RANGSANGAN PEMIJAHAN IKAN GABUS (Channa striata) MENGGUNAKAN EKSTRAK HIPOFISA IKAN GABUS
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 4(1) :91-102 (2016)
ISSN : 2303-2960
RANGSANGAN PEMIJAHAN IKAN GABUS (Channa striata) MENGGUNAKAN
EKSTRAK HIPOFISA IKAN GABUS
Induced Spawning of Snakehead Fish (Channa striata) Using Snakehead
Fish Pituitary Extract
Banie Abdan Sakuro1, Muslim1*, Yulisman1
1
PS.Akuakultur Fakultas Pertanian UNSRI
Kampus Indralaya Jl. Raya Palembang Prabumulih KM 32 Ogan Ilir Telp. 0711 7728874
*
Korespondensi email : muslim_bdaunsri@gmail.com
ABSTRACT
The aim of this research was to know the different of body weight ratio on spawning
latency period, total eggs, percentage of fertilized eggs and percentage of hatched eggs.
The research was conducted from March to April 2015 in Laboratorium Budidaya
Perairan, Agriculture Faculty, Sriwijaya University and Fish Breeding Unit Batanghari
Sembilan, Indralaya, Ogan Ilir. The research used experimental methode and it was
arranged in a completely randomize design with four treatments and three replications. The
pituitary extract induction with donor and recipient body weight ratio 1:1 (P1), 2:1 (P2),
3:1 (P3) and sintetic hormone induction (KP). The parameters observed were spawning
latency period, total eggs, percentage of fertilized eggs and percentage of hatched eggs.
The results showed that percentage of fertilized eggs 98.23-99.54% and percentage of
hatched eggs 51.66-64.33%. The fastest of spawning latency period were showed by P3
20.47 hours while the best of total eggs were showed by P3 6,112 eggs.
Keywords: Spawning, Pituitary extract, Ratio, Donor, Recipient
produktifitasnya
PENDAHULUAN
cenderung
menurun.
Pemanfaatan ikan gabus dilakukan mulai
Ikan
gabus
(Channa
striata )
merupakan salah satu komoditi air tawar
dari stadia benih hingga dewasa
Budidaya
ikan
gabus
dari
yang bernilai ekonomis. Ikan gabus dapat
pembenihan sampai pembesaran dapat
tumbuh dengan optimal di lahan rawa
dilakukan untuk mengeliminir penurunan
seperti
populasi
di
daerah
Sumatera
dan
ikan
gabus
di
alam.
Kalimantan. Pemanfaatan lahan rawa oleh
Keberlanjutan kegiatan pembesaran ikan
sektor perikanan masih didominasi oleh
gabus perlu ditunjang oleh penyediaan
kegiatan perikanan tangkap, terutama
benih (Gaffar et al., 2012). Penyediaan
untuk komoditi ikan gabus yang tingkat
benih untuk pembesaran ikan gabus masih
91
Sakura, et al. (2016)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia
mengandalkan hasil pemijahan alami yang
hipofisa ikan mas, HCG dan LHRHa
sifatnya musiman, sehingga kualitasnya
untuk pemijahan ikan gabus. Diameter
bervariasi, jumlahnya terbatas dan tidak
telur,
tersedia
pembuahan
secara
berkesinambungan
jumlah
telur
telur
dan
pada
persentase
pemijahan
2005). Untuk itu, teknologi
menggunakan ekstrak hipofisa ikan mas
pemijahan ikan gabus sangat diperlukan
tidak lebih baik daripada pemijahan
agar ketersediaan benih untuk pembesaran
menggunakan hormon sintetik. Hal ini
ikan gabus dapat tercukupi.
diduga karena ekstrak hipofisa ikan mas
(Fitriliyani,
Teknologi pemijahan ikan yang
yang bersifat universal tidak memberikan
sudah ada saat ini diantaranya adalah
hasil yang maksimal pada pemijahan ikan
manipulasi lingkungan pemijahan dan
gabus. Menurut Lagler et al. (1977) dalam
rangsangan
Rangsangan
Sutomo (1988), hasil yang paling baik
hormonal dalam pemijahan ikan adalah
dalam penggunaan ekstrak hipofisa adalah
memasukkan hormon eksternal ke dalam
kelenjar hipofisa dari jenis hewan yang
tubuh induk ikan untuk mempercepat
sama. Hipofisa ikan donor yang digunakan
proses pemijahan. Beberapa bahan yang
sebaiknya berasal dari ikan yang sejenis
telah
(Suriansyah et al., 2013).
hormonal.
digunakan
dalam
rangsangan
Penggunaan ekstrak hipofisa ikan
hormonal untuk pemijahan ikan hingga
saat
ini
diantaranya
chorionic
adalah
human
(HCG)
gonadotropin
dan
gabus untuk pemijahan ikan gabus hingga
saat
ini
belum
pernah
dilakukan.
hipofisa. Hossain et al. (2008), Haniffa et
Berdasarkan informasi ilmiah tersebut
al. (2000) dan Putra, (2010) dalam
maka perlu dilakukan penelitian tentang
penelitiannya menggunakan hipofisa ikan
pemijahan
mas untuk pemijahan ikan. Hipofisa ikan
ekstrak hipofisa ikan gabus. Putra (2010),
mas digunakan karena bersifat universal.
dalam penelitiannya menggunakan HCG
Hipofisa
dan ekstrak hipofisa ikan mas terhadap
dapat
mensekresikan
ikan
gabus
menggunakan
gonadotropin hormone (GtH) yang sangat
pemijahan
berguna dalam proses pemijahan. GtH
lateristriata ) dengan rasio bobot ikan
memberikan
donor
rangsangan
pada
saat
pemijahan.
Haniffa
penelitiannya
dan
ikan
pantau
resipien
(Rasbora
adalah
2:1.
Berdasarkan informasi tersebut diduga
et
al.
(2000),
menggunakan
dalam
bahwa rasio bobot tubuh donor dan
ekstrak
resipien ikan gabus yang berbeda memiliki
92
Sakura, et al. (2016)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia
perbedaan waktu laten pemijahan, jumlah
Bahan yang digunakan selama
telur, jumlah telur terbuahi dan jumlah
penelitian
antara
lain,
ikan
gabus
telur menetas.
resipien,ikan gabus donor, aquabidest,
hormon sintetik (Ovaprim®), alkohol dan
eceng gondok. Alat-alat yang digunakan
BAHAN DAN METODA
selama penelitian yaitu, timbangan digital,
mortar, spuit suntik, tube, sentrifuse,
Waktu dan Tempat
Penelitian
kolam terpal, transek, pH meter, DO meter
dilaksanakan
di
dan termometer.
Laboratorium Budidaya Perairan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sriwijaya dan Unit
Rancangan Penelitian
Pembenihan Rakyat Batanghari Sembilan,
Rancangan yang digunakan dalam
Indralaya, Ogan Ilir pada bulan Maret
penelitian ini adalah Rancangan Acak
sampai April 2015.
Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3
ulangan.
Induksi
ekstrak
hipofisa
Bahan
dengan rasio bobot tubuh ikan
adalah ikan gabus yang dibudidayakan di
resipien dan donor 1:1 (P1), 2:1 (P2), 3:1
daerah Pemulutan Barat, Indralaya. Induk
(P3) dan induksi hormon sintetik (KP).
ikan gabus yang digunakan
dipelihara
selama satu bulan sebelum digunakan.
Cara Kerja Persiapan Wadah
Induk ikan yang dipelihara diberi makan
Kolam pemijahan ikan gabus yang
berupa ikan rucah sebanyak 1 kg/hari
digunakan adalah kolam terpal dengan
dengan frekuensi 2 kali sehari. Bobot
ukuran 1x1x1 m3. Kolam dicuci terlebih
tubuh induk ikan gabus yang digunakan
dahulu sampai bersih, kemudian kolam
adalah 150±10 g. Ciri morfologi induk
tersebut diisi air sampai ketinggian 30 cm.
betina yang matang gonad adalah lubang
Setelah itu, kolam pemijahan ditambahkan
urogenital berwarna merah dan menonjol
substrat berupa eceng gondok sebanyak
keluar, perut membesar dan terasa lembek.
20% luas permukaan air kolam pemijahan.
Sedangkan ciri induk jantan yang matang
gonad adalah induk jantan mengeluarkan
Persiapan Induk
Induk ikan gabus yang digunakan
cairan sperma dengan cara diurut pada
bagian perutnya.
93
Sakura, et al. (2016)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia
Pengambilan dan Pengawetan Kelenjar
Penyuntikan Ekstrak Hipofisa
Kelenjar
Hipofisa
hipofisa
disuntikkan
Ikan gabus donor dipotong untuk
secara intramuscular. Ikan jantan dan
dipisahkan bagian kepala dengan bagian
betina disuntik secara berurutan. Ikan
tubuh lainnya. Kemudian kepala bagian
betina disuntik terlebih dahulu sesuai
atas dipotong dari bagian depan ke bagian
perlakuan.
belakang secara vertikal. Setelah kepala
disuntikkan pada P1 2 ml, P2 4 ml dan P3
terbelah, otak ikan akan terlihat. Kelenjar
6 ml. Sedangkan ikan jantan semua
hipofisa terdapat pada bagian bawah otak.
perlakuan disuntik dengan hormon sintetik
Kelenjar hipofisa diambil secara hati- hati
dengan dosis sama yaitu 0,5 ml/kg.
dengan menggunakan pinset. Setelah itu
Setelah disuntik, ikan dimasukkan ke
hipofisa dibersihkan sampai bersih dengan
dalam kolam pemijahan dan dibiarkan
cara direndam ke dalam alkohol 70%.
memijah secara alami.
Ekstrak
hipofisa
yang
Setelah bersih, hipofisa diawetkan dengan
cara direndam ke dalam alkohol 96%
Parameter yang Diamati Waktu Laten
(Andalusia et al.,
Pemijahan
2008). Pengawetan
Setelah 15 jam ikan yang sudah
hipofisa dilakukan selama 1 minggu.
dimasukkan ke dalam kolam pemijahan
diamati setiap 15 menit sekali untuk
Ekstraksi Kelenjar Hipofisa
Kelenjar
hipofisa
yang
sudah
mengetahui waktu laten pemijahan. Waktu
diawetkan diambil dan dikeringanginkan
laten
sampai
menggunakan rumus sebagai berikut:
kering.
Selanjutnya
kelenjar
hipofisa tersebut digerus sampai hancur di
dalam mortar. Setelah hancur kelenjar
pemijahannya
dihitung
waktu laten = waktu ovulasi – waktu
ikan disuntik hormon
hipofisa tersebut ditambahkan aquabides
sebanyak 2 ml/kg ikan donor. Setelah itu
Jumlah Telur
kelenjar hipofisa disentrifius selama 3
Jumlah
telur
dihitung
menit (Suriansyah et al., 2013). Setelah
menggunakan alat bantu berupa transek
disentrifus terdapat cairan bening, cairan
berukuran 12 x 12 cm2 yang terbuat dari
ini diambil dengan mengggunakan spuit
pipa plastik. Kemudian jumlah telurnya
suntik dan kemudian dimasukkan ke
dihitung menggunakan rumus sebagai
dalam ice box selama 20-30 menit.
berikut:
94
Sakura, et al. (2016)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia
Ʃ telur = Ʃ rerata telur per petak sampling x
Ʃ petak yang terisi telur
Telur
persentase
telur
terbuahi
dan
persentase telur menetas dianalisis secara
Telur yang tidak terbuahi dihitung
manual.
Waktu laten pemijahan dan jumlah
telur
Persentase Telur Terbuahi
secara
Analisa Data
yang
terbuahi
dihitung dari jumlah telur dikurangi
dengan telur yang tidak terbuahi. Setelah
itu persentase telur terbuahi dihitung
menggunakan rumus Effendie (1979):
persentase telur terbuahi = Ʃ telur terbuahi x 100%
Ʃ telur menetas
statistik menggunakan analisis keragaman
dengan tingkat kepercayaan 95%. Apabila
terdapat perbedaan antara perlakuan akan
dilakukan uji lanjut. Uji lanjut yang
digunakan adalah uji Beda Nyata Terkecil
(BNT). Fisika kimia air dianalisis secara
deskriptif.
Persentase Telur Menetas
Telur yang terbuahi diambil secara
HASIL DAN PEMBAHASAN
acak sebanyak 100 butir untuk ditetaskan
di dalam sutu wadah yang terpisah.
Setelah itu persentase telur
Waktu Laten Pemijahan
menetas
dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut:
Waktu laten pemijahan ikan gabus
yang
diperoleh
dari
hasil
peneltian
disajikan dalam Tabel 1.
persentase telur menetas
=
Ʃ telur menetas
Ʃ telur terbuahi yang ditetaskan
X 100%
Fisika Kimia Air
Fisika kimia air yang diukur adalah
Tabel 1. Waktu laten pemijahan ikan
gabus
Perlakuan
Rerata waktu laten
pemijahan ikan gabus
(jam)
(BNT 0,05=10,82)
KP
20,61a
temperatur, derajat keasaman, oksigen
P1
terlarut dan amonia. Fisika kimia air
P2
34,88b
29,49ab
diukur pada saat sebelum ikan dimasukkan
P3
20,47a
ke dalam kolam pemijahan, setelah ikan
memijah dan setelah telur menetas.
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf superskrip
yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda nyata
95
Sakura, et al. (2016)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia
Hasil
uji
lanjut
dengan
Sedangkan volume kelenjar hipofisa ikan
menggunakan uji beda nyata terkecil
donor
menunjukkan
dimasukkan ke dalam tubuh ikan resipien
bahwa
perlakuan
P1
pada
perlakuan
P3
yang
berbeda nyata (p≤ 0,05) dengan perlakuan
lebih
KP dan P3 sementara perlakuan P2
terkandung di dalamnya lebih banyak
berbeda tidak nyata dengan perlakuan
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
besar.
Sehingga
GtH
yang
Berdasarkan uji lanjut beda nyata
yang lainnya. Perlakuan P3 memperoleh
waktu laten pemijahan yang paling cepat
terkecil
perlakuan
KP
menghasilkan
sedangkan perlakuan P1
memperoleh
waktu laten pemijahan yang sama cepat
waktu laten pemijahan yang paling lama
dengan P3, hal ini diduga karena ikan
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
resipien pada perlakuan KP dan P3
Menurut Novianto (2004), jumlah
mengandung GtH yang sama banyak.
GnRH dan antidopamin yang lebih banyak
Selain itu hormon sintetik pada perlakuan
dapat menyebabkan sekresi gonadotropin
KP mengandung antidopamin yang dapat
hormone (GtH) oleh hipofisa semakin
menghambat
banyak. Jumlah GtH yang semakin banyak
Dopamin adalah hormon yang berfungsi
menyebabkan keberadaannya di dalam
untuk menghambat proses pemijahan.
plasma darah semakin lama sehingga
Sehingga bila hormon dopamin dihambat
dapat memaksimalkan proses pematangan
kerjanya maka proses pemijahan dapat
gonad dan mempercepat ovulasi. GtH
berlangsung lebih cepat. Hal ini sesuai
diproduksi dan dicurahkan langsung ke
dengan yang dinyatakan oleh Nuraini et
dalam pembuluh darah untuk dibawa
al.
sampai ke organ sasarannya (Sutomo,
sGnRH+domperidonmerupakan
1988). Hal ini sesuai dengan hasil yang
LH-RH yaitu perpaduan antara bahan
diperoleh selama penelitian yaitu volume
pelepas
kelenjar
penghambat dopamin.
hipofisa
ikan
donor
pada
kerja
hormon
(2013),
gonadotropin
dopamin.
bahwa
hormon
dan
bahan
perlakuan P1 yang dimasukkan ke dalam
tubuh
ikan
resipien
lebih
kecil
dibandingkan perlakuan lainnya. Sehingga
Jumlah Telur
Jumlah telur ikan gabus yang
diduga gonadotropin hormone (GtH) yang
diperoleh dari hasil penelitian disajikan
terkandung di dalamnya lebih sedikit.
dalam Tabel 2.
96
Sakura, et al. (2016)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia
mengandung GnRH dan antidopamin,
Tabel 2. Jumlah telur ikan gabus
Perlakuan
sedangkan perlakuan P3 ikan gabus
KP
Rerata jumlah telur
(butir) (BNT
0,05=3182,70)
6.472a
P1
P2
P3
1.557b
2.681b
6.112a
analisis
ekstrak
hipofisa
yang
mengandung GtH dan tidak mengandung
antidopamin tetapi dapat menghasilkan
jumlah telur yang tidak berbeda dengan
perlakuan KP. Hal ini diduga karena GtH
pada perlakuan P3 memiliki kemiripan
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf
superskrip yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata
Berdasarkan
diinduksikan
ragam,
jumlah telur yang diperoleh dari hasil
pengamatan yang telah dilakukan pada
penelitian berbeda nyata antara perlakuan.
Jumlah telur pada perlakuan KP dan P3
berbeda nyata (p≤ 0,05) dengan perlakuan
P1 dan P2. Perlakuan KP dan P3
menghasilkan jumlah telur yang lebih
banyak dibandingkan perlakuan P1 dan
P2. Nuraini et al. (2013), menyatakan
bahwa mekanisme kerja hormon akan
berjalan normal pada kadar tertentu,
dengan GtH di dalam tubuh induk ikan
resipien sehingga GtH yang disuntikkan
dapat
merangsang
terhadap targetnya. Hal ini sesuai dengan
untuk
mengeluarkan telur yang lebih banyak.
Menurut Sinjal (2007), pada ikan ada dua
macam
hormon
gonadotropin
yang
dihasilkan
oleh
adenohipofisis
yang
berperan
sebagai
follicle
stimulating
hormone (FSH) dan luteinizing hormone
(LH). Hormon tersebut FSH (GtH I), yang
merangsang perkembangan folikel melalui
sekresi estradiol-17β pada ovari dan LH
(GtH II) yang dibutuhkan untuk proses
pematangan akhir oosit.
Menurut Suriansyah et al. (2013),
penurunan atau peningkatannya diduga
akan menurunkan potensi biologis hormon
gonad
pemberian ekstrak kelenjar hipofisa ikan
betok dapat meningkatkan jumlah telur
hasil yang diperoleh selama penelitian
yang dikeluarkan pada waktu pemijahan
yaitu perlakuan P1 dan P2 yang diduga
ikan
memiliki kadar GtH yang lebih rendah
menghasilkan telur yang lebih sedikit
dibandingkan perlakuan KP dan P3.
Ikan gabus pada perlakuan KP
diinduksikan dengan hormon sintetik yang
betok.
Kelenjar
hipofisa
dapat
diperoleh dari hewan lain seperti hipofisa
mamalia, burung, reptilia atau amfibia.
Namun
hasil yang paling baik dalam
penggunaannya adalah kelenjar hipofisa
dari jenis hewan yang sama diikuti oleh
97
Sakura, et al. (2016)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia
marga yang sama, kemudian oleh suku
dengan proses vitellogenesis sebelum telur
yang sama genus yang sama dan spesies
diovulasikan. Telur memiliki daya tarik
yang sama (Sutomo, 1988).
berupa
zat
kimia
yang
dapat
mempengaruhi pergerakkan sperma untuk
mengerubungi sel telur (Miller, 1985
Persentase Telur Terbuahi
Persentase telur terbuahi yang
Suminto,
dalam
2010).
Ikan
yang
diperoleh dari hasil penelitian disajikan
digunakan selama penelitian mendapatkan
dalam Tabel 3.
nutrisi yang tercukupi selama proses
Tabel 3. Persentase telur terbuahi
pemeliharaan
dan
memiliki
tingkat
kematangan gonad yang sama. Hal ini
Perlakuan
Persentase telur
KP
terbuahi
99,42(%)
P1
98,23
yang tinggi. Persentase telur terbuahi
P2
98,33
dalam penelitian ini adalah 98-99%.
P3
99,54
terlihat dari
persentase pembuahannya
Zairin et al. (2005), menyatakan
bahwa pembuahan telur dalam pemijahan
Berdasarkan
ragam,
ikan juga ditentukan oleh kualitas dan
persentase telur terbuahi yang diperoleh
kuantitas sperma induk ikan jantan, yang
dari
dipengaruhi
hasil
analisis
pengamatan
yang
telah
oleh
nutrisi,
musim,
dilakukan pada penelitian tidak berbeda
temperatur, frekuensi pemakaian induk
nyata antara perlakuan. Persentase telur
jantan dan hereditas. Pada penelitian ini
terbuahi pada penelitian ini menunjukkan
diduga sperma yang dikeluarkan induk
nilai yang tinggi. Hal ini dikarenakan
ikan jantan memiliki motilitas di dalam air
hormon GtH yang berada dalam tubuh
yang
ikan dapat merangsang gonad dalam
membuahi sel telur dalam waktu yang
proses pemangan akhir, sehingga telur
singkat.
yang dikeluarkan dapat menghasilkan
menyatakan bahwa jika sel telur berada
persentase pembuahan yang tinggi. GtH
dalam air, air akan masuk diantara
berperan
cangkang dan inti,
dalam
merangsang
baik.
Sel
sperma
Kurniawan
et
harus
al.
bisa
(2013),
sehingga ruang
perkembangan folikel melalui sekresi
perivitelin
estradiol-17β pada ovari (Sinjal 2007).
mikrofil akan menutup dalam waktu satu
akan
mengembang,
dan
Pembuahan dipengaruhi kondisi
menit sehingga tidak ada sperma yang
kematangan telur ikan yang berkaitan
dapat masuk, maka daya membuahi sel
98
Sakura, et al. (2016)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia
telur mulai berkurang.
hormon
Persentase Telur Menetas
Persentase telur
menetas yang
sintetik
dibandingkan
lebih
dengan
rendah
ikan
yang
diperoleh dari hasil penelitian disajikan
disuntikkan dengan ekstrak hipofisa ikan
dalam Tabel 4.
gabus. Hal ini diduga karena beberapa
telur
Tabel 4. Persentase telur menetas
yang
belum
mencapai
tingkat
kematangan
akhir
ikut
dikeluarkan
bersamaan dengan telur
yang sudah
Perlakuan
Persentase telur menetas
KP
(%)
51,67
matang. Pengeluaran tersebut dipermudah
P1
58,67
oleh antidopamin yang terdapat pada
P2
64,33
hormon sintetik. Sehingga persentase telur
P3
64,00
menetas pada ikan yang disuntikkan
dengan hormon sintetik lebih rendah
Tingkat
berhubungan erat
penetasan
telur
dengan keberhasilan
pembuahan. Keberhasilan penetasan akan
menurun dengan semakin
dibandingkan
dengan
ikan
yang
disuntikkan dengan ekstrak hipofisa ikan
gabus.
Menurut
FAO (1990)
dalam
menurunnya
Suminto (2010), telur yang tidak matang
keberhasilan pembuahan atau sebaliknya
cenderung akan membentuk gumpalan dan
keberhasilan penetasan akan meningkat
jarang dapat terbuahi. Apabila terjadi
dengan
pembuahan,
semakin
meningkatnya
maka
embrionya
akan
keberhasilan pembuahan (Masrizal dan
mengalami perkembangan yang tidak
Efrizal, 1997 dalam Andalusia et al.,
normal sehingga tidak menetas.
2008). Persentase telur menetas yang
diperoleh selama penelitian yaitu antara
51,66-64,33%.
Pada penelitian ini persentase telur
menetas ikan yang disuntikkan dengan
Fisika Kimia Air
Fisika kimia air pemijahan ikan
gabus yang diperoleh dari hasil penelitian
disajikan dalam Tabel 5.
99
Sakura, et al. (2016)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia
Tabel 5. Fisika kimia air pemijahan ikan gabus
Suhu (0C)
29-30
27-30
27-30
29-30
25-32(1)
Perlakuan
KP
P1
P2
P3
Nilai Kisaran
DO (mg.L-1)
5,12-6,80
5,10-6,76
5,10-6,92
5,22-6,56
4-7(1)
pH
Amonia (mg.L-1)
6,80-8,48
0,015-0,024
6,60-7,97
0,011-0,013
6,53-7,74
0,013-0,015
6,80-7,33
0,011-0,020
(2)
6,5-9,0
ISSN : 2303-2960
RANGSANGAN PEMIJAHAN IKAN GABUS (Channa striata) MENGGUNAKAN
EKSTRAK HIPOFISA IKAN GABUS
Induced Spawning of Snakehead Fish (Channa striata) Using Snakehead
Fish Pituitary Extract
Banie Abdan Sakuro1, Muslim1*, Yulisman1
1
PS.Akuakultur Fakultas Pertanian UNSRI
Kampus Indralaya Jl. Raya Palembang Prabumulih KM 32 Ogan Ilir Telp. 0711 7728874
*
Korespondensi email : muslim_bdaunsri@gmail.com
ABSTRACT
The aim of this research was to know the different of body weight ratio on spawning
latency period, total eggs, percentage of fertilized eggs and percentage of hatched eggs.
The research was conducted from March to April 2015 in Laboratorium Budidaya
Perairan, Agriculture Faculty, Sriwijaya University and Fish Breeding Unit Batanghari
Sembilan, Indralaya, Ogan Ilir. The research used experimental methode and it was
arranged in a completely randomize design with four treatments and three replications. The
pituitary extract induction with donor and recipient body weight ratio 1:1 (P1), 2:1 (P2),
3:1 (P3) and sintetic hormone induction (KP). The parameters observed were spawning
latency period, total eggs, percentage of fertilized eggs and percentage of hatched eggs.
The results showed that percentage of fertilized eggs 98.23-99.54% and percentage of
hatched eggs 51.66-64.33%. The fastest of spawning latency period were showed by P3
20.47 hours while the best of total eggs were showed by P3 6,112 eggs.
Keywords: Spawning, Pituitary extract, Ratio, Donor, Recipient
produktifitasnya
PENDAHULUAN
cenderung
menurun.
Pemanfaatan ikan gabus dilakukan mulai
Ikan
gabus
(Channa
striata )
merupakan salah satu komoditi air tawar
dari stadia benih hingga dewasa
Budidaya
ikan
gabus
dari
yang bernilai ekonomis. Ikan gabus dapat
pembenihan sampai pembesaran dapat
tumbuh dengan optimal di lahan rawa
dilakukan untuk mengeliminir penurunan
seperti
populasi
di
daerah
Sumatera
dan
ikan
gabus
di
alam.
Kalimantan. Pemanfaatan lahan rawa oleh
Keberlanjutan kegiatan pembesaran ikan
sektor perikanan masih didominasi oleh
gabus perlu ditunjang oleh penyediaan
kegiatan perikanan tangkap, terutama
benih (Gaffar et al., 2012). Penyediaan
untuk komoditi ikan gabus yang tingkat
benih untuk pembesaran ikan gabus masih
91
Sakura, et al. (2016)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia
mengandalkan hasil pemijahan alami yang
hipofisa ikan mas, HCG dan LHRHa
sifatnya musiman, sehingga kualitasnya
untuk pemijahan ikan gabus. Diameter
bervariasi, jumlahnya terbatas dan tidak
telur,
tersedia
pembuahan
secara
berkesinambungan
jumlah
telur
telur
dan
pada
persentase
pemijahan
2005). Untuk itu, teknologi
menggunakan ekstrak hipofisa ikan mas
pemijahan ikan gabus sangat diperlukan
tidak lebih baik daripada pemijahan
agar ketersediaan benih untuk pembesaran
menggunakan hormon sintetik. Hal ini
ikan gabus dapat tercukupi.
diduga karena ekstrak hipofisa ikan mas
(Fitriliyani,
Teknologi pemijahan ikan yang
yang bersifat universal tidak memberikan
sudah ada saat ini diantaranya adalah
hasil yang maksimal pada pemijahan ikan
manipulasi lingkungan pemijahan dan
gabus. Menurut Lagler et al. (1977) dalam
rangsangan
Rangsangan
Sutomo (1988), hasil yang paling baik
hormonal dalam pemijahan ikan adalah
dalam penggunaan ekstrak hipofisa adalah
memasukkan hormon eksternal ke dalam
kelenjar hipofisa dari jenis hewan yang
tubuh induk ikan untuk mempercepat
sama. Hipofisa ikan donor yang digunakan
proses pemijahan. Beberapa bahan yang
sebaiknya berasal dari ikan yang sejenis
telah
(Suriansyah et al., 2013).
hormonal.
digunakan
dalam
rangsangan
Penggunaan ekstrak hipofisa ikan
hormonal untuk pemijahan ikan hingga
saat
ini
diantaranya
chorionic
adalah
human
(HCG)
gonadotropin
dan
gabus untuk pemijahan ikan gabus hingga
saat
ini
belum
pernah
dilakukan.
hipofisa. Hossain et al. (2008), Haniffa et
Berdasarkan informasi ilmiah tersebut
al. (2000) dan Putra, (2010) dalam
maka perlu dilakukan penelitian tentang
penelitiannya menggunakan hipofisa ikan
pemijahan
mas untuk pemijahan ikan. Hipofisa ikan
ekstrak hipofisa ikan gabus. Putra (2010),
mas digunakan karena bersifat universal.
dalam penelitiannya menggunakan HCG
Hipofisa
dan ekstrak hipofisa ikan mas terhadap
dapat
mensekresikan
ikan
gabus
menggunakan
gonadotropin hormone (GtH) yang sangat
pemijahan
berguna dalam proses pemijahan. GtH
lateristriata ) dengan rasio bobot ikan
memberikan
donor
rangsangan
pada
saat
pemijahan.
Haniffa
penelitiannya
dan
ikan
pantau
resipien
(Rasbora
adalah
2:1.
Berdasarkan informasi tersebut diduga
et
al.
(2000),
menggunakan
dalam
bahwa rasio bobot tubuh donor dan
ekstrak
resipien ikan gabus yang berbeda memiliki
92
Sakura, et al. (2016)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia
perbedaan waktu laten pemijahan, jumlah
Bahan yang digunakan selama
telur, jumlah telur terbuahi dan jumlah
penelitian
antara
lain,
ikan
gabus
telur menetas.
resipien,ikan gabus donor, aquabidest,
hormon sintetik (Ovaprim®), alkohol dan
eceng gondok. Alat-alat yang digunakan
BAHAN DAN METODA
selama penelitian yaitu, timbangan digital,
mortar, spuit suntik, tube, sentrifuse,
Waktu dan Tempat
Penelitian
kolam terpal, transek, pH meter, DO meter
dilaksanakan
di
dan termometer.
Laboratorium Budidaya Perairan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sriwijaya dan Unit
Rancangan Penelitian
Pembenihan Rakyat Batanghari Sembilan,
Rancangan yang digunakan dalam
Indralaya, Ogan Ilir pada bulan Maret
penelitian ini adalah Rancangan Acak
sampai April 2015.
Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3
ulangan.
Induksi
ekstrak
hipofisa
Bahan
dengan rasio bobot tubuh ikan
adalah ikan gabus yang dibudidayakan di
resipien dan donor 1:1 (P1), 2:1 (P2), 3:1
daerah Pemulutan Barat, Indralaya. Induk
(P3) dan induksi hormon sintetik (KP).
ikan gabus yang digunakan
dipelihara
selama satu bulan sebelum digunakan.
Cara Kerja Persiapan Wadah
Induk ikan yang dipelihara diberi makan
Kolam pemijahan ikan gabus yang
berupa ikan rucah sebanyak 1 kg/hari
digunakan adalah kolam terpal dengan
dengan frekuensi 2 kali sehari. Bobot
ukuran 1x1x1 m3. Kolam dicuci terlebih
tubuh induk ikan gabus yang digunakan
dahulu sampai bersih, kemudian kolam
adalah 150±10 g. Ciri morfologi induk
tersebut diisi air sampai ketinggian 30 cm.
betina yang matang gonad adalah lubang
Setelah itu, kolam pemijahan ditambahkan
urogenital berwarna merah dan menonjol
substrat berupa eceng gondok sebanyak
keluar, perut membesar dan terasa lembek.
20% luas permukaan air kolam pemijahan.
Sedangkan ciri induk jantan yang matang
gonad adalah induk jantan mengeluarkan
Persiapan Induk
Induk ikan gabus yang digunakan
cairan sperma dengan cara diurut pada
bagian perutnya.
93
Sakura, et al. (2016)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia
Pengambilan dan Pengawetan Kelenjar
Penyuntikan Ekstrak Hipofisa
Kelenjar
Hipofisa
hipofisa
disuntikkan
Ikan gabus donor dipotong untuk
secara intramuscular. Ikan jantan dan
dipisahkan bagian kepala dengan bagian
betina disuntik secara berurutan. Ikan
tubuh lainnya. Kemudian kepala bagian
betina disuntik terlebih dahulu sesuai
atas dipotong dari bagian depan ke bagian
perlakuan.
belakang secara vertikal. Setelah kepala
disuntikkan pada P1 2 ml, P2 4 ml dan P3
terbelah, otak ikan akan terlihat. Kelenjar
6 ml. Sedangkan ikan jantan semua
hipofisa terdapat pada bagian bawah otak.
perlakuan disuntik dengan hormon sintetik
Kelenjar hipofisa diambil secara hati- hati
dengan dosis sama yaitu 0,5 ml/kg.
dengan menggunakan pinset. Setelah itu
Setelah disuntik, ikan dimasukkan ke
hipofisa dibersihkan sampai bersih dengan
dalam kolam pemijahan dan dibiarkan
cara direndam ke dalam alkohol 70%.
memijah secara alami.
Ekstrak
hipofisa
yang
Setelah bersih, hipofisa diawetkan dengan
cara direndam ke dalam alkohol 96%
Parameter yang Diamati Waktu Laten
(Andalusia et al.,
Pemijahan
2008). Pengawetan
Setelah 15 jam ikan yang sudah
hipofisa dilakukan selama 1 minggu.
dimasukkan ke dalam kolam pemijahan
diamati setiap 15 menit sekali untuk
Ekstraksi Kelenjar Hipofisa
Kelenjar
hipofisa
yang
sudah
mengetahui waktu laten pemijahan. Waktu
diawetkan diambil dan dikeringanginkan
laten
sampai
menggunakan rumus sebagai berikut:
kering.
Selanjutnya
kelenjar
hipofisa tersebut digerus sampai hancur di
dalam mortar. Setelah hancur kelenjar
pemijahannya
dihitung
waktu laten = waktu ovulasi – waktu
ikan disuntik hormon
hipofisa tersebut ditambahkan aquabides
sebanyak 2 ml/kg ikan donor. Setelah itu
Jumlah Telur
kelenjar hipofisa disentrifius selama 3
Jumlah
telur
dihitung
menit (Suriansyah et al., 2013). Setelah
menggunakan alat bantu berupa transek
disentrifus terdapat cairan bening, cairan
berukuran 12 x 12 cm2 yang terbuat dari
ini diambil dengan mengggunakan spuit
pipa plastik. Kemudian jumlah telurnya
suntik dan kemudian dimasukkan ke
dihitung menggunakan rumus sebagai
dalam ice box selama 20-30 menit.
berikut:
94
Sakura, et al. (2016)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia
Ʃ telur = Ʃ rerata telur per petak sampling x
Ʃ petak yang terisi telur
Telur
persentase
telur
terbuahi
dan
persentase telur menetas dianalisis secara
Telur yang tidak terbuahi dihitung
manual.
Waktu laten pemijahan dan jumlah
telur
Persentase Telur Terbuahi
secara
Analisa Data
yang
terbuahi
dihitung dari jumlah telur dikurangi
dengan telur yang tidak terbuahi. Setelah
itu persentase telur terbuahi dihitung
menggunakan rumus Effendie (1979):
persentase telur terbuahi = Ʃ telur terbuahi x 100%
Ʃ telur menetas
statistik menggunakan analisis keragaman
dengan tingkat kepercayaan 95%. Apabila
terdapat perbedaan antara perlakuan akan
dilakukan uji lanjut. Uji lanjut yang
digunakan adalah uji Beda Nyata Terkecil
(BNT). Fisika kimia air dianalisis secara
deskriptif.
Persentase Telur Menetas
Telur yang terbuahi diambil secara
HASIL DAN PEMBAHASAN
acak sebanyak 100 butir untuk ditetaskan
di dalam sutu wadah yang terpisah.
Setelah itu persentase telur
Waktu Laten Pemijahan
menetas
dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut:
Waktu laten pemijahan ikan gabus
yang
diperoleh
dari
hasil
peneltian
disajikan dalam Tabel 1.
persentase telur menetas
=
Ʃ telur menetas
Ʃ telur terbuahi yang ditetaskan
X 100%
Fisika Kimia Air
Fisika kimia air yang diukur adalah
Tabel 1. Waktu laten pemijahan ikan
gabus
Perlakuan
Rerata waktu laten
pemijahan ikan gabus
(jam)
(BNT 0,05=10,82)
KP
20,61a
temperatur, derajat keasaman, oksigen
P1
terlarut dan amonia. Fisika kimia air
P2
34,88b
29,49ab
diukur pada saat sebelum ikan dimasukkan
P3
20,47a
ke dalam kolam pemijahan, setelah ikan
memijah dan setelah telur menetas.
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf superskrip
yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda nyata
95
Sakura, et al. (2016)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia
Hasil
uji
lanjut
dengan
Sedangkan volume kelenjar hipofisa ikan
menggunakan uji beda nyata terkecil
donor
menunjukkan
dimasukkan ke dalam tubuh ikan resipien
bahwa
perlakuan
P1
pada
perlakuan
P3
yang
berbeda nyata (p≤ 0,05) dengan perlakuan
lebih
KP dan P3 sementara perlakuan P2
terkandung di dalamnya lebih banyak
berbeda tidak nyata dengan perlakuan
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
besar.
Sehingga
GtH
yang
Berdasarkan uji lanjut beda nyata
yang lainnya. Perlakuan P3 memperoleh
waktu laten pemijahan yang paling cepat
terkecil
perlakuan
KP
menghasilkan
sedangkan perlakuan P1
memperoleh
waktu laten pemijahan yang sama cepat
waktu laten pemijahan yang paling lama
dengan P3, hal ini diduga karena ikan
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
resipien pada perlakuan KP dan P3
Menurut Novianto (2004), jumlah
mengandung GtH yang sama banyak.
GnRH dan antidopamin yang lebih banyak
Selain itu hormon sintetik pada perlakuan
dapat menyebabkan sekresi gonadotropin
KP mengandung antidopamin yang dapat
hormone (GtH) oleh hipofisa semakin
menghambat
banyak. Jumlah GtH yang semakin banyak
Dopamin adalah hormon yang berfungsi
menyebabkan keberadaannya di dalam
untuk menghambat proses pemijahan.
plasma darah semakin lama sehingga
Sehingga bila hormon dopamin dihambat
dapat memaksimalkan proses pematangan
kerjanya maka proses pemijahan dapat
gonad dan mempercepat ovulasi. GtH
berlangsung lebih cepat. Hal ini sesuai
diproduksi dan dicurahkan langsung ke
dengan yang dinyatakan oleh Nuraini et
dalam pembuluh darah untuk dibawa
al.
sampai ke organ sasarannya (Sutomo,
sGnRH+domperidonmerupakan
1988). Hal ini sesuai dengan hasil yang
LH-RH yaitu perpaduan antara bahan
diperoleh selama penelitian yaitu volume
pelepas
kelenjar
penghambat dopamin.
hipofisa
ikan
donor
pada
kerja
hormon
(2013),
gonadotropin
dopamin.
bahwa
hormon
dan
bahan
perlakuan P1 yang dimasukkan ke dalam
tubuh
ikan
resipien
lebih
kecil
dibandingkan perlakuan lainnya. Sehingga
Jumlah Telur
Jumlah telur ikan gabus yang
diduga gonadotropin hormone (GtH) yang
diperoleh dari hasil penelitian disajikan
terkandung di dalamnya lebih sedikit.
dalam Tabel 2.
96
Sakura, et al. (2016)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia
mengandung GnRH dan antidopamin,
Tabel 2. Jumlah telur ikan gabus
Perlakuan
sedangkan perlakuan P3 ikan gabus
KP
Rerata jumlah telur
(butir) (BNT
0,05=3182,70)
6.472a
P1
P2
P3
1.557b
2.681b
6.112a
analisis
ekstrak
hipofisa
yang
mengandung GtH dan tidak mengandung
antidopamin tetapi dapat menghasilkan
jumlah telur yang tidak berbeda dengan
perlakuan KP. Hal ini diduga karena GtH
pada perlakuan P3 memiliki kemiripan
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf
superskrip yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata
Berdasarkan
diinduksikan
ragam,
jumlah telur yang diperoleh dari hasil
pengamatan yang telah dilakukan pada
penelitian berbeda nyata antara perlakuan.
Jumlah telur pada perlakuan KP dan P3
berbeda nyata (p≤ 0,05) dengan perlakuan
P1 dan P2. Perlakuan KP dan P3
menghasilkan jumlah telur yang lebih
banyak dibandingkan perlakuan P1 dan
P2. Nuraini et al. (2013), menyatakan
bahwa mekanisme kerja hormon akan
berjalan normal pada kadar tertentu,
dengan GtH di dalam tubuh induk ikan
resipien sehingga GtH yang disuntikkan
dapat
merangsang
terhadap targetnya. Hal ini sesuai dengan
untuk
mengeluarkan telur yang lebih banyak.
Menurut Sinjal (2007), pada ikan ada dua
macam
hormon
gonadotropin
yang
dihasilkan
oleh
adenohipofisis
yang
berperan
sebagai
follicle
stimulating
hormone (FSH) dan luteinizing hormone
(LH). Hormon tersebut FSH (GtH I), yang
merangsang perkembangan folikel melalui
sekresi estradiol-17β pada ovari dan LH
(GtH II) yang dibutuhkan untuk proses
pematangan akhir oosit.
Menurut Suriansyah et al. (2013),
penurunan atau peningkatannya diduga
akan menurunkan potensi biologis hormon
gonad
pemberian ekstrak kelenjar hipofisa ikan
betok dapat meningkatkan jumlah telur
hasil yang diperoleh selama penelitian
yang dikeluarkan pada waktu pemijahan
yaitu perlakuan P1 dan P2 yang diduga
ikan
memiliki kadar GtH yang lebih rendah
menghasilkan telur yang lebih sedikit
dibandingkan perlakuan KP dan P3.
Ikan gabus pada perlakuan KP
diinduksikan dengan hormon sintetik yang
betok.
Kelenjar
hipofisa
dapat
diperoleh dari hewan lain seperti hipofisa
mamalia, burung, reptilia atau amfibia.
Namun
hasil yang paling baik dalam
penggunaannya adalah kelenjar hipofisa
dari jenis hewan yang sama diikuti oleh
97
Sakura, et al. (2016)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia
marga yang sama, kemudian oleh suku
dengan proses vitellogenesis sebelum telur
yang sama genus yang sama dan spesies
diovulasikan. Telur memiliki daya tarik
yang sama (Sutomo, 1988).
berupa
zat
kimia
yang
dapat
mempengaruhi pergerakkan sperma untuk
mengerubungi sel telur (Miller, 1985
Persentase Telur Terbuahi
Persentase telur terbuahi yang
Suminto,
dalam
2010).
Ikan
yang
diperoleh dari hasil penelitian disajikan
digunakan selama penelitian mendapatkan
dalam Tabel 3.
nutrisi yang tercukupi selama proses
Tabel 3. Persentase telur terbuahi
pemeliharaan
dan
memiliki
tingkat
kematangan gonad yang sama. Hal ini
Perlakuan
Persentase telur
KP
terbuahi
99,42(%)
P1
98,23
yang tinggi. Persentase telur terbuahi
P2
98,33
dalam penelitian ini adalah 98-99%.
P3
99,54
terlihat dari
persentase pembuahannya
Zairin et al. (2005), menyatakan
bahwa pembuahan telur dalam pemijahan
Berdasarkan
ragam,
ikan juga ditentukan oleh kualitas dan
persentase telur terbuahi yang diperoleh
kuantitas sperma induk ikan jantan, yang
dari
dipengaruhi
hasil
analisis
pengamatan
yang
telah
oleh
nutrisi,
musim,
dilakukan pada penelitian tidak berbeda
temperatur, frekuensi pemakaian induk
nyata antara perlakuan. Persentase telur
jantan dan hereditas. Pada penelitian ini
terbuahi pada penelitian ini menunjukkan
diduga sperma yang dikeluarkan induk
nilai yang tinggi. Hal ini dikarenakan
ikan jantan memiliki motilitas di dalam air
hormon GtH yang berada dalam tubuh
yang
ikan dapat merangsang gonad dalam
membuahi sel telur dalam waktu yang
proses pemangan akhir, sehingga telur
singkat.
yang dikeluarkan dapat menghasilkan
menyatakan bahwa jika sel telur berada
persentase pembuahan yang tinggi. GtH
dalam air, air akan masuk diantara
berperan
cangkang dan inti,
dalam
merangsang
baik.
Sel
sperma
Kurniawan
et
harus
al.
bisa
(2013),
sehingga ruang
perkembangan folikel melalui sekresi
perivitelin
estradiol-17β pada ovari (Sinjal 2007).
mikrofil akan menutup dalam waktu satu
akan
mengembang,
dan
Pembuahan dipengaruhi kondisi
menit sehingga tidak ada sperma yang
kematangan telur ikan yang berkaitan
dapat masuk, maka daya membuahi sel
98
Sakura, et al. (2016)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia
telur mulai berkurang.
hormon
Persentase Telur Menetas
Persentase telur
menetas yang
sintetik
dibandingkan
lebih
dengan
rendah
ikan
yang
diperoleh dari hasil penelitian disajikan
disuntikkan dengan ekstrak hipofisa ikan
dalam Tabel 4.
gabus. Hal ini diduga karena beberapa
telur
Tabel 4. Persentase telur menetas
yang
belum
mencapai
tingkat
kematangan
akhir
ikut
dikeluarkan
bersamaan dengan telur
yang sudah
Perlakuan
Persentase telur menetas
KP
(%)
51,67
matang. Pengeluaran tersebut dipermudah
P1
58,67
oleh antidopamin yang terdapat pada
P2
64,33
hormon sintetik. Sehingga persentase telur
P3
64,00
menetas pada ikan yang disuntikkan
dengan hormon sintetik lebih rendah
Tingkat
berhubungan erat
penetasan
telur
dengan keberhasilan
pembuahan. Keberhasilan penetasan akan
menurun dengan semakin
dibandingkan
dengan
ikan
yang
disuntikkan dengan ekstrak hipofisa ikan
gabus.
Menurut
FAO (1990)
dalam
menurunnya
Suminto (2010), telur yang tidak matang
keberhasilan pembuahan atau sebaliknya
cenderung akan membentuk gumpalan dan
keberhasilan penetasan akan meningkat
jarang dapat terbuahi. Apabila terjadi
dengan
pembuahan,
semakin
meningkatnya
maka
embrionya
akan
keberhasilan pembuahan (Masrizal dan
mengalami perkembangan yang tidak
Efrizal, 1997 dalam Andalusia et al.,
normal sehingga tidak menetas.
2008). Persentase telur menetas yang
diperoleh selama penelitian yaitu antara
51,66-64,33%.
Pada penelitian ini persentase telur
menetas ikan yang disuntikkan dengan
Fisika Kimia Air
Fisika kimia air pemijahan ikan
gabus yang diperoleh dari hasil penelitian
disajikan dalam Tabel 5.
99
Sakura, et al. (2016)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia
Tabel 5. Fisika kimia air pemijahan ikan gabus
Suhu (0C)
29-30
27-30
27-30
29-30
25-32(1)
Perlakuan
KP
P1
P2
P3
Nilai Kisaran
DO (mg.L-1)
5,12-6,80
5,10-6,76
5,10-6,92
5,22-6,56
4-7(1)
pH
Amonia (mg.L-1)
6,80-8,48
0,015-0,024
6,60-7,97
0,011-0,013
6,53-7,74
0,013-0,015
6,80-7,33
0,011-0,020
(2)
6,5-9,0