Struktur Upacara Perkawinan Masyarakat Tionghoa Suku Hakka di Kota Medan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang mempunyai keragaman budaya yang
bersejarah

dan

bernilai

tinggi.Ini

merupakan

suatuhal

yang

menarikuntukdituliskansejarahmaupundigalikeberadaannya.Masyarakat Indonesia

merupakanmasyarakatyang majemuk, yang memilikikeberagaman etnis, agama,
bahasa, adatistiadatdanlainnya. Salah satu dari keberagaman etnis adalah etnis
Tionghoa. Penyebaran masyarakat Tionghoa tidak hanya menempati kota-kota
besar tetapi juga menempati provinsi di Sumatera, khususnya Medan.
Pengaruhkeberadaanmasyarakat
ditandaidenganbanyaknyabangunan
contohnyaklentengatauvihara,

Tionghoa
yang

ditandaijugadenganmeluasnyabahasa
lembagaperusahaanataupun

di

Medan

rumahibadahataugereja.


di
Mandarin
sekolah.

kota

berbaurtentangetnisTionghoa,

sekolah,

PerkembanganmasyarakatTionghoa

di

kota
yang

Medan

dipergunakanbaik


MasyarakatTionghoa

di

Medan

lebihdominankeperdagangandanjasa.KeberadaanmasyarakatTionghoabanyakdiju
mpai di pusatkotamaupunsudutkota.
Etnis Tionghoa menyebutdirinyadenganistilahHokkien, Tiochiu, atau
Hakka.Dalambahasa

Mandarin

mereka

disebutTangren

( 唐 人 ;


orang

Tang).SukuHokkianmerupakansuku yang paling dominan di kota Medan.
Bahasadankebudayaannyasudahdikenalolehmasyarakatluas.Berbedadengansukulai

1
Universitas Sumatera Utara

TiochiudanHakka

nnya,

masihjarangdikenalolehmasyarakatawam.Ketigasukuinisamasamamemilikikeunik
kanmasing-masingdibidangbahasa

dan

budaya.

Halinimenjadisebuahdayatarikmasyarakatluasuntukmengenallebihdalammengenai

keberadaanketigasukutersebut.
Masyarakat Tionghoa kaya akan kebudayaan. Setiap suku memiliki
perbedaan

dalam

proses

pelaksanaan

setiap

upacara

kebudayaan.SukuHakkamerupakansuku yang sangatminoritas diantara suku
Hokkian

dan

Tiochiu


yang

ada

di

kota

Medan.

MasyarakatsukuHakkahanyamenempatisatu daerah di kota Medan. yaitu jalan
Metal.

Dimana

masyarakatsukuHakkajuga

memilikibahasasendiridankeunikantersendiridalamhalkebudayaan.SukuHakka
yang

minoritasmampumempertahankankebudayaanmaupunbahasadaerahnya.Masyarak
atsukuHakka

merupakansuku

yang

tertutupdalamhalberbaurdengansukulainnya.Keberadaanyang
minoritasbukanalasanuntukberdiamtetapimenjaditombakpertahananhidupdalampel
estariankebudayaan.
Pelestariankebudayaansuku Hakka merupakanwarisandarileluhur yang
terdahulu.Sistemkeyakinanmempengaruhikehidupan,

bagaimana

memandanghidupdankehidupantermasukdalammenghormatileluhurnya.Kebudaya
anmasyarakatsuku

Hakka


sangatberagam,

2
Universitas Sumatera Utara

salahsatunyaperkawinan.Perkawinanmerupakansalahsatudarikebudayaansuku
Hakka yang masihdilestarikan.
Ada dua hal pokok yang menjadi momen paling penting dalam kehidupan
manusia, yaitu dimulai dari kelahiran hingga kematian. Diantara kelahiran dan
kematian itu sendiri juga terdapat momen yang cukup penting yakni perkawinan.
Perkawinan dalam kehidupan manusia mempunyai arti penting karena merupakan
proses penyatuan dua anak manusia dengan latar belakang yang berbeda ataupun
kepribadian yang berbeda.
Adanyasalingketergantunganantaramanusiadengan

yang

lainnyadikarenakankedudukanmanusiasebagaimakhluksosial

yang


sukaberkelompokdanbertemandenganmanusialainnya.Setiapmasyarakatmengangg
apsaatsaatpentingkehidupanadalahsaatperalihantingkathidupremaja
ketingkathidupberkeluarga, yakniperkawinan.Hidupbersamadengan orang yang
dipercayadapatdijadikantempatberbagisukadan

duka,

serta

memenuhikebutuhanhidupnya. Bagiseoranglakilaki ataupunseorangperempuan
yang telahmencapaiusia tertentu, pasti tidakakanlepasdarimasalahperkawinan.
Perkawinanpada

masyarakatTionghoa,

Tiochiumemilikikepercayaandantradisi

sepertiHokkian,
yang


Hakka,
berbeda-

beda.Olehkarenaitupelaksanaan perkawinannya pun berbeda.Pesta perkawinan
bukan hanya sebagai simbol sementara, bahwa pasangan telah resmi dalam ikatan.
Namun, bagi keluarga terdahulu yang sangat memperhatikan adat istiadat, mereka
menganggap bahwa perkawinan suku Hakka haruslah sakral, bukan hanya untuk
kedua pasangan namun juga ikatan antara kedua pihak keluarga.

3
Universitas Sumatera Utara

Terdapat tata cara perkawinan yang tidak sama dengan perkawinan sukusuku Tionghoa yang ada di Indonesia.Masyarakat suku Hakka dalam
melaksanakan proses perkawinan memiliki tradisi dan ritual tersendiri. Proses
upacara perkawinan harus memperhatikan banyak hal dimulai dari awal lamaran
sampai ke resepsi perkawinan. Persiapan tersebut merupakan wujud doa keluarga
untuk mempelai. Dari persiapan tersebut diharapkan kedua mempelai bisa
menikmati


kehidupan

perkawinan

bahagia.Perbedaanperkawinanmasyarakatsuku

mereka
Hakka

dengan

dengansukuTionghoa

lainnyajuga terletakdalamisisangjit,makanankhas, proses pemberkatanperkawinan
dan juga dalam acara minumteh.
Dimulai dari pemilihan hari, jam dan tanggal yang baik merupakan salah
satu yang wajib diperhitungkan bagi tradisi adat sukuHakka di Indonesia.
Pemilihan hari ini, tidak sembarang dilakukan melainkan ada orang yang memang
ahli dalam hal ini yaitu suhu atau pendeta. Proses lamaran atau sangjit dalam
tradisi sukuHakka, dilakukan seminggu sebelum berlangsungnya perkawinan.
Lamaran merupakan pemberian barang dari mempelai pria untuk mempelai
wanita yang nantinya akan digunakan oleh kedua calon mempelai untuk
kehidupan setelah masa perkawinan. Yang umumnya disebut hantaran dalam
bahasa Cina disebut sangjit. Barang yang diserahkan biasanya melambangkan
kelanggengan, kesuburan dan juga kebahagiaan untuk pasangan.
Pada suku Hakka,proses lamaran ini dilaksanakan dirumah calon
pengantin wanita. Proses lamaran ini calonpengantinpriatidakikutserta kerumah
calon

pengantin

wanita.

Orangtuapihaklakilaki

bertemudenganorangtuapihakperempuantanpacalonpengantinperempuan.

yang
Proses

4
Universitas Sumatera Utara

inimembicarakanmengenaijumlahundangandarikeduabelahpihakdan

proses

resepsi.
Hantaran atau Sangjit pada perkawinan masyarakat suku Hakka tidak jauh
berebeda, hanya terletak pada isi yang merupakan makanan khas suku
Hakka.Sangjit pada suku Hakka ditandai dengan adanya makananhobak(paha
babi)dan keunyu (sotong dan sayur yang sudah dikeringkan)yang merupakan
makanan khas dari suku Hakka. Prinsip masyarakat suku Hakka terhadap paha
babi, bahwa pengantin pria senantiasa mampu menghidupi dan bertanggung jawab
terhadap istri dan anaknya kelak.
Pada suku Hokkian dan Tiochiu, mereka tidak menyiapkan paha Babi
(Hobak) dan Keunyu yang merupakan khas dari suku Hakkaitu sendiri. Pada
masyarakat suku Hakka juga harus membawa ayam jantan dan betina pada saat
hantaran sangjit, ayam ini nantinya di bawa ke kamar calon pengantin. Suku
hakka percaya, ayam jantan atau betina yang akan keluar pertama maka itulah
yang akan jadi jenis kelamin anak pertama mereka nantinya.
Ketika saat upacara tiba, upacara dimulai dengan sembahyang untuk para
leluhur sekalian meminta ijin. Proses pemberkatanperkawinandilakukan di rumah.
Saat pengantin pria menjemput pengantin wanita mereka harus melakukan
sembahyang di rumah pengantin wanita terlebih dahulu bersama pengantin pria.
Setelah itu pengantin pria beserta keluarga calon pengantin wanita menikmati
hidangan huat kue atau kue onde – onde. Onde-onde ini melambangkan agar acara
yang akan dilangsungkan berjalan dengan lancar, layaknya bola yang bergelinding.
Kemudian dilanjutkan dengan pang tea atau acara minum teh.

5
Universitas Sumatera Utara

Tata cara minum teh pada suku Hakka juga berbeda dengan suku Hokkian
dan Tiochiu. Pada suku Hakka, jamuan teh atau yang biasa disebut pangtea
terlebih dahulu dilakukan di rumah calon pengantin wanita. Setelah itu, keesokan
harinya dilanjut di rumah calon pengantin laki-laki. Fungsi dari acara minum teh
ini adalah untuk perkenalan bagi para calon mempelai dengan keluarga dari kedua
belah pihak. Acara minum teh ini juga sebagai penghormatan dari kedua calon
mempelai kepada orang tua dan kerabat sesepuh agar mendoakan mempelai
menjadi pasangan yang bahagia lahir batin dalam susah dan senang. Itulah yang
menjadi latar belakang penulis memilih perkawinan suku Hakka untuk diteliti.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti ―StrukturUpacara
Perkawinan Masyarakat TionghoaSuku Hakka di Medan‖.
1.2 Batasan Masalah
Penulis akan membatasi permasalahan yang akan dipaparkan yang hanya
membahas tentang struktur perkawinan saja, sesuai dengan judul yaituStruktur
Upacara Perkawinan Masyarakat Tionghoa Suku Hakka di Medan.

1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana struktur upacara perkawinan masyarakat Tionghoa suku Hakka di
Medan?
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai
dari penelitian ini adalah:

6
Universitas Sumatera Utara

Untuk menjelaskan struktur upacara perkawinan masyarakat Tionghoa suku
Hakka di Medan.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 ManfaatTeoritis
Manfaatteoritisdaripenelitianiniadalah :
1. Mampumemberikanpemahamandanpengetahuan pada struktur perkawinan
masyarakat Tionghoa suku Hakka di Medan, khususnya bagi masyarakat
luas.
2. Penelitian ini juga bermanfaat menjadi referensi atau informasi dalam
mengkaji budaya masyarakat Tionghoa di Medan serta menjadi sumber
pengetahuan bagi Paguyuban Indonesia-Tionghoa khususnya untuk
masyarakat Hakka itu sendiri.

1.5.2 ManfaatPraktis
Manfaatpraktisdaripenelitian ini diharapkan dapat :
1. Menambah acuan penelitian di Fakultas Ilmu Budaya khususnya Sastra
Cina
2. Penelitian ini juga menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya.

7
Universitas Sumatera Utara