PENGENALAN PENYAKIT PENTING TANAMAN UTAM

PENGENALAN PENYAKIT PENTING TANAMAN UTAMA
DI LAMPUNG
(Laporan Praktikum Pengendalian Penyakit Tanaman)

oleh
Denny Marini Sihite
1314121036

LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Penyakit tanaman merupakan adanya penurunan dari keadaan normal dari
tanaman yang menyela atau memodifikasi fungsi-fungsi vitalnya. Penyakit

tanaman sebagian besar disebabkan oleh jamur, bakteri, dan virus. Sebagai akibat
terganggunya pertumbuhan tanaman oleh penyakit, maka akan terjadi perubahan
pada tanaman dalam: Bentuk, ukuran, warna, tekstur dan lain-lain. Perubahan
tersebut seringkali merupakan gejala yang khas untuk penyakit tertentu. Tetapi
adakalanya untuk satu macam penyakit menimbulkan lebih dari satu macam
perubahan.
Penyakit bisa muncul karena disuatu tempat ada tanaman, pathogen serta
lingkungan. Ini yang disebut segitiga penyakit dimana munculnya penyakit
karena tiga faktor itu. Salah satu faktor tidak ada atau tidak memenuhi syarat
maka penyakit tidak akan muncul. Syarat yang harus dipenuhi oleh ketiga faktor
agar muncul penyakit adalah tanaman harus peka, penyebab penyakit harus
virulen (fitdan ganas), dan lingkungan mendukung
Budidaya tanaman menjadi sektor mata pencaharian sebagian penduduk provinsi
Lampung. Tanaman yang dibudidayakan tidaklah sembarangan, perlu adanya
pertimbangan mengenai faktor produksi dan hasil yang didapatkan. Selain itu,
meminimalkan penyebaran penyakit pada tanaman budidaya. Oleh karena itu,
praktikum Pengenalan Penyakit Penting Tanaman Utama di Lampung dapat
membantu kita dalam mengetahui beberapa jenis penyakit, gejala, biologi agen
primer serta cara pengendaliannya.
I.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini, yakni:
1. Mengetahui jenis penyakit penting tanaman utama di Indonesia.
2. Mengetahui gejala, biologi, dan cara pengendaliannya.
3.

II.
II.1

METODOLOGI PERCOBAAN

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum yakni pisau, alat tulis, dan kamera.
Sedangkan bahan yang digunakan ialah spesimen tanaman yang menunjukkan
gejala penyakit.
II.2

Prosedur

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan praktikum , yakni:

1. Diamati dan digambar gejala penyakit tanaman yang ada
2. Ditulis nama penyakit dan patogen penyebabnya.
3. Ditulis biologi dan cara pengendaliannya.

III.
III.1

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan praktikum ini sebagai berikut
NO
.
1.

FOTO

GAMBAR


KETERANGAN
Jamur Akar Putih
Rigidoporus
lignosus

2.
Busuk Pangkal
Batang
Ganoderma
boninensis
3.
Layu Fusarium
Fusarium
oxysporum

4.
Layu Bakteri
Ralstonia
solanacearum


5.
Kerdil
Bunchy top virus

6.
Busuk Buah
Phythophtora
palmivora
7.
Virus Tungro
Rice Tungro
Bacilliform Virus

8.
Blast Padi
Pyricularia grisea

9.
Bulai Jagung
Perenosclerospora

maydis

10.
Gosong Bengkak
Ustilago maydis

11.
Busuk Pangkal
Batang
Phythophtora
capsici
12.
Karat Daun Kopi
Hemileia vastatrix

III.2

Pembahasan

III.2.1 Jamur Akar Putih pada Karet

Penyakit pada tanaman karet yang disebabkan oleh Rigidoporus microporus dan
merupakan salah satu penyakit di provinsi Lampung. Penyakit ini menimbulkan
kematian pada tanaman karet, sehingga serangannya menurunkan produktivitas
kebun Menurut hasil perhitungan penurunan produksi karet kering terjadi ratarata 2.7 kg/pohon atau 54 kg/pohon/20 tahun.
Serangan jamur menyebabkan akar menjadi busuk dan apabila perakaran dibuka
maka pada permukaan akar terdapat semacam benang-benang berwarna putih
kekuningan dan pipih menyerupai akar rambut yang menempel kuat dan sulit
dilepas.Daun-daun yang semula tampak hijau segar berubah menjadi berwarna
hijau gelap kusam, layu akhirnya kering dan gugur kemudian diikuti kematian
tanaman.Gejala lanjut akar membusuk, lunak dan berwarna coklat
(Semangun,1990)
Pengendalian dapat dilakukan dengan;
a. Membersihkan area penanaman karet dari sisa-sisa akar dan tanaman
lainnya dengan pembongkaran serta pembakaran agar tidak menjadi sumber
penyakit.
b. Menanam tanaman penutup tanah minimal satu tahun lebih awal dari
penanaman karet. Tanaman yang dianjurkan adalah jenis kacangkacangan Centrosema pubescens, Pueraria javanica. Membantu
aktivitas mikroba dalam pembusukan sehingga dapat menekan pertumbuhan
jamur.
c. Sebelum penanaman, lubang tanam ditaburi biakan jamur Trichoderma

harzianum yang telah dicampur dengan kompos sebanyak 200 gram per
lubang tanam (1 kg T. harzianum dicampur dengan 50 kg kompos/pupuk
kandang) (Jalil, 2012).

III.2.2 Busuk Pangkal Batang pada Kelapa Sawit
Penyakit ini memiliki gejala utama yaitu terhambatnya pertumbuhan. Warna daun
menjadi hijau pucat dan batang tanaman membusuk. Pada tanaman muda (belum
menghasilkan), gejala awal ditandai dengan penguningan tanaman atau daun
terbawah diikuti dengan nekrosis. Sedangkan pada tanaman dewasa, semua
pelepah menjadi pucat, daun dan pelepah mengering, daun tombak tidak
membuka (terjadinya akumulasi daun tombak) dan suatu saat tanaman akan mati
(Purba, 1993).
Penyebab penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit yaitu jamur Ganoderma
boninense, tergolong ke dalam filum Basidiomycota dan famili Ganodermataceae.

Jamur Ganoderma boninense memiliki basidiokarp yang bervariasi. Permukaan
atas licin seperti pernis berwarna coklat kehitaman. Pada pertumbuhannya daerah
perbatasan berwarna oranye kekuningan serta putih pada ujungnya. Permukaan
pori berwarna putih hingga krem dengan kerapatan 4-5/mm. Tebal kutis 0,07 mm,
biasanya dilapisi lapisan tipis oranye atau kuning. Kutis ini mengandung

hymenoderma dan pada ujung hymenoderma mengandung amyloid. Pori- pori
berbentuk bulat dengan diameter 90- 380 (155) μ. Basidiospora berbentuk ovoid
hingga ellipsoid berwarna kecokelatan dengan ukuran 13,5 (10,0) x 4,5 – 7 (5,9)
μm yang bersifat bitunikatus.
Menurut Susanto (2011), pengendalian penyakit busuk pangkal batang kelapa
sawit dapat dibagi dalam 3 tahapan, yaitu:
1. Pengendalian pada fase pembibitan, yaitu dengan menggunakan tanah
bebas Ganoderma boninense Pat.. Tanah ini diperoleh dengan mengayak
tanah sebagai media tanam atau tandan kosong kelapa sawit sebanyak 400
kg per lubang per tahun dan aplikasi agensia hayati seperti Trichoderma
sp. sebanyak 400 gram per lubang.
2. Pengendalian pada fase TBM (Tanaman Belum Menghasilkan),
pengendalian dilakukan dengan sanitasi dan penyisipan tanaman muda.
Sanitasi dilakukan dengan eradikasi tanaman terinfeksi (membuang,
mencacah, dan membakar bole, akar, dan bagian atas tanaman terinfeksi).
Sedangkan penyisipan tanaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang
telah dieradikasi tadi.
3. Pengendalian pada fase TM (Tanaman Menghasilkan), dilakukan dengan
cara sebagai berikut: Sanitasi tanaman, aplikasi fungisida,agen antagonis
Trichoderma sp., lakukan replanting, serta penggunaan tanaman moderat

tahan atau toleran pada setiap kegiatan penanaman tanaman baru.
3.2.3. Layu Fusarium pada Pisang
Penyakit layu fusarium disebabkan jamur Fusarium Oxysporum f. Sp Cubense
(FOC). Penyakit ini menular melalui tanah (soil borne), menyerang akar dan
masuk ke dalam bonggol pisang. Di dalam bonggol ini jamur merusak pembuluh
sehingga menyebabkan tanaman layu dan akhirnya mati.
Tipe gejala penyakit layu fusarium berupa nekrotik hipoplastik sebagai berikut.
1. Daun tua menguning dimulai dari pinggir daun.
2. Pecah batang, perubahan warna pada saluran pembuluh (pseudo steam).
3. Ruas daun memendek.
4. Perubahan warna pada bonggol pisang
5. Batang yang terserang mengeluarkan bau busuk (Muhidin,1993)
Cara pengendaliaannya antara lain:
1. Perlakuan tanah.
2. Penanaman varietas tahan.

3.
4.
5.
6.


Mencegah infeksi tanah.
Pemakaian fungisida.
Mengendalikan populasi nematoda.
Alternatif lain yang efektif untuk mengendalikan penyakit layu fusarium
ialah dengan memanfaatkan mikroba agen pengendali hayati

3.2.4 Layu Bakteri pada Pisang
Gejala tampak menjelang tumbuhnya. Daun muda dari ibu tulang daun ke tepi
daun tampak berwarna coklat kekuning-kuningan. Kondisi ini berlangsung hingga
buah menjelang masak. Satu minggu setelah gejala pertama, semua daun tua
menguning dan kering lalu menjadi coklat dan tanaman menjadi layu. Jantung
pisang mengerut dan kering. Perkembangan buah terlambat, di mana pada saat
buah hampir masak buah berwarna kuning coklat dan busuk, daging buah
menjadi cairan seperti lendir berwarna merah kecoklatan yang mengandung
banyak bakteri. Selanjutnya apabila batang dipotong melintang akan
mengeluarkan cairan yang berwarna coklat kemerahan dan berbau kurang sedap
(Hadiyanti, 2003).
Karakteristik patogen yaitu;
 Bakteri ini dapat bertahan di dalam tanah.
 Bakteri ini dapat menginfeksi akar-akar tanaman melalui luka-luka.
 Patogen ini menyerang jaringan pengangkutan air sehingga
mengganggu transportasi air tanaman inang, akibatnya kelihatan
tanaman menjadi layu, menguning dan kerdil, dan biasanya dalam beberapa
hari tanaman akan mati.
 Bila batang tanaman yang sakit dipotong dan potongan tersebut
dimasukkan ke dalam gelas/wadah berisi air, yang jernih, kemudian
dibiarkan beberapa lama, akan keluar eksudat (cairan berwarna putih kotor)
yang berisi jutaan bakteri.
 Ditinjau dari segi morfologi dan fisiologinya, R. solanacearum merupakan
bakteri gram negatif, berbentuk batang dengan ukuran 0,5-0,7 x 1,5-2,5 μm,
berflagela, bersifat aerobik, tidak berkapsula, serta membentuk koloni
berlendir berwarna putih
 Tanaman inang alternatif yaitu tembakau (Ratmawati, 2013).

Pengendalian dilakukan dengan cara;
1. Pemotongan seluruh bagian tanaman yang terkena penyakit, lalu dilakukan
pembakaran.
2. Pencegahan penyebaran melalui pencucian dengan larutan klorok, alat-alat
pertanian yang berkontak langsung dengan tanaman sakit.

3. Pengisolasian isolate bakteri antagonis.
4. Pemberian bakterisida.
3.2.5 Kerdil pada Pisang
Dikenal sebagai Bunchy top virus atau Banana Virus 1. Sampai sekarang sifat
virus tersebut belum diketahui dan belum dapat dimurnikan. Mudah disebarkan
melalui bahan tanaman dan kutu daun. Tidak dapat ditularkan melalui alat
pertanian atau cairan tanaman sakit. Perkembangan pernyakit dibantu oleh hujan,
suhu tinggi, kesuburan tanah dan keadaan yang terlindung. Di dataran tinggi
penularan penyakit oleh vektornya lebih baik.
Timbulnya gejala bervariasi dan bergantung pada umur tanaman Daun muda lebih
tegak, pendek, sempit dengan tangkai yang lebih pendek dari biasanya,
menguning sepanjang tepinya, dan mengering. Daun menjadi rapuh dan mudah
patah. Tanaman terhambat pertumbuhannya dan daun-daun membentuk roset
pada ujung batang palsu.
Pengendalian dilakukan dengan menanam bibit yang sehat dan sanitasi kebun
dengan membersihkan tanaman inang seperti (Musa textiles), Heliconia spp dan
Canna spp, pembongkaran rumpun sakit, lalu dipotong kecil-kecil agar tidak ada
tunas yang hidup. Cara lain adalah dengan menggunakan insektisida sistemik
untuk mengendalikan vektor terutama di pesemaian (Agrios, 1995).

3.2.6 Busuk Buah pada Kakao
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phythophtora palmivora. Penyakit busuk
buah kakao adalah salah satu penyakit penting yang sering menyerang tanaman
kakao. Cendawan Phythoptora palmivora sebenarnya juga dapat menginfeksi
pada bagian tanaman kakao lainnya seperti batang, daun, tunas, bahkan bunga.
Dampak negatif serangan pada bagian tanaman lainnya tersebut tidak sebesar jika
cendawan ini menginfeksi buah.
Timbulnya bercak-bercak hitam pada bagian kulit luar buah merupakan gejala
yang tampak pada penyakit busuk buah. Bercak-bercak hitam tersebut akan
meluas hingga menutupi semua bagian kulit buah jika tidak segera dikendalikan.
Penyakit ini dapat menyerang semua fase pertumbuhan buah, mulai dari buah
pentil hingga buah dalam fase kemasakan. Buah yang terserang penyakit busuk
buah akan tampak hitam arang dan jika disentuh akan terasa basah membusuk.
Penyakit ini dapat menyebar dari satu buah yang terinfeksi ke buah lainnya
melalui beberapa media seperti sentuhan langsung antarbuah, percikan air, dibawa
oleh hewan (semut atau tupai), bahkan oleh tiupan angin. Penyebaran busuk buah

akan semakin cepat jika kondisi kebun terlalu lembab karena jamur Phythoptora
palmivora dapat tumbuh subur pada daerah yang lembab.
Penyakit busuk buah kakao dapat dicegah melalui penggunaan klon tahan busuk
buah seperti DRC 16, SCA 6, SCA 12, ISC 6, dan hibridanya. Pemupukan yang
berimbang, sanitasi kebun yang dilakukan secara berkala, pemangkasan pohon
penaung, pemangkasan pohon kakao, dan panen sesering mungkin. Sedangkan
jika penyakit busuk buah sudah menyerang, tindakan pengendalian yag dapat
dilakukan antara lain dengan pemangkasan untuk meminimalisasi kelembaban
kebun, sanitasi dan pemusnahan buah yang terserang, dan penggunaan fungisida
tembaga kontak seperti Nordox, Cupravit, dan Copper Sandoz dengan interval 2
minggu sekali.

3.2.7 Virus Tungro pada Padi
Virus tungro hanya ditularkan oleh wereng hijau (sebagai vektor) tidak terjadi
multiplikasi dalam tubuh wereng dan tidak terbawa pada keturunananya.
Sejumlah species wereng hijau dapat menularkan virus tungro, namun
Nephotettix virescens merupakan wereng hijau yang paling efisien sehingga perlu
diwaspadai keberadaannya. Penularan virus tungro dapat terjadi apabila vektor
memperoleh virus setelah mengisap tanaman yang terinfeksi virus kemudian
berpindah dan mengisap tanaman sehat tanpa melalui periode laten dalam tubuh
vektor.Penyakit tungro disebabkan oleh dua jenis virus yang berbeda yaitu virus
bentuk batang Rice Tungro Bacilliform Virus (RTBV) dan virus bentuk bulat Rice
Tungro Spherical Virus (RTSV). Kedua jenis virus tersebut tidak memiliki
kekerabatan serologi dan dapat menginfeksi tanaman secara bersama-sama.
Gejala penyakit tungro umumnya muncul kurang lebih seminggu setelah
inokulasi, dimulai dari adanya diskolorasi kekuningan pada ujung daun muda,
kemudian diikuti klorosis di antara vena daun. Tanarnan yang sakit parah
mcmpunyai anakan sedikit, pertumbuhan akar terhambat, sangat kerdil, dan
menghasilkan panikel yang kecil dengan bulir-bulir gabah kosong. Gejala
penyakit akan persisten pada varietas yang rentan, sedangkan pada varietas yang
agak tahan gejala tidak berkembang pada daun muda dan ada kecenderungan
sehat kembali.
Siklus Penyakit Tungro
Sumber inokulum penyakit tungro terdapat pada tanaman padi, singgang serta
rumput-inang yang sakit. Serangga penular virus tungro menularkan virus secara
non persisten. Serangga penular penyakit tungro terutama adalah wereng hijau
dari spesies Nephotetix virescens dan N. nigropictus.
Pada prinsipnya penyakit tungro tidak dapat dikendalikan secara langsung artinya,
tanaman yang telah terserang tidak dapat disembuhkan. Pengendalian bertujuan

untuk mencegah dan meluasnya serangan serta menekan populasi wereng hijau
yang menularkan penyakit. Mengingat banyaknya faktor yang berpengaruh pada
terjadinya serangan dan intensitas serangan, serta untuk mencapai efektivitas dan
efisiensi, upaya pengedalian harus dilakukan secara terpadu yang meliputi :
1. Waktu tanam tepat
2. Tanam serempak
3. Menanam varietas tahan
4. Memusnahkan (eradikasi) tanaman terserang
5. Pemupukan N yang tepat dan penggunaan pestisida
3.2.8 Blast pada Padi
Jamur Pyricularia grisea (Cooke) Sacc. atau Pricularia oryzae ialah penyebab
penyakit blast pada padi. Jamur ini termasuk ke dalam kelompok Ascomycetes.
Konidia berbentuk bulat, lonjong, tembus cahaya, dan bersekat dua. Jamur ini
bersifat kosmopolit, yaitu dapat menyerang tanaman padi di seluruh dunia.
Gejala penyakit blas dapat tampak pada hampir seluruh bagian tanaman padi.
Gejala dapat berupa bercak pada daun, malai, batang, dan bulir padi. Blas daun
berupa bercak-bercak berbentuk belah ketupat dengan ujung runcing. Pusat
bercak berwarna kelabu atau putih dengan tepi berwarna cokelat kemerahan.
Infeksi pada malai menyebabkan gejala yang khas berupa membusuknya tangkai
malai yang umum disebut sebagai busuk leher (neck rot). Jika busuk leher terjadi
sebelum masa pengisian bulir, maka gabah akan hampa. Gejala serangan pada
batang berupa busuk dan mudah rebah.
Pengendalian Penyakit ini antara lain:
1. Penanaman varietas tahan
2. Pembenaman jerami
3. Pemupukan berimbang
4. Waktu tanam yang tepat dan perlakuan benih
5. Pengendalian secara kimiawi dengan fungisida
3.2.9 Bulai pada Jagung
Penyakit bulai jagung atau Downy Mildew disebabkan oleh cendawan
Peronosclerospora maydis. Kehilangan hasil jagung akibat penularan penyakit ini
dapat mencapai 100% pada varietas rentan.Pada tanaman yang sakit akan terlihat
adanya warna putih sampai kekuningan pada permukaan daun, diikuti oleh garisgaris klorotik, daun berbentuk kaku, tegak dan menyempit, bentuk tongkol tidak
normal. Ciri lainnya, pada pagi hari di sisi bawah daun terdapat lapisan berbulu
halus berwarna putih yang terdiri atas konidiofor dan konidium jamur.
Penyakit bulai pada tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik yang meluas
ke seluruh bagian tanaman dan menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala

sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh, sehingga semua
daun terinfeksi. Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada umur masih muda
umumnya tidak menghasilkan buah. Bila infeksi terjadi pada tanaman yang sudah
tua, buah masih terbentuk tetapi tidak sempurna dan tanaman kerdil.

3.2.10 Gosong pada Jagung
Jamur Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw,
Uredo maydis DC merupakan agen penyebar penyakit gosong pada jagung.
Cendawan masuk ke dalam biji sehingga terjadi pembengkakan dan terbentuk
kelenjar (gall) pada tongkol jagung. Spora tersebar karena pembungkus rusak.
Tanaman inang alternative belum diketahui.
Pengendalian dilakukan dengan cara pengeringan dan irigasi agar kelembaban di
areal pertanaman dapat terjaga. Selanjutnya memotong bagian tanaman yang sakit
lalu dibakar. Dan benih dicampurkan dengan fungisida sebelum ditanam.

3.2.11 Busuk Pangkal Batang pada Lada
Jamur Phytophthora capsici adalah patogen penyebab penyakit Busuk Pangkal
Batang pada lada. Penyakit ini sangat ditakuti petani karena dapat menyebar
dengan cepat dan mematikan tanaman dalam waktu singkat (Manohara et al.,
2005).
Kelayuan tanaman menunjukkan serangan telah lanjut. Selain itu, pangkal batang
yang terserang menjadi berwarna hitam. Terdapat lendir kebiruan di
permukaannya apabila keadaan lembab. Dan pada akhirnya tanaman akan mati.
Serangan P. capsici pada daun menyebabkan gejala bercak daun pada bagian
tengah atau tepi daun. Sepanjang tepi bercak tersebut bagian gejala berwarna
hitam bergerigi seperti renda yang akan nampak jelas bila gejala masih segar.
Daun-daun sakit merupakan sumber inokulum bagi tangkai atau cabang sehat
yang berada didekatnya. Infeksi pada daun biasanya terjadi setelah turun hujan.
Apabila selama waktu hujan angin kencang, maka propagul P. capsici dapat
terbawa dan menyebar ke daun tanaman di sekitarnya. Apabila serangan patogen
terjadi pada satu tanaman dalam suatu kebun, maka dapat diperkirakan 1-2 bulan
kemudian penyakit akan menyebar ke tanaman di sekitarnya. Penyebaran
penyakit akan lebih cepat pada musim hujan, terutama pada pertanaman lada yang
disiang bersih.
Adapun pengendalian yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan Varietas Natar I yang merupakan salah satu varietas resisten

2. Aplikasi agen hayati Trichoderma harzianum untuk semua tanaman lada di
area pertanaman
3. Pemupukan N,P,K,Mg dengan perbandingan unsur K lebih tinggi dari N.
Unsur K yang relatif tinggi akan memperkuat jaringan tanaman
4. Sanitasi lahan
5. Penggunaan fungisida
3.2.12 Karat Daun pada Kopi
Penyakit karat daun kopi (coffee leaf rust) adalah penyakit dengan gejala nekrosa
lokal. Penyakit tersebut yang disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix dan
merupakan penyakit kopi paling penting di seluruh dunia, dan merupakan
penyakit terpenting pada tanaman kopi arabika di Indonesia. Penyakit ini dapat
menyebabkan kehilangan hasil hingga 50%. Sisi bawah daun yang terserang karat
menunjukkan adanya bercak-bercak yang semula berwarna kuning muda yang
akhirnya akan menjadi kuning tua.
Pada bercak terbentuk tepung berwarna jingga cerah (bright orange) yang terdiri
atas urediospora jamur. Bercak tua berwarna coklat tua berwarna coklat tua
sampai hitam dan mongering. Daun-daun akhirnya gugur sehingga pohon menjadi
gundul (Semangun, 1990).
Jamur Hemilelia vastatrix yang dapat menginfeksi tanaman kopi lain tanpa
melalui tanaman inang perantara. Jamur ini mempunyai urediospora yang semula
bulat, tetapi segera memanjang dan bentuknya mirip juring jeruk. Setelah masak
isinya berwarna jingga, tetapi dindingnya tetap tidak berwarna. Sisi luar yang
cembung mempunyai duri, sedang sisi lainnya tetap halus, ukurannya berkisar
antara 26-40 x 20-30 µm.
Siklus hidup jamur ini dimulai dengan perkecambahan urediospora melalui
kuman pori – pori pada spora. H. Vastatrix bersifat parasit obligat, yang hanya
dapat hidup jika memarasit jaringan hidup.Penyebaran penyakit ini melalui
urediospora yang dapat dibentuk sepanjang tahun. Perkembangan penyakit
dipengaruhi oleh kelembaban, spora yang telah matang dapat disebarkan oleh
angin dan untuk perkecambahannya diperlukan tetesan air yang mengandung
udara.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara berikut;
1. Penggunaan varietas tahan atau toleran
Varietas tahan merupakan salah satu komponen pengendalian hama terpadu
yang mudah diterapkan, murah dan tidak mencemari lingkungan. Varietas
tanaman kopi yang dianjurkan adalah S 795, S 1934, USDA 62.
2. Pengendalian secara biologi
Jamur Verticillium adalah hiperparasit (jamur parasiy yang dapat memarasit
jamur lain) pada penyakit karat daun kopi.Urediospora H. Vastatrix berwarna

putih pada pemukaan gejala karat daun. Selain itu, isolat bakteri Bacillus spp
dan Pseudomonas spp yang diisolasidari pertanaman kopi organik di Brazil
dilaporkan berpotensi untuk dikembangkan sebagai agens hayati dari
H.vastatrix.
3. Pengendalian secara kultur teknis
Pengendalian secara kultur teknis dilakukan dengan menyiangi gulma dua
sampai tiga kali, memupuk dua kali setahun (awal dan akhir musim panen)
dengan pypuk kandang dan NPK yang dosisnya disesuaikan dengan umur
tanaman, memangkas tanaman (pangkas lepas panen, pangkas tunas/cabang
tidak produktif dan menghilangkan tunas tunas air), serta mengatur intensitas
naungan.
4. Karantina
Meskipun H. Vastatrix telah tersebar di dalam maupun luar negeri, namun
karena adanya perbedaan dalam rasnya, sebaiknya diadakan pembatasan
dalam pemasukan bahan tanaman kopi hidup di daerah ataupun negara lain.
5. Pengendalian dengan fungisida
Fungisida yang direkomendasikan untuk mengendalikan penyakit karat daun
kopi antara lain fungisida protektan yaitu oksiklorida tembaga, hidroksi
tembaga mankozeb dan kaptafol, serta fungisida sistemik yaitu
benomil,triadimefon, dinikonazol, heksakonazol, propikonazol dan
spirokonazol.

IV.

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini ialah;
1. Penyakit penting pada tanaman utama di Lampung umumnya dibagi
menurut jenis patogen yang menginfeksi, contohnya jamur, virus, dan
bakteri. Selain itu, terdapat pembagian menurut jenis gejalanya seperti
nekrotik, hipoplasia, atau hiperplasia. Dan menurut letak gejalanya dibagi
menjadi lokal dan sistemik.
2. Gejala pada penyakit menyebar melalui tanah, benih, udara, dan air.
Gejala tampak pada usia infeksi yang telah lanjut sehingga umumnya
pengendalian sulit dilakukan.
3. Pengetahuan mengenai bioekologi patogen diperlukan untuk
mengefisienkan pengendalian penyebaran penyakit.
4. Cara pengendalian pada pathogen jamur dilakukan dengan pembakaran
dan penyemprotan fungisida. Pada bakteri dilakukan dengan pencacahan
dan pembakaran seluruh bagian tanaman. Sedangkan virus dengan
pembakaran seluruh tanaman yang telah terinfeksi penyakit.

DAFTAR PUSTAKA
Agrios N. George. 1995. Ilmu Penyakit Tanaman . Terjemahan dari Plant Pathology.
Ir. Munzir Busnia. Gajah Mada University Press : Yogyakarta
Hadiyanti, Dedeh. 2003. Cara Pengendalian Penyakit Darah Pada Tanaman Pisang
di Sumatera Selatan. Departemen Pertanian. BPTP. Sumatera Selatan
Jalil. 2012. Pengendalian Jamur Akar Putih Pada Budidaya Karet. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Riau : Pekanbaru
Manohara D, Wahyuno D & Noveriza R. 2005. Penyakit busuk pangkal batang
tanaman lada dan strategi pengendaliannya. Perkembangan Teknologi
TRO 17:41-51.
Semangun, H. 1990. Penyakit-penyakit tanaman perkebunan di Indonesia. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta. 808 p
Susanto, Agus. 2011. Penyakit Busuk Pangkal Batang: Ganoderma boninense Pat.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Purba, R.Y., Puspa, W., & Suwandi. 1987. Pengaruh pemupukan hara makro
terhadap perkembangan busuk pangkal batang (Ganoderma sp.) pada kelapa
sawit di kebun Adolina-Sumatera Utara
Ratmawati, Ika. 2013. Mengenal Lebih Dekat Penyakit Layu Bakteri Ralstonia
solanacearum Pada Tembakau. Dinas Perkebunan dan Kehutanan :
Probolinggo.

LAMPIRAN

Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMPOSISI KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN TIGA HIBRID TANAMAN ANGGREK Dendrobium sp.

10 148 1

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

PENGARUH TINGKAT SALINITAS TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN ASAM JAWA (Tamarindus indica, Linn.)

2 32 14

PENGENALAN AKSARA JAWI TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN FREEMAN CHAIN CODE (FCC) DAN SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM)

1 16 1

INSTRUMEN UKUR KADAR KEBUTUHAN PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG MENGGUNAKAN METODE FUZZY LOGIC

13 68 149

INTEGRASI APLIKASI METARHIZIUM ANISOPLIAE DAN NEMATODA PATOGEN SERANGGA SEBAGAI AGEN PENGENDALI HAYATI HAMA URET LEPIDIOTA STIGMA YANG MENYERANG TANAMAN TEBU

5 78 10

RUMAH SAKIT KHUSUS ANAK TEMA DIMENSI DAN BENTUK SEBAGAI STIMULAN PENYEMBUH PENYAKIT ANAK

0 51 9

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA LAHAN KELMPOK TANI KARYA SUBUR DI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

3 52 58

KESESUAIAN PERESEPAN OBAT PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUALTERHADAP STANDAR PENGOBATAN PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI PUSKESMAS PANJANG BANDAR LAMPUNG PERIODE JANUARI-JUNI 2012

2 36 33

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merr) PADA MUSIM TANAM KETIGA

2 27 50