Peranan Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Kota Medan Dalam Pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan

(1)

PERANAN BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MEDAN DALAM PENGENDALIAN LAJU

PERTUMBUHAN PENDUDUK KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh:

080903065

JULIANA NADAPDAP

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Skripsi ini dapat penulis selesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk meraih gelar Sarjana (S-1) pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universias Sumatera Utara.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam proses penyelesaian Skripsi ini, namun penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi isi maupun penulisan. akhirnya syukur kepada Tuhan penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “PERANAN BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MEDAN DALAM PENGENDALIAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK KOTA MEDAN.

Penulis telah banyak mendapat bantuan dan bimbingan baik moril maupun materil dari berbagai pihak dalam proses penyelesaian Skripsi ini. Pada kesempatan ini juga dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Skripsi maupun selama masa perkuliahan yakni kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(3)

2. Bapak Drs. Husni Thamrin Nasution, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP sebagai Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara sekaligus sebagai Dosen Penguji dalam Ujian Meja Hijau.

4. Ibu Dra. Asimayanti Siahaan, M.A, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan yang sangat berharga bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Departemen Ilmu Adminstrasi Negara atas pengabdian dan dedikasinya menyumbangkan ilmu dan mendidik penulis selama menuntut ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Pulungan Harahap selaku Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Dinas.

7. Bapak Sugiono selaku Kepala Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi yang telah banyak membantu dalam memberikan data dan informasi penulis selama penelitian berlangsung.

8. Kak Mega dan Kak Dian yang telah membantu dalam mengurus segala keperluan Administrasi dan memberikan segala informasi dari departemen.


(4)

9. Ucapan termikasih yang sebesar-besar nya saya khusus kan kepada mama saya tercinta S. Samosir ( Op. Putra Boru). Terimakasih buat bimbingan yang berharga dari saya kecil sampai saat ini. Mauliate ma inong...

10.Buat Big Family of Nadapdap : P. Nadapdap/br. Siahaan ( Kel. Putra), M.Sihombing/Br. Nadapdap. (Kel. Josua), Keluarga Jonathan, A. Sihotang/ Br. Nadapdap (Kel. Andap), Fransiskus Nadapdap, teristimewa buat abg ku Jansfin Nadapdap, dan kedua adk ku Sisca dan Penson. Buat seluruh keponakan-keponakan serta “ Putra, Pendo dan Depana ( The Next Generation of Nadapdap)

11.Buat anak-anak AN 08, terima kasih atas kebersamaan kita selama ini terkhusus buat edak-edak comunity tang bersedia mendampingi saya selalu, terimakasih atas doa-doanya.

Akhirnya terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini maupun selama masa perkuliahan. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2014


(5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh: Nama : Juliana Nadapdap

Nim : 080903065

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Peranan Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Kota Medan Dalam Pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan

Medan, April 2014 Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara

Dra. Asima Yanty Siahaan, M.A, Ph.D

NIP: 196401261988032002 NIP: 196401081991021001

Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si

Dekan,

FISIP USU MEDAN

NIP. 196805251992031002 Prof. Dr. Baddaruddin, M.Si


(6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh:

Nama : Juliana Nadapdap Nim : 080903065

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Peranan Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Kota Medan Dalam Pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan

Yang dilaksanakan pada:

Hari :

Tanggal : Pukul : Tempat :

Panitia Penguji

Ketua : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si ( ) Anggota I : Dra. Asima Yanty Siahaan, M.A, Ph.D ( ) Anggota II : Drs. Kariono, M.Si ( )


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

ABSTRAK ... viii

BAB I : PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Fokus Penelitian ... 7

I.3 Rumusan Masalah ... 8

I.4 Tujuan Penelitian ... 9

I.5 Manfaat Penelitian ... 9

I.6 Sistematika Penulisan ………... 10

BAB II : STUDI KEPUSTAKAAN II.1 Pengertian Peranan ... 12

II.2 Konsep dan teori Pengendalian Penduduk ... 14

II.2.1 Pengertian Pengendalian ... 14

II.2.2 Pengertian Kependudukan ... 15

II.2.3 Defenisi Pengendalian Kependudukan ... 17

II.2.4 Tujuan dan Kegunaan Ilmu Kependudukan ... 19

II.3 Permasalahan Laju pertumbuhan Penduduk... 19

II.4 Kebijakan Pengelolaan Laju Pertumbuhan Penduduk ... 22

II.5 Defenisi Konsep... 30

BAB III : METODE PENELITIAN III.1 Bentuk Penelitian ... 33

III.2 Lokasi Penelitian ... 34


(8)

III.4 Teknik Pengumpulan Data ... 36

III.5 Jenis dan Sumber Data ... 37

III.6 Teknik Analisis Data ... 38

III.7 Pengujian Keabsahan Data ………...…... 39

III.8 Etika Penelitian ………..…... 40

BAB IV : TEMUAN PENELITIAN IV.1 Gambaran Umum Kota Medan ... 42

IV.1.1 Letak Geografis Kota Medan ... 44

IV.1.2 Visi dan Misi Kota Medan ... 45

IV.1.3 Demografi Penduduk ...47

IV.2 Gambaran Umum Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan ... 54

IV.2.1 Visi dan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan ... 54

IV.2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan ... 56

IV.2.3 Bagan Organisasi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan ... 60

IV.2.4 Struktur Organisasi Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi Kabupaten Serdang Bedagai ... 64

IV.3 Bidang Keluarga Berencana ... 65

BAB V : ANALISIS TEMUAN V.1 Peranan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam pengendalian jumlah penduduk ... 66

V.1.1 Peningkatan pembinaan kesetaraan ber KB melalui jalur pemerintah ... 68

a. koordinasi, keterpaduan, dan Kemitraan dengan Lembaga Pemerintahan dalam hal KB...73

b. Sosialisasi kegiatan KB kepada Masyarakat...76

c. Pelatihan dan Diklat dalam upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia...81 d. Peningkatan Kualitas Pelayanan di


(9)

Bidang Infrastruktur maupun jasa...84 V.1.2 Peningkatan kesetaraan ber KB melalui jalur swasta ... 94 V.2 Hambatan-hambatan dalam Pengendalian jumlah penduduk kota

Medan ... 98

BAB VI : PENUTUP

VI.1 Kesimpulan ... 107 VI.2 Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 109 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kelompok Umur dan

Jenis Kelamin tahun 2012 ... 48

Tabel IV.3 Jumlah Penduduk Medan Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin tahun 2012 ... 49

Tabel IV.4 Komposisi Pegawai Berdasarkan Jabatan dan Eselon ... 61

Tabel IV.5 Komposisi Pegawai Berdasarkan Pangkat/Golongan ... 61

Tabel IV.6 Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin ... 62

Tabel V.1 Jumlah Rata-Rata Jiwa Per Keluarga tahun 2008, 2009, 2010 ... 70

Tabel V.2 Perkembangan tingkat Kesertaan Ber KB dari tahun ke Tahun ... 85

Tabel V.3 Jumlah Klinik KB menurut status dan Kecamatan ...88


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar IV.1 Struktur Pemda Medan ... 53 Gambar IV.2 Susunan Organisasi BPPKB Kota Medan ... 63 Gambar V.1 Kantor BPPKB Kota Medan ... 68 Gambar V.2 Kegiatan Pup Smear Gratis Kepada Masyarakat

di Puskesmas Belawan ... 79 Gambar V.3 Kegiatan KB melalui TNI Manunggal KB dan Kesejahteraan ... 80 Gambar V.4 Seminar BKKBN tahun 2012 ... 82 Gambar V.5 Konseling KB oleh BPPKB Kota Medan ... 83 Gambar V.6 Pamasangan alat Kontrasepsi Koordinasi dengan


(12)

ABSTRAK

Peranan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan dalam Pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk di Kota Medan

Nama : Juliana Nadapdap

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dosen Pembimbing : Dra. Asima Yanty Siahaan, M.A., Ph.D

Menurut Undang Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, laju pertumbuhan penduduk di suatu wilayah sangat menentukan pembanguna Salah satu kebijakan dalam menekan laju pertumbuhan penduduk itu sendiri adalah dengan melakukan program Keluarga Berencana. Kota Medan sebagai kota terempat terpadat di Indonesia memiliki masalah kependudukan. Padatnya penduduk kota Medan mengakibatkan timbulnya pemukiman kumuh. Jumlah penduduk yang padat tersebut menimbulkan kegerahan di kalangan legislatif mengenai kinerja Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana sebagai lembaga pemerintah yang menangani langsung masalah pertumbuhan penduduk.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Peranan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, ketepatan kebijakan-kebijakan dan program-program dalam pengendalian laju pertumbuhan penduduk do Kota Medan, selain itu penulis juga ingin mengetahui respon masyarakat terhadap kebijakan pengendalian laju pertumbuhan penduduk yang telah ditetapkan oleh BPPKB Kota Medan.

Teknik penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan wawancara dan observasi. Teknik pengambilan subyek penelitian yakni dengan menggunakan teknik purposive dan snowball. Dari teknik ini diperoleh 17 informan,yang terdiri dari Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan, Kepala Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan reproduksi, Bidang Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga, dua orang Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana, dan delapan masyarakat yang ikut serta dalam program Keluarga Berencana.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka didapat beberapa temuan bahwa Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana memiliki peranan dalam menekan laju pertumbuhan penduduk yang meliputi koordinasi dengan lembaga pemerintah, masyarakat dan swasta dalam kegiatan KB, melakukan konseling KB, pemasangan alat kontrasepsi serta penanggulangan paska pemasangan alat kontrasepsi. Hambatan dalam pengendalian laju pertumbuhan penduduk yaitu kurangnya tenaga teknis yang ahli, infrastruktur yang belum memadai, pengaruh kultur dan tingkat pendidikan masyarakat juga menjadi hambatan BPPKB dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

Kata Kunci: Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, Pengendalian Laju pertumbuhan Penduduk, Program Keluarga Berencana


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Memiliki keturunan adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, dimana salah satu tujuan dari terbentuknya suatu keluarga adalah untuk mendapatkan keturunan. Namun memiliki keturunan dalam jumlah besar dan tidak terkendali, dapat menjadi ancaman besar bagi kelangsungan hidup. Pandangan yang seperti itu relevan dengan situasi kelangsungan hidup, dimana setiap individu ingin menjadikan hidup lebih makmur dan lebih sejahtera. Sehingga menimbulkan pandangan bahwa jumlah keturunan akan sangat berpengaruh dengan kesejahteraan maupun kemakmuran hidup masyarakat.

Jika dilihat dari segi pembangunan, maka jumlah penduduk sangat berpengaruh dengan masalah pembangunan suatu wilayah. Dalam perencanaan pembangunan, data kependudukan memegang peran yang penting. Makin lengkap data kependudukan yang tersedia maka makin mudah dan semakin tepatlah rencana pembangunan di susun. Menurut Undang Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, dan kondisi kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial budaya, agama serta lingkungan penduduk setempat. Di samping itu di sebutkan pula perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya terencana untuk


(14)

mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi penduduk. Dari defenisi tersebut diharapkan adanya keseimbangan dalam pertumbuhan penduduk sehingga kehidupan masyarakat dapat terkendali dan seimbang.

Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai populasi pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi, dimana Indonesia berada pada posisi ke empat jumlah penduduk terbanyak di dunia. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun 2000. Artinya setiap tahun selama periode 2000-2010, jumlah penduduk bertambah 3,25 juta jiwa. Jika dialokasikan ke setiap bulannya maka penduduk Indonsia bertambah sebanyak 270.883 jiwa atau 0.27 juta jiwa. Berdasarkan jumlah tersebut, maka setiap harinya penduduk Indonesia bertambah sebesar 9.027 jiwa. Dan setiap jam terjadi pertambahan penduduk sebanyak 377 jiwa. Bahkan setiap detik jumlah pertambahan penduduk masih trgolong tinggi yaitu sebanyak 1,04 (1-2 jiwa). Pertambahan penduduk di Indonesia umumnya (bahkan bisa dikatakan 99%) disebabkan oleh kelahiran sisanya berupa migrasi masuk. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam satu detik di Indonesia terjadi kelahiran bayi sekitar 1-2 jiwa. 1

Laju pertumbuhan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan, dimana jumlah penduduk Indonesia untuk tahun 2012 diperkirakan sekitar 257.516.167 jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sekitar 19,9 juta jiwa dalam kurun waktu 2 tahun. Ini merupakan salah satu permasalahan

1

. http://bps.go.id/download_file/Penduduk_Indonesia_menurut_desa_SP2010.pdf diakses 10 Januari 2013 pukul 22.00 WIB


(15)

kependudukan di negara kita saat ini, dimana pertumbuhan penduduk sampai saat ini belum dapat dikendalikan. Berdasarkan data mengenai jumlah penduduk diatas maka pemerintah Indonesia harus melakukan tindakan agar dapat meminimalisasi jumlah pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk yang semakin besar menjadi tantangan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat, menciptakan kesempatan kerja, menghilangkan kemiskinan, meningkatkan mutu pendidikan dan kesehatan, meningkatkan infrastruktur, dan pelayanan publik.

Kebijakan yang telah dilakukan pemerintah dalam hal pengendalian penduduk sudah ada sejak abad Hindia Belanda. Kolonisasi memindahkan beberapa penduduk di Jawa dalam rangka retribusi penduduk. Kebijakan tersebut dilanjutkan sampai masa orde Baru tahun 1972, dimana UU no 32 tahun 1972 mengatur proses transmigrasi penduduk. Namun pada tahun 1968 pemerintah mulai menyadari penekanan jumlah penduduk tersebut yakni dengan membatasi jumlah anak sehingga dibentuklah Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN), namun pada tahun 1970 sesuai dengan Keppres No. 8 Tahun 1970 LKBN tersebut berganti nama menjadi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN).2

Menurut Karmoto3

2

www.bkkbn.go.id/arsip/.../Sejarah%20BKKBN.pdf‎

3

Karmoto Wirosuhardjo. 2004. Dasar-dasar Demografi. Jakarta : FEUI. Hal. 168

, kebijakan kependudukan utama di Indonesia saat ini adalah kebijaksanaan Keluarga Berencana. Kebijakan ini sudah luas diketahui oleh masyarakat. Sejak di deklarasikan pada masa kepemimpinan Soeharto,


(16)

kebijakan keluarga berencana ini telah berhasil mengubah pandangan masyarakat yang pro natalitas menjadi anti natalitas.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat Dr. Sugiri Syarif mendukung pendapat Karmoto tersebut. Menurut beliau, pertambahan jumlah penduduk saat ini cukup mengkhawatirkan, dimana pertambahan jumlah penduduk tersebut sudah tidak sebanding lagi dengan jumlah kebutuhan pokok,sehingga pemerintah sulit dalam pemenuhan kebutuhan pokok. Untuk mengatasi masalah laju pertumbuhan penduduk tersebut, maka cara yang paling tepat adalah menurunkan tingkat kelahiran.4

Tidak berbeda dengan pertumbuhan penduduk di tingkat nasional, Medan yang merupakan barometer pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan khususnya di wilayah Sumatera Utara juga mengalami permasalahan dalam hal padatnya jumlah penduduk. Menurut data yang diperoleh dari Pemko Medan, jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2008 adalah 2.102.105 jiwa, untuk tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 2.121,053 jiwa, tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 2.097.610 jiwa sementara itu untuk tahun 2011 jumlah penduduk Medan meningkat menjadi adalah 2.117.2240 jiwa dan pada tahun 2012 meningkat lagi menjadi 2.122.804 jiwa.

Dari data tersebut terlihat penurunan jumlah penduduk di Kota Medan hanya terjadi pada tahun 2010. Untuk tahun 2011 jumlah penduduk kota Medan kembali meningkat dan peningkatan terjadi lagi pada tahun 2012. Untuk data

4

http://www.analisadaily.com/news/read/2012/04/19/46505/laju_pertumbuhan_penduduk_indones ia_mengkhawatirkan/#.UBi4N8jL1io dikutip 12 Januari 2013


(17)

tahun 2012 ditemukan bahwa pertumbuhan jumlah penduduk yang dipengaruhi migran dan kelahiran adalah satu berbanding empat. Artinya seperempat penduduk kota Medan adalah migran, dari data tersebut terlihat sebagian besar pertumbuhan penduduk kota Medan dipengaruhi oleh natalisasi penduduk yang tinggal menetap di Kota Medan.5

Permasalahan pertumbuhan penduduk seperti di atas sangat jelas membawa dampak yang tidak baik kepada pemerintah maupun masyarakat, oleh karena itu sangat diharapkan peran serta lembaga pemerintah maupun masyarakat dalam mengendalikan pertumbuhan penduduk. Seperti yang sudah disebutkan

Jika dilihat dari jumlah penduduk dari tahun 2008 sampai 2012 maka kota Medan berada pada peringkat keempat kota terpadat di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya dan Bandung. Besarnya jumlah penduduk di kota Medan mengakibatkan terdapat banyak lingkungan kumuh yang dari segi ekonomi masyarakatnya masih berada pada garis bahkan dibawah garis kemiskinan. Perumahan kumuh tersebut dapat kita lihat di kawasan Medan Utara seperti di Belawan, Labuhan, Marelan, Tembung, Denai, Sunggal dan Medan Johor, bahkan pada daerah pusat Kota Medan. Kawasan kumuh di Utara Medan merupakan perumahan nelayan yang terletak dibantaran sungai Deli. Sedangkan di pusat kota ada di bantaran sungai Babura dan daerah pinggir rel kereta api. Munculnya rumah-rumah kumuh menjadi motivasi bagi pemerintah untuk mengendalikan jumlah penduduk.

5

http://www.pemkomedan.go.id/news_detail.php?id=13792 diakses 10 Januari 2013 pukul 22.00 WIB


(18)

sebelumnya, bahwa kebijakan kependudukan yang utama di Indonesia saat ini adalah kebijakan keluarga Berencana dimana untuk tingkat nasional adanya BKKBN, sebagai daerah otonom maka di Kota Medan dibentuklah Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB). Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana kota Medan merupakan salah satu lembaga pemerintah yang menerapkan kesetaraan gender dalam pengendalian laju pertumbuhan penduduk di kota Medan demi mencapai kesejahteraan rakyat.

Dalam kegiatan evaluasi Kinerja Kaban PP dan KB Kota Medan ditemukan bahwa penduduk di Kota Medan membuat kalangan legislatif merasa gerah melihat kinerja Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (PP dan KB) di Medan. DPRD mendesak wali kota agar segera mengevaluasi Kepala Badan PP dan KB Kota Medan. Dalam pertemuan tersebut, Bahrumsyah, wakil ketua fraksi PAN menyebutkan bahwa salah satu tolok ukur keberhasilan kota Medan adalah keberhasilan pengendalian penduduk di Medan. Menurut beliau saat ini, sudah terjadi ledakan kelahiran bayi (baby boom), namun Badan KB dan PP Medan lebih banyak fokus pada program seputar perempuan saja. Untuk program KB atau program pengendalian penduduk, sama sekali tidak terlihat.6

Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa pertumbuhan penduduk sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat. Salah satu kebijakan dalam menangani masalah pertumbuhan penduduk itu sendiri adalah kebijakan

66

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=222108:evaluasi-kinerja-kaban-pp-a-kb-medan&catid=14:medan&Itemid=27 diakses pada 12 Januari 2013 WIB


(19)

keluarga berencana. BPPKB Kota Medan sebagai pelaksana teknis di Bidang Keluarga Berencana di Kota Medan, membuat penulis tertarik untuk mengetahui sejauh mana peranan Lembaga pemerintah tersebut dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Sehingga penulis melakukan penelitian dengan judul

“Peranan Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Kota Medan Dalam Pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan”.

I.2. Fokus Masalah

Adapun yang menjadi fokus penelitian adalah untuk mengetahui sejauh mana peranan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana melalui kebijakan-kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta tugas pokok dan fungsi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, dalam mengendalikan pertumbuhan penduduk di kota Medan. Dalam hal ini peneliti terfokus kepada kebijakan yang ditetapkan oleh Bidang Keluarga Berencana sebagai bidang yang memiliki peranan langsung terhadap pengendalian pertumbuhan penduduk di Kota Medan. Pihak-pihak yang terkait dalam kebijakan yang ditetapkan oleh Bidang Keluarga Berencana dalam pengendalian laju pertumbuhan penduduk akan dimintai pendapat dan tanggapan tentang upaya dan tindakan apa saja yang sudah dilakukan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Beberapa anggota masyarat, dalam hal ini peneliti terfokus kepada masyarakat Medan Deli yang ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan Bidang Keluarga Berenca akan dimintai pendapat atau tanggapan, apakah mereka diberikan sosialisasi mengenai kebijakan yang bidang keluarga berencana


(20)

tetapkan, mengenai dampak dari pertumbuhan penduduk yang terlalu pesat, apakah manfaat yang mereka rasakan apabila jumlah penduduk terkendali dan bagaimana cara mengendalikan jumlah penduduk.

I.3. Rumusan Permasalahan

Masalah merupakan bagian pokok dari suatu penelitian dimana penulis mengajukan pertanyaan kepada dirinya sendiri tentang hal-hal yang akan dicari jawabannya di dalam penelitian.7

1. Bagaimana peranan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan dalam mengendaliakan laju pertumbuhan penduduk Kota Medan?

Dari uraian yang telah disebutkan pada latar belakang, maka permasalahan yang menjadi perhatian penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

2. Apakah faktor-faktor yang menghambat Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk Kota Medan?

3. Bagaimana respon masyarakat kota Medan terhadap pelayanan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam usaha pengendalian laju pertumbuhan penduduk Kota Medan?

7

Arikunto, 2002 Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Rhineka Cipta hal 47


(21)

I.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Setiap penelitian yang dilakukan harus memiliki tujuan yang hendak dicapai. Isi dan rumusan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana peranan badan pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana dalam mengendalikan pertumbuhan penduduk di kota Medan.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa yang dihadapi badan pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana dalam mengendalikan pertumbuhan penduduk di kota Medan.

3. Untuk mengetahui respon masyarakat kota Medan terhadap pelayanan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam usaha pengendalian laju pertumbuhan penduduk Kota Medan.

I.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.


(22)

2. Manfaat Praktis

Manfaat Institusi, yaitu penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang sangat berharga bagi institusi yang terkait dalam menetapkan kebijakan bagi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana.

I.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I :PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, fokus masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II :TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi teori-teori dan referensi lain yang dipakai selama penelitian. dan defenisi konsep. Teori-teori disini tidak berfungsi untuk membangun kerangka berpikir, tetapi lebih berfungsi sebagai bekal peneliti untuk memahami situasi sosial yang diteliti.

BAB III :METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan validitas data.

BAB IV :TEMUAN PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, serta struktur organisasi.


(23)

BAB V :ANALISIS TEMUAN

Bab ini berisi penjelasan dan penguatan terhadap temuan dengan cara mengutip pendapat-pendapat dari informan yang dianggap kredibel.

BAB VI :PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran, bagian kesimpulan berisi jawaban atas rumusan masalah yang dikemukakan. Pemecahan masalah dinyatakan dalam bentuk saran.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut M. Nazir8

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, litertur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan yang berisi teori-teori. Studi Kepustakaan yaitu mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk mencari dan menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti.

II.1. Pengertian Peranan

9

peranan didefenisikan sebagai suatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan terutama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa. Sementara itu Soekamto10

8

M. Nazir 2003 Metode Penelitian Jakarta : Galia Indonesia. Hal. 11 9

WJS. Poerwodarminto 1985 Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai Pustaka. Hal. 735 10

Soekamto 1997 Pengantar Sosiologi. Gramedia Pustaka : Jakarta. Hal 54

mendefenisikan peranan yakni pertama, perilaku seseorang atas kedudukan tertentu dan hubungannya dengan masyarakat. Kedua, peranan adalah suatu kelompok penghargaan manusia terhadap cara bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosial. Ketiga, peranan adalah pola tingkah laku yang didasarkan atas


(25)

kedudukan tertentu dalam kolektivitas dari keadaan sosial tertentu. Sedangkan Miftah Thoha sendiri memberi batasan bahwa peranan adalah suatu rangkaian perilaku yang terwujud yang ditimbulkan karena jabatan tertentu.11

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa peranan adalah yang memegang pimpinan terutama dalam terjadinya suatu hal dan aspek dinamis dari pada kedudukan sesuai dengan hak dan kewajibanya yang ditimbulkan karena jabatan tertentu dalam suatu organisasi. Analisis terhadap perilaku peranan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan : (1) ketentuan peranan, (2) gambaran peranan, dan (3) harapan peranan. Ketentuan peranan adalah adalah pernyataan formal dan terbuka tentang perilaku yang harus ditampilkan oleh seseorang dalam membawa perannya.

Gambaran peranan adalah suatu gambaran tentang perilaku yang sacara aktual ditampilkan sesorang dalam membawakan perannya, sedangkan harapan peranan adalah harapan orang-orang terhadap perilaku yang ditampilkan seseorang dalam membawakan perannya. Peranan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana sebagai organisasi pemerintah kota melaksanakan fungsinya sesuai dengan hak dan kewajibannya dalam mengendalikan pertumbuhan penduduk.

11


(26)

II.2. Teori Pengendalian dan Kependudukan

II.2.1 Pengertian Pengendalian

Pengendalian menurut Usry dan Hammer yang diterjemahkan oleh Alfonsius Sirait dan Herman Wibowo12

Sementara itu Glen A. Welsch, Hilton, dan Gordon yang diterjemahkan oleh Purwatiningsih dan Maudy Warouw

yakni “control is management’s systematic effort to achieve objectives by comparing performance to plan and taking appropriate action to correct important differences”, maksud dari Ussy and Hammer yaitu pengendalian merupakan usaha sistematik perusahaan untuk mencapai tujuan dengan cara membandingkan prestasi kerja dengan rencana dan membuat tindakan yang tepat untuk mengkoreksi perbedaan yang penting.

13

Dalam ilmu sosial, ada beberapa macam cara untuk mengendalikan masyarakat

mendefenisikan “pengendalian adalah suatu proses untuk menjamin terciptanya kinerja yang efisien yang memungkinkan terciptanya tujuan perusahaan”.

14

1. Pengendalian lisan (Pengendalian Sosial Persuasif) yaitu:

12

. Alfonsius Sirait dan Herman Wibowo. 1994. Akutansi Biaya: Perencanaan dan Pengendalian

Edisi Kesepuluh. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal 5

13

Purwatiningsih dan Maudy Warouw. 2000. Anggaran Perencanaan dan Pengendalian Laba. Jakarta: Salemba Empat. Hal. 3

14

. Sunarto, Kamanto. 2004 Pengantar Sosiologi (edisi revisi), Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Hal 128


(27)

Pengendalian lisan diberikan dengan menggunakan bahasa lisan guna mengajak anggota kelompok sosial untuk mengikuti peraturan yang berlaku.

2. Pengendalian Simbolik (Pengendalian Sosial Persuasif)

Pengendalian simbolik merupakan pengendalian yang dilakukan dengan melalui gambar, tulisan, iklan, dan lain-lain.

3. Pengendalian Kekerasan (Pengendalian Koersif)

Pengendalian melalui cara-cara kekerasan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk membuat si pelanggar jera dan membuatnya tidak berani melakukan kesalahan yang sama.

Berdasarkan dari pengertian - pengertian yang dikemukakan di atas dapat kita simpulkan bahwa pengendalian adalah usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan membandingkan prestasi kerja dengan rencana melalui suatu proses sehingga terciptanya kinerja yang efisien sesuai dengan tujuan perusahaan. Dengan kata lain pengendalian merupakan tindakan mengatur laju atau mengontrol jalannya suatu tindakan agar dapat berjalan dengan sistematis dan efesien.

II.2.2 Pengertian Kependudukan

Sebelum membahas mengenai kependudukan, maka ada baiknya mengerti penduduk terlebih dahulu. Penduduk merupakan suatu kumpulan masyarakat yang melakukan interaksinya dalam suatu daerah atau orang yang berhak tinggal daerah, dengan syarat orang tersebut harus memiliki surat resmi untuk tinggal di


(28)

wilayah tersebut, sedangkan menurut Undang – Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pedoman Pencatatan Perkawinan dan Pelaporan Akta Yang Diterbitkan Oleh Negara Lain mendefenisikan penduduk sebagai berikut: Penduduk adalah warga negara Indonesia atau orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Dari defenisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa penduduk merupakan setiap orang atau sekelompok orang yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu dalam waktu yang telah ditentukan oleh Undang-undang. .

Berdasarkan Multilingual Demografic Dictionary (IUSSP, 1982) dalam buku Prof. Ida15

Sedangkan Philip M. Hauser dan Duddley Duncan disebutkan demografi adalah sebagai berikut:

Demography is the scientific study of human population in primarily with the respect to their size, their structure (composition) and their development (change). Artinya “Demografi mempelajari penduduk (suatu wilayah) terutama mengenai jumlah, struktur (komposisi penduduk) dan perkembangannya (perubahannya).

16

15

Prof. Ida Bagus Mentra 2003. Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hal 2

16

Kartomo Wirosuhardjo. 1981. Dasar- dasar Demografi. Jakarta : Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI

mengusulkan defenisi demografi sebagai berikut.


(29)

Demography is the study of the size, territorial distribution and composition of population, changes there in and the components of such changes which maybe identified as natality, teritorial movement (migration), and social mobility (change of states). Artinya “Demografi mempelajari jumlah, persebaran, teritorial dan komposisi penduduk serta perubahan – perubahannya dan sebab – sebab perubahan itu, yang biasanya timbul karena natalitas (fertilitas), mortalitas, gerakan teritorial (migrasi) dan mobilitas sosial (perubahan status).

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa demografi mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah juga merupakan ruang lingkup dari demografi. Pengertian pertumbuhan penduduk17

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya mengenai defenisi pengendalian, dimana pengendalian itu merupakan tindakan mengatur laju atau mengontrol jalannya suatu tindakan agar dapat berjalan dengan sistematis dan efesien serta mengacu kepada defenisi kependudukan itu sendiri, dimana kependudukan itu mempelajari struktur dan proses yang ada dalam masyarakat, maka dapat kita simpulkan bahwa pengendalian kependudukan adalah usaha mempengaruhi pola itu sendiri adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan "per waktu unit" untuk pengukuran.

II..3. Defenisi Pengendalian Kependudukan

17


(30)

kembang biak penduduk ke arah angka pertumbuhan penduduk yang diinginkan, biasanya ditempuh melalui suatu kebijakan pemerintah di bidang kependudukan.

Dalam mengatasi laju pertumbuhan penduduk, dilakukan pengendalian sosial dimana pengendalian sosial itu sendiri menurut Horton18

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa ada 3 pengendalian dalam ilmu sosial, BPPKB Kota Medan juga dalam menangani masalah pertumbuhan penduduk menggunakan ketiga pengendalian terserbut. Jika dilihat dari pengendalian lisan, pengendalian lisan ini terlihatb pada saat melakukan sosialisasi kepada masyarakat ataupun aparatur pemerintah, dalam hal pengendalian simbolik yakni dengan mengadakan poster-poster atau iklan mengenai KB, serta pengendalian kekerasan yakni dibuktikan dengan adanya perlindungan hukum atau undang-undang yang mengatur sehingga apabila adanya

adalah segenap cara dan proses yang ditempuh oleh sekelompok orang atau masyarakat, sehingga para anggotanya dapat bertindak sesuai harapan kelompok atau masyarakat. Pengendalian sosial digunakan sebagai dasar untuk menanggulangi masalah pertumbuhan penduduk karena pengendalian sosial merupakan suatu mekanisme untuk mencegah penyimpangan sosial serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai yang berlaku. Dengan adanya pengendalian sosial yang baik maka anggota masyarakat yang berperilaku menyimpang dapat memahami perlunya untuk mematuhi program – program pemerintah yang sudah ada.

18

Horton B. Paul dan Chester L. Hunt. 1999. Sosiologi. Diterjemahkan oleh Drs. Aminudin Ram, M. Ed dan Dra. Tita Sobari. Jakarta: Erlangga


(31)

pelanggaran ataupun penyimpangan wewenang maka ada ada batasan atau ketentuan yang mengatur.

II.3. Permasalahan Laju Pertumbuhan Penduduk

Masalah kependudukan merupakan hal yang tidak bisa lepas dari negara kita, karena negara kita termasuk salah satu negara terbesar di dunia yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Laju pertumbuhan di suatu negara berbanding lurus dengan tingkat perekonomian, kesehatan, sosial budaya, tingkat pendidikan, kesejahteraan maupun pembangunan. Dalam latar belakang sudah kita lihat bahwa pertumbuhan penduduk memegang peranan penting baik dalam hal pembangunan maupun kesejahteraan. Untuk Indonesia sendiri, menurut Faturohman dkk dalam buku Dinamika Kependudukan dan Kebijakan19

Sejalan dengan yang diungkapkan Faturochman dkk, Malthus yang dikutip dari buku Aspek kemanusiaan dalam pengendalian pertumbuhan penduduk

, dikatakan bahwa masalah kependudukan yang sering muncul di Indonesia adalah jumlah dan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, struktur umur penduduk yang berusia muda, urbanisasi yang relatif tinggi, serta kualitas sumber daya manusia rendah.

20

19

Faturochman dkk. 2004. Dinamika Kependudukan dan Kebijakan. Yogyakarta : Pusat studi Kependudukan dan Kebijakan Universita Gadjah Mada. Hal . 63

20

Darwin, Muhadjir. 2000, Aspek kemanusiaan dalam pengendalian pertumbuhan penduduk, Hal 156


(32)

dibandingkan dengan pertambahan bahan makanan, kecuali terhambat oleh karena apa yang ia sebutkan sebagai moral restrains, seperti misalnya wabah penyakit atau malapetaka. Dalam pernyatan ini secara tidak langsung dikatakan bahwa jumlah pertumbuhan penduduk akan lebih besar daripada jumlah hasil bumi. Hal ini akan memunculkan permasalahan yang baru, dimana akan banyak terdapat masyarakat di bawah garis kemiskinan dan tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan.

Sumber daya manusia/penduduk merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan pembangunan. Siagian21

Usman

berpendapat “Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan modal dasar pembangunan, namun di sisi lain jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi juga akan menjadi beban bagi suatu negara untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduknya seperti sandang, pangan dan papan maupun kebutuhan-kebutuhan lainnya. ” Jumlah dan pertumbuhan penduduk yang tinggi tersebut akan menjadi masalah dalam pembangunan yang pada akhirnya dapat menghambat proses pembangunan itu sendiri. “

22

21

Siagian, Sondang P. 2001. Administrasi Pembangunan : Konsep, Dimensi danStrateginya.

Jakarta : Bumi Aksara.

22

Usman, Wan. 1997. Pembangunan dan Ketahahan Nasional. Jakarta: UI.

menyatakan, “penduduk sebagai sumber daya manusia merupakan modal dasar yang penting dalam penyelenggaraan konsepsi ketahanan nasional, akan tetapi dalam kenyataannya, ledakan penduduk dapat menimbulkan tekanan


(33)

yang besar pada sumber daya yang terbatas dan berpengaruh pada ketahanan nasional.” Penduduk yang besar dengan kualitas sumber daya manusia yang relatif kurang memadai sangat berpotensi memberikan beban dalam pembangunan, yang tercermin melalui beratnya beban pemerintah pusat dan daerah untuk menyediakan berbagai pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, lapangan kerja, dan lingkungan hidup.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa masalah pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat menimbulkan masalah sosial seperti kemiskinan, rendahnya tingkat kesehatan, tekanan atau pengrusakan terhadap lingkungan, pengangguran dan juga gangguan keamanan, bahkan dapat pula menimbulkan peperangan antara satu negara dengan negara lainnya. Oleh karena itu diperlukan pengaturan sistem kependudukan yang baik agar masalah-masalah yang munculn dari problem kependudukan tidak berimbas pada terjadinya kriminalitas.

Permasalahan pertumbuhan penduduk seperti yang telah dibahas diatas, menuntut pemerintah, khususnya instansi yang berkaitan langsung dengan masalah kependudukan untuk mengambil kebijakan yang diharapkan mampu mengatasi masalah pertumbuhan penduduk. Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2010 Tentang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional disebutkan bahwa BKKBN merupakan instansi pemerintah yang menangani masalah pertumbuhan penduduk. Fungsi BKKBN itu sendiri tertera pada Pasal 3 ayat (1), yang berbunyi:


(34)

a. Perumusan kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana

b. Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria dibidang pengedalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana

c. Pelaksanaan advokasi dan koordinasi dibidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana

d. Penyelenggaraan komunikasi, informasi, dan edukasi dibidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana

e. Penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi dibidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana

f. Pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi dibidang pengendalian pertumbuhan penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.

II.4. Kebijakan Pengelolaan Laju Pertumbuhan Penduduk

Setiap permasalahan khususnya dalam pemerintahan, mengahasilkan suatu kebijakan, dimana kebijakan tersebut sering disebut dengan kebijakan publik. Nugroho23

23

Nugroho,Riant. 2006. Kebijakan Publik untuk Negara-Negara Berkembang ( Model-model Perumusan Implementasi dan Evaluasi ). Jakarta : PT.ElexMedia Komputindo. Hal . 54

mengartikan kebijakan publik tersebut sebagai keputusan yang dibuat oleh negara, khususnya pemerintah sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan negara yang bersangkutan. Dimana Kebijakan publik tersebut merupakan strategi


(35)

untuk mengantar masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, dan untuk menuju masyarakat yang dicita-citakan.

Kebijakan publik yang sering menjadi pembahasan di setiap negara adalah kebijakan kependudukan. Menurut PBB pengertian kebijaksanaan kependudukan adalah tindakan dan program yang disusun untuk membantu tercapainya tujuan-tujuan ekonomi, sosial, demografi, politik dan tujuan-tujuan umum lainnya dengan jalan mempengaruhi variabel demografi umum, seperti besar dana pertumbuhan penduduk, persebaran geografis, serta ciri-ciri demografinya. Kebijakan pemerintah dalam bidang kependudukan dan lingkungan hidup adalah pembangunan yang bercirikan pembangunan yang berkelanjutan. Kebijakan kependudukan itu sendiri mencakup 3 aspek yakni kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan (migrasi). 24

24

Siasah Masruri, Muhsinatun,dkk.2002.Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Yogyakarta: UPT MKU UNY

Secara garis besar tujuan kebijakan kependudukan adalah memelihara keseimbangan antara pertambahan dan penyebaran penduduk dengan perkembangan pembangunan sosial-ekonomi, sehingga tingkat hidup layak dapat diberikan pada seluruh penduduk. Usaha ini meliputi seluruh kebijakan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan kegiatan lain untuk meningkatkan pendapatan yang adil, kesempatan kerja dan pembangunan pendidikan menyeluruh. Strategi ini dapat dilakukan melalui program, baik itu jangka pendek maupun jangka panjang.


(36)

Seperti yang sudah disebutkan pada latarbelakang, dimana Kartomo menyebutkan bahwa kebijakan kependudukan yang utama di Indonesia saat ini adalah kebijakan keluarga berencana, sehingga BKKBN dalam upaya pengendalian jumlah penduduk terdapat beberapa kebijakan yaitu:

1. Penundaan Usia Perkawinan

Ketentuan mengenai batas umur minimal dalam Pasal 7 ayat (1) UU No, 1 Tahun 1974 yang mengatakan bahwa “Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai usia 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 tahun.” Undang-undang tersebut tidak sejalan dengan BKKBN, menurut BKKBN dalam Rencana Nasional disebutkan batas usia perkawinan untuk perempuan itu adalah 20 tahun sedangkan untuk pria 25 tahun. Pertimbangan tersebut didasarkan pada faktor kesehatan dimana perempuan yang menikah dibawah umur 20 tahun beresiko terkena kanker leher rahim. Dan pada usia remaja, sel-sel leher rahim belum matang, maka kalau terpapar human papiloma Virus HPV pertumbuhan sel akan menyimpang menjadi kanker.

2. Mengatur Jarak Kelahiran

Dalam pola reproduksi sehat dijelaskan, disamping pasangan suami istri diupayakan untuk mempunyai anak 2 orang saja, juga harus diupayakan agar jarak kelahiran anak yang satu dengan anak yang lainnya dapat diatur dengan baik, kalau memungkinkan 5 tahun. Graef dkk25

25

Graef, J.A., dkk.1996, Komunikasi Untuk Kesehatan dan Perubahan Perilaku, Yogykarta : Gadjah Mada University Press. Hal :56


(37)

atau makin tua usia ibu, maka makin tinggi resiko ibu beserta anaknya. Bila seorang ibu telah melahirkan lebih dari empat orang anak, maka resiko bagi ibu dan anaknya makin besar pada setiap kelahiran berikutnya. Meskipun demikian, resiko tertinggi ada pada kelahiran yang berjarak kurang dari 2 tahun. Pendapat Graef dkk., ini didukung oleh temuan United Stated Agency for International Development (USAID) yang menyebutkan bahwa angka mortalitas bayi yang mempunyai jarak kelahiran kurang dari 2 tahun menunjukkan 71 % lebih tinggi dibandingkan yang berjarak dua sampai tiga tahun.

3. Menggunakan alat kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi bertujuan untuk menjarangkan kelahiran. Banyak cara kontrasepsi yang dapat dipakai oleh pasangan suami istri, baik yang bersifat hormonal, seperti suntik KB, pil, implan maupun yang bersifat non hormonal seperti IUD, Kondom maupun media operasi. Setiap kontrasepsi yang dipakai apapun jenisnya mempunyai keefektifan dalam mencegah kehamilan.26

26

Rajagukguk, W. 1999. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penggantian Kontrasepsi: Analisis Data SDKI 1994. Tesis pada Program Magister Kajian Kependudukan dan Ketenagakerjaan Program Pascasarjana. Universitas Indonesia.

Dalam Undang Undang no 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan Keluarga dalam pasal 23 telah mengatur mengenai penggunaan alat kontrasepsin di masyarakat.


(38)

4. Meningkatkan usaha ekonomi keluarga

Salah satu fungsi keluarga yang harus dilaksanakan oleh setiap keluarga adalah fungsi ekonomi. Dalam hal ini kepada para istri dapat diberi peluang untuk melakukan usaha ekonomi produktif dalam rangka meningkatkan ekonomi keluarga.Untuk kepentingan ini sejak dekade tahun 1980-an BKKBN telah mengembangkan program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS), di mana kepada keluarga-keluarga diberikan peluang untuk dapat melakukan usaha dengan pemberian bantuan modal dan bimbingan usaha bekerjasama dengan sektor-sektor terkait.

5. Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan

Salah satu permasalahan kualitas penduduk Indonesia saat ini adalah masih tinggiangka kematian ibu karena hamil dan melahirkan, yaitu masih berkisar 228/100.000 kelahiran hidup. Salah satu upaya untuk menekan angka kematian ibu adalah melalui persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 angka persalinan yangditolong oleh tenaga non kesehatan, seperti dukun bayi masih cukup tinggi, yaitu sekitar 24 %.

6. Melaporkan setiap kelahiran, kematian, dan perpindahan (Lampid)

Untuk kepentingan perencanaan program pembangunan data merupakan hal yang sangat vital. Salah satu hal yang perlu dilakukan untuk mendapatkan data registras ivital yang akurat sehingga bisa dimanfaatkan dalam perencanaan program pembangunan yang tepat guna dan berhasil guna, masyarakat diharapkan


(39)

mempunyai kesadaran tertib administrasi kependudukan, artinya melaporkan setiap kejadian vital (kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk) kepada petugas. Perlu kerjasama yang dikembangkan oleh petugas terkait dengan tertib adminstrasi,masyarakat perlu difasilitasi dalam membiasakan diri melaporkan kejadian vital,seperti untuk pembuatan akta kelahiran. Bidan atau siapapun yang menolong persalinan harus berupaya memberi bantuan masyarakat untuk mendapatkan aktekelahiran anaknya. Begitu tenaga kesehatan menolong persalinan mungkin bisalangsung membantu masyarakat untuk melaporkan persalinannya melalui suratketerangan lahir kepada petugas kelurahan untuk selanjutnya diproses di Kecamatandan Kantor Catatan Sipil.

7. Keluarga ramah anak dan lingkungan

Dalam upaya menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera perlu diciptakan hubungan yang serasi dan selaras antar anggota keluarga. Orang tua diharapkan dapat menciptakan keluarga ramah anak, antara lain melalui pemberian penghargaankepada anak (misalnya mengucapkan terima kasih apabila ditolong anak), peduli terhadap kebutuhan anak. Disamping menciptakan keluarga ramah anak, setiap keluarga juga harus menciptakan keluarga ramah lingkungan. Keluarga harus menciptakan hubungan yang serasi, selaras dan seimbang dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini patut disadari karena manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain.


(40)

8. Keluarga berkarakter (sosial, budaya, agama)

Pola kehidupan modern saat ini telah berdampak pada karakter anak bangsa.Pengaruh negatif globalisasi menimbulkan masyarakat Indonesia kini mulai banyak yang bersifat individualistis, budaya bangsa Indonesia yang terkenal dengankeramahtamahan dan sifat gotong royong kini mulai bergeser menjadi pola hidupyang keras. Banyak permasalahan yang bisa diselesaikan secara kekeluargaan berakhir dengan tindakan kekerasan dan anarkis, seperti penganiayaan bahkan tidak sedikit yang berakhir dengan pembunuhan. Kondisi tersebut diperparah dengan buruknya tingkat perekonomian masyarakat dan semakin sulitnya hidup sertakerasnya tingkat pesaingan. Nilai-nilai agama banyak yang dilanggar. Sebagianmasyarakat banyak yang sudah tidak malu lagi tatkala berbuat kesalahan.

9. Keluarga peduli pendidikan

Pendidikan merupakan pondasi bagi seseorang untuk dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Malalui pendidikan yang diberikan oleh kepalakeluarga kepada anggota keluarganya diharapkan SDM Indonesia dapat terusditingkatkan sehingga dapat bersaing baik secara regional maupun internasional. Saat ini keprihatinan melanda bangsa Indonesia. Penilaian IPM yang dikeluarkanoleh UNDP telah menempatkan SDM Indonesia berada pada urutan ke 124 dari 187 negara.Untuk dapat memberikan pendidikan yang layak kepada anggota keluarganya,setiap keluarga harus mempunyai kemampuan ekonomi yang mumpuni. Perencanaan jumlah anak yang dimiliki akan sangat


(41)

membantu keluarga dalam meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.Akhirnya kita berharap 10 butir PHBK ini dapat dilakukan seluruh penduduk dengansegenap kesadaran. Butir-butir PHBK semoga bukan hanya slogan saja tetapi dapatmenjadi Life Style atau gaya hidup keluarga di Indonesia, sehingga bangsa Indonesiadapat menjadi bangsa yang kuat, mandiri dan maju sejajar dengan bangsa-bangsa lain.

II.5. Peranan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam Pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk di Kota Medan

BPPKB Kota Medan merupakan lembaga pemerintah yang sesuai dengan tupoksinya terdapat pada Peraturan Walikota Medan tahun 2010. BPPKB Kota Medan merupakan miitra dari BKKBN Pusat dalam menangani masalah pertumbuhan penduduk.

Kebijakan keluarga berencana merupakan kebijakan yang disusun pemerintah dalam menanggulangi laju pertumbuhan penduduk. Untuk Kota Medan, masalah keluarga berencana ini, berada dalam naungan BPPKB secara khusus Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, mengacu pada kebijakan BKKBN pusat serta sesuai dengan visi lembaga tersebut yakni terwujudnya kesetaraan gender dan perlindungan anak serta dua anak lebih baik menuju keluarga sejahtera, menetapkan beberapa kebijakan.

Adapun kebijakan yang diambil oleh BPPKB Kota Medan dalam menangani laju pertumbuhan penduduk di Kota Medan adalah dengan menjalin


(42)

kerjasama dengan lembaga pemerintah dan masyarakat serta swasta. Dimana kegiatan tersebut dilaksanakan program sosialisasi KB, Konseling KB, pemasangan alat kontrasepsi serta penanggulangan effect paska pemasangan, hal ini dilakukan apabila ada masyarakat yang mengalami kontraindikasi.

II.5. Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.27

1. Peranan adalah peranan dinas dalam menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan serta berdasarkan tugas pokok dan fungsinya. Oleh karena itu, peranan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peranan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam melaksanakan

Tujuan adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variable yang diteliti.

Defenisi konsep bertujuan untuk menghindarkan interpretasi ganda atas variable yang diteliti. Oleh karena itu, untuk mendapatkan batasan-batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang akan diteliti, maka defenisi konsep dalam penelitian ini adalah:

27


(43)

fungsinya sesuai dengan hak dan kewajibannya dalam meminimalisir jumlah penduduk kota Medan.

2. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana adalah unsur pendukung tugas Kepala Daerah. Badan Pemberdayaan perempuan dan Keluarga Berencana mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang Pemerdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana yang bersifat spesifik.

3. Bidang Keluarga Berencana adalah salah satu bidang dalam Badan Pemberdayaan Perempuan yang berperan aktif dalam pengendalian laju pertumbuhan penduduk melalui kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Bidang tersebut.

4. Pengendalian Kependudukan adalah usaha mempengaruhi pola kembang biak penduduk ke arah angka pertumbuhan penduduk yang diinginkan, biasanya ditempuh melalui suatu kebijakan pemerintah di bidang kependudukan.

5. Pengendalian Pertumbuhan Penduduk adalah kegiatan membatasi pertumbuhan penduduk, umumnya dengan mengurangi jumlah kelahiran dengan tujuan untuk mengatasi jumlah penduduk yang besar, tingkat pertumbuhan yang tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, komposisi umur penduduk yang timpang, dan masalah mobilitas penduduk.

6. Peranan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk adalah dengan menjalin kerjasama ataupun koordinasi dengan lembaga pemerintah, swasta maupun


(44)

masyarakat baik itu dalam hal sosialisasi program, pelaksanaan teknis dilapangan seperti konsling maupun pemasangan alat kontrasepsi serta penanggulangan pada efek yang ditimbulkan.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Hamidi28, penelitian kualitatif lebih menggunakan perspektif emik. Peneliti dalam hal ini mengumpulkan data berupa cerita rinci dari para responden dan diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa, pandangan para responden. Ciri pokok dari penelitian deskriptif adalah memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah-masalah-masalah yang bersifat aktual dan menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya dan diiringi dengan interpretasi rasional. 29

28

Hamidi. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Malang : UMM Press. Hal. 14 29

Nawawi, 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hal. 140

Peneliti menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif adalah karena memperoleh data tentang bagaimana peranan suatu badan dalam hal ini adalah Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam mengendalian pertumbuhan penduduk bukanlah hal yang mudah sehingga di butuhkan wawancara yang mendalam dan observasi serta analisis yang tinggi mengenai gejala-gejala yang ada, bahkan memperoleh data yang tidak muncul di permukaan.


(46)

III.2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan Jl. Ibus Raya no. 131 (Petisah) Medan. Peneliti memilih badan ini sebagai lokasi penelitian karena peneliti menganggap bahwa badan pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana sebagai salah satu lembaga pemerintah memiliki peranan penting dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk di kota Medan, dimana badan pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana ini ingin mewujudkan kesetaraan gender, memberikan perlindungan terhadap anak dan mensosialisasikan program dua anak lebih baik. Apabila program tersebut terlaksana, maka laju pertumbuhan penduduk pun dapat dikendalikan. Selain itu, peneliti juga meminta pendapat kepada masyarakat kota Medan yang mengikuti kegiatan atau yang ikut serta dalam program yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan dalam hal pengendalian laju pertumbuhan penduduk.

III.3. Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel 30

30

Suyanto, Bagong. (2005).Metode Penelitian Sosial: Bergabai Alternatif Pendekatan. Jakarta : Prenada Media. Hal.171

. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama


(47)

proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi (1) informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, (2) informan utama, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, (3) informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. 31

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menentukan informan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan informan secara sengaja dan informan yang digunakan adalah mereka yang benar-benar paham dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui masalahnya secara mendalam mengenai permasalahan yang akan diteliti.32

1. Informan kunci yaitu Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan.

Maka peneliti dalam hal ini menggunakan informan penelitian yang terdiri dari:

2. Informan utama :

a. Kepala Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduks b. Kepala Bidang Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga c. Kepala Bidang Data dan Informasi

d. Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan

3. Informan Tambahan yakni masyarakat Medan Deli yang ikut serta dan yang mengetahui tentang program atau yang dilakukan Badan

31

Ibid Hal 171-172 32

Sutopo, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya Dalam Penelitian. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Hal. 22


(48)

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam rangka mengendalikan jumlah penduduk serta pihak atau individu yang mengetahui atau terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh Bidang Keluarga Berencana. Peneliti melakukan penelitian di Medan Deli atas rujukan dari Kepala Bidang Keluarga Berencana karena daerah tersebut merupakan salah satu daerah di kota Medan yang jumlah penduduknya padat, dan menurut beliau daerah Medan Deli sangat sulit dikontrol jumlah penduduk nya, padahal BPPKB Kota Medan sudah melakukan penyuluhan pada daerah tersebut.

III.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini diperlukan data atau keterangan dan informasi. Untuk itu penelitian menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut :

1. Wawancara mendalam, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan pertanyaan secara langsung kepada pihak – pihak yang terkait dengan suatu tujuan untuk memproleh informasi yang dibutuhkan. Metode wawancara ini ditujukan untuk informan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya oleh si peneliti.33

33


(49)

2. Pengamatan atau observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan dilapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian.34

1. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan – catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian serta sumber – sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Adalah merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan bahan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut :

2. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, serta pendapat para ahli yang berkompetensi serta memiliki relevansi dengan masalah yang akan diteliti.

III.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah terdiri dari orang dan benda. Orang sebagai informan dalam arti sebagai subjek yang mengemukakan data-data yang dibutuhkan oleh peneliti, sedangkan benda merupakan sumber data

34


(50)

dalam bentuk dokumen seperti artikel dan berita yang mendukung tercapainya tujuan penelitian.

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Pemilihan data primer berdasarkan pada kapasitas subjek penelitian yang dinilai dapat memberikan informasi yang dibutuhkan secara menyeluruh. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh berupa dokumen seperti artikel-artikel yang dibutuhkan peneliti untuk membantu dalam memperjelas dalam menganalisis data.

III. 6. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, analisa data dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif, yaitu data yang dikumpulkan akan dianalisa melalui tiga tahap yaitu reduksi data, menyajikan data dan menarik kesimpulan. Dalam model ini dilakukan suatu proses siklus antar tahap-tahap, sehingga data yang terkumpul akan berhubungan dengan satu sama lain dan benar-benar data yang mendukung penyusunan laporan penelitian35

1. Reduksi Data

Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data (kasar) yang ada dalam fieldnote. Pada saat pengumpulan data berlangsung, data reduction berupa membuat singkatan, coding, memusatkan tema, membuat

35

Miles, Matthew B. & A. Michael Huberman, 2009, Analisis Data Kualitatif. Jakarta : UI Press, hal 25


(51)

batas-batas permasalahan dan menulis memo. Reduksi data berlangsung secara terus-menerus dari tahap awal sampai akhir penulisan laporan penelitian.

2. Penyajian Data

Penyajian data (display data) dimaksudkan agar lebih mempermudah bagi peneliti untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian. Hal ini merupakan pengorgaisasian data ke dalam suatu bentuk tertentu sehingga kelihatan jelas sosoknya lebih utuh. Data-data tersebut kemudian dipilah-pilah dan disisihkan untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai kategori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data reduksi.

3. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi

Pada penelitian kualitatif, verifikasi data dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian dilakukan. Sejak pertama memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makan dari data yng dikumpulkan, yaitu mencari pola tema, hubungan persamaan, hipotesis dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk kesimpulan yang masih bersifat tentatif.

III.7. Pengujian Keabsahan Data

Uji keabsahan data yang dilakukan meliputi uji kredibilitas data dengan : trianggulasi sumber dan perpanjangan pengamatan. Trianggulasi sumber adalah untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah


(52)

diperoleh melalui beberapa sumber dengan menggunakan teknik yang sama. Dari sumber-sumber tersebut, pendapatnya tentu tidak bisa dirata-ratakan, tetapi dideskripsikan, mana pandangan yang sama dan berbeda. Sementara dalam perpanjangan pengamatan dilakukan untuk menguji kredibilitas data penelitian, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak.

III.8 Etika Penelitian

Dalam pelaksanaan berbagai kegiatan, setiap orang harus memperhatikan etika supaya tidak menimbulkan hal yang bisa merugikan diri sendiri maupun orang lain. Etika yang dimaksud adalah berkenaan dengan cara memasuki daerah wilayah penelitian dan kerahasiaan informan.

Sebelum terjun langsung ke lokasi penelitian, peneliti melakukan tahap penyusunan proposal berupa usaha peneliti untuk merujuk pada hasil penelitian terdahulu, menulis referensi dengan jujur dan berdasarkan konsep yang ada serta meminta perizinan kepada pihak BALITBANG kota Medan.

Setelah menunggu beberapa hari balasan surat dari pihak BALITBANG kota Medan, maka peneliti menuju kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan. Pihak yang bertugas untuk mengurus administrasi menyuruh untuk menunggu beberapa hari untuk dapat memproses surat penelitian tersebut. Setelah ada izin dari Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana maka peneliti dapat melakukan tahap penelitian lebih lanjut yaitu pengumpulan data.


(53)

Dalam melaksanakan penelitian, pertama sekali peneliti menjamin dan menjaga kerahasiaan responden seperti data pribadi atau data lain yang oleh responden dianggap sebagai rahasia. Kemudian, peneliti melakukan penelitian dengan mengumpulkan data-data dari responden secara sopan dengan menanyakan pertanyaan melalui bahasa yang mudah dimengerti, apabila responden kurang mengerti maksud pertanyaan, maka diulang dua atau tiga kali. Peneliti melakukan penelitian dengan tulus, tidak memaksakan kehendak dan membiarkan responden menjawab dengan leluasa tanpa menyela pembicaraan.

Hingga penelitian berakhir dan mendapatkan informasi yang diperlukan, peneliti tetap memahami dam mematuhi peraturan yang berlaku pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana serta tetap menjaga disiplin dan bersikap sopan santun. Tahap terakhir yaitu pengolahan data, etika diterapkan oleh peneliti dengan mengolah data secara objektif dan hasilnya jujur, tidak ada manipulasi dalam bentuk apapun.


(54)

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN

IV.I. Gambaran Umum Kota Medan

Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di provinsi Sumatera Utara, kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah. Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barang/jasa yang relatif besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2012 jumlah penduduk telah mencapai 2.122.804 jiwa. Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional/nasional. Secara umum ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi kinerja pembangunan kota, (1) faktor geografis, (2) faktor demografis dan (3) faktor sosial ekonomi. Ketiga faktor tersebut biasanya terkait satu dengan lainnya, yang secara simultan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota termasuk pilihan-pilihan penanaman modal (investasi).Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui


(55)

beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan.

Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan. Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administratif ini Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan sosial ekonomis.

Secara administratif, wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat


(56)

Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

IV.1.1 Letak Geografis

Secara geografis, Medan terletak pada 3,30°-3,43° LU dan 98,35°-98,44° BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli dan Serdang. Di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu domestik maupun internasional. Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2000-2500 mm per tahun. Suhu udara di Kota Medan berada pada


(57)

maksimum 32,4°C dan minimum 24°C. Kotamadya Medan memiliki 21 Kecamatan dan 158 Kelurahan.

IV.1.2 Visi dan Misi KotaMedan

Secara umum arah dan agenda pembangunan kota mengacu kepada visi : 1. Jangka Panjang (Visi 2025) → Perda Nomor 8 Tahun 2009 : Kota Medan yang maju, sejahtera, religius dan berwawasan lingkungan (Indikasi : Income perkapita Rp 72 Juta / tahun)

2. Jangka Menengah (Visi 2015) : Kota Medan menjadi Kota Metropolitan yang berdaya saing, nyaman, peduli dan sejahtera

3. Jangka Pendek (Tahun 2011) : Mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang semakin dinamis dan berkualitas guna menciptakan kesempatan kerja yang luas, mengurangi kemiskinan, meningkatkan mutu pelayanan public dan kesejahteraan masyarakat (Indikasi : Income perkapita menjadi Rp 41,3 Juta dari Rp 36 Juta Tahun 2010)

Misi Pemerintah Kota Medan Tahun 2011

Melaksanakan percepatan dan perluasan pembangunan kota terutama pada 6 (enam) aspek dasar, yaitu :

1. Pelayanan pendidikan baik akses, kualitas maupun manajemen pendidikan yang semakin baik, sehingga dapat menciptakan lulusan yang unggul.

2. Perbaikan infrastruktur, utamanya perbaikan jalan kota, jalan lingkungan, taman kota dan drainase serta penataan pasar tradisional secara simultan.


(58)

3. Pelayanan kesehatan, baik akses, mutu maupun manajemen kesehatan yang semakin baik.

4. Peningkatan pelayanan administrasi public terutama pelayanan KTP/KK/Akte kelahiran dan perizinan usaha.

5. Peningkatan Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk meningkatkan kapasitas dan prestasi kerjanya, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing.

6. Menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan. Catatan : Misi ini tidak ringan dan pencapaiannya akan dipengaruhi faktor eksternal dan internal. Untuk itu, kita harus bekerja lebih efektif.

Rencana Capaian Sasaran Pembangunan Kota Tahun 2011

1. Pencapaian PDRB menjadi sebesar Rp 85,85 Trilyun dari Rp 73,16 Trilyun

Tahyn 2010. (Oleh karena itu, dunia usaha harus bekerja berdasarkan target PDRB, bukan volume APBD yang hanya sebesar Rp 2,9 Trilyun)

2. Income per kapita sebesar Rp 41,3 Juta dari Rp 36 Juta Tahun 2010. (Hal ini

akan mendorong kemampuan berkomunikasi masyarakat dapat lebih meningkat sehingga kesejahteraannya semakin tinggi)

3. Pertumbuhan ekonomi mencapai 7,5%-7,7% lebih tinggi dari target propinsi

(6,5%) dan nasional (6,2%). (kita sebenarnya harus lebih berani, mematok target menjadi 8%-8,5% untuk menciptakan lapangan kerja lebih luas)

4. Inflasi dibawah 1 digit (5%-5,5%) untuk menjaga dan meningkatkan daya beli


(59)

Menurunkan tingkat pengangguran terbuka dan jumlah penduduk miskin masing-masing 1% dari tahun 2010.

IV.1.3. Demografi Penduduk

Garis-garis Besar Haluan Negara menyatakan bahwa jumlah penduduk yang besar dan berkualitas akan menjadi modal dasar yang efektif bagi pembangunan nasional. Namun dengan pertumbuhan yang pesat sulit untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan secara layak dan merata. Hal ini berarti bahwa penduduk yang besar dengan kualitas yang tinggi tidak akan mudah untuk dicapai.

Program kependudukan di kota Medan seperti halnya di daerah Indonesia lainnya meliputi: pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian bayi dan anak, perpanjangan usia harapan hidup, penyebaran penduduk yang seimbang serta pengembangan potensi penduduk sebagai modal pembangunan yang terus ditingkatkan.

Komponen kependudukan umumnya menggambarkan berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik, akan mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.


(60)

Tabel IV. 1

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Tahun 2012

Golongan Umur Laki Laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4)

0-4 99 365 94 516 193 881

5-9 93 989 89 238 183 227

10-14 93 369 90 745 187 114

15-19 107 151 111 075 218 226

20-24 114 763 123 835 238 551

25-29 95 927 99 767 195 694

30-34 86 896 89 404 176 300

35-39 78 118 81 688 159 806

40-44 70 535 73 299 143 834

45-49 59 847 62 115 121 962

50-54 49 928 51 970 101 898

55-59 38 483 39 156 77 639

60-64 24 422 25 508 49 930


(61)

70-74 9 978 12 746 22 724

75+ 7 312 12 326 19 638

Jumlah/Total 1 047 875 1 074 929 2 122 804

Sumber : BPS Kota Medan 2013

Dari tabel tersebut diatas dapat kita simpulkan bahwa jumlah penduduk di kota Medan yang terbesar adalah perempuan, jumlah perempuan terbesar adalah pada rentang usia 20-24 tahun. Usia tersebut termasuk usia produktif, hal inilah yang memicu PBBKB fokus pelaksanaan nya kepada perempuan.

Tabel IV. 2

Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis KelaminTahun 2012

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Medan Tuntungan 39 887 42 155 82 042

2. Medan Johor 62 005 63 908 125 913

3. Medan Amplas 57 615 58 612 116 227

4. Medan Denai 71 374 70 672 142 001

5. Medan Area 47 802 48 873 96 675

6. Medan Kota 35 236 37 449 72 685


(62)

8. Medan Polonia 26 321 27 331 53 552

9. Medan Baru 17 574 22 003 39 577

10. Medan Selayang 49 266 51 189 100 455

11. Medan Sunggal 55 425 57 542 112 967

12. Medan Helvetia 71 211 74 308 145 519

13. Medan Petisah 29 371 32 484 61 855

14. Medan Barat 34 748 36 164 70 912

15. Medan Timur 52 629 56 163 108 792

16. Medan Perjuangan 45 167 48 359 93 526

17. Medan Tembung 65 417 68 424 133 841

18. Medan Deli 86 482 84 449 170 931

19. Medan Labuhan 57 333 55 309 112 642

20. Medan Marelan 74 673 72 645 147 318

21. Medan Belawan 48 917 46 792 95 709

Kota Medan 1 047 875 1 086 100 2 122 804

Sumber : BPS Kota Medan 2013

Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan kelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan persebaran penduduk tercapai optimal. Mobilitas dan persebaran penduduk yang optimal, berdasarkan pada adanya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan


(1)

BAB VI

PENUTUP

VI. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pada bagian terdahulu maka dapat ditarik kesimpulan tentang peranan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam pengendalian jumlah penduduk di Kota Medan sebagai berikut:

1. Peranan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. BPPKB Kota Medan dalam pengendalian jumlah penduduk kota Medan melibatkan peran aktif masyarakat serta melakukan kerjasama yang baik, baik dengan lembaga pemerintah maupun lembaga swasta. Setiap kebijakan yang dilakukan Bidang Keluarga Berencana dalam upaya pengendalian jumlah penduduk disampaikan langsung kepada masyarakat dan lembaga pemerintah maupun swasta baik melalui media sosial ataupun secara langsung.

2. Hambatan-hambatan yang dialami oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dalam pengendalian jumlah penduduk di Kota Medan terdiri atas hambatan Interen yakni hambatan yang berasal dari dalam BPPKB Kota Medan dan hambatan ekstern yakni hambatan yang berasal dari luar BPPKB Kota Medan yakni masyarakat. Hambatan yang berasal dari BPPKB itu sendiri yakni kurangnya tenaga teknis dan infrastriktur yang tidak memadai. Sedangkan hambatan yang berasal dari


(2)

123

masyarakat meliputi pernikahan usia dini di masyarakat, kurangnya pemanfaatan program pemerintah oleh masyarakat dan tingginya angka kelahiran.

3. Semua masyarakat diberikan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam setiap kebijakan-kebijakan dan program-program yang dilakukan Bidang Keluarga Berencana. Namun pada pelaksanaan nya masih ada masyarakat yang tidak mau berperan aktif dalam kegiatan yang dilakukan Bidang Keluarga Berencana walaupun masyarakat sudah mengetahui adanya kegiatan tersebut.

IV.2. Saran

Setelah melihat peranan BPPKB Kota Medan khususnya bidang Keluarga Berencana dalam pengendalian jumlah penduduk kota Medan, maka beberapa saran yang dianggap penulis perlu menjadi bahan pertimbangan:

1. Perlu dilakukan penambahan tenaga tehnis khususnya tenaga teknis di lapangan sehingga koordiasi dapat terjalin dengan baik, baik antara lembaga pemerintah maupun masyarakat. Apabila tenaga teknis ditambah maka proses pengendalian penduduk akan semakin meningkat, proses sosialisasi pun akan semakin baik, sehingga masyarakat akan semakin banyak yang mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh Bidang Keluarga Berencana.

2. Perlunya memperhatikan kualitas pelayanan dan fasilitas yang telah diberikan Bidang Keluarga Berencana. Apakah kualitas pelayanan yang


(3)

diberikan tersebut sudah sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat dan apakah fasilitas tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

3. Perlunya mendata kembali jumlah penduduk kota Medan yang mengikuti program keluarga berencana serta mendata ulang jumlah penduduk, berapa penduduk tetap, berapa migran dan berapa jumlah kelahiran sehingga proses pengendalian dapat sesuai dengan yang diharapkan.


(4)

125

DAFTAR PUSTAKA

Adika Nyoman dan Haris Abdul. 2002. Dinamika Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia. Yogyakarta : Lembaga Studi Filsafat Islam Alfonsius Sirait dan Herman Wibowo. 1994. Akutansi Biaya: Perencanaan dan

Pengendalian Edisi Kesepuluh. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Ananta Aris. 1993. Ciri Demografis Kualitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Lembaga Demigrafi FEUI

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Rhineka Cipta.

Aris Ananta.1995. Transisi Kependudukan di Indonesia. Jakarta: UI

Bungin, Burhan. 2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rajawali Press

Darwin, Muhadjir. 2000, Aspek kemanusiaan dalam pengendalian pertumbuhan penduduk, Jakarta : Aditya Media

Faturochman dkk. 2004. Dinamika Kependudukan dan Kebijakan. Yogyakarta : Pusat studi Kependudukan dan Kebijakan Universita Gadjah Mada.

Hamidi. 2005.Metode Penelitian Kualitatif. Malang : UMM Press

Kartomo Wirosuhardjo. 1981. Dasar- dasar Demografi. Jakarta : Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI

Lembaga Demografi. 2007. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Malthus. 2007. Kependudukan, Dilema dan Solusi. Bandung : Nuansa

Mantra Bagoes Ida. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Nawawi, 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.


(5)

Nugroho,Riant. 2006. Kebijakan Publik untuk Negara-Negara Berkembang ( Model-model Perumusan Implementasi dan Evaluasi ). Jakarta : PT.ElexMedia Komputindo.

Prof. Ida Bagus Mentra 2003. Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Purwatiningsih dan Maudy Warouw. 2000. Anggaran Perencanaan dan Pengendalian Laba. Jakarta: Salemba Empat

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES

Soekamto, Soejono. 1997. Pengantar Sosiologi. Gramedia Pustaka : Jakarta

Soeroso, Santoso. 2004 Mengarusutamakan Pembangunan Berwawasan Kependudukan di Indonesia, Jakarta, Buku Kedokteran EGC

Suharto, Edi. 2010 Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (kajian strategis pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial), Bandung, Refika Aditama

Sunarto, Kamanto. 2004 Pengantar Sosiologi (edisi revisi), Jakarta, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Sutopo, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya Dalam Penelitian. Surakarta : Universitas Sebelas Maret

Suyanto, Bagong. 2005.Metode Penelitian Sosial: Bergabai Alternatif Pendekatan. Jakarta : Prenada Media

Thoha, Miftah. 1985. Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali

W.J.S. Poerwadarminta. 1985. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai Pustaka


(6)

127

UU No. 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

Sumber Undang-Undang:

PP No. 27 Tahun 1994 Tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan

PP No.62 Tahun 2010 Tentang Badan Kependudkan dan Keluarga Berencana Nasional

http://bps.go.id/download_file/Penduduk_Indonesia_menurut_desa_SP2010.pdf diakses 10 Januari 2013 pukul 22.00 WIB

Sumber Internet:

http://www.pemkomedan.go.id/news_detail.php?id=13792 diakses 10 Januari 2013 pukul 22.00 WIB

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=22 2108:evaluasi-kinerja-kaban-pp-a-kb-medan&catid=14:medan&Itemid=27 diakses pada 12 Januari 2013 WIB

http://erwinredusir.wordpress.com/2012/08/01/laju-pertumbuhan-penduduk-indonesia-mengkhawatirkan/ dikutip tanggal 12 Januari 2013