ResponsPertumbuhan Bibit Talas (Colocasia Esculenta L.)TerhadapBerbagai Dosis Pupuk NPK dan Komposisi Media Tanam Chapter III V

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Kelambir 5 Kecamatan Sunggal
Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2016
sampai dengan Juli 2016.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman talas
(Colocasia esculenta L.), top soil, pasir, kompos TKKS, pupuk majemuk NPK,
air, polibeg ukuran 2 kgberdiameter 10 cm, bambu, plastik, dan kertas millimeter.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gembor, timbangan,
cangkul, kalkulator, alat tulis, meteran, jangka sorong digital, label nama, spidol,
dan ayakan.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial
perlakuan yaitu:
Faktor 1 : Komposisi Media Tanam (K) dengan 5 taraf yaitu :
K 1 :Top soil (Kontrol)
K 2 :Top soil : Pasir (1:1)
K 3 : Top soil : Pasir : Kompos TKKS (1 : 1: 1)
K4 :Top soil : Pasir : Kompos TKKS (2: 1 : 1)
K 5 :Top soil : Pasir : Kompos TKKS (3: 1: 1)

Faktor 2 : Dosis pupuk NPK (15:15:15) dengan 4 taraf yaitu :
P 1 : 0 gram / polibeg
P 2 : 2 gram / polibeg

Universitas Sumatera Utara

P3 : 4 gram / polibeg
P 4 : 6 gram / polibeg
Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebagai berikut :
K1P1

K2P1

K3P1

K4P1

K5P1

K1P2


K2P2

K3P2

K4P2

K5P2

K1P3

K2P3

K3P3

K4P3

K5P3

K1P4


K2P4

K3P4

K4P4

K5P4

Jumlah ulangan (Blok)

= 3 ulangan

Jumlah Plot

= 60 Plot

Jumlah Tanaman Per Plot

= 4 Tanaman


Jumlah Sampel per Tanaman

= 2 Tanaman

Jumlah Tanaman Seluruhnya

= 240 Tanaman

Ukuran Plot

= 50 cm x 50 cm

Jarak Antar Plot

= 30 cm

Jarak Antar Ulangan

= 50 cm


Ukuran Polibeg

= 2 kg

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan
model linear sebagai berikut :
Y ijk = μ + ρ i + α j + β k + (αβ) jk + ε ijk
dimana :
Y ijk : Data hasil pengamatan dari unit percobaan blok ke-i dengan perlakuan
komposisi media tanam taraf ke-j dan dosis pupuk NPK taraf ke-k
μ

: Nilai tengah

ρi

: Efek blok ke-i

Universitas Sumatera Utara


αj

: Efek Komposisi media tanam pada taraf ke-j

βk

: Efek perlakuan Pupuk NPK pada taraf ke-k

(αβ) jk : Efek interaksi dari Komposisi Media Tanam pada taraf ke-j dan
perlakuan Pupuk NPK pada taraf ke-k
ε ijk

: Galat dari blok ke-i, Komposisi Media Tanam pada taraf ke-j dan
perlakuan Pupuk NPK pada taraf ke-k
Jika dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata,

maka dilanjutkan dengan Uji Beda Rataan berdasarkan Duncan Multiple Range
Test (DMRT) pada taraf 5% (Steel and Torrie, 1995).


PELAKSANAAN PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara

Persiapan lahan
Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Kelambir 5 Kecamatan Sunggal
Sumatera Utara, Medan. Sebelum digunakan areal lahan dibersihkan terlebih
dahulu, kemudian diukur plot untuk menempatkan polibeg.
Pembuatan Naungan
Pembuatan naungan dengan ukuran 13 m x 3 m untuk seluruh plot
percobaan. Konstruksi naungan dibuat dari tiang bambu dengan atap yang terbuat
dari paranet. Naungan berfungsi untuk mencegah dan mengurangi sinar matahari
dan terpaan air hujan secara langsung ke bibit talas. Naungan dibuat dengan
ketinggian 2 meter.
Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah komposisi tanah, pasir dan kompos
TKKS dengan beberapa perbandingan sesuai perlakuan. Media tanam berupa
tanah yang telah diayak dengan ayakan 10 mesh untuk memisahkan media tanam
dari bahan-bahan yang tidak diinginkan. Polibek yang digunakan adalah polibek
dengan ukuran 20 cm (lebar), tinggi 30 cm dan tebal 0,07 mm.

Persiapan Bahan Bibit
Bibit yang digunakan adalah umbi talas yang berumur 5-6 bulan. Umbi
tersebut dipotong-potong menjadi bagian yang tipis-tipis dengan ukuran berat
masing-masing irisan ±75 gram dan setiap irisan umbi tersebut memiliki satu
mata tunas. Setelah umbi dipotong-potong lalu di kering anginkan dengan
diletakan pada media pasir agar bagian dalam irisan menjadi kering. Untuk
pertumbuhan tunas tanaman talas di pembibitan digunakan hormon sitokinin.
Penanaman

Universitas Sumatera Utara

Penanaman bibit talas dilakukan dengan membuat lubang tanam pada
polibek sesuai dengan ukuran bibit talas lalu diletakkan bibit talas dengan bagian
yang luka menghadap ke bawah dan ditutupi secara tipis dengan media tanamnya.
Aplikasi Pupuk NPK
Pemberian pupuk NPK dilakukan dengan 2 tahap. Tahap pertama dilakukan
satu minggu sesudah tanam sebanyak setengah dari perlakuan yang ditentukan.
Kemudian, pemupukan tahap kedua dilakukan 4 minggu setelah tanam sebanyak
setengah dari perlakuan yang tersisa. Tujuan dari dilakukannya sistem pemupukan
2 tahap tersebut adalah untuk efisiensi pupuk terhadap tanaman.

Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari bila tidak ada hujan, dan
dilakukan tidak melebihi kondisi kapasitas lapang.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan paling lambat 10 hari setelah tanam dengan
menggunakan bibit yang berukuran dan umur yang sama.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan jika ada terjadi serangan pada
tanaman, sebagai tindakan yang efektif dilakukan 2 minggu sekali dengan
fungisida dan insektisida.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada seluruh bagian penelitian dan dipolibeg,
penyiangan dilakukan satu minggu sekali dengan cara manual.
Peubah Amatan

Universitas Sumatera Utara

Jumlah daun (helai)
Daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna

membentuk helaian daun. Penghitungan jumlah daun dilakukan setelah bibit
berumur 6 MST hingga tanaman berumur 9 MST dengan interval 1 minggu.
Total Luas Daun (cm2)
Pengukuran luas daun dilakukan pada saat akhir penelitian yaitu pada saat
bibit berumur 9 MST. Daun yang diukur semua daun yang sudah membuka.
Panjang daun yang diukur dari pangkal sampai ujung daun.
Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman diukur mulai 2-9 MST dengan interval pengamatan setiap
1 minggu. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ke titik tumbuh
tanaman.
Bobot Segar Tanaman
Bobot tanaman diukur pada 9 MST. Bobot tanaman yang diukur adalah
sesaat tanaman telah dipanen. Dengan kata lain, yang diukur adalah bobot segar
tanaman.
Bobot Kering Tajuk (g)
Pengukuran bobot kering tajuk dilakukaan pada saat akhir penelitian
dengan cara menimbang sampel bibit yang telah di ovenkan pada suhu 75°C
selama 48 jam, kemudian ditimbang dengan timbangan analitik.
Bobot Kering Akar (g)
Pengukuran bobot kering akar dilakukaan pada saat akhir penelitian

dengan cara menimbang sampel bibit yang sama dengan sampel bobot kering

Universitas Sumatera Utara

tajuk yang telah di ovenkan pada suhu 75°C selama 48 jam, kemudian ditimbang
dengan timbangan analitik.
Rasio Tajuk Akar
Pengukuran perbandingan antara tajuk dan akar dilakukan pada saat akhir
penelitian dengan membandingkan bobot kering tajuk dengan bobot kering akar.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 2-16) diketahui bahwa perlakuan
komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2 MST, total
luas daun, bobot segar tanaman, bobot kering tajuk, bobot kering akar, dan ratio
tajuk akar. Dosis pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap total luas daun, bobot
segar tanaman, dan bobot kering tajuk. Interaksi antara keduanya berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman 2 – 9 MST, dan bobot segar tanaman.
Tinggi Tanaman (cm)
Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 2-16 ),
diketahui bahwa komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman 2 MST. Dosis pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi
tanaman dan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
2 – 9 MST.
Tinggi tanaman talas 2-9 MST pada perlakuan komposisi media tanam dan
dosis pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 2.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.
MST

Tinggi tanaman 2-9 MST pada perlakuan komposisi media tanam dan
dosis pupuk NPK

Komposisi Media Tanam
(Top soil : Pasir :
Kompos TKKS)

Pupuk NPK (g/polibeg)
P 1 (0)

P 2 (2)

P 3 (4)

P 4 (6)

Rataan

……..……………………………………….cm………………….…………………….

2

3

4

5

6

7

K 1 (0:0:0)

8.03bcdef

9.53bcde

6.68def

9.68abc

8.48ab

K 2 (1:1:0)

10.70ab

9.25bcdef

12.55a

6.92cdef

9.85a

K 3 (1:1:1)

9.82abc

8.68bcdef

7.87bcdef

7.92bcdef

8.57ab

K 4 (2:1:1)

6.42f

7.82bcdef

8.10bcdef

8.33bcdef

7.67c

K 5 (3:1:1)

8.52bcdef

6.63ef

7.90bcdef

9.43bcde

8.12b

Rataan

8.70

8.38

8.62

8.46

K 1 (0:0:0)

14.22abcd

13.17abcd

8.43cd

12.42abcd

12.06

K 2 (1:1:0)

12.72abcd

11.65abcd

16.83a

8.77bcd

12.49

K 3 (1:1:1)

16.02ab

16.02ab

14.43abcd

11.33abcd

14.45

K 4 (2:1:1)

7.43d

12.57abcd

16.05a

15.50abc

12.89

K 5 (3:1:1)

15.38abc

8.02d

12.30abcd

17.97a

13.42

Rataan

13.15

12.28

13.61

13.20

K 1 (0:0:0)

20.78abcd

20.65abcd

9.18cd

18.03abcd

17.16

K 2 (1:1:0)

17.10abcd

14.85bcd

24.58a

10.73bcd

16.82

K 3 (1:1:1)

21.57abc

25.18abc

22.75abc

15.77bcd

21.32

K 4 (2:1:1)

8.52d

16.90abcd

26.35a

24.92a

19.17

K 5 (3:1:1)

22.97ab

8.85d

17.58abcd

27.68a

19.27

Rataan

18.19

17.29

20.09

19.43

K 1 (0:0:0)

24.25abc

24.03abc

10.40bc

20.78abc

19.87

K 2 (1:1:0)

19.65abc

17.55abc

28.07a

12.05bc

19.33

K 3 (1:1:1)

24.62abc

28.42a

26.88ab

17.08abc

24.25

K 4 (2:1:1)

9.57c

19.12abc

31.50a

27.90a

22.02

K 5 (3:1:1)

29.83a

9.98bc

21.02abc

31.55a

23.10

Rataan

21.58

19.82

23.57

21.87

K 1 (0:0:0)

27.58ab

25.97ab

11.55b

22.90ab

22.00

K 2 (1:1:0)

22.10ab

20.38ab

30.60ab

13.67b

21.69

K 3 (1:1:1)

26.80ab

31.78ab

30.43ab

19.58ab

27.15

K 4 (2:1:1)

11.53b

21.85ab

35.65a

30.67ab

24.93

K 5 (3:1:1)

33.33ab

11.85b

23.85ab

34.62a

25.91

Rataan

24.27

22.37

26.42

24.29

K 1 (0:0:0)

30.47a

28.27ab

13.12b

24.75ab

24.15

K 2 (1:1:0)

25.10ab

21.83ab

32.62a

15.32b

23.72

K 3 (1:1:1)

26.50ab

33.40a

32.13a

20.75ab

28.20

K 4 (2:1:1)

12.92b

23.38ab

37.90a

32.70a

26.73

K 5 (3:1:1)

34.93a

13.33b

25.10ab

36.52a

27.47

Rataan

25.98

24.04

28.17

26.01

Universitas Sumatera Utara

8

9

Keterangan:

K 1 (0:0:0)

33.57a

31.30ab

13.92c

28.02abc

26.70

K 2 (1:1:0)

28.00abc

24.00abc

35.52a

16.17bc

26.13

K 3 (1:1:1)

29.92ab

36.50a

35.47a

23.65abc

31.38

K 4 (2:1:1)

14.25c

25.68abc

41.05a

32.70a

28.42

K 5 (3:1:1)

37.53a

14.05c

27.10abc

38.47a

29.29

Rataan

28.65

26.47

30.61

27.80

K 1 (0:0:0)

34.62a

32.05ab

14.58e

29.32abc

27.64

K 2 (1:1:0)

31.82ab

24.83abcde

36.77a

17.23bcde

27.45

K 3 (1:1:1)

30.95ab

37.27a

36.72a

24.72abcde

32.41

K 4 (2:1:1)

15.20cde

26.58abcde

41.83a

33.75a

29.34

K 5 (3:1:1)

38.75a

14.95de

29.45abcd

40.38a

30.88

Rataan

30.27

26.97

31.87

29.08

Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Berdasarkan pada Tabel 2 diketahui bahwa komposisi media tanam pada
pengamatan tinggi tanaman 2 MST menunjukkan yang tertinggi pada perlakuan
K 2 yaitu9.85 cm. Tinggi tanaman terendah pada perlakuan K4 yaitu 7.67 cm.
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada pengamatan 2 MST, interaksi perlakuan
komposisi media tanam dan dosis pupuk NPK menghasilkan rataan tinggi
tanaman tertinggi yakni 12,55 cm pada kombinasi perlakuan komposisi media
tanam (Topsoil : Pasir : Kompos TKKS = 1:1:1)

dan dosis pupuk NPK

(4 g/polibeg) (K 3 P 3 )yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan K2 P 1 , K3 P 1 ,
K 1 P 4 dan berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya.
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada pengamatan 3 MST, interaksi perlakuan
komposisi media tanam dan dosis pupuk NPK menghasilkan rataan tinggi
tanaman tertinggi yakni 17.97 cm pada kombinasi perlakuan komposisi media
tanam (Topsoil : Pasir : Kompos TKKS = 3:1:1)

dan dosis pupuk NPK

(6 g/polibeg) (K 5 P 4 ) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan K2 P 3 , K3 P 2 ,
K 3 P 1 , K4 P 4 , K3 P 3 , K 1 P 1 , K5 P 1 , K 1 P 2 , K1 P 4 , K 3 P 4 , K2 P 2 , K 2 P 1 , K4 P 2 , K 4 P 3 ,
K 5 P 3 dan berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada pengamatan 4, interaksi perlakuan
komposisi media tanam dan dosis pupuk NPK menghasilkan rataan tinggi
tanaman tertinggi yakni 27.68 cm pada kombinasi perlakuan komposisi media
tanam (Topsoil : Pasir : Kompos TKKS = 3:1:1)

dan dosis pupuk NPK

(6 g/polibeg) (K 5 P 4 ) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan K2 P 3 , K3 P 2 ,
K 3 P 1 , K4 P 4 , K3 P 3 , K1 P 1 , K 5 P 1 , K 1 P 2 , K1 P 4 , K 3 P 4 , K 2 P 2 , K 2 P 1 , K4 P 2 , K4P3,
K 5 P 3 dan berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya.
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada pengamatan 5 MST, interaksi perlakuan
komposisi media tanam dan dosis pupuk NPK menghasilkan rataan tinggi
tanaman tertinggi yakni 31.55 cm pada kombinasi perlakuan komposisi media
tanam (Topsoil : Pasir : Kompos TKKS = 3:1:1)

dan dosis pupuk NPK

(6 g/polibeg) (K 5 P 4 ) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan K2 P 3 , K3 P 2 ,
K 3 P 1 , K 4 P 4 , K 3 P 3 , K 1 P 1 , K 5 P 1 , K1 P 2 , K1 P 4 , K 3 P 4 , K2 P 2 , K2 P 1 , K4 P 2 , K4 P3,
K 5 P 3 dan berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya.
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada pengamatan 6 MST, interaksi perlakuan
komposisi media tanam dan dosis pupuk NPK menghasilkan rataan tinggi
tanaman tertinggi yakni 35.65 cm pada kombinasi perlakuan komposisi media
tanam (Topsoil : Pasir : Kompos TKKS = 2:1:1) dan dosis pupuk NPK
(4 g/polibeg) (K 4 P 3 ) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan K2 P 3 , K3 P 2 ,
K 3 P 1 , K4 P 4 , K3 P 3 , K 1 P 1 , K5 P 1 , K 1 P 2 , K1 P 4 , K 3 P 4 , K2 P 2 , K 2 P 1 , K4 P 2 , K 4 P 3 ,
K 5 P 3 dan berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya.
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada pengamatan 7 MST, interaksi perlakuan
komposisi media tanam dan dosis pupuk NPK menghasilkan rataan tinggi
tanaman tertinggi yakni 36.52 cm pada kombinasi perlakuan komposisi media

Universitas Sumatera Utara

tanam (Topsoil : Pasir : Kompos TKKS = 3:1:1)

dan dosis pupuk NPK

(6 g/polibeg) (K 5 P 4 ) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan K2 P 3 , K3 P 2 ,
K 3 P 1 , K4 P 4 , K3 P 3 , K1 P 1 , K 5 P 1 , K 1 P 2 , K1 P 4 , K 3 P 4 , K 2 P 2 , K 2 P 1 , K4 P 2 , K4P3,
K5P3 dan berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya.
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada pengamatan 8 MST , interaksi
perlakuan komposisi media tanam dan dosis pupuk NPK menghasilkan rataan
tinggi tanaman tertinggi yakni 41.05 cm pada kombinasi perlakuan komposisi
media tanam (Topsoil : Pasir : Kompos TKKS = 3:1:1) dan dosis pupuk NPK
(6 g/polibeg) (K 5 P 4 ) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan K2 P 3 , K3 P 2 ,
K 3 P 1 , K4 P 4 , K3 P 3 , K 1 P 1 , K5 P 1 , K 1 P 2 , K1 P 4 , K 3 P 4 , K2 P 2 , K 2 P 1 , K4 P 2 , K 4 P 3 ,
K 5 P 3 dan berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya.
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada pengamatan 9MST, interaksi perlakuan
komposisi media tanam dan dosis pupuk NPK menghasilkan rataan tinggi
tanaman tertinggi yakni 42.83 cm pada kombinasi perlakuan komposisi media
tanam (Topsoil : Pasir : Kompos TKKS = 2:1:1)

dan dosis pupuk NPK

(4 g/polibeg) (K 4 P 3 ) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan K2 P 3 , K3 P 2 ,
K 3 P 1 , K4 P 4 , K3 P 3 , K 1 P 1 , K5 P 1 , K 1 P 2 , K1 P 4 , K 3 P 4 , K2 P 2 , K 2 P 1 , K4 P 2 , K 4 P 3 ,
K 5 P 3 dan berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya.
Jumlah Daun (Helai)
Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 17-24 ),
diketahui bahwa komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah
daun. Dosis pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun dan
interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun.

Universitas Sumatera Utara

Rataan jumlah daun talas 6 - 9 MST pada perlakuan komposisi media
tanam dan dosis pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3.
MST

Jumlah daun 6 - 9 MST pada perlakuan komposisi media tanam dan
dosis pupuk NPK
Komposisi Media Tanam
(Top soil : Pasir : Kompos
TKKS)

Pupuk NPK (g/polibeg)
P 1 (0)

P 2 (2)

P 3 (4)

P 4 (6)

Rataan

……..……………………………………….cm………………….…………………….

6

7

8

9

K 1 (0:0:0)

3.00

2.67

3.00

3.33

3.00

K 2 (1:1:0)

2.33

3.67

3.17

2.50

2.92

K 3 (1:1:1)

2.50

2.33

3.33

3.00

2.79

K 4 (2:1:1)

3.17

3.33

2.83

3.00

3.08

K 5 (3:1:1)

2.17

2.50

2.83

3.00

2.63

Rataan

2.63

2.90

3.03

2.97

K 1 (0:0:0)

3.00

2.67

3.00

3.33

3.00

K 2 (1:1:0)

2.33

3.67

3.17

2.50

2.92

K 3 (1:1:1)

2.50

2.33

3.33

3.00

2.79

K 4 (2:1:1)

3.17

3.33

2.83

3.00

3.08

K 5 (3:1:1)

2.17

2.50

2.83

3.00

2.63

Rataan

2.63

2.90

3.03

2.97

K 1 (0:0:0)

3.17

2.67

3.00

3.83

3.17

K 2 (1:1:0)

2.83

3.67

3.17

2.67

3.08

K 3 (1:1:1)

2.50

2.33

3.33

3.17

2.83

K 4 (2:1:1)

4.00

3.33

3.17

3.17

3.42

K 5 (3:1:1)

2.17

2.50

2.83

4.00

2.88

Rataan

2.93

2.90

3.10

3.37

K 1 (0:0:0)

3.17

2.67

3.00

3.83

3.17

K 2 (1:1:0)

2.83

3.67

3.17

2.67

3.08

K 3 (1:1:1)

2.50

2.33

3.33

3.17

2.83

K 4 (2:1:1)

4.00

3.33

3.17

3.17

3.42

K 5 (3:1:1)

2.17

2.50

2.83

4.00

2.88

Rataan

2.93

2.90

3.10

3.37

Tabel 3 menunjukkan pada umur 9 MST, kombinasi perlakuan terbaik
diperoleh pada perlakuan (Topsoil : Pasir : Kompos TKKS = 2:1:1) dengan dosis
pupuk NPK (6 g/polibek) (K5 P 4 ) yaitu 4 helai dan terendah pada kombinasi
perlakuan (Topsoil : Pasir : Kompos TKKS = 2:1:1) dengan dosis pupuk NPK
(0 g/polibeg) (K5 P 1 ) yaitu 2.17 helai.

Universitas Sumatera Utara

Total Luas Daun (cm2)
Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 25-26 ),
diketahui bahwa komposisi media tanam berpengaruhnyata terhadap total luas
daun. Dosis pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap total luas daun dan interaksi
keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap total luas daun.
Rataan total luas daun talas pada perlakuan komposisi media tanam dan
dosis pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.

Total luas daun pada perlakuan komposisi media tanam dan dosis
pupuk NPK

Komposisi Media
Pupuk NPK (g/polibeg)
Tanam (Top soil :
Rataan
Pasir : Kompos
P 1 (0)
P 2 (2)
P 3 (4)
P 4 (6)
TKKS)
……..……………………………………….cm………………….…………………….

K 1 (0:0:0)
K 2 (1:1:0)
K 3 (1:1:1)
K 4 (2:1:1)
K 5 (3:1:1)

388.33

425.00

413.33

518.33

436.25c

361.67

431.67

420.00

513.33

431.67c

460.00

628.33

471.67

658.33

554.58b

500.00

813.33

531.67

696.67

635.42ab

503.33

665.00

965.00

876.67

752.50a

Rataan
442.67d
592.67b
560.33c
652.67a
Keterangan:
Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Tabel 4 menunjukkan pada perlakuan komposisi media tanam diperoleh
rataan tertinggi yaitu pada perlakuan K5 (Topsoil : Pasir : Kompos TKKS = 3:1:1)
yaitu 752.50 cm2yang berbeda tidak nyata dengan K 4 (Topsoil : Pasir : Kompos
TKKS = 2:1:1) dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Pada perlakuan dosis pupuk NPK diperoleh rataan tertinggi pada
perlakuan P 4 (6 g/polibeg) yaitu 652.67 cm2 yang berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya.
Hubungantotal luas daun talas dengan dosis pupuk NPK dapat dilihat pada
Gambar 1.

Universitas Sumatera Utara

Total Luas Daun (cm)

700
600
500

y = 29.88x + 472.4
r = 0.87

400
300
200
100
0
0

2

4

6

Pupuk NPK (g/polibeg)
Gambar 1.

Hubungantotal luas daun talas dengan dosis pupuk NPK

Gambar 1 menunjukkan terdapat hubungan linier positif antara total luas
daun dengan dosis pupuk NPK. Hal ini menunjukkan semakin tinggi dosispupuk
NPK maka semakin tinggi total luas daun tanaman talas.
Bobot Segar Tanaman (g)
Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 27-28 ),
diketahui bahwa komposisi media tanam, dosis pupuk NPK berpengaruh nyata
terhadap

parameter

bobot

segar

tanaman

dan

interaksi

keduanya

berpengaruhnyata terhadap bobot segar tanaman.
Bobot segar tanaman talas pada perlakuan komposisi media tanam dan
dosis pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 5.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.

Bobot segar tanaman pada perlakuan komposisi media tanam dan
dosis pupuk NPK

Komposisi Media
Pupuk NPK (g/polibeg)
Tanam (Top soil :
Rataan
Pasir : Kompos
P 1 (0)
P 2 (2)
P 3 (4)
P 4 (6)
TKKS)
……..……………………………………….cm………………….…………………….

K 1 (0:0:0)
K 2 (1:1:0)
K 3 (1:1:1)
K 4 (2:1:1)
K 5 (3:1:1)

55.74e

65.73e

139.18bc

77.64de

84.57d

71.94e

70.41e

81.45de

140.24bc

91.01c

112.76cd

107.81cd

150.88bc

153.01bc

131.11b

108.37cd

131.23bc

122.50cd

137.81bc

124.98bc

145.42bc

118.71cd

250.93a

185.04b

175.03a

Rataan
98.84b
98.78b
148.99a
138.75ab
Keterangan:
Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Tabel 5 menunjukkan pada perlakuan komposisi media tanam diperoleh
bibit segar tanaman talas tertinggi yaitu pada perlakuan K 5 (Topsoil : Pasir :
Kompos TKKS = 3:1:1) yaitu 175.03 gyang berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya.
Pada perlakuan P 3 (4 g/polibeg) dosis pupuk NPK tertinggi pada
perlakuan yaitu 148.99 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan P 4 (138.75
g) dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Interaksi komposisi media tanam dan dosis pupuk NPK berpengaruh nyata
terhadap bobot segar tanaman talas dengan rataan tertinggi diperoleh pada
kombinasi perlakuan K5 P 3 dengan komposisi media tanam topsoil : Pasir :
kompos TKKS (3:1:1) dan dosis pupuk NPK 4 g/polibeg yaitu 250.93 g yang
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Hubunganbobot segar tanaman talas dengan dosis pupuk NPK dapat
dilihat pada Gambar 2.

Universitas Sumatera Utara

Bobot Segar Tanaman (cm)

160
140
120
100
80
60
40
20
0

y = 8.496x + 95.85
r = 0.83

0

2

4

6

Pupuk NPK (g/polibeg)
Gambar 2.

Hubunganbobot segar tanaman talas dengan dosis pupuk NPK

Gambar 2 menunjukkan terdapat hubungan kubik antara bobot segar
tanaman dengan pupuk NPK dimana bobot segar tanaman optimum terdapat pada
dosis pupuk NPK 4 g/polibeg.
Bobot Kering Tajuk (g)
Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 29-30 ),
diketahui bahwa komposisi media tanam berpengaruhnyata terhadap bobot kering
tajuk. Dosis pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk dan
interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk.
Bobot kering tajuk talas pada perlakuan komposisi media tanam dan dosis
pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 6.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 6.

Bobot kering tajuk pada perlakuan komposisi media tanam dan dosis
pupuk NPK

Komposisi
Pupuk NPK (g/polibeg)
Media Tanam
Rataan
(Top soil : Pasir
P 1 (0)
P 2 (2)
P 3 (4)
P 4 (6)
: Kompos
TKKS)
……..………………………………….cm………………….…………………….

K 1 (0:0:0)
K 2 (1:1:0)
K 3 (1:1:1)
K 4 (2:1:1)
K 5 (3:1:1)
Rataan
Keterangan:

7.89

7.91

9.73

9.65

8.79c

10.37

10.18

11.02

11.46

10.76b

9.01

9.54

8.76

9.27

9.14c

8.33

7.34

10.37

9.01

8.76c

11.59

11.11

10.67

11.47

11.21a

9.44ab
9.21b
10.11a
10.17a
Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut
Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Tabel 6 menunjukkan pada perlakuan komposisi media tanam diperoleh
bobot kering tajuk tertinggi yaitu pada perlakuan K 5 (Topsoil : Pasir : Kompos
TKKS = 3:1:1) yaitu 11.21 gyang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Perlakuan dosis pupuk NPK P3 (4 g/polibeg)menghasilkan bobot kering
tajuk yaitu 10.17 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan P 1 tetapi berbeda
nyata dengan perlakuan P2.
Hubungan bobot kering tajuk talas dengan dosis pupuk NPK dapat dilihat

Bobot Kering Tajuk (cm)

pada Gambar 3.
10,60
10,40
10,20
10,00
9,80
9,60
9,40
9,20
9,00
8,80

y = -0.040x3 + 0.383x2 - 0.715x + 9.436
r=1

0

2

4

6

Dosis Pupuk NPK (g/polibeg)
Gambar 3.

Hubungan bobot kering tajuk talas dengan dosis pupuk NP

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3 menunjukkan terdapat hubungan kubik antara bobot keing tajuk
dengan pupuk NPK dimana bobot kering tajuk optimum terdapat pada dosis
pupuk NPK 6 g/polibeg.
Bobot Kering Akar (g)
Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 31-32 ),
diketahui bahwa komposisi media tanam berpengaruhnyata terhadap bobot kering
akar. Dosis pupuk dan interaksi antara komposisi media tanam dan dosis pupuk
NPK berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar.
Bobot kering akar talas pada perlakuan komposisi media tanam dan dosis
pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7.

Bobot kering akar pada perlakuan komposisi media tanam dan dosis
pupuk NPK

Komposisi
Pupuk NPK (g/polibeg)
Media Tanam
Rataan
(Top soil : Pasir
P 1 (0)
P 2 (2)
P 3 (4)
P 4 (6)
: Kompos
TKKS)
……..………………………………….cm………………….…………………….

K 1 (0:0:0)
K 2 (1:1:0)
K 3 (1:1:1)
K 4 (2:1:1)
K 5 (3:1:1)
Rataan
Keterangan:

4.80

6.12

5.86

5.75

5.63bc

5.71

5.88

5.94

5.88

5.85b

5.48

5.09

5.44

5.51

5.38cd

5.11

4.60

5.87

5.63

5.30d

6.13

6.48

5.83

6.00

6.11a

5.45
5.63
5.79
5.75
Angka yang diikuti huruf yang sama padakolomyang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Tabel 7 menunjukkan pada perlakuan komposisi media tanam diperoleh
bobot kering akar tertinggi yaitu pada perlakuan K 5 (Topsoil : Pasir : Kompos
TKKS = 3:1:1) yaitu 6.11 gyang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Rasio Tajuk Akar
Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 33-34 ),
diketahui bahwa komposisi media tanam berpengaruhnyata terhadap ratio tajuk
akar. Dosis pupuk NPK dan interaksi antara dosis pupuk NPK dan komposisi
media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap ratio tajuk akar.
Ratio tajuk akar talas pada perlakuan komposisi media tanam dan dosis
pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8.

Ratio tajuk akar pada perlakuan komposisi media tanam dan dosis
pupuk NPK

Komposisi
Pupuk NPK (g/polibeg)
Media Tanam
Rataan
(Top soil : Pasir
P 1 (0)
P 2 (2)
P 3 (4)
P 4 (6)
: Kompos
TKKS)
……..………………………………….cm………………….…………………….

K 1 (0:0:0)
K 2 (1:1:0)
K 3 (1:1:1)
K 4 (2:1:1)
K 5 (3:1:1)
Rataan
Keterangan:

1.65

1.31

1.68

1.71

1.59c

1.84

1.75

1.88

2.00

1.87a

1.67

1.93

1.62

1.68

1.72b

1.64

1.61

1.77

1.62

1.66c

1.93

1.72

1.83

1.91

1.85b

1.74
1.66
1.76
1.78
Angka yang diikuti huruf yang sama padakolomyang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Tabel 8 menunjukkan pada perlakuan komposisi media tanam diperoleh
ratio tajuk akar tertinggi yaitu pada perlakuan K 2 (Topsoil : Pasir = 1:1) yaitu 1.87
yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Pembahasan
Pertumbuhan Bibit Talas pada perlakuan komposisi media tanam
Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan komposisi media
tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2 MST, total luas daun, bobot
segar tanaman, bobot kering tajuk, bobot kering akar, dan ratio tajuk akar.

Universitas Sumatera Utara

Komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2 MST
dengan rataan tertinggi pada perlakuan K 2 (Top soil : Pasir =1:1)yaitu9.85 cm dan
terendah pada perlakuan K 4 (Top soil : Pasir : Kompos = 2 : 1 : 1) yaitu 7.67 cm.
Hal ini dikarenakankandungan bahan organik dari top soil paling tinggi sehingga
meningkatkan pertumbuhan tanaman karena bahan organik mampu mengurangi
jumlah unsur hara yang terikat mineral tanah, sehingga unsur hara yang tersedia
bagi tanaman menjadi lebih banyak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gunarto et
al(2002) bahwa top soil adalah tanah lapisan paling atas yang biasanya terdapat
pada ketebalan 5cm-20cm. Top soil memiliki kandungan bahan organik dan
mikroorganisme paling tinggi dan merupakan tempat aktivitas biologi tanah.
Total luas daun tanaman talas tertinggi terdapat pada perlakuan K5 (Topsoil
: Pasir : Kompos TKKS = 3:1:1) yaitu 752.50 cm2 dan terendah pada perlakuan
K 2 (Top soil : Pasir = 1:1) yaitu 431.67 cm2. Hal ini dikarenakan pemberian
kompos TKKS memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan pertumbuhan
tanamandan memiliki banyak kandungan hara. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Eleni (2014) bahwa keunggulan kompos TKKS yaitu mengandung unsur hara
yangdibutuhkan tanaman antara lain K, P, Ca, Mg, C dan N. Kompos TKKS
dapatmemperkaya unsur hara yang ada di dalam tanah, dan mampu memperbaiki
sifatfisik, kimia dan biologi tanah. Selain itu kompos TKKS memiliki beberapa
sifatyang menguntungkan antara lain membantu kelarutan unsur-unsur hara
yangdiperlukan bagi pertumbuhan tanaman, bersifat homogen dan mengurangi
resikosebagai pembawa hama tanaman, merupakan pupuk yang tidak mudah
tercucioleh air yang meresap dalam tanah dan dapat diaplikasikan pada
sembarangmusim

Universitas Sumatera Utara

Perlakuan komposisi media tanam K 5 (Top soil : Pasir : Kompos TKKS =
3 :1:1) menghasilkan

bobot segar tanaman dan bobot kering akar tertinggi

(175.03 g dan 6.11 g) dan terendah pada perlakuan K 4 (Top soil : Pasir : Kompos
= 2: 1:1). Hal ini disebabkan media tanam yang digunakan merupakan komposisi
media tanam yang banyak mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman sesuai dengan pernyataan Simanjuntak (2006) yaitu
tanah dengan sifat-sifatnya amat mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas
tanaman. Sifat fisik, kimia, dan biologi tanah merupakan aspek-aspek yang sangat
penting untuk menunjang kesuburan tanah. Kondisi tanah yang subur merupakan
syarat mutlak untuk mengoptimalkan pertumnbuhan dan produktivitas tanaman.
Ratio tajuk akar tertinggi diperoleh pada perlakuan K 2 (Top soil : Pasir
(1:1)) yaitu 1.87 dan terendah pada perlakuan K 1 (Top soil (Kontrol)) yaitu 1.59.
Hal ini dikarenakan pencampuran top soil dengan pasir memberikan efek yang
baik bagi perkembangan akar karena medium bersifat remah dan aerasi yang baik,
dapat mempertahankan kelembaban tanah dan perkolasi air lancer sehingga
pengaruh buruk akibat kelebihan air dapat dihindari. Keadaan ini menyebabkan
akar tumbuh dengan baik dan dapat menyerap unsur hara secara optimal sehingga
suplai hara untuk pertumbuhan lebih banyak. Tersedianya air dan unsur hara pada
medium tanam dan didukung oleh faktor lain yang optimal akan mempengaruhi
proses fotosintesis, hal ini mengakibatkan proses fotosintesis akan berjalan lebih
giat, fotosintat yang dihasilkan juga akan meningkat, sehingga translokasi
fotosintat ke organ-organ tanaman akan meningkat yang akan berpengaruh
terhadap berat kering tanaman yang ada kaitannya dengan ratio tajuk akar
tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hanafiah (2005) bahwa adanya pasir

Universitas Sumatera Utara

dapat menyebabkan media menjadi tidak terlalu lembab sehingga akar tanaman
tidak mudah membusuk karena terserang organisme patogen. Kerusakan akar
karena busuk dapat menyebabkan penyerapan unsur hara terganggu dan berakibat
pada kematian tanaman. Tajuk dan akar pada pertumbuhan tanaman memegang
peranan yang sama penting. Tajuk berfungsi untuk menyediakan karbohidrat
melalui proses fotosintesis, sedangkan akar berfungsi untuk menyediakan unsur
hara dan air yang diperlukan dalam proses metabolism tanaman. Rasio tajuk dan
akar berfungsi untuk mengetahui sejauh mana tingkat pertumbuhan bagian tajuk
tanaman berupa daun, batang, maupun organ reproduktif dengan alokasi hasil
fotosintesis untuk pertumbuhan akar (Cahyaningsih, 2003).
Pertumbuhan Bibit Talas pada perlakuan dosis pupuk NPK
Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan dosis pupuk NPK
berpengaruh nyata terhadap total luas daun, bobot segar tanaman, bobot kering
tajuk.
Perlakuan dosis pupuk NPK P 4 (6 g/polibeg) menghasilkan total luas daun
tertinggi (652.67 cm2) sedangkan perlakuan dosis NPK P 1 (0 g/polibeg)
menghasilkan total luas daun terendah (442.67 cm2). Hal ini disebabkan
penggunaan pupuk NPK mampu meningkatkan pertumbuhan pucuk tanaman dan
menyuburkan pertumbuhan vegetatif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutejo
(2002) yang menyatakan bahwa fungsi N untuk tanaman pangan yaitu sebagai
penyusun protein, untuk pertumbuhan pucuk tanaman dan menyuburkan
pertumbuhan vegetatif sehingga sesuai untuk tanaman pangan. Fungsi P sebagai
salah satu unsur penyusun protein, dibutuhkan untuk pembentukan buah dan biji,
merangsang pertumbuhan akar menjadi memanjang dan tumbuh kuat sehingga

Universitas Sumatera Utara

tanaman akan tahan kekeringan. Kekurangan pupuk P akan menyebabkan
tanaman tumbuh kerdil, pembentukan biji terhambat, serta tanaman menjadi
lemah sehingga mudah roboh. Unsur K berperan dalam proses metabolisme
seperti fotosintesis dan respirasi yang merupakan hal penting dalam pertumbuhan.
Perlakuan dosis pupuk NPK P 3 (4 g/polibeg) menghasilkan bobot segar
tanaman tertinggi (148.99 g) sedangkan perlakuan dosis NPK P 2 (2 g/polibeg)
menghasilkan total luas daun terendah (98.78 g). Hal ini dikarenakan pemberian
pupuk NPK dapat membantu penyediaan unsur hara tanaman, sehingga
berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif tanaman talas yang pada akhirnya dapat
meningkatkan berat segar tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sitompul
dan Guritno (1995) bahwa berat segar tanaman terutama dipengaruhi tersedianya
unsur hara N dan P yang berperan dalam pertumbuhan vegetatif. Berat segar
tanaman hamper seluruhnya ditentukan oleh pengambilan air dan unsur hara bagi
tanaman.
Perlakuan dosis pupuk NPK P 4 (6 g/polibeg) menghasilkan bobot kering
tajuk tertinggi (10.17 cm) sedangkan perlakuan dosis NPK P 2 (2 g/polibeg)
menghasilkan total luas daun terendah (9.21 cm). Hal ini disebabkan penggunaan
pupuk majemuk dapat memperbaiki kondisi fisik tanah dan menjaga fungsi tanah
agar unsur hara mudah diserap oleh tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Santoso (2012) bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas tanah yang
sudah mulai menurun yaitu dengan menggunakan pupuk majemuk agar bertujuan
untuk memperbaiki kondisi fisik tanah dan menjaga fungsi tanah agar unsur hara
mudah diserap oleh tanaman. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung
lebih dairi satu jenis unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro adalah unsur

Universitas Sumatera Utara

hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah besar sedangkan unsur hara
mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil.
Pertumbuhan tanaman erat kaitannya dengan pembelahan sel yang berarti
peningkatan dalam jumlah sel. Sedangkan pembesaran sel erat kaitannya dengan
ukuran sel. Pertumbuhan dan perkembangan sel erat kaitannya dengan
peningkatan berat kering (Gardner et al., 1991). Berat kering tanaman yang
konstan akan terjadi ketika jumlah sel yang terbentuk semakin banyak dan
diimbangi dengan ukuran sel yang semakin kecil (Wijayati et al., 2005).
Pengaruh interaksi perlakuan komposisi media tanam dan dosis pupuk NPK
Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui interaksi perlakuan komposis
media tanam dosis pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2-9
MST dan bobot segar tanaman.
Pada parameter tinggi tanaman umur 9 MST kombinasi perlakuan terbaik
diperoleh pada perlakuan K 4 P 3 yaitu 41.83 cm dan terendah pada perlakuan K1 P 3
yaitu 14.58 cm. Dari data pengamatan (Tabel 1) dapat terlihat bahwa kombinasi
perlakuan terbaik pada perlakuan K4 P 3 yaitu kombinasi antara komposisi media
tanam berupa Topsoil : Pasir : Kompos (2:1:1) dan dosis pupuk NPK
4 gram/polibeg. Hal ini dikarenakan penggunaan media tanam yang tepat dan
dosis pupuk NPK optimal meningkatkan tinggi tanaman bibit talas. Hal ini
diperkuat oleh pernyataan Santoso (2012) bahwa salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas tanah yang sudah mulai menurun yaitu dengan
menggunakan pupuk majemuk agar bertujuan untuk memperbaiki kondisi fisik
tanah dan menjaga fungsi tanah agar unsur hara mudah diserap oleh tanaman.
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dairi satu jenis unsur hara

Universitas Sumatera Utara

makro dan mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman dalam jumlah besar sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang
dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil.
Interaksi perlakuan komposisi media tanam dengan pupuk NPK
berpengaruh nyata pada parameter bobot segar tanaman dimana rataan tertinggi
terdapat pada kombinasi perlakuan K 5 P 3 yaitu 250.93 g dan terendah pada
perlakuan K 1 P 1 yaitu 55.74 g. Hal ini dikarenaan penggunaan media tanam pada
perlakuan K5 yaitu top soil, pasir, dan kompos yang dapat menyediakan unsur
hara untuk tanaman bagi tanaman. Hal ini dikarenakan pencampuran top soil
dengan pasir memberikan efek yang baik bagi perkembangan akar karena medium
bersifat remah dan aerasi yang baik, dapat mempertahankan kelembaban tanah
dan perkolasi air lancer sehingga pengaruh buruk akibat kelebihan air dapat
dihindari. Keadaan ini menyebabkan akar tumbuh dengan baik dan dapat
menyerap unsur hara secara optimal sehingga suplai hara untuk pertumbuhan
lebih banyak. Tersedianya air dan unsur hara pada medium tanam dan didukung
oleh faktor lain yang optimal akan mempengaruhi proses fotosintesis, hal ini
mengakibatkan proses fotosintesis akan berjalan lebih giat, fotosintat yang
dihasilkan juga akan meningkat, sehingga translokasi fotosintat ke organ-organ
tanaman akan meningkat yang akan berpengaruh terhadap berat kering tanaman
yang ada kaitannya dengan ratio tajuk akar tanaman. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Hanafiah (2005) bahwa

adanya pasir dapat menyebabkan media

menjadi tidak terlalu lembab sehingga akar tanaman tidak mudah membusuk
karena terserang organisme patogen. Kerusakan akar karena busuk dapat

Universitas Sumatera Utara

menyebabkan penyerapan unsur hara terganggu dan berakibat pada kematian
tanaman.

KESIMPULAN DAN SARAN

Universitas Sumatera Utara

Kesimpulan
1.

Komposisi media tanam Top soil : Pasir (1:1) meningkatkan tinggi tanaman
dan ratio tajuk akar; sedangkan komposisi media tanam Top soil : Pasir :
Kompos (3:1:1) meningkatkan total luas daun, bobot segar tanaman, bobot
kering tajuk dan akar.

2.

Dosis pupuk NPK 6 g/polibeg meningkatkan total luas daun dan bobot
kering tajuk, dosis pupuk NPK 4 g/polibeg menigkatkan bobot segar
tanaman.

3.

Interaksi perlakuan komposis media tanam dosis pupuk NPK berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman 2-9 MST yaitu kombinasi antara Top soil :
Pasir : Kompos TKKS (2:1:1) dan dosis pupuk NPK (4 g/polibeg) (K4 P 3 )
dan bobot segar tanaman yaitu kombinasi antara Top soil : Pasir : Kompos
TKKS (3:1:1) dan dosis pupuk NPK (4 g/polibeg) (K5 P 3 ).

Saran
Berdasarkan penelitian ini, sebaiknya dapat dilakukan budidaya bibit
tanaman talas dengan komposisi media tanam Top soil : Pasir : Kompos TKKS
(1:1:1) dan dosis pupuk NPK 2 g/polibeg yang ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara