Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Investasi pada Perusahaan Manufaktur
26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Teori Miller Modigliani
Menurut Atmaja (2008), ada teori yang menarik dalam keputusan
investasi yaitu teori dari Miller Modigliani. Ini dimulai dari teori Miller
Modigliani (1958) yang menyebutkan bahwa keputusan investasi perusahaan
tidak berpengaruh terhadap keputusan dividen dan pendanaan perusahaan
dengan asumsi bahwa kondisi pasar adalah pasar modal sempurna. Pasar modal
sempurna merupakan tidak adanya pajak pendapatan perseroan atau
perusahaan, tidak adanya pengaruh leverage keuangan terhadap biaya modal,
investor dan manajer tidak punya informasi yang sama tentang prospek
perusahaan serta kebijakan penganggaran modal perusahaan terlepas dari
kebijakan dividen dan sebagainya.
Namun pada tahun 1963, terjadi perubahan pada teori Miller Modigliani
karena teori Miller Modigliani memasukkan asumsi pajak karena dengan
adanya pajak penghasilan perusahaan, hutang dapat menimbulkan pembayaran
bunga yang mengurangi penghasilan terkena pajak. Namun pada teori ini,
Miller Modigliani melupakan bahwa jika hutang semakin besar maka akan
semakin sulit pula keuangan perusahaan (financial distress).
Bagi Atmaja (2008) sudah ada pula perbaikan teori Miller dan Modigliani
yaitu tax savings-financial costs trade-off theory yang mengajarkan bahwa
berhutang sejumlah tertentu itu baik, namun berhutang terlalu banyak tidak
Universitas Sumatera Utara
27
baik dan ada jumlah hutang yang optimal untuk setiap perusahaan. Jadi
berdasarkan teori modifikasi Miller Modigliani, kemungkinan ada keterkaitan
penggunaan hutang terhadap kegiatan pendanaan perusahaan.
Namun bagi Atmaja (2008) itu masih diperlukan dalam banyaknya bukti
empiris yang menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
investasi perusahaan.
2.2 Keputusan Investasi
Investasi adalah dengan mengorbankan aset yang dimiliki sekarang untuk
memperoleh aset di masa akan datang dengan nilai yang lebih besar. Ini
menjelaskan bagaimana pentingnya peranan investasi bagi suatu perusahaan.
Menurut Horne dan Wachowicz (2009), keputusan investasi adalah hal yang
paling penting dari ketiga keputusan (yang mencakup pada fungsi keputusan
dalam menajemen keuangan : investasi, pendanaan dan manajemen aktiva)
ketika perusahaan ingin menciptakan nilai. Menurut Rakhimsyah dan Gunawan
(2011), bahwa investasi merupakan suatu kesempatan perusahaan untuk
berkembang. Namun tidak semua perusahaan mendapatkan kesempatan untuk
berinvestasi
sehingga
memberikan
dampak
bahwa
perusahaan
akan
mengeluarkan biaya pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan nilai
kesempatan investasi yang hilang. Namun dengan adanya peluang dari
keputusan investasi dapat memberikan sinyal positif bagi pertumbuhan
perusahaan di masa mendatang, sehingga akan meningkatkan harga saham dan
meningkat pula nilai perusahaan. Menurut Erkaningrum (2009), bahwa nilai
perusahaan akan meningkat apabila perusahaan yang melakukan investasi
Universitas Sumatera Utara
28
memberikan nilai arus kas masuk yang lebih besar daripada nilai arus kas
keluar. Nilai perusahaan akan turun apabila perusahaan salah melakukan
keputusan investasi sehingga penurunan nilai saham dapat mengakibatkan nilai
penurunan kemakmuran bagi pemegang saham.
Menurut Hidayat (2010), ada dua jenis perusahaan yang bersaing dalam
memperoleh kesaempatan investasi yaitu perusahaan financially constraintdan
non financially constraint. Perusahaan financially constraint adalah perusahaan
yang memiliki keterbatasan dalam mendapatkan modal dari sumber-sumber
pendanaan yang tersedia untuk berinvestasi. Karakteristik perusahaan
financially constraint adalah ketidakmampuan perusahaan dalam membayar
dividen, memiliki aliran kas yang rendah, tingkat likuiditas perusahaan yang
tinggi dan jumlah hutang perusahaan yang tinggi. Sedangkan perusahaan non
financially constraint adalah perusahaan yang tidak memiliki keterbatasan
dalam mendapatkan modal dari sumber-sumber pendanaan yang tersedia untuk
berinvestasi. Karakteristik perusahaan non financially constraint adalah
peusahaan memiliki dividen tinggi, aliran kas perusahaan tinggi, tingkat
likuiditas yang rendah dan hutang perusahaan yang rendah. Dalam penelitian
Hidayat (2010), perusahaan NFC memiliki pengaruh yang positif terhadap
keputusan investasi dibandingkan perusahaan FC karena perusahaan NFC lebih
mudah mengakses sumber dana eksternal karena memiliki fleksibilitas finansial
yang lebih besar, lebih berpengalaman dan lebih lama dibandingkan perusahaan
FC.
Dalam keputusan investasi memiliki tujuan yaitu memperoleh tingkat
keuntungan yang diharapkan yang disertai dengan resiko tertentu pula. Menurut
Universitas Sumatera Utara
29
Hidayat (2010), bahwa keuntungan tinggi yang disertai dengan risiko yang
dapat dikelola, diharapkan dapatmeningkatkan
nilai perusahaan yang
mengakibatkan peningkatan kemakmuran bagi pemegang saham. Ini dapat
dikatakan jika dalam berinvestasi perusahaan dapat memperoleh keuntungan
dengan sumber daya perusahaan secara efisien, maka perusahaan akan
memperoleh kepercayaan dari calon investor untuk membeli sahamnya.
Tentunya semakin tinggi keuntungan perusahaan, maka semakin tinggi nilai
perusahaan yang mengakibatkan semakinbesar kemakmuran yang akan
diterima oleh pemilik perusahaan.
Secara umum dalam keputusan investasi meliputi investasi pada aktiva
jangka pendek atau aktiva lancar dan aktiva jangka panjang atau aktiva tetap.
Aktiva jangka pendek adalah aktiva dengan jangka waktu kurang dari satu
tahun atau kurang dari satu siklus bisnis, yaitu dana yang diinvestasikan dalam
aktiva jangka pendek diharapkan dapat diterima kembali dalam waktu dekat
atau kurang dari satu tahun dan dapat diterima sekaligus. Tujuan perusahaan
melakukan investasi pada aktiva jangka pendek adalah sebagai modal kerja
atau operasional perusahaan seperti persediaan, piutang, dan kas.Sedangkan
aktiva jangka panjang adalah aktiva dengan jangka waktu lebih dari satu tahun,
yaitudana yang diinvestasikan dalam aktiva jangka panjang diharapkan
diterimakembali dalam waktu lebih dari satu tahun dan pengembaliannya
dilakukan secara bertahap. Tujuan perusahaan melakukan investasi pada aktiva
jangka panjang untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut Brealey dkk (2008), bahwa keputusan investasi dapat
didefenisikan sebagai keputusan penganggaran modal, karena sebagian besar
Universitas Sumatera Utara
30
perusahaanmempersiapkan anggaran tahunan yang terdiri dari investasi modal
yang disahkan. Menurut Horne dan Wachowicz (2009), penganggaran modal
adalah proses mengidentifikasi, menganalisis dan menyeleksi proyek-proyek
investasi yang pengembaliannya berupa arus kas diharapkan lebih dari satu
tahun. Pengeluaran modal merupakan bagian dari penganggaran modal (capital
budgeting).Dalam penelitian ini, objek penelitian merupakan keputusan
investasi pada aktiva tetap yaitu pengeluaran modal (capitalexpenditure) pada
aktiva tetap seperti tanah atau properti, bangunan, dan peralatan.Maka dapat
disimpulkan bahwa keputusan investasi pada aktiva tetap adalah pengeluaran
modal yang dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh manfaat lebih dari satu
tahun dengan tujuan untuk ekspansi, penggantian, atau memperbaharui aktiva
tetap atau mencari manfaat dalam jangka panjang.
2.3 Laba Bersih
Dalam kegiatan perusahaan, perusahaan tentu mengharapkan laba dari
aktivitas perusahaan yang tinggi demi kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut PSAK Nomor 1, informasi laba diperlukan untuk menilai perubahan
potensi sumberdaya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan
menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan
pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan
sumber daya (IAI 2007). Laba dimanfaatkan untuk mengukur kinerja
manajemen perusahaan selama periode tertentu yang pada umumnya menjadi
perhatian pihak-pihak tertentu terutama dalam menaksir kinerja atas
pertanggungjawaban
manajemen dalam pengelolaan sumberdaya
yang
Universitas Sumatera Utara
31
dipercayakan kepada mereka, serta dapat dipergunakan untuk memperkirakan
prospeknya di masa depan. Salah satunya adalah penggunaan laba terhadap
keputusan investasi. Dalam penelitian ini, jenis laba yang digunakan adalah
laba bersih (net income).
Menurut Soemarso (2004), laba bersih merupakan angka terakhir dalam
laporan laba rugi. Jumlah ini menunjukkan kenaikan bersih terhadap
modal.Namun
apabila perusahaan menderita rugi, angka terakhir dalam
laporan laba rugi adalah rugi bersih (net loss).Sedangkan menurut Chariri dan
Ghozali (2001), mengungkapkan laba bersih adalah laba akuntansi merupakan
selisih pengukuran pendapatan dan biaya.Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa laba bersih (net income) adalah nominal terakhir dalam laporan laba rugi
atas kenaikan bersih terhadap modal.
Berdasarkan hasil penelitian Qodriah (2012), bahwa laba bersih dapat
dijadikan sebagai ukuran kinerja perusahaan terutama perusahaan yang telah
banyak melakukan aktivitas yang dimaksudkan pernah berada pada tahap
bertahan bukan perusahaan yang murni baru berdiri.Ini memberikan indikasi
bahwa dengan laba bersih dapat memberikan kontribusi yang positif dan nyata
terhadap keputusan investasi perusahaan.Pengukuran laba bersih yang
digunakan dalam masa penelitian adalah laba bersih setelah pajak yakni
penjualan dikurangi biaya-biaya dan pajak.
2.4 Dividen
Kebijakan dividen memiliki pengaruh kepada rasio profitabilitas karena
perolehan dari profitabilitas akan selaras pada pembagian dividen yang
Universitas Sumatera Utara
32
dilakukan oleh perusahaan. Menurut Weston dan Copeland (1992), kebijakan
dividen akan menentukan penempatan dari perolehan laba perusahaan, yaitu
antara membayar kepada pemegang saham atau menginvestasikan kembali
kepada perusahaan. Sedangkan menurut Harmono (2009), dividen adalah
persentase laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk
dividen tunai, penjagaan stabilitas dividen dari waktu ke waktu, pembagian
dividen saham, dan pembelian kembali saham.Maka dapat disimpulkan bahwa
kebijakan dividen adalah pembagian laba yang dibagikan kepada pemegang
saham atau reinvestasi ke dalam perusahaan.
Laba yang diinvestasikan ke dalam perusahaan atau dianggap tidak
dibagikan kepada pemegang saham dianggap sebagai laba ditahan. Menurut
Weston dan Copeland (1992), bahwa laba ditahan (retained earnings)
merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk membiayai
pertumbuhan perusahaan, tetapi dividen merupakan arus kas yang disisihkan
untuk pemegang saham. Menurut Harmono (2009), apabila perusahaan
memilih membagi laba sebagai dividen, tentunya akan mengurangi laba yang
akan ditahan. Dampaknya adalah adanya pengurangan sumber dana internal
perusahaan. Namun jika perusahaan memilih menahan laba, dimana dividen
tidak dibagikan kepada pemegang saham, maka akan memperkuat atau
memperbesar dana internal perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend
payout ratio) ikut menentukan besarnya jumlah laba perusahaan yang
dievaluasi untuk pemaksimalan kekayaan para pemegang saham.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk melihat pengaruh
kebijakan dividen terhadap keputusan investasi seperti yang dilakukan Hidayat
Universitas Sumatera Utara
33
(2010), bahwa perusahaan NFC yang memperoleh dividen yang tinggi lebih
mampu memiliki kesempatan investasi dibandingkan perusahaan FC yang
memperoleh
dividen
rendah
(tidak
mampu
membagi
dividen).
menurutErkaningrum (2009), dividend payout ratio (DPR) tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap keputusan investasi. Sedangkan menurut
Subchan dan Sudarman (2011), bahwa adanya pengaruh negatif antara
kebijakan dividen dan set kesempatan investasi karena apabila perusahaan akan
melakukan
kebijakan
ekspansif
dalam
melaksanakan
investasi
maka
perusahaan cenderung tidak akan membagikan dividen. Untuk pengukuran
terhadap variabel dividen, sama seperti yang dilakukan Subchan dan Sudarman
(2011). Perusahaan yang membagikan dividen akan bernilai satu (1), sedangkan
untuk perusahaan yang tidak membagikan dividen akan bernilai nol (0).
2.5
Hutang
Dalam penelitian ini, peneliti menganggap kebijakan hutang sama
dengan leverage. Ini sesuai dengan pendapat Harmono (2009) dimana
peningkatan leverage perusahaan sesuai dengan utang jangka panjang guna
mendukung kegiatan investasi riil perusahaan secara jangka panjang. Menurut
Subchan dan Sudarman (2012) leverage digunakan sebagai alat untuk
mengukur seberapa jauhsuatu perusahaan bergantung pada kreditor dalam
membiayai aktivaperusahaan. Perusahaan yang mempunyai leverage yang
tinggi berarti sangattergantung pada pinjaman luar untuk membiayai aktivanya,
sedangkanperusahaan yang mempunyai leverage rendah lebih banyak
membiayaiinvestasinya dengan modal sendiri.Maka dapat disimpulkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
34
kebijakan hutang adalah modal yang dipinjam dari kreditur untuk membiayai
aktiva perusahaan.
MenurutFama dan French (Rakhimsyah dan Gunawan, 2011), bahwa
investasi yang dihasilkan dari leverage memiliki informasi yang positif tentang
perusahaan di masa akan datang yang akan berdampak positif pada nilai
perusahaan. Hidayat (2010) yang mengungkapkan bahwa perusahaan yang
memiliki hutang rendah lebih mudah memiliki akses ke pasar modal eksternal
karena mampu menyesuaikan sumber pendanaan perusahaan untuk investasi
yang dapat menunjukkan fleksibelitas finansial yang lebih besar. Perusahaan
yang memiliki hutang lebih rendah dikategorikan pada perusahaan non
financial constraints (NFC) sedangkan perusahaan yang memiliki hutang tinggi
merupakan ketegori perusahaan financial contraints (FC).Ini disesuaikan
dengan pendapat menurut Myers dan Majluf (Hidayat, 2010), bahwa bagi
perusahaan sumber pendanaan internal lebih murah dibanding pendanaan
eksternal seperti hutangsehingga perusahaan cenderung akan memilih
pendanaan
internal
informasi.Sedangkan
(2011)mengungkapkan
daripada
hasil
pendanaanakibat
penelitian
bahwa
pengaruh
dari
adanya
Subchan
kebijakan
dan
utang
asimetri
Sudarman
dengan
set
kesempatan investasi adalah positif.Adanya pengaruh positif mengindikasikan
bahwa seberapa besar proporsihutang yang digunakan dalam perusahaan dalam
modal mereka berdampakpositif pada set kesempatan investasi, semakin tinggi
tingkat hutang dalamstruktur modal maka semakin tinggi set kesempatan
investasi.Lain hal dari hasil penelitian dari Erkaningrum (2009) yang
Universitas Sumatera Utara
35
mengungkapkan bahwa kebijakan hutang tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap investasi.
Namun peneliti melihat tidak ada kesalahan bagiperusahaan yang
melakukan aktivitas berhutangdalam keputusan investasi.Walaupun peneliti
telah melihat hasil dari penelitian sebelumnya, namun peneliti berharap
perusahaan yang menerapkan kebijakan hutang untuk membiayai keputusan
investasi diharapkan dapat
memiliki kesempatan untuk tumbuh dan
berkembang.Sesuai dengan teori Miller Modigliani (Atmaja, 2008), bahwa
variabel hutang memiliki pengaruh yang nyata terhadap keputusan investasi
perusahaan.
2.6
Arus Kas Bebas
Menurut Keown, dkk (2008), dalam laporan laba rugi perusahaan
keuntungan atau laba yang diperoleh dari aktivitas operasi perusahaan dihitung
menggunakan basis akrual (accrual basis) sedangkan kas akan menggunakan
perhitungan dengan basis kas (cash basis). Menurut Tuanakotta(1984), bahwa
pengukuran pos-pos neraca dan laba-rugi dengan basis kas dianggap sebagai
pengukuran terhadap efisiensi dan memberikan informasi yang relevan bagi
prediksi aktivitas perusahaan dan pembagian dividen dimasa depan.
Menurut Keown, dkk (2008), arus kas bebas adalah jumlah uang tunai
yang tersedia dari operasi setelah investasi pada modal kerja operasional bersih
dan aktiva tetap. Menurut teori keagenan aliran kas bebas Jensen (Zulkarnain,
2009), aliran kas bebas (free cash flow) adalah kelebihan dana kas setelah
dipakai untuk mendanai seluruh proyek yang memberikan nilai sekarang
Universitas Sumatera Utara
36
nettopositif
yang
didisontokan
pada
tingkat
biaya
modal
yang
relevan.Sedangkan menurut Kieso dan Weygandt (Zulkarnain, 2009),
berpendapat bahwa aliran kas bebas sebagai jumlah aliran kas diskresioner
yang dapat digunakan untuk tambahan investasi, melunasiutang, membeli
kembali saham perusahaan sendiri, atau menambah likuiditas perusahaan.Maka
dapat disimpulkan bahwa arus kas bebas adalah sejumlah uang tunai yang
tersedia setelah perusahaan membayar beban aktivitas operasi dan investasi
perusahaan yang dapat dibagikan kepada pemilik perusahaan dan kreditur.
Dalam aktivitas operasi perusahaanakan melibatkan seluruh transaksi
yang mempengaruhi aktiva lancar dan utang lancar. Jumlah kas dari aktivitas
operasi merupakan indikator untuk melihat kegiatan operasi perusahaan dapat
menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara
kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen serta melakukan investasi
baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Semakin tinggi
arus kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi perusahaan akanmenunjukkan
kemampuan profitable perusahaan dari aktivitas operasi perusahaan yang
diharapkan dapat berjalan dengan baik sehingga memberikan efek positif
mengenai kinerja perusahaan dimasa yang akan datang. Namun ada persoalan
yang berkembang dari arus kas bebas.Seperti dalam teori keagenan aliran kas
bebas
(free
cash
flow)
Jansen,kelebihan
dana
kas
setelah
dipakai
untukmendanai seluruh kegiatan perusahaan yang menghasilkan sejumlah arus
kas sehingga semakinbesar arus kas yang ada maka semakin besar fleksibilitas
manajemen perusahaan dan semakin besar konflik kepentingan atas
pemanfaatan aliran kas bebas tersebut. Seperti pendapat Jensen (Zulkarnain,
Universitas Sumatera Utara
37
2009), bahwa persoalan tersebut seperti apakah arus kas bebas lebih baik
digunakan dalam menginvestasikannya pada proyek-proyek yang memberikan
hasil dibawah tingkat biaya modal yangrelevan, atau digunakan untuk
pengeluaran yang tidak efisien. Disini pengeluaran yang tidak efesien bisa
dicontohkan kepada perilaku manajer seperti : (1) dengan menahan kas karena
manajer memiliki kewenangan untuk memanfaatkannya dengan leluasa, (2)
meningkatnya ukuran perusahaan akan meningkatkan gaji manajer, (3)
kecenderungan perusahaan memberikan kompensasi manajer level menengah
dalam bentuk promosi dan bukan bonus.
Berdasarkan hasil penelitian Zulkarnain (2009) berpendapat bahwa
aliran kas bebas memiliki pengaruh yang positif kepada set kesempatan
investasi. Dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa semakin tinggi set
kesempatan investasi suatu perusahaan maka akan semakin kuat pula peranan
dari aliran kas bebas. Ini didukung oleh hasil penelitian Hidayat (2010) bahwa
perusahaan NFC yang memiliki aliran kas perusahaan yang tinggi lebih
berkesempatan dalam melaksanakan keputusan investasi dibandingkan
perusahaan FC yang memiliki aliran kas perusahaan yang rendah.Peneliti juga
melihat bahwa pengaruh dari arus kas bebas dan keputusan investasi
diharapkan menciptakan pengaruh yang positif. Cara menghitung arus kas
bebas yang akan digunakan peneliti sesuai dengan pendapat Keown, dkk (2008)
yaitu suatu arus kas bebas perusahaan dipandang dari suatu perspektif aktiva
adalah arus kas setelah pajak yang dihasilkan dari operasi usaha dikurangi
dengan investasi perusahaan pada aktiva.
Universitas Sumatera Utara
38
2.7
Modal Kerja Bersih (Net Working Capital)
Modal kerja (working capital) adalah modal yang digunakan untuk
membiayai operasional perusahaan sehari-hari, terutama yang memiliki jangka
waktu pendek.Menurut Kasmir (2011), pengertian modal kerja merupakan
modal yang digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan.Menurut Weston dan
Brigham (Jurnal Manajemen, 2013),modal kerjaadalah : working capital is a
firm’s investments in short – term assets – cash, short-term securities, account
receivable, and inventories. Gross Working Capital is the firm’s total current
assets. Net working capital is current Assets minus current liabilities. Ini dapat
diterjemahkan yaitu modal kerja adalah investasi perusahaan dalam aktiva
jangka pendek seperti kas, sekuritas (surat – surat berharga), piutang dagang
dan persediaan. Jadi modal kerja ini disebut modal kerja bruto (gross working
capital). Sedang modal kerja bersih ( net working capital ) adalah aktiva lancar
dikurangi hutang lancar.Ini didukung pula oleh pendapat Brigham dan Houston
(2006), modal kerja merupakan seluruh aktiva lancar dikurangi dengan utang
lancar.Jadi dapat disimpulkan bahwa modal kerja bersih adalah investasi
perusahaan yang diukur dengan selisih antara total aktiva lancar dengan total
hutang lancar.
Adanya keterkaitan antara modal kerja terhadap kegiatan perusahaan
sangatlah penting.Terutama dalam salah satu kegiatan perusahaan yaitu
keputusan invetasi.Ini didukung dengan pendapat Djarwanto (2004) yang
mengungkapkan bahwa salah satu manfaat dari modal kerja adalah dengan
mempersiapkan persediaan (modal kerja) yang cukup untuk demi melayani
konsumen, agar perusahaan mampu bertahan pada masa periode resesi atau
Universitas Sumatera Utara
39
depresi dan mampu beroperasi demi kelangsungan hidup perusahaan. Faktor
modal kerja bersih ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dan
signifikan yang dapat mendukung keputusan investasi perusahaan.
2.8 Review Penelitian Terdahulu
Peneliti melakukan replikasi dari beberapa peneliti sebelumnya tentang
keputusan investasi.Penelitian yang dilakukan Hidayat (2010) berjudul
keputusan investasi dan financial constraints: studi empiris pada Bursa Efek
Indonesia. Varibel dependen menggunakan keputusan investasi sedangkan
variabel independen menggunakan likuiditas yaitu cash flow dan kesempatan
investasi. Pada penelitian ini, Hidayat mengelompokkan dua kelompok
perusahaan yaitu bersifat FC (financial constraint) dan NFC (non financial
constraint).Perusahaan FC adalah perusahaan yang memiliki kendala keuangan
untuk melakukan investasi karena cenderung menggunakan likuiditas dalam
mendanai investasi sedangkan kegunaan likuiditas untuk memenuhi kebutuhan
jangka pendek dan panjang perusahaan. Jika likuiditas perusahaan terganggu
atau tidak stabil perusahaan akan menunjukkan keterbatasan financial sehingga
menyulitkan
perusahaan
mengambil
kesempatan
investasi
yang
menguntungkan untuk investasi. Jika perusahaan sulit melakukan investasi
akan berdampak pada nilai perusahaan yang rendah. Begitu juga dengan
kebalikan dari sifat perusahaan NFC.Perusahaan NFC tidak memiliki kendala
keuangan dalam melaksanakan investasi sehingga tidak menggunakan
likuiditas sebagai pembiayaan investasi. Ini menunjukkan kondisi perusahaan
NFC lebih mapan sehingga cenderung sensitif terhadap kesempatan investasi
Universitas Sumatera Utara
40
yang menguntungkan dan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Model analisis
data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil dari penelitian
Hidayat (2010) ketika pengaruh likuiditas dan kesempatan investasi terhadap
keputusan investasi dimasukkan variabel FC dan NFC sebagai variabel
moderasi, maka hasil penelitian menunjukkan bahwa likuiditas lebih
berpengaruh terhadap keputusan investasi pada perusahaan FC dibanding
perusahaan NFC. Implikasinya adalah perusahaan FC cenderung akan
menggunakan likuiditas untuk berinvestasi sehingga kesempatan investasi lebih
berpengaruh terhadap keputusan investasi pada perusahaan NFC dibanding
perusahaan FC. Jika terdapat kesempatan investasi yang menguntungkan, maka
perusahaan NFC akan dengan mudah mengambil kesempatan tersebut untuk
berinvestasi. Hal ini karena perusahaan NFC lebih mudah dalam mengakses
sumber pendanaan eksternal karena memiliki fleksibelitas finansial yang lebih
besar, lebih berpengalaman, dan lebih lama.Jadi, dalam berinvestasi perusahaan
NFC cenderung lebih sensitif terhadap kesempatan investasi.
Penelitian yang dilakukan Erkaningrum (2009) dengan judul determinan
investasi dalam penganggaran modal dengan variabel dependen adalah
investasi sedangkan variabel independen : dividend payout ratio, financial
leverage, sales growth, profitability, q ratio dan size. Model analisis data yang
digunakan adalah regresi linier berganda.Hasil dari penelitian ini adalah DPR,
financial leverage dan size tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
investasi.Sedangkan sales growth, profitability dan q ratio mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap investasi.
Universitas Sumatera Utara
41
Penelitian lain yang dilakukan Subchan & Sudarman (2011) dengan
judul pengaruh kebijakan utang, kebijakan dividen,risiko investasi dan
profitabilitas perusahanterhadap set kesempatan investasi. Variabel dependen
penelitian ini adalah set kesempatan investasi (IOS), Variabel independen
adalah kebijakan hutang (DER), kebijakan dividen, risiko investasi, dan
profitabilitas (ROA) sertamenggunakan variabel kontrol yaitu ukuran
perusahaan (size). Metode analisis penelitian ini menggunakan logistic
regression. Hasil dari penelitian ini adalah pengaruh kebijakan hutang dan set
kesempatan investasi positif, pengaruh kebijakan dividen dan set kesempatan
negatif, pengaruh risiko investasi dan set kesempatan investasi negatif,
danpengaruh profitbilitas dan set kesempatan investasi positif. Ukuran
perusahaan tidak dapat memprediksi IOS yang mengindikasikan bahwa baik
perusahaan kecil maupun perusahaan besar memiliki kesempatan investasi
yang relatif sama.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Kaweny (2007) dengan judul studi
keterkaitan antara dividend payout ratio, financial leverage daninvestasi dalam
pengujian hipotesis pecking order (studi kasus: perusahaan manufaktur
yangterdaftar dan listed di Bursa Efek Jakartaperiode 2004-2005. Penelitian ini
bertujuan
untuk
menguji
Hipotesis
Pecking
Order
Theory
di
Indonesia.Hipotesis ini mengatakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara
dividend payout ratio dan investasi. Pada saat ini, akan dipelajari pengaruh
antaradividend payout ratio, financial leverage dan investasi. Variabel
pengontrol daridividend payout ratio yaitu :financial leverage, investment,
liquidity, profitability,size dan earnings change. Financial leverage terdiri dari
Universitas Sumatera Utara
42
dividend payout ratio,investment, profitability, size, assets structure dan
earnings change. Yang terakhiruntuk investasi terdiri dari dividend payout
ratio, financial leverage, sales growth,profitability, Q ratio dan size.Penelitian
ini difokuskan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar diIndonesian
Capital Market Directory (ICMD) untuk periode 2004-2005.Metodeyang
digunakan adalah pooling data dan
sampel 74
perusahaan.
Untuk
metodepenggolahan statistik digunakan Hausmant Test dan regresi Two Stage
Least Square (2SLS) untuk meminimalkan angka bias yang dihasilkan dalam
analisis ordinary least square.Hasil pada penelitian ini adalah dividend payout
ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial leverage, financial
leverage tidak berpengaruhsignifikan pada dividend payout ratio, investasi
berpengaruh negatif dansignifikan pada dividend payout ratio, dividend payout
ratio tidak berpengaruhsignifikan pada investasi, investasi berpengaruh positif
dan signifikan pada financial leverage, financial leverage tidak berpengaruh
signifikan pada investasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Nadhiroh (2013) dengan judul studi
empiris keputusan-keputusan dividen,investasi, dan pendanaan eksternal pada
perusahaan-perusahaan Indonesia yang go public di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini menggunakan rancangan causal comparatif analytic yang
menguji secara empirik pengaruh timbal balik antara keputusan-keputusan
dividen, investasi, dan pendanaan eksternal pada perusahaan-perusahaan yang
ada di Indonesia yang terwakili dalam Bursa Efek Indonesia.Pada variabel
dependen yaitu keputusan dividen perusahaan apakah dipengaruhi olehvariabel
independen seperti profit, keputusan dividen sebelumnya, keputusan investasi
Universitas Sumatera Utara
43
dan pendanaan eksternal.Pada variabel dependen yaitu keputusan investasi
apakah dipengaruhi oleh variabel independen seperti keputusan dividen,
keputusan pendanaan eksternal, hutang jangka panjang, profit, net working
capital dan perubahan penjualan.Sedangkan pada variabel dependen keputusan
pendanaan eksternal apakah dipengaruhi oleh variabel independen seperti
keputusan investasi, keputusan dividen, profit,net working capital dan hutang
jangka panjang.Penelitian ini mencobamengestimasi model-model dividen,
investasi dan pendanaan eksternal dari perusahaan-perusahaan yang go public
di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2008-2010 baik secara pooling maupun secara
cross section pada masing-masing tahun.Variabel investasi dan pendanaan
eksternal menunjukkan hasil tidak signifikan untuk persamaan dividen baik
pada kerangka persamaan tunggal (OLS) maupun dalam kerangka persamaan
simultan (2SLS) serta dalam uji Kausalitas Ganger.Sementara itu, determinasi
ini nampak lebih tinggi pada perusahaan agresif dari pada perusahaanperusahaan defensif/bertahan.Estimasi dari model investasi menunjukkan
bahwa profit, likuiditas, leveragefinansial dan pendanaan eksternal lebih
signifikan dengan metode OLS dari pada 2SLS.Sedangkan variabel akselerator
kapasitas atau perubahan penjualan dan dividen tidak menunjukkan determinasi
yang signifikan dalam model investasi ini.Sementara itu, terjadi kondisi yang
berlawanan dengan model dividen dimana pada model investasi ini, tingkat
signifikansi hubungan variabel independen terhadap variabel dependen nampak
lebih tinggi perusahaan defensif dari pada perusahaan agresif.Pendanaan
eksternal, merupakan fungsi dari profit, hutang jangka panjang, dan
investasi.Variabel net working capital dan keputusan dividen tidak signifikan
Universitas Sumatera Utara
44
dalam menentukan tingkat pendanaan eksternal.Dalam hal kausalitas hubungan,
terjadi independensi hubungan antara keputusan dividen dan keputusan
investasi.Independensi hubungan juga terjadi antara keputusan dividen dengan
keputusan investasi.Sedangkan antara keputusaninvestasi dan keputusan
pendanaan eksternalterjadi hubungan sebab akibat dua arah yang negatif.
Penelitian yang dilakukan Qodriah (2012) dengan judul laba / arus kas
sebagai
parametrik
kinerjaperusahaan
berdasarkan
siklus
hidup
perusahaan.Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai pasar ekuitas
dan variabel independen adalah laba, arus kas operasi, arus kas investasi dan
arus kas pendanaan.Metode analisis data yang digunakan adalah dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda.Sampel dalam penelitian ini
adalah 128 perusahaan manufaktur selama tiga periode dari tahun 20052007.Hasil dari penelitian ini adalah laba lebih relevan dibandingkan arus kas
terhadap nilai ekuitas pasar dan variabel independen yang tidak berhubungan
dengan nilai pasar ekuitas adalah arus kas operasi, arus kas investasi dan arus
kas pendanaan.
Universitas Sumatera Utara
45
Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu
Identitas Penelitian
Hidayat
(2010)
“Keputusan Investasi
Dan Financial
Constraints: Studi
Empiris Pada Bursa
Efek Indonesia”
Variabel Penelitian
Variabel Dependen:
Keputusan Investasi
(Net Capital Expenditure)
Variabel Independen:
Likuiditas
(Cash Flow)
dan
Kesempatan Investasi (Book
to Value)
Variabel Moderating:
Peruashaan FC dan NFC
Erkaningrum
(2009)
Variabel Dependen:
Investasi
“Determinan Investasi
Dalam Penganggaran
Modal”
Variabel Independen :
1. Dividend Payout Ratio
2. Financial Leverage
3. Sales Growth
4. Profitability
5. Q ratio
6. Size
Subchan dan Sudarman
(2011)
Variabel Dependen:
Set Kesempatan Investasi
“Pengaruh Kebijakan
Hutang, Kebijakan
Dividen, Risiko
Investasi, Dan
Profitabilitas
Perusahaan Terhadap
Set Kesempatan
Investasi.”
Variabel Independen:
1. Kebijakan Hutang (DER)
2. Kebijakan Dividen (DPR)
3. Risiko Investasi
4. Profitabilitas Perusahaan
(ROA)
Kaweny
(2007)
Dividen (Dividend Payout
Ratio)
“Studi Keterkaitan
Antara DividendPayout
Ratio, Financial
Leverage DanInvestasi
Dalam Pengujian
Hipotesis
Pecking Order (Studi
Kasus: Perusahaan
Manufaktur
YangTerdaftar Dan
Listed Di Bursa Efek
Jakarta
Periode 2004-2005).”
Financial Leverage
Variabel Kontrol:
Ukuran Perusahaan (Size)
Investasi
Hasil Penelitian
1. Likuiditas berpengaruh positif terhadap
keputusan investasi.
2. Kesempatan investasi berpengaruh positif
dengan keputusan investasi.
3. Likuiditas lebih berpenagruh terhadap
keputusan investasi pada perusahaan FC
dibandingkan perusahaan NFC
4. Kesempatan investasi lebih berpengaruh
pada keputusan investasi pada perusahaan
NFC dibandingkan perusahaan FC
1. DPR, financial leverage dan size tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
investasi.
2. Sales growth, profitability dan q ratio
mempunyai pengaruh yag positif dan
signifikan terhadap investasi.
1. Pengaruh kebijakan hutang dan set
kesempatan investasi adalah positif.
2. Pengaruh kebijakan dividen dan set
kesempatan investasi adalah negatif
3. Pengaruh risiko investasi dan set kesempatan
investasi adalah negatif
4. Pengaruh profitabilitas dan set kesempatan
investasi adalah positif
5. Pengaruh ukuran perusahaan tidak dapat
memprediksi IOS yang mengindikasikan
bahwa baik perusahaan kecil maupun
perusahaan besar memiliki kesempatan
investasi yang relatif sama.
Dividend payout ratio, financial leverage dan
investasi saling terkait satu sama lain, maka
dividend payout ratio merupakan fungsi dari
financial leverage dan investasi setelah
dilakukan pengontrolan atas faktor-faktor
lain. Financial leverage merupakan fungsi
dari dividendpayout ratio dan investasi, dan
investasi merupakan fungsi dari dividend
payout ratio dan financial leverage
Universitas Sumatera Utara
46
Lanjutan Tabel 2.1.
Identitas Penelitian
Nadhiroh
(2013)
“Studi Empiris
Keputusan-Keputusan
Dividen,Investasi, Dan
Pendanaan Eksternal
Pada PerusahaanPerusahaan Indonesia
Yang Go Public di
Bursa Efek Indonesia.”
Variabel Penelitian
Variabel dependen: keputusan
dividen perusahaan.
Variabel independen: profit,
keputusan dividen
sebelumnya, keputusan
investasi dan pendanaan
eksternal.
Variabel dependen:
keputusan investasi.
Variabel independen:
keputusan dividen, keputusan
pendanaan eksternal, hutang
jangka panjang, profit, net
working capital dan
perubahan penjualan.
Variabel dependen:
keputusan pendanaan
eksternal.
Variabel independen:
keputusan investasi, keputusan
dividen, profit, net working
capital dan hutang jangka
panjang.
Zulkarnain
(2009)
Variabel Dependen:
Nilai Pemegang Saham
“Analisis Pengaruh Set
Kesempatan Investasi
Terhadap Pengaruh
Antara Aliran Kas
Bebas Dan Nilai
Pemegang Saham.”
Variabel Independen :
Aliran Kas Bebas
Qodriah
(2011)
Variabel Dependen:
Nilai Pasar Ekuitas
“Laba / Arus Kas
Sebagai Parametrik
KinerjaPerusahaan
Berdasarkan Siklus
Hidup Perusahaan.”
Variabel Independen:
1. Laba
2. Arus Kas Operasi
3. Arus Kas Investasi
4. Arus Kas Pendanaan
Hasil Penelitian
1. Variabel investasi dan pendanaan eksternal
menunjukkan hasil tidak signifikan untuk
persamaan dividen.
2. Estimasi dari model investasi menunjukkan
bahwa profit, likuiditas, leverage finansial
dan pendanaan eksternal lebih signifikan
3. Sedangkan variabel akselerator kapasitas
atau perubahan penjualan dan dividen tidak
menunjukkan determinasi yang signifikan
dalam model investasi ini.
4. Pendanaan eksternal, merupakan fungsi
dari profit, hutang jangka panjang, dan
investasi. Variabel net working capital dan
keputusan dividen tidak signifikan dalam
menentukan tingkat pendanaan eksternal.
5. Dalam hal kausalitas hubungan, terjadi
independensi hubungan antara keputusan
dividen dan keputusan investasi.
6. Independensi hubungan juga terjadi antara
keputusan dividen dengan keputusan
investasi.
7. Sedangkan antara keputusan investasi dan
keputusan pendanaan eksternal terjadi
hubungan sebab akibat dua arah yang
negatif.
Hasil pengujian pengaruh aliran kas bebas
berpengaruh positif dan semakin kuat
terhadap nilai pemegang saham ketika set
kesempatan investasi
Variabel Moderasi:
Set Kesempatan Investasi
1. Laba lebih relevan dibandingkan arus kas
terhadap nilai ekuitas pasar.
2. Variabel independen yang tidak
berhubungan dengan nilai pasar ekuitas
adalah arus kas operasi, arus kas investasi
dan arus kas pendanaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Teori Miller Modigliani
Menurut Atmaja (2008), ada teori yang menarik dalam keputusan
investasi yaitu teori dari Miller Modigliani. Ini dimulai dari teori Miller
Modigliani (1958) yang menyebutkan bahwa keputusan investasi perusahaan
tidak berpengaruh terhadap keputusan dividen dan pendanaan perusahaan
dengan asumsi bahwa kondisi pasar adalah pasar modal sempurna. Pasar modal
sempurna merupakan tidak adanya pajak pendapatan perseroan atau
perusahaan, tidak adanya pengaruh leverage keuangan terhadap biaya modal,
investor dan manajer tidak punya informasi yang sama tentang prospek
perusahaan serta kebijakan penganggaran modal perusahaan terlepas dari
kebijakan dividen dan sebagainya.
Namun pada tahun 1963, terjadi perubahan pada teori Miller Modigliani
karena teori Miller Modigliani memasukkan asumsi pajak karena dengan
adanya pajak penghasilan perusahaan, hutang dapat menimbulkan pembayaran
bunga yang mengurangi penghasilan terkena pajak. Namun pada teori ini,
Miller Modigliani melupakan bahwa jika hutang semakin besar maka akan
semakin sulit pula keuangan perusahaan (financial distress).
Bagi Atmaja (2008) sudah ada pula perbaikan teori Miller dan Modigliani
yaitu tax savings-financial costs trade-off theory yang mengajarkan bahwa
berhutang sejumlah tertentu itu baik, namun berhutang terlalu banyak tidak
Universitas Sumatera Utara
27
baik dan ada jumlah hutang yang optimal untuk setiap perusahaan. Jadi
berdasarkan teori modifikasi Miller Modigliani, kemungkinan ada keterkaitan
penggunaan hutang terhadap kegiatan pendanaan perusahaan.
Namun bagi Atmaja (2008) itu masih diperlukan dalam banyaknya bukti
empiris yang menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
investasi perusahaan.
2.2 Keputusan Investasi
Investasi adalah dengan mengorbankan aset yang dimiliki sekarang untuk
memperoleh aset di masa akan datang dengan nilai yang lebih besar. Ini
menjelaskan bagaimana pentingnya peranan investasi bagi suatu perusahaan.
Menurut Horne dan Wachowicz (2009), keputusan investasi adalah hal yang
paling penting dari ketiga keputusan (yang mencakup pada fungsi keputusan
dalam menajemen keuangan : investasi, pendanaan dan manajemen aktiva)
ketika perusahaan ingin menciptakan nilai. Menurut Rakhimsyah dan Gunawan
(2011), bahwa investasi merupakan suatu kesempatan perusahaan untuk
berkembang. Namun tidak semua perusahaan mendapatkan kesempatan untuk
berinvestasi
sehingga
memberikan
dampak
bahwa
perusahaan
akan
mengeluarkan biaya pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan nilai
kesempatan investasi yang hilang. Namun dengan adanya peluang dari
keputusan investasi dapat memberikan sinyal positif bagi pertumbuhan
perusahaan di masa mendatang, sehingga akan meningkatkan harga saham dan
meningkat pula nilai perusahaan. Menurut Erkaningrum (2009), bahwa nilai
perusahaan akan meningkat apabila perusahaan yang melakukan investasi
Universitas Sumatera Utara
28
memberikan nilai arus kas masuk yang lebih besar daripada nilai arus kas
keluar. Nilai perusahaan akan turun apabila perusahaan salah melakukan
keputusan investasi sehingga penurunan nilai saham dapat mengakibatkan nilai
penurunan kemakmuran bagi pemegang saham.
Menurut Hidayat (2010), ada dua jenis perusahaan yang bersaing dalam
memperoleh kesaempatan investasi yaitu perusahaan financially constraintdan
non financially constraint. Perusahaan financially constraint adalah perusahaan
yang memiliki keterbatasan dalam mendapatkan modal dari sumber-sumber
pendanaan yang tersedia untuk berinvestasi. Karakteristik perusahaan
financially constraint adalah ketidakmampuan perusahaan dalam membayar
dividen, memiliki aliran kas yang rendah, tingkat likuiditas perusahaan yang
tinggi dan jumlah hutang perusahaan yang tinggi. Sedangkan perusahaan non
financially constraint adalah perusahaan yang tidak memiliki keterbatasan
dalam mendapatkan modal dari sumber-sumber pendanaan yang tersedia untuk
berinvestasi. Karakteristik perusahaan non financially constraint adalah
peusahaan memiliki dividen tinggi, aliran kas perusahaan tinggi, tingkat
likuiditas yang rendah dan hutang perusahaan yang rendah. Dalam penelitian
Hidayat (2010), perusahaan NFC memiliki pengaruh yang positif terhadap
keputusan investasi dibandingkan perusahaan FC karena perusahaan NFC lebih
mudah mengakses sumber dana eksternal karena memiliki fleksibilitas finansial
yang lebih besar, lebih berpengalaman dan lebih lama dibandingkan perusahaan
FC.
Dalam keputusan investasi memiliki tujuan yaitu memperoleh tingkat
keuntungan yang diharapkan yang disertai dengan resiko tertentu pula. Menurut
Universitas Sumatera Utara
29
Hidayat (2010), bahwa keuntungan tinggi yang disertai dengan risiko yang
dapat dikelola, diharapkan dapatmeningkatkan
nilai perusahaan yang
mengakibatkan peningkatan kemakmuran bagi pemegang saham. Ini dapat
dikatakan jika dalam berinvestasi perusahaan dapat memperoleh keuntungan
dengan sumber daya perusahaan secara efisien, maka perusahaan akan
memperoleh kepercayaan dari calon investor untuk membeli sahamnya.
Tentunya semakin tinggi keuntungan perusahaan, maka semakin tinggi nilai
perusahaan yang mengakibatkan semakinbesar kemakmuran yang akan
diterima oleh pemilik perusahaan.
Secara umum dalam keputusan investasi meliputi investasi pada aktiva
jangka pendek atau aktiva lancar dan aktiva jangka panjang atau aktiva tetap.
Aktiva jangka pendek adalah aktiva dengan jangka waktu kurang dari satu
tahun atau kurang dari satu siklus bisnis, yaitu dana yang diinvestasikan dalam
aktiva jangka pendek diharapkan dapat diterima kembali dalam waktu dekat
atau kurang dari satu tahun dan dapat diterima sekaligus. Tujuan perusahaan
melakukan investasi pada aktiva jangka pendek adalah sebagai modal kerja
atau operasional perusahaan seperti persediaan, piutang, dan kas.Sedangkan
aktiva jangka panjang adalah aktiva dengan jangka waktu lebih dari satu tahun,
yaitudana yang diinvestasikan dalam aktiva jangka panjang diharapkan
diterimakembali dalam waktu lebih dari satu tahun dan pengembaliannya
dilakukan secara bertahap. Tujuan perusahaan melakukan investasi pada aktiva
jangka panjang untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut Brealey dkk (2008), bahwa keputusan investasi dapat
didefenisikan sebagai keputusan penganggaran modal, karena sebagian besar
Universitas Sumatera Utara
30
perusahaanmempersiapkan anggaran tahunan yang terdiri dari investasi modal
yang disahkan. Menurut Horne dan Wachowicz (2009), penganggaran modal
adalah proses mengidentifikasi, menganalisis dan menyeleksi proyek-proyek
investasi yang pengembaliannya berupa arus kas diharapkan lebih dari satu
tahun. Pengeluaran modal merupakan bagian dari penganggaran modal (capital
budgeting).Dalam penelitian ini, objek penelitian merupakan keputusan
investasi pada aktiva tetap yaitu pengeluaran modal (capitalexpenditure) pada
aktiva tetap seperti tanah atau properti, bangunan, dan peralatan.Maka dapat
disimpulkan bahwa keputusan investasi pada aktiva tetap adalah pengeluaran
modal yang dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh manfaat lebih dari satu
tahun dengan tujuan untuk ekspansi, penggantian, atau memperbaharui aktiva
tetap atau mencari manfaat dalam jangka panjang.
2.3 Laba Bersih
Dalam kegiatan perusahaan, perusahaan tentu mengharapkan laba dari
aktivitas perusahaan yang tinggi demi kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut PSAK Nomor 1, informasi laba diperlukan untuk menilai perubahan
potensi sumberdaya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan
menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan
pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan
sumber daya (IAI 2007). Laba dimanfaatkan untuk mengukur kinerja
manajemen perusahaan selama periode tertentu yang pada umumnya menjadi
perhatian pihak-pihak tertentu terutama dalam menaksir kinerja atas
pertanggungjawaban
manajemen dalam pengelolaan sumberdaya
yang
Universitas Sumatera Utara
31
dipercayakan kepada mereka, serta dapat dipergunakan untuk memperkirakan
prospeknya di masa depan. Salah satunya adalah penggunaan laba terhadap
keputusan investasi. Dalam penelitian ini, jenis laba yang digunakan adalah
laba bersih (net income).
Menurut Soemarso (2004), laba bersih merupakan angka terakhir dalam
laporan laba rugi. Jumlah ini menunjukkan kenaikan bersih terhadap
modal.Namun
apabila perusahaan menderita rugi, angka terakhir dalam
laporan laba rugi adalah rugi bersih (net loss).Sedangkan menurut Chariri dan
Ghozali (2001), mengungkapkan laba bersih adalah laba akuntansi merupakan
selisih pengukuran pendapatan dan biaya.Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa laba bersih (net income) adalah nominal terakhir dalam laporan laba rugi
atas kenaikan bersih terhadap modal.
Berdasarkan hasil penelitian Qodriah (2012), bahwa laba bersih dapat
dijadikan sebagai ukuran kinerja perusahaan terutama perusahaan yang telah
banyak melakukan aktivitas yang dimaksudkan pernah berada pada tahap
bertahan bukan perusahaan yang murni baru berdiri.Ini memberikan indikasi
bahwa dengan laba bersih dapat memberikan kontribusi yang positif dan nyata
terhadap keputusan investasi perusahaan.Pengukuran laba bersih yang
digunakan dalam masa penelitian adalah laba bersih setelah pajak yakni
penjualan dikurangi biaya-biaya dan pajak.
2.4 Dividen
Kebijakan dividen memiliki pengaruh kepada rasio profitabilitas karena
perolehan dari profitabilitas akan selaras pada pembagian dividen yang
Universitas Sumatera Utara
32
dilakukan oleh perusahaan. Menurut Weston dan Copeland (1992), kebijakan
dividen akan menentukan penempatan dari perolehan laba perusahaan, yaitu
antara membayar kepada pemegang saham atau menginvestasikan kembali
kepada perusahaan. Sedangkan menurut Harmono (2009), dividen adalah
persentase laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk
dividen tunai, penjagaan stabilitas dividen dari waktu ke waktu, pembagian
dividen saham, dan pembelian kembali saham.Maka dapat disimpulkan bahwa
kebijakan dividen adalah pembagian laba yang dibagikan kepada pemegang
saham atau reinvestasi ke dalam perusahaan.
Laba yang diinvestasikan ke dalam perusahaan atau dianggap tidak
dibagikan kepada pemegang saham dianggap sebagai laba ditahan. Menurut
Weston dan Copeland (1992), bahwa laba ditahan (retained earnings)
merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk membiayai
pertumbuhan perusahaan, tetapi dividen merupakan arus kas yang disisihkan
untuk pemegang saham. Menurut Harmono (2009), apabila perusahaan
memilih membagi laba sebagai dividen, tentunya akan mengurangi laba yang
akan ditahan. Dampaknya adalah adanya pengurangan sumber dana internal
perusahaan. Namun jika perusahaan memilih menahan laba, dimana dividen
tidak dibagikan kepada pemegang saham, maka akan memperkuat atau
memperbesar dana internal perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend
payout ratio) ikut menentukan besarnya jumlah laba perusahaan yang
dievaluasi untuk pemaksimalan kekayaan para pemegang saham.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk melihat pengaruh
kebijakan dividen terhadap keputusan investasi seperti yang dilakukan Hidayat
Universitas Sumatera Utara
33
(2010), bahwa perusahaan NFC yang memperoleh dividen yang tinggi lebih
mampu memiliki kesempatan investasi dibandingkan perusahaan FC yang
memperoleh
dividen
rendah
(tidak
mampu
membagi
dividen).
menurutErkaningrum (2009), dividend payout ratio (DPR) tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap keputusan investasi. Sedangkan menurut
Subchan dan Sudarman (2011), bahwa adanya pengaruh negatif antara
kebijakan dividen dan set kesempatan investasi karena apabila perusahaan akan
melakukan
kebijakan
ekspansif
dalam
melaksanakan
investasi
maka
perusahaan cenderung tidak akan membagikan dividen. Untuk pengukuran
terhadap variabel dividen, sama seperti yang dilakukan Subchan dan Sudarman
(2011). Perusahaan yang membagikan dividen akan bernilai satu (1), sedangkan
untuk perusahaan yang tidak membagikan dividen akan bernilai nol (0).
2.5
Hutang
Dalam penelitian ini, peneliti menganggap kebijakan hutang sama
dengan leverage. Ini sesuai dengan pendapat Harmono (2009) dimana
peningkatan leverage perusahaan sesuai dengan utang jangka panjang guna
mendukung kegiatan investasi riil perusahaan secara jangka panjang. Menurut
Subchan dan Sudarman (2012) leverage digunakan sebagai alat untuk
mengukur seberapa jauhsuatu perusahaan bergantung pada kreditor dalam
membiayai aktivaperusahaan. Perusahaan yang mempunyai leverage yang
tinggi berarti sangattergantung pada pinjaman luar untuk membiayai aktivanya,
sedangkanperusahaan yang mempunyai leverage rendah lebih banyak
membiayaiinvestasinya dengan modal sendiri.Maka dapat disimpulkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
34
kebijakan hutang adalah modal yang dipinjam dari kreditur untuk membiayai
aktiva perusahaan.
MenurutFama dan French (Rakhimsyah dan Gunawan, 2011), bahwa
investasi yang dihasilkan dari leverage memiliki informasi yang positif tentang
perusahaan di masa akan datang yang akan berdampak positif pada nilai
perusahaan. Hidayat (2010) yang mengungkapkan bahwa perusahaan yang
memiliki hutang rendah lebih mudah memiliki akses ke pasar modal eksternal
karena mampu menyesuaikan sumber pendanaan perusahaan untuk investasi
yang dapat menunjukkan fleksibelitas finansial yang lebih besar. Perusahaan
yang memiliki hutang lebih rendah dikategorikan pada perusahaan non
financial constraints (NFC) sedangkan perusahaan yang memiliki hutang tinggi
merupakan ketegori perusahaan financial contraints (FC).Ini disesuaikan
dengan pendapat menurut Myers dan Majluf (Hidayat, 2010), bahwa bagi
perusahaan sumber pendanaan internal lebih murah dibanding pendanaan
eksternal seperti hutangsehingga perusahaan cenderung akan memilih
pendanaan
internal
informasi.Sedangkan
(2011)mengungkapkan
daripada
hasil
pendanaanakibat
penelitian
bahwa
pengaruh
dari
adanya
Subchan
kebijakan
dan
utang
asimetri
Sudarman
dengan
set
kesempatan investasi adalah positif.Adanya pengaruh positif mengindikasikan
bahwa seberapa besar proporsihutang yang digunakan dalam perusahaan dalam
modal mereka berdampakpositif pada set kesempatan investasi, semakin tinggi
tingkat hutang dalamstruktur modal maka semakin tinggi set kesempatan
investasi.Lain hal dari hasil penelitian dari Erkaningrum (2009) yang
Universitas Sumatera Utara
35
mengungkapkan bahwa kebijakan hutang tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap investasi.
Namun peneliti melihat tidak ada kesalahan bagiperusahaan yang
melakukan aktivitas berhutangdalam keputusan investasi.Walaupun peneliti
telah melihat hasil dari penelitian sebelumnya, namun peneliti berharap
perusahaan yang menerapkan kebijakan hutang untuk membiayai keputusan
investasi diharapkan dapat
memiliki kesempatan untuk tumbuh dan
berkembang.Sesuai dengan teori Miller Modigliani (Atmaja, 2008), bahwa
variabel hutang memiliki pengaruh yang nyata terhadap keputusan investasi
perusahaan.
2.6
Arus Kas Bebas
Menurut Keown, dkk (2008), dalam laporan laba rugi perusahaan
keuntungan atau laba yang diperoleh dari aktivitas operasi perusahaan dihitung
menggunakan basis akrual (accrual basis) sedangkan kas akan menggunakan
perhitungan dengan basis kas (cash basis). Menurut Tuanakotta(1984), bahwa
pengukuran pos-pos neraca dan laba-rugi dengan basis kas dianggap sebagai
pengukuran terhadap efisiensi dan memberikan informasi yang relevan bagi
prediksi aktivitas perusahaan dan pembagian dividen dimasa depan.
Menurut Keown, dkk (2008), arus kas bebas adalah jumlah uang tunai
yang tersedia dari operasi setelah investasi pada modal kerja operasional bersih
dan aktiva tetap. Menurut teori keagenan aliran kas bebas Jensen (Zulkarnain,
2009), aliran kas bebas (free cash flow) adalah kelebihan dana kas setelah
dipakai untuk mendanai seluruh proyek yang memberikan nilai sekarang
Universitas Sumatera Utara
36
nettopositif
yang
didisontokan
pada
tingkat
biaya
modal
yang
relevan.Sedangkan menurut Kieso dan Weygandt (Zulkarnain, 2009),
berpendapat bahwa aliran kas bebas sebagai jumlah aliran kas diskresioner
yang dapat digunakan untuk tambahan investasi, melunasiutang, membeli
kembali saham perusahaan sendiri, atau menambah likuiditas perusahaan.Maka
dapat disimpulkan bahwa arus kas bebas adalah sejumlah uang tunai yang
tersedia setelah perusahaan membayar beban aktivitas operasi dan investasi
perusahaan yang dapat dibagikan kepada pemilik perusahaan dan kreditur.
Dalam aktivitas operasi perusahaanakan melibatkan seluruh transaksi
yang mempengaruhi aktiva lancar dan utang lancar. Jumlah kas dari aktivitas
operasi merupakan indikator untuk melihat kegiatan operasi perusahaan dapat
menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara
kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen serta melakukan investasi
baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Semakin tinggi
arus kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi perusahaan akanmenunjukkan
kemampuan profitable perusahaan dari aktivitas operasi perusahaan yang
diharapkan dapat berjalan dengan baik sehingga memberikan efek positif
mengenai kinerja perusahaan dimasa yang akan datang. Namun ada persoalan
yang berkembang dari arus kas bebas.Seperti dalam teori keagenan aliran kas
bebas
(free
cash
flow)
Jansen,kelebihan
dana
kas
setelah
dipakai
untukmendanai seluruh kegiatan perusahaan yang menghasilkan sejumlah arus
kas sehingga semakinbesar arus kas yang ada maka semakin besar fleksibilitas
manajemen perusahaan dan semakin besar konflik kepentingan atas
pemanfaatan aliran kas bebas tersebut. Seperti pendapat Jensen (Zulkarnain,
Universitas Sumatera Utara
37
2009), bahwa persoalan tersebut seperti apakah arus kas bebas lebih baik
digunakan dalam menginvestasikannya pada proyek-proyek yang memberikan
hasil dibawah tingkat biaya modal yangrelevan, atau digunakan untuk
pengeluaran yang tidak efisien. Disini pengeluaran yang tidak efesien bisa
dicontohkan kepada perilaku manajer seperti : (1) dengan menahan kas karena
manajer memiliki kewenangan untuk memanfaatkannya dengan leluasa, (2)
meningkatnya ukuran perusahaan akan meningkatkan gaji manajer, (3)
kecenderungan perusahaan memberikan kompensasi manajer level menengah
dalam bentuk promosi dan bukan bonus.
Berdasarkan hasil penelitian Zulkarnain (2009) berpendapat bahwa
aliran kas bebas memiliki pengaruh yang positif kepada set kesempatan
investasi. Dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa semakin tinggi set
kesempatan investasi suatu perusahaan maka akan semakin kuat pula peranan
dari aliran kas bebas. Ini didukung oleh hasil penelitian Hidayat (2010) bahwa
perusahaan NFC yang memiliki aliran kas perusahaan yang tinggi lebih
berkesempatan dalam melaksanakan keputusan investasi dibandingkan
perusahaan FC yang memiliki aliran kas perusahaan yang rendah.Peneliti juga
melihat bahwa pengaruh dari arus kas bebas dan keputusan investasi
diharapkan menciptakan pengaruh yang positif. Cara menghitung arus kas
bebas yang akan digunakan peneliti sesuai dengan pendapat Keown, dkk (2008)
yaitu suatu arus kas bebas perusahaan dipandang dari suatu perspektif aktiva
adalah arus kas setelah pajak yang dihasilkan dari operasi usaha dikurangi
dengan investasi perusahaan pada aktiva.
Universitas Sumatera Utara
38
2.7
Modal Kerja Bersih (Net Working Capital)
Modal kerja (working capital) adalah modal yang digunakan untuk
membiayai operasional perusahaan sehari-hari, terutama yang memiliki jangka
waktu pendek.Menurut Kasmir (2011), pengertian modal kerja merupakan
modal yang digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan.Menurut Weston dan
Brigham (Jurnal Manajemen, 2013),modal kerjaadalah : working capital is a
firm’s investments in short – term assets – cash, short-term securities, account
receivable, and inventories. Gross Working Capital is the firm’s total current
assets. Net working capital is current Assets minus current liabilities. Ini dapat
diterjemahkan yaitu modal kerja adalah investasi perusahaan dalam aktiva
jangka pendek seperti kas, sekuritas (surat – surat berharga), piutang dagang
dan persediaan. Jadi modal kerja ini disebut modal kerja bruto (gross working
capital). Sedang modal kerja bersih ( net working capital ) adalah aktiva lancar
dikurangi hutang lancar.Ini didukung pula oleh pendapat Brigham dan Houston
(2006), modal kerja merupakan seluruh aktiva lancar dikurangi dengan utang
lancar.Jadi dapat disimpulkan bahwa modal kerja bersih adalah investasi
perusahaan yang diukur dengan selisih antara total aktiva lancar dengan total
hutang lancar.
Adanya keterkaitan antara modal kerja terhadap kegiatan perusahaan
sangatlah penting.Terutama dalam salah satu kegiatan perusahaan yaitu
keputusan invetasi.Ini didukung dengan pendapat Djarwanto (2004) yang
mengungkapkan bahwa salah satu manfaat dari modal kerja adalah dengan
mempersiapkan persediaan (modal kerja) yang cukup untuk demi melayani
konsumen, agar perusahaan mampu bertahan pada masa periode resesi atau
Universitas Sumatera Utara
39
depresi dan mampu beroperasi demi kelangsungan hidup perusahaan. Faktor
modal kerja bersih ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dan
signifikan yang dapat mendukung keputusan investasi perusahaan.
2.8 Review Penelitian Terdahulu
Peneliti melakukan replikasi dari beberapa peneliti sebelumnya tentang
keputusan investasi.Penelitian yang dilakukan Hidayat (2010) berjudul
keputusan investasi dan financial constraints: studi empiris pada Bursa Efek
Indonesia. Varibel dependen menggunakan keputusan investasi sedangkan
variabel independen menggunakan likuiditas yaitu cash flow dan kesempatan
investasi. Pada penelitian ini, Hidayat mengelompokkan dua kelompok
perusahaan yaitu bersifat FC (financial constraint) dan NFC (non financial
constraint).Perusahaan FC adalah perusahaan yang memiliki kendala keuangan
untuk melakukan investasi karena cenderung menggunakan likuiditas dalam
mendanai investasi sedangkan kegunaan likuiditas untuk memenuhi kebutuhan
jangka pendek dan panjang perusahaan. Jika likuiditas perusahaan terganggu
atau tidak stabil perusahaan akan menunjukkan keterbatasan financial sehingga
menyulitkan
perusahaan
mengambil
kesempatan
investasi
yang
menguntungkan untuk investasi. Jika perusahaan sulit melakukan investasi
akan berdampak pada nilai perusahaan yang rendah. Begitu juga dengan
kebalikan dari sifat perusahaan NFC.Perusahaan NFC tidak memiliki kendala
keuangan dalam melaksanakan investasi sehingga tidak menggunakan
likuiditas sebagai pembiayaan investasi. Ini menunjukkan kondisi perusahaan
NFC lebih mapan sehingga cenderung sensitif terhadap kesempatan investasi
Universitas Sumatera Utara
40
yang menguntungkan dan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Model analisis
data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil dari penelitian
Hidayat (2010) ketika pengaruh likuiditas dan kesempatan investasi terhadap
keputusan investasi dimasukkan variabel FC dan NFC sebagai variabel
moderasi, maka hasil penelitian menunjukkan bahwa likuiditas lebih
berpengaruh terhadap keputusan investasi pada perusahaan FC dibanding
perusahaan NFC. Implikasinya adalah perusahaan FC cenderung akan
menggunakan likuiditas untuk berinvestasi sehingga kesempatan investasi lebih
berpengaruh terhadap keputusan investasi pada perusahaan NFC dibanding
perusahaan FC. Jika terdapat kesempatan investasi yang menguntungkan, maka
perusahaan NFC akan dengan mudah mengambil kesempatan tersebut untuk
berinvestasi. Hal ini karena perusahaan NFC lebih mudah dalam mengakses
sumber pendanaan eksternal karena memiliki fleksibelitas finansial yang lebih
besar, lebih berpengalaman, dan lebih lama.Jadi, dalam berinvestasi perusahaan
NFC cenderung lebih sensitif terhadap kesempatan investasi.
Penelitian yang dilakukan Erkaningrum (2009) dengan judul determinan
investasi dalam penganggaran modal dengan variabel dependen adalah
investasi sedangkan variabel independen : dividend payout ratio, financial
leverage, sales growth, profitability, q ratio dan size. Model analisis data yang
digunakan adalah regresi linier berganda.Hasil dari penelitian ini adalah DPR,
financial leverage dan size tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
investasi.Sedangkan sales growth, profitability dan q ratio mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap investasi.
Universitas Sumatera Utara
41
Penelitian lain yang dilakukan Subchan & Sudarman (2011) dengan
judul pengaruh kebijakan utang, kebijakan dividen,risiko investasi dan
profitabilitas perusahanterhadap set kesempatan investasi. Variabel dependen
penelitian ini adalah set kesempatan investasi (IOS), Variabel independen
adalah kebijakan hutang (DER), kebijakan dividen, risiko investasi, dan
profitabilitas (ROA) sertamenggunakan variabel kontrol yaitu ukuran
perusahaan (size). Metode analisis penelitian ini menggunakan logistic
regression. Hasil dari penelitian ini adalah pengaruh kebijakan hutang dan set
kesempatan investasi positif, pengaruh kebijakan dividen dan set kesempatan
negatif, pengaruh risiko investasi dan set kesempatan investasi negatif,
danpengaruh profitbilitas dan set kesempatan investasi positif. Ukuran
perusahaan tidak dapat memprediksi IOS yang mengindikasikan bahwa baik
perusahaan kecil maupun perusahaan besar memiliki kesempatan investasi
yang relatif sama.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Kaweny (2007) dengan judul studi
keterkaitan antara dividend payout ratio, financial leverage daninvestasi dalam
pengujian hipotesis pecking order (studi kasus: perusahaan manufaktur
yangterdaftar dan listed di Bursa Efek Jakartaperiode 2004-2005. Penelitian ini
bertujuan
untuk
menguji
Hipotesis
Pecking
Order
Theory
di
Indonesia.Hipotesis ini mengatakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara
dividend payout ratio dan investasi. Pada saat ini, akan dipelajari pengaruh
antaradividend payout ratio, financial leverage dan investasi. Variabel
pengontrol daridividend payout ratio yaitu :financial leverage, investment,
liquidity, profitability,size dan earnings change. Financial leverage terdiri dari
Universitas Sumatera Utara
42
dividend payout ratio,investment, profitability, size, assets structure dan
earnings change. Yang terakhiruntuk investasi terdiri dari dividend payout
ratio, financial leverage, sales growth,profitability, Q ratio dan size.Penelitian
ini difokuskan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar diIndonesian
Capital Market Directory (ICMD) untuk periode 2004-2005.Metodeyang
digunakan adalah pooling data dan
sampel 74
perusahaan.
Untuk
metodepenggolahan statistik digunakan Hausmant Test dan regresi Two Stage
Least Square (2SLS) untuk meminimalkan angka bias yang dihasilkan dalam
analisis ordinary least square.Hasil pada penelitian ini adalah dividend payout
ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial leverage, financial
leverage tidak berpengaruhsignifikan pada dividend payout ratio, investasi
berpengaruh negatif dansignifikan pada dividend payout ratio, dividend payout
ratio tidak berpengaruhsignifikan pada investasi, investasi berpengaruh positif
dan signifikan pada financial leverage, financial leverage tidak berpengaruh
signifikan pada investasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Nadhiroh (2013) dengan judul studi
empiris keputusan-keputusan dividen,investasi, dan pendanaan eksternal pada
perusahaan-perusahaan Indonesia yang go public di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini menggunakan rancangan causal comparatif analytic yang
menguji secara empirik pengaruh timbal balik antara keputusan-keputusan
dividen, investasi, dan pendanaan eksternal pada perusahaan-perusahaan yang
ada di Indonesia yang terwakili dalam Bursa Efek Indonesia.Pada variabel
dependen yaitu keputusan dividen perusahaan apakah dipengaruhi olehvariabel
independen seperti profit, keputusan dividen sebelumnya, keputusan investasi
Universitas Sumatera Utara
43
dan pendanaan eksternal.Pada variabel dependen yaitu keputusan investasi
apakah dipengaruhi oleh variabel independen seperti keputusan dividen,
keputusan pendanaan eksternal, hutang jangka panjang, profit, net working
capital dan perubahan penjualan.Sedangkan pada variabel dependen keputusan
pendanaan eksternal apakah dipengaruhi oleh variabel independen seperti
keputusan investasi, keputusan dividen, profit,net working capital dan hutang
jangka panjang.Penelitian ini mencobamengestimasi model-model dividen,
investasi dan pendanaan eksternal dari perusahaan-perusahaan yang go public
di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2008-2010 baik secara pooling maupun secara
cross section pada masing-masing tahun.Variabel investasi dan pendanaan
eksternal menunjukkan hasil tidak signifikan untuk persamaan dividen baik
pada kerangka persamaan tunggal (OLS) maupun dalam kerangka persamaan
simultan (2SLS) serta dalam uji Kausalitas Ganger.Sementara itu, determinasi
ini nampak lebih tinggi pada perusahaan agresif dari pada perusahaanperusahaan defensif/bertahan.Estimasi dari model investasi menunjukkan
bahwa profit, likuiditas, leveragefinansial dan pendanaan eksternal lebih
signifikan dengan metode OLS dari pada 2SLS.Sedangkan variabel akselerator
kapasitas atau perubahan penjualan dan dividen tidak menunjukkan determinasi
yang signifikan dalam model investasi ini.Sementara itu, terjadi kondisi yang
berlawanan dengan model dividen dimana pada model investasi ini, tingkat
signifikansi hubungan variabel independen terhadap variabel dependen nampak
lebih tinggi perusahaan defensif dari pada perusahaan agresif.Pendanaan
eksternal, merupakan fungsi dari profit, hutang jangka panjang, dan
investasi.Variabel net working capital dan keputusan dividen tidak signifikan
Universitas Sumatera Utara
44
dalam menentukan tingkat pendanaan eksternal.Dalam hal kausalitas hubungan,
terjadi independensi hubungan antara keputusan dividen dan keputusan
investasi.Independensi hubungan juga terjadi antara keputusan dividen dengan
keputusan investasi.Sedangkan antara keputusaninvestasi dan keputusan
pendanaan eksternalterjadi hubungan sebab akibat dua arah yang negatif.
Penelitian yang dilakukan Qodriah (2012) dengan judul laba / arus kas
sebagai
parametrik
kinerjaperusahaan
berdasarkan
siklus
hidup
perusahaan.Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai pasar ekuitas
dan variabel independen adalah laba, arus kas operasi, arus kas investasi dan
arus kas pendanaan.Metode analisis data yang digunakan adalah dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda.Sampel dalam penelitian ini
adalah 128 perusahaan manufaktur selama tiga periode dari tahun 20052007.Hasil dari penelitian ini adalah laba lebih relevan dibandingkan arus kas
terhadap nilai ekuitas pasar dan variabel independen yang tidak berhubungan
dengan nilai pasar ekuitas adalah arus kas operasi, arus kas investasi dan arus
kas pendanaan.
Universitas Sumatera Utara
45
Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu
Identitas Penelitian
Hidayat
(2010)
“Keputusan Investasi
Dan Financial
Constraints: Studi
Empiris Pada Bursa
Efek Indonesia”
Variabel Penelitian
Variabel Dependen:
Keputusan Investasi
(Net Capital Expenditure)
Variabel Independen:
Likuiditas
(Cash Flow)
dan
Kesempatan Investasi (Book
to Value)
Variabel Moderating:
Peruashaan FC dan NFC
Erkaningrum
(2009)
Variabel Dependen:
Investasi
“Determinan Investasi
Dalam Penganggaran
Modal”
Variabel Independen :
1. Dividend Payout Ratio
2. Financial Leverage
3. Sales Growth
4. Profitability
5. Q ratio
6. Size
Subchan dan Sudarman
(2011)
Variabel Dependen:
Set Kesempatan Investasi
“Pengaruh Kebijakan
Hutang, Kebijakan
Dividen, Risiko
Investasi, Dan
Profitabilitas
Perusahaan Terhadap
Set Kesempatan
Investasi.”
Variabel Independen:
1. Kebijakan Hutang (DER)
2. Kebijakan Dividen (DPR)
3. Risiko Investasi
4. Profitabilitas Perusahaan
(ROA)
Kaweny
(2007)
Dividen (Dividend Payout
Ratio)
“Studi Keterkaitan
Antara DividendPayout
Ratio, Financial
Leverage DanInvestasi
Dalam Pengujian
Hipotesis
Pecking Order (Studi
Kasus: Perusahaan
Manufaktur
YangTerdaftar Dan
Listed Di Bursa Efek
Jakarta
Periode 2004-2005).”
Financial Leverage
Variabel Kontrol:
Ukuran Perusahaan (Size)
Investasi
Hasil Penelitian
1. Likuiditas berpengaruh positif terhadap
keputusan investasi.
2. Kesempatan investasi berpengaruh positif
dengan keputusan investasi.
3. Likuiditas lebih berpenagruh terhadap
keputusan investasi pada perusahaan FC
dibandingkan perusahaan NFC
4. Kesempatan investasi lebih berpengaruh
pada keputusan investasi pada perusahaan
NFC dibandingkan perusahaan FC
1. DPR, financial leverage dan size tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
investasi.
2. Sales growth, profitability dan q ratio
mempunyai pengaruh yag positif dan
signifikan terhadap investasi.
1. Pengaruh kebijakan hutang dan set
kesempatan investasi adalah positif.
2. Pengaruh kebijakan dividen dan set
kesempatan investasi adalah negatif
3. Pengaruh risiko investasi dan set kesempatan
investasi adalah negatif
4. Pengaruh profitabilitas dan set kesempatan
investasi adalah positif
5. Pengaruh ukuran perusahaan tidak dapat
memprediksi IOS yang mengindikasikan
bahwa baik perusahaan kecil maupun
perusahaan besar memiliki kesempatan
investasi yang relatif sama.
Dividend payout ratio, financial leverage dan
investasi saling terkait satu sama lain, maka
dividend payout ratio merupakan fungsi dari
financial leverage dan investasi setelah
dilakukan pengontrolan atas faktor-faktor
lain. Financial leverage merupakan fungsi
dari dividendpayout ratio dan investasi, dan
investasi merupakan fungsi dari dividend
payout ratio dan financial leverage
Universitas Sumatera Utara
46
Lanjutan Tabel 2.1.
Identitas Penelitian
Nadhiroh
(2013)
“Studi Empiris
Keputusan-Keputusan
Dividen,Investasi, Dan
Pendanaan Eksternal
Pada PerusahaanPerusahaan Indonesia
Yang Go Public di
Bursa Efek Indonesia.”
Variabel Penelitian
Variabel dependen: keputusan
dividen perusahaan.
Variabel independen: profit,
keputusan dividen
sebelumnya, keputusan
investasi dan pendanaan
eksternal.
Variabel dependen:
keputusan investasi.
Variabel independen:
keputusan dividen, keputusan
pendanaan eksternal, hutang
jangka panjang, profit, net
working capital dan
perubahan penjualan.
Variabel dependen:
keputusan pendanaan
eksternal.
Variabel independen:
keputusan investasi, keputusan
dividen, profit, net working
capital dan hutang jangka
panjang.
Zulkarnain
(2009)
Variabel Dependen:
Nilai Pemegang Saham
“Analisis Pengaruh Set
Kesempatan Investasi
Terhadap Pengaruh
Antara Aliran Kas
Bebas Dan Nilai
Pemegang Saham.”
Variabel Independen :
Aliran Kas Bebas
Qodriah
(2011)
Variabel Dependen:
Nilai Pasar Ekuitas
“Laba / Arus Kas
Sebagai Parametrik
KinerjaPerusahaan
Berdasarkan Siklus
Hidup Perusahaan.”
Variabel Independen:
1. Laba
2. Arus Kas Operasi
3. Arus Kas Investasi
4. Arus Kas Pendanaan
Hasil Penelitian
1. Variabel investasi dan pendanaan eksternal
menunjukkan hasil tidak signifikan untuk
persamaan dividen.
2. Estimasi dari model investasi menunjukkan
bahwa profit, likuiditas, leverage finansial
dan pendanaan eksternal lebih signifikan
3. Sedangkan variabel akselerator kapasitas
atau perubahan penjualan dan dividen tidak
menunjukkan determinasi yang signifikan
dalam model investasi ini.
4. Pendanaan eksternal, merupakan fungsi
dari profit, hutang jangka panjang, dan
investasi. Variabel net working capital dan
keputusan dividen tidak signifikan dalam
menentukan tingkat pendanaan eksternal.
5. Dalam hal kausalitas hubungan, terjadi
independensi hubungan antara keputusan
dividen dan keputusan investasi.
6. Independensi hubungan juga terjadi antara
keputusan dividen dengan keputusan
investasi.
7. Sedangkan antara keputusan investasi dan
keputusan pendanaan eksternal terjadi
hubungan sebab akibat dua arah yang
negatif.
Hasil pengujian pengaruh aliran kas bebas
berpengaruh positif dan semakin kuat
terhadap nilai pemegang saham ketika set
kesempatan investasi
Variabel Moderasi:
Set Kesempatan Investasi
1. Laba lebih relevan dibandingkan arus kas
terhadap nilai ekuitas pasar.
2. Variabel independen yang tidak
berhubungan dengan nilai pasar ekuitas
adalah arus kas operasi, arus kas investasi
dan arus kas pendanaan.
Universitas Sumatera Utara