hukum ekonomi yang

5

tidak menunjang, menghambat, atau menimbulkan risiko dan
ketidakpastian yang besar terhadap investasinya. Misalnya apabila
ada kelemahan dalam pengaturan tentang penanaman modal
asing, pemikiran hak atas tanah, penyelesaian sengketa bisnis, dan
berbagai ketentuan perizinan. Akibatnya investasi asing yang
seyogyanya masuk tersebut beralih ke negara lain yang lebih baik
hukum ekonominya.
Suatu hal yang khas pada hukum ekonomi adalah banyaknya
kaidah yang dibuat dalam bentuk peraturan bawahan yang berada
di bawah undang-undang, yang kadang-kadang bertentangan
dengan ketentuan yang lebih tinggi, misalnya undang-undang. Hal
ini disebabkan cepatnya perkembangan perekonomian yang perlu
segera diatur melalui hukum yang lebih mudah membuat dan
mencabutnya, sementara pembuatan dan pencabutan produk
hukum setingkat undangp-undang membutuhkan waktu yang relatif
lama.
Secara teoritis dengan adanya tingkatan sistim hierarki
perundang-undangan

tersebut

berarti

tidak

boleh

adanya

pertentangan hukum. Hukum yang lebih rendah kedudukannya di
dalam tangga hierarki tersebut tidak boleh bertentangan dengan
hukum yang lebih tinggi. Hal ini sesuai azas hukum “lex superior
derogat legi infiori” (Hukum yang lebih tinggi mengalahkan hukum
yang lebih rendah). Sehingga hukum yang berlaku adalah hukum
yang lebih tinggi. Sedangkan hukum yang lebih rendah tidak
berlaku.
Adapun sumber hukum ekonomi yaitu pasal 33 dan pasal
27 ayat (2).
Pasal 33 UUD 1945 berbunyi sebagai berikut :

6

(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan
atas azas kekeluargaan
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
Pasal 27 ayat (2) berbunyi :
“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemakmuran”.
1. b.

Perkembangan Hukum dalam pembangunan nasional
Hukum dan masyarakat bagaikan dua sis mata uang, ubi

societas iibi lus (dimana ada masyarakat di situ ada hukum)
Keduanya tidak bisa dipisahkan dipisahkan, karena eksistensi
antara keduanya sangat berkaitan. Hukum yang tidak dikenal dan
tidak sesuai dengan kontek sosialnya serta tidak komunikasi yang
efektif tentang tuntutan dari pembaharuannya bagi warga Negara
tidak akan bekerja secara efektif. (Muchsin, 1999 : 7)
Kurangnya pengetahuan serta kesadaran dari masyarakat
tentang bagaimana dan mengapa hukum itu berjalan kurang baik.
Berlakunya

hukum

perubahan sosial

di

masyarakat

akan

berakibat

terjadinya

pada masyarakat itu sendiri. Sebagai suatu

Negara Hukum konsekuensinya adalah segala perbuatan dan
tingkah laku anggota masyarakat serta kebijakan dari pemerintah di
Negara Indonesia harus berlandaskan pada hukum. Berlakunya
Hukum tergantung pada kesadaran hukum masyarakat itu sendiri.
Arah kebijakan hukum dalam Garis-garis Besar Haluan
Negara 1999 – 2004 adalah mewujudkan lembaga peradilan yang

7

mandiri dan bebas dari pengaruh penguasa dan pihak manapun,
menyelenggarakan proses keadilan secara cepat, mudah, muran
dan terbuka serta bebas korupsi, kolusi dan nepotisme. Berkaitan
dengan hak azasi manusia GBHN 1999 – 2004 juga telah
memberikan arahannya yaitu
IV.

meningkatkan perlindungan penghormatan dan penegakan

hak azasi manusia dalam seluruh aspek kehidupan, selain itu juga
menyelesaikan berbagai proses peradilan terhadap pelanggaran
hukum dan hak azasi manusia yang belum ditangani secara tuntas.
Arahan dan kebijakan tersebut sesuai dengan ciri-ciri khas
dari suatu negara hukum yaitu :
a.

Pengakuan dan perlindungan hak-hak azasi manusia, yang
mengandung persamaan dalam bidang politik, hukum, sosial,
ekonomi dan kebudayaan.

b. Peradilan

yang

bebas

dan

tidak

memihak

serta

tidak

dipengaruhi oleh sesuatu kekuasaan atau kekuatan apapun
juga.
c.

Legalitas dalam segala bentuknya. (Waluyo, 1992 : 8)
Negara Indonesia sebagai Negara Pancasila dapat dilihat dari

konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia yang senantiasa
mencantumkan Pancasila sebagai landasan. Dalam perkembangan
politikpun, Pancasila juga tetap diakui eksistensinya, hal ini dapat
dugaan masih banyaknya partai politik yang menjadikan Pancasila
sebagai azas dari partainya. Dalam GBHN 1999 – 2004 disebutkan
bahwa misi bangsa Indonesia adalah terwujudnya masyarakat
Indonesia

yang

damai,

demokratis,

berkeadilan,

maju

dan

sejahtera, dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang
didukung oleh masyarakat Indonesia yang sehat, mandiri, beriman,

8

bertakwa, berakhlak mulia, berkesadaran hukum, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta
berdisiplin.
Untuk mewujudkan misi bangsa Indonesia masa depan
membentuk manusia Indonesia yang berkesadaran hukum, telah
ditetapkan misinya yaitu mewujudkan sistim hukum nasional, yang
menjamin tegaknya supremasi hukum dan hak azasi manusia
berlandaskan keadilan dan kebenaran (TAP MPR/1999).
Sedangkan

untuk

melaksanakan

arah

kebijakan

pemerintah

menetapkan program-program pembangunan bidang hukum yang
tertuang

dalam

UU

No.

25

tahun

2000

tentang

program

pembangunan nasional 2000 – 2004 sebagai berikut :
1. Program pembentukan peraturan perundang-undangan
2. Program

pemberdayaan

lembaga

peradilan

dan

lembaga

penegak hukum lainnya
3. Program penuntasan kasus korupsi kolusi dan nepotisme serta
pelanggaran hak azasi manusia
4. Program peningkatan kesadaran hukkum dan pengembangan
budaya hukum.
Dalam rangka menegakkan supremasi hukum di Indonesia
sesuai dengan pasal 24 ayat (1) perubahan ketiga Undang-undang
Dasar 1945, maka kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan
yang

merdeka

untuk

menyelenggarakan

peradilan

guna

menegakkan hukum dan keadilan.
Kekuasaan di bidang hukum dan keadilan tersebut dalam
ajaran Trias Politika dari John Locke maupun Montesquiue disebut
kekuasaan yudikatif disamping kekuasaan eksekutif dan legislatif,
namun Indonesia tidak mengenal ajaranpun pendapat prof Mr. M.

9

Yamin yaitu : Undang-undang Dasar 1945 tidaklah mengenal ajaran
Trias Politika yang membagi tugas pekerjaan perlengkapan atau tiga
buah jawaban (fungsi), tetapi membagi-bagi pekerjaan pemerintah
atau perlengkapan negara atas pelaksanaan dasar beberapa
pembagian atau pemisahan kekuasaan (division atau separation of
power) dengan tujuan untuk kelancaran pekerjaan dan

untuk

perlindungan warga negara Republik Indonesia sebagai negara
hukum,

pembagian

kekuasaan

ini

adalah

sesuai

dengan

kebudayaan pribadi bangsa Indonesia (Marpaung, 1999 : 8).
Di dalam mempelajari hukum ada teori yang dinamakan
positivistik atau positivisme. Salah satu pelapornya adalah John
Austin, menurut aliran ini maka yang disebut dengan hukum adalah
perintah

dari

diwujudkan

penguasa

dalam

kepada

bentuk

yang

dikuasai.

peraturan-peraturan

Perintah

ini

resmi/terbuka,

dibuat oleh badan pembentuk Hukum Negara, sehingga apabila
peraturan yang berlaku dalam masyarakat dan itu tidak dibuat oleh
penguasa maka itu bukanlah hukum, melainkan norma-norma
belaka. “Hukum tanpa kekuasaan adalah angan-angan, kekuasaan
tanpa hukum adalah kelaliman (Mochtar Kusumaatmadjo, 1980 – 5).
Berbicara tentang teori-teori dasar tentang hukum maka ada
baiknya bila dibatasi juga tentang hukum administrasi negara yang
sangat berpengaruh pada kehidupan ekonomi, karena hukum
administrasi adalah bagian. Peraturan Menteri, Gubernur dan
pejabat-pejabat eksekutif lainnya yang berwenang adalah peraturan
yang merupakan hukum posifit yang bersifat publik dan langsung
mengatur kegiatan ekonomi.
Hukum administrasi dibedakam menjadi 3 fungsi hukum
yaitu :

10

1. Fungsi Normatif : diwujdkan dalam peraturan hukum positif, yang
juga bersifat hukum publik yang bersifat megikat siapa saja.
2. Fungsi

instrumental,

digunakan

yang

pemerintah

menatapkan

dalam

instrumen

melaksanakan

yang

fungsi

atau

untuk

perlu

kekuasaan pemerintah.
3. Fungsi

jaminan

diperhatikan

:

dasar

kesewenangan
kesewenangan

penguasa
penguasa

itu

sendiri.

(Hardjon, 1994 : 5)
Teori hukum sebagaimana dikemukakan di muka yakni
mengenai Impact of the law maka penangguhan Law Enforcement
juga akan merusak social engineering yang dilakukan oleh hukum
itu sendiri. Social Engineering dilakukan oleh suatu sistim hukum
menuju ke arah kesejahteraan dan kemakmuran rakyat akan
terganggu (Siatjipto Rahardjo, 1991 : 206). Sudah barang tentu
gangguan

ini

mempunyai

impact

yang

sangat

besar

dari

keseluruhan sistim ekonomi suatu negara. Akibatnya kemerosotan
yang terus menerus dari suatu sistim ekonomi yang perbaikannya
akan memakan waktu yang panjang dan memerlukan modal yang
sangat besar.
Teori

hukum

tentang

konsep

hukum

itu

sendiri

yang

menggambarkan fungsi dari hukum yakni yang menguraikan
berbagai arti dan fungsi dari hukum itu sendiri antara lain yang
dikemukakan sebagai hukum (Law) adalah ketentuan dan informasi
yang bersifat abstrak tapi berpengaruh, pengertian hukum sebagai
law berupa norma-norma hukum positif dan selanjutnya law sebagai
proses atau akibat bekerjanya law itu sendiri.

11

“Rule of law” dibagi menjadi 3 konsep yaitu :
The rule of law mendahulukan hukum dan ketertiban

-

dalam masyarakat yang dalam pandangan tradisi barat lahir
darialam demokratis.
The rule of law menunjukkan suatu doktrin hukum

-

bahwa pemerintah harus dilaksanakan sesuai dengan hukum.
The rule of law menunjukkan suatu kerangka pikir yang

-

harus diperuci oleh peraturan-peraturan hukum baik hukum
substantif maupun hukum acara. (Hardjon, 1987 : 81)
Berbagai

unsur

dari

pengertian

rule

of

law

tersebut

harus

dilaksanakan secara keseluruhan, bukan sepotong-potong, dan
dalam waktu yang bersamaan.
1. c. Perkembangan ekonomi dalam pembangunan nasional
Pembangunan

ekonomi

Indonesia

dilaksanakan

untuk

mencapai kemakmuran, namun cita-cita tersebut tidak dapat
terlaksana disebabkan kebijakan perekonomian pada masa lalu
yang lebih berpihak pada konglomerat dan penyebarannya tidak
merata, yang pada akhirnya menimbulkan krisis ekonomi yang
dipicu

oleh

krisis

moneter.

Sejak

terjadinya

krisis

tersebut

pertumbuhan ekonomi yang menjadi prioritas pada masa orde baru
menjadi macet, bahkan berhenti sehingga membuat laju inflasi
meningkat dengan tajamnya yang berakibat menurunnya taraf
hidup pola rakyat Indonesia.
Dalam alam reformasi untuk melaksanakan arah kebijakan
ekonomi,

pemerintah

telah

menetapkan

program-program

pembangunan bidang ekonomi yang tertuang dalam undangundang nomor 25 tahun 2000 tentang program pembangunan
nasional 2000 – 2004 sebagai berikut :

12

1.

Menanggulangi kemiskinan dan memenuhi kebutuhan pokok
masyarakat

2.

Mengembangkan usaha skala makro kecil, menengah, dan
koperasi

3.

Menciptakan stabilitas ekonomi dan keuangan

4.

Memacu peningkatan daya saing

5.

Meningkatkan investasi

6.

Menyediakan sarana dan prasarana penunjang pembangunan
ekonomi

7.

Memanfaatkan

kekayaan

sumber

daya

alam

secara

berkelanjutan
Dalam tap MPR No. VIII/MPR/2001 tentang misi Indonesia
masa depan disebut bahwa tantangan keempat bagi bangsa
Indonesia menjelang tahun 2020 adalah sistim ekonomi adil dan
produktif yaitu terwujudnya ekonomi yang berpihak pada rakyat
serta terjaminnya sistim insentif ekonomi yang adil, dan mandiri,
sistim ekonomi tersebut berbasis pada kegiatan rakyat, yang
memanfaatkan

sumber

daya

alam

secara

optimal

dan

berkesinambungan, terutama yang bersumber dari pertanian,
kehutanan, dan kelautan. Untuk merealisasikan sistim ekonomi
tersebut diperlukan sumber daya manusia yang kompeten dan
mekanisme ekonomi yang menyerap tenaga kerja. Disamping itu
negara mengembangkan ekonomi dengan mengolah sumber daya
alam dan industri lainnya, termasuk industri jasa.
Pembangunan ekonomi Indonesia pada masa yang akan
datang harus berbeda dari wujud perekonomian Indonesia sebelum
terjadinya krisis dan untuk mewujudkan telah ditetapkan tujuh (7)
hal pokok mengenai perekonomian Indonesia masa depan yaitu :

13

1. Pembangunan

ekonomi

dilaksanakan

berdasarkan

sistim

ekonomi kerakyatan untuk mencapai kesejahteraan rakyat yang
meningkat, merata, dan berkeadilan.
2. Pembangunan ekonomi berlandaskan pengembangan ekonomi
daerah dan peran serta aktif masyarakat secara nyata dan
konsisten.
3. Pembangunan ekonomi harus menerapkan prinsip efisiensi yang
didukung oleh peningkatan kemampuan sumber daya manusia
dan

teknologi

untuk

memperkuat

landasan

pembangunan

berkelanjutan dan meningkatkan daya saing nasional.
4. Pembangunan

ekonomi

berorientasi

pada

perkembangan

globalisasi ekonomi internasional dengan tetap mengutamakan
kepentingan ekonomi nasional.
5. Pembangunan ekonomi makro harus dikelola secara hati-hati,
disiplin

dan

bertanggung

jawab

dalam

menghadapi

ketidakpastian yang meningkat akibat proses globalisasi.
6. Pembangunan ekonomi dilaksanakan berlandaskan kebijakan
yang disusun secara transparan dan bertanggung jawab, baik
dalam pengelolaan publik, pemerintah, maupun masyarakat.
Pemerintah perlu bersikap tidak memihak serta menjaga jarak
dengan

perusahaan-perusahaan

dan

asosiasi-asosiasi

perusahaan.
7. Pembangunan ekonomi harus berlandaskan keberlanjutan sistim
daya alam, lingkungan hidup, dan sistim sosial kemasyarakatan
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Kebijakan ekonomi makro dibagi menjadi kebijakan moneter
dan

kebijakan

fiskal.

Kebijakan

moneter

berkaitan

dengan

pengaturan dan pengendalian uang beredar beserta institusi-

14

institusi keuangan yang terjaring dalam sistim moneter. Kebijakan
fiskal berkaitan dengan anggaran pendapatan dan belanja negara
(APBN). Kebijakan ekonomi menggunakan instrumen-instrumen
makro ekonomi dengan segala determinannya, seperti pendapatan
nasional (gros national product), uang beredar, belanja negara
(government expenditur), neraca pembayaran, dan sebagainya.
(Umar Basalim, Moch. Rum Alim, Hkena Arsman, 2000 : 67)
FUNGSI HUKUM DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

Negara Indonesia negara hukum demikian ditegaskan dalam
perubahan ketiga undang-undang Dasar 1945, tidak terkecuali
dalam bidang ekonomipun memerlukan hukum sebagai suatu
perangkat

untuk

mengatur

pembatasan-pembatasan

tertentu

kepada pihak yang kuat dan memberikan peluang-peluang kepada
pihak yang lemah dalam rangka mencapai keadilan, sehingga tidak
terjadi hukum rimba “siapa yang kuat dialah yang menang”
pengaturan kehidupan dengan hukum ini sejalan dengan tujuan
hukum yaitu :
a. untuk menegakkan moral (The goal of promoting morality)
b. untuk merefleksikan kebiasaan (The goal reflecting custom)
c. untuk kesejahteraan masyarakat (The goal of social welfare)
d. untuk

melayani

kekuasaan

(The

goal

serving

power)

(Suherman, 2002 : 24)
Demikian juga dengan kebijakan fiskal berkaitan dengan APBN,
sesuai dengan pasal 23 ayat (1) perubahan ketiga undang-undang
Dasar 1945 dinyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja

15

Negara sebagai wujud dari pengelolaan negara ditetapkan setiap
tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pembangunan

ekonomi

adalah

sebagai

sasaran

untuk

menciptakan suatu kepastian dan penegakan hukum apabila timbul
perselisihan-perselisihan

bisnis

dapat

diselesaikan

dengan

berlandaskan pada hukum, sehingga dapat menciptakan suasana
atau iklim yang kondusif dan dapat menarik investor baik dari
dalam maupun dari luar negeri.
Kepastian hukum merupakan syarat mutlak untuk bergairah
bisnis dan perekonomian suatu negara. Dukungan dari perangkat
hukum

sangat

diperlukan

guna

menciptakan

harmonisasi

keterpaduan dengan perkembangan perekonomian nasional.

16

IV. PENUTUP

1.

KESIMPULAN
Dari apa yang telah diuraikan di muka, dapat diambil suatu

kesimpulan sebagai berikut :
1. Negara Indonesia adalah negara hukum yang berlandaskan
pancasila dan UUD 1945. Sehingga fungsi hukum dalam
pembangunan nasional merupakan sarana untuk menciptakan
suatu

kepastian

dan

perselisihan-perselisihan

penegakan
dalam

hukum.
bidang

Apabila

timbul

ekonomi

dapat

diselesaikan dengan berlandaskan pada hukum. Sehingga dapat
menciptakan suasana atau iklim kondusif.
2. Penegakan hukum dan supremasi hukum sangat diperlukan
dalam bisnis dan perekonomian suatu negara. Karena dukungan
dari perangkat hukum sangat diperlukan guna menciptakan
harmonisasi keerpaduan antara hukum dan ekonomi dalam
pembangunan nasional.

17

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65