Perbaikan Desain Kerja Dengan Pendekatan Ergonomi Makro Dipt. Perkebunan Nusantara Iii Kebun Rantau Prapat Chapter III VII
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1.
Makro Ergonomi
Makro
ergonomi
adalah
suatu
cabang
ilmu
yang
pertama
kalidiperkenalkan oleh Hal W. Hendrik pada era tahun 80-an. Cabang ergonomi
ini muncul diakibatkan oleh perkembangan teknologi yang begitu pesat,
melebihikecepatan perkembangan organisasi,
selain
itu
juga disebabkan
terdapatnyakelemahan dalam mikro ergonomi. 1
Makro ergonomi juga meneliti tentang pekerjaan, namun makro ergonomi
memeriksa pekerjaan dan sistem kerja secara lebih luas. Beberapa hal yang
dibahas dalam ergonomi makro adalah struktur organisasi, interaksi antara orangorang yang ada dalam organisasi dan aspek motivasi pekerja. Dengan kata lain,
ergonomi hanya melihat daritingkat pekerjaan namun makro ergonomi melihat
dari tingkat pekerjaan dan jugatingkat organisasi.
Tabel 3.1. Perbandingan Antara Mikro Ergonomi Dengan Makro Ergonomi
Karakteristik
Ergonomi
Makro Ergonomi
Tingkat Bahasan
Mikro
Makro
Unit Kerja
Tugas, sub-tugas
Divisi kerja, kelompok
Tujuan
Mengoptimalkan kerja
Mengoptimalkansistem kerja
Fokus
Perincian
Peninjauan secara luas
Alat Pengukuran
Umumnya mengukur
Umumnya organisasional dan
secara fisik seperti:
mengukur subjektivitas seperti
luas,luminasi, desibel,
jumlah orang, rentang kendali,
waktu
perilaku dan moral
Aplikasi Keahlian Anatomi, psikologi,
Perilaku organisasi, psikologi
psikologi persepsi
industri dan organisasi
1
Hal W. Hendrik. Macroergonomics (Santa monica: HFES, 2001), hlm. 6
Universitas Sumatera Utara
3.2.
MacroergonomicAnalysis and Design(MEAD)Methodology
MEADtelahberkembangsebagaibagiandarikontribusiEmery
danTrist
(1978),TaylordanFelton(1993),Clegg,Ravden,CorbertdanJhonson(1989)
dandigunakandenganperubahanskalabesardibidang
pendidikan,industridan
pemerintah (Kleiner, 1996). Hal ini terintegrasi dengan teori sistem sosioteknikal
danmikroergonomikarenasistemsosioteknikal
tidakdapatmemecahkansecara
langsung permasalahanmikroergonomidanmikroergonomitidakbisa menjembatani
besarnyasistem lingkungan dan permasalahan organisasi. 2
Sepuluh langkah prosesMEAD:
1. Pemeriksaan kondisilingkungan dan subsistem organisasi
2. Pendefenisian tipesistem produksi dan pengaturan ekspektasi kinerja
3. Pendefenisian unit operasi dan proses kerja
4.Identifikasi variansi
5. Pembuatan matrixvariansi
6. Pembuatan tabel kuncipengaturan varians danaturan jaringan kerja
7. Pengujian alokasi fungsi dan rancangan joint
8. Penjelasan aturan danpersepsi tanggungjawab
9. Perancangan/perancangan ulangsubsistem pendukung
10.Implementasi, iterasidan perubahan
Langkah 1: PemeriksaankondisiLingkungan danSubsistem Organisasi
Langkah pertama fase analisis sosioteknikal dari proses sistem kerja yaitu
2
Ibid., hal. 67.
Universitas Sumatera Utara
melakukan pemeriksaan/scanning sistem, lingkungan dan subsistem organisasi.
Karena lingkungan eksternal, dioperasikan dibawah prinsip yang ada maka akan
sangat menentukan keberhasilan proses ini. Dengan melakukan scan/pemeriksaan
akan terlihat gap antara karakteristik organisasi dengan kondisi actual yang
terlihat dari perilaku organisasi. Hal ini akan mempermudah untuk menentukan
variansi. Untuk menyelesaikan ini, perusahaan formal biasanya memiliki misi, visi
dan prinsip untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kinerja mereka.
Langkah 2: Pendefenisian tipesistem produksi dan pengaturanekspektasikinerja
Sangatlahpentinguntuk
mengidentifikasitipe
sistemproduksi,
dengan
mengetahuinya dapat membantu untukmendapatkan tingkatan optimalpada
kompleksitas,sentralisasidanformalisasi.Pada
tahapan
ini,
kriterian
darikey
performance/kunci performansi dapat diidentifikasi.
Langkah 3: Pendefenisian unit operasi dan proseskerja
Unitoperasimerupakangrupdarikonversitahapandalamsatukesatuan
menyelesaikan
pekerjaandandibatasiolehaspekteknologidan
untuk
batasan
sementara.Unitoperasibiasanyadapatdiidentifikasidarisubprodukkhususdan
pekerjaanspesifikdari
3-15pekerja.Halinidapatjugadiidentifikasidengan
pemutusansecaraalamipadaprosesmisalnyabatasandariperubahankeadaan
(transformasi)atauperubahanaktualdaribahanmentah(input)ataupenyimpanan
material.Untuk masing-masing unit operasiatau departemen, tujuan, input,
transformasi,
dan
output
haruslah
didefenisikan.
Jika
Universitas Sumatera Utara
teknologinyakompleks,penambahan
pengelompokandepartemenakandibutuhkan.
Aliran
kerjadari
prosestransformasi(konversiinputmenjadioutput)harusdibuatdalambentuk
flowchart,meliputialiranmaterial,stasiunkerja,danbentukfisikyaitubatasan
informal.Pada
sistemlinearsepertikebanyakan
sistem
produksi,
output
merupakansatulangkahsetelahinput.Padasistemnonlinearsepertipelayanan ataupun
lingkungan
pendidikan
langkah
proses
paralel.Tujuandaritahapaniniyaituuntukmengetahuipeningkatan
berupa
peluang
dan
koordinasi pada desain teknik dan fasilitas.Identifikasi alirankerjasebelum
pemprosesandengananalisistugasyangjelasakanmemberikanmasukanyang
bermanfaatuntukprosesanalisis.Padaaliranproses,seorangmacroergonomistatau
analis dapat mengolah dengananalisis tugasdari kerjafungsi dan tugas.
Langkah 4:Identifikasi variansi
Variansi merupakandeviasiyangtidak diharapkan atau tidak diinginkan dan
suatu operasistandar,kondisi,spesifikasidannorma.Melaluivariansi,Deming (1986)
membedakanantaraspesialatauhalbiasa,penyebabyang
abnormaldanvariasi
sistemyangdiinginkandarioperasisecaranormal.Variansi
khususharusdipecahkandahuluagarproseskerjaterkontrol.Bagiseorang
identifikasivariansipadalevelprosesataupun
leveltugas
ergonomis,
dapatdilakukandengan
menambahkaninformasipentinguntukpekerjaandanperubahan sistem kerja untuk
peningkatan
keamanan
prosesdananalisiskerja
dankualitas
kerja.Dengan
menggunakanflowchart,
dapatdituangkandalamflowchartdanseorang
Universitas Sumatera Utara
macroergonomist dapat mengidentifikasi variansi.
Langkah 5: PembuatanMatrixVariansi
Variansikuncimerupakanvariansiyang
secarasignifikanmempengaruhikriteria
berinteraksidengan
performasidan/atau
variansilainnyadanmemiliki
mungkin
dampak
khusus.
Tujuandaritahapan iniyaitu untuk menggambarkan hubungan antara variansipada
prosestransformasikerja
untukmelihatfaktor
manayang
mempengaruhifaktor
lainnya.Variansidapatdibuatdengantujuansebagaisumbu Y-axis dan horizontal Xaxis.
Unit
operasi
dapat
kolommenerangkansatuvariansi.Seorang
dideteksi
danmasing-masing
ergonomisdapatmembacamasing-
masingkolomuntukmelihatjikavariansimempengaruhivariansilain.Masing-masing
kolomdapatmenerangkanhubunganantaradua
menjelaskanbahwadua
variansi.Selyangkosong
variansitidakberkorelasi.
Seoranganalisdapat
memperkirakanvariansi denganmenggunakan skalalikert.Akandapat dibuat dalam
basis
antaravariansi
ataupun
kombinasi
mempengaruhikinerja.Halinidapatmembantu
darivariansiyang
secarasignifikan
untukmengidentifikasivariansi
kunci.Variansiterdiridari kuncibila variansitersebutberdampaksecara signifikan
terhadap kuantitasproduksi, kualitasproduksi, biayaoperasi(pemeliharaan, bahan
baku,
dankerjalembur),biayasosial
(ketidakpuasan
dan
keamanan)ataujikavariansiitumemilikibanyakhubungandenganvariansi
lain(padamatrix).Biasanya,mengikutiaturanpareto,hanya10-20%variansi
yangsignifikan berpengaruh terhadap kualitas, kuantitas dan biayaproduk.
Universitas Sumatera Utara
Langkah 6: Pembuatan tabel kunci pengaturan varians dan aturan jaringan kerja
Tujuan pada tahapan ini yaitu melihat bagaimana variansi yang ada
dapat terkontrol dan kemudahan untuk
menyediakan
pendukung
tambahan
yang diperlukan. Tabel kunci variansi terdiri dari: unit operasi dimana
terdapat pengaturan variansi, siapa orang yang bertanggung jawab, apa
pengaturan aktivitas yang harus dilakukan, peralatan ataupun teknologi yang
mendukung, komunikasi, informasi dan keterampilan serta pengetahuan khusus
yang diperlukan untuk mendukung sistem kontrol.
Langkah 7: Pengujian alokasi fungsi dan rancangan joint
Tahapaniniberupayamengalokasikanfungsi
danmesin
atau
computersecarasistematis.
mengevaluasi
dantugaspada
manusia
Halinisangatmembantu
untuk
lingkungandalamprosespenyaringandata
sebelummemutuskanalokasiyang
sesuai.Kemudian,secara
proposionalakandilakukanalokasimanusia,mesin ataupunkeduanya. Selanjutnya
akandibuatperencanaankebutuhandengan memperhatikan faktor kesehatan dan
keselamatan
kerja,
kebutuhan
operasional,
karakteristikfungsi.
Pada
tahapanini,hipotesisperancanganorganisasiakan digeneralisasidan diiterasiuntuk
menghasilkananalsisyang
baru.Sekarang
saatnyauntuk
membuat
spesifikasi
tingkatperancangan organisasiyaitu kompleksitas, sentralisasi, formalisasi dan
membuat strukturyang spesifik. Tergantung
kerja
yang
ada,
kemudian
akan
pada level proses analisis sistem
dibuatrancanganataurancanganulang
Universitas Sumatera Utara
padalevelorganisasiataulevelgrupatau tim.
Langkah 8: Penjelasanaturan dan persepsi tanggungjawab
Sangatlahpenting
untukmengidentifikasibagaimanapekerjamenanggapiperan mereka
kuncivariansi,khususnya
bilapada
tabel
belummengetahuitugasdantanggung
tersebutdicantumkan
jawabnya.Melaluiinterview,
dapatdianalisisdenganpersepsimereka
analisdapatmembandingkantugasyang
pada tabel
orangyang
tugaspekerja
terhadaptugasnya.Seorang
ada
denganpersepsipekerjaterhadap
tugasnyauntukmenghindarikebingunganpada pekerja mengenaitugasdan tanggung
jawabnya.
Jikaterdapatperbedaanpersepsi,dapatdiatasidengan
memberikan
pelatihan, komunikasi dan perancangan alat.
Langkah 9: Perancangan/Perancangan ulangsubsistem pendukung
Tahapan inibertujuan untuk
memutuskan apakah akan dilakukan
perancangan terhadapsistemkerjayang ada.Dansangatdiperlukanfungsialokasiyang
sesuai
denganspesifikasikebutuhan,sumberdayawaktuyang
mengimplementasikanperbaikan(sumberdaya
manusia
tersediauntuk
dansumberdaya
modal/aspekfinansial). Khususnya padalevel tim atau pun individual, faktor
lingkungan internal harus dibuat sedemikian rupa
keselamatanmanusia.Faktor
untuk meningkatkan
lingkunganfisikpunharusdiperhatikanmeliputi:
temperatur, pencahayaan, kelembapan, dan kontrol kebisingan.
Universitas Sumatera Utara
Langkah 10:Implementasi,Iterasi dan perubahan
Pada tahapanini,akandiputuskanuntukmengimplementasiataumengacuhkan
perubahanpadasistemkerjayangada.Timmakroergonomitidakmemilikihak
sepenuhnyauntukmengimplementasikanperubahanyang dirancang,proposal dengan
rekomendasiharuslah
diajukanpadaorganisasiyang
bersangkutan.
Tahapaninibersifatiteratifdanuntukperbaikanterusmenerusevaluasiyang ada dapat
menjadi masukan untuk perbaikan sistem kerja.
3.3.
Pembuatan Kuesioner
Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang ia ketahui. Pada penelitian, penggunaan kuesioner merupakan hal
yang sangat pokok dalam pengmpulan data. Tujuan pokok pembuatan kuesioner
adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan dengan cara
mengisi pertanyaan yang diajukan oleh peneliti terhadap responden yang dipilih.
Syarat pengisian kuesioner adalah pertanyaan harus jelas dan mengarah ketujuan
penelitian.
Kuesioner dapat dibedakan atas :
1. Berdasarkan cara menjawab
a. Kuesioner terbuka, yang memberikan kesempatan kepada responden untuk
menjawab dengan kalimatnya sendiri tanpa dibatasi oleh apapun.
Universitas Sumatera Utara
b. Kuesioner tertutup, yang telah disediakan jawabannya sehingga responden
hanya tinggal memilih sesuai pilihan yang ada.
2. Berdasarkan jawaban yang diberikan
a. Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya atau
memberikan informasi mengenai perihal pribadi.
b. Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden memberikan respon
tentang perihal orang lain.
3. Berdasarkan bentuknya
a. Kuesioner pilihan ganda, yaitu sama seperti kuesioner tertutup, dimana
terdapat pilihan jawaban.
b. Kuesioner isian, yaitu sama seperti kuesioner terbuka, berbentuk essay.
c. Check List, yaitu sebah daftar dimana responden tinggal membubuhkan
tanda check list pada kolom yang sesuai.
d. Rating Scale, yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang
menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya, mulai dari sangat setuju
hingga sangat tidak setuju.
3.4.
Skala Likert
Format tipe likert dirancang untuk memungkinkan responden menjawab
dalam berbagai tingkatan pada setiap butir yang menguraikan jasa atau produk.
Adapun di dalam skala likert, tingkat kepentingan responden terhadap suatu
pertanyaan dalam angket diklafikasikan sebagai berikut :
1. Sangat Setuju, dengan simbol (SS).
Universitas Sumatera Utara
2. Setuju, dengan simbol (S)
3. Netral, dengan simbol (N)
4. Tidak Setuju, dengan simbol (TS)
5. Sangat Tidak Setuju, dengan simbol (STS)
Skala likert memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1. Alasan kemudahan pembuatan
2. Interval respons yang lebih besar yang membuat skala ini dapat memberi
keterangan yang nyata dan tegas mengenai pendapat responden
3. Reliabilitas yang relatif tinggi (makin banyak jumlah item, makin berkurang
reliabilitasnya)
4. Dapat memperlihatkan beberapa responsi alternatif konsumen terhadap
karakteristik produk
3.5.
KeseimbanganTermal
Pengaturan suhu atau regulasi termal adalah suatu pengaturan secara
kompleks dari suatu proses fisiologis dimana terjadi kesetimbangan antara
produksi panas dengan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan. Suhu tubuh manusia yang dapat diraba/dirasakan tidak hanya
didapat dari metabolisme, tetapi juga dipengaruhi oleh panas lingkungan.
Panas lingkungan
yang
semakin
tinggi menyebabkan pengaruh
yang
semakin besar terhadap suhu tubuh, sebaliknya jika suhu lingkungan
semakin rendah maka semakin banyak panas tubuh yang hilang. Dengan kata
Universitas Sumatera Utara
lain terjadi pertukaran proses antara tubuh manusia yang di dapat dari
metabolisme dengan tekanan panas yang dirasakan sebagai kondisi panas
lingkungan. Selama pertukaran masih seimbang, tidak akan menimbulkan
gangguan, baik penampilan kerja maupun keselamatan kerja. 3 Keseimbangan
panas antara panas yang dihasilkan dengan panas yang dikeluarkan dapat
diilustrasikan pada Gambar 3.1.
Gambar3.1.KeseimbanganPanas antaraPanas yang Dihasilkan
denganPanas yang Dikeluarkan
Pengeluaran
berlangsung
panas(heatloss)daritubuhke
lingkunganatausebaliknya
secarafisika.Permukaantubuhdapatkehilanganpanasmelalui
pertukaranpanassecara
radiasi,konduksi,konveksi,danevaporasiair.Heatstress
dapatterjadipadakondisipanasyang
diproduksilebihbesardaripadapanasyang
hilang.Keseimbanganpanasyangterjadidalamtubuh dapatdilihatpadaGambar3.2.
3
Parsons,K.C,2003,HumanThermalEnvironment(LondonandNewYork:Taylor&Francis
Group),hal. 36-38.
Universitas Sumatera Utara
Gambar3.2.PertukaranPanas TubuhKe Lingkungan
ASHRAE(1989a)memberikanpersamaankeseimbanganpanas sebagai
berikut:
M – W= (C+R+Esk)+(Cres +Eres)
Dimana:
M
: tingkat produksienergi metabolisme
W
: tingkat pekerjaanmekanik
C
: tingkat kehilangan panas konvektif dari kulit
R
: tingkat kehilangan panas radiatifdari kulit
Esk : tingkat kehilangan panas pengupan totaldari kulit
Cres : tingkat kehilangan panas konvektif dari pernapasan
Eres
: tingkat kehilangan panas penguapan dari pernapasan
Universitas Sumatera Utara
Catatan bahwa:
Esk=Ersw+Edif
Dimana:
Ersw : tingkat kehilangan panas penguapan kulit melalui keringat
Edif : tingkat kehilangan panas penguapan kulit melalui kelembaban
3.6.
IndividualClothing
Dalammenjagakeseimbanganpanastubuhyang
mengalir
kekulit,
menentukansuhukulit, melaluiperpindahan kepermukaanpakaian, menentukan
suhupakaiandansuhulingkunganluar maka tubuhharusmenjaga keseimbangan
panas. Panasakanmengalirkeluardaritubuhsampaimencapaikesetimbangan suhu
tubuh, suhu kulit dan suhu pakaian dalam suhu lingkungan 4.Berikut adalah
tabelnilaiinsulasipanasuntuksetiapjenispakaianyangditunjukkanpadaTabel3.2.
Tabel 3.2. Nilai Insulasi Panas (Iclo) untuk setiap Jenis Pakaian
Jenis Pakaian
Insulasi Panas (Iclo)
Pakaian Dalam
CelanaDalam
0.03
Celanadalam berkaki panjang
0.10
Singlet
0.04
Kaos
0.09
Kemeja/blus
Lengan panjang
0.15
Tebal, lengan panjang
0.20
Normal, lengan panjang
0.25
Kemejaplanel, lenganpanjang
0.30
Blus tipis, lengan panjang
0.15
Tabel 3.1. Nilai Insulasi Panas (Iclo) untuk setiap Jenis Pakaian (Lanjutan)
4
Ibid., hal 217-218.
Universitas Sumatera Utara
Jenis Pakaian
Celana
Pendek
Tebal
Normal
Planel
Gaun/rok
Rok tipis(musim panas)
Gaun tebal (musim dingin)
Gaun tipis, lengan pendek
Gaun musimdingin, lengan
Boiler suit
Baju hangat
Rompi berlengan
Baju hangat tipis
Baju hangat
Baju hangat tebal
Jaket
Jaket musimpanas
Jaket
Blazer
Insulasitinggi, fibre-pelt
Boiler suit
Celana
Jaket
Rompi
Pakaian Luar
Mantel
Jaket
Parka
Keseluruhan fiber-pelt
Lain-lain
Kaus kaki
Kaus kaki tebal sepanjang
Kaus kaki tebal panjang
Stokingnilon
Sepatu (bersol tipis)
Sepatu (bersol tebal)
Sepatu bot
Sarungtangan
Insulasi Panas (Iclo)
0.06
0.20
0.25
0.28
0.15
0.25
0.20
0.40
0.55
0.12
0.20
0.28
0.30
0.25
0.35
0.30
0.90
0.35
0.40
0.20
0.60
0.55
0.70
0.55
0.02
0.05
0.10
0.03
0.02
0.04
0.10
0.05
Sumber: Human Thermal Environments, Ken Parsons
3.7.
Metabolisme Tubuh Manusia (Metabolic Rate)
Universitas Sumatera Utara
Metabolic rate adalah panas di dalam tubuh sepanjang beraktivitas. Nilai
dari metabolic rate sangat bervariasi tergantung pada jenis pekerjaan yang
dilakukan. Pada umumnya, metabolic rate diukur dalam satuan met (1 met = 50
kcal h-1 m-2). Semakin banyak melakukan aktivitas fisik maka semakin banyak
panas yang dihasilkan. Metabolisme merupakan proses perubahan secara fisik dan
kimiawi dalam jaringan maupun sel tubuh untuk mempertahankan hidup dan
pertumbuhannya 5. Semakin cepat terjadinya proses metabolisme, maka semakin
banyak energi yang dihasilkan dari proses pembakaran kalori tubuh. Nilai untuk
masing-masing aktivitas dan kecepatan metabolisme dapat dilihat pada Tabel 3.3
No.
Tabel 3.3. Aktivitas danKecepatan Metabolisme
Aktivitas
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Berbaring
Duduk Tenang
Tukangjam
Berdiri santai
Aktivitas biasa(kantor, rumah tangga, sekolah)
Menyetirmobil
Pekerjagrafis – tukangjilid
Berdiri,aktivitas ringan(belanja, lab, industryringan)
Guru, mengajardidepankelas
Kerja rumah tangga(cukur, mencuci, berpakaian)
Berjalan di dataran, 2 km/jam
Berdiri,aktivitas sedang(menjagatoko, rumah tangga)
Industri bangunan, memasangbata (bata15,3 kg)
Berdiri mencuci piring
Kerja rumah tangga-mengumpulkan daun di halaman
Kerja rumah tangga– mencuci dengan tangan danmenyetrika
Besi dan baja-menuang,mencetak
Industri–membentuk cetakan
Berjalandi dataran,5 km/jam
Satuan
Met W/m2
0.8
46
1.0
58
1.1
65
1.2
70
1.2
70
1.4
80
1.5
85
1.6
93
1.6
95
1.7
100
1.9
110
2.0
116
2.2
125
2.5
145
2.9
170
2.9
170
3.0
175
3.1
180
3.4
200
. Tabel 3.3. Aktivitas danKecepatan Metabolisme (Lanjutan)
5
Auliciems,AndrisandStevenV.Szokolay.ThermalComfort(Brisband),hal.6.
Universitas Sumatera Utara
No.
20
21
22
23
24
25
26
Satuan
Met W/m2
3.5
205
4.0
235
6.2
360
6.5
380
7.0
405
8.6
500
9.5
550
Aktivitas
Kehutanan–memotongdengangergajisatutangan
Pertanian– membajakdengankuda
Olahraga–meluncurdiatases,18km/jam
Peranian–menggalidengancangkul(24angkatan/menit)
Olahraga– skidiantara18 km/jam
Kehutanan–bekerjadengankapak(2kg,33ayunan/menit)
Olahraga–lari 15km/jam
Sumber:NevilleStanton&Auliciems,AndrisandStevenV.Szokolay
3.8.
HeatStress Index(HSI)
Heat Stress Index (HSI) merupakan salah
satu metode yang
digunakanuntukmembuktikanadanyaindikasiheatstresspada
dapat
pekerja
di
tempatnyabekerja.MetodeinidikembangkanolehBeldingdanHactpadatahun1955.Pa
dadasarnya,HSI
merupakanperbandingandaripenguapanyang
dibutuhkanuntuk
mencapaikeseimbanganpanas(E req)daripenguapanyang
darilingkungan(Emax) 6.Berikutadalahartirentang
diperoleh
nilaiHSI
yang
ditunjukkanpadaTabel 3.4.
6
Naville, Stanton dkk. 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomics Method. London:
CRC Press,hal. 62-5–62-6.
Universitas Sumatera Utara
Tabel3.4. ArtiRentangNilaiHSI
HSI
-20
0
EfekPaparan Selama 8jam
Tekanan dingin yangringan
Tidakterjaditekananpanas
10-30
Terjadi tekanan panas, dari
tingkat ringan hingga sedang
40-60
Terjaditekanan panas,daritingkat
sangatberat
70-90
Terjaditekanan
panas,daritingkatyangsangatberat
100
Tekanan panas maksimalharian
>100
Waktu paparanterbatas
PengaruhTerhadapPekerja
Pemulihandari paparan panas
Tidak ada
Sedikit pengaruh pada
pekerjaanfisik, memungkinkan
penurunan kemampuan kerja
Ancamankesehatan
bagipekerjayangtidaklayak,
aklitimasidibutuhkan
Pemilihanselektif pekerja
Dapat ditoleransiapabilafit,
aklitimasipadapekerjamuda
Temperaturintitubuh
meningkat
Sumber:NevilleStanton&Auliciems,AndrisandStevenV.Szokolay
BAB IV
Universitas Sumatera Utara
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun
RantauPrapat yang berlokasi di Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara.
Penelitian dilakukan pada bulan November 2016 sampai dengan Februari 2017.
4.2.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif karena
penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan permasalahan yang ada pada
pabrik pengolahan karet PT. Perkebunan Nusantara III Kebun RantauPrapat dan
memberikan usulan perbaikannya. Berdasarkan analisis dan jenis data,
penelitian ini termasuk dalam penelitian gabungan karena penelitian ini
menggunakan data yang bersifat kuantitatif dan kualitiatif.
4.3.
Objek Penelitian
Objek yang diteliti pada penelitian ini yaitu mesin dan peralatan, kondisi
lingkungan kerja fisik, layout, metode kerja, kebijakan organisasi, dan pekerja
yang berada dalam lingkuppabrik pengolahan karet PT. Perkebunan Nusantara III
Kebun RantauPrapat.
4.4.
Variabel Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Variabel yang digunakan padapenelitian ini adalah:
a. VariabelIndependen
Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang dapat
mempengaruhi variabel dependen baik secara positif maupun negatif.
Variabel independen pada penelitian ini adalah:
1. Mesin dan peralatan
Semua mesin dan peralatan yang digunakan di lantai produksi pengolahan
karet.
2. Kondisi lingkungan kerja fisik
Semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang
dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun secara tidak
langsung.
3. Layout
Susunan mesin dan peralatan yang berada di lantai produksi pengolahan
karet.
4. Metode kerja
Cara kerja yang ditetapkan untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan
kerja.
5. Kebijakan organisasi
Kebijakan yang dibuat oleh perusahaan untuk mencapai visi dan misi
perusahaan.
6. Pekerja
Universitas Sumatera Utara
Seluruh pekerja yang terlibat dalam proses pengolahan karet.
b. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi variabel lain yaitu
desain kerja. Desain kerja menggambarkan bagaimana pekerjaan, tugas, dan
peran yang terstruktur ditetapkan dan dimodifikasi, serta dampaknya pada
individu, kelompok, dan hasil organisasi.
4.5.
Kerangka Konseptual
Kerangka berpikir menunjukkan hubungan logis antara variabel-variabel
yang telah diidentifikasi yang penting dan menjadi fondasi dalam melaksanakan
penelitian. Kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.
4.6.
Metode Pengumpulan Data
Metodepengumpulan datayangdigunakanadalahsebagai berikut:
1. Metodewawancara,yaituteknikpengumpulandatadenganmelakukantanya
jawab
kepadaasisten
pengolahandan
pekerjamengenai
gambaran
perusahaan.
2. Metode survei dengan kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan memberi beberapa pertanyaan yang akan dijawab oleh
responden
berdasarkan
Kuesioneryang
dengan
dilakukanpada
masalahyang
penelitianadalah
adadi
kuesioner
lapangan.
terbuka
dankuesioner tertutupterkait denganperbaikan desain kerja.
Universitas Sumatera Utara
3. Metodepengukuran,yaituteknikpengumpulandatasecaralangsungdengan
menggunakanalatukur.Datayangdiambildenganteknikpengukuran
yaitudata
ini
temperaturudara,temperaturkering,temperaturbasah,temperatur
globe, kecepatan angin dan kelembaban udara.
Mesin dan
Peralatan
Kondisi
Lingkungan Kerja
Fisik
Layout
Desain Kerja
Metode Kerja
Kebijakan
Organisasi
Pekerja
Gambar 4.1. Kerangka Konseptual
4.7.
InstrumenPenelitian
Instrumenyangdigunakan dalam penelitian iniyaitu:
1. 4in1Environmental,yangberfungsiuntukmengukur
temperatur,kelembaban,
intensitas cahaya, dan kebisingan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2. 4 in1 Environmental
Spesifikasi alat4 in 1 Environmentaldapat dilihat padaTabel 4.1.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.
Tabel4.1. Spesifikasi 4in1Environmental
Spesifikasi
Keterangan
o o
Fungsi
Mengukur suhu( C- F), cahaya (lux), kelembaban
Dimensi
(%RH), dan kebisingan (db)
Berat
251,0 x 63,8 x 40 mm
Aksesoris
250 gr
Pengukuran Suhu 9 V Baterai
Pengukuran
pengukuran dimulai dari-20oC-750oC / -4oF-1400oF
Kelembaban
RH 25% - 95% RH dengan resolusi RH 0,1%
Pengukuran
35dB – 100dB dengan resolusi 0,1dB
GlobeThermometer,yangberfungsi untuk mengukur suhubasah, suhukering,
dan suhu bola.
Gambar4.3. GlobeThermometer
Universitas Sumatera Utara
Spesifikasi GlobeThermometerdapat dilihat padaTabel4.2.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tabel4.2. SpesifikasiBlack GlobeThermometer
Spesifikasi
Keterangan
Fungsi
Pengukuran temperatur globe, temperatur
basah,temperatur kering
Dimensi
Panjang 9,2 in (23,5 cm); lebar 7,2 in (18,3 cm),
tinggi3,0 in (7,5 cm)
Berat
1,2 kg
Aksesoris
9V alkaline: 140 jam
Tipe sensor
Suhu: 1000 ohm platinum RTD
Akurasi
Suhu : +/-0,5oCantara0oCdan 100oC
3. Anemometeryangberfungsi mengukurkecepatanudara
Gambar 4.4. Anemometer
Spesifikasi anemometerdapat dilihat padaTabel4.3.
Tabel4.3. SpesifikasiAnemometer
No.
Spesifikasi
Keterangan
1. Fungsi
Mengukur kecepatan angin 0,1 sampai 20 m/s
2. Berat
180 gr
3. Aksesoris
Baterai 9v ukuran AA, daya tahan 4 jam
4. Akurasi
±5%
5. Respon
Kurang dari 1 menit
Universitas Sumatera Utara
4. Kuesioner
Insrumen pengumpulan data yang digunakan dalam langkah identifikasi
varians ialah kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Penyebaran kuesioner
terbuka bertujuan untuk mengetahui kondisi sistem kerja yang terdapat pada
PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau Prapat. Kondisi yang ingin
diketahui mencakup beberapa aspek sesuai dengan variabel penelitian yang
digunakan. Penyebaran kuesioner tertutup bertujuan untuk mengetahui
persepsi pekerja dan penilaian terhadap kondisi sistem kerja saat ini (current
condition) serta sebagai acuan perbandingan untuk mencapai kondisi sistem
kerja yang diinginkan (desired condition). Kuesioner yang digunakan
ditunjukkan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.
4.8.
Instalasi PeralatanPengukuran
Pengukuran untuk mendapatkan data-data termal mengikuti standar dan
ketentuan yang ada. Penentuan titik pengukuran pada penelitian mengikuti
ASHRAE Standar 55 (2004), suatu titik pengukuran harus mengikuti syarat-syarat
berikut:
1.
Titik pengukuran berada di area kerja pekerja dan pekerja cukup lama
menghabiskan waktunya di titik tersebut.
2.
Adanya informasi dan laporan pekerja mengenai ketidaknyamanan yang
dirasakan terkait heat stress ketika beraktivitas di titik tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3.
Mengenai jumlah titik pengukuran, tidak terdapat angka pasti (minimal,
maksimal, atau range), sehingga jumlah titik pengukuran akan didasarkan
pada kondisi tempat kerja
Standar yang kedua adalah pengukuran pada ketinggian yang berbeda
untuk setiap titik pengukuran dari lantai berdasarkan ASHRAE Standard 55-2004
dengan asumsi standar tersebut sesuai dengan kondisi pekerja yang ada di
Indonesia. Standar tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5. Standar Ketinggian Pengukuran dari Lantai
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jenis Aktivitas Kerja
Berdiri
Duduk
Ketinggian Alat Ukur (m)
0,1
1,1
1,7
0,1
0,6
1,1
Adapun titik-titik pengukuran dapat dilihat pada Gambar 4.5. berikut.
x
SIMBOL
LEGENDA
KETERANGAN
Palet penampung hasil sortasi
Jalur lori
Up
x
x
Titik pengukuran
Meja operator
Operator
Up
x
x
Gambar 4.5. Layout Stasiun Kerja Sortasi
Universitas Sumatera Utara
4.9.
Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan pekerja pada pabrik
pengolahan karetPT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau Prapat yang
berjumlah 25 orang.
Pengambilan data sampel yang digunakan diambil menggunakan teknik
total sampling yang berarti jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah
populasi.
4.10. Metode Pengolahan Data
Pengolahan
data
dilakukan
dengan
mengacu
kepada
langkah-
langkahprosesMEAD:
1. Pemeriksaan kondisilingkungan dan subsistem organisasi
2. Pendefenisian tipesistem produksi dan pengaturan ekspektasi kinerja
3. Pendefenisian unit operasi dan proses kerja
4.Identifikasi variansi
5. Pembuatan matrixvariansi
6. Pembuatan tabel kuncipengaturan varians danaturan jaringan kerja
7. Pengujian alokasi fungsi dan rancangan joint
8. Penjelasan aturan danpersepsi tanggungjawab
9. Perancangan/perancangan ulangsubsistem pendukung
10.Implementasi, iterasidan perubahan
Universitas Sumatera Utara
4.11. Metode Analisis
Analisis dilakukan dengan menguraikan hasil pengolahan data sehingga
dapat ditemukan akar permasalahan yang selanjutnya dievaluasi dengan
pendekatan makro ergonomi untuk menghasilkan usulan perbaikan desain kerja
pada pabrik pengolahan karetPT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau Prapat.
Tahapan penelitian ditampilkan dalam blok diagram pada Gambar 4.6.
Universitas Sumatera Utara
Studi Pendahuluan :
Observasi awal pada PT. Perkebunan
Nusantara III Kebun Rantau Prapat dan
mengidentifikasi masalah yang akan diteliti
Rumusan Masalah :
Perbaikan desain kerja pabrik pengolahan
karet pada bagian produksi
Tujuan Penelitian :
1.Mengidentifikasi permasalahan desain kerja
2.Menilai pengaruh dari komponen-komponen desain kerja
terhadap partisipasi operator dalam mendukung pelaksanaan
perbaikan desain kerja.
3.Memberikan usulan perbaikan terhadap setiap perbaikan
desain kerja kerja
Pengumpulan Data
Data Primer :
-Hasil penyebaran kuesioner
-Hasil pengukuran
-Wawancara
Data Sekunder :
-Informasi lain dari perusahaan
Pengolahan Data :
1.Pemeriksaan kondisi lingkungan dan subsistem organisasi
2. Pendefenisian tipe sistem produksi dan pengaturan ekspektasi kinerja
3. Pendefenisian unit operasi dan proses kerja
4. Identifikasi variansi
5. Pembuatan matrix variansi
6. Pembuatan tabel kunci pengaturan varians dan aturan jaringan kerja
7. Pengujian alokasi fungsi dan rancangan joint
8. Penjelasan aturan dan persepsi tanggung jawab
9.Perancangan/perancangan ulang subsistem pendukung
10. Implementasi dan perbaikan
Analisis dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Gambar 4.6. Blok Diagram Tahapan Penelitian
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pengumpulan dan pengolahan data dilakukan dengan mengikuti prosedur
dari metode Macro Ergonomic Analysis and Design (MEAD). MEAD terdiri atas
10 langkah yaitu:
1. Pemeriksaan kondisilingkungan dan subsistem organisasi
2. Pendefenisian tipesistem produksi dan pengaturan ekspektasi kinerja
3. Pendefenisian unit operasi dan proses kerja
4.Identifikasi varians
5. Pembuatan matrixvarians
6. Pembuatan tabel kontrol varians kunci dan jaringan peran
7. Pengujian alokasi fungsi dan rancangan
8. Penjelasan aturan danpersepsi tanggungjawab
9. Perancangan/ perancangan ulangsubsistem pendukung
10.Implementasi, iterasidan perbaikan
Langkah-langkah MEAD dapat dikategorikan ke dalam 2 bagian, bagian
pertama yaitu pengumpulan data yang dilakukan dari langkah 1 sampai langkah 5
dan bagian kedua yaitu pengolahan data yang dilakukan dari langkah 6 sampai
langkah 10.
Universitas Sumatera Utara
5.1.
Pengumpulan Data
5.1.1. Pemeriksaan Kondisi Lingkungan dan Sub-sistem Organisasi
Pemeriksaan kondisi lingkungan dan sub-sistem organisasi dilakukan
dengan menggunakan data sekunder yang dikumpulkan dari pihak manajemen
perusahaan. Data-data yang dikumpulkan dalam pemeriksaan kondisi lingkungan
dan sub-sistem organisasi yaitu data profil pekerja, data mesin dan peralatan,
data jam kerja, dan data struktur organisasi. Data-data ini digunakan untuk
berbagai keperluan seperti menentukan populasi responden dan unit-unit operasi
pada setiap stasiun kerja. Data-data tersebut dapat dilihat pada Bab II.
5.1.2. Pendefenisian TipeSistem Produksi dan Pengaturan Ekspektasi
Kinerja
Tipe sistem produksidan ekspektasi kinerja suatu perusahaan penting
untuk diketahui dalam pendekatan makro ergonomi, dengan mengetahuinya dapat
membantu untuk mendapatkan tingkatan optimal pada kompleksitas, sentralisasi
dan formalisasi. Pada tahapan ini, kriteria dari key performance atau kunci
performansi dapat diidentifikasi.
PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau Prapat menghasilkan empat
tipe produk pengolahan karet dengan spesifikasi standar yang mengacu pada
Green Book dan SNI yang dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Standar Kualitas Karet PT. Perkebunan Nusantara III Rantau Prapat
Kode
Produk
RSS I
Jumlah
Toleransi
Min. 96%
RSS II
RSS III
Cutting
Max. 2%
Max. 1%
Max. 1%
Keterangan
Gelembung udara hanya sebesar kepala jarum
dan letaknya menyebar
Gelembung kecil yang ada tidak melampui 5%
Gelembung kecil yang ada tidak melampui 10%
Hasil sortiran dari RSS I, RSS II, RSS III yang
terdiri dari potongan karet yang kurang matang
atau bergelembung.
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau Prapat
5.1.3. Pendefenisian Unit Operasi dan Proses Kerja
PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau Prapat terdiri atas enam unit
operasi, yaitu penerimaan lateks, pengenceran lateks, penggilingan lateks,
pengasapan lateks, sortasi lateks, dan pengepakan lateks. Penjelasan lebih rinci
mengenai keenam unit operasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Unit-unit Operasi PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau Prapat
Unit
Penerimaan
Lateks
Pengentalan
Lateks
Penggilingan
Lateks
Mesin/ peralatan
Talang, bak
penampungan
Agitator, plat scoten,
talang, saringan, bak
koagulasi
Guthrie sheeter, bak
pencucian
Pengasapan
Lateks
Sortasi Lateks
Lori, bambu/ kayu
Pengepakan
Lateks
Electric automatic
hidraulic press, paku
bersih
Parang
Proses yang dilakukan
Truk pembawa lateks menuju tempat
penampungan lateks
Lateks dibongkar dan dialirkan
melalui talang ke bak penampungan
lateks
Koagulum yang sudah menggumpal
digiling hingga menjadi lembaranlembaran sheet
Pengeringan lembaran sheet untuk
menurunkan kadar air
Memisahkan antara RSS I, RSS II,
RSS III dan cutting
Hasil sortasi dipress, dibungkus, dan
diberikan merk
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau Prapat
Universitas Sumatera Utara
5.1.4. Identifikasi Varians
Instrumenpengumpulan data yang digunakan dalam langkah identifikasi
varians ialah kuesioner terbuka. Teknik sampling yang digunakan dalam
penyebaran kuesioner terbuka yaitu metode sensus atau total sampling. Metode
sensus digunakan karena keseluruhan populasi yang akan diteliti dapat diakses
dengan mudah oleh peneliti, dalam hal ini berjumlah 25 orang. Populasi yang
diteliti yaitupekerja yang bertugas di pabrik pengolahan karet PT. Perkebunan
Nusantara III Kebun Rantau Prapat.
Penyebaran kuesioner terbuka bertujuan untuk mengetahui kondisi sistem
kerja yang terdapat pada PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau Prapat.
Kondisi yang ingin diketahui mencakup beberapa aspek sesuai dengan variabel
penelitian yang digunakan, yaitu: mesindan peralatan, kondisi lingkungan kerja
fisik, layout, metode kerja, kebijakan organisasi, dan pekerja.
Butir-butir pertanyaan pada kuesioner terbuka dirumuskan berdasarkan
variabel penelitian yang telah dipaparkan pada metodologi penelitian dan dapat
dilihat pada Lampiran 1.
Seluruh jawaban responden terhadap butir-butir pertanyaan kuesioner
terbuka kemudian direkap dalam sebuah tabel dandisajikan dalam bentuk
rekapitulasi jawaban disertai dengan persentase masing-masing jawaban.
Rekapitulasi jawaban kuesioner terbuka dapat dilihat pada Tabel 5.3. Pengujian
validitas dan reliabilitas dilakukan pada kuesioner terbuka dan didapatkan hasil
kuesioner tersebut valid dan reliable sehingga dapat digunakan sebagai instrumen
penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
ANALISIS DAN EVALUASI
6.1.
Analisis dan Evaluasi Identifikasi Permasalahan dengan Kuesioner
Terbuka
Metode MEAD (Macro Ergonomic Analysis and Design) yang dilakukan
pada PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau Prapat secara garis besar
bertujuan untuk menemukan permasalahan (variansi) yang terjadi pada lantai
produksi, menentukan prioritas pemecahan masalah, serta membuat rancangan
pemecahan masalah. Permasalahan-permasalahan yang terjadi di lantai produksi
dikelompokkan berdasarkan komponen-komponen penyusun desain kerja, yaitu:
mesin dan peralatan, kondisi lingkungan kerja fisik, layout, metode kerja,
kebijakan organisasi, dan pekerja.
Berdasarkan pengelompokan permasalahan, diketahui bahwa desain kerja
yang terdapat pada PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau Prapat memiliki
kelemahan pada variabel kondisi lingkungan kerja fisik dan mesin dan peralatan.
Proses evaluasi merupakan langkah terakhir dalam penggunaan metode
MEAD, yaitu iterasi, perbaikan, dan implementasi. Umumnyapeneliti tidak
memiliki otoritas (kekuasaan) untuk mengimplementasikan hasil penelitiannya ke
lapangan. Oleh karena itu, hasil dari metode MEAD merupakan konsep,
rancangan, ataupun proposal yang perlu diajukan kepada pihak terkait yang
berwenang atas objek penelitiannya (Hendrick, 2002). Proses pengajuan konsep
tersebut dilakukan pada asisten lapangan PT. Perkebunan Nusantara III Kebun
Universitas Sumatera Utara
Rantau Prapat untuk mendapatkan saran-saran perbaikan terhadap rancangan yang
dibuat agar dapat mencapai apa yang diinginkan perusahaan.
Pengajuan konsep tersebut dilakukan secara iteratif, artinya bahwa setelah
saran-saran perbaikan dari pihak berkepentingan diterapkan, masih terdapat
kemungkinan rancangan tersebut belum disetujui sehingga dilakukan perbaikan
kembali dan begitu seterusnya sampai rancangan tersebut dapat diterima oleh
perusahaan. Hal ini umum terjadi apabila penelitian berkaitan erat dengan
kebijakan penggunaan anggaran perusahaan.
6.2.
Analisis dan Evaluasi Penentuan Tingkat Keparahan Permasalahan
dengan Kuesioner Tertutup
Permasalahan yang terdapat pada variabel kondisi lingkungan kerja fisik
yaitu area kerja yang terlalu panas, sedangkan permasalahan yang terdapat pada
komponen mesin dan peralatan yaitu tidak adanya SOP untukmaintainance
mesin.Proses perbaikan desain kerja dilakukan dengan memberikan usulan
pemasangan turbin ventilator dan rancangan program perawatan.
Rancangan pemasangan turbin ventilator dapat diterima pihak perusahaan
dengan baik dan akan dipertimbangkan untuk direalisasikan, sedangkan program
perawatan mesin yang disusun oleh peneliti juga dapat diterima oleh pihak
perusahaan dengan tambahan masukan dari asisten lapangan. Untuk lebih
jelasnya, proses evaluasi setiap rancangan dapat dilihat pada sub-bab masingmasing.
Universitas Sumatera Utara
6.3.
Analisis dan Evaluasi Penentuan Alternatif-alternatif Solusi dan
Pembobotan Alternatif
Penentuan alternatif-alternatif solusi dilakukan untuk
menemukan
kombinasi terbaik dari beberapa solusi permasalahan.Penentuan alokasi fungsi
diperlukan untuk menentukan alternatif penyelesaian masalah terhadap variansvarians kunci yang telah didapatkan dari langkah sebelumnya. Bentuk alternatif
penyelesaian masalah dirumuskan dalam bentuk diagram untuk memudahkan
perbandingan antara satu alternatif dengan alternatif lainnya. Alokasi fungsi
disajikan dalam bentuk tabel dan diagram yang menggambarkan alternatifalternatif pemecahan masalah secara induktif, artinya alternatif-alternatif tersebut
dijabarkan dari solusi umum menjadi solusi khusus.
Berdasarkan tabel alternatif solusi, setiap varians memiliki lebih dari dua
alternatif solusi. Diagram pohon alternatif solusi menggambarkan kemungkinankemungkinan kombinasi solusi sehingga didapatkan 4 kombinasi alternatif.
Kombinasi-kombinasi alternatif yang telah dirumuskan pada langkah
sebelumnya dievaluasi dengan memberikan bobot skor. Pemberian bobot skor
didasarkan pada kriteria yang telah disusun. Perlu diketahui bahwa kriteria
penilaian terbagi atas dua bagian, yaitu kriteria favorable dan kriteria unfavorable.
Kriteria favorable merupakan kriteria positif dari suatu alternatif dan memiliki
bobot skor positif, kriteria ini terdiri atas scope dan benefit. Kriteria unfavorable
merupakan kriteria negatif dari suatu alternatif dan memiliki bobot skor negatif,
kriteria ini terdiri atas riskoffailure dan costs.
Universitas Sumatera Utara
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1.
Varians desain kerja yang diteliti yaitu mesin dan peralatan, kondisi
lingkungan kerja fisik, layout, metode kerja, kebijakan organisasi, dan
pekerja. Dua varians yang memiliki bobot nilai tertinggi dipilih untuk
diselesaikan permasalahannya yaitu varians kondisi lingkungan kerja fisik
dan varians mesin dan peralatan.
2.
Perbaikan untuk varians kondisi lingkungan kerja fisik yaitu dilakukan
pemasangan 4 buah turbin ventilator yang berdampak pada penurunan
temperatur udara dan penurunanan nilai indeks paparan panas yang
diterima operator dari 95,11%menjadi 80,98%.
3.
Perbaikan untuk varians mesin dan peralatan yaitu dilakukan program
perawatan preventif mesin yang mencakup rincian aktivitas perawatan dan
pembuatan Standard Operational Procedure (SOP) untuk mesin guthrie
sheeter.
Universitas Sumatera Utara
7.2.
Saran
Saran-saran yang dapat diberikan dari penelitian ini yaitu:
1. Kepada pihak manajemen PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau
Prapat,
disarankan
untuk
menjalankan
rancangan-rancangan
program
perbaikan yang diusulkan dan melakukan evaluasi secara berkala untuk
mengetahui efektivitas dari perbaikan sistem kerja yang dilakukan secara
aktual.
2. Kepada pihak manajemen PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau
Prapat, disarankan untuk membentuk satu unit baru dalam struktur organisasi
guna memantau program perawatan yang terkoordinasi dengan bagian operasi,
sehingga jadwal perawatan yang dilakukan sedapat
mungkin tidak
mengganggu kelancaran produksi perusahaan.
3. Kepada pihak manajemen PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau
Prapat, disarankan untuk merealisasikan pemasangan turbin ventilator di
stasiun sortasi RSS agar para pekerja nyaman dan tidak terkena penyakit
akibat kerja.
Universitas Sumatera Utara
LANDASAN TEORI
3.1.
Makro Ergonomi
Makro
ergonomi
adalah
suatu
cabang
ilmu
yang
pertama
kalidiperkenalkan oleh Hal W. Hendrik pada era tahun 80-an. Cabang ergonomi
ini muncul diakibatkan oleh perkembangan teknologi yang begitu pesat,
melebihikecepatan perkembangan organisasi,
selain
itu
juga disebabkan
terdapatnyakelemahan dalam mikro ergonomi. 1
Makro ergonomi juga meneliti tentang pekerjaan, namun makro ergonomi
memeriksa pekerjaan dan sistem kerja secara lebih luas. Beberapa hal yang
dibahas dalam ergonomi makro adalah struktur organisasi, interaksi antara orangorang yang ada dalam organisasi dan aspek motivasi pekerja. Dengan kata lain,
ergonomi hanya melihat daritingkat pekerjaan namun makro ergonomi melihat
dari tingkat pekerjaan dan jugatingkat organisasi.
Tabel 3.1. Perbandingan Antara Mikro Ergonomi Dengan Makro Ergonomi
Karakteristik
Ergonomi
Makro Ergonomi
Tingkat Bahasan
Mikro
Makro
Unit Kerja
Tugas, sub-tugas
Divisi kerja, kelompok
Tujuan
Mengoptimalkan kerja
Mengoptimalkansistem kerja
Fokus
Perincian
Peninjauan secara luas
Alat Pengukuran
Umumnya mengukur
Umumnya organisasional dan
secara fisik seperti:
mengukur subjektivitas seperti
luas,luminasi, desibel,
jumlah orang, rentang kendali,
waktu
perilaku dan moral
Aplikasi Keahlian Anatomi, psikologi,
Perilaku organisasi, psikologi
psikologi persepsi
industri dan organisasi
1
Hal W. Hendrik. Macroergonomics (Santa monica: HFES, 2001), hlm. 6
Universitas Sumatera Utara
3.2.
MacroergonomicAnalysis and Design(MEAD)Methodology
MEADtelahberkembangsebagaibagiandarikontribusiEmery
danTrist
(1978),TaylordanFelton(1993),Clegg,Ravden,CorbertdanJhonson(1989)
dandigunakandenganperubahanskalabesardibidang
pendidikan,industridan
pemerintah (Kleiner, 1996). Hal ini terintegrasi dengan teori sistem sosioteknikal
danmikroergonomikarenasistemsosioteknikal
tidakdapatmemecahkansecara
langsung permasalahanmikroergonomidanmikroergonomitidakbisa menjembatani
besarnyasistem lingkungan dan permasalahan organisasi. 2
Sepuluh langkah prosesMEAD:
1. Pemeriksaan kondisilingkungan dan subsistem organisasi
2. Pendefenisian tipesistem produksi dan pengaturan ekspektasi kinerja
3. Pendefenisian unit operasi dan proses kerja
4.Identifikasi variansi
5. Pembuatan matrixvariansi
6. Pembuatan tabel kuncipengaturan varians danaturan jaringan kerja
7. Pengujian alokasi fungsi dan rancangan joint
8. Penjelasan aturan danpersepsi tanggungjawab
9. Perancangan/perancangan ulangsubsistem pendukung
10.Implementasi, iterasidan perubahan
Langkah 1: PemeriksaankondisiLingkungan danSubsistem Organisasi
Langkah pertama fase analisis sosioteknikal dari proses sistem kerja yaitu
2
Ibid., hal. 67.
Universitas Sumatera Utara
melakukan pemeriksaan/scanning sistem, lingkungan dan subsistem organisasi.
Karena lingkungan eksternal, dioperasikan dibawah prinsip yang ada maka akan
sangat menentukan keberhasilan proses ini. Dengan melakukan scan/pemeriksaan
akan terlihat gap antara karakteristik organisasi dengan kondisi actual yang
terlihat dari perilaku organisasi. Hal ini akan mempermudah untuk menentukan
variansi. Untuk menyelesaikan ini, perusahaan formal biasanya memiliki misi, visi
dan prinsip untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kinerja mereka.
Langkah 2: Pendefenisian tipesistem produksi dan pengaturanekspektasikinerja
Sangatlahpentinguntuk
mengidentifikasitipe
sistemproduksi,
dengan
mengetahuinya dapat membantu untukmendapatkan tingkatan optimalpada
kompleksitas,sentralisasidanformalisasi.Pada
tahapan
ini,
kriterian
darikey
performance/kunci performansi dapat diidentifikasi.
Langkah 3: Pendefenisian unit operasi dan proseskerja
Unitoperasimerupakangrupdarikonversitahapandalamsatukesatuan
menyelesaikan
pekerjaandandibatasiolehaspekteknologidan
untuk
batasan
sementara.Unitoperasibiasanyadapatdiidentifikasidarisubprodukkhususdan
pekerjaanspesifikdari
3-15pekerja.Halinidapatjugadiidentifikasidengan
pemutusansecaraalamipadaprosesmisalnyabatasandariperubahankeadaan
(transformasi)atauperubahanaktualdaribahanmentah(input)ataupenyimpanan
material.Untuk masing-masing unit operasiatau departemen, tujuan, input,
transformasi,
dan
output
haruslah
didefenisikan.
Jika
Universitas Sumatera Utara
teknologinyakompleks,penambahan
pengelompokandepartemenakandibutuhkan.
Aliran
kerjadari
prosestransformasi(konversiinputmenjadioutput)harusdibuatdalambentuk
flowchart,meliputialiranmaterial,stasiunkerja,danbentukfisikyaitubatasan
informal.Pada
sistemlinearsepertikebanyakan
sistem
produksi,
output
merupakansatulangkahsetelahinput.Padasistemnonlinearsepertipelayanan ataupun
lingkungan
pendidikan
langkah
proses
paralel.Tujuandaritahapaniniyaituuntukmengetahuipeningkatan
berupa
peluang
dan
koordinasi pada desain teknik dan fasilitas.Identifikasi alirankerjasebelum
pemprosesandengananalisistugasyangjelasakanmemberikanmasukanyang
bermanfaatuntukprosesanalisis.Padaaliranproses,seorangmacroergonomistatau
analis dapat mengolah dengananalisis tugasdari kerjafungsi dan tugas.
Langkah 4:Identifikasi variansi
Variansi merupakandeviasiyangtidak diharapkan atau tidak diinginkan dan
suatu operasistandar,kondisi,spesifikasidannorma.Melaluivariansi,Deming (1986)
membedakanantaraspesialatauhalbiasa,penyebabyang
abnormaldanvariasi
sistemyangdiinginkandarioperasisecaranormal.Variansi
khususharusdipecahkandahuluagarproseskerjaterkontrol.Bagiseorang
identifikasivariansipadalevelprosesataupun
leveltugas
ergonomis,
dapatdilakukandengan
menambahkaninformasipentinguntukpekerjaandanperubahan sistem kerja untuk
peningkatan
keamanan
prosesdananalisiskerja
dankualitas
kerja.Dengan
menggunakanflowchart,
dapatdituangkandalamflowchartdanseorang
Universitas Sumatera Utara
macroergonomist dapat mengidentifikasi variansi.
Langkah 5: PembuatanMatrixVariansi
Variansikuncimerupakanvariansiyang
secarasignifikanmempengaruhikriteria
berinteraksidengan
performasidan/atau
variansilainnyadanmemiliki
mungkin
dampak
khusus.
Tujuandaritahapan iniyaitu untuk menggambarkan hubungan antara variansipada
prosestransformasikerja
untukmelihatfaktor
manayang
mempengaruhifaktor
lainnya.Variansidapatdibuatdengantujuansebagaisumbu Y-axis dan horizontal Xaxis.
Unit
operasi
dapat
kolommenerangkansatuvariansi.Seorang
dideteksi
danmasing-masing
ergonomisdapatmembacamasing-
masingkolomuntukmelihatjikavariansimempengaruhivariansilain.Masing-masing
kolomdapatmenerangkanhubunganantaradua
menjelaskanbahwadua
variansi.Selyangkosong
variansitidakberkorelasi.
Seoranganalisdapat
memperkirakanvariansi denganmenggunakan skalalikert.Akandapat dibuat dalam
basis
antaravariansi
ataupun
kombinasi
mempengaruhikinerja.Halinidapatmembantu
darivariansiyang
secarasignifikan
untukmengidentifikasivariansi
kunci.Variansiterdiridari kuncibila variansitersebutberdampaksecara signifikan
terhadap kuantitasproduksi, kualitasproduksi, biayaoperasi(pemeliharaan, bahan
baku,
dankerjalembur),biayasosial
(ketidakpuasan
dan
keamanan)ataujikavariansiitumemilikibanyakhubungandenganvariansi
lain(padamatrix).Biasanya,mengikutiaturanpareto,hanya10-20%variansi
yangsignifikan berpengaruh terhadap kualitas, kuantitas dan biayaproduk.
Universitas Sumatera Utara
Langkah 6: Pembuatan tabel kunci pengaturan varians dan aturan jaringan kerja
Tujuan pada tahapan ini yaitu melihat bagaimana variansi yang ada
dapat terkontrol dan kemudahan untuk
menyediakan
pendukung
tambahan
yang diperlukan. Tabel kunci variansi terdiri dari: unit operasi dimana
terdapat pengaturan variansi, siapa orang yang bertanggung jawab, apa
pengaturan aktivitas yang harus dilakukan, peralatan ataupun teknologi yang
mendukung, komunikasi, informasi dan keterampilan serta pengetahuan khusus
yang diperlukan untuk mendukung sistem kontrol.
Langkah 7: Pengujian alokasi fungsi dan rancangan joint
Tahapaniniberupayamengalokasikanfungsi
danmesin
atau
computersecarasistematis.
mengevaluasi
dantugaspada
manusia
Halinisangatmembantu
untuk
lingkungandalamprosespenyaringandata
sebelummemutuskanalokasiyang
sesuai.Kemudian,secara
proposionalakandilakukanalokasimanusia,mesin ataupunkeduanya. Selanjutnya
akandibuatperencanaankebutuhandengan memperhatikan faktor kesehatan dan
keselamatan
kerja,
kebutuhan
operasional,
karakteristikfungsi.
Pada
tahapanini,hipotesisperancanganorganisasiakan digeneralisasidan diiterasiuntuk
menghasilkananalsisyang
baru.Sekarang
saatnyauntuk
membuat
spesifikasi
tingkatperancangan organisasiyaitu kompleksitas, sentralisasi, formalisasi dan
membuat strukturyang spesifik. Tergantung
kerja
yang
ada,
kemudian
akan
pada level proses analisis sistem
dibuatrancanganataurancanganulang
Universitas Sumatera Utara
padalevelorganisasiataulevelgrupatau tim.
Langkah 8: Penjelasanaturan dan persepsi tanggungjawab
Sangatlahpenting
untukmengidentifikasibagaimanapekerjamenanggapiperan mereka
kuncivariansi,khususnya
bilapada
tabel
belummengetahuitugasdantanggung
tersebutdicantumkan
jawabnya.Melaluiinterview,
dapatdianalisisdenganpersepsimereka
analisdapatmembandingkantugasyang
pada tabel
orangyang
tugaspekerja
terhadaptugasnya.Seorang
ada
denganpersepsipekerjaterhadap
tugasnyauntukmenghindarikebingunganpada pekerja mengenaitugasdan tanggung
jawabnya.
Jikaterdapatperbedaanpersepsi,dapatdiatasidengan
memberikan
pelatihan, komunikasi dan perancangan alat.
Langkah 9: Perancangan/Perancangan ulangsubsistem pendukung
Tahapan inibertujuan untuk
memutuskan apakah akan dilakukan
perancangan terhadapsistemkerjayang ada.Dansangatdiperlukanfungsialokasiyang
sesuai
denganspesifikasikebutuhan,sumberdayawaktuyang
mengimplementasikanperbaikan(sumberdaya
manusia
tersediauntuk
dansumberdaya
modal/aspekfinansial). Khususnya padalevel tim atau pun individual, faktor
lingkungan internal harus dibuat sedemikian rupa
keselamatanmanusia.Faktor
untuk meningkatkan
lingkunganfisikpunharusdiperhatikanmeliputi:
temperatur, pencahayaan, kelembapan, dan kontrol kebisingan.
Universitas Sumatera Utara
Langkah 10:Implementasi,Iterasi dan perubahan
Pada tahapanini,akandiputuskanuntukmengimplementasiataumengacuhkan
perubahanpadasistemkerjayangada.Timmakroergonomitidakmemilikihak
sepenuhnyauntukmengimplementasikanperubahanyang dirancang,proposal dengan
rekomendasiharuslah
diajukanpadaorganisasiyang
bersangkutan.
Tahapaninibersifatiteratifdanuntukperbaikanterusmenerusevaluasiyang ada dapat
menjadi masukan untuk perbaikan sistem kerja.
3.3.
Pembuatan Kuesioner
Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang ia ketahui. Pada penelitian, penggunaan kuesioner merupakan hal
yang sangat pokok dalam pengmpulan data. Tujuan pokok pembuatan kuesioner
adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan dengan cara
mengisi pertanyaan yang diajukan oleh peneliti terhadap responden yang dipilih.
Syarat pengisian kuesioner adalah pertanyaan harus jelas dan mengarah ketujuan
penelitian.
Kuesioner dapat dibedakan atas :
1. Berdasarkan cara menjawab
a. Kuesioner terbuka, yang memberikan kesempatan kepada responden untuk
menjawab dengan kalimatnya sendiri tanpa dibatasi oleh apapun.
Universitas Sumatera Utara
b. Kuesioner tertutup, yang telah disediakan jawabannya sehingga responden
hanya tinggal memilih sesuai pilihan yang ada.
2. Berdasarkan jawaban yang diberikan
a. Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya atau
memberikan informasi mengenai perihal pribadi.
b. Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden memberikan respon
tentang perihal orang lain.
3. Berdasarkan bentuknya
a. Kuesioner pilihan ganda, yaitu sama seperti kuesioner tertutup, dimana
terdapat pilihan jawaban.
b. Kuesioner isian, yaitu sama seperti kuesioner terbuka, berbentuk essay.
c. Check List, yaitu sebah daftar dimana responden tinggal membubuhkan
tanda check list pada kolom yang sesuai.
d. Rating Scale, yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang
menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya, mulai dari sangat setuju
hingga sangat tidak setuju.
3.4.
Skala Likert
Format tipe likert dirancang untuk memungkinkan responden menjawab
dalam berbagai tingkatan pada setiap butir yang menguraikan jasa atau produk.
Adapun di dalam skala likert, tingkat kepentingan responden terhadap suatu
pertanyaan dalam angket diklafikasikan sebagai berikut :
1. Sangat Setuju, dengan simbol (SS).
Universitas Sumatera Utara
2. Setuju, dengan simbol (S)
3. Netral, dengan simbol (N)
4. Tidak Setuju, dengan simbol (TS)
5. Sangat Tidak Setuju, dengan simbol (STS)
Skala likert memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1. Alasan kemudahan pembuatan
2. Interval respons yang lebih besar yang membuat skala ini dapat memberi
keterangan yang nyata dan tegas mengenai pendapat responden
3. Reliabilitas yang relatif tinggi (makin banyak jumlah item, makin berkurang
reliabilitasnya)
4. Dapat memperlihatkan beberapa responsi alternatif konsumen terhadap
karakteristik produk
3.5.
KeseimbanganTermal
Pengaturan suhu atau regulasi termal adalah suatu pengaturan secara
kompleks dari suatu proses fisiologis dimana terjadi kesetimbangan antara
produksi panas dengan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan. Suhu tubuh manusia yang dapat diraba/dirasakan tidak hanya
didapat dari metabolisme, tetapi juga dipengaruhi oleh panas lingkungan.
Panas lingkungan
yang
semakin
tinggi menyebabkan pengaruh
yang
semakin besar terhadap suhu tubuh, sebaliknya jika suhu lingkungan
semakin rendah maka semakin banyak panas tubuh yang hilang. Dengan kata
Universitas Sumatera Utara
lain terjadi pertukaran proses antara tubuh manusia yang di dapat dari
metabolisme dengan tekanan panas yang dirasakan sebagai kondisi panas
lingkungan. Selama pertukaran masih seimbang, tidak akan menimbulkan
gangguan, baik penampilan kerja maupun keselamatan kerja. 3 Keseimbangan
panas antara panas yang dihasilkan dengan panas yang dikeluarkan dapat
diilustrasikan pada Gambar 3.1.
Gambar3.1.KeseimbanganPanas antaraPanas yang Dihasilkan
denganPanas yang Dikeluarkan
Pengeluaran
berlangsung
panas(heatloss)daritubuhke
lingkunganatausebaliknya
secarafisika.Permukaantubuhdapatkehilanganpanasmelalui
pertukaranpanassecara
radiasi,konduksi,konveksi,danevaporasiair.Heatstress
dapatterjadipadakondisipanasyang
diproduksilebihbesardaripadapanasyang
hilang.Keseimbanganpanasyangterjadidalamtubuh dapatdilihatpadaGambar3.2.
3
Parsons,K.C,2003,HumanThermalEnvironment(LondonandNewYork:Taylor&Francis
Group),hal. 36-38.
Universitas Sumatera Utara
Gambar3.2.PertukaranPanas TubuhKe Lingkungan
ASHRAE(1989a)memberikanpersamaankeseimbanganpanas sebagai
berikut:
M – W= (C+R+Esk)+(Cres +Eres)
Dimana:
M
: tingkat produksienergi metabolisme
W
: tingkat pekerjaanmekanik
C
: tingkat kehilangan panas konvektif dari kulit
R
: tingkat kehilangan panas radiatifdari kulit
Esk : tingkat kehilangan panas pengupan totaldari kulit
Cres : tingkat kehilangan panas konvektif dari pernapasan
Eres
: tingkat kehilangan panas penguapan dari pernapasan
Universitas Sumatera Utara
Catatan bahwa:
Esk=Ersw+Edif
Dimana:
Ersw : tingkat kehilangan panas penguapan kulit melalui keringat
Edif : tingkat kehilangan panas penguapan kulit melalui kelembaban
3.6.
IndividualClothing
Dalammenjagakeseimbanganpanastubuhyang
mengalir
kekulit,
menentukansuhukulit, melaluiperpindahan kepermukaanpakaian, menentukan
suhupakaiandansuhulingkunganluar maka tubuhharusmenjaga keseimbangan
panas. Panasakanmengalirkeluardaritubuhsampaimencapaikesetimbangan suhu
tubuh, suhu kulit dan suhu pakaian dalam suhu lingkungan 4.Berikut adalah
tabelnilaiinsulasipanasuntuksetiapjenispakaianyangditunjukkanpadaTabel3.2.
Tabel 3.2. Nilai Insulasi Panas (Iclo) untuk setiap Jenis Pakaian
Jenis Pakaian
Insulasi Panas (Iclo)
Pakaian Dalam
CelanaDalam
0.03
Celanadalam berkaki panjang
0.10
Singlet
0.04
Kaos
0.09
Kemeja/blus
Lengan panjang
0.15
Tebal, lengan panjang
0.20
Normal, lengan panjang
0.25
Kemejaplanel, lenganpanjang
0.30
Blus tipis, lengan panjang
0.15
Tabel 3.1. Nilai Insulasi Panas (Iclo) untuk setiap Jenis Pakaian (Lanjutan)
4
Ibid., hal 217-218.
Universitas Sumatera Utara
Jenis Pakaian
Celana
Pendek
Tebal
Normal
Planel
Gaun/rok
Rok tipis(musim panas)
Gaun tebal (musim dingin)
Gaun tipis, lengan pendek
Gaun musimdingin, lengan
Boiler suit
Baju hangat
Rompi berlengan
Baju hangat tipis
Baju hangat
Baju hangat tebal
Jaket
Jaket musimpanas
Jaket
Blazer
Insulasitinggi, fibre-pelt
Boiler suit
Celana
Jaket
Rompi
Pakaian Luar
Mantel
Jaket
Parka
Keseluruhan fiber-pelt
Lain-lain
Kaus kaki
Kaus kaki tebal sepanjang
Kaus kaki tebal panjang
Stokingnilon
Sepatu (bersol tipis)
Sepatu (bersol tebal)
Sepatu bot
Sarungtangan
Insulasi Panas (Iclo)
0.06
0.20
0.25
0.28
0.15
0.25
0.20
0.40
0.55
0.12
0.20
0.28
0.30
0.25
0.35
0.30
0.90
0.35
0.40
0.20
0.60
0.55
0.70
0.55
0.02
0.05
0.10
0.03
0.02
0.04
0.10
0.05
Sumber: Human Thermal Environments, Ken Parsons
3.7.
Metabolisme Tubuh Manusia (Metabolic Rate)
Universitas Sumatera Utara
Metabolic rate adalah panas di dalam tubuh sepanjang beraktivitas. Nilai
dari metabolic rate sangat bervariasi tergantung pada jenis pekerjaan yang
dilakukan. Pada umumnya, metabolic rate diukur dalam satuan met (1 met = 50
kcal h-1 m-2). Semakin banyak melakukan aktivitas fisik maka semakin banyak
panas yang dihasilkan. Metabolisme merupakan proses perubahan secara fisik dan
kimiawi dalam jaringan maupun sel tubuh untuk mempertahankan hidup dan
pertumbuhannya 5. Semakin cepat terjadinya proses metabolisme, maka semakin
banyak energi yang dihasilkan dari proses pembakaran kalori tubuh. Nilai untuk
masing-masing aktivitas dan kecepatan metabolisme dapat dilihat pada Tabel 3.3
No.
Tabel 3.3. Aktivitas danKecepatan Metabolisme
Aktivitas
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Berbaring
Duduk Tenang
Tukangjam
Berdiri santai
Aktivitas biasa(kantor, rumah tangga, sekolah)
Menyetirmobil
Pekerjagrafis – tukangjilid
Berdiri,aktivitas ringan(belanja, lab, industryringan)
Guru, mengajardidepankelas
Kerja rumah tangga(cukur, mencuci, berpakaian)
Berjalan di dataran, 2 km/jam
Berdiri,aktivitas sedang(menjagatoko, rumah tangga)
Industri bangunan, memasangbata (bata15,3 kg)
Berdiri mencuci piring
Kerja rumah tangga-mengumpulkan daun di halaman
Kerja rumah tangga– mencuci dengan tangan danmenyetrika
Besi dan baja-menuang,mencetak
Industri–membentuk cetakan
Berjalandi dataran,5 km/jam
Satuan
Met W/m2
0.8
46
1.0
58
1.1
65
1.2
70
1.2
70
1.4
80
1.5
85
1.6
93
1.6
95
1.7
100
1.9
110
2.0
116
2.2
125
2.5
145
2.9
170
2.9
170
3.0
175
3.1
180
3.4
200
. Tabel 3.3. Aktivitas danKecepatan Metabolisme (Lanjutan)
5
Auliciems,AndrisandStevenV.Szokolay.ThermalComfort(Brisband),hal.6.
Universitas Sumatera Utara
No.
20
21
22
23
24
25
26
Satuan
Met W/m2
3.5
205
4.0
235
6.2
360
6.5
380
7.0
405
8.6
500
9.5
550
Aktivitas
Kehutanan–memotongdengangergajisatutangan
Pertanian– membajakdengankuda
Olahraga–meluncurdiatases,18km/jam
Peranian–menggalidengancangkul(24angkatan/menit)
Olahraga– skidiantara18 km/jam
Kehutanan–bekerjadengankapak(2kg,33ayunan/menit)
Olahraga–lari 15km/jam
Sumber:NevilleStanton&Auliciems,AndrisandStevenV.Szokolay
3.8.
HeatStress Index(HSI)
Heat Stress Index (HSI) merupakan salah
satu metode yang
digunakanuntukmembuktikanadanyaindikasiheatstresspada
dapat
pekerja
di
tempatnyabekerja.MetodeinidikembangkanolehBeldingdanHactpadatahun1955.Pa
dadasarnya,HSI
merupakanperbandingandaripenguapanyang
dibutuhkanuntuk
mencapaikeseimbanganpanas(E req)daripenguapanyang
darilingkungan(Emax) 6.Berikutadalahartirentang
diperoleh
nilaiHSI
yang
ditunjukkanpadaTabel 3.4.
6
Naville, Stanton dkk. 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomics Method. London:
CRC Press,hal. 62-5–62-6.
Universitas Sumatera Utara
Tabel3.4. ArtiRentangNilaiHSI
HSI
-20
0
EfekPaparan Selama 8jam
Tekanan dingin yangringan
Tidakterjaditekananpanas
10-30
Terjadi tekanan panas, dari
tingkat ringan hingga sedang
40-60
Terjaditekanan panas,daritingkat
sangatberat
70-90
Terjaditekanan
panas,daritingkatyangsangatberat
100
Tekanan panas maksimalharian
>100
Waktu paparanterbatas
PengaruhTerhadapPekerja
Pemulihandari paparan panas
Tidak ada
Sedikit pengaruh pada
pekerjaanfisik, memungkinkan
penurunan kemampuan kerja
Ancamankesehatan
bagipekerjayangtidaklayak,
aklitimasidibutuhkan
Pemilihanselektif pekerja
Dapat ditoleransiapabilafit,
aklitimasipadapekerjamuda
Temperaturintitubuh
meningkat
Sumber:NevilleStanton&Auliciems,AndrisandStevenV.Szokolay
BAB IV
Universitas Sumatera Utara
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun
RantauPrapat yang berlokasi di Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara.
Penelitian dilakukan pada bulan November 2016 sampai dengan Februari 2017.
4.2.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif karena
penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan permasalahan yang ada pada
pabrik pengolahan karet PT. Perkebunan Nusantara III Kebun RantauPrapat dan
memberikan usulan perbaikannya. Berdasarkan analisis dan jenis data,
penelitian ini termasuk dalam penelitian gabungan karena penelitian ini
menggunakan data yang bersifat kuantitatif dan kualitiatif.
4.3.
Objek Penelitian
Objek yang diteliti pada penelitian ini yaitu mesin dan peralatan, kondisi
lingkungan kerja fisik, layout, metode kerja, kebijakan organisasi, dan pekerja
yang berada dalam lingkuppabrik pengolahan karet PT. Perkebunan Nusantara III
Kebun RantauPrapat.
4.4.
Variabel Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Variabel yang digunakan padapenelitian ini adalah:
a. VariabelIndependen
Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang dapat
mempengaruhi variabel dependen baik secara positif maupun negatif.
Variabel independen pada penelitian ini adalah:
1. Mesin dan peralatan
Semua mesin dan peralatan yang digunakan di lantai produksi pengolahan
karet.
2. Kondisi lingkungan kerja fisik
Semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang
dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun secara tidak
langsung.
3. Layout
Susunan mesin dan peralatan yang berada di lantai produksi pengolahan
karet.
4. Metode kerja
Cara kerja yang ditetapkan untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan
kerja.
5. Kebijakan organisasi
Kebijakan yang dibuat oleh perusahaan untuk mencapai visi dan misi
perusahaan.
6. Pekerja
Universitas Sumatera Utara
Seluruh pekerja yang terlibat dalam proses pengolahan karet.
b. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi variabel lain yaitu
desain kerja. Desain kerja menggambarkan bagaimana pekerjaan, tugas, dan
peran yang terstruktur ditetapkan dan dimodifikasi, serta dampaknya pada
individu, kelompok, dan hasil organisasi.
4.5.
Kerangka Konseptual
Kerangka berpikir menunjukkan hubungan logis antara variabel-variabel
yang telah diidentifikasi yang penting dan menjadi fondasi dalam melaksanakan
penelitian. Kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.
4.6.
Metode Pengumpulan Data
Metodepengumpulan datayangdigunakanadalahsebagai berikut:
1. Metodewawancara,yaituteknikpengumpulandatadenganmelakukantanya
jawab
kepadaasisten
pengolahandan
pekerjamengenai
gambaran
perusahaan.
2. Metode survei dengan kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan memberi beberapa pertanyaan yang akan dijawab oleh
responden
berdasarkan
Kuesioneryang
dengan
dilakukanpada
masalahyang
penelitianadalah
adadi
kuesioner
lapangan.
terbuka
dankuesioner tertutupterkait denganperbaikan desain kerja.
Universitas Sumatera Utara
3. Metodepengukuran,yaituteknikpengumpulandatasecaralangsungdengan
menggunakanalatukur.Datayangdiambildenganteknikpengukuran
yaitudata
ini
temperaturudara,temperaturkering,temperaturbasah,temperatur
globe, kecepatan angin dan kelembaban udara.
Mesin dan
Peralatan
Kondisi
Lingkungan Kerja
Fisik
Layout
Desain Kerja
Metode Kerja
Kebijakan
Organisasi
Pekerja
Gambar 4.1. Kerangka Konseptual
4.7.
InstrumenPenelitian
Instrumenyangdigunakan dalam penelitian iniyaitu:
1. 4in1Environmental,yangberfungsiuntukmengukur
temperatur,kelembaban,
intensitas cahaya, dan kebisingan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2. 4 in1 Environmental
Spesifikasi alat4 in 1 Environmentaldapat dilihat padaTabel 4.1.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.
Tabel4.1. Spesifikasi 4in1Environmental
Spesifikasi
Keterangan
o o
Fungsi
Mengukur suhu( C- F), cahaya (lux), kelembaban
Dimensi
(%RH), dan kebisingan (db)
Berat
251,0 x 63,8 x 40 mm
Aksesoris
250 gr
Pengukuran Suhu 9 V Baterai
Pengukuran
pengukuran dimulai dari-20oC-750oC / -4oF-1400oF
Kelembaban
RH 25% - 95% RH dengan resolusi RH 0,1%
Pengukuran
35dB – 100dB dengan resolusi 0,1dB
GlobeThermometer,yangberfungsi untuk mengukur suhubasah, suhukering,
dan suhu bola.
Gambar4.3. GlobeThermometer
Universitas Sumatera Utara
Spesifikasi GlobeThermometerdapat dilihat padaTabel4.2.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tabel4.2. SpesifikasiBlack GlobeThermometer
Spesifikasi
Keterangan
Fungsi
Pengukuran temperatur globe, temperatur
basah,temperatur kering
Dimensi
Panjang 9,2 in (23,5 cm); lebar 7,2 in (18,3 cm),
tinggi3,0 in (7,5 cm)
Berat
1,2 kg
Aksesoris
9V alkaline: 140 jam
Tipe sensor
Suhu: 1000 ohm platinum RTD
Akurasi
Suhu : +/-0,5oCantara0oCdan 100oC
3. Anemometeryangberfungsi mengukurkecepatanudara
Gambar 4.4. Anemometer
Spesifikasi anemometerdapat dilihat padaTabel4.3.
Tabel4.3. SpesifikasiAnemometer
No.
Spesifikasi
Keterangan
1. Fungsi
Mengukur kecepatan angin 0,1 sampai 20 m/s
2. Berat
180 gr
3. Aksesoris
Baterai 9v ukuran AA, daya tahan 4 jam
4. Akurasi
±5%
5. Respon
Kurang dari 1 menit
Universitas Sumatera Utara
4. Kuesioner
Insrumen pengumpulan data yang digunakan dalam langkah identifikasi
varians ialah kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Penyebaran kuesioner
terbuka bertujuan untuk mengetahui kondisi sistem kerja yang terdapat pada
PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau Prapat. Kondisi yang ingin
diketahui mencakup beberapa aspek sesuai dengan variabel penelitian yang
digunakan. Penyebaran kuesioner tertutup bertujuan untuk mengetahui
persepsi pekerja dan penilaian terhadap kondisi sistem kerja saat ini (current
condition) serta sebagai acuan perbandingan untuk mencapai kondisi sistem
kerja yang diinginkan (desired condition). Kuesioner yang digunakan
ditunjukkan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.
4.8.
Instalasi PeralatanPengukuran
Pengukuran untuk mendapatkan data-data termal mengikuti standar dan
ketentuan yang ada. Penentuan titik pengukuran pada penelitian mengikuti
ASHRAE Standar 55 (2004), suatu titik pengukuran harus mengikuti syarat-syarat
berikut:
1.
Titik pengukuran berada di area kerja pekerja dan pekerja cukup lama
menghabiskan waktunya di titik tersebut.
2.
Adanya informasi dan laporan pekerja mengenai ketidaknyamanan yang
dirasakan terkait heat stress ketika beraktivitas di titik tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3.
Mengenai jumlah titik pengukuran, tidak terdapat angka pasti (minimal,
maksimal, atau range), sehingga jumlah titik pengukuran akan didasarkan
pada kondisi tempat kerja
Standar yang kedua adalah pengukuran pada ketinggian yang berbeda
untuk setiap titik pengukuran dari lantai berdasarkan ASHRAE Standard 55-2004
dengan asumsi standar tersebut sesuai dengan kondisi pekerja yang ada di
Indonesia. Standar tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5. Standar Ketinggian Pengukuran dari Lantai
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jenis Aktivitas Kerja
Berdiri
Duduk
Ketinggian Alat Ukur (m)
0,1
1,1
1,7
0,1
0,6
1,1
Adapun titik-titik pengukuran dapat dilihat pada Gambar 4.5. berikut.
x
SIMBOL
LEGENDA
KETERANGAN
Palet penampung hasil sortasi
Jalur lori
Up
x
x
Titik pengukuran
Meja operator
Operator
Up
x
x
Gambar 4.5. Layout Stasiun Kerja Sortasi
Universitas Sumatera Utara
4.9.
Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan pekerja pada pabrik
pengolahan karetPT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau Prapat yang
berjumlah 25 orang.
Pengambilan data sampel yang digunakan diambil menggunakan teknik
total sampling yang berarti jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah
populasi.
4.10. Metode Pengolahan Data
Pengolahan
data
dilakukan
dengan
mengacu
kepada
langkah-
langkahprosesMEAD:
1. Pemeriksaan kondisilingkungan dan subsistem organisasi
2. Pendefenisian tipesistem produksi dan pengaturan ekspektasi kinerja
3. Pendefenisian unit operasi dan proses kerja
4.Identifikasi variansi
5. Pembuatan matrixvariansi
6. Pembuatan tabel kuncipengaturan varians danaturan jaringan kerja
7. Pengujian alokasi fungsi dan rancangan joint
8. Penjelasan aturan danpersepsi tanggungjawab
9. Perancangan/perancangan ulangsubsistem pendukung
10.Implementasi, iterasidan perubahan
Universitas Sumatera Utara
4.11. Metode Analisis
Analisis dilakukan dengan menguraikan hasil pengolahan data sehingga
dapat ditemukan akar permasalahan yang selanjutnya dievaluasi dengan
pendekatan makro ergonomi untuk menghasilkan usulan perbaikan desain kerja
pada pabrik pengolahan karetPT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau Prapat.
Tahapan penelitian ditampilkan dalam blok diagram pada Gambar 4.6.
Universitas Sumatera Utara
Studi Pendahuluan :
Observasi awal pada PT. Perkebunan
Nusantara III Kebun Rantau Prapat dan
mengidentifikasi masalah yang akan diteliti
Rumusan Masalah :
Perbaikan desain kerja pabrik pengolahan
karet pada bagian produksi
Tujuan Penelitian :
1.Mengidentifikasi permasalahan desain kerja
2.Menilai pengaruh dari komponen-komponen desain kerja
terhadap partisipasi operator dalam mendukung pelaksanaan
perbaikan desain kerja.
3.Memberikan usulan perbaikan terhadap setiap perbaikan
desain kerja kerja
Pengumpulan Data
Data Primer :
-Hasil penyebaran kuesioner
-Hasil pengukuran
-Wawancara
Data Sekunder :
-Informasi lain dari perusahaan
Pengolahan Data :
1.Pemeriksaan kondisi lingkungan dan subsistem organisasi
2. Pendefenisian tipe sistem produksi dan pengaturan ekspektasi kinerja
3. Pendefenisian unit operasi dan proses kerja
4. Identifikasi variansi
5. Pembuatan matrix variansi
6. Pembuatan tabel kunci pengaturan varians dan aturan jaringan kerja
7. Pengujian alokasi fungsi dan rancangan joint
8. Penjelasan aturan dan persepsi tanggung jawab
9.Perancangan/perancangan ulang subsistem pendukung
10. Implementasi dan perbaikan
Analisis dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Gambar 4.6. Blok Diagram Tahapan Penelitian
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pengumpulan dan pengolahan data dilakukan dengan mengikuti prosedur
dari metode Macro Ergonomic Analysis and Design (MEAD). MEAD terdiri atas
10 langkah yaitu:
1. Pemeriksaan kondisilingkungan dan subsistem organisasi
2. Pendefenisian tipesistem produksi dan pengaturan ekspektasi kinerja
3. Pendefenisian unit operasi dan proses kerja
4.Identifikasi varians
5. Pembuatan matrixvarians
6. Pembuatan tabel kontrol varians kunci dan jaringan peran
7. Pengujian alokasi fungsi dan rancangan
8. Penjelasan aturan danpersepsi tanggungjawab
9. Perancangan/ perancangan ulangsubsistem pendukung
10.Implementasi, iterasidan perbaikan
Langkah-langkah MEAD dapat dikategorikan ke dalam 2 bagian, bagian
pertama yaitu pengumpulan data yang dilakukan dari langkah 1 sampai langkah 5
dan bagian kedua yaitu pengolahan data yang dilakukan dari langkah 6 sampai
langkah 10.
Universitas Sumatera Utara
5.1.
Pengumpulan Data
5.1.1. Pemeriksaan Kondisi Lingkungan dan Sub-sistem Organisasi
Pemeriksaan kondisi lingkungan dan sub-sistem organisasi dilakukan
dengan menggunakan data sekunder yang dikumpulkan dari pihak manajemen
perusahaan. Data-data yang dikumpulkan dalam pemeriksaan kondisi lingkungan
dan sub-sistem organisasi yaitu data profil pekerja, data mesin dan peralatan,
data jam kerja, dan data struktur organisasi. Data-data ini digunakan untuk
berbagai keperluan seperti menentukan populasi responden dan unit-unit operasi
pada setiap stasiun kerja. Data-data tersebut dapat dilihat pada Bab II.
5.1.2. Pendefenisian TipeSistem Produksi dan Pengaturan Ekspektasi
Kinerja
Tipe sistem produksidan ekspektasi kinerja suatu perusahaan penting
untuk diketahui dalam pendekatan makro ergonomi, dengan mengetahuinya dapat
membantu untuk mendapatkan tingkatan optimal pada kompleksitas, sentralisasi
dan formalisasi. Pada tahapan ini, kriteria dari key performance atau kunci
performansi dapat diidentifikasi.
PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau Prapat menghasilkan empat
tipe produk pengolahan karet dengan spesifikasi standar yang mengacu pada
Green Book dan SNI yang dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Standar Kualitas Karet PT. Perkebunan Nusantara III Rantau Prapat
Kode
Produk
RSS I
Jumlah
Toleransi
Min. 96%
RSS II
RSS III
Cutting
Max. 2%
Max. 1%
Max. 1%
Keterangan
Gelembung udara hanya sebesar kepala jarum
dan letaknya menyebar
Gelembung kecil yang ada tidak melampui 5%
Gelembung kecil yang ada tidak melampui 10%
Hasil sortiran dari RSS I, RSS II, RSS III yang
terdiri dari potongan karet yang kurang matang
atau bergelembung.
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau Prapat
5.1.3. Pendefenisian Unit Operasi dan Proses Kerja
PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau Prapat terdiri atas enam unit
operasi, yaitu penerimaan lateks, pengenceran lateks, penggilingan lateks,
pengasapan lateks, sortasi lateks, dan pengepakan lateks. Penjelasan lebih rinci
mengenai keenam unit operasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Unit-unit Operasi PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau Prapat
Unit
Penerimaan
Lateks
Pengentalan
Lateks
Penggilingan
Lateks
Mesin/ peralatan
Talang, bak
penampungan
Agitator, plat scoten,
talang, saringan, bak
koagulasi
Guthrie sheeter, bak
pencucian
Pengasapan
Lateks
Sortasi Lateks
Lori, bambu/ kayu
Pengepakan
Lateks
Electric automatic
hidraulic press, paku
bersih
Parang
Proses yang dilakukan
Truk pembawa lateks menuju tempat
penampungan lateks
Lateks dibongkar dan dialirkan
melalui talang ke bak penampungan
lateks
Koagulum yang sudah menggumpal
digiling hingga menjadi lembaranlembaran sheet
Pengeringan lembaran sheet untuk
menurunkan kadar air
Memisahkan antara RSS I, RSS II,
RSS III dan cutting
Hasil sortasi dipress, dibungkus, dan
diberikan merk
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau Prapat
Universitas Sumatera Utara
5.1.4. Identifikasi Varians
Instrumenpengumpulan data yang digunakan dalam langkah identifikasi
varians ialah kuesioner terbuka. Teknik sampling yang digunakan dalam
penyebaran kuesioner terbuka yaitu metode sensus atau total sampling. Metode
sensus digunakan karena keseluruhan populasi yang akan diteliti dapat diakses
dengan mudah oleh peneliti, dalam hal ini berjumlah 25 orang. Populasi yang
diteliti yaitupekerja yang bertugas di pabrik pengolahan karet PT. Perkebunan
Nusantara III Kebun Rantau Prapat.
Penyebaran kuesioner terbuka bertujuan untuk mengetahui kondisi sistem
kerja yang terdapat pada PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau Prapat.
Kondisi yang ingin diketahui mencakup beberapa aspek sesuai dengan variabel
penelitian yang digunakan, yaitu: mesindan peralatan, kondisi lingkungan kerja
fisik, layout, metode kerja, kebijakan organisasi, dan pekerja.
Butir-butir pertanyaan pada kuesioner terbuka dirumuskan berdasarkan
variabel penelitian yang telah dipaparkan pada metodologi penelitian dan dapat
dilihat pada Lampiran 1.
Seluruh jawaban responden terhadap butir-butir pertanyaan kuesioner
terbuka kemudian direkap dalam sebuah tabel dandisajikan dalam bentuk
rekapitulasi jawaban disertai dengan persentase masing-masing jawaban.
Rekapitulasi jawaban kuesioner terbuka dapat dilihat pada Tabel 5.3. Pengujian
validitas dan reliabilitas dilakukan pada kuesioner terbuka dan didapatkan hasil
kuesioner tersebut valid dan reliable sehingga dapat digunakan sebagai instrumen
penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
ANALISIS DAN EVALUASI
6.1.
Analisis dan Evaluasi Identifikasi Permasalahan dengan Kuesioner
Terbuka
Metode MEAD (Macro Ergonomic Analysis and Design) yang dilakukan
pada PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau Prapat secara garis besar
bertujuan untuk menemukan permasalahan (variansi) yang terjadi pada lantai
produksi, menentukan prioritas pemecahan masalah, serta membuat rancangan
pemecahan masalah. Permasalahan-permasalahan yang terjadi di lantai produksi
dikelompokkan berdasarkan komponen-komponen penyusun desain kerja, yaitu:
mesin dan peralatan, kondisi lingkungan kerja fisik, layout, metode kerja,
kebijakan organisasi, dan pekerja.
Berdasarkan pengelompokan permasalahan, diketahui bahwa desain kerja
yang terdapat pada PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau Prapat memiliki
kelemahan pada variabel kondisi lingkungan kerja fisik dan mesin dan peralatan.
Proses evaluasi merupakan langkah terakhir dalam penggunaan metode
MEAD, yaitu iterasi, perbaikan, dan implementasi. Umumnyapeneliti tidak
memiliki otoritas (kekuasaan) untuk mengimplementasikan hasil penelitiannya ke
lapangan. Oleh karena itu, hasil dari metode MEAD merupakan konsep,
rancangan, ataupun proposal yang perlu diajukan kepada pihak terkait yang
berwenang atas objek penelitiannya (Hendrick, 2002). Proses pengajuan konsep
tersebut dilakukan pada asisten lapangan PT. Perkebunan Nusantara III Kebun
Universitas Sumatera Utara
Rantau Prapat untuk mendapatkan saran-saran perbaikan terhadap rancangan yang
dibuat agar dapat mencapai apa yang diinginkan perusahaan.
Pengajuan konsep tersebut dilakukan secara iteratif, artinya bahwa setelah
saran-saran perbaikan dari pihak berkepentingan diterapkan, masih terdapat
kemungkinan rancangan tersebut belum disetujui sehingga dilakukan perbaikan
kembali dan begitu seterusnya sampai rancangan tersebut dapat diterima oleh
perusahaan. Hal ini umum terjadi apabila penelitian berkaitan erat dengan
kebijakan penggunaan anggaran perusahaan.
6.2.
Analisis dan Evaluasi Penentuan Tingkat Keparahan Permasalahan
dengan Kuesioner Tertutup
Permasalahan yang terdapat pada variabel kondisi lingkungan kerja fisik
yaitu area kerja yang terlalu panas, sedangkan permasalahan yang terdapat pada
komponen mesin dan peralatan yaitu tidak adanya SOP untukmaintainance
mesin.Proses perbaikan desain kerja dilakukan dengan memberikan usulan
pemasangan turbin ventilator dan rancangan program perawatan.
Rancangan pemasangan turbin ventilator dapat diterima pihak perusahaan
dengan baik dan akan dipertimbangkan untuk direalisasikan, sedangkan program
perawatan mesin yang disusun oleh peneliti juga dapat diterima oleh pihak
perusahaan dengan tambahan masukan dari asisten lapangan. Untuk lebih
jelasnya, proses evaluasi setiap rancangan dapat dilihat pada sub-bab masingmasing.
Universitas Sumatera Utara
6.3.
Analisis dan Evaluasi Penentuan Alternatif-alternatif Solusi dan
Pembobotan Alternatif
Penentuan alternatif-alternatif solusi dilakukan untuk
menemukan
kombinasi terbaik dari beberapa solusi permasalahan.Penentuan alokasi fungsi
diperlukan untuk menentukan alternatif penyelesaian masalah terhadap variansvarians kunci yang telah didapatkan dari langkah sebelumnya. Bentuk alternatif
penyelesaian masalah dirumuskan dalam bentuk diagram untuk memudahkan
perbandingan antara satu alternatif dengan alternatif lainnya. Alokasi fungsi
disajikan dalam bentuk tabel dan diagram yang menggambarkan alternatifalternatif pemecahan masalah secara induktif, artinya alternatif-alternatif tersebut
dijabarkan dari solusi umum menjadi solusi khusus.
Berdasarkan tabel alternatif solusi, setiap varians memiliki lebih dari dua
alternatif solusi. Diagram pohon alternatif solusi menggambarkan kemungkinankemungkinan kombinasi solusi sehingga didapatkan 4 kombinasi alternatif.
Kombinasi-kombinasi alternatif yang telah dirumuskan pada langkah
sebelumnya dievaluasi dengan memberikan bobot skor. Pemberian bobot skor
didasarkan pada kriteria yang telah disusun. Perlu diketahui bahwa kriteria
penilaian terbagi atas dua bagian, yaitu kriteria favorable dan kriteria unfavorable.
Kriteria favorable merupakan kriteria positif dari suatu alternatif dan memiliki
bobot skor positif, kriteria ini terdiri atas scope dan benefit. Kriteria unfavorable
merupakan kriteria negatif dari suatu alternatif dan memiliki bobot skor negatif,
kriteria ini terdiri atas riskoffailure dan costs.
Universitas Sumatera Utara
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1.
Varians desain kerja yang diteliti yaitu mesin dan peralatan, kondisi
lingkungan kerja fisik, layout, metode kerja, kebijakan organisasi, dan
pekerja. Dua varians yang memiliki bobot nilai tertinggi dipilih untuk
diselesaikan permasalahannya yaitu varians kondisi lingkungan kerja fisik
dan varians mesin dan peralatan.
2.
Perbaikan untuk varians kondisi lingkungan kerja fisik yaitu dilakukan
pemasangan 4 buah turbin ventilator yang berdampak pada penurunan
temperatur udara dan penurunanan nilai indeks paparan panas yang
diterima operator dari 95,11%menjadi 80,98%.
3.
Perbaikan untuk varians mesin dan peralatan yaitu dilakukan program
perawatan preventif mesin yang mencakup rincian aktivitas perawatan dan
pembuatan Standard Operational Procedure (SOP) untuk mesin guthrie
sheeter.
Universitas Sumatera Utara
7.2.
Saran
Saran-saran yang dapat diberikan dari penelitian ini yaitu:
1. Kepada pihak manajemen PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau
Prapat,
disarankan
untuk
menjalankan
rancangan-rancangan
program
perbaikan yang diusulkan dan melakukan evaluasi secara berkala untuk
mengetahui efektivitas dari perbaikan sistem kerja yang dilakukan secara
aktual.
2. Kepada pihak manajemen PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau
Prapat, disarankan untuk membentuk satu unit baru dalam struktur organisasi
guna memantau program perawatan yang terkoordinasi dengan bagian operasi,
sehingga jadwal perawatan yang dilakukan sedapat
mungkin tidak
mengganggu kelancaran produksi perusahaan.
3. Kepada pihak manajemen PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rantau
Prapat, disarankan untuk merealisasikan pemasangan turbin ventilator di
stasiun sortasi RSS agar para pekerja nyaman dan tidak terkena penyakit
akibat kerja.
Universitas Sumatera Utara