Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah BAB II
BAB II
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN
CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN
2.1.
Gambaran Umum Kondisi Daerah
2.1.1 Kondisi Fisik Daerah
Kabupaten Tana Toraja merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi
Selatan, yang terletak di bagian utara Provinsi Sulawesi Selatan. Ibukotanya adalah
Makale, sebuah kota berhawa sejuk yang berada pada daerah ketinggian sekitar 1253.075 mdpl.
Gambar 2.1 Kabupaten Tana Toraja dalam Konstelasi Propinsi Sulawesi Selatan
2.1.1.1
Geografi
Kabupaten Tana Toraja dengan ibukota di Makale yang terletak antara
119022”14,322’- 1200 2”37,566’ Bujur Timur dan 2044”21,296’- 30
23”23,505’
Lintang Selatan dengan elevasi ketinggian 125-3.075 mdpl, yang sekaligus sebagai
pusat kegiatan pariwisata budaya di Provinsi Sulawesi Selatan dan sebagai pintu
gerbang antara Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Secara administrasitif wilayah,
Kabupaten Tana Toraja berbatasan dengan :
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 1
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toraja Utara.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Pinrang.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu.
Luas wilayah Kabupaten Tana Toraja berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunakan peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 50.000 edisi I Tahun 1991 yang
diterbitkan Bakosurtanal dan Peta Administrasi BPN Tana Toraja yaitu kurang lebih
213.188,69 Ha. Sedangkan menurut BPS Kabupaten Toraja Tahun 2008 Luas wilayah
Kabupaten Tana Toraja tercatat 205.790,00 Ha, meliputi 19 kecamatan, dimana
Kecamatan Malimbong Balepe dan Kecamatan Bonggakaradeng merupakan 2
kecamatan terluas dengan luas masing-masing adalah 21.147 Ha dan 20.676 Ha.
Sedangkan wilayah kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Makale Utara
dan Kecamatan Sangala Utara dengan luas masing-masing adalah 26,08 km2 dan 2.796
Ha. Jumlah dan luas masing-masing wilayah di Kabupaten Tana Toraja lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Luas Kecamatan, Jumlah Desa dan Kelurahan Kabupaten Tana
Toraja Tahun 2013
Tabel 2.1
No.
Kecamatan
Luas Kecamatan
Luas (km²)
%
Juml.
Desa
Juml.
Kel.
1
Bonggakaradeng
206,76
10,06
5
1
2
Simbuang
194,82
9,48
5
1
3
Rano
89,43
4,35
5
-
4
Mappak
166,02
8,08
5
1
5
Mengkendek
196,74
9,58
13
4
6
G. Batu Silanang
108.63
5,29
9
3
7
Sanggala
36,24
1,76
3
2
8
Sangala Selatan
47,80
2,33
4
1
9
Sangala utara
27,96
1,36
4
2
10
Makale
39.75
1,93
1
14
11
Makale Selatan
61.70
3,00
4
4
12
Makale Utara
26.08
1,27
-
5
13
Saluputti
87,54
4,26
8
1
14
Bituang
163,27
7,95
14
1
15
Rembon
134,47
6,55
11
2
16
Masanda
134,77
6,56
8
-
17
Malimbong Balepe
211,47
10,29
5
1
18
Rantetayo
60,35
2,94
3
3
19
Kurra
60,50
2,94
5
1
2.057,9
100.00
112
47
Jumlah
Sumber : BPS Kabupaten Tana Toraja Tahun 2014
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 2
Berdasarkan tabel di atas terlihat proporsi terluas terdapat pada Kecamatan
Malimbong Balepe dan Kecamatan Bonggakaradeng dengan persentase luas 10,29 %
dan 10,06 %. Sedangkan kecamatan dengan luasan relatif rendah adalah Kecamatan
Makale Utara dan Kecamatan Sangala Utara dengan persentase luas berkisar 1,27 %
dan 1,36 %. Sedangkan Kecamatan Makale merupakan wilayah ibukota kabupaten
memiliki luas sebesar 1,93 % dari luas total wilayah Kabupaten Tana Toraja.
Gambar 2.2 Peta Administrasi Kabupaten Tana Toraja
2.1.1.2
Topografi dan Geomorfologi
Kondisi geomorfologi merupakan elemen penting dalam penentuan kesesuaian
pemanfaatan lahan atau kemampuan daya dukung lahan. Kabupaten Tana Toraja yang
berada pada daerah perbukitan yang cukup tinggi merupakan limitasi dalam
pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten Tana Toraja.
Kondisi geomorfologi di Kabupaten Tana Toraja dalam 5 tahun terakhir terus
mengalami perubahan. Tingginya frekwensi bencana alam seperti gempa bumi dan
tanah longsor telah banyak mengubah kondisi geomorfologi dan lingkungan hidup di
kabupaten ini. Selain oleh alam, perubahan kondisi geomorfologi dan lingkungan
hidup juga turut dipicu oleh pemanfaatan sumber daya tanpa mengindahkan kaidahkaidah konservasi yang telah menyebabkan penurunan kualitas dan daya dukung
lingkungan. Kondisi ini antara lain terlihat dari terus berkurangnya luas areal hutan
dan bertambahnya luas lahan kritis. Problematika tersebut turut memicu terjadinya
banjir dan longsor.
Berbagai upaya untuk menekan laju kerusakan lingkungan telah ditempuh oleh
pemerintah daerah Kabupaten Tana Toraja, akan tetapi sejauh ini upaya-upaya ini
belum cukup efektif untuk menekan laju kerusakan lingkungan dan mengurangi
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 3
dampak bencana alam sehingga berbagai terobosan masih sangat diperlukan dalam
pembangunan 20 tahun ke depan.
Dalam pada itu, Kabupaten Tana Toraja mempunyai topografi yang relatif
bergelombang dan berbukit, sedangkan topografi datar relatif sedikit. Kawasan yang
mempunyai kemiringan lahan datar (0-8%) pada umumnya berada di daerah di sebelah
timur dan lahan-lahan sepanjang jalan poros. Selanjutnya kawasan yang mempunyai
kemiringan lahan 8-15% tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Tana Toraja,
sedangkan kemiringan lahan di atas 40% pada umumnya berada di sebelah barat
kecamatan Simbuang, Kecamatan Bonggakaradeng, Kecamatan Masanda dan
beberapa kecamatan lainnya merupakan kawasan lindung.
Adapun kondisi kemiringan lereng dan ketinggian wilayah Kabupaten Tana Toraja,
diperlihatkan pada Tabel dan Gambar berikut :
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 4
Tabel 2.2 Klasifikasi Tingkat Kelerengan Wilayah Kabupaten Tana Toraja
Kecamatan
No.
Klasifikasi Lereng
BTG
BK
GDS
KRR
MKL
MKL-S
MKL-U
MB
MPK
MSD
1
0-8
2284,34
26,47
837,74
703,98
1204,59
-
1055,97
373,28
-
57,99
2
8 - 15
3533,75
609,15
3197,42
1799
1299,67
32,15
411,73
710,61
-
727,01
3
15 - 25
11034,55
2228,12
3053,65
1451,79
1414,9
1762,68
469,2
2055,61
2639,14
3758,22
4
25 - 40
12316,44
6480,88
1243,86
928,64
288,82
4041,45
140,91
5878,83
6996,48
10502,69
5
>40
2598,31
9538,24
130,66
1143,72
-
1456,76
-
1552,19
4754,02
4763,88
31767,39
18882,86
8463,33
6027,13
4207,98
7293,04
2077,81
10570,52
14389,64
19809,79
Lanjutan
Kecamatan
Klasifikasi Lereng
MKK
RN
RTY
RMB
SLPT
SGL
SGL-S
SGL-U
SBG
0-8
2837,88
297,83
1550,06
670,02
796,32
539,02
955,91
1175,09
-
8 - 15
6347,8
431,56
484,59
362,8
1441,59
526,63
2332,16
295,83
149,17
15 - 25
5215,26
1333,81
150,92
1078,95
815,45
850,91
5179,87
313,79
4457,08
25 - 40
2951,88
1141,04
159,12
2241,28
1198,93
50,6
2736,21
186,72
11784,25
>40
4862,05
2545,41
1315,63
1502
-
360,83
22214,87
5749,65
5668,68
5754,29
1967,16
11564,98
2344,69
Ket: BTG=Bittuang, BK=Bunggakaradeng, GDS=Gandasil KRR=Kurra, MKL=Makale, MKL-S Makale Selatan, MKL-U Makale Utara
MB=Malimbong Balepe, MPK=Mappak, MSD=Masanda, MKK=Mengkendek, RN=Rano, RTY=Rantetayo, RMB=Rembon
SLPT=Saluputi, SGL=Sangalla, SGL-S=Sangalla Selatan, SGL-U=Sangalla Utara, Simbuang
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 5
16071,76
1971,43
32462,26
Gambar 2.3 Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Tana Toraja
Gambar 2.4 Peta Ketinggian Kabupaten Tana Toraja
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 6
2.1.1.3
Geologi
Struktur geologi batuan Kabupaten Toraja Utara yang memiliki karakteristik geologi
yang kompleks dicirikan oleh adanya jenis satuan batuan yang bervariasi akibat
pengaruh struktur geologi. Beberapa jenis batuan yang dapat ditemukan di Kabupaten
Tana Toraja pada umumnya antara lain:
batuan epiklastik gunungapi (batupasir andesitan, batulanau, konglomerat dan
breksi
batugamping kelabu hingga putih berupa lensa-lensa besar
batugamping terumbu
batupasir hijau, grewake, napal, batulempung dan tuf, sisipan lava bersisipan
andesit-basal
batupasir, konglomerat, tufa, batulanau, batulempung, batugamping, napal
batusabak, kuarsit, filit, batupasir kuarsa malih, batulanau malih dan pualam,
setempat batulempung malih
granit, granodiorit, riolit, diorit, dan aplit
hasil erupsi parasit
konglomerat, sedikit batupasir glokonit dan serpih
lava andesit dan basal, dan latit kuarsa
lava, breksi, tufa, konglomerat
Napal diselingi batulanau gampingan dan batupasir gampingan
napal, kalkarenit, batugamping koral bersisipan dengan tuf dan batupasir, setempat
dengan konglomerat
serpih coklat kemerahan, sepi napalan kelabu, batugamping, batupasir kuarsa,
konglomerat, batugamping dan setempat batubara
Struktur geologi sangat mempengaruhi pola penyebaran batuan dan keterdapatan
bahan galian. Formasi geologi Kabupaten Tana Toraja dapat dilihat pada tabel dan
gambar berikut :
Tabel 2.3 Formasi Geologi Di Kabupaten Tana Toraja
Kecamatan
1. Bittuang
Formasi
Luas (ha)
Batuan Gunungapi
Lompobatang
Batuan Terobosan
Formasi Loka
Formasi Toraja
Formasi Walanae
Tuff Barupu
7803,45
3254,12
361,50
124,31
391,65
7061,72
Jumlah
2. Bonggakaradeng
Batuan Gunungapi
Lompobatang
Batuan Terobosan
Formasi Loka
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
18996,75
6152,77
303,35
5304,69
II - 7
Formasi Walanae
7122,34
Jumlah
3. Gandang Batu Sillanan
Batuan Terobosan
Formasi Date
Formasi Makale
Formasi Toraja
1045,49
972
1771,64
4674,21
Jumlah
4. Kurra
Formasi Sekala
Formasi Walanae
Tuff Barupu
Batuan Terobosan
Formasi Date
Formasi Makale
Formasi Toraja
Formasi Walanae
Mamuju
Batuan Gunungapi
Lompobatang
Batuan Terobosan
Formasi Date
Formasi Makale
6796,93
219,7
229,63
Anggota Batugamping
Formasi Toraja
Batuan Terobosan
Formasi Date
Formasi Makale
Mamuju
Jumlah
8. Malimbong Balepe
Anggota Batugamping
Formasi Toraja
Batuan Terobosan
Formasi Walanae
Jumlah
9. Mappak
Batuan Gunungapi
Lompobatang
Batuan Terobosan
Batuan Gunungapi
Lompobatang
Batuan Gunungapi Tineba
Batuan Terobosan
Formasi Latimojong
Formasi Loka
Formasi Toraja
Formasi Walanae
Anggota Batugamping
Formasi Toraja
Batuan terobosan
Formasi date
Formasi latimojong
Formasi makale
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
157,14
183,71
1288,12
277,08
171,77
13582,49
6324,58
2679,32
1566,64
24601,88
2258,01
Jumlah
11. Mengkendek
11504,67
12355,4
Jumlah
10. Masanda
4207,97
46,77
Jumlah
7. Makale Utara
73037,73
2664
608,12
758,03
3,71
170,44
3,67
Jumlah
6. Makale Selatan
60527,3
117,86
649,57
5297,15
Jumlah
5. Makale
44941,62
49785,83
808,29
6723,28
6583,22
5178,12
166,15
284,48
66,27
19001,52
121,55
367,58
928,72
6296,99
1064,25
II - 8
Formasi toraja
13212,05
Jumlah
12. Rano
Batuan Gunungapi
Lompobatang
Batuan terobosan
Formasi date
Formasi loka
2200,38
945,83
52,82
2550,64
Jumlah
13. Rantetayo
Batuan Terobosan
formasi walanae
Batuan Gunungapi
Lompobatang
Batuan terobosan
Formasi walanae
5338,24
23,94
Batuan Gunungapi
Lompobatang
Batuan terobosan
Formasi walanae
Tuff barupu
17. Sangalla Selatan
3272,65
1926,09
364,93
Batuan Terobosan
Formasi date
Formasi makale
Formasi toraja
Jumlah
Anggota Batugamping
Formasi Toraja
Batuan terobosan
Formasi latimojong
Formasi toraja
Jumlah
18. Sangalla Utara
Anggota Batugamping
Formasi Toraja
Formasi date
Formasi makale
Formasi toraja
Jumlah
19. Simbuang
Batuan Gunungapi
Baturape-Cindako
Batuan gunungapi
lompobatang
Batuan terobosan
Formasi latimojong
Formasi toraja
Formasi walanae
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
54860,21
216,5
Jumlah
16. Sangalla
46846,83
306,52
Jumlah
15. Saluputti
40952,86
1789,45
555,23
Jumlah
14. Rembon
21991,14
60664,32
303,38
128,22
13241,19
1066,14
75768,18
113,19
84,17
19,11
11348,52
88399,31
293,45
231,84
6,37
1439,78
101719,27
5114,92
16009,28
4183,27
2639,92
895,62
3619,6
Jumlah
32462,61
Grand Total
213252,73
II - 9
Gambar 2.5 Peta Geologi Kabupaten Tana Toraja
2.1.1.4
Hidrologi, Klimatologi dan Jenis Tanah
Keadaan Hidrologi di Kabupaten Tana Toraja umumnya dipengaruhi oleh sumber air
yang berasal dari Sungai Saddang, Sungai Mataallo, Sungsi Noling dan anak sungai
serta mata air dengan debit yang berpariasi. Hulu Sungai Saddang merupakan sungai
terpanjang di Sulawesi Selatan berada di Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten
Mamasa merupakan urat nadi yang vital bagi pengembangan pertanian dan PLTU
Bakaru di Kabupaten Pinrang. Keberadaan sungai-sungai tersebut pada umumnya
digunakan untuk irigasi perdesaan. Disatu sisi, keberadaan sungai-sungai tersebut
sangat potensi dikembangkan bagi kepentingan pariwisata , misalnya arum jeram dan
wisata rafting dan sumber PLMH. Selain Sungai Saddang terdapat juga sungai lainnya
seperti Sungai Mataallo, Sungai Noling dan anak sungai lainnya seperti Sungai
Mai’ting,
Sungai Sapan Deata dan beberapa mata air panas yang potensi untuk
pengembangan pariwisata dan PLTMH.
Kondisi hidrologi Kabupaten Tana Toraja secara umum adalah sebagai berikut;
Air tanah, air tanah pada umumnya terdapat pada kedalaman 40-100 meter.
Air permukaan, air permukaan pada umumnya berupa sungai dan genangangenangan.
Dalam hal ini, hidrologi di Kabupaten Tana Toraja untuk berbagai kepentingan harus
dilakukan secara bijaksana dengan kelestarian.
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 10
Gambar 2.6 Peta Hidrogeologi Kabupaten Tana Toraja
Gambar 2.7 Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tana Toraja
Wilayah Indonesia pada umumnya mengenal dua musim, yaitu musim hujan dan musim
kemarau. Lama dan bulan jatuhnya awal setiap musim sangat bervariasi dari satu daerah
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 11
ke daerah yang lain. November sampai Maret angin bertiup sangat banyak mengandung
uap air yang berasal dari Benua Asia dan Samudera Pasifik sehingga pada bulan-bulan
tersebut terjadi musim hujan.
Kabupaten Tana Toraja beriklim musim hujan dan kemarau. Kondisi iklim Kabupaten
Tana Toraja berdasarkan pencatatan Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Toraja, curah
hujan terbanyak pada tahun 2008 terjadi pada bulan Desember yaitu sekitar 125 mm dan
banyaknya hari hujan yang terjadi pada tahun 2008 terbanyak terjadi pada bulan juli
yaitu sebanyak 25 hari. Jumlah curah hujan dari tahun ke tahun memperlihatkan
meningkat dan curah hujan terbesar terjadi dari bulan Oktober hingga Juni dan terendah
terjadi pada bulan Juli hingga Nopember, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
dan Gambar berikut ini :
Tabel 2.4 Jumlah Curah Hujan Dirinci Per Bulan di Tana Toraja
Tahun 2004-2008 (mm)
Bulan
2004
2005
2006
2007
2008
Hari
mm
Hari
mm
Hari
mm
Hari
mm
Hari
mm
Januari
15
175
17
327
20
335
14
8
20
67
February
19
344
19
367
22
375
19
182
3
150
Maret
-
2
15
196
13
210
-
102
10
115
April
22
234
10
174
8
150
-
194
-
29
Mei
16
149
16
147
14
143
-
123
Juni
7
6
15
112
12
109
10
132
18
95
Juli
3
10
15
59
20
62
17
6
25
15
Agustus
-
-
2
25
8
35
15
-
3
5
September
4
50
3
31
2
28
8
-
-
3
Oktober
3
227
10
215
15
229
20
-
-
-
Nopember
14
327
12
317
14
319
18
-
10
20
Desember
16
465
16
402
17
465
20
-
18
125
119
1989
150
2417
165
2460
141
747
107
734
Jumlah
-
110
Sumber : BPS, 2008
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 12
Gambar 2.8 Peta Curah Hujan Kabupaten Tana Toraja
Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Tana Toraja didominasi oleh jenis tropudults,
dystropepts dan utrandepts, sedangkan yang paling kecil adalah jenis tanah rendolis.
Jenis tanah tersebut tersebar di seluruh wilayah kecamatan, yang diperlihatkan pada
Tabel 2.4 dan Tabel 2.5 berikut.
Tabel 2.5 Jenis Tanah di Wilayah Kabupaten Tana Toraja
No.
1
Jenis Tanah
Dystropepts
Tekstur
Luas (ha)
agak halus
139986,68
agak kasar
1345,46
agak halus
3182,05
2
Utrandepts
halus
12011,77
3
Eutropepts
halus
21141,4
4
Paleudults
agak halus
1201,85
5
Rendolls
agak halus
4846,9
6
Tropudults
agak halus
29478,33
Grand Total
213194,44
Sumber : RTRW Kab. Tana Toraja
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 13
Tabel 2.6 Jenis Tanah di Perinci Perkecamatan di Wilayah
Kabupaten Tana Toraja
Tanah
1. agak halus
Lokasi
Luas (Ha)
Kec. Kurra
Kec. Rembon
Kec. Saluputti
Jumlah
2. berbatu
Kec. Gandasil
Kec. Makale
Kec. Makale Utara
Kec. Mengkendek
Kec. Sangalla
Kec. Sangalla Utara
Jumlah
3. halus
Kec. Bittuang
Kec. Bonggakaradeng
Kec. Gandasil
Kec. Kurra
Kec. Makale
Kec. Makale Selatan
Kec. Makale Utara
Kec. Malimbong Balepe
Kec. Mappak
Kec. Masanda
Kec. Mengkendek
Kec. Rano
Kec. Rantetayo
Kec. Rembon
Kec. Saluputti
Kec. Sangalla
Kec. Sangalla Selatan
Kec. Sangalla Utara
Kec. Simbuang
Jumlah
4. sedang
Kec. Bonggakaradeng
Kec. Malimbong Balepe
Kec. Mappak
Kec. Mengkendek
Kec. Rano
Kec. Sangalla Selatan
Kec. Sangalla Utara
Kec. Simbuang
Jumlah
Grand Total
19,32
156,13
1189,33
1364,78
2062,51
662,72
391,36
1022,13
394,98
313,2
1730,31
31767,38
7192,67
6401,51
6007,81
3545,25
7293,04
1686,46
9793,45
14161,69
19809,8
19706,68
4711,23
2344,7
5512,57
4564,95
1572,72
4079,43
1383,89
25969,2
31432,52
11690,18
777,09
451,72
1264,15
1038,43
7489,35
274,35
6493,06
14256,76
213194,4
Sumber : RTRW Kab. Tana Toraja
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 14
Gambar 2.9 Peta Jenis Tanah Kabupaten Tana Toraja
2.1.2 Sarana dan Prasarana
2.1.2.1
Air Limbah
Sistem pengolahan air limbah di Kabupaten Tana Toraja dengan system on site
(penanganan setempat) yang terbagi atas :
Pengelolaan oleh masyarakat / rumah tangga sendiri, dengan membuat jamban
keluarga dan septic tank sendiri.
Pengelolaan oleh pemerintah, tetapi terbatas pada prasarana untuk tempat umum
dengan membuat MCK umum dan septic tank komunal.
Terkait dengan limbah yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi masyarakat
saat ini belum terasa secara luas, namun pada daerah tertentu seperti pada lingkungan
kegiatan ekonomi seperti rumah makan, hotel, buangan rumah tangga yang selama ini
belum dilakukan netralisasi sebelum dibuang pada daerah hilir yang menjadi akhir
pembuangan yang selama ini sudah sangat terasa. Oleh karena itu dengan semakin
meningkatnya usaha sosial masyarakat sudah perlu dibuat aturan dan rencana induk
penangganannya agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
Prasarana dan sarana pengolahan air limbah sebenarnya sudah dilakukan pada jenis
limbah tertentu seperti untuk tinja namun untuk limbah lain perlu pula dilakukan
penanganan, karena hal tersebut besar pengaruhnya terhadap kelestarian lingkungan.
Kabupaten Tana Toraja saat ini belum mempunyai system pembuangan air lmbah
terpusat berupa bangunan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT). Penanganan
pembuangan air limbah sebagian besar dilakukan secara individual oleh masyarakat,
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 15
bahkan sebagian kecil masih menggunakan sungai, yang sangat berpengaruh pada
kesehatan lingkungan.
Rencana pengembangan dan pengelolaan air limbah di Kabupaten Tana Toraja adalah
sebagai berikut :
Mengembangkan sistem setempat yang diarahkan pada sistem publik sebagai konsep
utama pengembangan saat ini sebelum tersedianya sarana IPAL terpadu di
Kabupaten Tana Toraja. Hal ini ditujukan agar masyarakat dapat berperan serta aktif
untuk mengendalikan buangan air limbah rumah tangganya sebagai hasil dari
aktivitas masyarakat sehari-hari, seperti pembuatan septik tank.
Rencana IPAL limbah industri di Kabupaten Tana Toraja ditempatkan tidak jauh dari
kawasan-kawasan agroindustri agar dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas
sistem pengelolaan limbah. Rencana IPAL limbah domestik Kabupaten Tana Toraja
diarahkan ke sistem kluster yang berada di kawasan Perkotaan di Kabupaten.
rencana Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang melayani skala kota.
Adanya pengawasan terhadap pengelolaan penanganan limbah cair dari kegiatankegiatan masyarakat yang lain seperti industri, rumah makan/ restoran, hotel dan
rumah sakit. Rencana IPLT Kabupaten Tana Toraja diarahkan ke sistem komunal
yang berada di kawasan perkotaan Kabupaten.
2.1.2.2
Persampahan
Tingginya pertumbuhan penduduk dan penyebaran penduduk yang belum merata,
menyebabkan permasalahan sampah di kabupaten Tana Toraja dari hari kehari menjadi
bertambah kompleks. Jumlah penduduk yang bermukim di kota Makale serta Ibukota
Kecamatan Mengkendek (Ge’tengan) pada tahun 2008 mencapai 44.828 jiwa, dengan
volume sampah setiap harinya sebesar 90 m3.
Dalam Tahun 2008 Pemerintah Kabupaten Tana Toraja membentuk 1 (satu) Kantor
yang khusus menangani masalah sampah dan kegiatan lainnya yaitu Kantor Kebersihan,
Pertamanan, Pemakaman, Pemadam Kebakaran dan Penerangan Jalan Umum.
Penetapan lembaga pengelola kebersihan ini merupakan bagian dari kebijakan
Pemerintah
Daerah
yang
memberikan
gambaran
tingkat
perhatian
terhadap
permasalahan kebersihan. Sistem pengumpulan sampah setempat dilakukan dengan
sistem pelayanan kota dan pelayanan kawasan secara; (i) Individual, mengumpulkan
sampah di Bak sampah, (ii) Komunal, pengumpulan melalui motor sampah ke TPS /
container
Perhatian terhadap pengelolaan persampahan masih belum memadai. Secara umum
alokasi pembiayaan untuk sektor persampahan masih dibawah 5% dari total anggaran
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 16
APBD, rendahnya biaya tersebut pada umumnya karena pengelolaan persampahan
masih belum menjadi prioritas dan menggunakan pola penanganan sampah yang ala
kadarnya tanpa memperhitungkan faktor keselamatan lingkungan dan kesehatan
masyarakat. Demikian juga dengan rendahnya dana penarikan retribusi, sehingga biaya
pengelolaan sampah masih menjadi beban APBD.
Lembaga atau instansi pengelola persampahan merupakan motor penggerak saluruh
kegiatan pengelolaan sampah dari sumber sampai TPA. Kondisi kebersihan suatu kota
atau wilayah merupakan output dari rangkaian pekerjaan manajemen pengelolaan
persampahan yang keberhasilannya juga ditentukan oleh faktor – faktor lain. Kapasitas
dan kewenangan instansi pengelola persampahan menjadi sangat penting karena
besarnya tanggung jawab yang harus dipikul daslam menjalankn roda pengelolaan
yasng biasanya tidak sederhana bahkan cedrung cukup rumit sejalan dengan makin
berkembangnya suatu kota.
Rencana-rencana penanganan dan pengembangan persampahan di Kabupaten Tana
Toraja adalah sebagai berikut :
Memanfaatkan teknik-teknik yang lebih berwawasan lingkungan berdasarkan konsep
daur ulang-pemanfaatan kembali-pengurangan dalam pengolahan sampah di TPA
yang ada maupun yang akan dikembangkan.
Rencana pengolahan sampah organis menjadi kompos skala kecil yang tersebar di
lingkungan permukiman khususnya kawasan perkotaan di Kabupaten Tana Toraja.
Sistem pengelolaan sampah yang baik adalah system sanitary landfill (lahan urug
sanitasi). Sistem ini dapat menjamin kondisi sanitasi lingkungan di sekitarnya.
Semua potensi pencemaran dapat dicegah dengan berbagai teknik rekayasa. Lapisan
kedap air untuk mencegah rembesan lindi (leachate), tanah penutup untuk mencegah
bau dan serpihan sampah ke lingkungan sekitar, serta sistem ventilasi gas metana
untuk mencegahnya terakumulasi dalam tumpukan sampah.
Rencana pengembangan tempat pengolahan sampah akhir (TPA) berlokasi di
Rantetayo Luas lahan 4,00 Ha
Rehabilitasi dan pengadaan sarana dan prasarana persampahan, bergerak dan tidak
bergerak, khususnya TPS, kontainer dan truk.
Mengembangkan kemitraan dengan swasta berkaitan untuk pengelolaan sampah dan
penyediaan TPA.
2.1.2.3
Drainase
Adanya fenomena perubahan iklim akibat pemanasan global yang ditandai dengan
kekeringan panjang,curah hujan tinggi berpotensi mengakibatkan bencana. Perubahan–
perubahan tersebut menyebabkan penanganan drainase yang relatif lebih sulit dan
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 17
memerlukan biaya yang lebih mahal. Disisi lain, pertumbuhan penduduk dan kebutuhan
prasarana dan sarana khususnya di perkotaan yang semakin berkembang dan meningkat
di Kabupaten Tana Toraja, maka areal yang tadinya merupakan ruang terbuka hijau
beralih fungsi menjadi daerah terbangun, menyebabkan daya tampung drainase yang
tidak mencukupi.
Permasalahan yang dihadapi dalam implementasi pembangunan atau perbaikan system
drainase perkotaaan antara lain :
Tuntutan genangan yang terjadi harus lebih kecil dibandingkan dengan perdesaan.
Diperlukan penyesuian – penyesuaian berkaitan dengan adanya limbah domestic dan
limbah industri.
Diharapkan system drainase yang dibangun/diperbaiki harus sesuai dengan
kebutuhan lingkungan perkotaan.
Agar permasalahan banjir penanganannya bisa berjalan efektif, maka selain
pertimbangan teknis dan non teknis, juga diperlukan keterpaduan program antar dinas
dan masyarakat, termasuk perilaku yang diperlukan untuk mencegah munculnya potensi
yang dapat menyebabkan terjadinya banjir.
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Drainase di Kabupaten Tana Toraja, meliputi :
drainase primer dilakukan normalisasi dan perkuatan tebing: Sungai Saddang, Sungai
Mata Alllo dan Sungai Noling;
drainase sekunder dilakukan pembangunan sistem drainase pada daerah permukiman
perkotaan dan perdesaan yang rawan bencana banjir menuju drainase primer; dan
drainase tersier dilakukan pembangunan sistem drainase pada lingkungan
permukiman perkotaan dan perdesaan menuju drainase sekunder.
Rencana pengembangan diprioritaskan pada kawasan genangan dengan memperhatikan
faktor kuantitatif genangan, seperti luas genangan, tinggi genangan, lama genangan, dan
lain-lain. Demikian pula faktor kerusakan yang ditimbulkan akibat banjir/genangan,
gangguan ekonomi, seperti daerah pasar dan perdagangan, gangguan sosial, seperti
rumah sakit dan fasilitas umum, gangguan kelancaran arus lalu lintas, seperti
terganggunya lalu lintas jalan/kemacetan lalu lintas serta gangguan permukiman
penduduk dan kepadatannya.
2.1.2.4
Energi dan Telekomunikasi
Penerangan rumah tangga di Kabupaten Tana Toraja pada tahun 2008 berasal dari
berbagai sumber antara lain listrik PLN, listrik non PLN, lampu petromaks, pelita, dan
jenis penerangan lainnya. Jumlah rumah tangga yang telah mendapatkan pelayanan
listrik dari PLN.
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 18
Sedangkan jenis fasilitas komunikasi yang ada di Kabupaten Tana Toraja meliputi
telepon, televisi, radio, antena parabola dan orari. Khusus untuk fasilitas telepon, untuk
kepentingan umum sudah banyak terdapat warung telekomunikasi dan juga telepon
umum. Adapun pelayanan Jasa Pos dan Giro di Kabupaten Tana Toraja masih terbatas
pada layanan di ibukota Kabupaten yaitu 1 unit sedangkan untuk kantor pos hanya
tersedia di Kota Makale.
Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana energi di Kabupaten Tana Toraja,
terdiri atas pembangkit listrik PLTD Tana Toraja dan PLTA Malea, potensi sumberdaya
energi mikro hidro yang bersumber dari Sungai Saddang dan Sungai Mata Allo, Sungai
Noling dan beberapa anak sungai. Disamping itu, akan dikembangkan sumber tenaga
listrik matahari pada
daerah perbukitan di Kecamatan Simbuang dan kecamatan
Masanda, yang dapat melayani beberapa kecamatan di sekitarnya. Untuk gardu induk
(GI) terdapat di Makale, dan Jaringan transmisi tenaga listrik bertegangan 150 KV
melintasi Kecamatan Gandangbatu Sillanan, Makale Selatan, Makale dan Makale Utara.
Disamping itu, rencana pengembangan energi kelistrikan di Kabupaten Tana Toraja
adalah sebagai berikut:
Pembangunan dan peningkatan pelayanan akan kebutuhan prasarana listrik untuk
masa yang akan datang harus diupayakan mencapai 70% guna memberi penerangan
kepada masyarakat dan meningkatkan produksi industri bagi pengguna jasa listrik.
Peningkatan jangkauan pelayanan dapat dilakukan dengan distribusi melalui PLN
ranting, sub-ranting dan listrik desa, sehingga mampu melayani jumlah desa secara
keseluruhan.
Untuk
tujuan
komunikasi,
maka
direncana
pengembangan
sistem
jaringan
telekomunikasi Kabupaten tana Toraja yang meliputi:
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Telekomunikasi provinsi meliputi sistem
jaringan telekomunikasi tetap, jaringan telekomunikasi khusus dan STO Lokal Tana
Toraja
Rencana telepon nirkabel berupa lokasi menara Base Transceiver Station (BTS)
dikembangkan penggunaannya secara bersama dan tidak mengganggu aktifitas
disekitarnya termasuk kegiatan penerbangan.
Peningkatan pelayanan jasa telekomunikasi sesuai dengan perkembangan teknologi,
guna mencapai pelayanan terhadap seluruh lapisan masyarakat.
Untuk mendukung sistem interkoneksitas tersebut diarahkan rencana pengembangan
jaringan kabel telepon mengikuti pola jalan;
Sistem telekomunikasi berupa telekomunikasi satelit direncanakan menjangkau
sampai pusat-pusat permukiman dan sentra-sentra produksi baik di daerah perkotaan
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 19
maupun perdesaan, yang akan mendukung arus informasi dari dan ke wilayah
hinterlandnya.
Pembuatan jaringan telekomunikasi melalui sambungan telepon ke kecamatankecamatan dalam wilayah Kabupaten Tana Toraja.
Peningkatan sarana dan prasarana telekomunikasi termasuk penambahan jumlah
sambungan pada wilayah yang sudah ada/terlayani.
Gambar 2.10 Peta Jaringan Listrik Kabupaten Tana Toraja
Gambar 2.11 Peta Jaringan Telepon Kabupaten Tana Toraja
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 20
2.1.2.5 Irigasi
Pemenuhan kebutuhan irigasi diarahkan pada upaya membantu percepatan peningkatan
produksi dan produktivitas lahan pertanian khususnya pertanian lahan basah dan lahan
kering potensial untuk dikembangkan dalam skala yang relatif besar.
Selanjutnya kisaran alternatif dapat berupa ukuran dari sistem irigasi yang akan dibangun
apakah yang diutamakan adalah jaringan-jaringan irigasi berukuran kecil seperti sistim
irigasi sederhana atau sistem irigasi berukuran sedang dan ukuran besar.
Pengembangan dan pengelolaan Daerah Irigasi (DI) di Kabupaten Tana meliputi 174 DI
yang luasnya antara 40 ha sampai dengan 305 ha yang merupakan kewenangan
kabupaten. Total luas DI di Kabupaten Tana Toraja adalah sekitar 13.515 ha.
Tabel 2.7 Daerah Irigasi (Di) Kewenangan Kabupaten di Kabupaten Tana Toraja 2010
NAMA
STATUS
KECAMATAN
LUAS (HA)
D.I. Mamara
Irigasi Lembang
Mengkendek
108.00
D.I To'kua
Irigasi Lembang
Mengkendek
150.00
D.I. Salu Randanan
Irigasi Lembang
Simbuang
60.00
D.I. Rambu
Irigasi Lembang
Simbuang
47.00
D.I. Tukaran
Irigasi Lembang
Simbuang
55.00
D.I. Tumbang Datu
Irigasi Lembang
Sangalla Utara
45.00
DI. Lemo Menduruk
Irigasi Lembang
Malimbong Balepe
D.I. Mabaya
Irigasi Lembang
Bonggakaradeng
D.I. Pong Toding
Irigasi Lembang
Mengkendek
150.00
D.I. Bongli
Irigasi Lembang
Mengkendek
123.00
D.I. Tabang
Semi Teknis
Mengkendek
273.00
D.I. Randanan
Irigasi Lembang
Mengkendek
75.00
D.I. Sumarabu
Irigasi Lembang
Mengkendek
111.00
D.I. Mararin
Irigasi Lembang
Mengkendek
90.00
D.I. Tolamba'
Irigasi Lembang
Mengkendek
35.00
D.I. Kapa-kapa'
Irigasi Lembang
Mengkendek
52.00
D.I. Kasisi'
Irigasi Lembang
Mengkendek
70.00
D.I. Sipateto'induk
Irigasi Lembang
Mengkendek
95.00
D.I. Awa' Batu
Irigasi Lembang
Mengkendek
50.00
D.I. Sarombon
Irigasi Lembang
Mengkendek
85.00
D.I. Mandalan
Irigasi Lembang
Mengkendek
85.00
D.I. Gantungan
Irigasi Lembang
Mengkendek
50.00
D.I. Sarre
Irigasi Lembang
Gandasil
60.00
D.I. Sampang
Irigasi Lembang
Gandasil
113.00
D.I. Kaluku To' Bena'
Irigasi Lembang
Gandasil
65.00
D.I. Palino
Irigasi Lembang
Makale Selatan
65.00
D.I. Kararo
Irigasi Lembang
Makale Selatan
85.00
D.I. Karondang
Irigasi Lembang
Makale Selatan
60.00
D.I. Kurin-kurin
Irigasi Lembang
Makale Selatan
40.00
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
303.00
50.00
II - 21
D.I. Ma' tan
Irigasi Lembang
Makale Selatan
45.00
D.I. Pandan
Irigasi Lembang
Makale Selatan
50.00
D.I. Kamiri
Irigasi Lembang
Makale Selatan
50.00
D.I. Gallungan Kamurung
Irigasi Lembang
Makale Selatan
50.00
D.I. Kulitak Pananian
Irigasi Lembang
Makale Selatan
70.00
D.I. Tendan To' Sendana
Irigasi Lembang
Makale Selatan
75.00
D.I. Sangkili
Irigasi Lembang
Makale Utara
60.00
D.I. To'Liku
Irigasi Lembang
Makale Utara
125.00
D.I. Salu Aka
Irigasi Lembang
Makale
40.00
D.I. Botang
Irigasi Lembang
Makale
15.00
D.I. Mamulo
Irigasi Lembang
Makale
72.00
D.I. To'Lemo Sisiran
Irigasi Lembang
Makale
60.00
D.I. Kalo' Baine
Irigasi Lembang
Malimbong Balepe
D.I. Sa'Tandung
Irigasi Lembang
Saluputti
68.00
D.I. Awo
Irigasi Lembang
Malimbong Balepe
45.00
D.I. Tabiri
Irigasi Lembang
Malimbong Balepe
60.00
D.I. Sollongan
Irigasi Lembang
Malimbong Balepe
71.00
D.I. Boto
Irigasi Lembang
Malimbong Balepe
64.00
D.I. Pambasean
Irigasi Lembang
Malimbong Balepe
61.00
D.I. Patondon
Irigasi Lembang
Malimbong Balepe
70.00
D.I. Kanaka I
Irigasi Lembang
Malimbong Balepe
D.I. Kanaka II
Irigasi Lembang
Malimbong Balepe
D.I. Mangge
Irigasi Lembang
Saluputti
65.00
D.I. Belalang
Irigasi Lembang
Saluputti
20.00
D.I. Salu Tandung
Irigasi Lembang
Saluputti
55.00
D.I. Messilu
Irigasi Lembang
Saluputti
60.00
D.I. Salu Ratte II
Irigasi Lembang
Bittuang
150.00
D.I. Salu Ratte I
Irigasi Lembang
Bittuang
303.00
D.I. Tappang Patongloan
Irigasi Lembang
Bittuang
69.00
D.I. Sarambu Kandua'
Irigasi Lembang
Bittuang
75.00
D.I. Burasia
Irigasi Lembang
Bittuang
73.00
D.I. Sinae Patongloan
Irigasi Lembang
Bittuang
60.00
D.I. Tongge
Irigasi Lembang
Bittuang
40.00
D.I. Pura Tau
Irigasi Lembang
Bittuang
47.00
D.I. Rambu Manda'
Irigasi Lembang
Bittuang
46.00
D.I. Pangala' Patongloan
Irigasi Lembang
Bittuang
50.00
D.I. Ratte
Irigasi Lembang
Bittuang
190.00
D.I. Liku Lambe'
Irigasi Lembang
Bittuang
56.00
D.I. Nenneng
Irigasi Lembang
Bittuang
30.00
D.I. Belau
Irigasi Lembang
Masanda
100.00
D.I. Tombang
Irigasi Lembang
Masanda
68.00
D.I. Kampung Alla'
Irigasi Lembang
Masanda
50.00
D.I. Rano
Irigasi Lembang
Masanda
45.00
D.I. Masoda
Irigasi Lembang
Masanda
59.00
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 22
D.I. Kalo Tangnga
Irigasi Lembang
Kurra
69.00
D.I. Kurra
Irigasi Lembang
Kurra
56.00
D.I. Salu Selo
Irigasi Lembang
Kurra
70.00
D.I. Lekke'
Irigasi Lembang
Kurra
75.00
D.I. Uma Tomatua P.
Irigasi Lembang
Kurra
80.00
D.I. Patindak Bau
Irigasi Lembang
Kurra
65.00
D.I. Komba ,I-II
Semi Teknis
Sangalla'
150.00
D.I. Mangkagantaran
Irigasi Lembang
Sangalla'
95.00
D.I. Sapan
Irigasi Lembang
Sangalla'
141.00
D.I. Sapan Balombong
Irigasi Lembang
Sangalla' Selatan
55.00
D.I. Kana
Irigasi Lembang
Sangalla' Selatan
45.00
D.I. Kana Mappa
Irigasi Lembang
Bonggakaradeng
40.00
D.I. Bamba
Irigasi Lembang
Bonggakaradeng
30.00
D.I. Leso
Irigasi Lembang
Bonggakaradeng
50.00
D.I. Tarra
Irigasi Lembang
Bonggakaradeng
35.00
D.I. Garotin
Irigasi Lembang
Bonggakaradeng
40.00
D.I. Gal'eppo'
Irigasi Lembang
Bonggakaradeng
70.00
D.I. Poton
Irigasi Lembang
Bonggakaradeng
30.00
D.I. Tebong
Irigasi Lembang
Bonggakaradeng
50.00
D.I. Ratte
Irigasi Lembang
Bonggakaradeng
35.00
D.I. Marue
Irigasi Lembang
Bonggakaradeng
39.00
D.I. Miallo
Irigasi Lembang
Mappak
50.00
D.I. Paleppang Pao
Irigasi Lembang
Simbuang
48.00
D.I. Sima
Irigasi Lembang
Simbuang
45.00
D.I. Salu Anak Lindangan
Irigasi Lembang
Simbuang
35.00
D.I. Salu Aneon Ke'pe
Irigasi Lembang
Simbuang
38.00
D.I. Kondo Dewata
Irigasi Lembang
Mappak
45.00
D.I. Tanete
Irigasi Lembang
Mappak
45.00
D.I. Sarang Dena
Irigasi Lembang
Simbuang
54.00
D.I. Scarab
Irigasi Lembang
Mappak
60.00
D.I. Salu Malino
Irigasi Lembang
Mengkendek
50.00
D.I. To' Liang
Irigasi Lembang
Gandasil
50.00
D.I. Ku'lang
Irigasi Lembang
Gandasil
50.00
Sumber : Dinas PU Kab. Tana Toraja
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 23
Gambar 2.12 Peta Daerah Irigasi Kabupaten Tana Toraja
2.1.2.6 Sarana Perekonomian
Kegiatan sektor ekonomi Kabupaten Tana Toraja terdiri dari beberapa sub sektor, seperti
pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, pelayanan jasa, transportasi, industri,
perhotelan, dan berbagai kegiatan lainnya. Sektor-sektor ekonomi yang berbasis sektor
pertanian umumnya berada pada wilayah perdesaan, sementara itu sektor pelayanan jasa
umumnya berada pada kawasan perkotaan.
Kondisi ekonomi Kabupaten Tana Toraja dapat ditinjau dengan melihat indeks
perekonomian Kabupaten Tana Toraja (PDRB). Berdasarkan data PDRB Kabupaten
Tana Toraja memperlihatkan angka yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Kegiatan ekonomi di Kabupaten Tana Toraja telah memperlihatkan angka pertumbuhan
yang cukup menggembirakan, indikator tersebut dapat dilihat dengan meningkatnya
incam pendapatan per kapita masyarakat. Peningkatan pendapatan per kapita tersebut
berimplikasi pada peningkatan pembangunan sarana dan prasarana serta infrastruktur
lainnya.
Tabel 2.8 PDRB Perkapita Kabupaten Tana Toraja Tahun 2009-2013
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013 *)
PDRB Perkapita (Rp)
Harga Berlaku
1.259.215,83
1.471.969,78
1.798.453,29
2.190.123,46
2.568.003,03
Harga Konstan
623.229,88
662.576,65
714.819,46
772.171,92
830.587,68
Sumber : BPS Kab. Tana Toraja, 2014
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
Perkembangan
Pertumbuhan
(%)
(%)
12,83
16,90
21,91
22,05
17,25
6,10
6,31
7,88
8,02
7,57
*) Angka Sementara
II - 24
Tabel 2.9 Sarana dan Prasarana Perekonomian Kabupaten Tana Toraja
Tahun 2009-2013
Jenis Sarana
Perdagangan
Pasar Umum
Pasar Desa
Toko
Kios
Warung
Rumah Makan/
Restoran
Jumlah
2009
2010
2011
2012
2013
10
19
63
225
45
8
10
19
65
250
50
10
10
19
70
317
125
10
10
20
70
317
125
10
10
20
70
320
130
10
370
404
551
552
560
Sumber : BPS Kab. Tana Toraja, 2014
2.1.2.7 Sarana Sosial dan Kesehatan
Pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Tana Toraja yang telah dilaksanakan
dewasa ini telah memperlihatkan keberhasilan dalam meningkatkan derajat kesehatan dan
gizi masyarakat. Hal ini dapat diamati dari perbaikan beberapa indikator derajat
kesehatan, antara lain: Menurunnya angka kematian bayi (AKB), angka kematian balita
(AKABA), angka kematian ibu (AKI), meningkatkan status gizi, dan menurunnya angka
kesakitan berbagai penyakit menular. Sejalan dengan membaiknya beberapa indikator
derajat kesehatan tersebut, telah terjadi peningkatan angka harapan hidup (AHH) tahun
2013 di Kabupaten Tana Toraja yaitu mencapai 74,28 Tahun dimana tahun sebelumnya
sebesar 74,26 Tahun.
Berbagai upaya peningkatan derajat kesehatan yang dilaksanakan pemerintah pusat dan
daerah bersama-sama dengan masyarakat tidak terlepas dari berbagai kebijakan sektor
pembangunan lain di luar sektor kesehatan, misalnya faktor ketersediaan air bersih dan
lingkungan pemukiman yang sehat, kemiskinan dan kecukupan pangan di tingkat rumah
tangga, oleh karena itu dalam pemecahan masalah kesehatan diperlukan kerjasama lintas
sektoral yang efektif.
Pembangunan kesehatan yang dilakukan selama ini telah berhasil menyediakan sarana
dan prasarana pelayanan kesehatan secara merata ke seluruh Kecamatan/Lembang/
Kelurahan. Dua rumah sakit terdapat di Kota Makale, 21 Puskesmas, dan 30 Puskesmas
Pembantu tersebar di 19 kecamatan. Untuk mendukung kegiatan pelayanan kesehatan,
ketersediaan tenaga kesehatan merupakan salah satu faktor penting. Di Kabupten Tana
Toraja saat ini tersedia 47 dokter, 269 perawat, 141 bidan, 21 ahli gizi, 29 Kesehatan
Masyarakat dan 35 apoteker.
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 25
Tabel 2.10 Tabel Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja
Kabupaten Tana Toraja Tahun 2012.
Tenaga Medis
Tenaga Non Medis
Unit Kerja
21
Ahli
Gizi
12
Teknik
Medis
-
-
1
-
Dokter
Perawat
Bidan
Farmasi
22
147
108
-
-
Puskesmas
9
Kesehatan
Masyarakat
23
-
-
-
Sanitasi
Instalasi
Farmasi
Dinas
Kesehatan
Rumah Sakit
4
2
3
2
2
-
1
1
21
120
30
10
7
1
4
5
Jumlah
47
269
141
35
21
1
14
29
Sumber : BPS Kab. Tana Toraja, 2014
2.1.2.8 Sarana Peribadatan
Fasilitas peribadatan adalah merupakan suatu wadah berlangsungnya aktifitas keagamaan
bagi warga masyarakat, yang dibedakan berdasarkan jenis peribadatan dan agama yang
dianut masing-masing umat. Kegiatan peribadatan merupakan kegiatan yang dilakukan
setiap saat oleh pemeluknya, dan merupakan kegiatan yang bersifat rutin. Olehnya itu
keberadaan fasilitas tersebut mutlak diperlukan dalam suatu kawasan guna menunjang
aktivitas keagamaan tersebut.
Dengan demikian, maka rencana pengembangan fasilitas peribadatan dapat diarahkan
pada peningkatan kualitas bagi fasilitas yang sudah ada baik dari segi fisik maupun
pelayannnya serta penambahan fasilitas seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.
Jumlah fasilitas peribadatan di Kabupaten Tana Toraja diperlihatkan pada table berikut :
Tabel 2.11 Sarana Peribadatan tiap Kecamatan di
Kabupaten Tana Toraja Tahun 2013
Gereja
No
Kecamatan
Mesjid
Musholah
Protestan
Katolik
Pura
Vihara
1
Bonggakaradeng
8
-
31
1
-
-
2
Simbuang
1
-
37
7
1
-
3
Rano
18
-
25
2
-
-
4
Mappak
-
-
26
11
-
-
5
Mengkendek
41
-
62
20
-
-
6
Gandang Batu
29
-
48
9
-
-
Sillanan
7
Sangalla
3
-
40
5
-
-
8
Sangalla Selatan
8
-
35
5
-
-
9
Sangalla Utara
1
-
36
10
-
-
10
Makale
14
-
43
11
-
-
11
Makale Selatan
6
-
35
13
-
-
12
Makale Utara
2
-
36
7
1
-
13
Saluputti
4
-
35
7
-
-
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 26
14
Bittuang
4
-
27
5
-
-
15
Rembon
6
-
44
12
1
-
16
Masanda
2
-
23
2
-
-
17
Malimbong Balepe
1
-
38
6
-
-
18
Rantetayo
5
-
45
11
-
-
19
Kurra
1
-
29
3
-
-
154
-
695
147
3
-
Jumlah
Sumber : BPS Kab. Tana Toraja, 2014
2.1.2.9 Sarana Transportasi
A. Transportasi Darat
Keterpaduan
jaringan
pelayanan
dan
prasarana
transportasi
suatu
daerah
mencerminkan adanya tingkat pelayanan yang baik kepada yang menggunakannya.
Keberadaan prasarana transportasi suatu wilayah dapat diartikan bahwa wilayah
tersebut telah memiliki suatu aset dalam menunjang berbagai aspek kegiatan
masyarakat, mengingat manfaat transportasi dalam kehidupan masyarakat mencakup
manfaat ekonomi, sosial, politik, hankam dan lingkungan.
Penyelenggaraan sistem jaringan prasarana transportasi berupa jaringan transportasi
jalan raya dan transportasi udara. Kedua jenis penyelenggaraan sistem transportasi
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan dan kemajuan
pembangunan di Kabupaten Tana Toraja, terutama pemenuhan pergerakan orang dan
barang, baik secara internal maupun eksternal. Untuk lebih memahami kondisi
sistem jaringan prasarana transportasi di Kabupaten Tana Toraja saat ini, diuraikan
sebagai berikut :
1.
Bangkitan dan Tarikan
Bangkitan dan tarikan perjalanan antar wilayah di Kabupaten Tana Toraja
berlangsung berdasarkan keinginan penduduk untuk melakukan perjalanan.
Sebagaimana diketahui bahwa jenis aktivitas yang berpotensi untuk menjadi
bangkitan dan tarikan adalah pasar, acara kematian dan perkawinan. Sedangkan
jenis bangkitan lainnya juga dipengaruhi oleh status kota yang ditandai dengan
terpusatnya pelayanan sosial, ekonomi dan jasa, seperti pertokoan, perkantoran,
pendidikan, peribadatan dan sebagainya.
Bangkitan dan tarikan antar kecamatan di Kabupaten Tana Toraja ditentukan
oleh fungsi dan peran masing-masing wilayah kecamatan. Bangkitan pergerakan
secara umum terjadi pada hari pasar besar yang berlangsung secara bergilir. Pada
kondisi seperti ini daerah yang menjadi pasar merupakan penarik pergerakan
barang dan orang di Tana Toraja. Wilayah/daerah-daerah yang berpotensi
menjadi penarik pergerakan antara lain Pasar Makale; Pasar Pasar Karau; Pasar
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 27
Ge’tengan; Pasar Sanga’la termasuk pasar-pasar yang ada di sekitar Tana Toraja
merupakan faktor penarik pergerakan di Tana Toraja.
2. Jaringan Jalan
Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting dalam
memperlancar kegiatan sosial dan perekenomian, baik antara kabupaten dengan
luar provinsi lainnya, kabupaten dengan kabupaten dalam provinsi, antara
kabupaten dengan kecamatan, dan antara satu kecamatan dengan kecamatan
lainnya. Dengan pelayanan transportasi jalan yang baik akan memudahkan
aksesibilitas dan mobilitas penduduk untuk melakukan perjalanan dan
menjangkau daerah-daerah belakang terhadap kegiatan sektor-sektor ekonomi,
sosial, di Kabupaten Tana Toraja.
Prasarana jalan raya di Kabupaten Tana Toraja terdiri dari jalan negara, jalan
provinsi dan jalan kabupaten. Berdasarkan data tahun 2013 yang dikeluarkan
oleh Kantor BPS menunjukkan jumlah panjang jalan di Kabupaten Tana Toraja
1.252 km, yang terdiri dari 272,92 km dalam kondisi baik, 170,80 km dalam
kondisi sedang dan sisanya sebesar 808,28 km dalam kondisi rusak dan rusak
berat. Ini memperlihatkan bahwa hanya berkisar 21,80 % jalan di Kabupaten
Tana Toraja tahun 2008 dalam kondisi baik.
Berdasarkan kondisi tersebut diatas memperlihatkan bahwa tingkat kemampuan
jaringan jalan di kabupaten Tana Toraja masih dibawah rata-rata untuk
memenuhi pergerakan kendaraan secara cepat dan lancar.
3. Terminal
Keberadaan terminal sebagai titik simpul pergerakan arus kendaraan, orang dan
barang adalah penting untuk diamati. Jumlah terminal di Kabupaten Tana Toraja
sebanyak 1 lokasi, yaitu terminal Makale dengan terminal bertype C. Lokasi
terminal Makale tersebut telah dimanfaatkan sebagai simpul utama pergerakan
angkutan. Kondisi terminal type C Makale saat ini terdiri atas pelataranpelataran angkutan umum dan dilengkapi bangunan-bangunan halte untuk
menumpang dengan kondisi yang sudah rusak. Penggunaan halte-halte
penumpang umumnya dimanfaatkan oleh pedagang dan karena sebagian besar
halte tempat duduknya rusak, sehingga penumpang cenderung duduk dibagian
sandaran tempat duduk. Sedangkan jenis permukaan jalan didalam terminal
berupa aspal dengan kondisi rusak. Jalan masuk dan keluar terletak berlainan
sehingga tidak mengganggu sirkulasi kendaraan yang masuk maupun keluar.
Sedangkan gedung terminal masih dimanfaatkan sebagai kantor Dinas
Perhubungan dan juga terdapat Kantor Samsat.
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 28
Pemanfaatan terminal tersebut melayani angkutan kota berupa AKDP dan
AKAP. Hal ini memperlihatkan bahwa kategori terminal Makale sudah tidak
sesuai dengan type terminal. Oleh karena itu, pengembangan terminal perlu
dilakukan sesuai dengan kecenderungannya saat ini.
4. Jaringan Pelayanan
Transportasi darat merupakan sistem jaringan transportasi jalan yang sifatnya
fleksibel dan pelayanannya bersifat door to door serta memiliki daya jangkau
tinggi. Moda ini digunakan untuk jarak pendek, sedang, dan jauh sebagai mata
rantai awal dan akhir dari seluruh sistem transportasi. Transportasi darat di
Kabupaten Tana Toraja merupakan sistem jaringan dari serangkaian simpul dan
atau ruang kegiatan yang menghubungkan serta membentuk satu kesatuan sistem
jaringan terutama dalam konsep pengembangan sistem transportasi terpadunya.
Pelayanan transportasi jalan dalam lingkup Kabupaten Tana Toraja, antar
kabupaten maupun antar provinsi dapat dijumpai melalui transportasi jalan.
Pelayanan ini berupa pelayanan sebagai berikut; i). angkutan pedesaan, ii).
Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP), iii). Angkutan Kota Antar Provinsi
(AKAP), angkutan kota. Disamping itu, ketersediaan jenis transportasi lainnya
juga penting karena bagian yang tidak terpisahkan dalam pemenuhan pergerakan
barang dan orang dari/ke Kabupaten Tana Toraja. Kesemuanya memiliki andil
yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan wilayah kabupaten
maupun wilayah-wilayah yang lebih kecil seperti lingkungan perkotaan maupun
wilayah kecamatan/desa.
5. Pola Pergerakan
Kondisi pergerakan orang dalam bahasan ini meliputi jumlah bangkitan dan
tarikan serta
sebaran pergerakan di wilayah Kabupaten Tana Toraja. Pola
pergerakan orang di Tana Toraja yang diperoleh di lapangan, baik melalui
pengamatan langsung maupun dari informasi masyarakat tentang potensi
pergerakan yang terjadi secara internal maupun eksternal. Pergerakan internal
yang meliputi pergerakan antar kecamatan di Tana Toraja dan pergerakan ini
dilakukan oleh penduduk setempat berdasarkan jenis aktivitasnya. Potensi
pergerakan antar kecamatan dipengaruhi oleh 3 (tiga) hal, yaitu; i). kegiatan
pasar (berbelanja) pada hari pasar besar, ii). upacara perkawinan dan iii). upacara
kematian. Secara garis besarnya hari pasar besar di Tana Toraja berlangsung tiap
hari selama seminggu yang terlaksana secara bergiliran. Kondisi ini akan
mempengaruhi pola pergerakan orang tiap harinya. Sedangkan untuk acara
kematian dan upacara perkawinan yang waktunya tidak menentu, namun sangat
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 29
mempengaruhi pola pergerakan orang di Tana Toraja, dimana pergerakan orang
yang dilakukan pada penyambutan kedua acara tersebut, dilakukan secara
berkelompok dengan menggunakan kendaraan truk dengan muatan sekitar 30
orang/truk. Keluarga yang bertempat tinggal di wilayah kecamatan lain akan
bepergian menuju ke wilayah kecamatan, dimana tempat kegiatan perkawinan
dan kematian berlangsung.
Pergerakan eksternal dapat ditandai dengan adanya pergerakan/perjalanan
penduduk keluar Kabupaten Tana Toraja. Penduduk Tana Toraja termasuk
gemar senang melakukan perjalanan jauh (merantau) ke beberapa daerah baik
didalam maupun diluar Pulau Sulawesi. Kondisi inilah yang merupakan salah
satu penyebab munculnya berbagai usaha-usaha jasa angkutan AKDP dan
AKAP yang cukup berkembang di Tana Toraja.
Tabel 2.12 Jenis dan Panjang Jalan di Kabupaten Tana Toraja Tahun 2013
Jenis/Kondisi/Kelas
Status Jalan Tahun 2012
A Jenis Permukaan
1. Aspal
306,75
2. Rabat
230,69
3. Telford/kerikil
218,53
4. Tanah
496,03
Jumlah
1,252,00
B Kondisi Jalan
1. Baik
272,92
2. Sedang
170,80
3. Rusak Ringan
265,95
5. Rusak Berat
542,33
Jumlah
1,252,00
Sumber : Dinas PU Kab. Tana Toraja, 2014
B.
Transpotasi Udara
Satu-satunya
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN
CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN
2.1.
Gambaran Umum Kondisi Daerah
2.1.1 Kondisi Fisik Daerah
Kabupaten Tana Toraja merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi
Selatan, yang terletak di bagian utara Provinsi Sulawesi Selatan. Ibukotanya adalah
Makale, sebuah kota berhawa sejuk yang berada pada daerah ketinggian sekitar 1253.075 mdpl.
Gambar 2.1 Kabupaten Tana Toraja dalam Konstelasi Propinsi Sulawesi Selatan
2.1.1.1
Geografi
Kabupaten Tana Toraja dengan ibukota di Makale yang terletak antara
119022”14,322’- 1200 2”37,566’ Bujur Timur dan 2044”21,296’- 30
23”23,505’
Lintang Selatan dengan elevasi ketinggian 125-3.075 mdpl, yang sekaligus sebagai
pusat kegiatan pariwisata budaya di Provinsi Sulawesi Selatan dan sebagai pintu
gerbang antara Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Secara administrasitif wilayah,
Kabupaten Tana Toraja berbatasan dengan :
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 1
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toraja Utara.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Pinrang.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu.
Luas wilayah Kabupaten Tana Toraja berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunakan peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 50.000 edisi I Tahun 1991 yang
diterbitkan Bakosurtanal dan Peta Administrasi BPN Tana Toraja yaitu kurang lebih
213.188,69 Ha. Sedangkan menurut BPS Kabupaten Toraja Tahun 2008 Luas wilayah
Kabupaten Tana Toraja tercatat 205.790,00 Ha, meliputi 19 kecamatan, dimana
Kecamatan Malimbong Balepe dan Kecamatan Bonggakaradeng merupakan 2
kecamatan terluas dengan luas masing-masing adalah 21.147 Ha dan 20.676 Ha.
Sedangkan wilayah kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Makale Utara
dan Kecamatan Sangala Utara dengan luas masing-masing adalah 26,08 km2 dan 2.796
Ha. Jumlah dan luas masing-masing wilayah di Kabupaten Tana Toraja lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Luas Kecamatan, Jumlah Desa dan Kelurahan Kabupaten Tana
Toraja Tahun 2013
Tabel 2.1
No.
Kecamatan
Luas Kecamatan
Luas (km²)
%
Juml.
Desa
Juml.
Kel.
1
Bonggakaradeng
206,76
10,06
5
1
2
Simbuang
194,82
9,48
5
1
3
Rano
89,43
4,35
5
-
4
Mappak
166,02
8,08
5
1
5
Mengkendek
196,74
9,58
13
4
6
G. Batu Silanang
108.63
5,29
9
3
7
Sanggala
36,24
1,76
3
2
8
Sangala Selatan
47,80
2,33
4
1
9
Sangala utara
27,96
1,36
4
2
10
Makale
39.75
1,93
1
14
11
Makale Selatan
61.70
3,00
4
4
12
Makale Utara
26.08
1,27
-
5
13
Saluputti
87,54
4,26
8
1
14
Bituang
163,27
7,95
14
1
15
Rembon
134,47
6,55
11
2
16
Masanda
134,77
6,56
8
-
17
Malimbong Balepe
211,47
10,29
5
1
18
Rantetayo
60,35
2,94
3
3
19
Kurra
60,50
2,94
5
1
2.057,9
100.00
112
47
Jumlah
Sumber : BPS Kabupaten Tana Toraja Tahun 2014
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 2
Berdasarkan tabel di atas terlihat proporsi terluas terdapat pada Kecamatan
Malimbong Balepe dan Kecamatan Bonggakaradeng dengan persentase luas 10,29 %
dan 10,06 %. Sedangkan kecamatan dengan luasan relatif rendah adalah Kecamatan
Makale Utara dan Kecamatan Sangala Utara dengan persentase luas berkisar 1,27 %
dan 1,36 %. Sedangkan Kecamatan Makale merupakan wilayah ibukota kabupaten
memiliki luas sebesar 1,93 % dari luas total wilayah Kabupaten Tana Toraja.
Gambar 2.2 Peta Administrasi Kabupaten Tana Toraja
2.1.1.2
Topografi dan Geomorfologi
Kondisi geomorfologi merupakan elemen penting dalam penentuan kesesuaian
pemanfaatan lahan atau kemampuan daya dukung lahan. Kabupaten Tana Toraja yang
berada pada daerah perbukitan yang cukup tinggi merupakan limitasi dalam
pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten Tana Toraja.
Kondisi geomorfologi di Kabupaten Tana Toraja dalam 5 tahun terakhir terus
mengalami perubahan. Tingginya frekwensi bencana alam seperti gempa bumi dan
tanah longsor telah banyak mengubah kondisi geomorfologi dan lingkungan hidup di
kabupaten ini. Selain oleh alam, perubahan kondisi geomorfologi dan lingkungan
hidup juga turut dipicu oleh pemanfaatan sumber daya tanpa mengindahkan kaidahkaidah konservasi yang telah menyebabkan penurunan kualitas dan daya dukung
lingkungan. Kondisi ini antara lain terlihat dari terus berkurangnya luas areal hutan
dan bertambahnya luas lahan kritis. Problematika tersebut turut memicu terjadinya
banjir dan longsor.
Berbagai upaya untuk menekan laju kerusakan lingkungan telah ditempuh oleh
pemerintah daerah Kabupaten Tana Toraja, akan tetapi sejauh ini upaya-upaya ini
belum cukup efektif untuk menekan laju kerusakan lingkungan dan mengurangi
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 3
dampak bencana alam sehingga berbagai terobosan masih sangat diperlukan dalam
pembangunan 20 tahun ke depan.
Dalam pada itu, Kabupaten Tana Toraja mempunyai topografi yang relatif
bergelombang dan berbukit, sedangkan topografi datar relatif sedikit. Kawasan yang
mempunyai kemiringan lahan datar (0-8%) pada umumnya berada di daerah di sebelah
timur dan lahan-lahan sepanjang jalan poros. Selanjutnya kawasan yang mempunyai
kemiringan lahan 8-15% tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Tana Toraja,
sedangkan kemiringan lahan di atas 40% pada umumnya berada di sebelah barat
kecamatan Simbuang, Kecamatan Bonggakaradeng, Kecamatan Masanda dan
beberapa kecamatan lainnya merupakan kawasan lindung.
Adapun kondisi kemiringan lereng dan ketinggian wilayah Kabupaten Tana Toraja,
diperlihatkan pada Tabel dan Gambar berikut :
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 4
Tabel 2.2 Klasifikasi Tingkat Kelerengan Wilayah Kabupaten Tana Toraja
Kecamatan
No.
Klasifikasi Lereng
BTG
BK
GDS
KRR
MKL
MKL-S
MKL-U
MB
MPK
MSD
1
0-8
2284,34
26,47
837,74
703,98
1204,59
-
1055,97
373,28
-
57,99
2
8 - 15
3533,75
609,15
3197,42
1799
1299,67
32,15
411,73
710,61
-
727,01
3
15 - 25
11034,55
2228,12
3053,65
1451,79
1414,9
1762,68
469,2
2055,61
2639,14
3758,22
4
25 - 40
12316,44
6480,88
1243,86
928,64
288,82
4041,45
140,91
5878,83
6996,48
10502,69
5
>40
2598,31
9538,24
130,66
1143,72
-
1456,76
-
1552,19
4754,02
4763,88
31767,39
18882,86
8463,33
6027,13
4207,98
7293,04
2077,81
10570,52
14389,64
19809,79
Lanjutan
Kecamatan
Klasifikasi Lereng
MKK
RN
RTY
RMB
SLPT
SGL
SGL-S
SGL-U
SBG
0-8
2837,88
297,83
1550,06
670,02
796,32
539,02
955,91
1175,09
-
8 - 15
6347,8
431,56
484,59
362,8
1441,59
526,63
2332,16
295,83
149,17
15 - 25
5215,26
1333,81
150,92
1078,95
815,45
850,91
5179,87
313,79
4457,08
25 - 40
2951,88
1141,04
159,12
2241,28
1198,93
50,6
2736,21
186,72
11784,25
>40
4862,05
2545,41
1315,63
1502
-
360,83
22214,87
5749,65
5668,68
5754,29
1967,16
11564,98
2344,69
Ket: BTG=Bittuang, BK=Bunggakaradeng, GDS=Gandasil KRR=Kurra, MKL=Makale, MKL-S Makale Selatan, MKL-U Makale Utara
MB=Malimbong Balepe, MPK=Mappak, MSD=Masanda, MKK=Mengkendek, RN=Rano, RTY=Rantetayo, RMB=Rembon
SLPT=Saluputi, SGL=Sangalla, SGL-S=Sangalla Selatan, SGL-U=Sangalla Utara, Simbuang
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 5
16071,76
1971,43
32462,26
Gambar 2.3 Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Tana Toraja
Gambar 2.4 Peta Ketinggian Kabupaten Tana Toraja
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 6
2.1.1.3
Geologi
Struktur geologi batuan Kabupaten Toraja Utara yang memiliki karakteristik geologi
yang kompleks dicirikan oleh adanya jenis satuan batuan yang bervariasi akibat
pengaruh struktur geologi. Beberapa jenis batuan yang dapat ditemukan di Kabupaten
Tana Toraja pada umumnya antara lain:
batuan epiklastik gunungapi (batupasir andesitan, batulanau, konglomerat dan
breksi
batugamping kelabu hingga putih berupa lensa-lensa besar
batugamping terumbu
batupasir hijau, grewake, napal, batulempung dan tuf, sisipan lava bersisipan
andesit-basal
batupasir, konglomerat, tufa, batulanau, batulempung, batugamping, napal
batusabak, kuarsit, filit, batupasir kuarsa malih, batulanau malih dan pualam,
setempat batulempung malih
granit, granodiorit, riolit, diorit, dan aplit
hasil erupsi parasit
konglomerat, sedikit batupasir glokonit dan serpih
lava andesit dan basal, dan latit kuarsa
lava, breksi, tufa, konglomerat
Napal diselingi batulanau gampingan dan batupasir gampingan
napal, kalkarenit, batugamping koral bersisipan dengan tuf dan batupasir, setempat
dengan konglomerat
serpih coklat kemerahan, sepi napalan kelabu, batugamping, batupasir kuarsa,
konglomerat, batugamping dan setempat batubara
Struktur geologi sangat mempengaruhi pola penyebaran batuan dan keterdapatan
bahan galian. Formasi geologi Kabupaten Tana Toraja dapat dilihat pada tabel dan
gambar berikut :
Tabel 2.3 Formasi Geologi Di Kabupaten Tana Toraja
Kecamatan
1. Bittuang
Formasi
Luas (ha)
Batuan Gunungapi
Lompobatang
Batuan Terobosan
Formasi Loka
Formasi Toraja
Formasi Walanae
Tuff Barupu
7803,45
3254,12
361,50
124,31
391,65
7061,72
Jumlah
2. Bonggakaradeng
Batuan Gunungapi
Lompobatang
Batuan Terobosan
Formasi Loka
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
18996,75
6152,77
303,35
5304,69
II - 7
Formasi Walanae
7122,34
Jumlah
3. Gandang Batu Sillanan
Batuan Terobosan
Formasi Date
Formasi Makale
Formasi Toraja
1045,49
972
1771,64
4674,21
Jumlah
4. Kurra
Formasi Sekala
Formasi Walanae
Tuff Barupu
Batuan Terobosan
Formasi Date
Formasi Makale
Formasi Toraja
Formasi Walanae
Mamuju
Batuan Gunungapi
Lompobatang
Batuan Terobosan
Formasi Date
Formasi Makale
6796,93
219,7
229,63
Anggota Batugamping
Formasi Toraja
Batuan Terobosan
Formasi Date
Formasi Makale
Mamuju
Jumlah
8. Malimbong Balepe
Anggota Batugamping
Formasi Toraja
Batuan Terobosan
Formasi Walanae
Jumlah
9. Mappak
Batuan Gunungapi
Lompobatang
Batuan Terobosan
Batuan Gunungapi
Lompobatang
Batuan Gunungapi Tineba
Batuan Terobosan
Formasi Latimojong
Formasi Loka
Formasi Toraja
Formasi Walanae
Anggota Batugamping
Formasi Toraja
Batuan terobosan
Formasi date
Formasi latimojong
Formasi makale
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
157,14
183,71
1288,12
277,08
171,77
13582,49
6324,58
2679,32
1566,64
24601,88
2258,01
Jumlah
11. Mengkendek
11504,67
12355,4
Jumlah
10. Masanda
4207,97
46,77
Jumlah
7. Makale Utara
73037,73
2664
608,12
758,03
3,71
170,44
3,67
Jumlah
6. Makale Selatan
60527,3
117,86
649,57
5297,15
Jumlah
5. Makale
44941,62
49785,83
808,29
6723,28
6583,22
5178,12
166,15
284,48
66,27
19001,52
121,55
367,58
928,72
6296,99
1064,25
II - 8
Formasi toraja
13212,05
Jumlah
12. Rano
Batuan Gunungapi
Lompobatang
Batuan terobosan
Formasi date
Formasi loka
2200,38
945,83
52,82
2550,64
Jumlah
13. Rantetayo
Batuan Terobosan
formasi walanae
Batuan Gunungapi
Lompobatang
Batuan terobosan
Formasi walanae
5338,24
23,94
Batuan Gunungapi
Lompobatang
Batuan terobosan
Formasi walanae
Tuff barupu
17. Sangalla Selatan
3272,65
1926,09
364,93
Batuan Terobosan
Formasi date
Formasi makale
Formasi toraja
Jumlah
Anggota Batugamping
Formasi Toraja
Batuan terobosan
Formasi latimojong
Formasi toraja
Jumlah
18. Sangalla Utara
Anggota Batugamping
Formasi Toraja
Formasi date
Formasi makale
Formasi toraja
Jumlah
19. Simbuang
Batuan Gunungapi
Baturape-Cindako
Batuan gunungapi
lompobatang
Batuan terobosan
Formasi latimojong
Formasi toraja
Formasi walanae
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
54860,21
216,5
Jumlah
16. Sangalla
46846,83
306,52
Jumlah
15. Saluputti
40952,86
1789,45
555,23
Jumlah
14. Rembon
21991,14
60664,32
303,38
128,22
13241,19
1066,14
75768,18
113,19
84,17
19,11
11348,52
88399,31
293,45
231,84
6,37
1439,78
101719,27
5114,92
16009,28
4183,27
2639,92
895,62
3619,6
Jumlah
32462,61
Grand Total
213252,73
II - 9
Gambar 2.5 Peta Geologi Kabupaten Tana Toraja
2.1.1.4
Hidrologi, Klimatologi dan Jenis Tanah
Keadaan Hidrologi di Kabupaten Tana Toraja umumnya dipengaruhi oleh sumber air
yang berasal dari Sungai Saddang, Sungai Mataallo, Sungsi Noling dan anak sungai
serta mata air dengan debit yang berpariasi. Hulu Sungai Saddang merupakan sungai
terpanjang di Sulawesi Selatan berada di Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten
Mamasa merupakan urat nadi yang vital bagi pengembangan pertanian dan PLTU
Bakaru di Kabupaten Pinrang. Keberadaan sungai-sungai tersebut pada umumnya
digunakan untuk irigasi perdesaan. Disatu sisi, keberadaan sungai-sungai tersebut
sangat potensi dikembangkan bagi kepentingan pariwisata , misalnya arum jeram dan
wisata rafting dan sumber PLMH. Selain Sungai Saddang terdapat juga sungai lainnya
seperti Sungai Mataallo, Sungai Noling dan anak sungai lainnya seperti Sungai
Mai’ting,
Sungai Sapan Deata dan beberapa mata air panas yang potensi untuk
pengembangan pariwisata dan PLTMH.
Kondisi hidrologi Kabupaten Tana Toraja secara umum adalah sebagai berikut;
Air tanah, air tanah pada umumnya terdapat pada kedalaman 40-100 meter.
Air permukaan, air permukaan pada umumnya berupa sungai dan genangangenangan.
Dalam hal ini, hidrologi di Kabupaten Tana Toraja untuk berbagai kepentingan harus
dilakukan secara bijaksana dengan kelestarian.
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 10
Gambar 2.6 Peta Hidrogeologi Kabupaten Tana Toraja
Gambar 2.7 Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Tana Toraja
Wilayah Indonesia pada umumnya mengenal dua musim, yaitu musim hujan dan musim
kemarau. Lama dan bulan jatuhnya awal setiap musim sangat bervariasi dari satu daerah
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 11
ke daerah yang lain. November sampai Maret angin bertiup sangat banyak mengandung
uap air yang berasal dari Benua Asia dan Samudera Pasifik sehingga pada bulan-bulan
tersebut terjadi musim hujan.
Kabupaten Tana Toraja beriklim musim hujan dan kemarau. Kondisi iklim Kabupaten
Tana Toraja berdasarkan pencatatan Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Toraja, curah
hujan terbanyak pada tahun 2008 terjadi pada bulan Desember yaitu sekitar 125 mm dan
banyaknya hari hujan yang terjadi pada tahun 2008 terbanyak terjadi pada bulan juli
yaitu sebanyak 25 hari. Jumlah curah hujan dari tahun ke tahun memperlihatkan
meningkat dan curah hujan terbesar terjadi dari bulan Oktober hingga Juni dan terendah
terjadi pada bulan Juli hingga Nopember, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
dan Gambar berikut ini :
Tabel 2.4 Jumlah Curah Hujan Dirinci Per Bulan di Tana Toraja
Tahun 2004-2008 (mm)
Bulan
2004
2005
2006
2007
2008
Hari
mm
Hari
mm
Hari
mm
Hari
mm
Hari
mm
Januari
15
175
17
327
20
335
14
8
20
67
February
19
344
19
367
22
375
19
182
3
150
Maret
-
2
15
196
13
210
-
102
10
115
April
22
234
10
174
8
150
-
194
-
29
Mei
16
149
16
147
14
143
-
123
Juni
7
6
15
112
12
109
10
132
18
95
Juli
3
10
15
59
20
62
17
6
25
15
Agustus
-
-
2
25
8
35
15
-
3
5
September
4
50
3
31
2
28
8
-
-
3
Oktober
3
227
10
215
15
229
20
-
-
-
Nopember
14
327
12
317
14
319
18
-
10
20
Desember
16
465
16
402
17
465
20
-
18
125
119
1989
150
2417
165
2460
141
747
107
734
Jumlah
-
110
Sumber : BPS, 2008
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 12
Gambar 2.8 Peta Curah Hujan Kabupaten Tana Toraja
Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Tana Toraja didominasi oleh jenis tropudults,
dystropepts dan utrandepts, sedangkan yang paling kecil adalah jenis tanah rendolis.
Jenis tanah tersebut tersebar di seluruh wilayah kecamatan, yang diperlihatkan pada
Tabel 2.4 dan Tabel 2.5 berikut.
Tabel 2.5 Jenis Tanah di Wilayah Kabupaten Tana Toraja
No.
1
Jenis Tanah
Dystropepts
Tekstur
Luas (ha)
agak halus
139986,68
agak kasar
1345,46
agak halus
3182,05
2
Utrandepts
halus
12011,77
3
Eutropepts
halus
21141,4
4
Paleudults
agak halus
1201,85
5
Rendolls
agak halus
4846,9
6
Tropudults
agak halus
29478,33
Grand Total
213194,44
Sumber : RTRW Kab. Tana Toraja
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 13
Tabel 2.6 Jenis Tanah di Perinci Perkecamatan di Wilayah
Kabupaten Tana Toraja
Tanah
1. agak halus
Lokasi
Luas (Ha)
Kec. Kurra
Kec. Rembon
Kec. Saluputti
Jumlah
2. berbatu
Kec. Gandasil
Kec. Makale
Kec. Makale Utara
Kec. Mengkendek
Kec. Sangalla
Kec. Sangalla Utara
Jumlah
3. halus
Kec. Bittuang
Kec. Bonggakaradeng
Kec. Gandasil
Kec. Kurra
Kec. Makale
Kec. Makale Selatan
Kec. Makale Utara
Kec. Malimbong Balepe
Kec. Mappak
Kec. Masanda
Kec. Mengkendek
Kec. Rano
Kec. Rantetayo
Kec. Rembon
Kec. Saluputti
Kec. Sangalla
Kec. Sangalla Selatan
Kec. Sangalla Utara
Kec. Simbuang
Jumlah
4. sedang
Kec. Bonggakaradeng
Kec. Malimbong Balepe
Kec. Mappak
Kec. Mengkendek
Kec. Rano
Kec. Sangalla Selatan
Kec. Sangalla Utara
Kec. Simbuang
Jumlah
Grand Total
19,32
156,13
1189,33
1364,78
2062,51
662,72
391,36
1022,13
394,98
313,2
1730,31
31767,38
7192,67
6401,51
6007,81
3545,25
7293,04
1686,46
9793,45
14161,69
19809,8
19706,68
4711,23
2344,7
5512,57
4564,95
1572,72
4079,43
1383,89
25969,2
31432,52
11690,18
777,09
451,72
1264,15
1038,43
7489,35
274,35
6493,06
14256,76
213194,4
Sumber : RTRW Kab. Tana Toraja
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 14
Gambar 2.9 Peta Jenis Tanah Kabupaten Tana Toraja
2.1.2 Sarana dan Prasarana
2.1.2.1
Air Limbah
Sistem pengolahan air limbah di Kabupaten Tana Toraja dengan system on site
(penanganan setempat) yang terbagi atas :
Pengelolaan oleh masyarakat / rumah tangga sendiri, dengan membuat jamban
keluarga dan septic tank sendiri.
Pengelolaan oleh pemerintah, tetapi terbatas pada prasarana untuk tempat umum
dengan membuat MCK umum dan septic tank komunal.
Terkait dengan limbah yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi masyarakat
saat ini belum terasa secara luas, namun pada daerah tertentu seperti pada lingkungan
kegiatan ekonomi seperti rumah makan, hotel, buangan rumah tangga yang selama ini
belum dilakukan netralisasi sebelum dibuang pada daerah hilir yang menjadi akhir
pembuangan yang selama ini sudah sangat terasa. Oleh karena itu dengan semakin
meningkatnya usaha sosial masyarakat sudah perlu dibuat aturan dan rencana induk
penangganannya agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
Prasarana dan sarana pengolahan air limbah sebenarnya sudah dilakukan pada jenis
limbah tertentu seperti untuk tinja namun untuk limbah lain perlu pula dilakukan
penanganan, karena hal tersebut besar pengaruhnya terhadap kelestarian lingkungan.
Kabupaten Tana Toraja saat ini belum mempunyai system pembuangan air lmbah
terpusat berupa bangunan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT). Penanganan
pembuangan air limbah sebagian besar dilakukan secara individual oleh masyarakat,
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 15
bahkan sebagian kecil masih menggunakan sungai, yang sangat berpengaruh pada
kesehatan lingkungan.
Rencana pengembangan dan pengelolaan air limbah di Kabupaten Tana Toraja adalah
sebagai berikut :
Mengembangkan sistem setempat yang diarahkan pada sistem publik sebagai konsep
utama pengembangan saat ini sebelum tersedianya sarana IPAL terpadu di
Kabupaten Tana Toraja. Hal ini ditujukan agar masyarakat dapat berperan serta aktif
untuk mengendalikan buangan air limbah rumah tangganya sebagai hasil dari
aktivitas masyarakat sehari-hari, seperti pembuatan septik tank.
Rencana IPAL limbah industri di Kabupaten Tana Toraja ditempatkan tidak jauh dari
kawasan-kawasan agroindustri agar dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas
sistem pengelolaan limbah. Rencana IPAL limbah domestik Kabupaten Tana Toraja
diarahkan ke sistem kluster yang berada di kawasan Perkotaan di Kabupaten.
rencana Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang melayani skala kota.
Adanya pengawasan terhadap pengelolaan penanganan limbah cair dari kegiatankegiatan masyarakat yang lain seperti industri, rumah makan/ restoran, hotel dan
rumah sakit. Rencana IPLT Kabupaten Tana Toraja diarahkan ke sistem komunal
yang berada di kawasan perkotaan Kabupaten.
2.1.2.2
Persampahan
Tingginya pertumbuhan penduduk dan penyebaran penduduk yang belum merata,
menyebabkan permasalahan sampah di kabupaten Tana Toraja dari hari kehari menjadi
bertambah kompleks. Jumlah penduduk yang bermukim di kota Makale serta Ibukota
Kecamatan Mengkendek (Ge’tengan) pada tahun 2008 mencapai 44.828 jiwa, dengan
volume sampah setiap harinya sebesar 90 m3.
Dalam Tahun 2008 Pemerintah Kabupaten Tana Toraja membentuk 1 (satu) Kantor
yang khusus menangani masalah sampah dan kegiatan lainnya yaitu Kantor Kebersihan,
Pertamanan, Pemakaman, Pemadam Kebakaran dan Penerangan Jalan Umum.
Penetapan lembaga pengelola kebersihan ini merupakan bagian dari kebijakan
Pemerintah
Daerah
yang
memberikan
gambaran
tingkat
perhatian
terhadap
permasalahan kebersihan. Sistem pengumpulan sampah setempat dilakukan dengan
sistem pelayanan kota dan pelayanan kawasan secara; (i) Individual, mengumpulkan
sampah di Bak sampah, (ii) Komunal, pengumpulan melalui motor sampah ke TPS /
container
Perhatian terhadap pengelolaan persampahan masih belum memadai. Secara umum
alokasi pembiayaan untuk sektor persampahan masih dibawah 5% dari total anggaran
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 16
APBD, rendahnya biaya tersebut pada umumnya karena pengelolaan persampahan
masih belum menjadi prioritas dan menggunakan pola penanganan sampah yang ala
kadarnya tanpa memperhitungkan faktor keselamatan lingkungan dan kesehatan
masyarakat. Demikian juga dengan rendahnya dana penarikan retribusi, sehingga biaya
pengelolaan sampah masih menjadi beban APBD.
Lembaga atau instansi pengelola persampahan merupakan motor penggerak saluruh
kegiatan pengelolaan sampah dari sumber sampai TPA. Kondisi kebersihan suatu kota
atau wilayah merupakan output dari rangkaian pekerjaan manajemen pengelolaan
persampahan yang keberhasilannya juga ditentukan oleh faktor – faktor lain. Kapasitas
dan kewenangan instansi pengelola persampahan menjadi sangat penting karena
besarnya tanggung jawab yang harus dipikul daslam menjalankn roda pengelolaan
yasng biasanya tidak sederhana bahkan cedrung cukup rumit sejalan dengan makin
berkembangnya suatu kota.
Rencana-rencana penanganan dan pengembangan persampahan di Kabupaten Tana
Toraja adalah sebagai berikut :
Memanfaatkan teknik-teknik yang lebih berwawasan lingkungan berdasarkan konsep
daur ulang-pemanfaatan kembali-pengurangan dalam pengolahan sampah di TPA
yang ada maupun yang akan dikembangkan.
Rencana pengolahan sampah organis menjadi kompos skala kecil yang tersebar di
lingkungan permukiman khususnya kawasan perkotaan di Kabupaten Tana Toraja.
Sistem pengelolaan sampah yang baik adalah system sanitary landfill (lahan urug
sanitasi). Sistem ini dapat menjamin kondisi sanitasi lingkungan di sekitarnya.
Semua potensi pencemaran dapat dicegah dengan berbagai teknik rekayasa. Lapisan
kedap air untuk mencegah rembesan lindi (leachate), tanah penutup untuk mencegah
bau dan serpihan sampah ke lingkungan sekitar, serta sistem ventilasi gas metana
untuk mencegahnya terakumulasi dalam tumpukan sampah.
Rencana pengembangan tempat pengolahan sampah akhir (TPA) berlokasi di
Rantetayo Luas lahan 4,00 Ha
Rehabilitasi dan pengadaan sarana dan prasarana persampahan, bergerak dan tidak
bergerak, khususnya TPS, kontainer dan truk.
Mengembangkan kemitraan dengan swasta berkaitan untuk pengelolaan sampah dan
penyediaan TPA.
2.1.2.3
Drainase
Adanya fenomena perubahan iklim akibat pemanasan global yang ditandai dengan
kekeringan panjang,curah hujan tinggi berpotensi mengakibatkan bencana. Perubahan–
perubahan tersebut menyebabkan penanganan drainase yang relatif lebih sulit dan
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 17
memerlukan biaya yang lebih mahal. Disisi lain, pertumbuhan penduduk dan kebutuhan
prasarana dan sarana khususnya di perkotaan yang semakin berkembang dan meningkat
di Kabupaten Tana Toraja, maka areal yang tadinya merupakan ruang terbuka hijau
beralih fungsi menjadi daerah terbangun, menyebabkan daya tampung drainase yang
tidak mencukupi.
Permasalahan yang dihadapi dalam implementasi pembangunan atau perbaikan system
drainase perkotaaan antara lain :
Tuntutan genangan yang terjadi harus lebih kecil dibandingkan dengan perdesaan.
Diperlukan penyesuian – penyesuaian berkaitan dengan adanya limbah domestic dan
limbah industri.
Diharapkan system drainase yang dibangun/diperbaiki harus sesuai dengan
kebutuhan lingkungan perkotaan.
Agar permasalahan banjir penanganannya bisa berjalan efektif, maka selain
pertimbangan teknis dan non teknis, juga diperlukan keterpaduan program antar dinas
dan masyarakat, termasuk perilaku yang diperlukan untuk mencegah munculnya potensi
yang dapat menyebabkan terjadinya banjir.
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Drainase di Kabupaten Tana Toraja, meliputi :
drainase primer dilakukan normalisasi dan perkuatan tebing: Sungai Saddang, Sungai
Mata Alllo dan Sungai Noling;
drainase sekunder dilakukan pembangunan sistem drainase pada daerah permukiman
perkotaan dan perdesaan yang rawan bencana banjir menuju drainase primer; dan
drainase tersier dilakukan pembangunan sistem drainase pada lingkungan
permukiman perkotaan dan perdesaan menuju drainase sekunder.
Rencana pengembangan diprioritaskan pada kawasan genangan dengan memperhatikan
faktor kuantitatif genangan, seperti luas genangan, tinggi genangan, lama genangan, dan
lain-lain. Demikian pula faktor kerusakan yang ditimbulkan akibat banjir/genangan,
gangguan ekonomi, seperti daerah pasar dan perdagangan, gangguan sosial, seperti
rumah sakit dan fasilitas umum, gangguan kelancaran arus lalu lintas, seperti
terganggunya lalu lintas jalan/kemacetan lalu lintas serta gangguan permukiman
penduduk dan kepadatannya.
2.1.2.4
Energi dan Telekomunikasi
Penerangan rumah tangga di Kabupaten Tana Toraja pada tahun 2008 berasal dari
berbagai sumber antara lain listrik PLN, listrik non PLN, lampu petromaks, pelita, dan
jenis penerangan lainnya. Jumlah rumah tangga yang telah mendapatkan pelayanan
listrik dari PLN.
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 18
Sedangkan jenis fasilitas komunikasi yang ada di Kabupaten Tana Toraja meliputi
telepon, televisi, radio, antena parabola dan orari. Khusus untuk fasilitas telepon, untuk
kepentingan umum sudah banyak terdapat warung telekomunikasi dan juga telepon
umum. Adapun pelayanan Jasa Pos dan Giro di Kabupaten Tana Toraja masih terbatas
pada layanan di ibukota Kabupaten yaitu 1 unit sedangkan untuk kantor pos hanya
tersedia di Kota Makale.
Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana energi di Kabupaten Tana Toraja,
terdiri atas pembangkit listrik PLTD Tana Toraja dan PLTA Malea, potensi sumberdaya
energi mikro hidro yang bersumber dari Sungai Saddang dan Sungai Mata Allo, Sungai
Noling dan beberapa anak sungai. Disamping itu, akan dikembangkan sumber tenaga
listrik matahari pada
daerah perbukitan di Kecamatan Simbuang dan kecamatan
Masanda, yang dapat melayani beberapa kecamatan di sekitarnya. Untuk gardu induk
(GI) terdapat di Makale, dan Jaringan transmisi tenaga listrik bertegangan 150 KV
melintasi Kecamatan Gandangbatu Sillanan, Makale Selatan, Makale dan Makale Utara.
Disamping itu, rencana pengembangan energi kelistrikan di Kabupaten Tana Toraja
adalah sebagai berikut:
Pembangunan dan peningkatan pelayanan akan kebutuhan prasarana listrik untuk
masa yang akan datang harus diupayakan mencapai 70% guna memberi penerangan
kepada masyarakat dan meningkatkan produksi industri bagi pengguna jasa listrik.
Peningkatan jangkauan pelayanan dapat dilakukan dengan distribusi melalui PLN
ranting, sub-ranting dan listrik desa, sehingga mampu melayani jumlah desa secara
keseluruhan.
Untuk
tujuan
komunikasi,
maka
direncana
pengembangan
sistem
jaringan
telekomunikasi Kabupaten tana Toraja yang meliputi:
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Telekomunikasi provinsi meliputi sistem
jaringan telekomunikasi tetap, jaringan telekomunikasi khusus dan STO Lokal Tana
Toraja
Rencana telepon nirkabel berupa lokasi menara Base Transceiver Station (BTS)
dikembangkan penggunaannya secara bersama dan tidak mengganggu aktifitas
disekitarnya termasuk kegiatan penerbangan.
Peningkatan pelayanan jasa telekomunikasi sesuai dengan perkembangan teknologi,
guna mencapai pelayanan terhadap seluruh lapisan masyarakat.
Untuk mendukung sistem interkoneksitas tersebut diarahkan rencana pengembangan
jaringan kabel telepon mengikuti pola jalan;
Sistem telekomunikasi berupa telekomunikasi satelit direncanakan menjangkau
sampai pusat-pusat permukiman dan sentra-sentra produksi baik di daerah perkotaan
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 19
maupun perdesaan, yang akan mendukung arus informasi dari dan ke wilayah
hinterlandnya.
Pembuatan jaringan telekomunikasi melalui sambungan telepon ke kecamatankecamatan dalam wilayah Kabupaten Tana Toraja.
Peningkatan sarana dan prasarana telekomunikasi termasuk penambahan jumlah
sambungan pada wilayah yang sudah ada/terlayani.
Gambar 2.10 Peta Jaringan Listrik Kabupaten Tana Toraja
Gambar 2.11 Peta Jaringan Telepon Kabupaten Tana Toraja
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 20
2.1.2.5 Irigasi
Pemenuhan kebutuhan irigasi diarahkan pada upaya membantu percepatan peningkatan
produksi dan produktivitas lahan pertanian khususnya pertanian lahan basah dan lahan
kering potensial untuk dikembangkan dalam skala yang relatif besar.
Selanjutnya kisaran alternatif dapat berupa ukuran dari sistem irigasi yang akan dibangun
apakah yang diutamakan adalah jaringan-jaringan irigasi berukuran kecil seperti sistim
irigasi sederhana atau sistem irigasi berukuran sedang dan ukuran besar.
Pengembangan dan pengelolaan Daerah Irigasi (DI) di Kabupaten Tana meliputi 174 DI
yang luasnya antara 40 ha sampai dengan 305 ha yang merupakan kewenangan
kabupaten. Total luas DI di Kabupaten Tana Toraja adalah sekitar 13.515 ha.
Tabel 2.7 Daerah Irigasi (Di) Kewenangan Kabupaten di Kabupaten Tana Toraja 2010
NAMA
STATUS
KECAMATAN
LUAS (HA)
D.I. Mamara
Irigasi Lembang
Mengkendek
108.00
D.I To'kua
Irigasi Lembang
Mengkendek
150.00
D.I. Salu Randanan
Irigasi Lembang
Simbuang
60.00
D.I. Rambu
Irigasi Lembang
Simbuang
47.00
D.I. Tukaran
Irigasi Lembang
Simbuang
55.00
D.I. Tumbang Datu
Irigasi Lembang
Sangalla Utara
45.00
DI. Lemo Menduruk
Irigasi Lembang
Malimbong Balepe
D.I. Mabaya
Irigasi Lembang
Bonggakaradeng
D.I. Pong Toding
Irigasi Lembang
Mengkendek
150.00
D.I. Bongli
Irigasi Lembang
Mengkendek
123.00
D.I. Tabang
Semi Teknis
Mengkendek
273.00
D.I. Randanan
Irigasi Lembang
Mengkendek
75.00
D.I. Sumarabu
Irigasi Lembang
Mengkendek
111.00
D.I. Mararin
Irigasi Lembang
Mengkendek
90.00
D.I. Tolamba'
Irigasi Lembang
Mengkendek
35.00
D.I. Kapa-kapa'
Irigasi Lembang
Mengkendek
52.00
D.I. Kasisi'
Irigasi Lembang
Mengkendek
70.00
D.I. Sipateto'induk
Irigasi Lembang
Mengkendek
95.00
D.I. Awa' Batu
Irigasi Lembang
Mengkendek
50.00
D.I. Sarombon
Irigasi Lembang
Mengkendek
85.00
D.I. Mandalan
Irigasi Lembang
Mengkendek
85.00
D.I. Gantungan
Irigasi Lembang
Mengkendek
50.00
D.I. Sarre
Irigasi Lembang
Gandasil
60.00
D.I. Sampang
Irigasi Lembang
Gandasil
113.00
D.I. Kaluku To' Bena'
Irigasi Lembang
Gandasil
65.00
D.I. Palino
Irigasi Lembang
Makale Selatan
65.00
D.I. Kararo
Irigasi Lembang
Makale Selatan
85.00
D.I. Karondang
Irigasi Lembang
Makale Selatan
60.00
D.I. Kurin-kurin
Irigasi Lembang
Makale Selatan
40.00
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
303.00
50.00
II - 21
D.I. Ma' tan
Irigasi Lembang
Makale Selatan
45.00
D.I. Pandan
Irigasi Lembang
Makale Selatan
50.00
D.I. Kamiri
Irigasi Lembang
Makale Selatan
50.00
D.I. Gallungan Kamurung
Irigasi Lembang
Makale Selatan
50.00
D.I. Kulitak Pananian
Irigasi Lembang
Makale Selatan
70.00
D.I. Tendan To' Sendana
Irigasi Lembang
Makale Selatan
75.00
D.I. Sangkili
Irigasi Lembang
Makale Utara
60.00
D.I. To'Liku
Irigasi Lembang
Makale Utara
125.00
D.I. Salu Aka
Irigasi Lembang
Makale
40.00
D.I. Botang
Irigasi Lembang
Makale
15.00
D.I. Mamulo
Irigasi Lembang
Makale
72.00
D.I. To'Lemo Sisiran
Irigasi Lembang
Makale
60.00
D.I. Kalo' Baine
Irigasi Lembang
Malimbong Balepe
D.I. Sa'Tandung
Irigasi Lembang
Saluputti
68.00
D.I. Awo
Irigasi Lembang
Malimbong Balepe
45.00
D.I. Tabiri
Irigasi Lembang
Malimbong Balepe
60.00
D.I. Sollongan
Irigasi Lembang
Malimbong Balepe
71.00
D.I. Boto
Irigasi Lembang
Malimbong Balepe
64.00
D.I. Pambasean
Irigasi Lembang
Malimbong Balepe
61.00
D.I. Patondon
Irigasi Lembang
Malimbong Balepe
70.00
D.I. Kanaka I
Irigasi Lembang
Malimbong Balepe
D.I. Kanaka II
Irigasi Lembang
Malimbong Balepe
D.I. Mangge
Irigasi Lembang
Saluputti
65.00
D.I. Belalang
Irigasi Lembang
Saluputti
20.00
D.I. Salu Tandung
Irigasi Lembang
Saluputti
55.00
D.I. Messilu
Irigasi Lembang
Saluputti
60.00
D.I. Salu Ratte II
Irigasi Lembang
Bittuang
150.00
D.I. Salu Ratte I
Irigasi Lembang
Bittuang
303.00
D.I. Tappang Patongloan
Irigasi Lembang
Bittuang
69.00
D.I. Sarambu Kandua'
Irigasi Lembang
Bittuang
75.00
D.I. Burasia
Irigasi Lembang
Bittuang
73.00
D.I. Sinae Patongloan
Irigasi Lembang
Bittuang
60.00
D.I. Tongge
Irigasi Lembang
Bittuang
40.00
D.I. Pura Tau
Irigasi Lembang
Bittuang
47.00
D.I. Rambu Manda'
Irigasi Lembang
Bittuang
46.00
D.I. Pangala' Patongloan
Irigasi Lembang
Bittuang
50.00
D.I. Ratte
Irigasi Lembang
Bittuang
190.00
D.I. Liku Lambe'
Irigasi Lembang
Bittuang
56.00
D.I. Nenneng
Irigasi Lembang
Bittuang
30.00
D.I. Belau
Irigasi Lembang
Masanda
100.00
D.I. Tombang
Irigasi Lembang
Masanda
68.00
D.I. Kampung Alla'
Irigasi Lembang
Masanda
50.00
D.I. Rano
Irigasi Lembang
Masanda
45.00
D.I. Masoda
Irigasi Lembang
Masanda
59.00
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 22
D.I. Kalo Tangnga
Irigasi Lembang
Kurra
69.00
D.I. Kurra
Irigasi Lembang
Kurra
56.00
D.I. Salu Selo
Irigasi Lembang
Kurra
70.00
D.I. Lekke'
Irigasi Lembang
Kurra
75.00
D.I. Uma Tomatua P.
Irigasi Lembang
Kurra
80.00
D.I. Patindak Bau
Irigasi Lembang
Kurra
65.00
D.I. Komba ,I-II
Semi Teknis
Sangalla'
150.00
D.I. Mangkagantaran
Irigasi Lembang
Sangalla'
95.00
D.I. Sapan
Irigasi Lembang
Sangalla'
141.00
D.I. Sapan Balombong
Irigasi Lembang
Sangalla' Selatan
55.00
D.I. Kana
Irigasi Lembang
Sangalla' Selatan
45.00
D.I. Kana Mappa
Irigasi Lembang
Bonggakaradeng
40.00
D.I. Bamba
Irigasi Lembang
Bonggakaradeng
30.00
D.I. Leso
Irigasi Lembang
Bonggakaradeng
50.00
D.I. Tarra
Irigasi Lembang
Bonggakaradeng
35.00
D.I. Garotin
Irigasi Lembang
Bonggakaradeng
40.00
D.I. Gal'eppo'
Irigasi Lembang
Bonggakaradeng
70.00
D.I. Poton
Irigasi Lembang
Bonggakaradeng
30.00
D.I. Tebong
Irigasi Lembang
Bonggakaradeng
50.00
D.I. Ratte
Irigasi Lembang
Bonggakaradeng
35.00
D.I. Marue
Irigasi Lembang
Bonggakaradeng
39.00
D.I. Miallo
Irigasi Lembang
Mappak
50.00
D.I. Paleppang Pao
Irigasi Lembang
Simbuang
48.00
D.I. Sima
Irigasi Lembang
Simbuang
45.00
D.I. Salu Anak Lindangan
Irigasi Lembang
Simbuang
35.00
D.I. Salu Aneon Ke'pe
Irigasi Lembang
Simbuang
38.00
D.I. Kondo Dewata
Irigasi Lembang
Mappak
45.00
D.I. Tanete
Irigasi Lembang
Mappak
45.00
D.I. Sarang Dena
Irigasi Lembang
Simbuang
54.00
D.I. Scarab
Irigasi Lembang
Mappak
60.00
D.I. Salu Malino
Irigasi Lembang
Mengkendek
50.00
D.I. To' Liang
Irigasi Lembang
Gandasil
50.00
D.I. Ku'lang
Irigasi Lembang
Gandasil
50.00
Sumber : Dinas PU Kab. Tana Toraja
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 23
Gambar 2.12 Peta Daerah Irigasi Kabupaten Tana Toraja
2.1.2.6 Sarana Perekonomian
Kegiatan sektor ekonomi Kabupaten Tana Toraja terdiri dari beberapa sub sektor, seperti
pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, pelayanan jasa, transportasi, industri,
perhotelan, dan berbagai kegiatan lainnya. Sektor-sektor ekonomi yang berbasis sektor
pertanian umumnya berada pada wilayah perdesaan, sementara itu sektor pelayanan jasa
umumnya berada pada kawasan perkotaan.
Kondisi ekonomi Kabupaten Tana Toraja dapat ditinjau dengan melihat indeks
perekonomian Kabupaten Tana Toraja (PDRB). Berdasarkan data PDRB Kabupaten
Tana Toraja memperlihatkan angka yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Kegiatan ekonomi di Kabupaten Tana Toraja telah memperlihatkan angka pertumbuhan
yang cukup menggembirakan, indikator tersebut dapat dilihat dengan meningkatnya
incam pendapatan per kapita masyarakat. Peningkatan pendapatan per kapita tersebut
berimplikasi pada peningkatan pembangunan sarana dan prasarana serta infrastruktur
lainnya.
Tabel 2.8 PDRB Perkapita Kabupaten Tana Toraja Tahun 2009-2013
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013 *)
PDRB Perkapita (Rp)
Harga Berlaku
1.259.215,83
1.471.969,78
1.798.453,29
2.190.123,46
2.568.003,03
Harga Konstan
623.229,88
662.576,65
714.819,46
772.171,92
830.587,68
Sumber : BPS Kab. Tana Toraja, 2014
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
Perkembangan
Pertumbuhan
(%)
(%)
12,83
16,90
21,91
22,05
17,25
6,10
6,31
7,88
8,02
7,57
*) Angka Sementara
II - 24
Tabel 2.9 Sarana dan Prasarana Perekonomian Kabupaten Tana Toraja
Tahun 2009-2013
Jenis Sarana
Perdagangan
Pasar Umum
Pasar Desa
Toko
Kios
Warung
Rumah Makan/
Restoran
Jumlah
2009
2010
2011
2012
2013
10
19
63
225
45
8
10
19
65
250
50
10
10
19
70
317
125
10
10
20
70
317
125
10
10
20
70
320
130
10
370
404
551
552
560
Sumber : BPS Kab. Tana Toraja, 2014
2.1.2.7 Sarana Sosial dan Kesehatan
Pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Tana Toraja yang telah dilaksanakan
dewasa ini telah memperlihatkan keberhasilan dalam meningkatkan derajat kesehatan dan
gizi masyarakat. Hal ini dapat diamati dari perbaikan beberapa indikator derajat
kesehatan, antara lain: Menurunnya angka kematian bayi (AKB), angka kematian balita
(AKABA), angka kematian ibu (AKI), meningkatkan status gizi, dan menurunnya angka
kesakitan berbagai penyakit menular. Sejalan dengan membaiknya beberapa indikator
derajat kesehatan tersebut, telah terjadi peningkatan angka harapan hidup (AHH) tahun
2013 di Kabupaten Tana Toraja yaitu mencapai 74,28 Tahun dimana tahun sebelumnya
sebesar 74,26 Tahun.
Berbagai upaya peningkatan derajat kesehatan yang dilaksanakan pemerintah pusat dan
daerah bersama-sama dengan masyarakat tidak terlepas dari berbagai kebijakan sektor
pembangunan lain di luar sektor kesehatan, misalnya faktor ketersediaan air bersih dan
lingkungan pemukiman yang sehat, kemiskinan dan kecukupan pangan di tingkat rumah
tangga, oleh karena itu dalam pemecahan masalah kesehatan diperlukan kerjasama lintas
sektoral yang efektif.
Pembangunan kesehatan yang dilakukan selama ini telah berhasil menyediakan sarana
dan prasarana pelayanan kesehatan secara merata ke seluruh Kecamatan/Lembang/
Kelurahan. Dua rumah sakit terdapat di Kota Makale, 21 Puskesmas, dan 30 Puskesmas
Pembantu tersebar di 19 kecamatan. Untuk mendukung kegiatan pelayanan kesehatan,
ketersediaan tenaga kesehatan merupakan salah satu faktor penting. Di Kabupten Tana
Toraja saat ini tersedia 47 dokter, 269 perawat, 141 bidan, 21 ahli gizi, 29 Kesehatan
Masyarakat dan 35 apoteker.
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 25
Tabel 2.10 Tabel Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja
Kabupaten Tana Toraja Tahun 2012.
Tenaga Medis
Tenaga Non Medis
Unit Kerja
21
Ahli
Gizi
12
Teknik
Medis
-
-
1
-
Dokter
Perawat
Bidan
Farmasi
22
147
108
-
-
Puskesmas
9
Kesehatan
Masyarakat
23
-
-
-
Sanitasi
Instalasi
Farmasi
Dinas
Kesehatan
Rumah Sakit
4
2
3
2
2
-
1
1
21
120
30
10
7
1
4
5
Jumlah
47
269
141
35
21
1
14
29
Sumber : BPS Kab. Tana Toraja, 2014
2.1.2.8 Sarana Peribadatan
Fasilitas peribadatan adalah merupakan suatu wadah berlangsungnya aktifitas keagamaan
bagi warga masyarakat, yang dibedakan berdasarkan jenis peribadatan dan agama yang
dianut masing-masing umat. Kegiatan peribadatan merupakan kegiatan yang dilakukan
setiap saat oleh pemeluknya, dan merupakan kegiatan yang bersifat rutin. Olehnya itu
keberadaan fasilitas tersebut mutlak diperlukan dalam suatu kawasan guna menunjang
aktivitas keagamaan tersebut.
Dengan demikian, maka rencana pengembangan fasilitas peribadatan dapat diarahkan
pada peningkatan kualitas bagi fasilitas yang sudah ada baik dari segi fisik maupun
pelayannnya serta penambahan fasilitas seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.
Jumlah fasilitas peribadatan di Kabupaten Tana Toraja diperlihatkan pada table berikut :
Tabel 2.11 Sarana Peribadatan tiap Kecamatan di
Kabupaten Tana Toraja Tahun 2013
Gereja
No
Kecamatan
Mesjid
Musholah
Protestan
Katolik
Pura
Vihara
1
Bonggakaradeng
8
-
31
1
-
-
2
Simbuang
1
-
37
7
1
-
3
Rano
18
-
25
2
-
-
4
Mappak
-
-
26
11
-
-
5
Mengkendek
41
-
62
20
-
-
6
Gandang Batu
29
-
48
9
-
-
Sillanan
7
Sangalla
3
-
40
5
-
-
8
Sangalla Selatan
8
-
35
5
-
-
9
Sangalla Utara
1
-
36
10
-
-
10
Makale
14
-
43
11
-
-
11
Makale Selatan
6
-
35
13
-
-
12
Makale Utara
2
-
36
7
1
-
13
Saluputti
4
-
35
7
-
-
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 26
14
Bittuang
4
-
27
5
-
-
15
Rembon
6
-
44
12
1
-
16
Masanda
2
-
23
2
-
-
17
Malimbong Balepe
1
-
38
6
-
-
18
Rantetayo
5
-
45
11
-
-
19
Kurra
1
-
29
3
-
-
154
-
695
147
3
-
Jumlah
Sumber : BPS Kab. Tana Toraja, 2014
2.1.2.9 Sarana Transportasi
A. Transportasi Darat
Keterpaduan
jaringan
pelayanan
dan
prasarana
transportasi
suatu
daerah
mencerminkan adanya tingkat pelayanan yang baik kepada yang menggunakannya.
Keberadaan prasarana transportasi suatu wilayah dapat diartikan bahwa wilayah
tersebut telah memiliki suatu aset dalam menunjang berbagai aspek kegiatan
masyarakat, mengingat manfaat transportasi dalam kehidupan masyarakat mencakup
manfaat ekonomi, sosial, politik, hankam dan lingkungan.
Penyelenggaraan sistem jaringan prasarana transportasi berupa jaringan transportasi
jalan raya dan transportasi udara. Kedua jenis penyelenggaraan sistem transportasi
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan dan kemajuan
pembangunan di Kabupaten Tana Toraja, terutama pemenuhan pergerakan orang dan
barang, baik secara internal maupun eksternal. Untuk lebih memahami kondisi
sistem jaringan prasarana transportasi di Kabupaten Tana Toraja saat ini, diuraikan
sebagai berikut :
1.
Bangkitan dan Tarikan
Bangkitan dan tarikan perjalanan antar wilayah di Kabupaten Tana Toraja
berlangsung berdasarkan keinginan penduduk untuk melakukan perjalanan.
Sebagaimana diketahui bahwa jenis aktivitas yang berpotensi untuk menjadi
bangkitan dan tarikan adalah pasar, acara kematian dan perkawinan. Sedangkan
jenis bangkitan lainnya juga dipengaruhi oleh status kota yang ditandai dengan
terpusatnya pelayanan sosial, ekonomi dan jasa, seperti pertokoan, perkantoran,
pendidikan, peribadatan dan sebagainya.
Bangkitan dan tarikan antar kecamatan di Kabupaten Tana Toraja ditentukan
oleh fungsi dan peran masing-masing wilayah kecamatan. Bangkitan pergerakan
secara umum terjadi pada hari pasar besar yang berlangsung secara bergilir. Pada
kondisi seperti ini daerah yang menjadi pasar merupakan penarik pergerakan
barang dan orang di Tana Toraja. Wilayah/daerah-daerah yang berpotensi
menjadi penarik pergerakan antara lain Pasar Makale; Pasar Pasar Karau; Pasar
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 27
Ge’tengan; Pasar Sanga’la termasuk pasar-pasar yang ada di sekitar Tana Toraja
merupakan faktor penarik pergerakan di Tana Toraja.
2. Jaringan Jalan
Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting dalam
memperlancar kegiatan sosial dan perekenomian, baik antara kabupaten dengan
luar provinsi lainnya, kabupaten dengan kabupaten dalam provinsi, antara
kabupaten dengan kecamatan, dan antara satu kecamatan dengan kecamatan
lainnya. Dengan pelayanan transportasi jalan yang baik akan memudahkan
aksesibilitas dan mobilitas penduduk untuk melakukan perjalanan dan
menjangkau daerah-daerah belakang terhadap kegiatan sektor-sektor ekonomi,
sosial, di Kabupaten Tana Toraja.
Prasarana jalan raya di Kabupaten Tana Toraja terdiri dari jalan negara, jalan
provinsi dan jalan kabupaten. Berdasarkan data tahun 2013 yang dikeluarkan
oleh Kantor BPS menunjukkan jumlah panjang jalan di Kabupaten Tana Toraja
1.252 km, yang terdiri dari 272,92 km dalam kondisi baik, 170,80 km dalam
kondisi sedang dan sisanya sebesar 808,28 km dalam kondisi rusak dan rusak
berat. Ini memperlihatkan bahwa hanya berkisar 21,80 % jalan di Kabupaten
Tana Toraja tahun 2008 dalam kondisi baik.
Berdasarkan kondisi tersebut diatas memperlihatkan bahwa tingkat kemampuan
jaringan jalan di kabupaten Tana Toraja masih dibawah rata-rata untuk
memenuhi pergerakan kendaraan secara cepat dan lancar.
3. Terminal
Keberadaan terminal sebagai titik simpul pergerakan arus kendaraan, orang dan
barang adalah penting untuk diamati. Jumlah terminal di Kabupaten Tana Toraja
sebanyak 1 lokasi, yaitu terminal Makale dengan terminal bertype C. Lokasi
terminal Makale tersebut telah dimanfaatkan sebagai simpul utama pergerakan
angkutan. Kondisi terminal type C Makale saat ini terdiri atas pelataranpelataran angkutan umum dan dilengkapi bangunan-bangunan halte untuk
menumpang dengan kondisi yang sudah rusak. Penggunaan halte-halte
penumpang umumnya dimanfaatkan oleh pedagang dan karena sebagian besar
halte tempat duduknya rusak, sehingga penumpang cenderung duduk dibagian
sandaran tempat duduk. Sedangkan jenis permukaan jalan didalam terminal
berupa aspal dengan kondisi rusak. Jalan masuk dan keluar terletak berlainan
sehingga tidak mengganggu sirkulasi kendaraan yang masuk maupun keluar.
Sedangkan gedung terminal masih dimanfaatkan sebagai kantor Dinas
Perhubungan dan juga terdapat Kantor Samsat.
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 28
Pemanfaatan terminal tersebut melayani angkutan kota berupa AKDP dan
AKAP. Hal ini memperlihatkan bahwa kategori terminal Makale sudah tidak
sesuai dengan type terminal. Oleh karena itu, pengembangan terminal perlu
dilakukan sesuai dengan kecenderungannya saat ini.
4. Jaringan Pelayanan
Transportasi darat merupakan sistem jaringan transportasi jalan yang sifatnya
fleksibel dan pelayanannya bersifat door to door serta memiliki daya jangkau
tinggi. Moda ini digunakan untuk jarak pendek, sedang, dan jauh sebagai mata
rantai awal dan akhir dari seluruh sistem transportasi. Transportasi darat di
Kabupaten Tana Toraja merupakan sistem jaringan dari serangkaian simpul dan
atau ruang kegiatan yang menghubungkan serta membentuk satu kesatuan sistem
jaringan terutama dalam konsep pengembangan sistem transportasi terpadunya.
Pelayanan transportasi jalan dalam lingkup Kabupaten Tana Toraja, antar
kabupaten maupun antar provinsi dapat dijumpai melalui transportasi jalan.
Pelayanan ini berupa pelayanan sebagai berikut; i). angkutan pedesaan, ii).
Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP), iii). Angkutan Kota Antar Provinsi
(AKAP), angkutan kota. Disamping itu, ketersediaan jenis transportasi lainnya
juga penting karena bagian yang tidak terpisahkan dalam pemenuhan pergerakan
barang dan orang dari/ke Kabupaten Tana Toraja. Kesemuanya memiliki andil
yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan wilayah kabupaten
maupun wilayah-wilayah yang lebih kecil seperti lingkungan perkotaan maupun
wilayah kecamatan/desa.
5. Pola Pergerakan
Kondisi pergerakan orang dalam bahasan ini meliputi jumlah bangkitan dan
tarikan serta
sebaran pergerakan di wilayah Kabupaten Tana Toraja. Pola
pergerakan orang di Tana Toraja yang diperoleh di lapangan, baik melalui
pengamatan langsung maupun dari informasi masyarakat tentang potensi
pergerakan yang terjadi secara internal maupun eksternal. Pergerakan internal
yang meliputi pergerakan antar kecamatan di Tana Toraja dan pergerakan ini
dilakukan oleh penduduk setempat berdasarkan jenis aktivitasnya. Potensi
pergerakan antar kecamatan dipengaruhi oleh 3 (tiga) hal, yaitu; i). kegiatan
pasar (berbelanja) pada hari pasar besar, ii). upacara perkawinan dan iii). upacara
kematian. Secara garis besarnya hari pasar besar di Tana Toraja berlangsung tiap
hari selama seminggu yang terlaksana secara bergiliran. Kondisi ini akan
mempengaruhi pola pergerakan orang tiap harinya. Sedangkan untuk acara
kematian dan upacara perkawinan yang waktunya tidak menentu, namun sangat
RKPD Kab. Tana Toraja Tahun 2016 / BAPPEDA
II - 29
mempengaruhi pola pergerakan orang di Tana Toraja, dimana pergerakan orang
yang dilakukan pada penyambutan kedua acara tersebut, dilakukan secara
berkelompok dengan menggunakan kendaraan truk dengan muatan sekitar 30
orang/truk. Keluarga yang bertempat tinggal di wilayah kecamatan lain akan
bepergian menuju ke wilayah kecamatan, dimana tempat kegiatan perkawinan
dan kematian berlangsung.
Pergerakan eksternal dapat ditandai dengan adanya pergerakan/perjalanan
penduduk keluar Kabupaten Tana Toraja. Penduduk Tana Toraja termasuk
gemar senang melakukan perjalanan jauh (merantau) ke beberapa daerah baik
didalam maupun diluar Pulau Sulawesi. Kondisi inilah yang merupakan salah
satu penyebab munculnya berbagai usaha-usaha jasa angkutan AKDP dan
AKAP yang cukup berkembang di Tana Toraja.
Tabel 2.12 Jenis dan Panjang Jalan di Kabupaten Tana Toraja Tahun 2013
Jenis/Kondisi/Kelas
Status Jalan Tahun 2012
A Jenis Permukaan
1. Aspal
306,75
2. Rabat
230,69
3. Telford/kerikil
218,53
4. Tanah
496,03
Jumlah
1,252,00
B Kondisi Jalan
1. Baik
272,92
2. Sedang
170,80
3. Rusak Ringan
265,95
5. Rusak Berat
542,33
Jumlah
1,252,00
Sumber : Dinas PU Kab. Tana Toraja, 2014
B.
Transpotasi Udara
Satu-satunya