Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah BAB II

BAB II
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN
CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN
2.1.

Gambaran Umum Kondisi Daerah

2.1.1 Kondisi Fisik Daerah
Kabupaten Tana Toraja merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi
Selatan, yang terletak di bagian utara Provinsi Sulawesi Selatan. Ibukotanya adalah
Makale, sebuah kota berhawa sejuk yang berada pada daerah ketinggian sekitar 1253.075 mdpl.

Gambar 2.1 Kabupaten Tana Toraja dalam Konstelasi Propinsi Sulawesi Selatan

2.1.1.1

Geografi

Kabupaten Tana Toraja dengan ibukota di Makale yang terletak antara
119022”14,322’- 1200 2”37,566’ Bujur Timur dan 2044”21,296’- 30


23”23,505’

Lintang Selatan dengan elevasi ketinggian 125-3.075 mdpl, yang sekaligus sebagai
pusat kegiatan pariwisata budaya di Provinsi Sulawesi Selatan dan sebagai pintu
gerbang antara Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Secara administrasitif wilayah,
Kabupaten Tana Toraja berbatasan dengan :
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

II - 1

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toraja Utara.
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat.
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Pinrang.
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu.
Luas wilayah Kabupaten Tana Toraja berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunakan peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 50.000 edisi I Tahun 1991 yang
diterbitkan Bakosurtanal dan Peta Administrasi BPN Tana Toraja yaitu kurang lebih
213.188,69 Ha. Sedangkan menurut BPS Kabupaten Toraja Tahun 2008 Luas wilayah
Kabupaten Tana Toraja tercatat 205.790,00 Ha, meliputi 19 kecamatan, dimana

Kecamatan Malimbong Balepe dan Kecamatan Bonggakaradeng merupakan 2
kecamatan terluas dengan luas masing-masing adalah 21.147 Ha dan 20.676 Ha.
Sedangkan wilayah kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Makale Utara
dan Kecamatan Sangala Utara dengan luas masing-masing adalah 26,08 km2 dan 2.796
Ha. Jumlah dan luas masing-masing wilayah di Kabupaten Tana Toraja lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Luas Kecamatan, Jumlah Desa dan Kelurahan Kabupaten Tana
Toraja Tahun 2013

Tabel 2.1

No.

Kecamatan

Luas Kecamatan
Luas (km²)

%


Juml.
Desa

Juml.
Kel.

1

Bonggakaradeng

206,76

10,06

5

1

2


Simbuang

194,82

9,48

5

1

3

Rano

89,43

4,35

5


-

4

Mappak

166,02

8,08

5

1

5

Mengkendek

196,74


9,58

13

4

6

G. Batu Silanang

108.63

5,29

9

3

7


Sanggala

36,24

1,76

3

2

8

Sangala Selatan

47,80

2,33

4


1

9

Sangala utara

27,96

1,36

4

2

10

Makale

39.75


1,93

1

14

11

Makale Selatan

61.70

3,00

4

4

12


Makale Utara

26.08

1,27

-

5

13

Saluputti

87,54

4,26

8


1

14

Bituang

163,27

7,95

14

1

15

Rembon

134,47

6,55

11

2

16

Masanda

134,77

6,56

8

-

17

Malimbong Balepe

211,47

10,29

5

1

18

Rantetayo

60,35

2,94

3

3

19

Kurra

60,50

2,94

5

1

2.057,9

100.00

112

47

Jumlah
Sumber : BPS Kabupaten Tana Toraja Tahun 2014

RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

II - 2

Berdasarkan tabel di atas terlihat proporsi terluas terdapat pada Kecamatan
Malimbong Balepe dan Kecamatan Bonggakaradeng dengan persentase luas 10,29 %
dan 10,06 %. Sedangkan kecamatan dengan luasan relatif rendah adalah Kecamatan
Makale Utara dan Kecamatan Sangala Utara dengan persentase luas berkisar 1,27 %
dan 1,36 %. Sedangkan Kecamatan Makale merupakan wilayah ibukota kabupaten
memiliki luas sebesar 1,93 % dari luas total wilayah Kabupaten Tana Toraja.

Gambar 2.2 Peta Administrasi Kabupaten Tana Toraja

2.1.1.2

Topografi dan Geomorfologi

Kondisi geomorfologi merupakan elemen penting dalam penentuan kesesuaian
pemanfaatan lahan atau kemampuan daya dukung lahan. Kabupaten Tana Toraja yang
berada pada daerah perbukitan yang cukup tinggi merupakan limitasi dalam
pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten Tana Toraja.
Kondisi geomorfologi di Kabupaten Tana Toraja dalam 5 tahun terakhir terus
mengalami perubahan. Tingginya frekwensi bencana alam seperti gempa bumi dan
tanah longsor telah banyak mengubah kondisi geomorfologi dan lingkungan hidup di
kabupaten ini. Selain oleh alam, perubahan kondisi geomorfologi dan lingkungan
hidup juga turut dipicu oleh pemanfaatan sumber daya tanpa mengindahkan kaidahkaidah konservasi yang telah menyebabkan penurunan kualitas dan daya dukung
lingkungan. Kondisi ini antara lain terlihat dari terus berkurangnya luas areal hutan
dan bertambahnya luas lahan kritis. Problematika tersebut turut memicu terjadinya
banjir dan longsor.
Berbagai upaya untuk menekan laju kerusakan lingkungan telah ditempuh oleh
pemerintah daerah Kabupaten Tana Toraja, akan tetapi sejauh ini upaya-upaya ini
belum cukup efektif untuk menekan laju kerusakan lingkungan dan mengurangi
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

II - 3

dampak bencana alam sehingga berbagai terobosan masih sangat diperlukan dalam
pembangunan 20 tahun ke depan.
Dalam pada itu, Kabupaten Tana Toraja mempunyai topografi yang relatif
bergelombang dan berbukit, sedangkan topografi datar relatif sedikit. Kawasan yang
mempunyai kemiringan lahan datar (0-8%) pada umumnya berada di daerah di sebelah
timur dan lahan-lahan sepanjang jalan poros. Selanjutnya kawasan yang mempunyai
kemiringan lahan 8-15% tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Tana Toraja,
sedangkan kemiringan lahan di atas 40% pada umumnya berada di sebelah barat
kecamatan Simbuang, Kecamatan Bonggakaradeng, Kecamatan Masanda dan
beberapa kecamatan lainnya merupakan kawasan lindung.
Adapun kondisi kemiringan lereng dan ketinggian wilayah Kabupaten Tana Toraja,
diperlihatkan pada Tabel dan Gambar berikut :

RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

II - 4

Tabel 2.2 Klasifikasi Tingkat Kelerengan Wilayah Kabupaten Tana Toraja
Kecamatan
No.

Klasifikasi Lereng
BTG

BK

GDS

KRR

MKL

MKL-S

MKL-U

MB

MPK

MSD

1

0-8

2284,34

26,47

837,74

703,98

1204,59

-

1055,97

373,28

-

57,99

2

8 - 15

3533,75

609,15

3197,42

1799

1299,67

32,15

411,73

710,61

-

727,01

3

15 - 25

11034,55

2228,12

3053,65

1451,79

1414,9

1762,68

469,2

2055,61

2639,14

3758,22

4

25 - 40

12316,44

6480,88

1243,86

928,64

288,82

4041,45

140,91

5878,83

6996,48

10502,69

5

>40

2598,31

9538,24

130,66

1143,72

-

1456,76

-

1552,19

4754,02

4763,88

31767,39

18882,86

8463,33

6027,13

4207,98

7293,04

2077,81

10570,52

14389,64

19809,79

Lanjutan
Kecamatan
Klasifikasi Lereng
MKK

RN

RTY

RMB

SLPT

SGL

SGL-S

SGL-U

SBG

0-8

2837,88

297,83

1550,06

670,02

796,32

539,02

955,91

1175,09

-

8 - 15

6347,8

431,56

484,59

362,8

1441,59

526,63

2332,16

295,83

149,17

15 - 25

5215,26

1333,81

150,92

1078,95

815,45

850,91

5179,87

313,79

4457,08

25 - 40

2951,88

1141,04

159,12

2241,28

1198,93

50,6

2736,21

186,72

11784,25

>40

4862,05

2545,41

1315,63

1502

-

360,83

22214,87

5749,65

5668,68

5754,29

1967,16

11564,98

2344,69

Ket: BTG=Bittuang, BK=Bunggakaradeng, GDS=Gandasil KRR=Kurra, MKL=Makale, MKL-S Makale Selatan, MKL-U Makale Utara
MB=Malimbong Balepe, MPK=Mappak, MSD=Masanda, MKK=Mengkendek, RN=Rano, RTY=Rantetayo, RMB=Rembon
SLPT=Saluputi, SGL=Sangalla, SGL-S=Sangalla Selatan, SGL-U=Sangalla Utara, Simbuang

RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

II - 5

16071,76
1971,43

32462,26

Gambar 2.3 Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Tana Toraja

Gambar 2.4 Peta Ketinggian Kabupaten Tana Toraja

RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

II - 6

2.1.1.3

Geologi

Struktur geologi batuan Kabupaten Toraja Utara yang memiliki karakteristik geologi
yang kompleks dicirikan oleh adanya jenis satuan batuan yang bervariasi akibat
pengaruh struktur geologi. Beberapa jenis batuan yang dapat ditemukan di Kabupaten
Tana Toraja pada umumnya antara lain:


batuan epiklastik gunungapi (batupasir andesitan, batulanau, konglomerat dan
breksi



batugamping kelabu hingga putih berupa lensa-lensa besar



batugamping terumbu



batupasir hijau, grewake, napal, batulempung dan tuf, sisipan lava bersisipan
andesit-basal



batupasir, konglomerat, tufa, batulanau, batulempung, batugamping, napal



batusabak, kuarsit, filit, batupasir kuarsa malih, batulanau malih dan pualam,
setempat batulempung malih



granit, granodiorit, riolit, diorit, dan aplit



hasil erupsi parasit



konglomerat, sedikit batupasir glokonit dan serpih



lava andesit dan basal, dan latit kuarsa



lava, breksi, tufa, konglomerat



Napal diselingi batulanau gampingan dan batupasir gampingan



napal, kalkarenit, batugamping koral bersisipan dengan tuf dan batupasir, setempat
dengan konglomerat



serpih coklat kemerahan, sepi napalan kelabu, batugamping, batupasir kuarsa,
konglomerat, batugamping dan setempat batubara



Struktur geologi sangat mempengaruhi pola penyebaran batuan dan keterdapatan
bahan galian. Formasi geologi Kabupaten Tana Toraja dapat dilihat pada tabel dan
gambar berikut :
Tabel 2.3 Formasi Geologi Di Kabupaten Tana Toraja
Kecamatan
1. Bittuang

Formasi

Luas (ha)

Batuan Gunungapi
Lompobatang
Batuan Terobosan
Formasi Loka
Formasi Toraja
Formasi Walanae
Tuff Barupu

7803,45
3254,12
361,50
124,31
391,65
7061,72
Jumlah

2. Bonggakaradeng

Batuan Gunungapi
Lompobatang
Batuan Terobosan
Formasi Loka

RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

18996,75
6152,77
303,35
5304,69
II - 7

Formasi Walanae

7122,34
Jumlah

3. Gandang Batu Sillanan

Batuan Terobosan
Formasi Date
Formasi Makale
Formasi Toraja

1045,49
972
1771,64
4674,21
Jumlah

4. Kurra

Formasi Sekala
Formasi Walanae
Tuff Barupu

Batuan Terobosan
Formasi Date
Formasi Makale
Formasi Toraja
Formasi Walanae
Mamuju
Batuan Gunungapi
Lompobatang
Batuan Terobosan
Formasi Date
Formasi Makale

6796,93
219,7
229,63

Anggota Batugamping
Formasi Toraja
Batuan Terobosan
Formasi Date
Formasi Makale
Mamuju
Jumlah

8. Malimbong Balepe

Anggota Batugamping
Formasi Toraja
Batuan Terobosan
Formasi Walanae
Jumlah

9. Mappak

Batuan Gunungapi
Lompobatang
Batuan Terobosan
Batuan Gunungapi
Lompobatang
Batuan Gunungapi Tineba
Batuan Terobosan
Formasi Latimojong
Formasi Loka
Formasi Toraja
Formasi Walanae

Anggota Batugamping
Formasi Toraja
Batuan terobosan
Formasi date
Formasi latimojong
Formasi makale

RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

157,14
183,71
1288,12
277,08
171,77
13582,49
6324,58
2679,32
1566,64
24601,88

2258,01

Jumlah
11. Mengkendek

11504,67

12355,4

Jumlah
10. Masanda

4207,97
46,77

Jumlah
7. Makale Utara

73037,73
2664
608,12
758,03
3,71
170,44
3,67

Jumlah
6. Makale Selatan

60527,3
117,86
649,57
5297,15

Jumlah
5. Makale

44941,62

49785,83
808,29
6723,28
6583,22
5178,12
166,15
284,48
66,27
19001,52
121,55
367,58
928,72
6296,99
1064,25

II - 8

Formasi toraja

13212,05
Jumlah

12. Rano

Batuan Gunungapi
Lompobatang
Batuan terobosan
Formasi date
Formasi loka

2200,38
945,83
52,82
2550,64
Jumlah

13. Rantetayo

Batuan Terobosan
formasi walanae
Batuan Gunungapi
Lompobatang
Batuan terobosan
Formasi walanae

5338,24
23,94

Batuan Gunungapi
Lompobatang
Batuan terobosan
Formasi walanae
Tuff barupu

17. Sangalla Selatan

3272,65
1926,09
364,93

Batuan Terobosan
Formasi date
Formasi makale
Formasi toraja
Jumlah
Anggota Batugamping
Formasi Toraja
Batuan terobosan
Formasi latimojong
Formasi toraja
Jumlah

18. Sangalla Utara

Anggota Batugamping
Formasi Toraja
Formasi date
Formasi makale
Formasi toraja
Jumlah

19. Simbuang

Batuan Gunungapi
Baturape-Cindako
Batuan gunungapi
lompobatang
Batuan terobosan
Formasi latimojong
Formasi toraja
Formasi walanae

RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

54860,21
216,5

Jumlah
16. Sangalla

46846,83
306,52

Jumlah
15. Saluputti

40952,86
1789,45
555,23

Jumlah
14. Rembon

21991,14

60664,32
303,38
128,22
13241,19
1066,14
75768,18
113,19
84,17
19,11
11348,52
88399,31
293,45
231,84
6,37
1439,78
101719,27
5114,92
16009,28
4183,27
2639,92
895,62
3619,6

Jumlah

32462,61

Grand Total

213252,73

II - 9

Gambar 2.5 Peta Geologi Kabupaten Tana Toraja

2.1.1.4

Hidrologi, Klimatologi dan Jenis Tanah

Keadaan Hidrologi di Kabupaten Tana Toraja umumnya dipengaruhi oleh sumber air
yang berasal dari Sungai Saddang, Sungai Mataallo, Sungsi Noling dan anak sungai
serta mata air dengan debit yang berpariasi. Hulu Sungai Saddang merupakan sungai
terpanjang di Sulawesi Selatan berada di Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten
Mamasa merupakan urat nadi yang vital bagi pengembangan pertanian dan PLTU
Bakaru di Kabupaten Pinrang. Keberadaan sungai-sungai tersebut pada umumnya
digunakan untuk irigasi perdesaan. Disatu sisi, keberadaan sungai-sungai tersebut
sangat potensi dikembangkan bagi kepentingan pariwisata , misalnya arum jeram dan
wisata rafting dan sumber PLMH. Selain Sungai Saddang terdapat juga sungai lainnya
seperti Sungai Mataallo, Sungai Noling dan anak sungai lainnya seperti Sungai
Mai’ting,

Sungai Sapan Deata dan beberapa mata air panas yang potensi untuk

pengembangan pariwisata dan PLTMH.
Kondisi hidrologi Kabupaten Tana Toraja secara umum adalah sebagai berikut;


Air tanah, air tanah pada umumnya terdapat pada kedalaman 40-100 meter.



Air permukaan, air permukaan pada umumnya berupa sungai dan genangangenangan.

Dalam hal ini, hidrologi di Kabupaten Tana Toraja untuk berbagai kepentingan harus
dilakukan secara bijaksana dengan kelestarian.

RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

II - 10

Gambar 2.6 Peta Hidrogeologi Kabupaten Tana Toraja

Gambar 2.7 Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tana Toraja
Wilayah Indonesia pada umumnya mengenal dua musim, yaitu musim hujan dan musim
kemarau. Lama dan bulan jatuhnya awal setiap musim sangat bervariasi dari satu daerah

RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

II - 11

ke daerah yang lain. November sampai Maret angin bertiup sangat banyak mengandung
uap air yang berasal dari Benua Asia dan Samudera Pasifik sehingga pada bulan-bulan
tersebut terjadi musim hujan.
Kabupaten Tana Toraja beriklim musim hujan dan kemarau. Kondisi iklim Kabupaten
Tana Toraja berdasarkan pencatatan Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Toraja, curah
hujan terbanyak pada tahun 2008 terjadi pada bulan Desember yaitu sekitar 125 mm dan
banyaknya hari hujan yang terjadi pada tahun 2008 terbanyak terjadi pada bulan juli
yaitu sebanyak 25 hari. Jumlah curah hujan dari tahun ke tahun memperlihatkan
meningkat dan curah hujan terbesar terjadi dari bulan Oktober hingga Juni dan terendah
terjadi pada bulan Juli hingga Nopember, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
dan Gambar berikut ini :
Tabel 2.4 Jumlah Curah Hujan Dirinci Per Bulan di Tana Toraja
Tahun 2004-2008 (mm)
Bulan

2004

2005

2006

2007

2008

Hari

mm

Hari

mm

Hari

mm

Hari

mm

Hari

mm

Januari

15

175

17

327

20

335

14

8

20

67

February

19

344

19

367

22

375

19

182

3

150

Maret

-

2

15

196

13

210

-

102

10

115

April

22

234

10

174

8

150

-

194

-

29

Mei

16

149

16

147

14

143

-

123

Juni

7

6

15

112

12

109

10

132

18

95

Juli

3

10

15

59

20

62

17

6

25

15

Agustus

-

-

2

25

8

35

15

-

3

5

September

4

50

3

31

2

28

8

-

-

3

Oktober

3

227

10

215

15

229

20

-

-

-

Nopember

14

327

12

317

14

319

18

-

10

20

Desember

16

465

16

402

17

465

20

-

18

125

119

1989

150

2417

165

2460

141

747

107

734

Jumlah

-

110

Sumber : BPS, 2008

RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

II - 12

Gambar 2.8 Peta Curah Hujan Kabupaten Tana Toraja

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Tana Toraja didominasi oleh jenis tropudults,
dystropepts dan utrandepts, sedangkan yang paling kecil adalah jenis tanah rendolis.
Jenis tanah tersebut tersebar di seluruh wilayah kecamatan, yang diperlihatkan pada
Tabel 2.4 dan Tabel 2.5 berikut.
Tabel 2.5 Jenis Tanah di Wilayah Kabupaten Tana Toraja
No.
1

Jenis Tanah
Dystropepts

Tekstur

Luas (ha)

agak halus

139986,68

agak kasar

1345,46

agak halus

3182,05

2

Utrandepts

halus

12011,77

3

Eutropepts

halus

21141,4

4

Paleudults

agak halus

1201,85

5

Rendolls

agak halus

4846,9

6

Tropudults

agak halus

29478,33

Grand Total

213194,44

Sumber : RTRW Kab. Tana Toraja

RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

II - 13

Tabel 2.6 Jenis Tanah di Perinci Perkecamatan di Wilayah
Kabupaten Tana Toraja
Tanah

1. agak halus

Lokasi

Luas (Ha)

Kec. Kurra
Kec. Rembon
Kec. Saluputti
Jumlah

2. berbatu

Kec. Gandasil
Kec. Makale
Kec. Makale Utara
Kec. Mengkendek
Kec. Sangalla
Kec. Sangalla Utara
Jumlah

3. halus

Kec. Bittuang
Kec. Bonggakaradeng
Kec. Gandasil
Kec. Kurra
Kec. Makale
Kec. Makale Selatan
Kec. Makale Utara
Kec. Malimbong Balepe
Kec. Mappak
Kec. Masanda
Kec. Mengkendek
Kec. Rano
Kec. Rantetayo
Kec. Rembon
Kec. Saluputti
Kec. Sangalla
Kec. Sangalla Selatan
Kec. Sangalla Utara
Kec. Simbuang
Jumlah

4. sedang

Kec. Bonggakaradeng
Kec. Malimbong Balepe
Kec. Mappak
Kec. Mengkendek
Kec. Rano
Kec. Sangalla Selatan
Kec. Sangalla Utara
Kec. Simbuang
Jumlah
Grand Total

19,32
156,13
1189,33
1364,78
2062,51
662,72
391,36
1022,13
394,98
313,2
1730,31
31767,38
7192,67
6401,51
6007,81
3545,25
7293,04
1686,46
9793,45
14161,69
19809,8
19706,68
4711,23
2344,7
5512,57
4564,95
1572,72
4079,43
1383,89
25969,2
31432,52
11690,18
777,09
451,72
1264,15
1038,43
7489,35
274,35
6493,06
14256,76
213194,4

Sumber : RTRW Kab. Tana Toraja

RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

II - 14

Gambar 2.9 Peta Jenis Tanah Kabupaten Tana Toraja

2.1.2 Sarana dan Prasarana
2.1.2.1

Air Limbah

Sistem pengolahan air limbah di Kabupaten Tana Toraja dengan system on site
(penanganan setempat) yang terbagi atas :
 Pengelolaan oleh masyarakat / rumah tangga sendiri, dengan membuat jamban
keluarga dan septic tank sendiri.
 Pengelolaan oleh pemerintah, tetapi terbatas pada prasarana untuk tempat umum
dengan membuat MCK umum dan septic tank komunal.
Terkait dengan limbah yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi masyarakat
saat ini belum terasa secara luas, namun pada daerah tertentu seperti pada lingkungan
kegiatan ekonomi seperti rumah makan, hotel, buangan rumah tangga yang selama ini
belum dilakukan netralisasi sebelum dibuang pada daerah hilir yang menjadi akhir
pembuangan yang selama ini sudah sangat terasa. Oleh karena itu dengan semakin
meningkatnya usaha sosial masyarakat sudah perlu dibuat aturan dan rencana induk
penangganannya agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
Prasarana dan sarana pengolahan air limbah sebenarnya sudah dilakukan pada jenis
limbah tertentu seperti untuk tinja namun untuk limbah lain perlu pula dilakukan
penanganan, karena hal tersebut besar pengaruhnya terhadap kelestarian lingkungan.
Kabupaten Tana Toraja saat ini belum mempunyai system pembuangan air lmbah
terpusat berupa bangunan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT). Penanganan
pembuangan air limbah sebagian besar dilakukan secara individual oleh masyarakat,

RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

II - 15

bahkan sebagian kecil masih menggunakan sungai, yang sangat berpengaruh pada
kesehatan lingkungan.
Rencana pengembangan dan pengelolaan air limbah di Kabupaten Tana Toraja adalah
sebagai berikut :
 Mengembangkan sistem setempat yang diarahkan pada sistem publik sebagai konsep
utama pengembangan saat ini sebelum tersedianya sarana IPAL terpadu di
Kabupaten Tana Toraja. Hal ini ditujukan agar masyarakat dapat berperan serta aktif
untuk mengendalikan buangan air limbah rumah tangganya sebagai hasil dari
aktivitas masyarakat sehari-hari, seperti pembuatan septik tank.
 Rencana IPAL limbah industri di Kabupaten Tana Toraja ditempatkan tidak jauh dari
kawasan-kawasan agroindustri agar dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas
sistem pengelolaan limbah. Rencana IPAL limbah domestik Kabupaten Tana Toraja
diarahkan ke sistem kluster yang berada di kawasan Perkotaan di Kabupaten.
 rencana Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang melayani skala kota.
 Adanya pengawasan terhadap pengelolaan penanganan limbah cair dari kegiatankegiatan masyarakat yang lain seperti industri, rumah makan/ restoran, hotel dan
rumah sakit. Rencana IPLT Kabupaten Tana Toraja diarahkan ke sistem komunal
yang berada di kawasan perkotaan Kabupaten.

2.1.2.2

Persampahan

Tingginya pertumbuhan penduduk dan penyebaran penduduk yang belum merata,
menyebabkan permasalahan sampah di kabupaten Tana Toraja dari hari kehari menjadi
bertambah kompleks. Jumlah penduduk yang bermukim di kota Makale serta Ibukota
Kecamatan Mengkendek (Ge’tengan) pada tahun 2008 mencapai 44.828 jiwa, dengan
volume sampah setiap harinya sebesar 90 m3.
Dalam Tahun 2008 Pemerintah Kabupaten Tana Toraja membentuk 1 (satu) Kantor
yang khusus menangani masalah sampah dan kegiatan lainnya yaitu Kantor Kebersihan,
Pertamanan, Pemakaman, Pemadam Kebakaran dan Penerangan Jalan Umum.
Penetapan lembaga pengelola kebersihan ini merupakan bagian dari kebijakan
Pemerintah

Daerah

yang

memberikan

gambaran

tingkat

perhatian

terhadap

permasalahan kebersihan. Sistem pengumpulan sampah setempat dilakukan dengan
sistem pelayanan kota dan pelayanan kawasan secara; (i) Individual, mengumpulkan
sampah di Bak sampah, (ii) Komunal, pengumpulan melalui motor sampah ke TPS /
container
Perhatian terhadap pengelolaan persampahan masih belum memadai. Secara umum
alokasi pembiayaan untuk sektor persampahan masih dibawah 5% dari total anggaran

RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

II - 16

APBD, rendahnya biaya tersebut pada umumnya karena pengelolaan persampahan
masih belum menjadi prioritas dan menggunakan pola penanganan sampah yang ala
kadarnya tanpa memperhitungkan faktor keselamatan lingkungan dan kesehatan
masyarakat. Demikian juga dengan rendahnya dana penarikan retribusi, sehingga biaya
pengelolaan sampah masih menjadi beban APBD.
Lembaga atau instansi pengelola persampahan merupakan motor penggerak saluruh
kegiatan pengelolaan sampah dari sumber sampai TPA. Kondisi kebersihan suatu kota
atau wilayah merupakan output dari rangkaian pekerjaan manajemen pengelolaan
persampahan yang keberhasilannya juga ditentukan oleh faktor – faktor lain. Kapasitas
dan kewenangan instansi pengelola persampahan menjadi sangat penting karena
besarnya tanggung jawab yang harus dipikul daslam menjalankn roda pengelolaan
yasng biasanya tidak sederhana bahkan cedrung cukup rumit sejalan dengan makin
berkembangnya suatu kota.
Rencana-rencana penanganan dan pengembangan persampahan di Kabupaten Tana
Toraja adalah sebagai berikut :
 Memanfaatkan teknik-teknik yang lebih berwawasan lingkungan berdasarkan konsep
daur ulang-pemanfaatan kembali-pengurangan dalam pengolahan sampah di TPA
yang ada maupun yang akan dikembangkan.
 Rencana pengolahan sampah organis menjadi kompos skala kecil yang tersebar di
lingkungan permukiman khususnya kawasan perkotaan di Kabupaten Tana Toraja.
 Sistem pengelolaan sampah yang baik adalah system sanitary landfill (lahan urug
sanitasi). Sistem ini dapat menjamin kondisi sanitasi lingkungan di sekitarnya.
Semua potensi pencemaran dapat dicegah dengan berbagai teknik rekayasa. Lapisan
kedap air untuk mencegah rembesan lindi (leachate), tanah penutup untuk mencegah
bau dan serpihan sampah ke lingkungan sekitar, serta sistem ventilasi gas metana
untuk mencegahnya terakumulasi dalam tumpukan sampah.
 Rencana pengembangan tempat pengolahan sampah akhir (TPA) berlokasi di
Rantetayo Luas lahan 4,00 Ha


Rehabilitasi dan pengadaan sarana dan prasarana persampahan, bergerak dan tidak
bergerak, khususnya TPS, kontainer dan truk.



Mengembangkan kemitraan dengan swasta berkaitan untuk pengelolaan sampah dan
penyediaan TPA.

2.1.2.3

Drainase

Adanya fenomena perubahan iklim akibat pemanasan global yang ditandai dengan
kekeringan panjang,curah hujan tinggi berpotensi mengakibatkan bencana. Perubahan–
perubahan tersebut menyebabkan penanganan drainase yang relatif lebih sulit dan
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

II - 17

memerlukan biaya yang lebih mahal. Disisi lain, pertumbuhan penduduk dan kebutuhan
prasarana dan sarana khususnya di perkotaan yang semakin berkembang dan meningkat
di Kabupaten Tana Toraja, maka areal yang tadinya merupakan ruang terbuka hijau
beralih fungsi menjadi daerah terbangun, menyebabkan daya tampung drainase yang
tidak mencukupi.
Permasalahan yang dihadapi dalam implementasi pembangunan atau perbaikan system
drainase perkotaaan antara lain :
 Tuntutan genangan yang terjadi harus lebih kecil dibandingkan dengan perdesaan.
 Diperlukan penyesuian – penyesuaian berkaitan dengan adanya limbah domestic dan
limbah industri.
 Diharapkan system drainase yang dibangun/diperbaiki harus sesuai dengan
kebutuhan lingkungan perkotaan.
Agar permasalahan banjir penanganannya bisa berjalan efektif, maka selain
pertimbangan teknis dan non teknis, juga diperlukan keterpaduan program antar dinas
dan masyarakat, termasuk perilaku yang diperlukan untuk mencegah munculnya potensi
yang dapat menyebabkan terjadinya banjir.
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Drainase di Kabupaten Tana Toraja, meliputi :
 drainase primer dilakukan normalisasi dan perkuatan tebing: Sungai Saddang, Sungai
Mata Alllo dan Sungai Noling;
 drainase sekunder dilakukan pembangunan sistem drainase pada daerah permukiman
perkotaan dan perdesaan yang rawan bencana banjir menuju drainase primer; dan
 drainase tersier dilakukan pembangunan sistem drainase pada lingkungan
permukiman perkotaan dan perdesaan menuju drainase sekunder.
Rencana pengembangan diprioritaskan pada kawasan genangan dengan memperhatikan
faktor kuantitatif genangan, seperti luas genangan, tinggi genangan, lama genangan, dan
lain-lain. Demikian pula faktor kerusakan yang ditimbulkan akibat banjir/genangan,
gangguan ekonomi, seperti daerah pasar dan perdagangan, gangguan sosial, seperti
rumah sakit dan fasilitas umum, gangguan kelancaran arus lalu lintas, seperti
terganggunya lalu lintas jalan/kemacetan lalu lintas serta gangguan permukiman
penduduk dan kepadatannya.

2.1.2.4

Energi dan Telekomunikasi

Penerangan rumah tangga di Kabupaten Tana Toraja pada tahun 2008 berasal dari
berbagai sumber antara lain listrik PLN, listrik non PLN, lampu petromaks, pelita, dan
jenis penerangan lainnya. Jumlah rumah tangga yang telah mendapatkan pelayanan
listrik dari PLN.
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

II - 18

Sedangkan jenis fasilitas komunikasi yang ada di Kabupaten Tana Toraja meliputi
telepon, televisi, radio, antena parabola dan orari. Khusus untuk fasilitas telepon, untuk
kepentingan umum sudah banyak terdapat warung telekomunikasi dan juga telepon
umum. Adapun pelayanan Jasa Pos dan Giro di Kabupaten Tana Toraja masih terbatas
pada layanan di ibukota Kabupaten yaitu 1 unit sedangkan untuk kantor pos hanya
tersedia di Kota Makale.
Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana energi di Kabupaten Tana Toraja,
terdiri atas pembangkit listrik PLTD Tana Toraja dan PLTA Malea, potensi sumberdaya
energi mikro hidro yang bersumber dari Sungai Saddang dan Sungai Mata Allo, Sungai
Noling dan beberapa anak sungai. Disamping itu, akan dikembangkan sumber tenaga
listrik matahari pada

daerah perbukitan di Kecamatan Simbuang dan kecamatan

Masanda, yang dapat melayani beberapa kecamatan di sekitarnya. Untuk gardu induk
(GI) terdapat di Makale, dan Jaringan transmisi tenaga listrik bertegangan 150 KV
melintasi Kecamatan Gandangbatu Sillanan, Makale Selatan, Makale dan Makale Utara.
Disamping itu, rencana pengembangan energi kelistrikan di Kabupaten Tana Toraja
adalah sebagai berikut:
 Pembangunan dan peningkatan pelayanan akan kebutuhan prasarana listrik untuk
masa yang akan datang harus diupayakan mencapai 70% guna memberi penerangan
kepada masyarakat dan meningkatkan produksi industri bagi pengguna jasa listrik.
 Peningkatan jangkauan pelayanan dapat dilakukan dengan distribusi melalui PLN
ranting, sub-ranting dan listrik desa, sehingga mampu melayani jumlah desa secara
keseluruhan.
Untuk

tujuan

komunikasi,

maka

direncana

pengembangan

sistem

jaringan

telekomunikasi Kabupaten tana Toraja yang meliputi:
 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Telekomunikasi provinsi meliputi sistem
jaringan telekomunikasi tetap, jaringan telekomunikasi khusus dan STO Lokal Tana
Toraja
 Rencana telepon nirkabel berupa lokasi menara Base Transceiver Station (BTS)
dikembangkan penggunaannya secara bersama dan tidak mengganggu aktifitas
disekitarnya termasuk kegiatan penerbangan.
 Peningkatan pelayanan jasa telekomunikasi sesuai dengan perkembangan teknologi,
guna mencapai pelayanan terhadap seluruh lapisan masyarakat.
 Untuk mendukung sistem interkoneksitas tersebut diarahkan rencana pengembangan
jaringan kabel telepon mengikuti pola jalan;
 Sistem telekomunikasi berupa telekomunikasi satelit direncanakan menjangkau
sampai pusat-pusat permukiman dan sentra-sentra produksi baik di daerah perkotaan

RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

II - 19

maupun perdesaan, yang akan mendukung arus informasi dari dan ke wilayah
hinterlandnya.
 Pembuatan jaringan telekomunikasi melalui sambungan telepon ke kecamatankecamatan dalam wilayah Kabupaten Tana Toraja.
 Peningkatan sarana dan prasarana telekomunikasi termasuk penambahan jumlah
sambungan pada wilayah yang sudah ada/terlayani.

Gambar 2.10 Peta Jaringan Listrik Kabupaten Tana Toraja

Gambar 2.11 Peta Jaringan Telepon Kabupaten Tana Toraja

RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

II - 20

2.1.2.5 Irigasi
Pemenuhan kebutuhan irigasi diarahkan pada upaya membantu percepatan peningkatan
produksi dan produktivitas lahan pertanian khususnya pertanian lahan basah dan lahan
kering potensial untuk dikembangkan dalam skala yang relatif besar.
Selanjutnya kisaran alternatif dapat berupa ukuran dari sistem irigasi yang akan dibangun
apakah yang diutamakan adalah jaringan-jaringan irigasi berukuran kecil seperti sistim
irigasi sederhana atau sistem irigasi berukuran sedang dan ukuran besar.
Pengembangan dan pengelolaan Daerah Irigasi (DI) di Kabupaten Tana meliputi 174 DI
yang luasnya antara 40 ha sampai dengan 305 ha yang merupakan kewenangan
kabupaten. Total luas DI di Kabupaten Tana Toraja adalah sekitar 13.515 ha.
Tabel 2.7 Daerah Irigasi (Di) Kewenangan Kabupaten di Kabupaten Tana Toraja 2010
NAMA

STATUS

KECAMATAN

LUAS (HA)

D.I. Mamara

Irigasi Lembang

Mengkendek

108.00

D.I To'kua

Irigasi Lembang

Mengkendek

150.00

D.I. Salu Randanan

Irigasi Lembang

Simbuang

60.00

D.I. Rambu

Irigasi Lembang

Simbuang

47.00

D.I. Tukaran

Irigasi Lembang

Simbuang

55.00

D.I. Tumbang Datu

Irigasi Lembang

Sangalla Utara

45.00

DI. Lemo Menduruk

Irigasi Lembang

Malimbong Balepe

D.I. Mabaya

Irigasi Lembang

Bonggakaradeng

D.I. Pong Toding

Irigasi Lembang

Mengkendek

150.00

D.I. Bongli

Irigasi Lembang

Mengkendek

123.00

D.I. Tabang

Semi Teknis

Mengkendek

273.00

D.I. Randanan

Irigasi Lembang

Mengkendek

75.00

D.I. Sumarabu

Irigasi Lembang

Mengkendek

111.00

D.I. Mararin

Irigasi Lembang

Mengkendek

90.00

D.I. Tolamba'

Irigasi Lembang

Mengkendek

35.00

D.I. Kapa-kapa'

Irigasi Lembang

Mengkendek

52.00

D.I. Kasisi'

Irigasi Lembang

Mengkendek

70.00

D.I. Sipateto'induk

Irigasi Lembang

Mengkendek

95.00

D.I. Awa' Batu

Irigasi Lembang

Mengkendek

50.00

D.I. Sarombon

Irigasi Lembang

Mengkendek

85.00

D.I. Mandalan

Irigasi Lembang

Mengkendek

85.00

D.I. Gantungan

Irigasi Lembang

Mengkendek

50.00

D.I. Sarre

Irigasi Lembang

Gandasil

60.00

D.I. Sampang

Irigasi Lembang

Gandasil

113.00

D.I. Kaluku To' Bena'

Irigasi Lembang

Gandasil

65.00

D.I. Palino

Irigasi Lembang

Makale Selatan

65.00

D.I. Kararo

Irigasi Lembang

Makale Selatan

85.00

D.I. Karondang

Irigasi Lembang

Makale Selatan

60.00

D.I. Kurin-kurin

Irigasi Lembang

Makale Selatan

40.00

RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

303.00
50.00

II - 21

D.I. Ma' tan

Irigasi Lembang

Makale Selatan

45.00

D.I. Pandan

Irigasi Lembang

Makale Selatan

50.00

D.I. Kamiri

Irigasi Lembang

Makale Selatan

50.00

D.I. Gallungan Kamurung

Irigasi Lembang

Makale Selatan

50.00

D.I. Kulitak Pananian

Irigasi Lembang

Makale Selatan

70.00

D.I. Tendan To' Sendana

Irigasi Lembang

Makale Selatan

75.00

D.I. Sangkili

Irigasi Lembang

Makale Utara

60.00

D.I. To'Liku

Irigasi Lembang

Makale Utara

125.00

D.I. Salu Aka

Irigasi Lembang

Makale

40.00

D.I. Botang

Irigasi Lembang

Makale

15.00

D.I. Mamulo

Irigasi Lembang

Makale

72.00

D.I. To'Lemo Sisiran

Irigasi Lembang

Makale

60.00

D.I. Kalo' Baine

Irigasi Lembang

Malimbong Balepe

D.I. Sa'Tandung

Irigasi Lembang

Saluputti

68.00

D.I. Awo

Irigasi Lembang

Malimbong Balepe

45.00

D.I. Tabiri

Irigasi Lembang

Malimbong Balepe

60.00

D.I. Sollongan

Irigasi Lembang

Malimbong Balepe

71.00

D.I. Boto

Irigasi Lembang

Malimbong Balepe

64.00

D.I. Pambasean

Irigasi Lembang

Malimbong Balepe

61.00

D.I. Patondon

Irigasi Lembang

Malimbong Balepe

70.00

D.I. Kanaka I

Irigasi Lembang

Malimbong Balepe

D.I. Kanaka II

Irigasi Lembang

Malimbong Balepe

D.I. Mangge

Irigasi Lembang

Saluputti

65.00

D.I. Belalang

Irigasi Lembang

Saluputti

20.00

D.I. Salu Tandung

Irigasi Lembang

Saluputti

55.00

D.I. Messilu

Irigasi Lembang

Saluputti

60.00

D.I. Salu Ratte II

Irigasi Lembang

Bittuang

150.00

D.I. Salu Ratte I

Irigasi Lembang

Bittuang

303.00

D.I. Tappang Patongloan

Irigasi Lembang

Bittuang

69.00

D.I. Sarambu Kandua'

Irigasi Lembang

Bittuang

75.00

D.I. Burasia

Irigasi Lembang

Bittuang

73.00

D.I. Sinae Patongloan

Irigasi Lembang

Bittuang

60.00

D.I. Tongge

Irigasi Lembang

Bittuang

40.00

D.I. Pura Tau

Irigasi Lembang

Bittuang

47.00

D.I. Rambu Manda'

Irigasi Lembang

Bittuang

46.00

D.I. Pangala' Patongloan

Irigasi Lembang

Bittuang

50.00

D.I. Ratte

Irigasi Lembang

Bittuang

190.00

D.I. Liku Lambe'

Irigasi Lembang

Bittuang

56.00

D.I. Nenneng

Irigasi Lembang

Bittuang

30.00

D.I. Belau

Irigasi Lembang

Masanda

100.00

D.I. Tombang

Irigasi Lembang

Masanda

68.00

D.I. Kampung Alla'

Irigasi Lembang

Masanda

50.00

D.I. Rano

Irigasi Lembang

Masanda

45.00

D.I. Masoda

Irigasi Lembang

Masanda

59.00

RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

II - 22

D.I. Kalo Tangnga

Irigasi Lembang

Kurra

69.00

D.I. Kurra

Irigasi Lembang

Kurra

56.00

D.I. Salu Selo

Irigasi Lembang

Kurra

70.00

D.I. Lekke'

Irigasi Lembang

Kurra

75.00

D.I. Uma Tomatua P.

Irigasi Lembang

Kurra

80.00

D.I. Patindak Bau

Irigasi Lembang

Kurra

65.00

D.I. Komba ,I-II

Semi Teknis

Sangalla'

150.00

D.I. Mangkagantaran

Irigasi Lembang

Sangalla'

95.00

D.I. Sapan

Irigasi Lembang

Sangalla'

141.00

D.I. Sapan Balombong

Irigasi Lembang

Sangalla' Selatan

55.00

D.I. Kana

Irigasi Lembang

Sangalla' Selatan

45.00

D.I. Kana Mappa

Irigasi Lembang

Bonggakaradeng

40.00

D.I. Bamba

Irigasi Lembang

Bonggakaradeng

30.00

D.I. Leso

Irigasi Lembang

Bonggakaradeng

50.00

D.I. Tarra

Irigasi Lembang

Bonggakaradeng

35.00

D.I. Garotin

Irigasi Lembang

Bonggakaradeng

40.00

D.I. Gal'eppo'

Irigasi Lembang

Bonggakaradeng

70.00

D.I. Poton

Irigasi Lembang

Bonggakaradeng

30.00

D.I. Tebong

Irigasi Lembang

Bonggakaradeng

50.00

D.I. Ratte

Irigasi Lembang

Bonggakaradeng

35.00

D.I. Marue

Irigasi Lembang

Bonggakaradeng

39.00

D.I. Miallo

Irigasi Lembang

Mappak

50.00

D.I. Paleppang Pao

Irigasi Lembang

Simbuang

48.00

D.I. Sima

Irigasi Lembang

Simbuang

45.00

D.I. Salu Anak Lindangan

Irigasi Lembang

Simbuang

35.00

D.I. Salu Aneon Ke'pe

Irigasi Lembang

Simbuang

38.00

D.I. Kondo Dewata

Irigasi Lembang

Mappak

45.00

D.I. Tanete

Irigasi Lembang

Mappak

45.00

D.I. Sarang Dena

Irigasi Lembang

Simbuang

54.00

D.I. Scarab

Irigasi Lembang

Mappak

60.00

D.I. Salu Malino

Irigasi Lembang

Mengkendek

50.00

D.I. To' Liang

Irigasi Lembang

Gandasil

50.00

D.I. Ku'lang

Irigasi Lembang

Gandasil

50.00

Sumber : Dinas PU Kab. Tana Toraja

RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

II - 23

Gambar 2.12 Peta Daerah Irigasi Kabupaten Tana Toraja
2.1.2.6 Sarana Perekonomian
Kegiatan sektor ekonomi Kabupaten Tana Toraja terdiri dari beberapa sub sektor, seperti
pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, pelayanan jasa, transportasi, industri,
perhotelan, dan berbagai kegiatan lainnya. Sektor-sektor ekonomi yang berbasis sektor
pertanian umumnya berada pada wilayah perdesaan, sementara itu sektor pelayanan jasa
umumnya berada pada kawasan perkotaan.
Kondisi ekonomi Kabupaten Tana Toraja dapat ditinjau dengan melihat indeks
perekonomian Kabupaten Tana Toraja (PDRB). Berdasarkan data PDRB Kabupaten
Tana Toraja memperlihatkan angka yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Kegiatan ekonomi di Kabupaten Tana Toraja telah memperlihatkan angka pertumbuhan
yang cukup menggembirakan, indikator tersebut dapat dilihat dengan meningkatnya
incam pendapatan per kapita masyarakat. Peningkatan pendapatan per kapita tersebut
berimplikasi pada peningkatan pembangunan sarana dan prasarana serta infrastruktur
lainnya.
Tabel 2.8 PDRB Perkapita Kabupaten Tana Toraja Tahun 2009-2013
Tahun

2009
2010
2011
2012
2013 *)

PDRB Perkapita (Rp)
Harga Berlaku

1.259.215,83
1.471.969,78
1.798.453,29
2.190.123,46
2.568.003,03

Harga Konstan

623.229,88
662.576,65
714.819,46
772.171,92
830.587,68

Sumber : BPS Kab. Tana Toraja, 2014
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

Perkembangan

Pertumbuhan

(%)

(%)

12,83
16,90
21,91
22,05
17,25

6,10
6,31
7,88
8,02
7,57

*) Angka Sementara
II - 24

Tabel 2.9 Sarana dan Prasarana Perekonomian Kabupaten Tana Toraja
Tahun 2009-2013
Jenis Sarana
Perdagangan
Pasar Umum
Pasar Desa
Toko
Kios
Warung
Rumah Makan/
Restoran
Jumlah

2009

2010

2011

2012

2013

10
19
63
225
45
8

10
19
65
250
50
10

10
19
70
317
125
10

10
20
70
317
125
10

10
20
70
320
130
10

370

404

551

552

560

Sumber : BPS Kab. Tana Toraja, 2014

2.1.2.7 Sarana Sosial dan Kesehatan
Pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Tana Toraja yang telah dilaksanakan
dewasa ini telah memperlihatkan keberhasilan dalam meningkatkan derajat kesehatan dan
gizi masyarakat. Hal ini dapat diamati dari perbaikan beberapa indikator derajat
kesehatan, antara lain: Menurunnya angka kematian bayi (AKB), angka kematian balita
(AKABA), angka kematian ibu (AKI), meningkatkan status gizi, dan menurunnya angka
kesakitan berbagai penyakit menular. Sejalan dengan membaiknya beberapa indikator
derajat kesehatan tersebut, telah terjadi peningkatan angka harapan hidup (AHH) tahun
2013 di Kabupaten Tana Toraja yaitu mencapai 74,28 Tahun dimana tahun sebelumnya
sebesar 74,26 Tahun.
Berbagai upaya peningkatan derajat kesehatan yang dilaksanakan pemerintah pusat dan
daerah bersama-sama dengan masyarakat tidak terlepas dari berbagai kebijakan sektor
pembangunan lain di luar sektor kesehatan, misalnya faktor ketersediaan air bersih dan
lingkungan pemukiman yang sehat, kemiskinan dan kecukupan pangan di tingkat rumah
tangga, oleh karena itu dalam pemecahan masalah kesehatan diperlukan kerjasama lintas
sektoral yang efektif.
Pembangunan kesehatan yang dilakukan selama ini telah berhasil menyediakan sarana
dan prasarana pelayanan kesehatan secara merata ke seluruh Kecamatan/Lembang/
Kelurahan. Dua rumah sakit terdapat di Kota Makale, 21 Puskesmas, dan 30 Puskesmas
Pembantu tersebar di 19 kecamatan. Untuk mendukung kegiatan pelayanan kesehatan,
ketersediaan tenaga kesehatan merupakan salah satu faktor penting. Di Kabupten Tana
Toraja saat ini tersedia 47 dokter, 269 perawat, 141 bidan, 21 ahli gizi, 29 Kesehatan
Masyarakat dan 35 apoteker.

RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

II - 25

Tabel 2.10 Tabel Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja
Kabupaten Tana Toraja Tahun 2012.
Tenaga Medis

Tenaga Non Medis

Unit Kerja
21

Ahli
Gizi
12

Teknik
Medis
-

-

1

-

Dokter

Perawat

Bidan

Farmasi

22

147

108

-

-

Puskesmas

9

Kesehatan
Masyarakat
23

-

-

-

Sanitasi

Instalasi
Farmasi
Dinas
Kesehatan
Rumah Sakit

4

2

3

2

2

-

1

1

21

120

30

10

7

1

4

5

Jumlah

47

269

141

35

21

1

14

29

Sumber : BPS Kab. Tana Toraja, 2014

2.1.2.8 Sarana Peribadatan
Fasilitas peribadatan adalah merupakan suatu wadah berlangsungnya aktifitas keagamaan
bagi warga masyarakat, yang dibedakan berdasarkan jenis peribadatan dan agama yang
dianut masing-masing umat. Kegiatan peribadatan merupakan kegiatan yang dilakukan
setiap saat oleh pemeluknya, dan merupakan kegiatan yang bersifat rutin. Olehnya itu
keberadaan fasilitas tersebut mutlak diperlukan dalam suatu kawasan guna menunjang
aktivitas keagamaan tersebut.
Dengan demikian, maka rencana pengembangan fasilitas peribadatan dapat diarahkan
pada peningkatan kualitas bagi fasilitas yang sudah ada baik dari segi fisik maupun
pelayannnya serta penambahan fasilitas seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.
Jumlah fasilitas peribadatan di Kabupaten Tana Toraja diperlihatkan pada table berikut :
Tabel 2.11 Sarana Peribadatan tiap Kecamatan di
Kabupaten Tana Toraja Tahun 2013
Gereja
No

Kecamatan

Mesjid

Musholah
Protestan

Katolik

Pura

Vihara

1

Bonggakaradeng

8

-

31

1

-

-

2

Simbuang

1

-

37

7

1

-

3

Rano

18

-

25

2

-

-

4

Mappak

-

-

26

11

-

-

5

Mengkendek

41

-

62

20

-

-

6

Gandang Batu

29

-

48

9

-

-

Sillanan
7

Sangalla

3

-

40

5

-

-

8

Sangalla Selatan

8

-

35

5

-

-

9

Sangalla Utara

1

-

36

10

-

-

10

Makale

14

-

43

11

-

-

11

Makale Selatan

6

-

35

13

-

-

12

Makale Utara

2

-

36

7

1

-

13

Saluputti

4

-

35

7

-

-

RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

II - 26

14

Bittuang

4

-

27

5

-

-

15

Rembon

6

-

44

12

1

-

16

Masanda

2

-

23

2

-

-

17

Malimbong Balepe

1

-

38

6

-

-

18

Rantetayo

5

-

45

11

-

-

19

Kurra

1

-

29

3

-

-

154

-

695

147

3

-

Jumlah

Sumber : BPS Kab. Tana Toraja, 2014

2.1.2.9 Sarana Transportasi
A. Transportasi Darat
Keterpaduan

jaringan

pelayanan

dan

prasarana

transportasi

suatu

daerah

mencerminkan adanya tingkat pelayanan yang baik kepada yang menggunakannya.
Keberadaan prasarana transportasi suatu wilayah dapat diartikan bahwa wilayah
tersebut telah memiliki suatu aset dalam menunjang berbagai aspek kegiatan
masyarakat, mengingat manfaat transportasi dalam kehidupan masyarakat mencakup
manfaat ekonomi, sosial, politik, hankam dan lingkungan.
Penyelenggaraan sistem jaringan prasarana transportasi berupa jaringan transportasi
jalan raya dan transportasi udara. Kedua jenis penyelenggaraan sistem transportasi
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan dan kemajuan
pembangunan di Kabupaten Tana Toraja, terutama pemenuhan pergerakan orang dan
barang, baik secara internal maupun eksternal. Untuk lebih memahami kondisi
sistem jaringan prasarana transportasi di Kabupaten Tana Toraja saat ini, diuraikan
sebagai berikut :
1.

Bangkitan dan Tarikan
Bangkitan dan tarikan perjalanan antar wilayah di Kabupaten Tana Toraja
berlangsung berdasarkan keinginan penduduk untuk melakukan perjalanan.
Sebagaimana diketahui bahwa jenis aktivitas yang berpotensi untuk menjadi
bangkitan dan tarikan adalah pasar, acara kematian dan perkawinan. Sedangkan
jenis bangkitan lainnya juga dipengaruhi oleh status kota yang ditandai dengan
terpusatnya pelayanan sosial, ekonomi dan jasa, seperti pertokoan, perkantoran,
pendidikan, peribadatan dan sebagainya.
Bangkitan dan tarikan antar kecamatan di Kabupaten Tana Toraja ditentukan
oleh fungsi dan peran masing-masing wilayah kecamatan. Bangkitan pergerakan
secara umum terjadi pada hari pasar besar yang berlangsung secara bergilir. Pada
kondisi seperti ini daerah yang menjadi pasar merupakan penarik pergerakan
barang dan orang di Tana Toraja. Wilayah/daerah-daerah yang berpotensi
menjadi penarik pergerakan antara lain Pasar Makale; Pasar Pasar Karau; Pasar

RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

II - 27

Ge’tengan; Pasar Sanga’la termasuk pasar-pasar yang ada di sekitar Tana Toraja
merupakan faktor penarik pergerakan di Tana Toraja.
2. Jaringan Jalan
Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting dalam
memperlancar kegiatan sosial dan perekenomian, baik antara kabupaten dengan
luar provinsi lainnya, kabupaten dengan kabupaten dalam provinsi, antara
kabupaten dengan kecamatan, dan antara satu kecamatan dengan kecamatan
lainnya. Dengan pelayanan transportasi jalan yang baik akan memudahkan
aksesibilitas dan mobilitas penduduk untuk melakukan perjalanan dan
menjangkau daerah-daerah belakang terhadap kegiatan sektor-sektor ekonomi,
sosial, di Kabupaten Tana Toraja.
Prasarana jalan raya di Kabupaten Tana Toraja terdiri dari jalan negara, jalan
provinsi dan jalan kabupaten. Berdasarkan data tahun 2013 yang dikeluarkan
oleh Kantor BPS menunjukkan jumlah panjang jalan di Kabupaten Tana Toraja
1.252 km, yang terdiri dari 272,92 km dalam kondisi baik, 170,80 km dalam
kondisi sedang dan sisanya sebesar 808,28 km dalam kondisi rusak dan rusak
berat. Ini memperlihatkan bahwa hanya berkisar 21,80 % jalan di Kabupaten
Tana Toraja tahun 2008 dalam kondisi baik.
Berdasarkan kondisi tersebut diatas memperlihatkan bahwa tingkat kemampuan
jaringan jalan di kabupaten Tana Toraja masih dibawah rata-rata untuk
memenuhi pergerakan kendaraan secara cepat dan lancar.
3. Terminal
Keberadaan terminal sebagai titik simpul pergerakan arus kendaraan, orang dan
barang adalah penting untuk diamati. Jumlah terminal di Kabupaten Tana Toraja
sebanyak 1 lokasi, yaitu terminal Makale dengan terminal bertype C. Lokasi
terminal Makale tersebut telah dimanfaatkan sebagai simpul utama pergerakan
angkutan. Kondisi terminal type C Makale saat ini terdiri atas pelataranpelataran angkutan umum dan dilengkapi bangunan-bangunan halte untuk
menumpang dengan kondisi yang sudah rusak. Penggunaan halte-halte
penumpang umumnya dimanfaatkan oleh pedagang dan karena sebagian besar
halte tempat duduknya rusak, sehingga penumpang cenderung duduk dibagian
sandaran tempat duduk. Sedangkan jenis permukaan jalan didalam terminal
berupa aspal dengan kondisi rusak. Jalan masuk dan keluar terletak berlainan
sehingga tidak mengganggu sirkulasi kendaraan yang masuk maupun keluar.
Sedangkan gedung terminal masih dimanfaatkan sebagai kantor Dinas
Perhubungan dan juga terdapat Kantor Samsat.
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

II - 28

Pemanfaatan terminal tersebut melayani angkutan kota berupa AKDP dan
AKAP. Hal ini memperlihatkan bahwa kategori terminal Makale sudah tidak
sesuai dengan type terminal. Oleh karena itu, pengembangan terminal perlu
dilakukan sesuai dengan kecenderungannya saat ini.
4. Jaringan Pelayanan
Transportasi darat merupakan sistem jaringan transportasi jalan yang sifatnya
fleksibel dan pelayanannya bersifat door to door serta memiliki daya jangkau
tinggi. Moda ini digunakan untuk jarak pendek, sedang, dan jauh sebagai mata
rantai awal dan akhir dari seluruh sistem transportasi. Transportasi darat di
Kabupaten Tana Toraja merupakan sistem jaringan dari serangkaian simpul dan
atau ruang kegiatan yang menghubungkan serta membentuk satu kesatuan sistem
jaringan terutama dalam konsep pengembangan sistem transportasi terpadunya.
Pelayanan transportasi jalan dalam lingkup Kabupaten Tana Toraja, antar
kabupaten maupun antar provinsi dapat dijumpai melalui transportasi jalan.
Pelayanan ini berupa pelayanan sebagai berikut; i). angkutan pedesaan, ii).
Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP), iii). Angkutan Kota Antar Provinsi
(AKAP), angkutan kota. Disamping itu, ketersediaan jenis transportasi lainnya
juga penting karena bagian yang tidak terpisahkan dalam pemenuhan pergerakan
barang dan orang dari/ke Kabupaten Tana Toraja. Kesemuanya memiliki andil
yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan wilayah kabupaten
maupun wilayah-wilayah yang lebih kecil seperti lingkungan perkotaan maupun
wilayah kecamatan/desa.
5. Pola Pergerakan
Kondisi pergerakan orang dalam bahasan ini meliputi jumlah bangkitan dan
tarikan serta

sebaran pergerakan di wilayah Kabupaten Tana Toraja. Pola

pergerakan orang di Tana Toraja yang diperoleh di lapangan, baik melalui
pengamatan langsung maupun dari informasi masyarakat tentang potensi
pergerakan yang terjadi secara internal maupun eksternal. Pergerakan internal
yang meliputi pergerakan antar kecamatan di Tana Toraja dan pergerakan ini
dilakukan oleh penduduk setempat berdasarkan jenis aktivitasnya. Potensi
pergerakan antar kecamatan dipengaruhi oleh 3 (tiga) hal, yaitu; i). kegiatan
pasar (berbelanja) pada hari pasar besar, ii). upacara perkawinan dan iii). upacara
kematian. Secara garis besarnya hari pasar besar di Tana Toraja berlangsung tiap
hari selama seminggu yang terlaksana secara bergiliran. Kondisi ini akan
mempengaruhi pola pergerakan orang tiap harinya. Sedangkan untuk acara
kematian dan upacara perkawinan yang waktunya tidak menentu, namun sangat
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA

II - 29

mempengaruhi pola pergerakan orang di Tana Toraja, dimana pergerakan orang
yang dilakukan pada penyambutan kedua acara tersebut, dilakukan secara
berkelompok dengan menggunakan kendaraan truk dengan muatan sekitar 30
orang/truk. Keluarga yang bertempat tinggal di wilayah kecamatan lain akan
bepergian menuju ke wilayah kecamatan, dimana tempat kegiatan perkawinan
dan kematian berlangsung.
Pergerakan eksternal dapat ditandai dengan adanya pergerakan/perjalanan
penduduk keluar Kabupaten Tana Toraja. Penduduk Tana Toraja termasuk
gemar senang melakukan perjalanan jauh (merantau) ke beberapa daerah baik
didalam maupun diluar Pulau Sulawesi. Kondisi inilah yang merupakan salah
satu penyebab munculnya berbagai usaha-usaha jasa angkutan AKDP dan
AKAP yang cukup berkembang di Tana Toraja.
Tabel 2.12 Jenis dan Panjang Jalan di Kabupaten Tana Toraja Tahun 2013
Jenis/Kondisi/Kelas

Status Jalan Tahun 2012

A Jenis Permukaan
1. Aspal

306,75

2. Rabat

230,69

3. Telford/kerikil

218,53

4. Tanah

496,03

Jumlah

1,252,00

B Kondisi Jalan
1. Baik

272,92

2. Sedang

170,80

3. Rusak Ringan

265,95

5. Rusak Berat

542,33

Jumlah

1,252,00

Sumber : Dinas PU Kab. Tana Toraja, 2014

B.

Transpotasi Udara
Satu-satunya