RANGSANGAN PEMIJAHAN IKAN GABUS (Channa striata) MENGGUNAKAN EKSTRAK HIPOFISA IKAN GABUS

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 4(1) :91-102 (2016)

ISSN : 2303-2960

RANGSANGAN PEMIJAHAN IKAN GABUS (Channa striata) MENGGUNAKAN
EKSTRAK HIPOFISA IKAN GABUS

Induced Spawning of Snakehead Fish (Channa striata) Using Snakehead
Fish Pituitary Extract
Banie Abdan Sakuro1, Muslim1*, Yulisman1
1

PS.Akuakultur Fakultas Pertanian UNSRI
Kampus Indralaya Jl. Raya Palembang Prabumulih KM 32 Ogan Ilir Telp. 0711 7728874
*
Korespondensi email : muslim_bdaunsri@gmail.com
ABSTRACT
The aim of this research was to know the different of body weight ratio on spawning
latency period, total eggs, percentage of fertilized eggs and percentage of hatched eggs.
The research was conducted from March to April 2015 in Laboratorium Budidaya
Perairan, Agriculture Faculty, Sriwijaya University and Fish Breeding Unit Batanghari

Sembilan, Indralaya, Ogan Ilir. The research used experimental methode and it was
arranged in a completely randomize design with four treatments and three replications. The
pituitary extract induction with donor and recipient body weight ratio 1:1 (P1), 2:1 (P2),
3:1 (P3) and sintetic hormone induction (KP). The parameters observed were spawning
latency period, total eggs, percentage of fertilized eggs and percentage of hatched eggs.
The results showed that percentage of fertilized eggs 98.23-99.54% and percentage of
hatched eggs 51.66-64.33%. The fastest of spawning latency period were showed by P3
20.47 hours while the best of total eggs were showed by P3 6,112 eggs.
Keywords: Spawning, Pituitary extract, Ratio, Donor, Recipient

produktifitasnya

PENDAHULUAN

cenderung

menurun.

Pemanfaatan ikan gabus dilakukan mulai
Ikan


gabus

(Channa

striata )

merupakan salah satu komoditi air tawar

dari stadia benih hingga dewasa
Budidaya

ikan

gabus

dari

yang bernilai ekonomis. Ikan gabus dapat


pembenihan sampai pembesaran dapat

tumbuh dengan optimal di lahan rawa

dilakukan untuk mengeliminir penurunan

seperti

populasi

di

daerah

Sumatera

dan

ikan


gabus

di

alam.

Kalimantan. Pemanfaatan lahan rawa oleh

Keberlanjutan kegiatan pembesaran ikan

sektor perikanan masih didominasi oleh

gabus perlu ditunjang oleh penyediaan

kegiatan perikanan tangkap, terutama

benih (Gaffar et al., 2012). Penyediaan

untuk komoditi ikan gabus yang tingkat


benih untuk pembesaran ikan gabus masih
91

Sakura, et al. (2016)

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia

mengandalkan hasil pemijahan alami yang

hipofisa ikan mas, HCG dan LHRHa

sifatnya musiman, sehingga kualitasnya

untuk pemijahan ikan gabus. Diameter

bervariasi, jumlahnya terbatas dan tidak

telur,

tersedia


pembuahan

secara

berkesinambungan

jumlah

telur
telur

dan
pada

persentase
pemijahan

2005). Untuk itu, teknologi


menggunakan ekstrak hipofisa ikan mas

pemijahan ikan gabus sangat diperlukan

tidak lebih baik daripada pemijahan

agar ketersediaan benih untuk pembesaran

menggunakan hormon sintetik. Hal ini

ikan gabus dapat tercukupi.

diduga karena ekstrak hipofisa ikan mas

(Fitriliyani,

Teknologi pemijahan ikan yang

yang bersifat universal tidak memberikan


sudah ada saat ini diantaranya adalah

hasil yang maksimal pada pemijahan ikan

manipulasi lingkungan pemijahan dan

gabus. Menurut Lagler et al. (1977) dalam

rangsangan

Rangsangan

Sutomo (1988), hasil yang paling baik

hormonal dalam pemijahan ikan adalah

dalam penggunaan ekstrak hipofisa adalah

memasukkan hormon eksternal ke dalam


kelenjar hipofisa dari jenis hewan yang

tubuh induk ikan untuk mempercepat

sama. Hipofisa ikan donor yang digunakan

proses pemijahan. Beberapa bahan yang

sebaiknya berasal dari ikan yang sejenis

telah

(Suriansyah et al., 2013).

hormonal.

digunakan

dalam


rangsangan

Penggunaan ekstrak hipofisa ikan

hormonal untuk pemijahan ikan hingga
saat

ini

diantaranya

chorionic

adalah

human

(HCG)

gonadotropin


dan

gabus untuk pemijahan ikan gabus hingga
saat

ini

belum

pernah

dilakukan.

hipofisa. Hossain et al. (2008), Haniffa et

Berdasarkan informasi ilmiah tersebut

al. (2000) dan Putra, (2010) dalam

maka perlu dilakukan penelitian tentang

penelitiannya menggunakan hipofisa ikan

pemijahan

mas untuk pemijahan ikan. Hipofisa ikan

ekstrak hipofisa ikan gabus. Putra (2010),

mas digunakan karena bersifat universal.

dalam penelitiannya menggunakan HCG

Hipofisa

dan ekstrak hipofisa ikan mas terhadap

dapat

mensekresikan

ikan

gabus

menggunakan

gonadotropin hormone (GtH) yang sangat

pemijahan

berguna dalam proses pemijahan. GtH

lateristriata ) dengan rasio bobot ikan

memberikan

donor

rangsangan

pada

saat

pemijahan.
Haniffa
penelitiannya

dan

ikan

pantau

resipien

(Rasbora

adalah

2:1.

Berdasarkan informasi tersebut diduga
et

al.

(2000),

menggunakan

dalam

bahwa rasio bobot tubuh donor dan

ekstrak

resipien ikan gabus yang berbeda memiliki
92

Sakura, et al. (2016)

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia

perbedaan waktu laten pemijahan, jumlah

Bahan yang digunakan selama

telur, jumlah telur terbuahi dan jumlah

penelitian

antara

lain,

ikan

gabus

telur menetas.

resipien,ikan gabus donor, aquabidest,
hormon sintetik (Ovaprim®), alkohol dan
eceng gondok. Alat-alat yang digunakan

BAHAN DAN METODA

selama penelitian yaitu, timbangan digital,
mortar, spuit suntik, tube, sentrifuse,

Waktu dan Tempat
Penelitian

kolam terpal, transek, pH meter, DO meter
dilaksanakan

di

dan termometer.

Laboratorium Budidaya Perairan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sriwijaya dan Unit

Rancangan Penelitian

Pembenihan Rakyat Batanghari Sembilan,

Rancangan yang digunakan dalam

Indralaya, Ogan Ilir pada bulan Maret

penelitian ini adalah Rancangan Acak

sampai April 2015.

Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3
ulangan.

Induksi

ekstrak

hipofisa

Bahan
dengan rasio bobot tubuh ikan

adalah ikan gabus yang dibudidayakan di

resipien dan donor 1:1 (P1), 2:1 (P2), 3:1

daerah Pemulutan Barat, Indralaya. Induk

(P3) dan induksi hormon sintetik (KP).

ikan gabus yang digunakan

dipelihara

selama satu bulan sebelum digunakan.
Cara Kerja Persiapan Wadah

Induk ikan yang dipelihara diberi makan

Kolam pemijahan ikan gabus yang

berupa ikan rucah sebanyak 1 kg/hari

digunakan adalah kolam terpal dengan

dengan frekuensi 2 kali sehari. Bobot

ukuran 1x1x1 m3. Kolam dicuci terlebih

tubuh induk ikan gabus yang digunakan

dahulu sampai bersih, kemudian kolam

adalah 150±10 g. Ciri morfologi induk

tersebut diisi air sampai ketinggian 30 cm.

betina yang matang gonad adalah lubang

Setelah itu, kolam pemijahan ditambahkan

urogenital berwarna merah dan menonjol

substrat berupa eceng gondok sebanyak

keluar, perut membesar dan terasa lembek.

20% luas permukaan air kolam pemijahan.

Sedangkan ciri induk jantan yang matang
gonad adalah induk jantan mengeluarkan

Persiapan Induk
Induk ikan gabus yang digunakan

cairan sperma dengan cara diurut pada
bagian perutnya.
93

Sakura, et al. (2016)

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia

Pengambilan dan Pengawetan Kelenjar

Penyuntikan Ekstrak Hipofisa
Kelenjar

Hipofisa

hipofisa

disuntikkan

Ikan gabus donor dipotong untuk

secara intramuscular. Ikan jantan dan

dipisahkan bagian kepala dengan bagian

betina disuntik secara berurutan. Ikan

tubuh lainnya. Kemudian kepala bagian

betina disuntik terlebih dahulu sesuai

atas dipotong dari bagian depan ke bagian

perlakuan.

belakang secara vertikal. Setelah kepala

disuntikkan pada P1 2 ml, P2 4 ml dan P3

terbelah, otak ikan akan terlihat. Kelenjar

6 ml. Sedangkan ikan jantan semua

hipofisa terdapat pada bagian bawah otak.

perlakuan disuntik dengan hormon sintetik

Kelenjar hipofisa diambil secara hati- hati

dengan dosis sama yaitu 0,5 ml/kg.

dengan menggunakan pinset. Setelah itu

Setelah disuntik, ikan dimasukkan ke

hipofisa dibersihkan sampai bersih dengan

dalam kolam pemijahan dan dibiarkan

cara direndam ke dalam alkohol 70%.

memijah secara alami.

Ekstrak

hipofisa

yang

Setelah bersih, hipofisa diawetkan dengan
cara direndam ke dalam alkohol 96%

Parameter yang Diamati Waktu Laten

(Andalusia et al.,

Pemijahan

2008). Pengawetan

Setelah 15 jam ikan yang sudah

hipofisa dilakukan selama 1 minggu.

dimasukkan ke dalam kolam pemijahan
diamati setiap 15 menit sekali untuk

Ekstraksi Kelenjar Hipofisa
Kelenjar

hipofisa

yang

sudah

mengetahui waktu laten pemijahan. Waktu

diawetkan diambil dan dikeringanginkan

laten

sampai

menggunakan rumus sebagai berikut:

kering.

Selanjutnya

kelenjar

hipofisa tersebut digerus sampai hancur di
dalam mortar. Setelah hancur kelenjar

pemijahannya

dihitung

waktu laten = waktu ovulasi – waktu
ikan disuntik hormon

hipofisa tersebut ditambahkan aquabides
sebanyak 2 ml/kg ikan donor. Setelah itu

Jumlah Telur

kelenjar hipofisa disentrifius selama 3

Jumlah

telur

dihitung

menit (Suriansyah et al., 2013). Setelah

menggunakan alat bantu berupa transek

disentrifus terdapat cairan bening, cairan

berukuran 12 x 12 cm2 yang terbuat dari

ini diambil dengan mengggunakan spuit

pipa plastik. Kemudian jumlah telurnya

suntik dan kemudian dimasukkan ke

dihitung menggunakan rumus sebagai

dalam ice box selama 20-30 menit.

berikut:
94

Sakura, et al. (2016)

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia

Ʃ telur = Ʃ rerata telur per petak sampling x
Ʃ petak yang terisi telur

Telur

persentase

telur

terbuahi

dan

persentase telur menetas dianalisis secara

Telur yang tidak terbuahi dihitung
manual.

Waktu laten pemijahan dan jumlah
telur

Persentase Telur Terbuahi

secara

Analisa Data

yang

terbuahi

dihitung dari jumlah telur dikurangi
dengan telur yang tidak terbuahi. Setelah
itu persentase telur terbuahi dihitung
menggunakan rumus Effendie (1979):
persentase telur terbuahi = Ʃ telur terbuahi x 100%
Ʃ telur menetas

statistik menggunakan analisis keragaman
dengan tingkat kepercayaan 95%. Apabila
terdapat perbedaan antara perlakuan akan
dilakukan uji lanjut. Uji lanjut yang
digunakan adalah uji Beda Nyata Terkecil
(BNT). Fisika kimia air dianalisis secara
deskriptif.

Persentase Telur Menetas
Telur yang terbuahi diambil secara

HASIL DAN PEMBAHASAN

acak sebanyak 100 butir untuk ditetaskan
di dalam sutu wadah yang terpisah.
Setelah itu persentase telur

Waktu Laten Pemijahan

menetas

dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut:

Waktu laten pemijahan ikan gabus
yang

diperoleh

dari

hasil

peneltian

disajikan dalam Tabel 1.

persentase telur menetas
=

Ʃ telur menetas
Ʃ telur terbuahi yang ditetaskan

X 100%

Fisika Kimia Air
Fisika kimia air yang diukur adalah

Tabel 1. Waktu laten pemijahan ikan
gabus
Perlakuan
Rerata waktu laten
pemijahan ikan gabus
(jam)
(BNT 0,05=10,82)
KP
20,61a

temperatur, derajat keasaman, oksigen

P1

terlarut dan amonia. Fisika kimia air

P2

34,88b
29,49ab

diukur pada saat sebelum ikan dimasukkan

P3

20,47a

ke dalam kolam pemijahan, setelah ikan
memijah dan setelah telur menetas.

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf superskrip
yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda nyata

95

Sakura, et al. (2016)

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia

Hasil

uji

lanjut

dengan

Sedangkan volume kelenjar hipofisa ikan

menggunakan uji beda nyata terkecil

donor

menunjukkan

dimasukkan ke dalam tubuh ikan resipien

bahwa

perlakuan

P1

pada

perlakuan

P3

yang

berbeda nyata (p≤ 0,05) dengan perlakuan

lebih

KP dan P3 sementara perlakuan P2

terkandung di dalamnya lebih banyak

berbeda tidak nyata dengan perlakuan

dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

besar.

Sehingga

GtH

yang

Berdasarkan uji lanjut beda nyata

yang lainnya. Perlakuan P3 memperoleh
waktu laten pemijahan yang paling cepat

terkecil

perlakuan

KP

menghasilkan

sedangkan perlakuan P1

memperoleh

waktu laten pemijahan yang sama cepat

waktu laten pemijahan yang paling lama

dengan P3, hal ini diduga karena ikan

dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

resipien pada perlakuan KP dan P3

Menurut Novianto (2004), jumlah

mengandung GtH yang sama banyak.

GnRH dan antidopamin yang lebih banyak

Selain itu hormon sintetik pada perlakuan

dapat menyebabkan sekresi gonadotropin

KP mengandung antidopamin yang dapat

hormone (GtH) oleh hipofisa semakin

menghambat

banyak. Jumlah GtH yang semakin banyak

Dopamin adalah hormon yang berfungsi

menyebabkan keberadaannya di dalam

untuk menghambat proses pemijahan.

plasma darah semakin lama sehingga

Sehingga bila hormon dopamin dihambat

dapat memaksimalkan proses pematangan

kerjanya maka proses pemijahan dapat

gonad dan mempercepat ovulasi. GtH

berlangsung lebih cepat. Hal ini sesuai

diproduksi dan dicurahkan langsung ke

dengan yang dinyatakan oleh Nuraini et

dalam pembuluh darah untuk dibawa

al.

sampai ke organ sasarannya (Sutomo,

sGnRH+domperidonmerupakan

1988). Hal ini sesuai dengan hasil yang

LH-RH yaitu perpaduan antara bahan

diperoleh selama penelitian yaitu volume

pelepas

kelenjar

penghambat dopamin.

hipofisa

ikan

donor

pada

kerja

hormon

(2013),

gonadotropin

dopamin.

bahwa
hormon

dan

bahan

perlakuan P1 yang dimasukkan ke dalam
tubuh

ikan

resipien

lebih

kecil

dibandingkan perlakuan lainnya. Sehingga

Jumlah Telur
Jumlah telur ikan gabus yang

diduga gonadotropin hormone (GtH) yang

diperoleh dari hasil penelitian disajikan

terkandung di dalamnya lebih sedikit.

dalam Tabel 2.
96

Sakura, et al. (2016)

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia

mengandung GnRH dan antidopamin,
Tabel 2. Jumlah telur ikan gabus
Perlakuan

sedangkan perlakuan P3 ikan gabus

KP

Rerata jumlah telur
(butir) (BNT
0,05=3182,70)
6.472a

P1
P2
P3

1.557b
2.681b
6.112a

analisis

ekstrak

hipofisa

yang

mengandung GtH dan tidak mengandung
antidopamin tetapi dapat menghasilkan
jumlah telur yang tidak berbeda dengan
perlakuan KP. Hal ini diduga karena GtH
pada perlakuan P3 memiliki kemiripan

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf
superskrip yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata

Berdasarkan

diinduksikan

ragam,

jumlah telur yang diperoleh dari hasil
pengamatan yang telah dilakukan pada
penelitian berbeda nyata antara perlakuan.
Jumlah telur pada perlakuan KP dan P3
berbeda nyata (p≤ 0,05) dengan perlakuan
P1 dan P2. Perlakuan KP dan P3
menghasilkan jumlah telur yang lebih
banyak dibandingkan perlakuan P1 dan
P2. Nuraini et al. (2013), menyatakan
bahwa mekanisme kerja hormon akan
berjalan normal pada kadar tertentu,

dengan GtH di dalam tubuh induk ikan
resipien sehingga GtH yang disuntikkan
dapat

merangsang

terhadap targetnya. Hal ini sesuai dengan

untuk

mengeluarkan telur yang lebih banyak.
Menurut Sinjal (2007), pada ikan ada dua
macam

hormon

gonadotropin

yang

dihasilkan

oleh

adenohipofisis

yang

berperan

sebagai

follicle

stimulating

hormone (FSH) dan luteinizing hormone

(LH). Hormon tersebut FSH (GtH I), yang
merangsang perkembangan folikel melalui
sekresi estradiol-17β pada ovari dan LH
(GtH II) yang dibutuhkan untuk proses
pematangan akhir oosit.
Menurut Suriansyah et al. (2013),

penurunan atau peningkatannya diduga
akan menurunkan potensi biologis hormon

gonad

pemberian ekstrak kelenjar hipofisa ikan
betok dapat meningkatkan jumlah telur

hasil yang diperoleh selama penelitian

yang dikeluarkan pada waktu pemijahan

yaitu perlakuan P1 dan P2 yang diduga

ikan

memiliki kadar GtH yang lebih rendah
menghasilkan telur yang lebih sedikit
dibandingkan perlakuan KP dan P3.
Ikan gabus pada perlakuan KP
diinduksikan dengan hormon sintetik yang

betok.

Kelenjar

hipofisa

dapat

diperoleh dari hewan lain seperti hipofisa
mamalia, burung, reptilia atau amfibia.
Namun

hasil yang paling baik dalam

penggunaannya adalah kelenjar hipofisa
dari jenis hewan yang sama diikuti oleh
97

Sakura, et al. (2016)

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia

marga yang sama, kemudian oleh suku

dengan proses vitellogenesis sebelum telur

yang sama genus yang sama dan spesies

diovulasikan. Telur memiliki daya tarik

yang sama (Sutomo, 1988).

berupa

zat

kimia

yang

dapat

mempengaruhi pergerakkan sperma untuk
mengerubungi sel telur (Miller, 1985

Persentase Telur Terbuahi
Persentase telur terbuahi yang

Suminto,

dalam

2010).

Ikan

yang

diperoleh dari hasil penelitian disajikan

digunakan selama penelitian mendapatkan

dalam Tabel 3.

nutrisi yang tercukupi selama proses

Tabel 3. Persentase telur terbuahi

pemeliharaan

dan

memiliki

tingkat

kematangan gonad yang sama. Hal ini

Perlakuan

Persentase telur

KP

terbuahi
99,42(%)

P1

98,23

yang tinggi. Persentase telur terbuahi

P2

98,33

dalam penelitian ini adalah 98-99%.

P3

99,54

terlihat dari

persentase pembuahannya

Zairin et al. (2005), menyatakan
bahwa pembuahan telur dalam pemijahan

Berdasarkan

ragam,

ikan juga ditentukan oleh kualitas dan

persentase telur terbuahi yang diperoleh

kuantitas sperma induk ikan jantan, yang

dari

dipengaruhi

hasil

analisis

pengamatan

yang

telah

oleh

nutrisi,

musim,

dilakukan pada penelitian tidak berbeda

temperatur, frekuensi pemakaian induk

nyata antara perlakuan. Persentase telur

jantan dan hereditas. Pada penelitian ini

terbuahi pada penelitian ini menunjukkan

diduga sperma yang dikeluarkan induk

nilai yang tinggi. Hal ini dikarenakan

ikan jantan memiliki motilitas di dalam air

hormon GtH yang berada dalam tubuh

yang

ikan dapat merangsang gonad dalam

membuahi sel telur dalam waktu yang

proses pemangan akhir, sehingga telur

singkat.

yang dikeluarkan dapat menghasilkan

menyatakan bahwa jika sel telur berada

persentase pembuahan yang tinggi. GtH

dalam air, air akan masuk diantara

berperan

cangkang dan inti,

dalam

merangsang

baik.

Sel

sperma

Kurniawan

et

harus

al.

bisa

(2013),

sehingga ruang

perkembangan folikel melalui sekresi

perivitelin

estradiol-17β pada ovari (Sinjal 2007).

mikrofil akan menutup dalam waktu satu

akan

mengembang,

dan

Pembuahan dipengaruhi kondisi

menit sehingga tidak ada sperma yang

kematangan telur ikan yang berkaitan

dapat masuk, maka daya membuahi sel
98

Sakura, et al. (2016)

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia

telur mulai berkurang.
hormon

Persentase Telur Menetas
Persentase telur

menetas yang

sintetik

dibandingkan

lebih

dengan

rendah

ikan

yang

diperoleh dari hasil penelitian disajikan

disuntikkan dengan ekstrak hipofisa ikan

dalam Tabel 4.

gabus. Hal ini diduga karena beberapa
telur

Tabel 4. Persentase telur menetas

yang

belum

mencapai

tingkat

kematangan

akhir

ikut

dikeluarkan

bersamaan dengan telur

yang sudah

Perlakuan

Persentase telur menetas

KP

(%)
51,67

matang. Pengeluaran tersebut dipermudah

P1

58,67

oleh antidopamin yang terdapat pada

P2

64,33

hormon sintetik. Sehingga persentase telur

P3

64,00

menetas pada ikan yang disuntikkan
dengan hormon sintetik lebih rendah

Tingkat
berhubungan erat

penetasan

telur

dengan keberhasilan

pembuahan. Keberhasilan penetasan akan
menurun dengan semakin

dibandingkan

dengan

ikan

yang

disuntikkan dengan ekstrak hipofisa ikan
gabus.

Menurut

FAO (1990)

dalam

menurunnya

Suminto (2010), telur yang tidak matang

keberhasilan pembuahan atau sebaliknya

cenderung akan membentuk gumpalan dan

keberhasilan penetasan akan meningkat

jarang dapat terbuahi. Apabila terjadi

dengan

pembuahan,

semakin

meningkatnya

maka

embrionya

akan

keberhasilan pembuahan (Masrizal dan

mengalami perkembangan yang tidak

Efrizal, 1997 dalam Andalusia et al.,

normal sehingga tidak menetas.

2008). Persentase telur menetas yang
diperoleh selama penelitian yaitu antara
51,66-64,33%.
Pada penelitian ini persentase telur
menetas ikan yang disuntikkan dengan

Fisika Kimia Air
Fisika kimia air pemijahan ikan
gabus yang diperoleh dari hasil penelitian
disajikan dalam Tabel 5.

99

Sakura, et al. (2016)

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia

Tabel 5. Fisika kimia air pemijahan ikan gabus
Suhu (0C)
29-30
27-30
27-30
29-30
25-32(1)

Perlakuan
KP
P1
P2
P3
Nilai Kisaran

DO (mg.L-1)
5,12-6,80
5,10-6,76
5,10-6,92
5,22-6,56
4-7(1)

pH
Amonia (mg.L-1)
6,80-8,48
0,015-0,024
6,60-7,97
0,011-0,013
6,53-7,74
0,013-0,015
6,80-7,33
0,011-0,020
(2)
6,5-9,0