Persepsi Etnis Tionghoa Tentang Keluarga Berencana, Di Praktek Dr. Hotma Partogi Spog Medan Tahun 2012

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi
1. Defenisi Persepsi
Persepsi

adalah

sebuah

proses

saat

individu

mengatur

dan


menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi
lingkungan mereka. Faktor-faktor yang mempengaruhi bisa terletak dalam diri
pembentuk persepsi, dalam diri objek atau target yang diartikan, atau dalam konteks
situasi dimana persepsi itu dibuat (Wikipedia bahasa Indonesia, 2011, ¶ 1). Menurut
Notoadmojo 2003 persepsi adalah mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan
dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
Misalnya: seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak
balitanya.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Seseorang
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi bisa terletak dalam diri
pembentuk persepsi, dalam diri objek atau target yang diartikan, atau dalam konteks
situasi dimana persepsi itu dibuat. Asumsi yang didasarkan pada pengalaman masa
lalu dan persepsi yang dipengaruhi oleh asumsi-asumsi yang didasarkan pada
pengalaman masa lalu dikemukan oleh sekelompok peneliti yang berasal dari
Universitas Princenton seperti Adelbert Ames, Jr, Handley Cantril, Edward Engels,
William H. Ittelson dan Adelbert Amer, Jr. Mereka mengemukakan konsep yang
disebut dengan pandangan transaksional. Konsep ini pada dasarnya menjelaskan
bahwa pengamat dan dunia sekitar merupakan partisipan aktif dalam tindakan
persepsi (Wikipedia bahasa Indonesia, 2011, ¶ 1).


Universitas Sumatera Utara

Secara umum terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang,
yaitu:
a. Diri orang yang bersangkutan sendiri
Apabila seseorang melihat atau berusaha memberikan interpretasi tentang apa
yang dilihatnya dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh
seperti sikap, motif, minat, pengalaman dan harapannya.
b. Sasaran persepsi
Sasaran itu dapat berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu
biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya. Misalnya kehadiran
orang yang sangat cantik atau sebaliknya yang penampilannya sangat mencolok akan
lebih menarik perhatian dibandingkan orang yang biasa-biasa aja. Dengan kata lain,
gerakan, suara, ukuran, tindak-tanduk dan ciri-ciri lain dari sasaran persepsi turut
menentukan cara pandang orang yang melihatnya.
c. Faktor situasi
Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana
persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang
turut berperan dalam penumbuhan persepsi seseorang. Misalnya seorang anak akan
menunjukkan suatu pola prilaku sopan santun, tertib bila berhadapan dengan orang

tua. Berbeda ditengah-tengah rekannya yang sebaya.
Faktor-faktor lain yang menjadi persepsi seseorang yang masuk ke
pengambilan keputusan berkaitan dengan pemilihan metode kontrasepsi meliputi
usia, paritas, usia anak terkecil, tujuan reproduksi, hubungan dengan pasangan,
pengaruh orang lain, pentingnya kenyamanan metode dan system reproduksi mereka
sendiri.

Universitas Sumatera Utara

B. Konsep Sosial Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari unsur-unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, sebagaimana juga budaya merupakan bagian tak terpisahkan dari diri
manusia sehingga banyak orang cenderung menganggap diwariskan secara genetis
(Yunus, 2010).
Kebudayaan adalah komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
kesehatan, moral, hukum, dan adat istiadat menurut EB Taylor. Sedangkan menurut
Soelaeman Soemadi adalah semua hasil karya, rasa, cipta, masyarakat yang berfungsi
sebagai tempat berlindung kebutuhan makanan dan minuman pakaian dan perhiasan

(Syaifrudin & Mariam, 2010).
Pengetahuan tentang suatu kebudayan tertentu dapat digunakan untuk
meramalkan berbagai kepercayaan dan perilaku anggotanya. Untuk itu petugas
kesehatan perlu mempelajari kebudayaan sebagai upaya mengetahui perilaku
masyarakat di kebudayaan tersebut sehingga dapat turut berperan serta memperbaiki
status kesehatan di masyarakat tersebut (Syaifrudin & Mariam, 2010) .

C. Etnis Tionghoa
Etnisitas adalah rasa identitas diri yang berkaitan dengan kelompok kultur
sosial umum dan warisan budaya. Etnisitas adalah komplek sukar dipahami, dan
tidak selalu didefinisikan dengan jelas (Potter & Perry, 2005) dan merupakan
kelompok yang diakui dalam beberapa karakteristik yaitu bahasa, asal geografi yang
umum, literature atau religi secara umum (Bassford, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Orang-orang Cina di Indonesia dipanggil “Tionghoa”, sepatah istilah yang
diciptakan sendiri oleh orang-orang yang berasal dari Cina yang berhijrah dari Cina
ke Indonesia (Wikipedia bahasa Indonesia, 2011, ¶ 1). Sejak abad 15 & 16 terdapat
sejumlah orang keturunan Cina yang berdiam di Indonesia terutama di daerah pantai

utara pulau Jawa. Yang Berminat ke Sumatera alasannya adalah di sana banyak
perkebunan tembakau dan di Bangka Belitung ada industri timah. Menurut catatan
sejarah, gelombang besar-besaran orang Cina memasuki Indonesia terjadi antara
tahun 1860-an sampai 1920-an (Kebung, et al. 2011).
Mereka awalnya datang sebagai orang miskin dan sederhana serta membawa
agama dan praktik-praktik ritual keagamaan. Pada mulanya mereka dapat hidup
membaur dengan orang-orang pribumi karena kebanyakan mereka adalah petani,
orang sederhana dan bekerja keras demi kehidupan yang lebih baik di daerah
perantauan. Namun dalam waktu singkat mereka dapat meraih taraf kehidupan yang
lebih baik karena kekayaan alam yang ada selaras dengan kenekatan dan ketekunan
mereka bekerja. Karena itu, hidup mereka yang pada mulanya aman dan baik
terhadap kaum pribumi, lama kelamaan menjadi kurang baik karena banyak alasan,
misalnya kecemburuan orang pribumi ataupun rasa superioritas berlebihan dari orang
keturunan Cina. Perlu diketahui, dalam hubungan antara orang pribumi dan
kelompok etnis Tionghoa selalu ada stereotipe-stereotipe satu terhadap yang lain.
Stereotipe kelompok etnis Tionghoa tentang orang pribumi adalah malas, boros, dan
tukang minta-minta. Terhadap orang Cina, orang pribumi memiliki stereotipe sebagai
kelompok orang kaya, bekerja hanya untuk mencari uang, superior, arogan dan
eksklusif atau tertutup dalam kelompoknya saja (Kebung, et al. 2011).
Ditemukan dua kelompok orang Tionghoa yakni kelompok “totok” yang asli

lahir di Tiongkok kemudian menjadi imigran dan bermukim di Indonesia dan

Universitas Sumatera Utara

menggunakan bahasa mandarin. Kelompok kedua adalah “orang Cina atau Tionghoa
peranakan”, mereka ini lahir di Indonesia dari orang tua campuran Cina dan pribumi
atau Cina dengan suku bangsa lain seperti India, Malaysia dan lain-lain (Kebung, et
al. 2011).
Di kota Medan, 25 persen dari total penduduknya ditempati oleh etnis
Tionghoa. Menurut data sensus penduduk tahun 2000 yaitu berkisar 100.705 jiwa.
Kecamatan Medan Kota disebut dengan China Townnya Medan. Disini, warga etnis
Tionghoa sejak dulu sudah bermukim. Mereka tinggal di rumah-rumah toko yang
sekaligus menjadi tempat mereka berusaha. Ada keunikan tersendiri dari warga
Tionghoa di Medan, hingga kini mereka masih melestarikan salah satu dialek bahasa
leluhurnya. Komunitas warga Tionghoa tidak hanya berpusat di kawasan China
Town, tetapi juga di Petisah, Kampung Madras, Kampung baru, Kota Matsum,
hingga ke kawasan Medan Timur, sepanjang jalan Sumatera, jalan Wahidin, hingga
ujung jalan Asia sekarang dikenal sebagai Asia Mega Mas yang termasuk dalam
kecamatan Medan Area (KTI Mahriani, et al. 2008).


D. Keluarga Berencana
Menurut WHO (Expert Committee, 1970), KB adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif
tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan, mengontrol waktu sangat kehamilan dalam hubungan dengan umur suami
istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (BKKBN, 2009).
KB (Family Planning, Planned Parenthood) adalah suatu usaha untuk
menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan

Universitas Sumatera Utara

kontrasepsi, untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera (Lusa, 2009, ¶
1).
1. Tujuan Program Keluarga Berencana
Tujuan program KB secara umum yaitu membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran
anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasan usia
perkawinan, peningkatan ketahan dan kesejahteraan keluarga. Kesimpulan dari
tujuan program KB adalah memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak,

keluarga, dan bangsa; memenuhi permitaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR
yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu dan anak
serta penanggulangan masalah reproduksi (Lusa, 2009, ¶ 1).
Tujuan KB berdasarkan RENSTRA 2005-2009 meliputi: keluarga dengan
anak ideal, keluarga sehat, keluarga berpendidikan, keluarga sejahtera, keluarga
berketahanan keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya, penduduk tumbuh
seimbang (PTS) (Lusa, 2009, ¶ 1).
2. Sasaran Program Keluarga Berencana
Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi:
a. Menurunnya rata-ratu laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1.14 persen
per tahun.
b. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.
c. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan
kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat atau cara kotrasepsi menjadi 6
persen.
d. Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4.5 persen.

Universitas Sumatera Utara

e. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien.

f. Meningkatnya rata-rata usia pertama perempuan menjadi 21 tahun.
g. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinan tumbuh kembang anak.
h. Meningkatnya keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif dalam
usaha ekonomi produktif.
i. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan
Program KB Nasional (Lusa, 2009, ¶ 1)
3. Ruang Lingkup Keluarga Berencana
Dalam menggunakan

kontrasepsi,

keluarga

pada

umumnya

mempunyai

perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut diklasifikasikan dalam

tiga kategori yaitu, menunda, menjarangkan, dan mencegah kehamilan (Lusa, 2009, ¶
2).
Ruang lingkup KB antara lain: keluarga berencana, kesehatan reproduksi remaja,
ketahanan dan pemberdayaan keluarga, penguatan pelembaan keluarga kecil
berkualitas, keserasian kebijakan kependudukan, pengelolaan SDM aparatur,
penyelenggaraan

pimpinan

kenegaraan

dan

kepemerintahan,

peningkatan

pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara (Lusa, 2009, ¶ 2).
4. Strategi Program Keluarga Berencana
Strategi program KB terbagi dalam dua hal yaitu:

a. Strategi dasar yaitu: meneguhkan kembali program di daerah, menjamin
kesinambungan program.
b. Strategi operasional yaitu: peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB
Nasional, peningkatan kualitas dan prioritas program, penggalangan dan
pemantapan komitmen, dukungan regulasi dan kebijakan, pemantauan, evaluasi,
dan akuntabilitas pelayan (Lusa, 2009, ¶ 2).

Universitas Sumatera Utara

5. Dampak Program Keluarga Berencana
Program keluarga berencana memberikan dampak, yaitu penurunan angka
kematian ibu dan anak, penanggulangan masalah kesehatan reproduksi, penigkatan
kesejahteraan keluarga, peningkatan mutu dan layanan KB-KR, peningkatan sistem
pengelolaan dan kapasitas SDM, pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen
dalam penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintah berjalan lancar (Lusa, 2009, ¶ 2).
Menurut Sudayasa (2010), dengan mengikuti program KB sesuai anjuran
pemerintah, para aseptor akan mendapatkan tiga manfaat utama optimal, baik untuk
ibu, anak dan keluarga, antara lain:
a. Manfaat untuk ibu yaitu: mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, mencegah
setidaknya 1 dari 4 kematian ibu, menjaga kesehatan ibu, merencanakan
kehamilan lebih terprogram.
b. Manfaat untuk anak yaitu: mengurangi resiko kematian bayi, meningkatkan
kesehatan bayi, mencegah bayi kekurangan gizi, tumbuh kembang bayi lebih
terjamin, kebutuhan ASI eksklusif selama 6 bulan relative lebih dapat terpenuhi,
mendapatkan kualiatas kasih sayang yang lebih maksimal.
c. Manfaat untuk keluarga yaitu: meningkatkan kesejahteraan keluarga, harmonisasi
keluarga lebih terjaga.
(Saifuddin, 2003).
6. Pemilihan Metode Kontrasepsi
Sebelum menetapkan suatu metode kontrasepsi, individu atau pasangan suamiistri pertama harus memutuskan apakah mereka ingin menerapkan program keluarga
berencana. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi keputusan ini, antara lain:

Universitas Sumatera Utara

a. Faktor Sosial-Budaya
Sejumlah faktor budaya dapat mempengaruhi klien dalam memilih metode
kontrasepsi. Faktor-faktor ini meliputi salah pengertian dalam masyarakat mengenai
berbagai metode, keperayaan religious serta budaya, tingkat pendidikan, persepsi
mengenai resiko kehamilan, dan status wanita (EGC, 2007). Pentingnya memiliki
anak laki-laki di mata masyarakat menghubungkan secara langsung antara jumlah
anak yang dimiliki seorang laki-laki dan kejantanannya ( Varney, Kriebs & Gegor,
2007).
b. Faktor Pekerjaan dan Ekonomi
Kemungkinan karena melakukan wajib militer; kebutuhan untuk mengalokasi
sumber-sumber ekonomi untuk pendidikan atau sedang memulai suatu pekerjaan
atau bidang usaha; kemampuan ekonomi untuk menyediakan calan anak-anaknya
dengan makanan, pakaian, tempat berlindung, perawatan medis dan gigi, pendidikan
di masa depan, pengangguran, tuna wisma (Varney, Kriebs & Gegor, et al. 2007).
c. Faktor Keagamaan
Pembenaran terhadap prinsip-prinsip pembatasan keluarga dan konsep dasar
tentang keluarga berencana oleh semua agama (Varney, Kriebs & Gegor. 2007).
d. Faktor Hukum
Peniadaan semua hambatan hukum untuk pelaksanaan keluarga berencana sejak
diberlakukannya

undang-undang

negara

Connecticut

tentang

pembatasan

penggunaan semua alat kontrasepsi, yang bertujuan mencegah konsepsi dinyatakan
tidak sesuai konstitusi oleh Majelis Tertinggi pada tahun 1965 (Varney, Kriebs &
Gegor. 2007).

Universitas Sumatera Utara

e. Faktor Fisik
Kondisi-kondisi yang membuat wanita tidak bisa hamil karena alasan kesehatan,
usia dan waktu, gaya hidup tidak sehat (misalnya; alkoholisme, penyalahgunaan
obat, merokok, bulimia, anoreksia, obesitas), penggunaan obat teratogenik (Varney,
Kriebs & Gegor. 2007).
f. Faktor Hubungan
Stabilitas hubungan, masa krisis dan penyesuaian yang panjang dengan hadirnya
anak (Varney, Kriebs & Gegor. 2007).
g. Faktor Psikologis
Kebutuhan untuk memiliki anak untuk dicintai dan mencintai orangtuanya.
Pemikiran bahwa kehamilan dianggap bahwa kita dicintai. Keyakinan yang salah
bahwa anak akan menyatukan kembali hubungan yang retak. Rasa takut untuk
mengasuh dan membesarkan anak serta ancaman terhadap gaya hidup yang dijalani
jika menjadi orangtua (Varney, Kriebs & Gegor. 2007).
h. Status Kesehatan dan Riwayat Genetik
Adanya keadaan atau kemungkinan munculnya kondisi atau penyakit yang dapat
ditularkan kepada bayi (mis; HIV, AIDS, Tay-Sachs, Korea Huntington, anemia sel
sabit) (Varney, Kriebs & Gegor. 2007).
Dalam

menghadapi

kontraindikasi

medis,

faktor-faktor

yang

dapat

mempengaruhi penilaian individu atau pasangan terhadap pemilihan metode
kontrasepsi adalah sebagai berikut: keinginan untuk mengendalikan kehamilan
secara permanen atau sementara, efektifitas metode yang digunakan, pengaruh media
(penekanan pada aspek positif dan negative atau efek samping metode kontrasepsi),
efek samping dan pertanyaan yang mungkin mucul tentang keamanan suatu metode,
kemungkinan manfaat kesehatan yang dapat diperoleh dari setiap metode,

Universitas Sumatera Utara

kemampuan suatu metode untuk mencegah penyakit (HIV, PMS), perkiraan lamanya
penggunaan metode kontrasepsi. Biaya, frekuensi hubungan seksual, jumlah
pasangan seksual, faktor sosial (tren sosial saat ini terkait penggunaan berbagai
metode), faktor keagamaan (apakah metode tertentu dikenakan sanksi oleh badanbadan keagamaan yang dianut individu atau pasangan, faktor psikologis (perasaan
tentang sikap aspek yang terkait dengan metode tertentu), kemudahan dalam
menggunakan metode tertentu (Varney, Kriebs, & Gegor, et al. 2007).
7. Jenis/ Metode Keluarga Berencana
a. Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Metode ini digunakan di beberapa negara berkembang jauh sebelum penelitian
mengkonfirmasi bahwa kehamilan jarang terjadi selama enam bulan pertama setelah
melahirkan diantara wanita menyusui dan wanita yang memberi bayi ASI ditambah
susu botol. Ovulasi dapat dihambat oleh kadar prolaktin yang tinggi (Varney, Kriebs
& Goger, et al. 2007).
Cara Kerja : Penundaan/penekanan ovulasi.
Keuntungan Kontrasepsi :
1) Efektifitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pascapersalinan.
2) Segera efektif.
3) Tidak mengganggu sanggama.
4) Tidak ada efek samping secara sistemik.
5) Tidak perlu pengawasan medis.
6) Tidak perlu obat atau alat.
7) Tanpa biaya.
Yang Dapat Menggunakan MAL :

Universitas Sumatera Utara

1) Ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya berumur kurang dari 6 bulan
dan belum mendapat haid setelah melahirkan.
Yang Seharusnya Tidak Pakai MAL :
1) Sudah mendapat haid setelah bersalin.
2) Tidak menyusui secara eksklusif.
3) Bayinya sudah berumur lebir dari 6 bulan.
4) Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam.
(Saifuddin, 2003).
b. Metode Keluarga Berencana Alami (KBA)
Sekarang ini metode keluarga berencana yang paling efektif adalah :
1) Metode Ovulasi (Metode Lendir serviks; Metode Billings; Model Creighton)
Metode ovulasi didasarkan pada pengenalan terhadap perubahan lender
serviks selama siklus menstruasi, yang menggambarkan masa subur dalam siklus dan
waktu fertilitas maksimal dalam masa subur. Wanita akan diajarkan tentang cara
mengenali perubahan karakteristik lendir serviks dan dalam pola sensasi di vulva
(kebasahan; perasaaan banyak cairan; kering) selama siklus (Varney, Kriebs &
Goger, et al. 2007).
2) Metode Suhu (Sympto-Thermal)
Metode gejala suhu (Sympto-Thermal) menggunakan semua tanda dan gejala
sejak ovulasi. Dengan demikian, metode ini dilakukan dengan mengamati perubahan
lendir dan perubahan suhu basal tubuh dan menambahkan indikator ovulasi yang
lain” (Varney, Kriebs &.Goger. 2007).
3) Metode Kalender
Metode ini banyak keterbatasan karena menggunakan panjang siklus menstruasi.
Oleh karena itu, siklus menstruasi yang cukup teratur sangat diperlukan untuk

Universitas Sumatera Utara

perkiraan waktu ovulasi. Wanita yang tidak dapat bergantung pada metode kalender
yaitu wanita yang memiliki siklus menstruasi yang lebih pendek dari 25 hari, wanita
yang siklus menstruasinya tidak teratur, wanita yang memiliki variasi waktu 8 hari
atau lebih, wanita yang berada pada masa nifas, wanita yang sedang menyusui, dan
wanita yang berada pada masa perimenapause (Varney, Kriebs & Goger, et al. 2007).
4) Metode Suhu Basal
Metode ovulasi mendeteksi kapan ovulasi terjadi . Keadaan ini dapat terjadi
karena progesterone yang dihasilkan oleh korpus luteum menyebabkan peningkatan
suhu basal tubuh. Suhu tubuh harus sedikitnya 0,4̊F di atas eman kali perubahan suhu
sebelumnya diukur. Pendeteksian peningkatan suhu tubuh ini kemudian dapat
mengidentifikasi dua fase siklus menstruasi, yakni fase luteum dan fase pascaovulasi
(Varney, Kriebs & Goger, et al. 2007).
c. Metode Kontrasepsi Nonhormon
Ada beberapa alat kontrasepsi nonhormon yaitu :
1) Sediaan Spermisida
Agens aktif yang terkandung dalam sebagian besar sediaan spermisida adalah
nonoksinol-9. Agen ini membuat sperma menjadi tidak aktif, tetapi tidak terbukti
sebagai mikrobisid vagina yang efektif (Varney, Kriebs & Goger, 2007).
Cara Kerja :
a) Menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan
sperma,dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
Manfaat Kontrasepsi :
a) Efektif seketika (busa dan krim).
b) Tidak mengganggu produksi ASI.
c) Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain.

Universitas Sumatera Utara

d) Tidak mengganggu kesehatan klien.
e) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
f) Mudah digunakan.
g) Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
h) Tidak perlu resep dokter atau pemerikasaan kesehatan khusus.
Efek Samping :
a) Iritasi vagina.
b) Iritasi penis dan tidak nyaman.
c) Gangguan rasa panas di vagina.
d) Kegagalan tablet tidak larut.
2) Kondom
Kondom adalah selubung lateks tipis yang pas menutupi penis yang sedang
ereksi dan mencegah semen masuk ke vagina. Kondom terbagi dua yaitu; kondom
pria dan kondom wanita (Varney, Kriebs & Goger, 2007).
Cara Kerja :
a) Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis
sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi
perempuan.
b) Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS)
dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat
dari lateks dan vinil).
Efektivitas :
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan
seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif kerena tidak

Universitas Sumatera Utara

dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka
kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
Manfaat Kontrasepsi :
a) Efektif bila digunakan dengan benar.
b) Tidak menggangu produksi ASI.
c) Tidak mengganggu kesehatan klien.
d) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
e) Murah dan dapat dibeli secara umum.
f) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
g) Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda.
Efek Samping :
a) Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum berhubungan).
b) Kondom bocor atau dicurigai ada curahan di vagina saat berhubungan.
c) Dicurigai adanya reaksi alergi (spermisida).
d) Mengurangi kenikmatan hubungan seksual.
(Saifuddin, 2003).
3) Diafragma
Diafragma merupakan penghalang mekanis antara sperma dan sel telur. Alat ini
berbentuk kubah, terbuat dari sejenis karet lateks yang lebih tebal dari pada kondom,
dan memiliki pegas logam fleksibel pada bingkai diafragma (Varney, Kriebs &
Goger. 2007).
Cara Kerja :
Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi
bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida.
Manfaat Kontrasepsi :

Universitas Sumatera Utara

a) Efektif bila digunakan dengan benar
b) Tidak mengganggu produksi ASI
c) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6 jam
sebelumnya.
d) Tidak mengganggu kesehatan klien
e) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
Efek Samping :
a) Infeksi saluran uretra
b) Dugaan adanya reaksi alergi diafragma atau dugaan adanya reaksi alergi
spermisida.
c) Rasa nyeri pada tekanan terhadap kandung kemih/rectum.
d) Timbul cairan vagina dan berbau jika dibiarkan lebih dari 24 jam.
(Saifuddin, 2003).
4) Cervikal Cap
Cervikal Cap yaitu penutup serviks yang terbuat dari karet lateks dan berbentuk
bundar kerucut, dengan cicin tebal sesuai dengan bentuk serviks, serta daya isap
yang tercipta diantara kubah penutup dan serviks, sehingga dapat melekat erat pada
serviks, tetapi tidak menekan ke dalam forniks servikol vaginal (Varney, Kriebs &
Goger, et al. 2007).
d. Kontrasepsi Hormon
Kontrasepsi hormonal tersedia dalam sejumlah bentuk yang berbeda yaitu:
1) Pil Kombinasi dan hanya berisi progestin
Mekanisme kerja pil merupakan kombinasi kerja estrogen dan kerja progestin.
Saat ini ada dua estrogen sitesis yang digunakan pada pil kontrasepsi kombinasi:
estradiol dan mestranol. Sebagaimana metode sawar dan keluarga berencana alami,

Universitas Sumatera Utara

kontrasepsi hormonal oral memiliki tingkat keefektifan yang berbeda-beda pada
penggunaannya (Varney, Kriebs, & Gegor, et al. 2007).
Cara Kerja :
a) Menekan ovulasi
b) Mencegah implantasi
c) Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma.
d) Pergerakan tuba terganggu sehingga tranportasi telur dengan sendirinya akan
terganggu pula.
Manfaat :
a) Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektifitas tubektomi),
bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun
pertama penggunaan).
b) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil.
c) Tidak mengganggu hubungan seksual.
d) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah
anemia), tidak terjadi nyeri haid.
e) Dapat

digunakan

jangka

panjang

selama

perempuan

masih

ingin

menggunakannya untuk mencegah kehamilan.
f) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
g) Mudah dihentikan setiap saat.
h) Kesuburan segera kembali setelah pengunaan pil dihentikan.
i) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
j) Membantu mencegah : kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, kista ovarium, penyakit radang panggul,
kelainan jinak pada payudara, dismenore, atau akne.

Universitas Sumatera Utara

Yang Dapat Menggunakan Pil Kombinasi :
a) Usia reproduksi
b) Telah memiliki anak atau pun yang belum memiliki anak.
c) Gemuk atau kurus.
d) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas tinggi.
e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
f) Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif, sedangkan
semua cara kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut.
g) Pascakeguguran
h) Anemia karena haid berlebihan.
i) Nyeri haid hebat.
j) .Siklus haid tidak teratur.
k) Riwayat kehamilan ektopik.
l) Kelainan payudara jinak.
m) Kencing manis tanpa komplikasi ginjal, pembuluh darah, mata dan saraf.
n) Penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis, atau tumor ovarium
jinak.
o) Menderita tuberkolosis (kecuali yang menggunakan rifampisin).
p) Varises vena.
Yang Tidak Boleh Menggunakan Pil Kombinasi :
a) Hamil atau dicurigai hamil.
b) Menyusui eksklusif.
c) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabanya.
d) Penyakit hati akut (hepatitis).
e) Perokok dengan usia >35 tahun.

Universitas Sumatera Utara

f) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah > 180/110 mmhg.
g) Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis > 20 tahun.
h) Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara.
i)

Migrain dan gejala neurologic fokal (epilepsy/riwayat epilepsi).

j) Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.
Efek Samping :
a) Amenorea (tidak ada perdarahan, atau spotting).
b) Mual, pusing, atau muntah (akibat reaksi anafilaktik).
c) Perdarahan pervaginam/spotting.
(Saifuddin, 2003).
2) Pil Progestin (minipil)
Kemasan denagn isi 35 pil berisi 300 �g Levonorgestrel atau 350 �g

noretindron. Dan yang 28 pil berisi 75�g norgestrel.
Cara kerja :

a) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium (tidak
begitu kuat.
b) Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih
sulit.
c) Mengental lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma.
d) Mengubah mobilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu.
Keuntungan Kontrasepsi :
a) Sangat efektif bila digunakan secara benar.
b) Tidak mengganggu hubungan seksual.
c) Tidak mempengaruhi ASI.
d) Kesuburan cepat kembali.

Universitas Sumatera Utara

e) Nyaman dan mudah digunakan.
f) Sedikit efek samping.
g) Dapat dihentikan setiap saat.
h) Tidak mengandung estrogen.
Yang Boleh Menggunakan Minipil :
a) Usia reproduksi.
b) Telah memiliki anak, atau yang belum memiliki anak.
c) Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang efektif selama periode
menyusui.
d) Pasca persalinan dan tidak menyusui.
e) Paskakeguguran.
f) Perokok segala usia.
g) Mempunyai tekanan darah tinggi (selama < 180/110 mmHg) atau dengan
masalah pembekuan darah.
h) Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang tidak menggunakan
estrogen.
Yang Tidak Boleh Menggunakan Minipil :
a) Hamil atau diduga hamil.
b) Perdarahan pervaginam yang belum yang jelas penyebabnya.
c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
d) Menggunakan obat tuberculosis (rifampisin), atau obat untuk epilepsy
(fenitoin dan barbiturat).
e) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
f) Sering lupa menggunakan pil.
g) Mioma uterus. Progestin memicu pertumbuhan mioma uterus.

Universitas Sumatera Utara

h) Riwayat stroke. Progestin menyebabkan spasme pembuluh darah.
Efek samping :
a) Amenorea (tidak terjadi perdarahan/spotting).
b) Perdarahan/perdarahan bercak (spotting).
(Saifuddin, 2003).
3) Suntik Progestin
Pada suntikan progestin saja yaitu DMPA (Depot Medroxyprogestron Asetat)
diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg (IM) dan NET-EN
(Norethindrone enanthate) diberikan setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama,
kemudian selanjutnya sekali setiap 12 minggu (Pinem, 2009).
Cara kerja Suntik Progestin :
a) Mencegah ovulasi.
b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma.
c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.
d) Menghambat transportasi garnet oleh tuba.
Keuntungan :
a) Sangat efektif.
b) Pencegahan kehamilan jangka panjang.
c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri.
d) Tidak mengandung estrogen sehinga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.
e) Tidak memilki pengaruh terhadap ASI.
f) Sedikit efek samping.
g) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

Universitas Sumatera Utara

h) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause.
i) Membantu mencegah kenker endometrium dan kehamilan ektopik.
j) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
k) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
l) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).
Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin :
a) Usia reproduksi
b) Nulipara dan yang telah memilki anak.
c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memilki efektifitas
tinggi.
d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
f) Setelah abortus atau keguguran.
g) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.
h) Perokok.
i) Tekanan darah < 180/110 mmhg, dengan masalah gangguan pembekuan
darah atau anemia bulan sabit.
j) Menggunakan obat untuk epilepsy (fenitoin dan barbiturate) atau obat
tuberculosis (rifampisin).
k) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
l) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
m) Anemia defisiensi besi.
n) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan
pil kontrasepsi kombinasi.

Universitas Sumatera Utara

Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin :
a) Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran).
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea.
d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
e) Diabetes mellitus disertai komplikasi.
Efek Samping :
a) Amenorea (tidak terjadi perdarahan/Spotting).
b) Perdarahan/perdarahan bercak (spotting).
c) Mual/pusing/muntah.
(Saifuddin, 2003).
4) Sunti Kombinasi
Jenis suntikan kombinasi yaitu 25 mg Depo Medroksiprogestron asetat dan 5
estradiol Sipionat yang diberikan sebulan sekali (Cyclofem) secara intra muscular
(Pinem, 2009).
Cara Kerja Suntik Kombinasi:
a) Menekan ovulasi.
b) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu.
c) Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu.
d) Menghambat transportasi garnet oleh tuba.
Keuntungan Kontrasepsi :
a) Risiko terhadap kesehatan kecil.
b) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
c) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.
d) Jangka panjang.

Universitas Sumatera Utara

e) Efek samping sangat kecil.
f) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
Kerugian :
a) Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan
bercak/spotting, atau perdarahan sela sampai 10 hari.
b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan
hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.
c) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien harus kembali
setiap 30 hari untuk mendapat suntikan.
d) Efektifitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat-obat
epilepsy (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkolosis (rifampisin).
e) Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke,
bekuan darah pada paru atau otak, dan kemungkinan timbulnya tumor hati.
f)

Penambahan berat badan.

g) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
h) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian.
Yang Dapat Menggunakan Suntikan Kombinasi :
a) Usia reproduksi
b) Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki.
c) Ingin mendapat kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi.
d) Menyusui ASI pascapersalinan >6 bulan.
e) Pascapersalinan dan tidak menyusui.
f) Anemia

Universitas Sumatera Utara

g) Nyeri haid hebat
h) Haid teratur.
i) Riwayat kehamilan ektopik.
j)

Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

Yang Tidak Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi :
a) Hamil atau diduga hamil
b) Menyusui di bawah 6 minggu pascapersalinan.
c) Perdarahan pervaginan yang belum jelas penyebabnya.
d) Penyakit hati akut (virus hepatitis).
e) Usia >35 tahun, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (>180/110 mmHg).
f) Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis > 20 tahun.
g) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain.
h) Keganasan payudara.
Efek Samping :
a) Amenorea.
b) Mual/pusing/muntah.
c) Perdarahan/perdarahan bercak (spotting).
(Saifuddin, 2003)

5) Implan
Implan atau alat kontrasepsi bawah kulit adalah kontrasepsi yang di insersikan
tepat dibawah kulit, dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau dibawah siku
melalui insisi tunggal dalam bentuk kipas (Pinem, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Dari semua metode keluarga berencana, termasuk sterilisasi, sistem norplant
yang memiliki persentase paling rendah dalam hal wanita mengalami kehamilan
yang tidak diharapkan. Norplant juga memiliki angka kelanjutan penggunaan paling
tinggi ke dua pada tahun pertama setelah sterilisasi (Varney, Kriebs, &gegor. 2007).
Cara Kerja :
a) Lendir serviks menjadi kental.
b) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi.
c) Mengurangi transportasi sperma.
d) Menekan Ovulasi.
Keuntungan Kontrasepsi :
a) Daya guna tinggi.
b) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
c) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
d) Tidak memerlukan periksa dalam.
e) Bebas dari pengaruh estrogen.
f) Tidak mengganggu kegiatan sanggama.
g) Tidak mengganggu ASI.
h) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
i) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
Yang Boleh Menggunakan Implan :
a) Usia reproduksi.
b) Telah memiliki anak ataupun yang belum.
c) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan menghendaki
pencegahan kehamilan jangka panjang.

Universitas Sumatera Utara

d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
e) Pascapersalinan dan tidak menyusui.
f) Pascakeguguran.
g) Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi.
h) Riwayat kehamilan ektopik.
i) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau
anemia bulan sabit.
j) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen.
k) Sering lupa menggunakan pil.
Yang Tidak Boleh Menggunakan Implan :
a) Hamil atau diduga hamil.
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c) Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
d) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
e) Mioma uterus dan kanker payudara.
f) Gangguan toleransi glukosa.
Efek Samping :
a) Amenorea
b) Perdarahan bercak (spotting) ringan
c) Ekspulsi
d) Infeksi pada daerah insersi
e) Berat badan naik/turun.
(Saifuddin, 2003).
e. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Universitas Sumatera Utara

AKDR ini menggunakan berbagai bahan dengan bentuk beragam. Mekanisme
kerja AKDR terutama adalah mencegah pembuahan. Ion-ion Copper yang berasal
dari AKDR tembaga mengubah isi saluran telur dan cairan endometrium sehingga
dapat mempengaruhi jalan sel telur di dalam saluran telur serta fungsi sperma
(Varney, Kriebs & Goger, et al. 2007).
Cara Kerja :
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3) AKDR bekera terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun
AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan
dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertillisasi.
4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
Keuntungan :
1) Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi.
2) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
3) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu
diganti).
4) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
5) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
6) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
7) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A).
8) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
9) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi).

Universitas Sumatera Utara

10) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir).
11) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
12) Membantu mencegah kehamilan ektopik.
Yang Dapat Menggunakan AKDR :
1) Usia reproduktif.
2) Keadaan nulipara.
3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
6) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
7) Risiko rendah dari IMS.
8) Tidak menghendaki metode hormonal.
9) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.
10) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari sanggama.
Yang Tidak Diperkenankan Menggunakan AKDR
1) Sedang hamil.
2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui.
3) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis).
4) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau
abortus septic.
5) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri.
6) Penyakit trofoblos yang ganas.
7) Diketahui menderita TBC pelvic.

Universitas Sumatera Utara

8) Kanker alat genital.
9) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
Efek Samping :
1) Amenorea.
2) Kejang.
3) Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur
4) Benang yang hilang.
5) Adanya pengeluaran cairan dari vagina/di curigai adanya PRP.
(Saifuddin, 2003).
f. Kontrasepsi Mantap
1) Tubektomi
Dengan mengoklusi tuba falopii, sehingga sperma tidak dapat bertemu
dengan ovum.
Manfaat Kontrasepsi :
a) Sangat efektif (0,2-4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama
pengunaan).
b) Permanen.
c) Tidak mempengaruhi proses menyusui.
d) Tidak bergantung pada factor sanggama.
e) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang
serius.
f) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal.
g) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
h) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual.
Yang Dapat Menjalani Tubektomi :

Universitas Sumatera Utara

a) Usia > 26 tahun.
b) Paritas > 2.
c) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya.
d) Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius.
e) Pascapersalinan.
f) Pascakeguguran.
g) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.
Yang Sebaiknya Tidak Menjalani Tubektomi :
a) Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai).
b) Perdarahan vaginal yang belum dijelaskan.
c) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut.
d) Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
e) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan>
f) Belum memberikan persetujuan tertulis.
Penanganan atas komplikasi yang mungkin terjadi.
a) Infeksi luka.
b) Demam pascaoperasi (>38̊C).
c) Emboli gas yang diakibatkan oleh laparoskopi (sangat jarang terjadi).
d) Rasa sakit pada lokasi pembedahan.
e) Perdarahan superfisial (tepi-tepi kulit atau subkutan).
(Saifuddin, 2003).
2) Vasektomi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi
pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi
sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.

Universitas Sumatera Utara

Kondisi yang memerlukan perhatian khusus bagi tindakan Vasektomi :
a) Infeksi kulit pada daerah operasi.
b) Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien.
c) Hidrokokel atau varikokel yang besar.
d) Hernia inguinalis.
e) Filariasis (elephantiasis).
f) Undesensus testikularis
g) Massa intraskrotalis.
h) Anemia berat, gangguan pembekuaan darah atau sedang menggunakan
antikoagulansia.
Informasi Bagi klien :
a) Pertahankan band aid selama 3 hari
b) Luka yang sedang dalam penyembuhan jangan ditarik-tarik atau digaruk.
c) Boleh mandi setelah 24 jam, asal daerah luka tidak basah. Setelah hari luka
boleh dicuci dengan sabun dan air
d) Pakailah penunjang skrotum, usahakan daerah operasi kering.
e) Jika ada nyeri, berikan 1-2 tablet analgetik seperti parasetamol atau
iberprofen setiap 4-5 jam.
f) Hindari mengangkat barang berat dan kerja keras untuk 3 hari.
g) Boleh bersanggama sesudah hari ke 2-3. Namun untuk mencegah kehamilan,
pakailah kondom atau cara kontrasepsi lain selama 3 bulan atau sampai
ejakulasi 15-20 kali.
h) Periksa semen 3 bulan pascavasektomi atau sesudah 15-20 kali ejakulasi.
Penilaian Klinik :
a) Riwayat operasi atau trauma pada region skrotalis atau inguinalis.

Universitas Sumatera Utara

b) Riwayat disfungsi seksual, termasuk impotensi.
c) Kondisi area skrotalis (ketebalan kulit, parut atau infeksi).
d) Temuan berupa undesensus testikularis, hidrokokel/varikokel, massa
intraskrotalis atau hernia inguinalis.
e) Riwayat alergi.
f) Adanya proteinuria atau diabetes mellitus.
(Saifuddin, 2003).

Universitas Sumatera Utara