Analisis Hukum Pelaksanaan Alih Fungsi Tanah Pertanian Menjadi Tanah Perumahan Di Kabupaten Serdang Bedagai Chapter III V
65
BAB III
DAMPAK DARI ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN
MENJADI TANAH PERUMAHAN DI KABUPATEN
SERDANG BEDAGAI
A. Peraturan Yang Berkaitan Dengan Alih Fungsi Tanah Pertanian
Dalam rangka alih fungsi tanah pertanian ke non pertanian Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai mengeluarkan peraturan yang
menjadi pegangan dalam pelaksanaannya :
1.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok – Pokok
Agraria (Pasal 2 dan pasal 14)
Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar, bumi, air
dan ruang angkasa, termaksuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya pada
tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.
Hak menguasai dari Negara memberi wewenang untuk: 73
a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut.
b. Menentukan dan mengatur hubungan – hubungan hukum antara orang – orang
dengan bumi, air dan ruang angkasa.
c. Mengatur hubungan hukum antara orang dengan perbuatan hukum yang
mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
Pemerintah membuat suatu rencana umum mengenai persediaan, peruntukan
dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya. Berdasarkan rencana umum tersebut, pemerintah daerah mengatur
73
AP. Parlindungan, Komentar Atas Undang –undang Pokok Agraria, Mandar Maju,
Bandung, 1983 hal 12
65
Universitas Sumatera Utara
66
persediaan, peruntukan dan penggunaan bumi, air dan ruang angkaa untuk daerahnya,
sesuai dengan keadaan daerah masing – masing dalam peraturan daerah.
2.
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (pasal 3, 7 ayat
(1) dan (2), 11 ayat (1) dan (2).
Ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi ruang
darat, ruang laut, ruang udara, termaksud ruang di dalam bumi, maupun sebagai
sumber daya, perlu ditingkatkan upaya pengelolaannya secara bijaksana, berdaya
guna, dan berhasil guna dengan berpedoman pada kaidah penataan ruang sehingga
kualitas ruang wilayah nasional dapat terjaga keberlanjutannya demi terwujudnya
kesehjateraan umum dan keadilan sosial sesuai dengan landasan konstitusional
Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pasal 3 yang berbunyi :
“Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah
nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskanWawasan
Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan:
a. terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
b. terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya
buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan
c. terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Pasal 7 yang berbunyi :
”(1).Negara menyelenggarakan penataan ruang untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat.
(2). Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
negaramemberikan kewenangan penyelenggaraan penataan ruang kepada
Pemerintah dan pemerintah daerah.
Pasal 11 yang berbunyi :
Universitas Sumatera Utara
67
“(1).Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penataan
ruang meliputi:
a. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan
ruang wilayah kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten/kota;
b. Pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota;
c. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan
d. kerja sama penataan ruang antarkabupaten/ kota.
(2). Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam pelaksanaan penataan ruang
wilayah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufmeliputi:
a. Perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/ kota;
b. Pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota; dan
c. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan tanah (pasal
1 ayat (1), 3, 4 ayat (3), 7,8, 16.
Penatagunaan tanah adalah sama dengan pola pengelolaan tata guna tanah
yang meliputi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang berwujud
konsolidasi pemanfaatan tanah melalui pengaturan kelembagaan yang terkait dengan
pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara
adil.
Penatagunaan tanah diselenggarakan berdasarkan Rencana Tata Ruang
Wiilayah Kabupaten / kota. Penggunaan dan pemanfaatan tanahnya harus sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. Kesesuaian penggunaan dan pemanfaatan
tanah ditentukan berdasarkan pedoman, standar dan kriteria teknis . pemegang hak
atas tanah wajib menggunakan dan dapat memanfaatkan tanah sesuai RTRW, serta
memelihara tanah dan mencegah kerusakan tanah. Apabila terjadi perubahan RTRW,
maka penggunaan dan pemanfaatan tanah mengikuti RTRW yang terakhir.
Pasal 7 yang berbunyi :
Universitas Sumatera Utara
68
”(1).Terhadap tanah-tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, penggunaan dan
pemanfaatan tanahnya harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah.
(2). Kesesuaian penggunaan dan pemanfaatan tanah terhadap Rencana Tata Ruang
Wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan pedoman,
standar dan kriteria teknis yang ditetapkan oleh Pemerintah.
(3) Pedoman, standar dan kriteria teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dijabarkan lebih lanjut oleh Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan kondisi
wilayah masing-masing.
(4) Penggunaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah tidak dapat diperluas atau dikembangkan
penggunaannya.
(5) Pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah tidak dapat ditingkatkan pemanfaatannya.
Pasal 8 yang berbunyi :
Pemegang hak atas tanah wajib menggunakan dan dapat memanfaatkan tanah sesuai
Rencana Tata Ruang Wilayah, serta memelihara tanah dan mencegah kerusakan
tanah.
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah ini
sebenarnya sudah sangat mengakomodir segala pemanfaatan dari tanah tersebut.
Pemilik hak atas tanah harusnya memahami atau menggunakannya sesuai dengan
peruntukan yang ia mohonkan pertama sekali terhadap tanah yang ia miliki.
Penggunaan tanah tersebut harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah,
misalnya peruntukan permohonan tanah tersebut untuk pertanian harusnya
dipergunakan untuk pertanian jangan dipergunakan peruntukannya untuk yang lain
misalnya perumahan ataupun Industri.
Perubahan pemakaian tanah yang tidak sesuai dengan peruntukan permohonan
pertama kali akan merubah segala penataan yang telah diatur dan selanjutnya akan
mengganggu stabilitas wilayah daerah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
69
4.
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pangan
Berkelanjutan.
Dalam UU Nomor 41 tahun 2009 tersebut diamanatkan dalam pasal 18
tentang penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LPPB), yaitu kawasan
pertanian pangan berkelanjutan diatur dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah
(RTRW) Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/ Kota.
pasal 44 diterangkan soal alih fungsi lahan yaitu :
“Lahan yang sudah ditetapkan sebagai LPPB dilindungi dan dilarang dialihfungsikan.
Kalaupun dialihfungsikan, LPPB dapat dialihfungsikan untuk kepentingan umum. Itu
pun dengan syarat harus melalui kajian kelayakan strategis, disusun rencana alih
fungsi, dibebaskan dari pemilik, dan disediakan lahan pengganti.”
Tujuan dari undang-undang ini adalah :
a.
Menjamin tersedianya lahan pangan berkelanjutan.
b.
Mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan.
c.
Meningkatkan kesehjateraan dan pemberdayaan masyarakat.
d.
Mencegah alih fungsi lahan pertanian pangan.
e.
Mendorong pengalihan fungsi lahan non pertanian pangan ke pertanian pangan
serta mendorong pembukaan lahan baru pertanian pangan abadi.
f.
Memperkuat jaringan pengaman sosial ekonomi kerakyatan.
g.
Memperkuat jaringan penyediaan lapangan kerja produktif.
h.
Mempertahankan keseimbangan ekologis.
i.
Mempertahankan multifungsi pertanian.
Universitas Sumatera Utara
70
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Pemukiman.
Tujuan dari Peraturan ini adalah :
a.
Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan
pemukiman.
b. Mendukung penataan dan pengembangan wilayah
c.
Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan
perumahan dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan.
d. Memberdayakan para pemangku kepentingan.
e.
Menunjang pembangunan bidang ekonomi, sosial dan budaya.
f.
Menjamin terwujudnya rumah layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang
sehat, aman, serasi.
Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan
pemukiman disebutkan bahwa penataan perumahan harus tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan, serta harus dapat mendukung penambahan pendapatan
masyarakat dalam bidang ekonomi dan juga kesehjatraan masyarakat. Pembangunan
perumahan dan pemukiman yang tidak sesuai dengan peraturan dan perencanaan
seperti yang tertuang dalam Undang-undang ini tidak akan memberikan dampak
poositif terhadap masyarakat, sebaliknya akan memberikan dampak yang buruk,
seperti akan berdampak pada kumuhnya pemukiman masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
71
6. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional.
Pasal 2 mengatakan Tujuan dari Penataan ruang wilayah nasional bertujuan
agar keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten / kota dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak
negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Jika pemanfaatan ruang tidak
sesuai dengan RTRW maka akan dapat mengakibatkan terjadinya tindakan yang
dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik
lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang
pembangunan yang berkelanjutan.
Hendaknya dalam melakukan alih fungsi tanah juga harus mengacu pada
RTRWN agar pemanfaatan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional
dapat terwujud keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Penetapan dan Alih Fungsi
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Yang menjadi ruang lingkup dari Peraturan ini adalah Penetapan lahan
pertanian pangan berkelanjutan dan alih fungi lahan pertanian pangan berkelanjutan,
jadi tujuan dari peraturan ini terdapat pada pasal 3 yang berbunyi mewujudkan dan
menjamin tersedianya lahan pertanian pangan berkelanjutan, mengendalikan alih
fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan, mewujudkan kemandirian, ketahanan
dan kedaulatan pangan nasional.
Universitas Sumatera Utara
72
Didalam pasal 35
ayat (1) Lahan yang sudah ditetapkan sebagai lahan
pertanian pangan berkelanjutan dilindungi dan dilarang di alih fungsikan. Didalam
pasal 36 lebih dipertegas lagi, Alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan yang
dilakukan dalam rangka pengadaan tanah untuk kepentingan umum juga harus
memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah. Jelaslah bahwa alih fungsi tanah
pertanian pangan berkelanjutan menjadi tanah perumahan dilarang keras.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Insentif Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Yang dimaksud dengan Insentif adalah pemberian penghargaan kepada petani
yang mempertahankan dan tidak mengalihfungsikan lahan pertanian pangan
berkelanjutan. Didalam pasal 2 pemberian insentif bertujuan untuk
a. Mendorong perwujudan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang telah
ditetapkan
b. Meningkatkan upaya pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan
berkelajutan.
c. Meningkatkan pemberdayaan, pendapatan, dan kesehjatraan bagi petani
d. Memberikan kepastian hak atas tanah bagi petani
e. Meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam rangka
pemanfaatan, pengembangan dan perlindungan lahan pertanian pangan
berkelanjutan sesuai dengan tata ruang.
Jika
pemerintah
melakukan
sesuai
dengan
ketentuan
diatas
maka
kemungkinan besar petani tidak akan mengalihfungskian tanah pertanian mereka, saat
ini umumnya petani ingin menjual tanah pertanian mereka karena tidak ada adanya
peran pemerintah untuk mensehjatrakan kehidupan para petani.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2012 Tentang Sistem Informasi Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Universitas Sumatera Utara
73
Sistem informasi lahan pertanian yaitu dengan menyelenggarakan system
informasi serta administrasi lahan pertanian pangan berkelanjutan dan lahan cadangan
pertanian pangan berkelanjutan. Tujuan dari peraturan ini terdapat pada pasal 2 yang
berbunyi :
a. Mewujudkan penyelenggaran perlindungan lahan pertanian pangan
berkelanjutan secara terpadu dan
b. Menghasilkan data dari informasi yang akurat, relevan, dan dapat
dipertanggungjawabkan yang digunakan sebagai dasar perencanaan,
penetapan, pemanfaatan, dan pengendalian kawasan serta lahan yang dapat di
akses oleh masyarakat dan pemangku kepentingan.
Hal ini tentu sangat baik melihat tujuan dari peraturan ini mencari data
informasi yang akurat tentang luas lahan pertanian dan siapa pemilik lahan pertanian
tersebut, sehingga diharapkan pemerintah dapat mensejahtrakan petani, agar para
petani dapat terus mempertahankan lahan pertanian mereka.
10. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2012 Tentang Pembiayaan Perlindungan
Lahan Pertanian Berkelanjutan.
Didalam pasal 4 ayat (1dan 2) mengatakan tujuan dari peraturan ini ialah:
1.
2.
Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah kabupaten kota mengalokasikan
pembiayaan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan berdasarkan
tugas dan wewenangnya.
Pengalokasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan mentri,
gubernur, bupat//walikota sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Hendaknya dalam hal ini bahwa pengembangan luas wilayah pertanian harus
ditingkatkan dan pemerintah diharapkan dapat melakukan pembinaan dan
pengawasan kepada para petani agar para petani tidak menglami kerugian atau land
rent.
Universitas Sumatera Utara
74
11. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 3 Tahun 2015 Tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Perlindungan
lahan
pertanian
pangan
berkelanjutan
diselenggarakan
berdasarkan asas manfaat, berkelanjutan dan konsisten, produktif, keterpaduan,
keterbukaan dan akuntabilitas, kebersamaan dan gotong-royong, partisipatif,
keadilan, keserasian, keselarasan, keseimbangan. Peraturan ini bertujuan untuk
melindungi kawasan dan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan, menjamin
tersedianya lahan pertanian pangan secara berkelanjutan.
Tingginya alih fungsi tanah di Sumatera Utara menjadi salah satu kendala
untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi 13.937.797 jiwa penduduknya. Untuk
mengatasi tingginya alih fungsi tanah pemerintah provinsi Sumatera Utara telah
mengeluarkan peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 3 Tahun 2015,
perda ini diharapkan menjadi solusi untuk mempertahankan keberadaan lahan
pertanian dalam mewujudkan dan menjaga ketahanan pangan di Sumatera Utara.
Perda ini turut akan melindungi lahan pertanian seluas 434.464,63 Ha yang terdiri
dari lahan sawah seluas 398.913,22 Ha dan lahan cadangan seluas 34.551,41 Ha 74
Lahan pertanian pangan yang ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan
berkelanjutan dapat berupa : lahan beririgasi, lahan tidak beririgasi, dan lahan
reklamasi rawa pasang surut dan non pasang surut.
12. Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 1 Tahun 2015 Tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
74
http://sumutprov.go.id/berita-lainnya/1090-Plt-Gubsu-Perda-Perlindungan-lahan-pangansolusi-atasi-tingginya-konversi.
Universitas Sumatera Utara
75
Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan dimaksudkan untuk
melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian alih fungsi lahan pertanian
pangan guna menjamin ketersediaan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan,
melalui pemberian insentif kepada petani dan penerapan disinsentif kepada pihak
yang melakukan alih fungsi lahan pertanian pangan.
Kabupaten Serdang Bedagai sebagai daerah agraris telah memberikan
kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan nasional sekaligus menjadi mata
pencaharian pokok dan
sumber penyediaan lapangan
pekerjaan. Semakin
meningkatnya pertumbuhan penduduk, perkembangan ekonomi dan industri
mengakibatkan terjadinya degradasi, alih fungsi lahan dan fragmentasi lahan
pertanian pangan yang berpengaruh terhadap daya dukung guna menjamin
kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan di daerah.
Peraturan ini bertujuan untuk melindungi :
a.
Mempertahankan luas lahan pertanian beririgasi dan tidak beririgasi
b.
Mempertahankan dan meningkatkan produksi pertanian untuk mencapai
ketahanan pangan di daerah.
c.
Melindungi dan memberdayakan petani dan masyarakat sekitar lahan pertanian
beririgasi dan tidak beririgasi
d.
Meningkatkan kesejahteraan petani dan
e.
Mempertahankan keseimbangan ekosistem.
Lahan pertanian yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan
berkelanjutan dilarang di alih fungsikan, lahan pertanian pangan berkelanjutan yang
Universitas Sumatera Utara
76
ingin di alih fungsikan menjadi kepentingan umum hanya boleh dilakukan oleh
pemerintah daerah atau pemerintah atau dalam hal terjadi bencana alam. Luas lahan
pertanian berkelanjutan yang dapat di alihfungsikan untuk kepentingan umum paling
luas 10 % (sepuluh persen) dari total luas lahan pangan berkelanjutan di Kabupaten
Serdang Bedagai.
13. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Serdang Bedagai.
Penataan ruang wilayah Kabupaten Serdang Bedagai bertujuan untuk
menjadikan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan dengan mengoptimalkan posisi strategis, potensi pertanian dan kelautan
yang berwawasan lingkungan. Untuk mencapat tujuan tersebut harus melakukan
kebijakan sebagai berikut :
a.
Pengoptimalan posisi strategis wilayah Kabupaten Serdang Bedagai terhadap
pesatnya perkembangan wilayah sendiri.
b.
Pengembangan lahan untuk kegiatan perkotaan dan permukiman.
c.
Peningkatan produktivitas wilayah melalui dukungan sumber daya alam yang
berkelanjutan.
d.
Peningkatan prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas untuk mendukung
pengembangan potensi ekonomi daerah mitigasi bencana.
Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai sebenarnya sudah sangat baik dalam mengatur
tata ruang wilayahnya, untuk mencapai tujuan dan peraturan daerah ini maka harus
Universitas Sumatera Utara
77
mendapat dukungan dari peraturan-peraturan yang lain yang sesuai dengan tujuannya.
Untuk mencapai apa yang dicita-citakan dalam undang-undang ini maka peran serta
dari pemerintah selaku pemangku kebijakan serta masyarakat sebagai penyelenggara
pembangunan perumahan. Salah satu pemohon hak untuk membangun perumahan
harus benar-benar menjalankannya sesuai dengan aturan yang ada. Masyarakat serta
pemerintah Serdang Bedagai harus senantiasa menjaga amanah dari peraturan daerah
guna membangun dan memajukan kabupaten Serdang Bedagai. Untuk itu perlu
adanya kerja sama yang kuat antara pemerintah dan masyarakat dalam hal ini Dinas
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.
Karena perubahan peruntukan yang tidak sesuai dengan RTRW akan merubah
segala pemetaan yang telah ada mengakibatkan dampak yang sangat buruk.
B. Dampak Alih Fungsi Tanah Pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai
Alih fungsi tanah pertanian ke penggunaan non pertanian dapat berdampak
terhadap turunnya produksi pertanian, serta akan berdampak pada dimensi yang lebih
luas dimana berkaitan dengan aspek-aspek perubahan orientasi ekonomi, sosial,
budaya, dan politik masyarakat.
Indonesia yang merupakan Negara Agraris, tentu saja Indonesia memiliki
banyak sekali potensi pertanian atau perkebunan yang bisa dijadikan sumber
perekenomian Negara. Akan tetapi, seiring berkembangnya sistem perekonomian
serta meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan lahan untuk kepentingan
dalam bidang selain pertanian semakin meningkat pula.
Universitas Sumatera Utara
78
Berikut beberapa dampak alih fungsi tanah pertanian :
1.
Menurunnya Produksi Pangan Nasional.
Akibat lahan pertanian yang semakin sempit, maka hasil produksi juga akan
terganggu. Dalam skala besar, stabilitas pangan nasional juga akan sulit tercapai.
Mengingat jumlah penduduk yang semakin meningkat tiap tahunnya sehingga
kebutuhan pangan juga bertambah, namun lahan pertanian justru semakin
berkurang.
2.
Mengancam Keseimbangan Ekosistem
Dengan berbagai keanekaragaman populasi di dalamnya, sawah atau lahan-lahan
pertanian lainnya merupakan ekosistem alami bagi beberapa binatang. Sehingga
jika lahan tersebut mengalami perubahan fungsi, binatang-binatang tersebut akan
kehilangan tempat tinggal dan bisa mengganggu ke permukiman warga. Selain
itu, adanya lahan pertanian juga membuat air hujan termanfaatkan dengan baik
sehingga mengurangi resiko Penyebab Banjir saat musim penghujan.
3.
Sarana Prasarana Pertanian Menjadi Tidak Terpakai.
Untuk
membantu
peningkatan
produk
pertanian,
pemerintah
telah
menganggarkan biaya untuk membangun sarana dan prasarana pertanian. Dalam
sistem pengairan misalnya, akan banyak kita jumpai proyek – proyek berbagai
jenis-jenis Irigasi dari pemerintah, mulai dari membangun bendungan,
membangun drainase, serta infrastruktur lain yang ditujukan untuk pertanian.
Sehiingga jika lahan pertanian tersebut beralih fungsi, maka sarana dan prasarana
tersebut menjadi tidak terpakai lagi.
Universitas Sumatera Utara
79
4.
Banyak Buruh Tani Kehilangan Pekerjaan
Buruh tani adalah orang-orang yang tidak mempunyai lahan pertanian melainkan
menawarkan tenaga mereka untuk mengolah lahan orang lain yang butuh tenaga.
Sehingga jika lahan pertanian beralih fungsi dan menjadi semakin sedikit, maka
buruh-buruh tani tersebut terancam akan kehilangan mata pencaharian mereka.
5.
Harga Pangan Semakin Mahal
Ketika produksi hasil pertanian semakin menurun tentu saja bahan – bahan
pangan di pasaran akan semakin sulit dijumpai. Hal ini tentu saja akan
dimanfaatkan sebaik mungkin bagi para produsen maupun pedangan untuk
memperoleh keuntungan besar. Maka tidak heran jika kemudian harga – haraga
pangan tersebut menjadi mahal.
Di Kabupaten Serdang Bedagai Alih fungsi tanah pertanian juga
menimbulkan dampak negatif lain yang kurang menguntungkan. Dampak negatif
tersebut antara lain : 75
1. Berkurangnya luas sawah yang mengakibatkan turunnya produksi padi, yang
mengganggu tercapainya swasembada pangan dan timbulnya kerawanan pangan
serta mengakibatkan bergesernya lapangan kerja dari sektor pertanian
ke non pertanian. Apabila tenaga kerja tidak terserap seluruhnya akan
meningkatkan angka pengangguran.
2. Investasi pemerintah dalam pengadaan prasarana dan sarana pengairan menjadi
tidak optimal pemanfaatannya.
75
Wawancara dengan Fathruzi, Op.cit Kamis, 18 Agustus 2016
Universitas Sumatera Utara
80
3. Kegagalan investor dalam melaksanakan pembangunan perumahan maupun
industri, sebagai dampak krisis ekonomi, atau karena kesalahan perhitungan
mengakibatkan tidak termanfaatkannya tanah yang telah diperoleh, sehingga
meningkatkan luas tanah tidur yang pada gilirannya juga menimbulkan konflik
sosial seperti penjarahan tanah.
Alih fungsi lahan pertanian bukan hanya sekedar memberi dampak negatif
akan tetapi dapat pula membawa dampak positif antara lain:
1. Terhadap tersediaan lapangan kerja barukarena pembangunan perumahan
akibat alih fungsi tersebut serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
2. Terpenuhinya kebutuhan masyarakatakan pemukiman tempat tinggal yang
semakin meningkat di Kabupaten Serdang Bedagai.
Proses alih fungsi lahan pertanian pada tingkat mikro dapat dilakukan oleh
petani sendiri atau dilakukan pihak lain. Alih fungsi lahan yang dilakukan oleh pihak
lain secara umum memiliki dampak yang lebih besar terhadap penurunan kapasitas
produksi pangan karena proses alih fungsi lahan tersebut biasanya mencakup
hamparan lahan yang cukup luas, terutama ditujukan untuk pembangunan kawasan
perumahan.76 Alih fungsi lahan yang dilakukan oleh pihak lain tersebut biasanya
berlangsung melalui pelepasan hak pemilikan lahan petani kepada pihak lain yang
kemudian diikuti dengan, pemanfaatan lahan tersebut untuk kegiatan non pertanian.
Dampak alih fungsi lahan pertanian terhadap masalah pengadaan pangan pada
76
Irawan dan Friyatno, Perumusan Model Lahan Pertanian. Pusat Penelitian sosial ekonomi,
Bogor, 2005. Hal 61
Universitas Sumatera Utara
81
dasarnya terjadi pada tahap kedua. Namun tahap kedua tersebut secara umum tidak
akan terjadi tanpa melalui tahap pertama karena sebagian besar lahan pertanian
dimiliki oleh petani. Oleh karena itu pengendalian pemanfaatan lahan untuk
kepentingan pengadaan pangan pada dasarnya dapat ditempuh melalui dua
pendekatan yaitu:
1.
Mengendalikan pelepasan hak pemilikan lahan petani kepada pihak lain, dan
2.
Mengendalikan dampak alih fungsi lahan tanaman pangan tersebut terhadap
keseimbangan pengadaan pangan.
Dalam konteks pembangunan di Kabupaten Serdang Bedagai, jumlah
keluarga atau rumah tangga yang hidup dari sektor non pertanian mencapai 65%.
Beberapa faktor penting yang berpengaruh pada perubahan pola pemanfaatan lahan
pertanian di Serdang Bedagai yaitu faktor privatisasi pembangunan pemukiman skala
besar dan kota baru, serta deregulasi investasi dan kemudahan perizinan. Tiga
kebijakan nasional yang berpengaruh langsung terhadap alih fungsi lahan pertanian
ke non pertanian ialah:
1. Kebijakan privatisasi pembangunan kawasan industri sesuai Keputusan Presiden
Nomor 53 tahun 1989 yang telah memberikan keleluasaan kepada pihak swasta
untuk melakukan investasi dalam pembangunan kawasan industri dan memilih
lokasinya sesuai dengan mekanisme pasar. Dampak kebijakan ini sangat
berpengaruh pada peningkatan kebutuhan lahan sejak tahun 1989, yang telah
berorientasi pada lokasi subur dan menguntungkan dari ketersediaan infrastruktur
ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
82
2. Kebijakan pemerintah lainnya yang sangat berpengaruh terhadap perubahan
fungsi lahan pertanian ialah kebijakan pembangunan permukiman skala besar
dan kota baru. Akibat ikutan dari penerapan kebijakan ini ialah munculnya
spekulan yang mendorong minat para petani menjual lahannya. Sehingga terlihat
bahwa sering sekali terjadi ketidakserasian antar kebijakan yang dikeluarkan
pemerintah untuk mengatasi alih fungsi yang justru sering sekali justru
meningkatkan laju alih fungsi lahan terutama lahan sawah.77
Terbatasnya lahan bagi perumahan tapak dan tingginya permintaan
perumahan bagi penduduk telah mendorong terjadinya praktik alih fungsi lahan.
Khususnya, lahan pertanian menjadi kawasan perumahan. Hal ini, memiliki dampak
positif dan negatif sekaligus. Dampak positifnya, kebutuhan perumahan jelas
membutuhkan lahan untuk pembangunannya. Dengan alih fungsi lahan ini maka
kebutuhan lahan perumahan tetap tersedia. Sedangkan dampak negatifnya, yaitu
semakin berkurangnya lahan pertanian untuk menopang pangan. Banyaknya praktik
alih fungsi lahan ini sangat tergantung pada penambahan jumlah penduduk yang akan
membuat kebutuhan rumah meningkat. Selain itu, alih fungsi lahan banyak terjadi
karena harga lahan untuk lahan pertanian jauh lebih murah dibanding nonpertanian,
khususnya untuk perumahan. Meski, kebutuhan pangan dan perumahan sama-sama
penting bagi masyarakat Indonesia. Sebagai contoh satu hektare lahan pertanian bisa
jadi harganya hanya Rp 1 miliar, namun ketika pengembang masuk dan mengonversi
lahan menjadi perumaham, Rp 1 miliar hanya bisa membeli 1 kaveling tanah.
77
Widjanarko dkk, Op.cit hal 75
Universitas Sumatera Utara
83
BAB IV
PERANAN PEMERINTAH DALAM MENGATASI PERCEPATAN
ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH
PERUMAHAN DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
A. Upaya Pencegahan Alih Fungsi Tanah Pertanian
1.
Peran Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai
Persoalan alih fungsi lahan, tidak semata-mata tanggung jawab pengembang.
Pasalnya, pengembang tidak dapat membangun proyek perumahan tanpa adanya izin
dari pemerintah daerah. Alih fungsi lahan ini selalu mengikuti perkembangan
wilayah. Jadi, alih fungsi lahan sebenarnya dilakukan pemerintah untuk mendapatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk menunjang pengembangan kawasannya.
Pemerintah mengeluarkan izin pembangunan perumahan karena membutuhkan PAD
untuk pembangunan daerahnya. Harusnya pemerintah menegaskan komitmennya
dalam RTRW yang dibuat secara merata. Dengan hanya memfokuskan pembangunan
pada wilayah tertentu maka ada kesenjangan akibat perkembangan daerah yang tak
merata. Akibatnya, daerah yang perkembangannya pesat akan lebih cepat terjadi alih
fungsi lahan dan miskin kawasan pertanian. Sebaliknya, di wilayah tertentu justru
menjadi tidak berkembang.78
Alih fungsi lahan hanya terjadi di wilayah perkotaan. Sedangkan di wilayah
kabupaten alih fungsi lahan bukan terjadi di lahan pertanian, melainkan di lahan
nonagraris. Persoalan perumahan paling krusial terjadi di perkotaan. Sebab, dengan
78
Widjanarko dkk, Op.cit hal 102
83
Universitas Sumatera Utara
84
semakin menipisnya lahan membuat suplai perumahan di perkotaan menjadi
berkurang.
Pemerintah mendorong pembangunan rumah, hal ini sekaligus menekan alih
fungsi lahan. Pasalnya, semakin banyak rumah tapak yang dibangun, semakin besar
juga kebutuhan lahannya. Padahal, lahan di perkotaan semakin sedikit dan mahal.
Pemenuhan kebutuhan rumah di perkotaan rumusnya adalah vertical. Kalau tidak,
kota pasti menjadi melebar.
Hal ini antara lain karena kurangnya dukungan data dan minimnya sikap
proaktif yang memadai kearah pengendalian alih fungsi tanah pertanian tersebut.
Terdapat tiga kendala mendasar yang menjadi alasan mengapa peraturan
pengendalian alih fungsi lahan sulit terlaksana, yaitu : 79
1. Kendala Koordinasi Kebijakan. Di satu sisi pemerintah berupaya melarang
terjadinya alih fungsi lahan, tetapi di sisi lain justru mendorong terjadinya alih
fungsi lahan tersebut melalui kebijakan pertumbuhan industri/manufaktur dan
sektor nonpertanian lainnya yang dalam kenyataannya menggunakan tanah
pertanian.
2. Kendala Pelaksana Kebijakan Perturan-peraturan pengendalian alih fungsi lahan
baru menyebutkan ketentuan yang dikenakan terhadap perusahaan-perusahaan
atau badan hukum yang akan menggunakan lahan dan atau akan merubah lahan
pertanian ke nonpertanian. Oleh karena itu, perubahan penggunan lahan sawah ke
79
Ibid hal 91
Universitas Sumatera Utara
85
nonpertanian yang dilakukan secara individual/perorangan belum tersentuh oleh
peraturan- peraturan tersebut, dimana perubahan lahan yang dilakukan secara
individual diperkirakan sangat luas.
3. Kendala Konsistensi Perencanaan. RTRW yang kemudian dilanjutkan dengan
mekanisme pemberian izin lokasi, merupakan instrumen utama dalam
pengendalian untuk mencegah terjadinya alih fungsi lahan sawah beririgrasi
teknis. Namun dalam kenyataannya, banyak RTRW ysng justru merencanakan
untuk mengalihfungsikan lahan sawah beririgrasi teknis menjadi non pertanian.
Sudah selayaknya pemerintah melakukan evaluasi perancangan dan tindakan
nyata guna melindungi lahan pertanian yang kian hari kian terberangus oleh
industrialisasi, urbanisasi dan pola pokir masyarakat sendiri yang berubah.
Pemerintah juga sudah berusaha untuk mencegah alih fungsi tanah pertanian
Salah satu dengan mengeluarkan Undang – Undang Nomor 41 tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan pertanian Berkelanjutan
Kabupaten Serdang Bedagai sudah berupaya untuk mencegah alih fungsi
tanah pertanian menjadi tanah perumahan yaitu dengan dikeluarkannya Perda No 1
Tahun 2015 Tentang Perlindungan Lahan Pangan Berkelanjutan. Maksud Tujuan dari
peraturan ini tertuang pada Pasal 3 dan Pasal 4 yang berbunyi :
”Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan dimaksudkan untuk
melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian alih fungsi lahan pertanian
pangan guna menjamin ketersediaan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan,
melalui pemberian insentif kepada petani dan penerapan disensitif kepada pihak yang
melakukan alih fungsi lahan pertanian pangan”.
Pasal 4 yaitu :
Universitas Sumatera Utara
86
a.
b.
c.
d.
e.
Mempertahankan luas lahan pertanian beririgasi dan tidak beririgasi.
Mempertahankan dan meningkatkan produksi pertanian untuk mencapai
ketahanan pangan di daerah.
Melindungi dan memberdayakan petani dan masyarakat sekitar lahan pertanian
beririgasi dan tidak beririgasi.
Meningkatkan kesejahteraan petani.
Mempertahankan keseimbangan ekosistem.
Didalam pasal 30 ayat (1 dan 2) dan pasal 31 ayat (1,2 dan 3) lebih dipertegas
lagi dalam pelaksanaan alih fungsi tanah pertanian
Pasal 30
(1). Lahan yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan
dilarang dialihfungsikan.
(2). Lahan Pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya dapat dialihfungsikan oleh pemerintah daerah atau pemerintah untuk
kepentingan atau dalam hal terjadi bencana alam.
Pasal 31
(1). Alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan untuk kepentingan umum
dilaksanakan untuk keperluan pembangunan :
a. Jalan umum
b. Waduk
c. Bendungan
d. Irigasi
e. Saluran air minum atau air bersih
f. Drainase dan sanitasi.
g. Bangunan pengairan
h. Pelabuhan
i. Stasiun Kereta Api.
j. Bandar udara
k. Terminal
l. Fasilitas keselamatan umum.
m. Cagar alam
n. Pembangkit dan jaringan listrik.
(2). Alih fungsi lahan untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Memiliki kajian kelayakan strategis.
b. Memiliki Perencanaan alih fungsi lahan.
c. Pembebasan kepemilikan hak atas tanah
d. Ketersediaan lahan pengganti.
Universitas Sumatera Utara
87
(3). Luas lahan pertanian pangan berkelanjutan yang dapat difungsikan untuk
kepentingan umum, paling luas 10% dari total luas lahan pangan berkelanjutan di
Kabupaten.
Kemudian diatur dalam Pasal 48 tentang adanya sanksi bagi yang melakukan
kegiatan mengalihfungsikan lahan pangan berkelanjutan, berupa sanksi administrasi
yaitu :
a. Teguran tertulis
b. Paksaan Pemerintah
c. Pembekuan izin dan
d. Pencabutan izin.
Namun hingga saat ini belum ada pihak-pihak yang dikenai sanksi sesuai
dengan yang diatur dalam Peraturan Daerah tersebut, padahal alih fungsi lahan
pertanian terus berkelanjutan. 80
2.
Peran Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Serdang Bedagai.
Untuk mengurangi permasalahan tentang alih fungsi tanah pertanian harus ada
kebijakan pertanahan yang diambil dalam alih fungsi tanah pertanian ini, karena
kebijakan berupa peraturan yang khusus mengatur perlindungan tanahpertanian
produktif belum ada. Adapun instrumen yang harus dimiliki agar kebijakan
pengendalian ini dapat berjalan adalah Instrument Yuridis yaitu peraturan perundang
– undangan yang mengikat dengan sanksi yang sesuai dengan Instrument Insentif dan
Disinsentif bagi pemilik tanah dan pemda setempat pengalokasikan dana
dekonsentrasi untuk merangsang pemda melindungi tanah pertanian, terutama sawah.
80
Wawancara dengan Fathruzi, Op.cit Kamis, 18 Agustus 2016.
Universitas Sumatera Utara
88
Instrumen RTRW dan Perizinan Lokasi dan terakhir adalah Instrument Pengendalian
Konversi.
Setiap orang, baik individu maupun kelompok pasti membutuhkan sebidang
tanah, baik untuk dipergunakan menjadi rumah tinggal, ataupun untuk tempat usaha.
Banyak cara yang dapat kita tempuh untuk merealisasikan untuk kepentingan
tersebut, dengan jual-beli misalnya, ataupun kalau sudah memiliki sebidang tanah
kita bisa mendirikan langsung sesuai kepentingan kita, namun jika tanah yang kita
miliki adalah tanah sawah, maka ada prosedur tertentu untuk merealisasikan
kepentingan kita. Dengan cara melakukan permohonan kepada Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kotamadya setempat, dan dalam hal ini khususnya Kantor
Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai.
Dalam permohonan tersebut kita harus memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan peraturan perundangan yang berlaku, setelah memenuhi persyaratan
permohonan alih fungsi pertanian ke non pertanian tersebut, maka pihak Kantor
Pertanahan akan melakukan pemeriksaan dan peninjauan langsung ke lapangan,
setelah itu melakukan rapat kepanitiaan yang sebelumnya telah dibentuk untuk proses
alih fungsi tanah pertanian ke non pertanian tersebut, serta yang akhirnya akan
memberikan keputusan yang berisi di izinkan atau tidaknya proses peralihan tanah
pertanian ke non pertanian tersebut. Perizinan yang dilakukan dan diproses di Kantor
Pertanahan tersebut memiliki peran penting dalam menjaga kepentingan generasi
mendatang, yang dimaksud dalam hal ini adalah bahwa tidak bisa mengalih fungsikan
tanah pertanian ke non pertanian tanpa melewati prosedur yang telah ditentukan, dan
Universitas Sumatera Utara
89
prosesnya dilaksanakan di Kantor Pertanahan. Karena semakin menurunnya luas
tanah pertanian di Indonesia khususnya di Kabupaten Serdang Bedagai.
Permohonan izin perubahan tanah pertanian ke non pertanian diajukan dengan
cara mengisi formulir yang tersedia di kantor pertanahan Kabupaten/Kota setempat di
sertai kelengkapan sebagai lampiran yang terdiri dari :81
1. Tanda bukti pemilikan/penggarapan tanah.
2. Rencana penggunaan tanah.
3. Surat pernyataan untuk menggunakan tanah yang sesuai dengan permohonan
yang dibuat di atas kertas bermaterai seharga Rp. 6000,4. Identitas pemohon.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam mengajukan permohonan pengalihan
fungsi tanah pertanian ke non pertanian adalah surat permohonan harus dilampiri
dengan : 82
1. Keterangan identitas pemohon dan kelengkapan data yuridis yang terdiri dari :
a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)
b. Fotokopi sertifikat tanah atau bukti pemilikan lain yang sah.
2.
Keterangan fisik tanah untuk :
a. Perorangan
i.
Sketsa letak lokasi
81
Wawancara dengan Bapak Buchori, SE Kepala Seksi Pengendalian Tanah Kabupaten
Serdang Bedagai. Selasa 12 September 2016 Pukul 10.00 WIB
82
Ibid, Buchori
Universitas Sumatera Utara
90
ii. Pernyataan
rencana
penggunaan
dan
pemanfaatan
tanah
yang
akandilaksanakan dalam jangka waktu 36 bulan.
b. Badan Hukum dan Instansi Pemerintah
i.
Sketsa letak lokasi
ii. Proposal yang memuat rencana penggunaan dan pemanfaatan tanah dan
tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu 36 bulan
iii. Rekomendasi dari instansi teknis terkait.
3.
Surat pernyataan.
Surat pernyataan ini berisi tentang kesanggupan pihak pemohon untuk
melaksanakan persyaratan yang diberikan BPN apabila permohonannya disetujui.
Persyaratan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1.
Dalam 12 ( dua belas ) bulan sejak berlakunya keputusan tersebut adalah sebagai
berikut
a. Tanah tersebut harus sudah digunakan sesuai dengan maksud permohonannya
b. Keputusan yang bersangkutan harus didaftarkan ke Kantor Pertanahan
Kabupaten Serdang Bedagai untuk keperluan merubah penggunaan tanah
pertanian ke non pertanian pada sertifikat tanah tersebut
c. Keberadaan bangunan yang dimohon tidak mengganggu tanah pertanian di
sekitarnya.
2.
Mengajukan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) kepada Dinas/Instansi yang
berwenang
Universitas Sumatera Utara
91
3.
Melaksanakan Persyaratan sebagaimana tersebut dalam Pertimbangan Teknis
Penatagunaan Tanah dari Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai.
Hal lain yang perlu diperhatikan untuk penyediaan tanah sesuai dengan
peraturan menteri dalam negeri No. 5 tahun 1974 adalah sebagai berikut :
a.
Sejauh mungkin dihindarkan pengurangan areal tanah pertanian yang subur
b.
Sedapat mungkin dimanfaatkan tanah-tanah yang semula tidak/ kurang produktif
c.
Dihindarkan pemindahan penduduk dari tempat kediamannya
d.
Diperhatikan persyaratan untuk mencegah terjadinya pengotoran/ pencemaran
bagi daerah lingkungan yang bersangkutan.
Dalam permohonan pemberian hak atas tanah, pihak pemohon juga harus
memberikan pernyataan tentang kesanggupan untuk menjaga kualitas tanah agar tetap
lestari dan terjaga sumber daya alamnya. Dengan penggunaan tanah yang semakin
banyak di berbagai faktor pembangunan sedangkan disisi lain kita ketahui bahwa luas
tanah bersifat statis/tetap maka penggunaannya perlu diatur. Pengaturan ini bertujuan
agar pengalihan fungsi tanah pertanian ke non pertanian dapat terkendali sehingga
tidak mengganggu produksi pangan. Persyaratan dalam permohonan pengalihan
fungsi tanah pertanian ke non pertanian harus dipenuhi.
Selain syarat yang harus dipenuhi dalam pengalihan fungsi tanah pertanian ke
non pertanian, pemohon juga harus melalui prosedur yang telah ditetapkan oleh BPN.
Universitas Sumatera Utara
92
Prosedur dalam mengajukan permohonan pengalihan fungsi tanah pertanian ke non
pertanian adalah sebagai berikut :83
1.
Pemohon mengajukan permohonan izin alih fungsi tanah pertanian ke non
pertanian kepada Gubernur Sumatera Utara Cq. Kepala Kantor Wilayah BPN
Propinsi Sumatera Utara / Bupati Kabupaten Serdang Bedagai melalui kepala
Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai dilampiri :
a. Salinan surat kewarganegaraan/KTP
b. Surat Keterangan Pemilikan Tanah (SKPT)/ bukti pemilikan tanah dari kepala
Desa/Lurah
c. Surat Pengesahan Badan Hukum bagi pemohon perusahaan
d. Akte Pendirian Badan Hukum
e. SK izin lokasi
f. Surat Pernyataan dari pemohon yang berisi : bahwa apabila permohonan
perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian dikabulkan, maka
pemohon bersedia/berjanji untuk :
-
Melaksanakan pembangunan sesuai dengan permohonan selambat
lambatnya tahun setelah keluar izin perubahan penggunaan tanah
-
Melaksanakan
hal-hal
yang
dipersyaratkan
dalam
risalah
aspek
Pengaturan dan Penataan Pertanahan. Dan apabila tidak melaksanakan
ketentuan tersebut pemohon bersedia membongkar kembali usaha yang
83
Ibid, Buchori.
Universitas Sumatera Utara
93
bersangkutan di atas tanah tersebut serta SK Pemberian Izin Perubahan
Penggunaan Tanah Pertanian ke Non Pertanian batal demi hukum.
2.
Panitia Pertimbangan Perubahan Penggunaan Tanah Kabupaten Serdang Bedagai
melakukan pemeriksaan dan peninjauan ke lapangan atas permohonan izin
perubahan penggunaan tanah dimaksud, yang hasilnya dituangkan dalam berita
acara pemeriksaan panitia perubahan penggunaan tanah pertanian ke non
pertanian
3.
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan berita acara
tersebut selanjutnya mengirim konsep SK Bupati Kabupaten Serdang Bedagai
tentang Izin Perubahan Penggunaan Tanah Pertanian ke Non Pertanian kepada
Bupati Kabupaten Serdang Bedagai.
4.
Bupati Kabupaten Serdang Bedagai menerbitkan SK Izin Perubahan Penggunaan
Tanah pertanian ke non pertanian.
5.
Setelah menerima SK tersebut pemohon harus mendaftarkan ke Kantor
Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai.
Untuk itu dalam mengatasi percepatan alih fungsi tanah pertanian oleh dinas
Pertanian yaitu dengan menambahkan syarat-syarat pengajuan perubahan peruntukan
tanah dengan meminta rekomendasi atau izin perubahan Dari Badan Pertanahan
Serdang Bedagai.
Dalam Surat Edaran Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 460-3346 tanggal 31 Oktober 1994 tentang perubahan penggunaan
tanah pertanian ke non pertanian menginstruksikan kepada Kepala Kantor wilayah
Universitas Sumatera Utara
94
Badan
Pertanahan
Nasional
Propinsi
dan
kepala
kantor
Pertanahan
kabupaten/kotamadya di seluruh Indonesia agar dalam penanganan izin lokasi,
peninjauan RTRW Propinsi dan RTRW Kabupaten/Kotamadya.
Usaha efisiensi penggunaan tanah berpedoman kepada keputusan Badan
Koordinasi Tata Ruang Nasional, yang isinya sebagai berikut :84
1.
Proses izin lokasi yang diajukan berdasarkan RTRW yang telah ada bagi
penggunaan tanah sawah beririgasi teknis. Untuk penggunaan di luar pertanian
untuk wilayah perkotaan yaitu :
a. Jika sudah ada izin lokasi, maka:
-
Untuk lahan yang sudah dibangun dan lahan sudah dibebaskan meskipun
belum dibangun, izin yang sudah ada diberlakukan.
-
Untuk lahan yang belum dibebaskan, pemilik izin diperingatkan untuk
membebaskan lahan tersebut sampai batas waktu tertentu dan bilamana
tidak dilakukan, izin tidak diperpanjang.
b. Jika belum ada izin lokasi, maka:
-
Untuk lahan yang sudah dibangun izin dapat diberikan, setelah memenuhi
kelengkapan persyaratan izin lokasi yang tetapkan.
-
Untuk lahan yang telah dibebaskan tetapi belum dibangun, dan telah
memenuhi semua persyaratan izin lokasi, izin dapat diberikan.
-
84
Untuk lahan yang belum dibebaskan, izin tidak diberikan.
Ibid , Buchori
Universitas Sumatera Utara
95
2.
Membantu Pemda Propinsi dan Pemda Kabupaten/Kotamadya dalam menyusun
dan/atau merevisi RTRW Propinsi dan RTRW Kabupaten /Kotamadya yaitu :
a. Tidak memasukkan sawah beririgasi teknis untuk penggunaan non pertanian.
b. Mengubah peruntukan tanah sawah beririgasi teknis untuk penggunaan non
pertanian dalam RTRW yang ada ke dalam penggunaan tanah tetap sebagai
sawah beririgasi teknis.
3.
Izin lokasi untuk perusahan pembangunan perumahan :
a. Agar dilakukan penyaringan yang ketat tentang pemberian izin lokasi untuk
perumahan.
b. Jika izin-izin lokasi yang telah diberikan telah cukup untuk menopang
pembangunan perumahan rakyat, untuk semntara tidak diberikan izin lokasi
baru. Jika terpaksa harus diberikan izin lokasi baru, agar jangan di atas tanah
sawah beririgasi teknis.
Tanah yang dapat dialih fungsikan adalah tanah yang pada peta Rencana Tata
Ruang Wilayah memang diperuntukan bukan untuk tanah pertanian, sedang tanah
yang tidak dapat dialih fungsikan adalah tanah yang pada peta Rencana Tata Ruang
Wilayah diperuntukan untuk tanah pertanian, yang intinya bahwa setiap pengajuan
alih fungsi tanah pertanian ke non pertanian syarat yang utama adalah letak tanah
harus sesuai peta Rencana Tata Ruang Wilayah
Hal ini terkait dengan upaya yang dilakukan Kantor Pertanahan Kabupaten
Serdang Bedagai dalam mengendalikan alih fungsi tanah pertanian ke non pertanian,
mengingat dewasa ini tanah pertanian semakin menipis jumlahnya dan hal tersebut
Universitas Sumatera Utara
96
tidak sesuai dengan tujuan dari pembangunan berkelanjutan, yang mana tetap
memperdulikan kwalitas lingkungan hijau yang ada disekitar kita (tanah pertanian
salah satunya), walaupun kemajuan teknologi menuntut kita untuk selalu mengikuti
perkembangan, salah satunya adalah pembangunan untuk sarana dan prasarana umum
yang peruntukanya untuk masyarakat Indonesia sendiri.
Saat ini ada beberapa ketentuan tentang peraturan-peraturan yang melindungi
alih fungsi tanah pertanian, antara lain :
a.
UU Nomor 56 Prp 1960 (Luas tanah maksimum dan minimum)
b.
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan tanah.
c.
Kepres 53/1989 Jo. 41/1996 Jo. 98/1998 tentang Kawasan Industri
d.
Undang-Undang Nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan lahan pertanian
pangan berkelanjutan.
e.
UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang
f.
Berbagai surat edaran Meneg Agraria/KaBPN, Meneg PPN/KaBappenas,
Mendagri tentang larangan konversi sawah irigasi teknis untuk penggunaan
lain85.
Adapun tata cara yang harus dilakukan pemohon untuk merubah fungsi
peruntukan tanah harus sesuai dengan syarat-syarat dari BPN Kabupaten Serdang
Bedagai, Dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Serdang Bedagai
berperan sangat penting dalam melaksanakan izin perubahan peruntukan tanah
karena dalam alih fungsi tersebut BPN harus mengeluarkan surat izin perobahan
85
http://garasi.in/strategi-pengendalian-alih-fungsi-tanah-pertanian.html
Universitas Sumatera Utara
97
peruntukan yang dikeluarkan oleh Pengendalian, Pengaturan Tanah Pertanian (Seksi
III). Setelah izin tersebut keluar barulah petugas Seksi III tersebut meninjau kelokasi
untuk melihat kebenaran yang dimohonkan izin tersebut.
Peninjauan tersebut dilakukan oleh Seksi III hanyalah untuk melihat apakah
tanah pertanian yang dimohonkan izin perubahan peruntukan tersebut sesuai atau
tidak dengan rencana tata ruang kota tersebut.
Setelah sesuai dengan rencana tata ruang maka setelah itu barulah pemohon
tersebut memohon berkas untuk tindakan selanjutnya, seperti permohonan pemecahan
dan lain-lain.
Berdasarkan hal tersebut. Badan Pertanahan Nasional (BPN) berperan penting
untuk mempertahankan lahan pertanian dan tidak akan memberikan izin perubahan
penggunaan tanah yang bertentangan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW),
Namun yang terjadi dilapangan alih fungsi lahan pertanian terus berkelanjutan.
Apakah hal ini karena ada penyimpangan dari oknum aparat pemerintah pemberi
izin.
3.
Peran Notaris/PPAT
Prosedur jual beli tanah yang harus diperhatikan adalah harus memperhatikan
Pasal 37 Peraturan Pemerintah no.24 tentang pendaftaran tanah, bahwa jual beli tanah
harus dilakukan di hadapan PPAT agar jual belinya dapat didaftarkan di Kantor
Pertanahan. Prosedur lebih lanjut dalam jual beli tanah diatur dalam PMA No.3 tahun
1997 tentang Peraturan Pelaksanaan PP no 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
Universitas Sumatera Utara
98
Objek jual beli adalah hak atas tanah (tanah). Tanahnya dapat berupa tanah
Perumahan atau tanah pertanian. Dalam jual beli tanah Pertanian maka harus
diperhatikan tentang ketentuan-ketantuan dalam Undang-Undang landreform (UU
No.56 Prp tahun 1960 tentang landreform Indonesia) dan Peraturan Pemerintah No.
224 tahun 1960 tentang Prosedur jual beli tanah yang harus diperhatikan adalah harus
memperhatikan Pasal 37 Peraturan Pemerintah no. 24 tentang pendaftaran tanah,
bahwa jual beli tanah harus dilakukan di hadapan PPAT agar jual belinya dapat
didaftarkan di Kantor Pertanahan. Prosedur lebih lanjut dalam jual beli tanah diatur
dalam PMA No.3 tahun 1997 tentang Peraturan Pelaksanaan PP no 24 tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah. 86
Dalam hal ini tanah yang dijual apakah tanah pertanian ataukah tanah
perumahan atau bangunan. Untuk jual beli tanah dan bangunan maka harus
diperjanjikan dan dinyatakan secara tegas bahwa yang dijual adalah tanah dan
bangunan dituangkan dalam akta jual beli tanah, maka sebelum dibuat akte jual beli
harus jelas apakah bangunan atau tanaman di atas tanah itu turut dijual (dibeli) atau
tidak. Hal itu nanti disebut secara tegas dalam akte jual beli. Kalau tentang bangunan
dan atau tanaman itu
BAB III
DAMPAK DARI ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN
MENJADI TANAH PERUMAHAN DI KABUPATEN
SERDANG BEDAGAI
A. Peraturan Yang Berkaitan Dengan Alih Fungsi Tanah Pertanian
Dalam rangka alih fungsi tanah pertanian ke non pertanian Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai mengeluarkan peraturan yang
menjadi pegangan dalam pelaksanaannya :
1.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok – Pokok
Agraria (Pasal 2 dan pasal 14)
Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar, bumi, air
dan ruang angkasa, termaksuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya pada
tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.
Hak menguasai dari Negara memberi wewenang untuk: 73
a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut.
b. Menentukan dan mengatur hubungan – hubungan hukum antara orang – orang
dengan bumi, air dan ruang angkasa.
c. Mengatur hubungan hukum antara orang dengan perbuatan hukum yang
mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
Pemerintah membuat suatu rencana umum mengenai persediaan, peruntukan
dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya. Berdasarkan rencana umum tersebut, pemerintah daerah mengatur
73
AP. Parlindungan, Komentar Atas Undang –undang Pokok Agraria, Mandar Maju,
Bandung, 1983 hal 12
65
Universitas Sumatera Utara
66
persediaan, peruntukan dan penggunaan bumi, air dan ruang angkaa untuk daerahnya,
sesuai dengan keadaan daerah masing – masing dalam peraturan daerah.
2.
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (pasal 3, 7 ayat
(1) dan (2), 11 ayat (1) dan (2).
Ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi ruang
darat, ruang laut, ruang udara, termaksud ruang di dalam bumi, maupun sebagai
sumber daya, perlu ditingkatkan upaya pengelolaannya secara bijaksana, berdaya
guna, dan berhasil guna dengan berpedoman pada kaidah penataan ruang sehingga
kualitas ruang wilayah nasional dapat terjaga keberlanjutannya demi terwujudnya
kesehjateraan umum dan keadilan sosial sesuai dengan landasan konstitusional
Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pasal 3 yang berbunyi :
“Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah
nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskanWawasan
Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan:
a. terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
b. terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya
buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan
c. terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Pasal 7 yang berbunyi :
”(1).Negara menyelenggarakan penataan ruang untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat.
(2). Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
negaramemberikan kewenangan penyelenggaraan penataan ruang kepada
Pemerintah dan pemerintah daerah.
Pasal 11 yang berbunyi :
Universitas Sumatera Utara
67
“(1).Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penataan
ruang meliputi:
a. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan
ruang wilayah kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten/kota;
b. Pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota;
c. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan
d. kerja sama penataan ruang antarkabupaten/ kota.
(2). Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam pelaksanaan penataan ruang
wilayah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufmeliputi:
a. Perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/ kota;
b. Pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota; dan
c. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan tanah (pasal
1 ayat (1), 3, 4 ayat (3), 7,8, 16.
Penatagunaan tanah adalah sama dengan pola pengelolaan tata guna tanah
yang meliputi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang berwujud
konsolidasi pemanfaatan tanah melalui pengaturan kelembagaan yang terkait dengan
pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara
adil.
Penatagunaan tanah diselenggarakan berdasarkan Rencana Tata Ruang
Wiilayah Kabupaten / kota. Penggunaan dan pemanfaatan tanahnya harus sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. Kesesuaian penggunaan dan pemanfaatan
tanah ditentukan berdasarkan pedoman, standar dan kriteria teknis . pemegang hak
atas tanah wajib menggunakan dan dapat memanfaatkan tanah sesuai RTRW, serta
memelihara tanah dan mencegah kerusakan tanah. Apabila terjadi perubahan RTRW,
maka penggunaan dan pemanfaatan tanah mengikuti RTRW yang terakhir.
Pasal 7 yang berbunyi :
Universitas Sumatera Utara
68
”(1).Terhadap tanah-tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, penggunaan dan
pemanfaatan tanahnya harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah.
(2). Kesesuaian penggunaan dan pemanfaatan tanah terhadap Rencana Tata Ruang
Wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan pedoman,
standar dan kriteria teknis yang ditetapkan oleh Pemerintah.
(3) Pedoman, standar dan kriteria teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dijabarkan lebih lanjut oleh Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan kondisi
wilayah masing-masing.
(4) Penggunaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah tidak dapat diperluas atau dikembangkan
penggunaannya.
(5) Pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah tidak dapat ditingkatkan pemanfaatannya.
Pasal 8 yang berbunyi :
Pemegang hak atas tanah wajib menggunakan dan dapat memanfaatkan tanah sesuai
Rencana Tata Ruang Wilayah, serta memelihara tanah dan mencegah kerusakan
tanah.
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah ini
sebenarnya sudah sangat mengakomodir segala pemanfaatan dari tanah tersebut.
Pemilik hak atas tanah harusnya memahami atau menggunakannya sesuai dengan
peruntukan yang ia mohonkan pertama sekali terhadap tanah yang ia miliki.
Penggunaan tanah tersebut harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah,
misalnya peruntukan permohonan tanah tersebut untuk pertanian harusnya
dipergunakan untuk pertanian jangan dipergunakan peruntukannya untuk yang lain
misalnya perumahan ataupun Industri.
Perubahan pemakaian tanah yang tidak sesuai dengan peruntukan permohonan
pertama kali akan merubah segala penataan yang telah diatur dan selanjutnya akan
mengganggu stabilitas wilayah daerah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
69
4.
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pangan
Berkelanjutan.
Dalam UU Nomor 41 tahun 2009 tersebut diamanatkan dalam pasal 18
tentang penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LPPB), yaitu kawasan
pertanian pangan berkelanjutan diatur dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah
(RTRW) Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/ Kota.
pasal 44 diterangkan soal alih fungsi lahan yaitu :
“Lahan yang sudah ditetapkan sebagai LPPB dilindungi dan dilarang dialihfungsikan.
Kalaupun dialihfungsikan, LPPB dapat dialihfungsikan untuk kepentingan umum. Itu
pun dengan syarat harus melalui kajian kelayakan strategis, disusun rencana alih
fungsi, dibebaskan dari pemilik, dan disediakan lahan pengganti.”
Tujuan dari undang-undang ini adalah :
a.
Menjamin tersedianya lahan pangan berkelanjutan.
b.
Mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan.
c.
Meningkatkan kesehjateraan dan pemberdayaan masyarakat.
d.
Mencegah alih fungsi lahan pertanian pangan.
e.
Mendorong pengalihan fungsi lahan non pertanian pangan ke pertanian pangan
serta mendorong pembukaan lahan baru pertanian pangan abadi.
f.
Memperkuat jaringan pengaman sosial ekonomi kerakyatan.
g.
Memperkuat jaringan penyediaan lapangan kerja produktif.
h.
Mempertahankan keseimbangan ekologis.
i.
Mempertahankan multifungsi pertanian.
Universitas Sumatera Utara
70
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Pemukiman.
Tujuan dari Peraturan ini adalah :
a.
Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan
pemukiman.
b. Mendukung penataan dan pengembangan wilayah
c.
Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan
perumahan dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan.
d. Memberdayakan para pemangku kepentingan.
e.
Menunjang pembangunan bidang ekonomi, sosial dan budaya.
f.
Menjamin terwujudnya rumah layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang
sehat, aman, serasi.
Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan
pemukiman disebutkan bahwa penataan perumahan harus tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan, serta harus dapat mendukung penambahan pendapatan
masyarakat dalam bidang ekonomi dan juga kesehjatraan masyarakat. Pembangunan
perumahan dan pemukiman yang tidak sesuai dengan peraturan dan perencanaan
seperti yang tertuang dalam Undang-undang ini tidak akan memberikan dampak
poositif terhadap masyarakat, sebaliknya akan memberikan dampak yang buruk,
seperti akan berdampak pada kumuhnya pemukiman masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
71
6. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional.
Pasal 2 mengatakan Tujuan dari Penataan ruang wilayah nasional bertujuan
agar keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten / kota dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak
negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Jika pemanfaatan ruang tidak
sesuai dengan RTRW maka akan dapat mengakibatkan terjadinya tindakan yang
dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik
lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang
pembangunan yang berkelanjutan.
Hendaknya dalam melakukan alih fungsi tanah juga harus mengacu pada
RTRWN agar pemanfaatan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional
dapat terwujud keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Penetapan dan Alih Fungsi
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Yang menjadi ruang lingkup dari Peraturan ini adalah Penetapan lahan
pertanian pangan berkelanjutan dan alih fungi lahan pertanian pangan berkelanjutan,
jadi tujuan dari peraturan ini terdapat pada pasal 3 yang berbunyi mewujudkan dan
menjamin tersedianya lahan pertanian pangan berkelanjutan, mengendalikan alih
fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan, mewujudkan kemandirian, ketahanan
dan kedaulatan pangan nasional.
Universitas Sumatera Utara
72
Didalam pasal 35
ayat (1) Lahan yang sudah ditetapkan sebagai lahan
pertanian pangan berkelanjutan dilindungi dan dilarang di alih fungsikan. Didalam
pasal 36 lebih dipertegas lagi, Alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan yang
dilakukan dalam rangka pengadaan tanah untuk kepentingan umum juga harus
memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah. Jelaslah bahwa alih fungsi tanah
pertanian pangan berkelanjutan menjadi tanah perumahan dilarang keras.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Insentif Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Yang dimaksud dengan Insentif adalah pemberian penghargaan kepada petani
yang mempertahankan dan tidak mengalihfungsikan lahan pertanian pangan
berkelanjutan. Didalam pasal 2 pemberian insentif bertujuan untuk
a. Mendorong perwujudan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang telah
ditetapkan
b. Meningkatkan upaya pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan
berkelajutan.
c. Meningkatkan pemberdayaan, pendapatan, dan kesehjatraan bagi petani
d. Memberikan kepastian hak atas tanah bagi petani
e. Meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam rangka
pemanfaatan, pengembangan dan perlindungan lahan pertanian pangan
berkelanjutan sesuai dengan tata ruang.
Jika
pemerintah
melakukan
sesuai
dengan
ketentuan
diatas
maka
kemungkinan besar petani tidak akan mengalihfungskian tanah pertanian mereka, saat
ini umumnya petani ingin menjual tanah pertanian mereka karena tidak ada adanya
peran pemerintah untuk mensehjatrakan kehidupan para petani.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2012 Tentang Sistem Informasi Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Universitas Sumatera Utara
73
Sistem informasi lahan pertanian yaitu dengan menyelenggarakan system
informasi serta administrasi lahan pertanian pangan berkelanjutan dan lahan cadangan
pertanian pangan berkelanjutan. Tujuan dari peraturan ini terdapat pada pasal 2 yang
berbunyi :
a. Mewujudkan penyelenggaran perlindungan lahan pertanian pangan
berkelanjutan secara terpadu dan
b. Menghasilkan data dari informasi yang akurat, relevan, dan dapat
dipertanggungjawabkan yang digunakan sebagai dasar perencanaan,
penetapan, pemanfaatan, dan pengendalian kawasan serta lahan yang dapat di
akses oleh masyarakat dan pemangku kepentingan.
Hal ini tentu sangat baik melihat tujuan dari peraturan ini mencari data
informasi yang akurat tentang luas lahan pertanian dan siapa pemilik lahan pertanian
tersebut, sehingga diharapkan pemerintah dapat mensejahtrakan petani, agar para
petani dapat terus mempertahankan lahan pertanian mereka.
10. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2012 Tentang Pembiayaan Perlindungan
Lahan Pertanian Berkelanjutan.
Didalam pasal 4 ayat (1dan 2) mengatakan tujuan dari peraturan ini ialah:
1.
2.
Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah kabupaten kota mengalokasikan
pembiayaan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan berdasarkan
tugas dan wewenangnya.
Pengalokasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan mentri,
gubernur, bupat//walikota sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Hendaknya dalam hal ini bahwa pengembangan luas wilayah pertanian harus
ditingkatkan dan pemerintah diharapkan dapat melakukan pembinaan dan
pengawasan kepada para petani agar para petani tidak menglami kerugian atau land
rent.
Universitas Sumatera Utara
74
11. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 3 Tahun 2015 Tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Perlindungan
lahan
pertanian
pangan
berkelanjutan
diselenggarakan
berdasarkan asas manfaat, berkelanjutan dan konsisten, produktif, keterpaduan,
keterbukaan dan akuntabilitas, kebersamaan dan gotong-royong, partisipatif,
keadilan, keserasian, keselarasan, keseimbangan. Peraturan ini bertujuan untuk
melindungi kawasan dan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan, menjamin
tersedianya lahan pertanian pangan secara berkelanjutan.
Tingginya alih fungsi tanah di Sumatera Utara menjadi salah satu kendala
untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi 13.937.797 jiwa penduduknya. Untuk
mengatasi tingginya alih fungsi tanah pemerintah provinsi Sumatera Utara telah
mengeluarkan peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 3 Tahun 2015,
perda ini diharapkan menjadi solusi untuk mempertahankan keberadaan lahan
pertanian dalam mewujudkan dan menjaga ketahanan pangan di Sumatera Utara.
Perda ini turut akan melindungi lahan pertanian seluas 434.464,63 Ha yang terdiri
dari lahan sawah seluas 398.913,22 Ha dan lahan cadangan seluas 34.551,41 Ha 74
Lahan pertanian pangan yang ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan
berkelanjutan dapat berupa : lahan beririgasi, lahan tidak beririgasi, dan lahan
reklamasi rawa pasang surut dan non pasang surut.
12. Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 1 Tahun 2015 Tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
74
http://sumutprov.go.id/berita-lainnya/1090-Plt-Gubsu-Perda-Perlindungan-lahan-pangansolusi-atasi-tingginya-konversi.
Universitas Sumatera Utara
75
Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan dimaksudkan untuk
melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian alih fungsi lahan pertanian
pangan guna menjamin ketersediaan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan,
melalui pemberian insentif kepada petani dan penerapan disinsentif kepada pihak
yang melakukan alih fungsi lahan pertanian pangan.
Kabupaten Serdang Bedagai sebagai daerah agraris telah memberikan
kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan nasional sekaligus menjadi mata
pencaharian pokok dan
sumber penyediaan lapangan
pekerjaan. Semakin
meningkatnya pertumbuhan penduduk, perkembangan ekonomi dan industri
mengakibatkan terjadinya degradasi, alih fungsi lahan dan fragmentasi lahan
pertanian pangan yang berpengaruh terhadap daya dukung guna menjamin
kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan di daerah.
Peraturan ini bertujuan untuk melindungi :
a.
Mempertahankan luas lahan pertanian beririgasi dan tidak beririgasi
b.
Mempertahankan dan meningkatkan produksi pertanian untuk mencapai
ketahanan pangan di daerah.
c.
Melindungi dan memberdayakan petani dan masyarakat sekitar lahan pertanian
beririgasi dan tidak beririgasi
d.
Meningkatkan kesejahteraan petani dan
e.
Mempertahankan keseimbangan ekosistem.
Lahan pertanian yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan
berkelanjutan dilarang di alih fungsikan, lahan pertanian pangan berkelanjutan yang
Universitas Sumatera Utara
76
ingin di alih fungsikan menjadi kepentingan umum hanya boleh dilakukan oleh
pemerintah daerah atau pemerintah atau dalam hal terjadi bencana alam. Luas lahan
pertanian berkelanjutan yang dapat di alihfungsikan untuk kepentingan umum paling
luas 10 % (sepuluh persen) dari total luas lahan pangan berkelanjutan di Kabupaten
Serdang Bedagai.
13. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Serdang Bedagai.
Penataan ruang wilayah Kabupaten Serdang Bedagai bertujuan untuk
menjadikan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan dengan mengoptimalkan posisi strategis, potensi pertanian dan kelautan
yang berwawasan lingkungan. Untuk mencapat tujuan tersebut harus melakukan
kebijakan sebagai berikut :
a.
Pengoptimalan posisi strategis wilayah Kabupaten Serdang Bedagai terhadap
pesatnya perkembangan wilayah sendiri.
b.
Pengembangan lahan untuk kegiatan perkotaan dan permukiman.
c.
Peningkatan produktivitas wilayah melalui dukungan sumber daya alam yang
berkelanjutan.
d.
Peningkatan prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas untuk mendukung
pengembangan potensi ekonomi daerah mitigasi bencana.
Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai sebenarnya sudah sangat baik dalam mengatur
tata ruang wilayahnya, untuk mencapai tujuan dan peraturan daerah ini maka harus
Universitas Sumatera Utara
77
mendapat dukungan dari peraturan-peraturan yang lain yang sesuai dengan tujuannya.
Untuk mencapai apa yang dicita-citakan dalam undang-undang ini maka peran serta
dari pemerintah selaku pemangku kebijakan serta masyarakat sebagai penyelenggara
pembangunan perumahan. Salah satu pemohon hak untuk membangun perumahan
harus benar-benar menjalankannya sesuai dengan aturan yang ada. Masyarakat serta
pemerintah Serdang Bedagai harus senantiasa menjaga amanah dari peraturan daerah
guna membangun dan memajukan kabupaten Serdang Bedagai. Untuk itu perlu
adanya kerja sama yang kuat antara pemerintah dan masyarakat dalam hal ini Dinas
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.
Karena perubahan peruntukan yang tidak sesuai dengan RTRW akan merubah
segala pemetaan yang telah ada mengakibatkan dampak yang sangat buruk.
B. Dampak Alih Fungsi Tanah Pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai
Alih fungsi tanah pertanian ke penggunaan non pertanian dapat berdampak
terhadap turunnya produksi pertanian, serta akan berdampak pada dimensi yang lebih
luas dimana berkaitan dengan aspek-aspek perubahan orientasi ekonomi, sosial,
budaya, dan politik masyarakat.
Indonesia yang merupakan Negara Agraris, tentu saja Indonesia memiliki
banyak sekali potensi pertanian atau perkebunan yang bisa dijadikan sumber
perekenomian Negara. Akan tetapi, seiring berkembangnya sistem perekonomian
serta meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan lahan untuk kepentingan
dalam bidang selain pertanian semakin meningkat pula.
Universitas Sumatera Utara
78
Berikut beberapa dampak alih fungsi tanah pertanian :
1.
Menurunnya Produksi Pangan Nasional.
Akibat lahan pertanian yang semakin sempit, maka hasil produksi juga akan
terganggu. Dalam skala besar, stabilitas pangan nasional juga akan sulit tercapai.
Mengingat jumlah penduduk yang semakin meningkat tiap tahunnya sehingga
kebutuhan pangan juga bertambah, namun lahan pertanian justru semakin
berkurang.
2.
Mengancam Keseimbangan Ekosistem
Dengan berbagai keanekaragaman populasi di dalamnya, sawah atau lahan-lahan
pertanian lainnya merupakan ekosistem alami bagi beberapa binatang. Sehingga
jika lahan tersebut mengalami perubahan fungsi, binatang-binatang tersebut akan
kehilangan tempat tinggal dan bisa mengganggu ke permukiman warga. Selain
itu, adanya lahan pertanian juga membuat air hujan termanfaatkan dengan baik
sehingga mengurangi resiko Penyebab Banjir saat musim penghujan.
3.
Sarana Prasarana Pertanian Menjadi Tidak Terpakai.
Untuk
membantu
peningkatan
produk
pertanian,
pemerintah
telah
menganggarkan biaya untuk membangun sarana dan prasarana pertanian. Dalam
sistem pengairan misalnya, akan banyak kita jumpai proyek – proyek berbagai
jenis-jenis Irigasi dari pemerintah, mulai dari membangun bendungan,
membangun drainase, serta infrastruktur lain yang ditujukan untuk pertanian.
Sehiingga jika lahan pertanian tersebut beralih fungsi, maka sarana dan prasarana
tersebut menjadi tidak terpakai lagi.
Universitas Sumatera Utara
79
4.
Banyak Buruh Tani Kehilangan Pekerjaan
Buruh tani adalah orang-orang yang tidak mempunyai lahan pertanian melainkan
menawarkan tenaga mereka untuk mengolah lahan orang lain yang butuh tenaga.
Sehingga jika lahan pertanian beralih fungsi dan menjadi semakin sedikit, maka
buruh-buruh tani tersebut terancam akan kehilangan mata pencaharian mereka.
5.
Harga Pangan Semakin Mahal
Ketika produksi hasil pertanian semakin menurun tentu saja bahan – bahan
pangan di pasaran akan semakin sulit dijumpai. Hal ini tentu saja akan
dimanfaatkan sebaik mungkin bagi para produsen maupun pedangan untuk
memperoleh keuntungan besar. Maka tidak heran jika kemudian harga – haraga
pangan tersebut menjadi mahal.
Di Kabupaten Serdang Bedagai Alih fungsi tanah pertanian juga
menimbulkan dampak negatif lain yang kurang menguntungkan. Dampak negatif
tersebut antara lain : 75
1. Berkurangnya luas sawah yang mengakibatkan turunnya produksi padi, yang
mengganggu tercapainya swasembada pangan dan timbulnya kerawanan pangan
serta mengakibatkan bergesernya lapangan kerja dari sektor pertanian
ke non pertanian. Apabila tenaga kerja tidak terserap seluruhnya akan
meningkatkan angka pengangguran.
2. Investasi pemerintah dalam pengadaan prasarana dan sarana pengairan menjadi
tidak optimal pemanfaatannya.
75
Wawancara dengan Fathruzi, Op.cit Kamis, 18 Agustus 2016
Universitas Sumatera Utara
80
3. Kegagalan investor dalam melaksanakan pembangunan perumahan maupun
industri, sebagai dampak krisis ekonomi, atau karena kesalahan perhitungan
mengakibatkan tidak termanfaatkannya tanah yang telah diperoleh, sehingga
meningkatkan luas tanah tidur yang pada gilirannya juga menimbulkan konflik
sosial seperti penjarahan tanah.
Alih fungsi lahan pertanian bukan hanya sekedar memberi dampak negatif
akan tetapi dapat pula membawa dampak positif antara lain:
1. Terhadap tersediaan lapangan kerja barukarena pembangunan perumahan
akibat alih fungsi tersebut serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
2. Terpenuhinya kebutuhan masyarakatakan pemukiman tempat tinggal yang
semakin meningkat di Kabupaten Serdang Bedagai.
Proses alih fungsi lahan pertanian pada tingkat mikro dapat dilakukan oleh
petani sendiri atau dilakukan pihak lain. Alih fungsi lahan yang dilakukan oleh pihak
lain secara umum memiliki dampak yang lebih besar terhadap penurunan kapasitas
produksi pangan karena proses alih fungsi lahan tersebut biasanya mencakup
hamparan lahan yang cukup luas, terutama ditujukan untuk pembangunan kawasan
perumahan.76 Alih fungsi lahan yang dilakukan oleh pihak lain tersebut biasanya
berlangsung melalui pelepasan hak pemilikan lahan petani kepada pihak lain yang
kemudian diikuti dengan, pemanfaatan lahan tersebut untuk kegiatan non pertanian.
Dampak alih fungsi lahan pertanian terhadap masalah pengadaan pangan pada
76
Irawan dan Friyatno, Perumusan Model Lahan Pertanian. Pusat Penelitian sosial ekonomi,
Bogor, 2005. Hal 61
Universitas Sumatera Utara
81
dasarnya terjadi pada tahap kedua. Namun tahap kedua tersebut secara umum tidak
akan terjadi tanpa melalui tahap pertama karena sebagian besar lahan pertanian
dimiliki oleh petani. Oleh karena itu pengendalian pemanfaatan lahan untuk
kepentingan pengadaan pangan pada dasarnya dapat ditempuh melalui dua
pendekatan yaitu:
1.
Mengendalikan pelepasan hak pemilikan lahan petani kepada pihak lain, dan
2.
Mengendalikan dampak alih fungsi lahan tanaman pangan tersebut terhadap
keseimbangan pengadaan pangan.
Dalam konteks pembangunan di Kabupaten Serdang Bedagai, jumlah
keluarga atau rumah tangga yang hidup dari sektor non pertanian mencapai 65%.
Beberapa faktor penting yang berpengaruh pada perubahan pola pemanfaatan lahan
pertanian di Serdang Bedagai yaitu faktor privatisasi pembangunan pemukiman skala
besar dan kota baru, serta deregulasi investasi dan kemudahan perizinan. Tiga
kebijakan nasional yang berpengaruh langsung terhadap alih fungsi lahan pertanian
ke non pertanian ialah:
1. Kebijakan privatisasi pembangunan kawasan industri sesuai Keputusan Presiden
Nomor 53 tahun 1989 yang telah memberikan keleluasaan kepada pihak swasta
untuk melakukan investasi dalam pembangunan kawasan industri dan memilih
lokasinya sesuai dengan mekanisme pasar. Dampak kebijakan ini sangat
berpengaruh pada peningkatan kebutuhan lahan sejak tahun 1989, yang telah
berorientasi pada lokasi subur dan menguntungkan dari ketersediaan infrastruktur
ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
82
2. Kebijakan pemerintah lainnya yang sangat berpengaruh terhadap perubahan
fungsi lahan pertanian ialah kebijakan pembangunan permukiman skala besar
dan kota baru. Akibat ikutan dari penerapan kebijakan ini ialah munculnya
spekulan yang mendorong minat para petani menjual lahannya. Sehingga terlihat
bahwa sering sekali terjadi ketidakserasian antar kebijakan yang dikeluarkan
pemerintah untuk mengatasi alih fungsi yang justru sering sekali justru
meningkatkan laju alih fungsi lahan terutama lahan sawah.77
Terbatasnya lahan bagi perumahan tapak dan tingginya permintaan
perumahan bagi penduduk telah mendorong terjadinya praktik alih fungsi lahan.
Khususnya, lahan pertanian menjadi kawasan perumahan. Hal ini, memiliki dampak
positif dan negatif sekaligus. Dampak positifnya, kebutuhan perumahan jelas
membutuhkan lahan untuk pembangunannya. Dengan alih fungsi lahan ini maka
kebutuhan lahan perumahan tetap tersedia. Sedangkan dampak negatifnya, yaitu
semakin berkurangnya lahan pertanian untuk menopang pangan. Banyaknya praktik
alih fungsi lahan ini sangat tergantung pada penambahan jumlah penduduk yang akan
membuat kebutuhan rumah meningkat. Selain itu, alih fungsi lahan banyak terjadi
karena harga lahan untuk lahan pertanian jauh lebih murah dibanding nonpertanian,
khususnya untuk perumahan. Meski, kebutuhan pangan dan perumahan sama-sama
penting bagi masyarakat Indonesia. Sebagai contoh satu hektare lahan pertanian bisa
jadi harganya hanya Rp 1 miliar, namun ketika pengembang masuk dan mengonversi
lahan menjadi perumaham, Rp 1 miliar hanya bisa membeli 1 kaveling tanah.
77
Widjanarko dkk, Op.cit hal 75
Universitas Sumatera Utara
83
BAB IV
PERANAN PEMERINTAH DALAM MENGATASI PERCEPATAN
ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH
PERUMAHAN DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
A. Upaya Pencegahan Alih Fungsi Tanah Pertanian
1.
Peran Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai
Persoalan alih fungsi lahan, tidak semata-mata tanggung jawab pengembang.
Pasalnya, pengembang tidak dapat membangun proyek perumahan tanpa adanya izin
dari pemerintah daerah. Alih fungsi lahan ini selalu mengikuti perkembangan
wilayah. Jadi, alih fungsi lahan sebenarnya dilakukan pemerintah untuk mendapatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk menunjang pengembangan kawasannya.
Pemerintah mengeluarkan izin pembangunan perumahan karena membutuhkan PAD
untuk pembangunan daerahnya. Harusnya pemerintah menegaskan komitmennya
dalam RTRW yang dibuat secara merata. Dengan hanya memfokuskan pembangunan
pada wilayah tertentu maka ada kesenjangan akibat perkembangan daerah yang tak
merata. Akibatnya, daerah yang perkembangannya pesat akan lebih cepat terjadi alih
fungsi lahan dan miskin kawasan pertanian. Sebaliknya, di wilayah tertentu justru
menjadi tidak berkembang.78
Alih fungsi lahan hanya terjadi di wilayah perkotaan. Sedangkan di wilayah
kabupaten alih fungsi lahan bukan terjadi di lahan pertanian, melainkan di lahan
nonagraris. Persoalan perumahan paling krusial terjadi di perkotaan. Sebab, dengan
78
Widjanarko dkk, Op.cit hal 102
83
Universitas Sumatera Utara
84
semakin menipisnya lahan membuat suplai perumahan di perkotaan menjadi
berkurang.
Pemerintah mendorong pembangunan rumah, hal ini sekaligus menekan alih
fungsi lahan. Pasalnya, semakin banyak rumah tapak yang dibangun, semakin besar
juga kebutuhan lahannya. Padahal, lahan di perkotaan semakin sedikit dan mahal.
Pemenuhan kebutuhan rumah di perkotaan rumusnya adalah vertical. Kalau tidak,
kota pasti menjadi melebar.
Hal ini antara lain karena kurangnya dukungan data dan minimnya sikap
proaktif yang memadai kearah pengendalian alih fungsi tanah pertanian tersebut.
Terdapat tiga kendala mendasar yang menjadi alasan mengapa peraturan
pengendalian alih fungsi lahan sulit terlaksana, yaitu : 79
1. Kendala Koordinasi Kebijakan. Di satu sisi pemerintah berupaya melarang
terjadinya alih fungsi lahan, tetapi di sisi lain justru mendorong terjadinya alih
fungsi lahan tersebut melalui kebijakan pertumbuhan industri/manufaktur dan
sektor nonpertanian lainnya yang dalam kenyataannya menggunakan tanah
pertanian.
2. Kendala Pelaksana Kebijakan Perturan-peraturan pengendalian alih fungsi lahan
baru menyebutkan ketentuan yang dikenakan terhadap perusahaan-perusahaan
atau badan hukum yang akan menggunakan lahan dan atau akan merubah lahan
pertanian ke nonpertanian. Oleh karena itu, perubahan penggunan lahan sawah ke
79
Ibid hal 91
Universitas Sumatera Utara
85
nonpertanian yang dilakukan secara individual/perorangan belum tersentuh oleh
peraturan- peraturan tersebut, dimana perubahan lahan yang dilakukan secara
individual diperkirakan sangat luas.
3. Kendala Konsistensi Perencanaan. RTRW yang kemudian dilanjutkan dengan
mekanisme pemberian izin lokasi, merupakan instrumen utama dalam
pengendalian untuk mencegah terjadinya alih fungsi lahan sawah beririgrasi
teknis. Namun dalam kenyataannya, banyak RTRW ysng justru merencanakan
untuk mengalihfungsikan lahan sawah beririgrasi teknis menjadi non pertanian.
Sudah selayaknya pemerintah melakukan evaluasi perancangan dan tindakan
nyata guna melindungi lahan pertanian yang kian hari kian terberangus oleh
industrialisasi, urbanisasi dan pola pokir masyarakat sendiri yang berubah.
Pemerintah juga sudah berusaha untuk mencegah alih fungsi tanah pertanian
Salah satu dengan mengeluarkan Undang – Undang Nomor 41 tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan pertanian Berkelanjutan
Kabupaten Serdang Bedagai sudah berupaya untuk mencegah alih fungsi
tanah pertanian menjadi tanah perumahan yaitu dengan dikeluarkannya Perda No 1
Tahun 2015 Tentang Perlindungan Lahan Pangan Berkelanjutan. Maksud Tujuan dari
peraturan ini tertuang pada Pasal 3 dan Pasal 4 yang berbunyi :
”Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan dimaksudkan untuk
melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian alih fungsi lahan pertanian
pangan guna menjamin ketersediaan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan,
melalui pemberian insentif kepada petani dan penerapan disensitif kepada pihak yang
melakukan alih fungsi lahan pertanian pangan”.
Pasal 4 yaitu :
Universitas Sumatera Utara
86
a.
b.
c.
d.
e.
Mempertahankan luas lahan pertanian beririgasi dan tidak beririgasi.
Mempertahankan dan meningkatkan produksi pertanian untuk mencapai
ketahanan pangan di daerah.
Melindungi dan memberdayakan petani dan masyarakat sekitar lahan pertanian
beririgasi dan tidak beririgasi.
Meningkatkan kesejahteraan petani.
Mempertahankan keseimbangan ekosistem.
Didalam pasal 30 ayat (1 dan 2) dan pasal 31 ayat (1,2 dan 3) lebih dipertegas
lagi dalam pelaksanaan alih fungsi tanah pertanian
Pasal 30
(1). Lahan yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan
dilarang dialihfungsikan.
(2). Lahan Pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya dapat dialihfungsikan oleh pemerintah daerah atau pemerintah untuk
kepentingan atau dalam hal terjadi bencana alam.
Pasal 31
(1). Alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan untuk kepentingan umum
dilaksanakan untuk keperluan pembangunan :
a. Jalan umum
b. Waduk
c. Bendungan
d. Irigasi
e. Saluran air minum atau air bersih
f. Drainase dan sanitasi.
g. Bangunan pengairan
h. Pelabuhan
i. Stasiun Kereta Api.
j. Bandar udara
k. Terminal
l. Fasilitas keselamatan umum.
m. Cagar alam
n. Pembangkit dan jaringan listrik.
(2). Alih fungsi lahan untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Memiliki kajian kelayakan strategis.
b. Memiliki Perencanaan alih fungsi lahan.
c. Pembebasan kepemilikan hak atas tanah
d. Ketersediaan lahan pengganti.
Universitas Sumatera Utara
87
(3). Luas lahan pertanian pangan berkelanjutan yang dapat difungsikan untuk
kepentingan umum, paling luas 10% dari total luas lahan pangan berkelanjutan di
Kabupaten.
Kemudian diatur dalam Pasal 48 tentang adanya sanksi bagi yang melakukan
kegiatan mengalihfungsikan lahan pangan berkelanjutan, berupa sanksi administrasi
yaitu :
a. Teguran tertulis
b. Paksaan Pemerintah
c. Pembekuan izin dan
d. Pencabutan izin.
Namun hingga saat ini belum ada pihak-pihak yang dikenai sanksi sesuai
dengan yang diatur dalam Peraturan Daerah tersebut, padahal alih fungsi lahan
pertanian terus berkelanjutan. 80
2.
Peran Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Serdang Bedagai.
Untuk mengurangi permasalahan tentang alih fungsi tanah pertanian harus ada
kebijakan pertanahan yang diambil dalam alih fungsi tanah pertanian ini, karena
kebijakan berupa peraturan yang khusus mengatur perlindungan tanahpertanian
produktif belum ada. Adapun instrumen yang harus dimiliki agar kebijakan
pengendalian ini dapat berjalan adalah Instrument Yuridis yaitu peraturan perundang
– undangan yang mengikat dengan sanksi yang sesuai dengan Instrument Insentif dan
Disinsentif bagi pemilik tanah dan pemda setempat pengalokasikan dana
dekonsentrasi untuk merangsang pemda melindungi tanah pertanian, terutama sawah.
80
Wawancara dengan Fathruzi, Op.cit Kamis, 18 Agustus 2016.
Universitas Sumatera Utara
88
Instrumen RTRW dan Perizinan Lokasi dan terakhir adalah Instrument Pengendalian
Konversi.
Setiap orang, baik individu maupun kelompok pasti membutuhkan sebidang
tanah, baik untuk dipergunakan menjadi rumah tinggal, ataupun untuk tempat usaha.
Banyak cara yang dapat kita tempuh untuk merealisasikan untuk kepentingan
tersebut, dengan jual-beli misalnya, ataupun kalau sudah memiliki sebidang tanah
kita bisa mendirikan langsung sesuai kepentingan kita, namun jika tanah yang kita
miliki adalah tanah sawah, maka ada prosedur tertentu untuk merealisasikan
kepentingan kita. Dengan cara melakukan permohonan kepada Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kotamadya setempat, dan dalam hal ini khususnya Kantor
Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai.
Dalam permohonan tersebut kita harus memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan peraturan perundangan yang berlaku, setelah memenuhi persyaratan
permohonan alih fungsi pertanian ke non pertanian tersebut, maka pihak Kantor
Pertanahan akan melakukan pemeriksaan dan peninjauan langsung ke lapangan,
setelah itu melakukan rapat kepanitiaan yang sebelumnya telah dibentuk untuk proses
alih fungsi tanah pertanian ke non pertanian tersebut, serta yang akhirnya akan
memberikan keputusan yang berisi di izinkan atau tidaknya proses peralihan tanah
pertanian ke non pertanian tersebut. Perizinan yang dilakukan dan diproses di Kantor
Pertanahan tersebut memiliki peran penting dalam menjaga kepentingan generasi
mendatang, yang dimaksud dalam hal ini adalah bahwa tidak bisa mengalih fungsikan
tanah pertanian ke non pertanian tanpa melewati prosedur yang telah ditentukan, dan
Universitas Sumatera Utara
89
prosesnya dilaksanakan di Kantor Pertanahan. Karena semakin menurunnya luas
tanah pertanian di Indonesia khususnya di Kabupaten Serdang Bedagai.
Permohonan izin perubahan tanah pertanian ke non pertanian diajukan dengan
cara mengisi formulir yang tersedia di kantor pertanahan Kabupaten/Kota setempat di
sertai kelengkapan sebagai lampiran yang terdiri dari :81
1. Tanda bukti pemilikan/penggarapan tanah.
2. Rencana penggunaan tanah.
3. Surat pernyataan untuk menggunakan tanah yang sesuai dengan permohonan
yang dibuat di atas kertas bermaterai seharga Rp. 6000,4. Identitas pemohon.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam mengajukan permohonan pengalihan
fungsi tanah pertanian ke non pertanian adalah surat permohonan harus dilampiri
dengan : 82
1. Keterangan identitas pemohon dan kelengkapan data yuridis yang terdiri dari :
a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)
b. Fotokopi sertifikat tanah atau bukti pemilikan lain yang sah.
2.
Keterangan fisik tanah untuk :
a. Perorangan
i.
Sketsa letak lokasi
81
Wawancara dengan Bapak Buchori, SE Kepala Seksi Pengendalian Tanah Kabupaten
Serdang Bedagai. Selasa 12 September 2016 Pukul 10.00 WIB
82
Ibid, Buchori
Universitas Sumatera Utara
90
ii. Pernyataan
rencana
penggunaan
dan
pemanfaatan
tanah
yang
akandilaksanakan dalam jangka waktu 36 bulan.
b. Badan Hukum dan Instansi Pemerintah
i.
Sketsa letak lokasi
ii. Proposal yang memuat rencana penggunaan dan pemanfaatan tanah dan
tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu 36 bulan
iii. Rekomendasi dari instansi teknis terkait.
3.
Surat pernyataan.
Surat pernyataan ini berisi tentang kesanggupan pihak pemohon untuk
melaksanakan persyaratan yang diberikan BPN apabila permohonannya disetujui.
Persyaratan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1.
Dalam 12 ( dua belas ) bulan sejak berlakunya keputusan tersebut adalah sebagai
berikut
a. Tanah tersebut harus sudah digunakan sesuai dengan maksud permohonannya
b. Keputusan yang bersangkutan harus didaftarkan ke Kantor Pertanahan
Kabupaten Serdang Bedagai untuk keperluan merubah penggunaan tanah
pertanian ke non pertanian pada sertifikat tanah tersebut
c. Keberadaan bangunan yang dimohon tidak mengganggu tanah pertanian di
sekitarnya.
2.
Mengajukan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) kepada Dinas/Instansi yang
berwenang
Universitas Sumatera Utara
91
3.
Melaksanakan Persyaratan sebagaimana tersebut dalam Pertimbangan Teknis
Penatagunaan Tanah dari Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai.
Hal lain yang perlu diperhatikan untuk penyediaan tanah sesuai dengan
peraturan menteri dalam negeri No. 5 tahun 1974 adalah sebagai berikut :
a.
Sejauh mungkin dihindarkan pengurangan areal tanah pertanian yang subur
b.
Sedapat mungkin dimanfaatkan tanah-tanah yang semula tidak/ kurang produktif
c.
Dihindarkan pemindahan penduduk dari tempat kediamannya
d.
Diperhatikan persyaratan untuk mencegah terjadinya pengotoran/ pencemaran
bagi daerah lingkungan yang bersangkutan.
Dalam permohonan pemberian hak atas tanah, pihak pemohon juga harus
memberikan pernyataan tentang kesanggupan untuk menjaga kualitas tanah agar tetap
lestari dan terjaga sumber daya alamnya. Dengan penggunaan tanah yang semakin
banyak di berbagai faktor pembangunan sedangkan disisi lain kita ketahui bahwa luas
tanah bersifat statis/tetap maka penggunaannya perlu diatur. Pengaturan ini bertujuan
agar pengalihan fungsi tanah pertanian ke non pertanian dapat terkendali sehingga
tidak mengganggu produksi pangan. Persyaratan dalam permohonan pengalihan
fungsi tanah pertanian ke non pertanian harus dipenuhi.
Selain syarat yang harus dipenuhi dalam pengalihan fungsi tanah pertanian ke
non pertanian, pemohon juga harus melalui prosedur yang telah ditetapkan oleh BPN.
Universitas Sumatera Utara
92
Prosedur dalam mengajukan permohonan pengalihan fungsi tanah pertanian ke non
pertanian adalah sebagai berikut :83
1.
Pemohon mengajukan permohonan izin alih fungsi tanah pertanian ke non
pertanian kepada Gubernur Sumatera Utara Cq. Kepala Kantor Wilayah BPN
Propinsi Sumatera Utara / Bupati Kabupaten Serdang Bedagai melalui kepala
Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai dilampiri :
a. Salinan surat kewarganegaraan/KTP
b. Surat Keterangan Pemilikan Tanah (SKPT)/ bukti pemilikan tanah dari kepala
Desa/Lurah
c. Surat Pengesahan Badan Hukum bagi pemohon perusahaan
d. Akte Pendirian Badan Hukum
e. SK izin lokasi
f. Surat Pernyataan dari pemohon yang berisi : bahwa apabila permohonan
perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian dikabulkan, maka
pemohon bersedia/berjanji untuk :
-
Melaksanakan pembangunan sesuai dengan permohonan selambat
lambatnya tahun setelah keluar izin perubahan penggunaan tanah
-
Melaksanakan
hal-hal
yang
dipersyaratkan
dalam
risalah
aspek
Pengaturan dan Penataan Pertanahan. Dan apabila tidak melaksanakan
ketentuan tersebut pemohon bersedia membongkar kembali usaha yang
83
Ibid, Buchori.
Universitas Sumatera Utara
93
bersangkutan di atas tanah tersebut serta SK Pemberian Izin Perubahan
Penggunaan Tanah Pertanian ke Non Pertanian batal demi hukum.
2.
Panitia Pertimbangan Perubahan Penggunaan Tanah Kabupaten Serdang Bedagai
melakukan pemeriksaan dan peninjauan ke lapangan atas permohonan izin
perubahan penggunaan tanah dimaksud, yang hasilnya dituangkan dalam berita
acara pemeriksaan panitia perubahan penggunaan tanah pertanian ke non
pertanian
3.
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan berita acara
tersebut selanjutnya mengirim konsep SK Bupati Kabupaten Serdang Bedagai
tentang Izin Perubahan Penggunaan Tanah Pertanian ke Non Pertanian kepada
Bupati Kabupaten Serdang Bedagai.
4.
Bupati Kabupaten Serdang Bedagai menerbitkan SK Izin Perubahan Penggunaan
Tanah pertanian ke non pertanian.
5.
Setelah menerima SK tersebut pemohon harus mendaftarkan ke Kantor
Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai.
Untuk itu dalam mengatasi percepatan alih fungsi tanah pertanian oleh dinas
Pertanian yaitu dengan menambahkan syarat-syarat pengajuan perubahan peruntukan
tanah dengan meminta rekomendasi atau izin perubahan Dari Badan Pertanahan
Serdang Bedagai.
Dalam Surat Edaran Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 460-3346 tanggal 31 Oktober 1994 tentang perubahan penggunaan
tanah pertanian ke non pertanian menginstruksikan kepada Kepala Kantor wilayah
Universitas Sumatera Utara
94
Badan
Pertanahan
Nasional
Propinsi
dan
kepala
kantor
Pertanahan
kabupaten/kotamadya di seluruh Indonesia agar dalam penanganan izin lokasi,
peninjauan RTRW Propinsi dan RTRW Kabupaten/Kotamadya.
Usaha efisiensi penggunaan tanah berpedoman kepada keputusan Badan
Koordinasi Tata Ruang Nasional, yang isinya sebagai berikut :84
1.
Proses izin lokasi yang diajukan berdasarkan RTRW yang telah ada bagi
penggunaan tanah sawah beririgasi teknis. Untuk penggunaan di luar pertanian
untuk wilayah perkotaan yaitu :
a. Jika sudah ada izin lokasi, maka:
-
Untuk lahan yang sudah dibangun dan lahan sudah dibebaskan meskipun
belum dibangun, izin yang sudah ada diberlakukan.
-
Untuk lahan yang belum dibebaskan, pemilik izin diperingatkan untuk
membebaskan lahan tersebut sampai batas waktu tertentu dan bilamana
tidak dilakukan, izin tidak diperpanjang.
b. Jika belum ada izin lokasi, maka:
-
Untuk lahan yang sudah dibangun izin dapat diberikan, setelah memenuhi
kelengkapan persyaratan izin lokasi yang tetapkan.
-
Untuk lahan yang telah dibebaskan tetapi belum dibangun, dan telah
memenuhi semua persyaratan izin lokasi, izin dapat diberikan.
-
84
Untuk lahan yang belum dibebaskan, izin tidak diberikan.
Ibid , Buchori
Universitas Sumatera Utara
95
2.
Membantu Pemda Propinsi dan Pemda Kabupaten/Kotamadya dalam menyusun
dan/atau merevisi RTRW Propinsi dan RTRW Kabupaten /Kotamadya yaitu :
a. Tidak memasukkan sawah beririgasi teknis untuk penggunaan non pertanian.
b. Mengubah peruntukan tanah sawah beririgasi teknis untuk penggunaan non
pertanian dalam RTRW yang ada ke dalam penggunaan tanah tetap sebagai
sawah beririgasi teknis.
3.
Izin lokasi untuk perusahan pembangunan perumahan :
a. Agar dilakukan penyaringan yang ketat tentang pemberian izin lokasi untuk
perumahan.
b. Jika izin-izin lokasi yang telah diberikan telah cukup untuk menopang
pembangunan perumahan rakyat, untuk semntara tidak diberikan izin lokasi
baru. Jika terpaksa harus diberikan izin lokasi baru, agar jangan di atas tanah
sawah beririgasi teknis.
Tanah yang dapat dialih fungsikan adalah tanah yang pada peta Rencana Tata
Ruang Wilayah memang diperuntukan bukan untuk tanah pertanian, sedang tanah
yang tidak dapat dialih fungsikan adalah tanah yang pada peta Rencana Tata Ruang
Wilayah diperuntukan untuk tanah pertanian, yang intinya bahwa setiap pengajuan
alih fungsi tanah pertanian ke non pertanian syarat yang utama adalah letak tanah
harus sesuai peta Rencana Tata Ruang Wilayah
Hal ini terkait dengan upaya yang dilakukan Kantor Pertanahan Kabupaten
Serdang Bedagai dalam mengendalikan alih fungsi tanah pertanian ke non pertanian,
mengingat dewasa ini tanah pertanian semakin menipis jumlahnya dan hal tersebut
Universitas Sumatera Utara
96
tidak sesuai dengan tujuan dari pembangunan berkelanjutan, yang mana tetap
memperdulikan kwalitas lingkungan hijau yang ada disekitar kita (tanah pertanian
salah satunya), walaupun kemajuan teknologi menuntut kita untuk selalu mengikuti
perkembangan, salah satunya adalah pembangunan untuk sarana dan prasarana umum
yang peruntukanya untuk masyarakat Indonesia sendiri.
Saat ini ada beberapa ketentuan tentang peraturan-peraturan yang melindungi
alih fungsi tanah pertanian, antara lain :
a.
UU Nomor 56 Prp 1960 (Luas tanah maksimum dan minimum)
b.
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan tanah.
c.
Kepres 53/1989 Jo. 41/1996 Jo. 98/1998 tentang Kawasan Industri
d.
Undang-Undang Nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan lahan pertanian
pangan berkelanjutan.
e.
UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang
f.
Berbagai surat edaran Meneg Agraria/KaBPN, Meneg PPN/KaBappenas,
Mendagri tentang larangan konversi sawah irigasi teknis untuk penggunaan
lain85.
Adapun tata cara yang harus dilakukan pemohon untuk merubah fungsi
peruntukan tanah harus sesuai dengan syarat-syarat dari BPN Kabupaten Serdang
Bedagai, Dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Serdang Bedagai
berperan sangat penting dalam melaksanakan izin perubahan peruntukan tanah
karena dalam alih fungsi tersebut BPN harus mengeluarkan surat izin perobahan
85
http://garasi.in/strategi-pengendalian-alih-fungsi-tanah-pertanian.html
Universitas Sumatera Utara
97
peruntukan yang dikeluarkan oleh Pengendalian, Pengaturan Tanah Pertanian (Seksi
III). Setelah izin tersebut keluar barulah petugas Seksi III tersebut meninjau kelokasi
untuk melihat kebenaran yang dimohonkan izin tersebut.
Peninjauan tersebut dilakukan oleh Seksi III hanyalah untuk melihat apakah
tanah pertanian yang dimohonkan izin perubahan peruntukan tersebut sesuai atau
tidak dengan rencana tata ruang kota tersebut.
Setelah sesuai dengan rencana tata ruang maka setelah itu barulah pemohon
tersebut memohon berkas untuk tindakan selanjutnya, seperti permohonan pemecahan
dan lain-lain.
Berdasarkan hal tersebut. Badan Pertanahan Nasional (BPN) berperan penting
untuk mempertahankan lahan pertanian dan tidak akan memberikan izin perubahan
penggunaan tanah yang bertentangan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW),
Namun yang terjadi dilapangan alih fungsi lahan pertanian terus berkelanjutan.
Apakah hal ini karena ada penyimpangan dari oknum aparat pemerintah pemberi
izin.
3.
Peran Notaris/PPAT
Prosedur jual beli tanah yang harus diperhatikan adalah harus memperhatikan
Pasal 37 Peraturan Pemerintah no.24 tentang pendaftaran tanah, bahwa jual beli tanah
harus dilakukan di hadapan PPAT agar jual belinya dapat didaftarkan di Kantor
Pertanahan. Prosedur lebih lanjut dalam jual beli tanah diatur dalam PMA No.3 tahun
1997 tentang Peraturan Pelaksanaan PP no 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
Universitas Sumatera Utara
98
Objek jual beli adalah hak atas tanah (tanah). Tanahnya dapat berupa tanah
Perumahan atau tanah pertanian. Dalam jual beli tanah Pertanian maka harus
diperhatikan tentang ketentuan-ketantuan dalam Undang-Undang landreform (UU
No.56 Prp tahun 1960 tentang landreform Indonesia) dan Peraturan Pemerintah No.
224 tahun 1960 tentang Prosedur jual beli tanah yang harus diperhatikan adalah harus
memperhatikan Pasal 37 Peraturan Pemerintah no. 24 tentang pendaftaran tanah,
bahwa jual beli tanah harus dilakukan di hadapan PPAT agar jual belinya dapat
didaftarkan di Kantor Pertanahan. Prosedur lebih lanjut dalam jual beli tanah diatur
dalam PMA No.3 tahun 1997 tentang Peraturan Pelaksanaan PP no 24 tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah. 86
Dalam hal ini tanah yang dijual apakah tanah pertanian ataukah tanah
perumahan atau bangunan. Untuk jual beli tanah dan bangunan maka harus
diperjanjikan dan dinyatakan secara tegas bahwa yang dijual adalah tanah dan
bangunan dituangkan dalam akta jual beli tanah, maka sebelum dibuat akte jual beli
harus jelas apakah bangunan atau tanaman di atas tanah itu turut dijual (dibeli) atau
tidak. Hal itu nanti disebut secara tegas dalam akte jual beli. Kalau tentang bangunan
dan atau tanaman itu