Analisis Yuridis Tindak Pidana Perdagangan Orang Terhadap Anak Secara Berlanjut (Studi Putusan Nomor 101 Pid.B 2014 PN Rap) Chapter III V

BAB III
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN TINDAK
PIDANA PERDAGANGAN ORANG
A. Sejarah Perkembangan Perdagangan Anak
Sejarah historis, perkembangan anak berawal dari masalah perbudakan
yang telah berkembangcukup lama. Namun, tidak ada satu pun studi tentang
perbudakan yang memberikan catatan pasti kapan perbudakan mulai terjadi.
Studi-studi yang pernah dilakukan dalam konteks tersebut lebih banyak
menekankan pada fungsi ekonomi yang didasarkan pada kepentingankepentingan struktur ekonomi kapitalis.
Perubahan idealisme kapitalis pada saat itu berbenturan dengan konteks
kebersamaan yang didorong oleh kelompok sosialis yang pada gilirannya
menciptakan terminologi perbudakan berdasarkan praktik-praktik ekonomi
provitalisme oleh kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya.
Di masa lalu dimana norma kultural dan sosial di temukan oleh kekuatan
bergaining kekuasaan klan atas klan lainnya, penaklukan atas kelompokkelompok yang lebih lemah merupakan sumber munculnya praktik
perbudakan.91
Hal ini dibuktikan dengan adanya kekuasan ekonomi dan politik yang
mengatasnamakan kepada suatu kelompok atau individu yang cenderung
menghilangkan kepentingan paralel individu maupun kelompok massa.

91


Abdul Haris, Gelombang migrasi dan jaringan perdagangan manusia, (Yogyakarta,
2005), hal 116.

Universitas Sumatera Utara

Artinya, terjadi pertarungan-pertarungan yang berlangsung dalam skala besar
terhadap kelompok-kelomkpok yang lemah.
Praktik-praktik perbudakan yang terjadi lebih dari 2000 tahun yang lalu
berawal dari aksi-aksi penaklukan dalam kerangka penguasaan wilayah dan
pelebaran kekuasaan yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan dominan.92
Oleh kerena itu, secara historis sesungguhnya perbudakan yang
berkembang saat ini merupakan bentuk-bentuk perubahan dari sejarah masa
lalu dalam kemasan yang lebih dilihat manusiawi. Jika pada masa lalu
perbudakan berkembang sebagai pengabdian mutlak kepada penguasa, maka
dalam konteks sekarang ini perbudakan telah banyak mengalami pergeseran.
Bentuk-bentuk praktik perbudakan pada masa sekarang ini bisa dilihat dari
meningkatnya prostituasi dari tahun ke tahun yang sering dikenal dengan
sebutan perbudakan modern.
Pada abad 18 dan 19 di kawasan Eropa dan Amerika, ada 2 pandangan

mengenai prostitusi. Bahwa kelompok pertama yaitu aliran regulasionalisme
yang merupakan aliran yang mengandung legalitas praktik prostitusi, tetapi
juga memperjuangkan hak-hak Perkerja Seks Komersial (PSK) melalui
sistem perundangan yang menjamin perlindungan hukum dan kesehatan yang
memadai bagi PSK. Sedangkan kelompok kedua, yakni aliran abolisionisme
yang secara spesifik merespon berkembangnya praktik prostitusi dan

92

Ibid,.

Universitas Sumatera Utara

perdagangan perempuan dan anak perlu diletakkan pada posisi hukum yang
jelas.93
Praktik perdagangan perempuan dan anak di pandang sebagai sesuatu
yang melawan hukum sehingga para aparat penegak hukum harus
memberlakukan aturan-aturan hukum yang ada pada saat itu.
Secara teoritis, hal-hal yang terjadinya perdagangan perempuan dan anak
adalah aktivitas migrasi. Aktivitas ini didasari oleh keinginan tiap penduduk

untuk memperoleh keuntungan di daerah-daerah yang baru diluar wilayah
daerah temtpat tinggal mereka. Aktivitas migrasi inilah yang merupakan
awal berkembangnya sejarah perbudakan, dimana yang sering sekali menjadi
korban dari aktivitas tersebut adalah anak.
Perdagangan anak terlihat tampak jelas saat terjadi krisis ekonomi dan
marjinalisasi perempuan dipendidikan dan ketenagakerjaan. Terlihat dari
beberapa kasus yang menyebabkan terjadinya perdagangan anak, seperti
ketika suatu keluarga di timpa sebuah musibah akibat gagal panen ataupun
angota keluarga laki-laki/kepala keluarga, anak-anak (khususnya anak
perempuan) akan berada dibarisan terdepan untuk menyelamatkan ekonomi
keluarga.
Dalam sejarah bangsa Indonesia, perdagangan orang telah ada sejak masamasa kerajan-kerajan di Jawa yaitu menjadi perempuan sebagai bagian
pelengkap dari sistem pemerintahan feodal.

93

Ibid,.

Universitas Sumatera Utara


Koentjoro mengidentifikasikan ada 11 kabupaten di Jawa yang dalam
sejarah terkenal sebagai pemasok perempuan untuk kerajaan sampai
sekarang daerah tersebut masih terkenal sebagai pemasok perempuan untuk
diperdagangkan, daerah tersebut adalah Jawa Barat (Indramayu, Karawang,
Kuningan), Jawa Tengah (Pati, Wonogiri), Jawa Timur (Blitar, Malang,
Banyuwangi, Lamongan).94
Sistem feodal tidak sepenuhnya menunjukan keberadaan perdagangan
orang seperti yang di kenal dalam masyarakat modern saat ini, tetapi apa
yang dilakukan pada masa itu telah membentuk landasan bagi perkembangan
pedagangan orang yang ada pada saat ini.
Sejak tahun 1929 masalah perdagangan orang khususnya perdagangan
perempuan dan anak telah dibahas. Hal ini muncul ketika ada peristiwa yang
banyak di bicarakan dan menjadi pembahasan dalam masyarakat tentang
beberapa anak dari desa Pringsut di Magelang yang diculik pada saat
darmawisata ke Semarang. Penculikan dilakukan dengan membius terlebih
dahulu anak-anak tersebut kemudian dibawa ke Singapura. Kasus ini
mendorong

terbentuknya


Pekumpulan

Pemberantasan

Perdagangan

Perempuan dan Anak-Anak (P4A). Lembaga ini menjadi cikal bakal
terbentuknya Badan Pemberantasan Perempuan dan Anak-Anak (BPPPA)
yang merupakan hasil keputusan kongres perikatan Perkumpulan Istri di

94

Terrence H.Hull, Endang S., Gawin W. Jones, Pelacur di Indonesi, cetakan I,
(Perpustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1997), hal. 1-2.

Universitas Sumatera Utara

Indonesia di Surabaya pada tanggal 13-18 Desember 1930. Kasus-kasus yang
banyak ditangani adalah kasus pembayaran utang.95
Jaringan perdagangan orang tidak bisa dipisahkan dari batas-batas negara

yang semakin mudah dilintasi. Mereka mempunyai jaringan lintasan negara
yang terstruktur rapi dan sangat rahasia keberadaanya. Seperti negara-negara
yang dulunya tidak mengenal perdagangan orang, malah menjadi negara
tujuan pelakumencari anak-anak, baik perempuan maupun laki-laki untuk
dijadikan sebagai korban.
Hal ini juga dapat dilihat dari sejarah perdagangan orang di Thailand yang
telah berlangsung pada masa Ayutthaya antara tahun 1351 sampai dengan
1767. Pada masa itu perempuan-perempuan dianggap tidak lebih dari sekedar
hadiah yang diberikan kepada tentara atas prestasi yang telah mereka raih
atau dijadikan simpanan wanita para elit. Pesetubuhan hubungan seksual
merupakan hal biasa yang dilakukan oleh kaum aristokrat. Pada umumnya
mereka memiliki tiga istri dimana istri ketiga secara khusus dijadikan sebagai
budak yang diperoleh dengan cara membeli dan mereka berhak menjual
bahkan menghukum badan istri ketiga mereka.96
Ketika Thailand membuka diri dan mengadakan hubungan dengan dunia
Barat, pemerintahan waktu itu memulai untuk mengambil suatu kebijakan
yaitu dengan modifikasi aturan-aturan hukum negara sesuai dengan yang
berkembang di Barat terutama yang berhubungan dengan perbudakan,

95


Farhana, Ibid hal. 2-3.
Mahrus Ali, Bayu Aji Pramono, Perdagangan Orang (Dimensi, Instrumen
Internasional dan Pengaturannya di Indinesia), (PT.CitraAditya Bakti, Bandung, 2011), hal. 5.
96

Universitas Sumatera Utara

poligami, dan prostitusi. Puncaknya adalah pada tahun 1905 ketika Raja
Rama V melarang/meniadakan perbudakan.97
Dalam perkembangannya, perkembangan perdagangan orang mencangkup
berbagai tujuan. Setelah Indonesia merdeka, hal tersebut dinyatakan sebagai
tindakan melawan hukum. Di era globalisasi perbudakan marak kembali
dengan wujudnya yang ilegal dan terselubung berupa redagangan orang
melalui bujukan, ancaman, penipuan, dan rayuan untuk direkrut dan dibawa
ke daerah lain bahkan ke luar negeri untuk diperkerjakan dan
diperjualbelikan di luar kemaunya sebagai perkerja seks komersial, kerja
paksa atau bentuk-bentuk ekploitas lainya.
Berbagai penyebab yang mendorong terjadinya hal tersebut, diantaranya
yang dominan adalah faktor kemiskinan, ketidaktersediaan lapangan kerja,

perubahan orientasi pembangunan dari pertanian ke industri secara krisis
ekonomi yang tidak bersudahan.98
Perdagangan orang sangat berkaitan dengan kriminalitas transnasional
yang merendahkan martabat bangsa dan negara memperlakukan semata
sebagai komoditi yang dibeli, dijual, dikirim, atau dijual kembali. Dalam
pemberitahuan saat ini sudah di nyatakan sebagai bisnis global yang telah
memberikan keutungan bagi pelaku dimana para korban mayoritasnya adalah
anak-anak dan perempuan. Setiap tahun di perkirakan 2 (dua) juta manusia
diperdagangkan dan sebagian besarnya adalah perempuan dan anak. 99
Kenyataan bahwa yang lebih dominan adalah perempuan dan anak-anak
97

Ibid, hal. .6.
Farhana, Op.cit, hal. 6-7.
99
Rachmad syafaat, Ibid, hal. 1.
98

Universitas Sumatera Utara


karena merekalah kelompok yang sering menjadi sasaran dan dianggap
paling rentan. Para korban diperlukan secara tidak menuasiawi, ditipu dan
diekpolitasi. Bentuk-bentuk eksploitasi tersebut antara lain yakni dengan cara
eksploitasi seksual, perbudakan modern atau bahkan pembuatan transplantasi
organ tubuh untuk tujuan komersial, sampai penjualan bayi untuk tujuan dan
kepentingan mendapatkan keuntungan yang besar bagi para pelaku
perdagangan orang.
Adapun Economy and Social Commision on Asia Pasific (ESCAP)
melaporkan bahwa Indonesia menempati peringkat ketiga atau terendah
dalam upaya penanggulangan masalah perdagangan orang. Kondisi semacam
ini menmpatkan Indonesia masuk ke dalam peringkat ketiga

yang

merupakan peringkat terburuk, sehingga diasumsikan Indonesia merupakan
negara yang tidak sungguh-sungguh menangani masalah ini, tidak memiliki
perangkat peraturan perundang-undangan yang dapat mencegah, melindungi
dan menolong korban, serta tidak memiliki peraturan perundang-undangan
untuk melakukan penghukuman bagi para pelaku perdagangan orang.100
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana hanya memiliki satu pasal saja,

yakni pasal 297 KUHP yang mengatur secara eksplisit tentang perdagangan
perempuan dan anak laki-laki, tetapi ancaman hukumannya masih ringan.
Perdagangan anak juga belum diantisipasikan oleh Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejetaraan Anak, yang dimaksud untuk
memberikan perlindungan hukum kepada anak. Hal ini dikatakan demikian

100

Farhana, Loc.cit

Universitas Sumatera Utara

karena Indonesia sebagai negara sumber dan transit perdagangan orang
Internasional, khususnya untuk tujuan seks komersial dan buruh di dunia.
Hal ini mengakibatkan Indonesia terancam dihentikan seluruh bantuan
kemanusiaan dari dunia Internasional.
Sejak awal indonesia telah mengkriminalisasikan perdagangan orang yang
diatur dalam Pasal 297 KUHP. Akan tetapi, perdagangan orang telah menjadi
kejahatan yang terorganisir, maka diperlukan adanya pembaharuan
komitmen untuk memerangi sebagaimana tertuang dalam Keppres Nomor 88

Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perempuan dan
Anak dan

gugus tugas

yang berangotakan lintas sektoral

untuk

implementasinya.101
Upaya untuk menanggulangi perdagangan orang juga memerlukan sumber
daya yang besar dan waktu yang cukup lama. Diperlukan juga kerjasama
yang baik antara penyelenggara negara dengan negara-negara lain agar
upaya-upaya tersebut dapat bejalan dengan efektif.
Perdagangan orang juga telah dikriminalisasikan dalam hukum Indonesia.
Perdagangan disebut secara eksplisit dalam KUHPidana dan UndangUndang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia sebagai berikut :
Pasal 65 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
menyatakan bahwa :
“Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan
eksploitasi dan pelecehan sesual, penculikan, perdagangan anak, serta dari

101

Ibid,.

Universitas Sumatera Utara

berbagai bentuk penyalangunaan narkotik, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya”.
Pasal 65 di atas tidak mencantumkan sanksi bagi si pelaku tindak pidana
tersebut, sehinggah dalam praktiknya pasal-pasal ini sulit untuk digunakan.
Di samping itu, pasal ini tidak memberikan perlindungan bagi korban dan
saksi-saksi, serta konpensasiunruk korban. Untuk mendapatkan perlindungan
hukum yang lebih pasti, maka lahirlah Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.
B. Pengaturan Hukum Perlindungan Anak
a. Perlindungan Anak Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana
Didalam kitab Undang-Undang Hukum Pidana terdapat beberapa pasal
yang berkaitan dengan kejahatan dan berkaitan dengan Perlindungan Anak,
yakni sebagai berikut :
1. Pasal 289 KUHP
Barangsiap a dengan kekerasan atau ancaman kekerasa memaksa seseorang
melakukan atau membiarkan dilakukan pada dirinya perbuatan cabul,
dihukum karena merusakan kesopanan dengan hukuman penjara selamalamanya sembilan tahun.
Maksud dari perbuatan cabul di dalam paasal ini adalah perbuatan yang
melanggar

kesulilaan

atau

perbuatan

yang

keji,

termasuk

juga

pesetubuhan.Pasal ini bukan saja melarang seseorang untuk memaksa

Universitas Sumatera Utara

perbuatan cabul tetapi juga memaksa orang untuk membiarkan dilakukan pada
dirinya perbuatan cabul.102
2. Pasal 290 KUHP
Dengan hukuman selama-lamanya penjara 7 (tujuh) tahun dihukum :
1e. Barangsiapa melakukan perbuatan cabul kepada seseorang, sedang
diketahuinya bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya.
2e. Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang, sedangkan
diketahuinya atau patut harus disangkanya,bahwa umur orang itu belum
cuku 15 (lima belas) tahun atau kalau tidak nyata berapa umurnya, bahwa
orang itu belum masanya buat dikawin.
3e. Barangsiapa membujuk (menggoda) seseorang, yang diketahuinya atau
patut harus disangkanya,bahwa umur orang itu belum cukup 15 (lima
belas) tahun atau kalau tidak nyata berapa umurnya, bahwa ia belum
masanya buat kawin, ana melakukan atau membiarkan dilakukan pada
dirinya pebuatan cabul, atau akan bersetubuh dengan orang lain dengan
tiada kawin.
Isinya hampir sama dengan Pasal 289 KUHP, tetapi dalam pasal ini
menghukum juga seseorang yang mengoda atau membujuk seseorang yang
umurnya belum cukup 15 (lima belas) tahun atau belum masanya untuk
menikah untuk dilakukan atau membiarkan pada dirinya perbuatan cabul.
3. Pasal 292 KUHP
Orang dewasa yang melakukan pebuatan cabul dengan orang yang belum
dewasa dari jenis kelamin yang sama, sedang diketahuinya patut harus
disangkanya hal ini belum dewasa itu, dihukum penjara selama-lamanya lima
belas tahun.
Kata”jenis kelamin yang sama” diartikan sebagai laki-laki dengan laki-laki
dan perempuan dengan perempuan dimana hal ini tersebut merupakan
penyimpangan seksual.Kata”oarang dewasa” dalam hal ini diartikan sebagai
seseorang yang telah mencapai umur 21 tahun atau belum mencapai umur 21
tahun tetapi sudah pernah kawin. Sedangkan kata “perbuatan cabul” yang
102

R.Soesilo, Kitab Udang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar-komentar
Lengkap Dengan Pasal demi Pasal, (Politeia, Bogor, 1994), hal. 212.

Universitas Sumatera Utara

dimaksud pada pasal ini mengandung arti bahwa perbuatan cabul tersebut
dihukum apabila seseorang yang telah dewasa atau cukup umur melakukan
perbuatan cabul tehadap seseorang yang belum cukup umur. Dan apabila
perbuatan cabul tersebut dilakukan oleh seseorang yang telah dewasa dengan
orang dewasa maka tidak dapat dihukum.
4. Pasal 295 KUHP
Dihukum :
1e. Dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun, barang siapa
yang dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul
yang dikerjakan oleh anaknya, anak tirinya atau anak angkatnya yang
belum dewasa, oleh anak yang dibawah pengawasannya,orang yang
belum dewasa yang diserahkan kepadanya,supaya dipeliharanya, di
didiknya atau dijaganya atau bujangnya yang dibawah umur atau orang
yang dibawahnya dengan orang lain.
2e. Dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun, barang siapa
dengan sengaja, diluar hal tersebut pada 1e, menyebabkan tau
memudahkan perbuatan cabul dengan orang lainyang dikerjakan oleh
orang sebelum dewasa yang diketahuinya atau patut disangkanya, bahwa
ia belum dewasa.
Tentang “perbuatan menyebabkan”ialah memiliki makna bahwa segala
perbuatanyang menimbulkan akibat terjadinya suatu perbuatan artinya bahwa
semula si pembuat belum memiliki kehendak unuk bebuat cabul.
Sedanngkan yang dimaksud dengan “memudahkan perbuatan cabul” adalah
segala perbuatan dengan bentuk apapun yang sifatnya mempermudah,
menolong atau memperlancarnya dilakukannya perbuatan cabul oleh anaknya
dan lain-lain dengan orang lain.
5. Pasal 296 KUHP
Barangsiapa yang pencariannya atau kebiasannya yaitu dengan sengaja
mengadakan atau memudahkan pebuatan cabul dengan orang lain dihukum

Universitas Sumatera Utara

penjara selama-lamanya satu tahun empat bulan atau denda sebanyakbanyaknya Rp.15.000,Yang dimaksud dengan “pencaharian” dalampasal ini ialah orang yang
menjadikan kejahatan tersebut sebagai perkerjaan atau sering disebut sebagai
germo.
6. Pasal 297 KUHP
Memperniagakan perempuan dan memperniagakan laki-laki yang belum
dewasa, dihukum penjara selama-lamanya enam tahun.
Kata “perniagaan” dalam pasal ini berarti melakukan perbuatan-perbuatan
dengan maksud untuk menyerahkan perempuan untuk tujuan pelacuran.103
7. Pasal 298 KUHP
1. Pada waktu menjatuhkan hukuman karena salah satu kejahatan yang di
terangkan pada pasal 281, 284-292, 297, maka dapat dijatuhkan hukuman
pencabutan hak yang tersebut dalam pasal 35 No. 1-5.
2. Kalau sitersalah melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam
pasal 292-297 dalam perkerjaannya, dapat ia di pecat dari perkerjaanya itu.
Kejahatan yang dimaksud dalam pasal ini akan mengakibatkan hak
perwalian pelaku penjualan anak atas anak tersebut dapat dicabut, juga hak
untuk melakukan pencarian dibidang tersebut.
8. Pasal 330 KUHP
1. Barangsiapa dengan sengaja mencabut orang yang belum dewasa dari
kuasa yang sah atasnya atau dari penjagaan orang yang dengan sah
menjalankan penjagaan itu, dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun.
2. Dijatuhkan hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun, jika
perbuatan itu dilakukan memakai tipu daya, kekerasan, atau kalau orang
yang belum dewasa umurnya dibawah dua belas tahun.
“Mencabut hak orang lain” maksudnya adalah bahwa si pelaku melarikan
seseorang yang belum dewasa dari kekuasaan orang yang berhak misalnya
orang tua atau walinya”.
103

Ibid, hal. 217

Universitas Sumatera Utara

9. Pasal 332 KUHP
1. Dihukum karena melarikan perempuan :
1e. Dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun, barang siapa yang
melarikan perempuan yang belum dewasa tidak dengan kemauan orang
tuanya atau walinya, tetapi dengan kemauan perempuan itu sendiri
dengan maksud akan mempunyai perempuan itu baik dengan nikah
ataupun tidak dengan nikah.
Unsur-unsurnya :
Objektif :
a. melarikan perempuan dibawah umur.
b.tanpa persetujuan orang tuanya atau walinya.
c.dengan seizin perempuan itu sendiri.
Subjektif : dengan maksud memiliki perempuan itu.
a.dengan perkawinan atau
b.tanpa perkawinan
Penjelasan unsur-unsur dalam pasal 332 ayat (1e) KUHP adalah sebagai
berikut :
-

Melarikan Perempuan
Perbuatan ini harus merupakan perbuatan aktif, tidak cukup dengan

perbuatan belaka. Perbuatan yang akan dilarikan melakukan perbuatan aktif
juga, hingga perbuatan pelarian itu harus perbuatan bersama, dimana korban
besama-sama

melakukan

perbuatan

aktif.

Tidak

perlu

digunakan

paksaan,bahkan bantuan dari perempan itu sendiri. Perbuatan melarikan mulai

Universitas Sumatera Utara

dari tempat, kemana perempuan itu pergi untuk memungkinkannya perbuatan
itu.104
-

Dengan maksud meliki dengan atau tanpa perkawinan
Maksud tidak ditujukan pada memiliki secara terus menerus, tetapi

termasuk juga apabila sipelaku hanya sekali melakukan persetubuhan.
Meskipun sebelumnya telah melakukannya dengan perempuan dengan atau
perkawinan. Jadi pelaku menghendaki hasil dari perbuatan itu, yakni
persetubuhan dengan perempuan itu.
Menyerahkan perempuan itu pada orang lain, hingga menurut pasal ini
pelaku hanya dapat dikenakan turut serta melarikan perempuan. Tetapi
meskipun belum sampai dilakukan persetubuhan oleh pelaku dengan
perempuan itu, pelaku dapat dikenakan pasal ini dengan melakukan perbuatanperbuatan melarikan perempuan itu.105
b. Perlindungan Anak Berdasaekan di Luar KUHP
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak
Seorang anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan berdasarkan
kasih sayang, pelayanan untuk berkembang, pemeliaharaan dan perlindungan
baik semasa dalam kandungan atau setelah dilahirkan, perlindungan hidup
yang menghambat perkembangan.106
Negara memiliki komitmen memberikan untuk memberikan perlindungan
sosial kepada warga negara yang kurang mampu. Oleh karena itu, negara

104

H.A.K. Moch. Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku II), (Alumni,
Bandung, 1980), hal. 125.
105
Ibid, hal.. 126.
106
Waluyadi, Hukum Perlindungan Anak, (Mandar Maju, Bandung, 2009), hal. 6.

Universitas Sumatera Utara

mewujudkan perlindungan hukum bagi anak dengan membentuk UndangUndang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.
Beberapa hal yang perlu diketahui dalam UU No. 4 tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak adalah :
a. Pasal 2 ayat (4) Kesejahteraan Anak
“Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang
membahayakan atu menghambat pertumbuhan dan perkembangannya
dengan wajar.”
Kata “lingkungan hidup” yang dimaksud dalam pasal ini adalah lingkungan
hidup fisik maupun sosial.107
b. Pasal 3 UU Kesejahteraan Anak
“Dalam keadaan yang membahayakan, anaklah yang pertama-tama, berhak
mendapat pertolongan, bantuan, dan perlidungan.”
Kata “keadaan yang membahayakan” didalam pasal ini artinya adalah
suatu keadaaan yang sudah mengancam jiwa, baik karena alam maupun
perbuatan manusia.
c. Pasal 8 UU Kesejahteraan Anak
“Bantuan dan pelayanan, yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan anak
menjadi hak setiap anak tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, agama,
pendirian politik dan kedudukan sosial.”
Kesejahteraan anak, maka makna yang terkandung dalam pasal ini bahwa
pemerintah memiliki kewajiban ungguk memberikan bantuan dan pelayanan
terhadap anak tanpa adanya diskriminasi.
2. Undang-Undang nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

107

Liat Penjelasan Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang
Kesejahteraan Anak.

Universitas Sumatera Utara

Perdagangan anak merupakan permasalahan hak asasi manusia. Oleh
karena itu, perlu diketahui hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan
hukum terhadap anak yang terdapat didalam Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999.
Dalam Undang-Undang Hak Asasi Manusia, sesungguhnya pasal-pasal
yang ada didalamnya merupakan bentuk perlindungan terhadap anak karena
anak adalah manusia.
Pasal-pasal yang mengatur secara khusus tentang hak-hak anak yakni
sebgai berikut :
a. Pasal 52 UU HAM
1. Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga,
masyarakan dan negara.
2. Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak
itu diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungannya.
Kata “perlindungan” berarti bahwa memberikan bantuan kepada anak
apabila anak tersebut sedang mengalami masalah ataupun sedang berada
dalam keadaan darurat.
b. Pasal 53 HAM
1. Setiap anak sejak dalam kandungan, berhak untuk hidup, mempertahankan
hidup, dan meningkatkan taraf kehidupannya.
2. Setiap anak sejak kelahirannya, berhak atas suatu nama dan status
kewarganegaraan.
Kata “suatu nama” adalah nama sendiri, dan nama orang tua kandung, dan
atau nama keluarga, dan atau nama marga.108
c. Pasal 54 UU HAM

108

Liat Penjelasan Pasal 53 ayat (2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999.

Universitas Sumatera Utara

Setiap anak yang cacat fisik dan atau mental berhak memperoleh perawatan,
pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara untuk menjamin
kehidupannya sesuai dengan martabat kemanusiaan, peningkatan rasa percaya
diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Kata “kata bantuan khusus atas biaya negara” artinya adalah pelaksanaan hak
terhadap anak yang cacat fisik dan mental atas biaya negara lebih di utamakan
bagi kalangan masyarakat yang kurang mampu.
d. Pasal 58 UU HAM
1. Setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari segala
bentuk kekerasan fisik dan mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan
pelecehan seksual selama dalam pengasuhan orang tuanya atau walinya,
atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan anak
terebut.
2. Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk
penganiayaan fisik ataupun mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan
pelecehan seksual termasuk pemerkosaan dan atau pembunuhan terhadap
anak yang seharusnya dilindungi, maka harus dikenakan pemberatan
hukuman.
Menurut yurisprudensi, yang dimaksud denganpenganiayaan adalah
sengaja merusak kesehatan orang. Perbuatan tersebut harus dilakukan dengan
sengaja dan tidak dengan maksud yang patut atau melewati batas yang di
izinkan. Tetapi apabila perbuatan itu dilakukan masih dalam tahap yang wajar,
maka perbuatab itu bukan merupakan penganiayaan. Misalnya, seorang dokter
mencabut gigi pasiennya. Hal tersebut dasarnya dilakukan dengan sengaja
menimbulkan rasa sakit tetapi petbutan tersebut mempunyai maksudbaik
yakni mengobati pasien tersebut.109

109

R.Soesilo, Op.cit, hal. 245.

Universitas Sumatera Utara

e. Pasal 64 UU HAM
“setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi
ekonomi dan setiap pekerjaan yang membahayakan dirinya, sehingga dapat
mengganggu pendidikan, kesehatan fisik, moral, kehidupan sosial, dan mental
spritualnya.”
Kata “ekspoitasi ekonomi” artinya adalah suatu tindakan atau perbuatan
yang secara melawan hukum memanfaatkan seseorang untuk dikerjakan untuk
dikerjakan secra paksa dengan tujuan memperoleh keuntungan baik secra
materil maupun immateriul.
f. Pasal 65 UU HAM
“Setiap anak berkak untuk memperoleh perlidungan dari kegiatan eksploitasi
dan pelecehan seksual, penculikan, perdagangan anak, serta dari berbagai
bentuk penyalahgunaan nasrkotika, psikotropika dan at adiktif lainnya.”
Bentuk penyalah gunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif yang
dimaksud dalam pasal ini adalah mencangkup kegiatan produksi, peredaran,
dan perdagangan sampai dengan penggunaannya yang tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
g. Pasal 66 UU HAM
1. Setiap anak berhak untuk tidak dijadikan sasaran penganiayaan,
penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.
2. Hukuman mati atau hukuman seumur hidup tidak dapat dijatuhkan untuk
pelaku tindak pidana yang masih anak.
3. Setiap anak berhak untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan
hukum.
4. Penangkapan, penahanan, atau pidana penjara anak hanya boleh dilakukan
sesui dengan hukuman yang berlakudan hanya dapat dilaksanakan sebgai
upaya akhir.
5. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak mendapatkan perlakukan
secara
manusiawai
dan
dengan
memperhatikan
kebutuhan
penegembanagan pribadai sesuai dengan usianya dan harus dipisahkan
dari orang dewasa, kecuali demi kepentingannya.

Universitas Sumatera Utara

6. Seriap anak yang dirampas kebebasannya berhak memperoleh bantuan
hukum lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang
berlaku.
7. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk membela diri dan
memperoleh keadilan didepan Pengadilan Anak yang objektif dan tidak
memiliki dalam sidang yang tertutup untuk umum.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan
Anak, yang dimaksud delam pasal 66 ayat (7) bahwa pengadilan anak meliputi
segala aktifitas pemerikasaan dan memutus perkara yang menyangkut
kepentingan anak. Dan keterlibatan pengadilan dalam kehidupan anak dan
keluarganya senantiasa ditujukan pada upaya penanggulangan keadaan buruk,
sehubungan dengan prilaku yang menyimpang dan pelanggalan hukum yang
dilakukan oleh anak-anak.110
3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak
Latar belakang dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang PerlindunganAnak perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak, karena negara Indonesia menjamin
kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya, termasuk perlindungan terhadap hak
anak yang merupakan Hak Asasi Manusia seperti yang termuat dalam
Undang-Undang 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak
Anak.
Didalm undang-udnang ini menegaskan bahwa pertanggung jawaban
orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan secara terus menerus demi
terlindunginya hak anak. Rangkaiian kegitaan ini harus berkelanjutan dan
110

Rika Saraswati, Hukum Perlindungan Anak di Indonesia, (PT. Citra Aditya Bakti,
Bandund, 2009), hal. 116.

Universitas Sumatera Utara

terarah dengan tujian untuk mewukidkan kehidupan terbaik bagi anak yang
diharapkan nantinya sebagai penerus bangsa.
Bertitik tolak pada konsep perlidungan anak yang utuh, menyeluruh dan
kemprehensif maka undang-undang ini meletakkan kewajiban memberikan
perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas, antara lain sebagai berikut :
1. Asas Nondiskriminasi
Asas nondiskriminasi adalah asas yang tidak membedakan, atau
mengucilkan anak, baik secara langsung maupun tidak langsung berdasarkkan
agama, ras, status sosial, status ekonomi, budaya ataupun jenis kelamin yang
dapat memengaruhi pemenuhan dan perlindungan anak.111
2. Asas Kepentingan yang Terbaik bagi Anak
Asas demi kepentingan yang terbaik bagi anak adalah asas yang
menekankan bahwa dalam semua tindakan yang berkaitan dengan anak yang
dilakukan pemerintah, masyarakat atau badan legislatif dan yudikatif
kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama.112
3. Asas Hak Hidup, Kelangsungan Hidup, dan perkembangan
Asas yang mendasarkan pada hak untuk hidup, dan perkembanganadalah
asas yang menekankan bahwa setiap anak mempunyai hak untuk hidup
dengan aman, tentram, damai, bahagia dan sejahterah lahir dan bantin, serta
berhak atau pemenuhan kebutuhan dasarnay untuk tumbuh dan berkembang
secara layak, dan hak unntuk mencapai standar hidup yang layak bagi
perkembangan fisik, mental spritual, moral dan sosial anak yang harus di
111
112

Ibid, hal. 25.
Ibid,.

Universitas Sumatera Utara

penuhi oleh pihak-pihak yang disebutkan oleh undang-undang Perlindungan
Anak memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk itu, yaitu orang tua,
masyarakat dan pemerintah.113
4. Asa Penghargaan terhadap Perdagangan/Pendapat Anak
Asas penghargaan terhadap perdagangan/pendapatan anak adalah yang
memberikan hak kepada anak untuk menyatakan pendapat dalam segala hal
yang mempengaruhi anak, meliputi:
a. Hak untuk berpendapat dan memperoleh pertimbangan atas pendapatnya.
b. Hak

untuk

menapat

dan

mengetahui

informasi

serta

untuk

mengekspresikan.
c. Hak untuk berserikat menjalin untuk berhubungan dan
d. Hak untuk memperoleh informasi yang layak dan terlindungi dari
informasi yang tidak sehat.114
Undang-Undang Perlindungan Anak ini memberikan payung hukum yang
sangat bermanfaat untuk memberikan perlindungan kepada kelompok anakanak yang sangat rentan/rawan. Salah satu dari kekuatan undang-undang ini
adalah menberi sanksi yang tegas terhadap setiap orang yang melakukan
pelanggaran terhadap anak.
Pelanggaran hak anak dapat menjadi penghalang sangat besar bagi
kelangsungan hidup dan perkembangan anak karena anak yang mengalami
kekerasan, eksploitasi, pengabaian, dan petrlakuan salah lainnya akan

113
114

Ibid,.
Ibid, hal. 26.

Universitas Sumatera Utara

mengalami resiko seperti hidup yang lebih pendek, beban mental dan kondisi
fisik yang buruk, dan mengalami masalah-masalah dalm pendidikan.
Oleh kerena Undang-Undang Perlindungan Anak ini, memberikan sanksi
pidana sebagai berikut:
a. Pasal 59 Perlindungan Anak
(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah dan lembaga negara lainnya berkewajiban
dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada
anak.
(2) Perlindungan Khusus kepada Anak sebgaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan kepada :
a. Anak dalam stuasi darurat;
b. Anak yang berhadapan dengan hukum;
c. Anak dari kelompok miniritas dan terisolasi;
d. Anak yang di ekspoitasi secara ekonomi dan/ atau seksual;
e. Anak yang menjadi korban penyalah gunaan narkotika, alkohol,
psikotropika, dan at adiktif lainnya;
f. Anak yang menjadi korban pornografi;
g. Anak dengan HIV/AIDS;
h. Anak korban penculikan, penjualan, dan/atau perdagangan;
i. Anak korban kekerasan fisik dan/ psikis;
j. Anak korban kejahatan seksual;
k. Anak korban jaringan terorisme;
l. Anak penyandang disabilitas;
m. Anak korban perlakuan salah dan penelantaran;
n. Anak dengan prilaku sosial yang menyimpang; dan
o. Anak yang menjadi korban stigmatisasi dari pelabelan terkait dengan
kondisi orang tuanya.
b. Pasal 78 UU Perlindungan Anak
Setiap orang yang mengetahui dan sengaja membiarkan anak situasi darurat
sebagaimana dimaksud dalam pasal 60, anak yang berhadapan dengan hukum,
anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang tereksploitasi secara
ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi
korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zak adiktif
lainnya (napza), anak korban penculikan, anak korban perdagangan, atau anak
korban kekerasan sebgaimana dimaksud dalam Pasal 59, padahal anak
tersebut memerlukan pertolongan dan harus dibantu, dipidana dengan pidana
penjara palinh lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Universitas Sumatera Utara

Yang dimaksud dengan “keadaan terburuk” dalam pasal ini adalah dalam
kedaan:
a. Anak yang menjadi pengungsi;
b. Anak korban kerusuhan;
c. Anak korban bencana alam;
d. Anak dalam situasi konflik bersenjata.115
c. Pasal 81 UU Perlindungan Anak
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana di sebut dalam Pasal
76D dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Ketentuan pidana sebagaimana di sebut pada ayat (1) berlaku pula bagi
Setiap Orang yang dengan sengaja melakukan tipu mislihat, serangkaian
kebohongan, atau membujuk Anak melakukan persetubuhan dengannnya
atau dengan orang lain.
(3) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh Orang Tua, Wali, Pengasuh Anak, pendidik, atau tenaga pendidikan,
maka pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
d. Pasal 82 UU Perlindungan Anak
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebgaimana di maksud dalam
pasal 76E dipidana denga pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp.5000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh Orang Tua, Wali, pengasuh Anak, pendidik atau tenaga pendidikan,
maka pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana sebgaimana
dimaksud pada ayat (1).
e. Pasal 83 UU Perlindungan Anak
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal
76F dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling
lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp.60.000.000,00 (enam
115

Lihat Pasal 60 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

Universitas Sumatera Utara

puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah).
Kata “menculik” pada Pasal 76F dalam pasal ini berarti pada waktu
penjahat itu melarikan seorang anak, harus mempunyai maksud anak
membawa anak itu dengan melawan hak dibawah kekuasaan sendiri atau
kekuasaan orang lain seperti orang tua atau walinya.
f. Pasal 84 UU Perlindungan Anak
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan transplantasi organ
dan/ataujaringan tubuh anak untuk pihak lain dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Sifat melawan hukum dapat dibagi menjadi 2 (dua) bentuk yakni :
1. Melawan hukum Formil
Melawan hukum formil adalah perbuatan yang melanggar hukum tertulis
atau ketentuan undang-undang yang disertai dengan ancaman sanksi.
2. Malawan Hukum Materil
Sekalipun suatu perbuatan telah sesuai dengan uraian dalam undangundang tetapi masih harus diteliti tentang penilaian masyarakat terhadap
perbuatan tersebut, apakah tercela atau patut dipidana atau tidak. Jika
perbuatan tersebut terlampau kurang celaannya sehingga tidak perlu
dipidana, maka cukup dikenakan sanksi kaidah-kaidah hukum lain atau
kaidah sosial hukum lainnya.
Berdsarkan perkembangan asas legalitas, maka yang dimaksud dalam
pasal ini adalah perbuatan melawan hukum meteril yang artinya bahwa

Universitas Sumatera Utara

perbutan tersebut dihukum tidak hanya bertentangan dengan undang-undang
tetapi juga bertentangan dengan kebiasaan masyarakat.
g. Pasal 85 UU Perlindungan Anak
1. Setiap orang yang melakukan jual beli organ tubuh dan/atau anak dipidana
dengan pidana dipenjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
2. Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan pengambikan organ
tubuh dan/atau jaringan tubuh anak tanpa memerhatikan kesehatan anak,
atau penelitian kesehatan yang menggunakan anak sebagai objek
penelitian tanpa seizin orang tua atau tidak mengutamakan kepentingan
terbaik bagi anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan/atau dendan paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah).
Kata “anak sebagai objek penelitian” berati menjadikan seorang anak
untuk suatu percobaan dari sebuah penelitian. Percobaan penelitian terhadap
seorang anak yang dimaksud didalam pasal ini yaitu dengan tidak
memperhatikan apakah anak tersebut dalam keadaan sehat atau tidak sehat.
h. Pasal 88 UU Perlindungan Anak
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebgaimana dimaksud dalam Pasal
76I, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepulu) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Kata “mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak” pada pasal 76I dalam
pasal ini berarti memanfaatkan seorang anak untuk melakukan hubungan
seksual dengan orang lain yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan bagi
si pelaku maupun orang lain.
Bersamaan dengan pengaturan mengenai perbuatan-perbuatan pidana
terhadap anak, juda diiringi dengan pencantuman ancaman sanksi pidana yang
dapat dikenakan kepada pelaku pelanggaran hak anak, salah satunya mengenai

Universitas Sumatera Utara

sanksi atas tindakan perdagangan anak. Undang-Undang ini di bentuk dengan
tujuan dapat mewakili peranan pemerintah dalam menjamin terpenuhinya dan
terselenggaranya hak anak.
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 ini bertujuan untuk
mencegah dan melindungi korban dan menindak pelaku kekerasan dalam
rumah tangga. Dimana salah satu korban merupakan seorang anak.
Undang-undang ini mengatur tentang pencegahan dan perlindungan serta
pemulihan terhadap korban. Undang-undang ini berbeda dengan pengaturan
hukum yang berkaitan dengan perlindungan anak sebelumnya, karena undangundang ini mengatur secra spesifik kekerasan yang terjadi dalam rumah
tangga.116
Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang KDRT, yang dimaksud denga
spesifik kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga yakni sebagai berikut :
a. Kekerasan Fisik
Merupakan perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka
berat.

116

Dikutip Dari: http;//apakabarsidipuan.com/2010/09/sekilas-padang-uu-no-23-th-2004tentang-kekerasan-dalam-rumah-tangga-kdrt/ , [Diakses pada : Hari Rabu Tanggal 04 Mei 2017]

Universitas Sumatera Utara

b. Kekerasan Psikis
Merupakan perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa
percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya
dan atau penderita psikis berat terhadap seseorang.
c. Kekerasan Seksual
Merupakan pemaksaan hubungan seksual terhadap orang yang menetap
dalam ruang lingkup rumah tangga tersebut baik untuk tujuan komersial
maupun tujuan tertentu.
d. Penelantaran Rumah Tangga
Penelantaran rumah tangga yang dimaksud menurut UU KDRT adalah
berupa penelantaran orang dalam ruang lingkup rumah tangga, padhal
menurut hukum yang berlaku baginya, orang tersebut diwajibkan untuk
memberikan kehidupan, perawatan dan pemeliarahan terhadapnya.
Hal-hal yang diatur dalam undang-undang KDRT ini terdapat didalam
Pasal 2 ayat (1) yang menyatakan bahwa :
1) Lingkup rumah tangga dalam undang-undang ini meliputi :
a. Suami, isteri, anak
b. Yayang mempunyai hubungan hubungan keluarga dengan orang
sebagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan darah,
perkawinan, persusuan, pengasuhan dan perwalian, yang menetap
dalam rumah tanga dan/atau

Universitas Sumatera Utara

c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam
rumah tangga tersebut.
5. Undang-Undang Nomir 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan
Pidana Perdagangan Orang
Mengingat korban dalam tindak pidana perdagangan orang ini bisa lakilaki atau perempuan, dewasa ataupun anak-anak, maka Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2007 ini hanya menyebutkan orang dan tidak secara khusus
menyebutkan anak. Meskipun demikian, dalam Bab I tentang ketentuan umum
Pasal 1 butir 5 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan : “anak adalah
seorang yang belun berusia 18 9delapan belas) tahun, termasuk anak yang
masih didalam kandungan.”
Beberapa pasal dalam Undang-Undang Pemberantasan Tidank Pidana
Perdagangan Orang yang berkaitan dengan Perlindungan Anak adalah sebagai
berikut :
a. Pasal 5
Setiap orang yang melakukan pengangkayan anak dengan menjanjikan
sesuatu atau membetikan sesuatu dengan maksud untuk dieksploitasi
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling
lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp.120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dab paling banyak
Rp.600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
b. Pasal 6
Setiap orang yang melakukan pengiriman anak kedalam atau keluar negeri
dengfan cara apapun yang mengakibatkan anak tersebut tereksploitasi
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan palinlama 15
(lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.120.000.000,00 (sertu

Universitas Sumatera Utara

dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.600.000.000,00 (enam ratus juta
rupiah).
Kata “pengiriman keluar negeri” didalam ketentuan pasal ini anak pengiriman
anak antar daerah dan wilayah negara Republik Indonesia.117
c. Pasal 7
1) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2), pasal 3,
pasal 4, pasal 5, dan pasal 6 mengakibatkan korban menderita luka berat,
gangguan jiwa berat, penyakit menular lainnya yang membahayakan
jiwanya, kehamilan atau terganggu atau hilangnya fungsi produksi maka
ancvaman pidananaya di tambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana
dalam pasal 2 ayat (2), pasal 3, pasal 4, pasal 5, dan pasal 6.
2) Jika tindak pidana sebagimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2), pasal 3,
pasal 4, pasal 5, dan pasal 6, mengakibatkan matinya korban, dipidana
dengan pidana paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama penjara
seumur hidup dan pidana denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua
ratus jutarupiah) dan paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
d. Pasal 8
1) Setiap penyelenggara negara yang menyalah gunakan kekuasaan yang
mengakibatkn terjadinya pidana orang sebgaimana dimaksud dalam pasal
2, pasal 3, pasal 4, pasal 5, dan pasal 6 maka pidana ditambah 1/3
(sepertiga) dari ancaman pidana dalam pasal 2, pasal 3,pasal 4, palal 5, dan
pasal 6.
2) Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaku dapat
dikenkan pidana tambahan berupa pemberhentin secara tidak dengan
hormat dari jabatannya.
Yang di maksud dengan “penyelenggara negara” dalam ketentuan pasal ini
adalah penyabat pemerintah, amggota Tentara Nasional Indonesia, anggota
Kepolisian Republik Indonesia, aparat keamanan, penegak hukum atau pejabat
publik yang menyalah gunakan kekuasanny untuk melakukan atau
mempermudah tindak pidana perdagangan orang. Sedangkan yang dimaksud

117

Lihat Penjelasan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

Universitas Sumatera Utara

dengan “menyalahgunakan kekuasaan” dalam pasal inis dimaksud adalah
menjalakan kekuasaan yang ada padanya secara tidak sesuai tujuan pemberian
kekuasaan tersebut atau menjalankannya secra tidak sesuai ketentuan
peraturan.118
C. Akibat Bagi Anak yang Dipekerjakan Sebagai Pekerja Seks
Komersial
Diberbegai komunitas, disadari bahwa pelacuran adalah sebuah masalah
sosial yang sulit dihilangkan begitu saja, dan dalam beberapa kasus bahkan
ditoleransi. Namun, khusus untuk anak-anak perempuan yang karena berbagai
sebeb kemudian terpaksa dilacurkan, dengan alasan apapun keberadaannya
tidak bisa diterima, dan kerena itu harus dihapuskan. Seperti diamatkan dalam
Konvensi ILO No. 182 yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia tanggal 8
Maret 2000 lalu, bahwa pelacuran anak dibawah umur adalah salah satu
pekerjaan yang sama sekali tidak dapat ditoleransi dan kerena itu harus
dihapuskan dari bumi Indonesia. Dalam hal ini, paling tidak ada akibat
kemungkinan besar akan menimpa PSK anak-anak jika dibiarkan larut dalam
sebuah pekerjaan yang sesungguhnya tidak pernah mereka sadari resiko dan
bahanyanya itu. Pertama, karena PSK-PSK anak-anak itu masih berusia belia
dan apalagi tidak memiliki akses yang cukup terhadap informasi-informasi
tentang “reproduksi sehat”, maka dari sudut pisikologis sesunguhnya
kematangan seksual mereka belum dewasa. Mereka be lum cukup mengetahui
resiko yang pasti dari hubungan seksual yang dilakukan secara bebas,
118

Lihat Penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak pIdana Perdagangan Orang.

Universitas Sumatera Utara

sehingga kehamilan dini dan penularan PMS (Penyakit Menular Seksual)
dengan seluruh implikasihnya dengan mudah akan menimpah anak-anak
perempuan yang dilacurkan. Kedua, anak-anak yang dilacurkan karena
menjadi korban dan terjerumus dalam dunia prostitusi, sering kali harus
menanggung beban psikologis yang berat berupa stugma dari masyarakat dan
profesi yang mereka tekuni karena dinilai terkutuk, memalukan dan
sebagainya. Ketiga, dalam berbagai kasus PSK anak-anak, tak jarang mereka
harus mengalami kekerasan seksual.119

119

Suryaningsih, Jurnal : Tinjauan Kriminologis Terhadap Komersial Seks Yang
Mengorbankan Anak di Kota Makassar, 2013, hal 20.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG YANG
DILAKUKAN TERHADAP ANAK SECARA BERLANJUT
(STUDI PUTUSAN NOMOR 101/Pid.B/2014/PN Rap)
A. Kasus Posisi
1. Kronologis
Bahwa saksi korban Siti Rahmadani als Rahma berusia 14 (empat belas)
tahun pada saat kejadian yang lalu pada tanggal 10 Januari 1999 (sesuai photo
copy Ijaah Nomor : kep-666/pb-aw/XVII/VI/2000 Tanggal 17 Juni 2000 yang
dikeluarkan oleh Majelis Pendidikan Pengurus besar AL JAMIYATUL
WASLIYAH);
Bermula pada hari Selasa tanggal 24 September 2013 sekira pukul 14.30
WIB di Panjang Bidang 1 Kel. Gunting Saga Kec. Kualuh Selatan Kab.
Labuhanbatu Utara saksi korban Siti Rahmadani dimarahi sama bapak
kandungnya kerena tidak masuk sekolah selanjutnya karena dimarahi kemudian
saksi korban Siti Rahmadani als Rahma pun pergi meninggalkan rumah sekira
pukul 12.00 WIB kearah Pamingke kemudian sekira kurang lebih dari 3 (tiga)
hari di Pamingke kemudian saksi korban pergi ke Aek Kanopan dan di Aek
Kanpan Kab. Labuhanbatu Utara saksi korban berjumpa dengan seorang lakilaki yaitu saksi Andel Surbakti kemudian saksi korban diajak saksi Andel
surbakti ke rumah orang tuanya dengan maksud untuk mengantarkan saksi
korban pulang pagi harinya lalu setelah sampai dirumah tersebut saksi korban
Siti rahmadani als Rahma dititipkan dirumah orang tuanya yang bernama saksi

Universitas Sumatera Utara

Jum Hadirsyah Surbakti dan ketika saksi korban berada di rumah saksi Andel
datang terdakwa Dewi dan bertemu dengan saksi korban dan terdakwa berbicara
dengan saksi korban.
Kemudian hari Jumat tanggal 27 September 2013 sekitar pukul 15.00 WIB
terdakwa Dewi mengajak saksi korban Siti Ramhmadani als Rahma menginap di
Hotel Safari Aek Kanopan, lalu pada keesokan harinya pada hari Sabtu tanggal
28 Sseptember 2013 sekira pukul 11.00 WIB Dewi mengajak saksi korban Siti
Rahmadani ke Aek Kanopan Hotel untuk menginap di hotel tersebut karena
terdakwa belum mendapat kontrakan, dan ketikan di perjalanan bertemu dengan
Kiki als Kajol (DPO). Lalu untuk pertama kalinya Siti Rahmadani di setubuhi
oleh Kiki Kajol, akan tetapi saksi korban tidak diberikan uang.
Kemudian pada hari Minggu tanggal 29 September 2013 sekitar pukul 09.00
WIB Aek Kanopan Hotel, Siti Rahmadani dipaksa dan disuruh oleh terdakwa
Dewi untuk bersetubuh dengan orang lain dengan cara terdakwa Dewi
memanggil laki-laki yang tidak saksi korban Siti Rahmadani kenal, lalu setelah
Siti Rahmadani bersetubuh saksi korban diberi uang Rp.150.000,- (seratus lima
puluh ribu rupiah).
Kemudian pada hari da tanggal yang tidak ingat lagi awal bulan Oktober
2013 sekira pukul 22.00 WIB di Grand Hotel Aek Kanopan, terdakwa Dewi
kembali mencarikan laki-laki untuk bersetubuh dengan saksi korban Siti
rahmadani setelah bersetubuh dengan laki-laki tersebut saksi korba diberikan
uang Rp.300.000;- (tiga ratus ribuh rupiah). Namun uang tersebut di ambil oleh
teman Dewi bernama Nina (DPO).

Universitas Sumatera Utara

Lalu pada hari dan tanggal yang tidak ingat lagi awal bulan Oktober 2013
sekitar pukul 13.00 WIB di Aek Kanopan Hotel terdakwa Dewi kembali
mencarikan laki-laki untuk bersetubuh dengan saksi korban Siti Rahmadani, lalu
setelah bersetubuh dengan laki-laki tersebut Siti Rahmadani diberi uang sebersar
Rp.200.000;- (dua ratus ribu rupiah).
Selanjutnya pada hari dan tanggal yang tidak ingat lagi awal bulan Oktober
2013 sekira pukul 02.00 WIB di perumahan H. Bejo Jl.Wonosari Lorong 1 Aek
Kanopan, terdakwa Wedi menyuruh seorang laki-laki keperuma