Makhluk Pengumpul Sebuah Refleksi Tentan

Makhluk-Pengumpul; Sebuah Refleksi Tentang Manusia
Oleh: Andika Saput ra, S. T. , M. Sc

Manusia pada dasarnya adalah makhluk-pengumpul
Sumber: Kol eksi pribadi, 2016
Jika mendengar ist ilah makhluk-pengumpul banyak dari kit a akan langsung t eringat dan
mengkait kannya dengan f ase awal peradaban manusia sebelum hidup menet ap dengan
sist em bert ani, yakni mengumpulkan makanan dan berburu ( f ood gat hering and hunt ing).
Mengumpulkan makanan merupakan salah sat u perilaku yang dilakukan manusia sebagai
makhluk-pengumpul yang bert uj uan unt uk mempert ahankan keberlanj ut an hidupnya.
Tidak semua perilaku mengumpulkan-sesuat u yang dilakukan manusia didasari dorongan
naluri sebagaimana perilaku mengumpulkan makanan karena manusia merupakan makhluk
sempurna yang dibekali akal dan hat i. Karena akal dan hat i j ua, perilaku mengumpulkansesuat u yang dilakukan manusia menj adi sangat kompleks sebab melibat kan dimensi
int ernal dirinya yang sangat dalam hampir t ak berbat as-dasar.
Melalui t ulisan ini saya hendak menyampaikan sebuah pandangan bahwa kit a sebagai
manusia merupakan makhluk-pengumpul. Perilaku mengumpulkan-sesuat u t elah dilakukan
sej ak manusia pert ama di alam dunia hingga kini dan dalam rent ang wakt u yang begit u
panj ang t ersebut , perilaku mengumpulkan-sesuat u t idak hilang dalam gerak zaman.
Kebert ahanan perilaku mengumpulkan-sesuat u dalam gerak zaman menandakan bahwa
perilaku t ersebut bermakna bagi kehidupan manusia dan dibut uhkan bagi keberlanj ut an


1

kehidupannya. Pola perilaku yang t erus berulang dalam put aran zaman t anpa put us
menj adikannya lekat pada diri manusia dan menj adi bagian yang mendasar dalam
kediriannya.
Tulisan ini merupakan hasil ref leksi saya t erhadap beberapa kasus dan sepenggal
pengalaman yang dikuat kan dengan cont oh sederhana yang sudah j amak kit a lakukan at au
kit a j umpai pada realit as keseharian yang bisa j adi t ak sempat diref leksikan. Sebagai
sebuah pandangan hasil ref leksi, saya mendorong set iap pembaca unt uk melakukan
ref leksi ke dalam diri agar mendapat kan kebenaran dan sif at general dari pandangan saya.
Tent u saj a sebagai sebuah pandangan pribadi, t ulisan ini t erbuka unt uk dielaborasi,
dikembangkan, dikrit isi dan diuj i agar menj adi aj eg sebagai sebuah pemikiran.

A. Kita Adalah Makhluk-Pengumpul.
Topik bahasan ‘ mengumpulkan-sesuat u’ mulai t erpikirkan saat beberapa pekan yang lalu
saya dan ist ri berbincang mengenai kecenderungan pria unt uk memiliki ist ri lebih dari
seorang, sedangkan kecenderungan wanit a ket ika t elah memiliki seorang suami maka t elah
cukup baginya. Persoalan ini kembali t erlint as dalam pikiran saya ket ika beberapa pekan
yang lalu t anpa sengaj a saat memilih dan memilah t umpukan buku di sebuah pasar buku
lawas, saya mendengar obrolan ant ar sesama pemilik kios buku. Salah seorang dari mereka

yang merupakan perokok berat dengan t egas menyat akan dukungan agar harga rokok
dinaikkan hingga t idak t erj angkau olehnya yang memiliki ekonomi menengah bawah.
Menurut nya hanya dengan cara demikian kebiasaannya merokok dapat hilang karena
ket erbat asan ekonomi memaksanya mengambil keput usan rasional demi keberlanj ut an
kehidupan, yakni lebih pent ing membeli buku daripada membeli rokok.
Jika kit a ingat kembali masa kecil dahulu at au kit a amat i dunia anak-anak pada masa kini,
mengumpulkan-sesuat u t elah lekat dalam keseharian manusia sedari awal kehadirannya di
alam dunia. Bet apa ant usiasnya anak-anak mengumpulkan kelereng, kart u bergambar
t okoh kart un at au hadiah dari sebungkus makanan ringan. Seiring bert ambahnya umur,
perilaku yang sama masih t erus kit a lakukan dengan int ensit as dan obj ek yang berbeda
t anpa mengurangi rasa ant usiasnya sebagaimana kit a rasakan saat masa kecil dahulu.
Perilaku mengumpulkan-sesuat u t idak pernah hilang dari diri kit a, bahkan set elah baligh
perilaku t ersebut kit a lakukan dalam keadaan sadar berdasar pert imbangan akal, t idak
sebagaimana perilaku serupa pada saat kit a kecil yang lebih banyak diput uskan dan
dibent uk oleh lingkungan budaya dan lingkungan sosial daripada keput usan personal yang
rasional.

2

Dikait kan dengan paragraf pert ama, walaupun t erkesan kasar, memiliki ist ri lebih dari sat u

merupakan perilaku mengumpulkan-sesuat u, dalam hal ini sesuat u yang dikumpulkan
adalah wanit a yang berst at us sebagai ist ri. Dalam kasus yang kedua, keput usan rasional
pemilik kios buku mengalihkan uang j at ah membeli rokok unt uk membeli buku j uga
merupakan perilaku mengumpulkan-sesuat u, yakni mengumpulkan buku unt uk menambah
j umlah koleksinya maupun unt uk dij ual di kios miliknya. Berangkat dari dua kasus
t ersebut , secara indukt if saya menarik kesimpulan bahwa pada dasarnya manusia adalah
makhluk-pengumpul.
Unt uk dapat disimpulkan bahwa seluruh manusia adalah makhluk-pengumpul, maka obj ek
yang dikumpulkan harus memiliki bat asan yang luas agar mencakup seluruh realit as
manusia yang serba beragam dalam kehidupan keseharian. Secara konsept ual perilaku
mengumpulkan-sesuat u meliput i obj ek yang bersif at f isikal dan obj ek non f isikal. Oj ek
yang bersif at f isikal di ant aranya meliput i emas, berlian, uang, hunian, kendaraan, buku
dan sebagainya. Sement ara obj ek yang bersif at non f isikal di ant aranya gelar akademis,
nilai hasil belaj ar, prest asi, ilmu dan bahkan pahala kebaikan. Tidak mudahnya dipahami
bahwa seluruh manusia adalah makhluk-pengumpul disebabkan pandangan kebanyakan
manusia bahwa mengumpulkan-sesuat u hanya t erbat as pada obj ek yang bersif at f isikal,
sedangkan dalam realit anya t idak semua manusia merupakan pengumpul obj ek f isikal.
Pandangan t ersebut dapat dipahami karena mengumpulkan obj ek f isikal lebih mudah
unt uk disadari dan diamat i oleh pelaku dan pengamat daripada mengumpulkan obj ek yang
bersif at non f isikal.

Mengumpulkan-sesuat u merupakan perilaku yang bert uj uan. Adanya t uj uan menj amin
keberlangsungan dan keberlanj ut an perilaku karena t uj uan merupakan mot ivasi bagi
pelaku unt uk menj aga bahkan meningkat kan int ensit as perilaku mengumpulkan-sesuat u
yang dilakukannya. Selain it u, adanya t uj uan menj awab pert anyaan yang sangat mendasar
t erkait dengan mot if perilaku, yakni unt uk apa manusia mengumpulkan-sesuat u. Dengan
adanya t uj uan, perilaku mengumpulkan-sesuat u menj adi bermakna bagi pelakunya. Sebab
it u t idak mudah melarang at au menghent ikan perilaku mengumpulkan suat u obj ek yang
sudah dilakukan seseorang dalam j angka wakt u panj ang, karena perilaku it u sendiri dan
obj ek yang dikumpulkan bermakna bagi kehidupan pelakunya.
Tuj uan mengumpulkan-sesuat u bersumberkan dari keyakinan yang dianut oleh pelaku,
begit u pula dengan mot if yang melat ar belakangi perilaku. Unt uk mencapai suat u t uj uan
hanya dimungkinkan dengan mengumpulkan obj ek spesif ik yang dit ent ukan pula oleh
keyakinan yang dianut pelaku. Keyakinan menj adi sangat sent ral karena merupakan

3

sumber bagi mot if perilaku, proses perilaku, obj ek yang dikumpulkan dan t uj uan
mengumpulkan obj ek. Dari sini dapat dipahami bahwa perilaku mengumpulkan-sesuat u
secara mendasar dimiliki oleh seluruh manusia, t et api set iap manusia dan komunit as
manusia memiliki ciri khasnya sendiri t erkait perilaku mengumpulkan-sesuat u disebabkan

perbedaan keyakinan yang dianut .
Perbedaan keyakinan yang dianut manusia menj adikan perilaku mengumpulkan-sesuat u
memiliki t uj uan yang beragam. Di t engah keberagaman t uj uan t ersebut

t erdapat

kerangka-umum unt uk seluruh t uj uan yang berbeda yakni (1) t uj uan psikologis; dan (2)
t uj uan sosial. Secara psikologis, mengumpulkan-sesuat u bert uj uan mencapai kepuasan diri
melalui perilaku mengumpulkan-sesuat u it u sendiri dan obj ek yang dikumpulkan. Keduanya
dapat menghadirkan kepuasan dikarenakan bermakna bagi diri pelaku. Tuj uan kepuasan
diri dari mengumpulkan-sesuat u membukt ikan bahwa kepuasan t idak dapat dicapai dengan
int ensit as perilaku yang rendah yang dit unj ukkan dengan kepemilikan sat u buah obj ek.
Kepuasan diri hanya dapat dicapai melalui akumulasi kepemilikan t erhadap sesuat u,
semakin banyak sesuat u t ersebut dimiliki maka semakin t inggi t ingkat kepuasan yang
dicapai. Unt uk it u dibut uhkan int ensit as perilaku mengumpulkan-sesuat u yang t inggi agar
semakin banyak obj ek dapat dimiliki.
Secara sosial, mengumpulkan-sesuat u bert uj uan meraih pengakuan dan st at us di dalam
sebuah komunit as. Perilaku mengumpulkan-sesuat u selalu melibat kan lingkungan sosial
sebab dalam proses mengumpulkan suat u obj ek akan membent uk dan melibat kan relasi
sosial yang secara perlahan akan membent uk sebuah komunit as sosial. Dengan demikian,

manusia sebagai makhluk-pengumpul selalu menj adi bagian dari sebuah komunit as
pengumpul yang dilandasi ket ert arikan t erhadap obj ek yang sama. Dit inj au dari t uj uan
sosialnya, kebermaknaan mengumpulkan-sesuat u t idak saj a berasal dari perilaku it u
sendiri dan obj ek yang dikumpulkan, t et api j uga kebermaknaan yang dirasakan pelaku
menj adi bagian dari sebuah komunit as pengumpul yang menaunginya.
Perubahan ket ert arikan pada obj ek yang dikumpulkan bisa j adi disebabkan oleh alasan
personal karena t idak mampu mencapai kepuasan diri at au disebabkan t idak mampu
mendapat kan pengakuan dan st at us dalam sebuah komunit as pengumpul, sehingga
komunit as t ersebut t idak lagi bermakna bagi pelaku. Sebab manusia adalah makhlukpengumpul, maka manusia sepanj ang hidupnya hanya berpindah dari sat u obj ek yang
dikumpulkan ke obj ek lain dan dari sat u komunit as pengumpul ke komunit as lain.
Perubahan ket ert arikan pada obj ek yang dikumpulkan diiringi dengan perpindahan
komunit as pengumpul. Ket ika seseorang memut uskan unt uk berhent i menj adi makhluk-

4

pengumpul, maka seket ika it ulah dirinya berada di luar komunit as. Seket ika it u pula
hidupnya menj adi t idak bermakna karena ket iadaan t uj uan hidup. Pada t it ik ini manusia
merasakan kekosongan dalam hidup dan ket iadaan semangat unt uk menj alani hidup.
Pengakuan dan st at us dalam sebuah komunit as pengumpul dicapai dengan menj adi
pengumpul obj ek t erbanyak di ant ara anggot a lainnya. Upaya mendapat kan pengakuan

dan st at us t elah kit a perj uangkan sej ak kecil dahulu saat berambisi mengumpulkan j umlah
kelereng t erbanyak dengan cara mengalahkan seluruh anggot a komunit as pengumpul
kelereng di lingkungan kit a at au menj adi pencet ak gol t erbanyak di dalam komunit as
penghobi sepakbola di lingkungan kit a. Begit upula pada hari ini produkt if it as karya dan
capaian prest asi menj adi ukuran dalam komunit as prof esi yang t engah kit a gelut i dari hari
demi hari unt uk mendapat kan pengakuan dan st at us sebagai bagian dari komunit as
t ersebut . Tidak lupa t eknologi inf ormasi yang menyediakan ladang baru bagi manusia
unt uk menj adi pengumpul pert emanan-virt ual dan ‘ like’ di berbagai media sosial.
Tuj uan mengumpulkan-sesuat u menyedot

perhat ian,

ambisi dan gairah pelakunya,

sehingga seluruh sumber daya yang dimiliki dikerahkan unt uk mengumpulkan suat u obj ek
yang menj adi ket ert arikannya. Pada umumnya manusia hanya memiliki kecenderungan
mengumpulkan sat u j enis obj ek. Berart i j ika t elah memiliki ambisi t erhadap suat u obj ek,
maka dirinya t idak lagi memiliki ket ert arikan t erhadap obj ek lain. Kalaupun seseorang
memiliki ket ert arikan t erhadap lebih dari sat u obj ek, kecenderungannya ant ar j enis obj ek
yang dikumpulkan memiliki kait hubungan yang erat . Cont oh saj a seseorang yang

berambisi

mengumpulkan

buku,

maka

t idak

lagi

memiliki

ket ert arikan

unt uk

mengumpulkan obj ek yang lain. Kalaupun memiliki ket ert arikan dengan obj ek yang lain,
maka obj ek t ersebut memiliki ket erkait an yang erat dengan buku, sepert i t anda t angan

penulis buku at au f ot o bersama penulis buku. Mengumpulkan lebih dari sat u obj ek yang
t idak memiliki kait hubungan akan memecah perhat ian dan ket idak-opt imalan penyaluran
sumber daya yang dimiliki, akibat nya perilaku mengumpulkan-sesuat u menj adi t idak lagi
bermakna bagi diri pelakunya.
Set iap manusia memiliki ket ert arikan yang berbeda-beda t erhadap suat u obj ek, begit u
pula dengan int ensit as mengumpulkan suat u obj ek yang dipengaruhi oleh f akt or (1)
keyakinan yang dianut ; (2) umur; (3) j enis kelamin; (4) lingkungan budaya; (5) lingkungan
sosial; (6) lingkungan geogaf is; (7) kemampuan ekonomi; dan (8) kondisi zaman. Kedelapan
f akt or t ersebut saling berkait an dan membent uk j aringan-f akt or di mana set iap f akt or
memiliki kedudukan dan kadar pengaruh yang berbeda bagi set iap komunit as. Bagi
kalangan penganut

det erminisme lingkungan,

f akt or

lingkungan geograf is memiliki

5


pengaruh paling kuat

diant ara f akt or lainnya. Sement ara bagi kalangan penganut

kult uralisme-st rukt ural, lingkungan budaya menj adi penent u dari obj ek dan int ensit as
mengumpulkan obj ek yang dilakukan. Sedangkan bagi kalangan umat Islam, f akt or
keyakinan menj adi asas sekaligus pengont rol f akt or lainnya. Bagian t erakhir inilah yang
akan saya j abarkan pada bagian selanj ut nya dari t ulisan ini.

B. Makhluk-Pengumpul Dalam Pandangan Islam.
Mengumpulkan-sesuat u sebagai perilaku mendasar manusia t idak dit ent ang oleh Islam dan
Islam t idak berupaya meniadakannya. Unt uk memberi keselamat an kepada set iap hamba,
Islam mengat ur, mengkont rol dan mengarahkan perilaku mengumpulkan-sesuat u agar
berkesesuaian dengan f it rah manusia, yakni pada aspek t uj uan, mot if , obj ek dan
int ensit as. Dari aspek t uj uannya, Islam menghendaki seluruh perilaku manusia Muslim
dit uj ukan hanya unt uk mencapai keselamat an hidup di dunia dan di akhirat kelak. Perilaku
mengumpulkan-sesuat u yang dilakukan set iap hamba di alam dunia harus dihubungkannya
dengan alam akhirat karena muara kehidupan dunia adalah akhirat . Unt uk it u perilaku
mengumpulkan-sesuat u dalam pandangan Islam harus mewuj ud dalam bent uk amal-shalih
agar perilaku t ersebut memberi kebermanf aat an bagi diri pelakunya dan bagi lingkungan

di sekit arnya.
Tuj uan perilaku mengumpulkan-sesuat u yang dit et apkan oleh Islam hanya dapat dicapai
berdasar mot if beribadah kepada Allah sebagai hamba-Nya dan melakukan perilaku
t ersebut sebagai upaya memakmurkan dunia sebagai wakil-Nya. Dikait kan dengan mot if
perilaku dalam Islam, kepuasan psikologis dari mengumpulkan-sesuat u dicapai ket ika
seorang hamba merasakan gerak iman mendekat kepada-Nya dan melihat suburnya
manf aat yang dirasakan lingkungan sekit ar sebab perilakunya. Kedudukan dan pengakuan
sosial yang diraihnya t ak menj adi t uj uan, sekedar wasilah unt uk semakin giat beribadah
dan menebar kebaikan melalui perilaku mengumpulkan-sesuat u yang dilakukan.
Unt uk mengarahkan seorang hamba agar t et ap pada t uj uan dan mot if perilakunya
sekaligus mencegah seorang hamba t erj angkit kesombongan sebab pencapaian diri yang
berhasil diraih, Islam memiliki mekanisme penyucian j iwa manusia. Di sinilah aspek lahir
dan bat in seorang hamba bersat u padu beribadah kepada Allah dalam kerangka amal
shalih. Laku lahirnya mengumpulkan-sesuat u dan laku bat innya berniat karena Allah
semat a. Tidak dapat dikat akan sebagai amal shalih j ika hanya laku lahir t anpa bat in
menyert ai, walaupun menghasilkan manf aat bagi lingkungan sekit ar dikarenakan perilaku
mengumpulkan-sesuat u yang dilakukan t elah memudharat kan diri pelakunya, yakni

6

t erj angkit inya hat i dari penyakit . Inilah ciri khas pert ama manusia-pengumpul dalam Islam
berkait an dengan konsep perilaku, t uj uan berikut mot if nya yang membedakan secara asasi
perilaku mengumpulkan-sesuat u yang dilakukan manusia Muslim dengan selainnya.
Tuj uan mengumpulkan-sesuat u yang t elah dit et apkan Islam mensyarat kan obj ek yang
dikumpulkan dan int ensit as perilaku yang dilakukan harus berasaskan pada Islam. Dari
aspek obj ek yang dikumpulkan, Islam menyediakan bat as-bat as bagi seorang hamba. Di
dalam bat as-bat as t ersebut t erdapat obj ek yang dihukumi mubah, sunnah hingga waj ib.
Sedangkan di luar bat as-bat as t ersebut merupakan obj ek yang memudharat kan diri pelaku
dan lingkungan sekit arnya, sehingga dihukumi makruh at au haram. Begit upula aspek
int ensit as perilaku mengumpulkan-sesuat u, Islam menyediakan bat as agar seorang hamba
t idak berlebih-lebihan yang dapat menyebabkan keburukan bagi diri pelaku dan lingkungan
sekit arnya, sepert i melalaikan diri pelaku dari perkara yang waj ib dan lebih ut ama.
Dalam pandangan Islam, ant ara obj ek yang dikumpulkan dengan int ensit as perilaku
mengumpulkan t idaklah berdiri sendiri, t et api saling t erhubung membent uk kesat upaduan.
Obj ek

yang

dikumpulkan

bisa

j adi

berst at us

mubah,

t et api

j ika

int ensit as

mengumpulkannya melebihi bat as maka st at us hukum perilaku mengumpulkan-sesuat u bisa
berubah menj adi makruh bahkan haram. Inilah ciri khas kedua manusia-pengumpul dalam
Islam berkait an dengan obj ek dan int ensit as perilaku mengumpulkan-sesuat u. Ciri khas
yang kedua ini haruslah disandarkan pada ciri khas pert ama di at as karena bisa j adi secara
lahir, obj ek dan int ensit as mengumpulkan-sesuat u yang dilakukan manusia Muslim
memiliki kesaman dengan selainnya, t et api secara bat in t erdapat perbedaan.
Kedua ciri khas makhluk-pengumpul dalam Islam sebagaimana t elah disampaikan di at as,
membent uk j alinan st rukt ur kait hubungan di mana ciri khas yang pert ama adalah asas
bagi yang kedua, sement ara ciri khas yang kedua hadir sebagai syarat mencapai yang
pert ama. Secara prakt is, ciri khas makhluk pengumpul dalam Islam berf ungsi sebagai
variabel unt uk memahami dan menilai perilaku mengumpulkan-sesuat u yang dilakukan
oleh set iap manusia Muslim, apakah t elah sesuai dengan nilai dan bat as Islam at aukah
melampauinya.
Unt uk lebih mudah dipahami, saya akan beralih pada penerapan variabel makhlukpengumpul dalam pandangan Islam pada beberapa kasus. Dari aspek obj eknya, Islam
memperbolehkan seorang pria memiliki ist ri lebih dari sat u. Bahasa kasarnya dikait kan
dengan t opik t ulisan ini adalah mengumpulkan wanit a yang berst at us sebagai ist ri. It upun
t idak semua wanit a dapat diperist ri karena Islam memiliki syarat wanit a yang dapat

7

dinikahi dan t idak dapat dinikahi oleh seorang pria Muslim. Dari aspek int ensit as
perilakunya agar t idak melebihi bat as, Islam menet apkan int ensit as memiliki ist ri bagi
seorang pria hanya sej umlah 4 orang ist ri.
Kedua variabel di at as harus disandarkan pada variabel t uj uan dan mot if perilaku. Tuj uan
perilaku poligami t idak lain unt uk meraih pahala yang memberat kan t imbangan amal
shalih pelakunya di akhirat . Perilaku poligami agar mencapai t uj uan t ersebut haruslah
berdasar mot if beribadah kepada Allah, bukan at as dorongan hawa naf su unt uk melegalkan
dan mencapai kepuasan hubungan seksual. Mot if ibadah j uga dit uj ukan unt uk menekan
munculnya kesombongan dengan merendahkan pihak lain yang t idak mampu memiliki ist ri
lebih dari seorang. Selain mot if yang bersif at personal, t uj uan akhirat dari perilaku
poligami dicapai dengan mot if meringankan beban kehidupan pihak wanit a karena
orient asi poligami dalam Islam adalah unt uk memberi manf aat kepada wanit a yang
diperist ri. Sebab it u Islam menet apkan bat as yang t inggi agar seorang pria t idak
bermudah-mudahan melakukan perilaku poligami dikarenakan t anggungj awab dan amanah
yang t idak ringan, yakni syarat mampu berlaku adil t erhadap seluruh wanit a yang diperist ri
agar t idak memudharat kan salah sat u pihak ist ri.
Secara konsept ual, unt uk mengalihkan ambisi seorang pria memiliki ist ri lebih dari seorang
adalah dengan mengarahkan ket ert arikannya pada obj ek selain wanit a. Kira-kira inilah
t anggapan yang saya sampaikan kepada ist ri saat kami berbincang t ent ang kecenderungan
pria unt uk memiliki ist ri lebih dari seorang. Sedangkan bagi wanit a keinginan unt uk
memiliki suami lebih dari seorang t idak dibenarkan dalam Islam, sehingga ambisinya unt uk
mengumpulkan-sesuat u t eralihkan pada obj ek selain pria. Pada umumnya perilaku
mengumpulkan-sesuat u yang dilakukan wanit a Muslimah ialah seput ar pakaian, aksesoris
kewanit aan, kosmet ik dan lain sebagainya, t idak t erkecuali kalangan yang sangat giat
mengkampanyekan j ilbab syar’ i. Hal t ersebut waj ar selama berkesesuaian dengan nilai dan
bat asan Islam karena pada dasarnya pria dan wanit a adalah makhluk-pengumpul.
Dalam st rukt ur obj ek yang diperbolehkan unt uk dikumpulkan oleh seorang hamba, Islam
menet apkan ilmu sebagai obj ek yang memiliki kedudukan t ert inggi di ant ara obj ek lainnya
dan menempat kan pengumpul ilmu pada kedudukan t ert inggi di ant ara pengumpul obj ek
lainnya. Menet apkan ilmu sebagai puncak dalam st rukt ur obj ek yang dikumpulkan
menunj ukkan bahwa Islam menempat kan kedudukan obj ek non f isik lebih t inggi daripada
obj ek f isik karena obj ek non f isik berkait an dengan j iwa yang menj adi hakikat kedirian
manusia. Sement ara obj ek f isik berkait an dengan lahir manusia yang merupakan
kendaraan bagi j iwa selama berada di alam dunia.

8

Islam yang bert uj uan unt uk memuliakan dan meninggikan deraj at manusia mewaj ibkan
set iap manusia Muslim unt uk menj adi pengumpul ilmu sej ak baligh

hingga j asadnya

berakhir di liang lahad, t idak lain karena posisi ilmu sangat asasi dan sent ral dalam
kehidupan manusia. Tanpa ilmu, seluruh perilaku t idak dapat memenuhi syarat sebagai
amal shalih. Karenanya perilaku mengumpulkan-sesuat u yang mewuj ud amal shalih oleh
manusia Muslim mensyarat kan ilmu yang mendasarinya agar t idak menyelisihi nilai dan
bat asan Islam. Tidak aneh j ika memperhat ikan kedudukan ilmu yang sangat t inggi dan
posisinya yang sangat sent ral, kemudian Islam menimbang kedudukan manusia berdasarkan
deraj at ilmu yang berbuah ket akwaan dalam diri set iap manusia.
Sepanj ang Peradaban Islam, bahkan hingga kini, selalu t erdapat manusia Muslim yang
berkhidmat mengumpulkan ilmu. Tradisi mengumpulkan ilmu yang diwarisi dari generasi
pert ama umat Islam hingga zaman kini menj adikan Peradaban Islam ident ik dengan ilmu,
pengembangan ilmu dan pemberadaban manusia. Ambisi manusia Muslim yang begit u besar
t erhadap ilmu t idak hanya dilampiaskan pada perilaku mengumpulkan ilmu it u sendiri,
t et api j uga disalurkan pada perilaku mengumpulkan obj ek lain yang masih memiliki kait
hubungan yang erat dengan ilmu, yakni buku dan guru. Begit u banyak riwayat yang sampai
kepada generasi kit a perihal j umlah buku dan guru yang dimiliki ulama t erdahulu menj adi
penanda kedalaman dan ket inggian ilmu yang dikuasai. Pencapaian ilmu yang disokong
j umlah buku dan guru yang dimiliki menj adikan sosok-sosok pengumpulnya masih
dihormat i hingga zaman kini karena menempat i kedudukan yang t erhormat dalam st rukt ur
sosial-t eologis masyarakat Muslim yang lekat dengan t radisi mengumpulkan ilmu.
Ilmu memang memiliki keunikan di ant ara obj ek lain yang dapat dikumpulkan manusia.
Jika perilaku mengumpulkan-sesuat u selain ilmu mensyarat kan ilmu sebagai dasar agar
t idak memudharat kan diri pelaku dan lingkungan sekit arnya, maka para pengumpul ilmu
dengan kepemilikan ilmu yang t ersimpan di dalam j iwanya menj adikan seiring perilaku
yang dilakukan j ust ru semakin meningkat kan kualit as diri pelakunya hingga mencapai
t ingkat an

manusia-paripurna.

Sif at

ilmu

yang

demikian

menj adikan

halus

j iwa

pengumpulnya yang mewuj ud dalam kehalusan pikir, wicara dan perilaku. Seseorang yang
mengaku sebagai pengumpul ilmu, t et api j ust ru dij angkit i penyakit hat i dan keburukan
lahir, maka dipast ikan yang dikumpulkannya bukanlah ilmu yang benar sebagaimana
pandangan Islam t ent ang ilmu.
Makhluk-pengumpul dalam Islam adalah seorang hamba yang giat mengumpulkan bekal
selama perj alanan menuj u rumahnya di akhirat . Tuj uannya t idak lain unt uk bert emu
kembali dengan Kekasih yang akan menimbang dan menilai obj ek hasil kumpulannya

9

selama di dunia. Bagi seorang Muslim, set iap obj ek yang dikumpulkannya t erselip harap
agar Kekasih ridha, sehingga kepulangannya dinant i. Manusia-pengumpul dalam Islam ialah
sosok yang t idak saj a dicint a Pencipt anya, t api j uga didamba dan disanj ung seluruh
makhluk di bumi karena obj ek yang dikumpulkannya t idak hilang sebab kepergian sang
pelaku. Obj ek yang dikumpulkannya t erus menebarkan t erang bagi yang masih berkut at
dengan perilaku mengumpulkan-sesuat u.
Allahu a’ lam bishawab.
Dit ulis oleh Andika Saput ra
Bert empat di Kart asura pada Dzulhij j ah 1437 Hij rah Nabi

10