ANALISIS PORTER COCA COLA

ANALISIS PORTER’S FIVE FORCES
PT COCA-COLA COMPANY

Oleh :
Kelompok 4
Anneke Justitia Bioty

1410521003

Ranggi Putri Rendi

1410521005

Aisah Anugerah Qadri1410521011
Ananda Putri Wahyuni

1410521059

Indri Ani Wulandari

1410522073


Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi
Universitas Andalas
Padang

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Kondisi Umum Coca-Cola Company
Coca-Cola Company adalah produsen, distributor, dan pemasarkan konsentrat
minuman nonalkohol terbesar di dunia (termasuk minuman ringan berkarbonasi) dan sirup.
Ini awalnya didirikan di Amerika Serikat pada tahun 1886.
Coca-Cola memiliki brand recognition yang kuat di seluruh dunia. Perusahaan ini
memiliki nilai merek terkemuka dan portofolio merek yang kuat. Interbrand, sebuah
konsultan pencitraan merek, memberi peringkat Coca-Cola merek terkemuka teratas di
peringkat merek global terbaik mereka pada tahun 2009 dan 2010. Pada tahun 2010, CocaCola dihargai sebesar US $ 70.452 juta di tahun 2006.
Selanjutnya, Coca-Cola memiliki portofolio merek produk yang besar. Coca-Cola
memiliki atau memberi lisensi lebih dari 500 merek, dengan portofolio lebih dari 3.500
minuman. Produk meliputi diet dan minuman berkilau biasa, jus buah 100%, minuman buah,
minuman olahraga dan energi, teh dan kopi, dan minuman berbasis susu dan kedelai.

Perusahaan ini memiliki dan memasarkan empat dari lima merek minuman ringan teratas di
dunia: Coca-Cola, Diet Coke, Sprite dan Fanta.
Coca-Cola Company (Coca-Cola), pembuat minuman ringan terkemuka di dunia,
beroperasi di lebih dari 200 negara dan menjual 400 merek minuman nonalkohol. Coca-Cola
juga merupakan merek yang paling berharga di dunia. Coca-Cola adalah perusahaan sukses
yang diakui secara global. Coca-Cola didirikan pada bulan Mei 1886 dan berlanjut selama
lebih dari satu abad melalui masa perang dan perdamaian, kemakmuran dan depresi dan
ledakan ekonomi dan bust. Pada akhir 1990-an, Coca-Cola adalah salah satu perusahaan yang
paling dihormati di dunia, yang kemudian dikenal sebagai tim manajemen yang sangat
sukses. Sejak tahun 1998, perusahaan telah berjuang dengan kelemahan internal dan ancaman
eksternal.
1.2 Alasan Dilakukan Analisis
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui, kekuatan mana yang paling berpengaruh
diantara Five Force’s Michael Porter pada perusahaan Coca-Cola.
1.3 Kerangka Analisis dan Sistematika Analisis

Dilakukan analisis satu persatu terhadap five force’s yang ada pada perusahaan CocaCola. Setelah dianalisis satu persatu, nanti didapatkan kesimpulan force’s mana yang
paling berpengaruh terhadap perusahaan Coca-Cola.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Konsep Porter’s Five Forces
Portes’s Five Forces Analysis adalah suatu alat untuk memahami dimana letak
kekuatan perusahaan dalam menghadapi situasi persaingan di dunia bisnis. Dengan
mengunakan Analisis Lima Kekuatan ini, kita dapat memahami kekuatan posisi persaingan
saat ini dan kekuatan posisi persaingan pada bisnis yang sedang direncanakan. Konsep ini
pertama kali dikemukakan oleh Michael Porter dari Universitas Harvard pada tahun 1979.
Michael Porter juga dikenal sebagai Bapak Strategi Bisnis Modern. Analisis Lima Kekuatan
Porter atau Porter’s Five Forces Analysis ini merupakan salah satu Analisis yang sering
Threath Of
Entry

digunakan dalam Manajemen Strategi sebuah perusahaan. Berikut ini adalah masing-masing
forces dari Porter’s Five Forces, yaitu:

Bargaining
Power of
Suppliers

Rivalry

within
Industry

Bargaining
Power of
Buyers

Threath Of
Substitute
Product

Pada Bagan tersebut kemudian ditunjukkan pendefinisian peran dalam Porter 5 Forces pada
industri telekomunikasi di Indonesia, yaitu:


Threath of Entry adalah ancaman produk minuman bersoda yang akan masuk ke



dalam industri minuman.

Bargaining Power of Buyers adalah pelanggan sebagai konsumen dari produk cocacola, dapat merupakan pelanggan yang baru akan mengonsumsi produk coca-cola,



maupun pelanggan coca-cola yang ada
Bargaining Power of Suppliers adalah vendor penyedia berbagai komoditas yang



dibutuhkan oleh Coca-Cola.
Threath of Substitute adalah ancaman dari adanya produk sejenis yaitu Pepsi. Produk
ini memiliki kualifikasi yang hampir sama, yang berbeda besar terdapat pada proses



aktivitasnya.
Rivalry within Industry adalah persaingan antar yang ada dalam industri minuman.

2.2 Analisis Porter 5 Forces
1. Ancaman Pendatang Baru

Pendatang baru pada suatu industri membawa kapasitas baru, keinginan untuk
merebut bagian pasar, serta seringkali juga sumber daya yang besar. Akibatnya harga dapat
menjadi turun dan biaya membengkak sehingga mengurangi kemampulabaan. Ancaman
masuknya pendatang baru ke dalam industri tergantung pada rintangan masuk yang ada,
digantung dengan reaksi dari para pesaing yang sudah ada yang dapat diperkirakan oleh si
pendatang baru. Jika rintangan atau hambatan ini besar dan/atau pendatang baru
memperkirakan akan ada perlawanan yang keras dari muka-muka lama, maka ancaman
masuk pendatang baru akan rendah.
Ada 6 sumber rintangan masuk:
a. Skala Ekonomis
Untuk mencapai skala ekonomis perusahaan harus memproduksi produk
dalam jumlah besar. Untuk pendatang baru tidak bisa memproduksi produk dalam
jumlah besar karena belum tentu bisa memproduksi produk sebanyak pemain lama.
Perusahaan seperti Coca-cola mampu memproduksi produk dalam jumlah besar
dikarenakan permintaan dari konsumen mengenai produk Coca-Cola. Ditambah
dengan brand dari Coca-cola yang telah memiliki positioning di benak pelanggan.
rintangan masuk pesaing baru untuk masuk ke industri yang sama dengan perusahaan
Coca-cola sangat tinggi.

b. Diferensiasi Produk

Perusahaan tertentu mempunyai identifikasi merek dan kesetiaan pelanggan
yang disebabkan oleh periklanan, pelayanan pelanggan, perbedaan produk di masa
yang lampau, atau sekedar karena merupakan perusahaan pertama yang memasuki
industri. Diferensiasi menciptakan hambatan masuk dengan memaksa pedatang baru
mengeluarkan biaya yang besar untuk mengatasi kesetiaan pelanggan yang ada.

Coca-cola memiliki sejarah panjang tentang periklanan. Hal ini membuat
mereka mendominasi dengan brand dan loyalitas konsumen yang kuat di seluruh
dunia. Ini membuat hampir tidak mungkin bagi peserta baru untuk mencocokkan
skala pangsa ini di pasar ini.

c. Kekuatan Modal
Untuk memasuki industri ini, dibutuhkan biaya tetap yang tinggi untuk
kegiatan produksi, gudang, truk, tenaga kerja dan pemasaran. Pendatang baru
mungkin perlu membangun pabrik pembotolan mereka, biaya iklan, biaya distribusi
dll. Hal ini membutuhkan modal dalam jumlah besar. Oleh karena itu, sulit bagi
pendatang baru untuk mengeluarkan biaya yang cukup besar.
d. Biaya Beralih Pemasok (Switching Cost)
Hambatan masuk tercipta dengan adanya biaya beralih pemasok, yaitu biaya
satu kali (one time costs) yang harus dikeluarkan pembeli bilamana berpindah dari

produk pemasok tertentu ke produk pemasok lainnya. Biaya peralihan ini dapat
meliputi biaya melatih kembali karyawan, biaya peralatan pelengkap yang baru, biaya
dan waktu untuk menguji atau menerima sumber baru, kebutuhan akan bantuan teknis
sebagai akibat ketergantungan pada bantuan rekayasa penjual, desain ulang produk
atau bahkan biaya psikis karena merusak hubungan.
Biaya switching cost untuk Coca-cola company ini sangat besar bisa dilihat
dari segi pergantian peralatan pabrik baru yang membutuhkan biaya besar. Dan itu
sangat sulit untuk dilakukan oleh pendatang baru.

e. Akses ke Saluran Distribusi
Hambatan masuk dapat ditimbulkan dengan adanya kebutuhan dari pendatang
baru untuk mengamankan distribusi induknya. Bila mana saluran distribusi untuk
produk tersebut telah ditantang oleh perusahaan yang sudah mapan, perusahaan baru
harus membujuk saluran tersebut agar menerima produknya melalui cara-cara
penurunan harga, periklanan dan sebagainya yang akan mengurangi laba. Makin
terbatas saluran pedagang besar atau pengecer untuk suatu produk dan makin banyak

pesaing yang telah mengikat saluran ini jelas akan makin berat masuk ke dalam
industri. Pesaing yang ada akan tetap berada pada saluran ini karena hubungan yang
terjalin sudah lama, pelayanan bermutu tinggi atau bahkan hubungan ekslusif dimana

saluran terikat pada produsen tertentu.

Secara umum, pengecer mendapatkan keuntungan yang besar dari penjualan
produk Coca-cola. Sulit bagi pendatang baru untuk meyakinkan pengecer untuk
mengganti Coca-Cola produk baru mereka yang notabene memiliki dengan harga
lebih rendah. Bahkan pendatang baru pun bersedia membayar persentase marjin yang
sama, harga produk mereka mungkin tidak sebanding dengan Coca-Cola.
Pendatang baru sulit untuk mendapatkan akses saluran distribusi dikarena
produk baru biasanya dijual dengan harga murah dan itu akan memberikan
keuntungan yang besar bagi pengecer dan sangat sulit bagi pendatang baru untuk
mendapatkan jalur distribusi yang baik. Maka dari segi akses saluran distribusi,
rintangan masuk pesaing baru untuk perusahaan Coca-cola sangat tinggi.

f. Kebijakan Pemerintah
Coca-cola memiliki hak paten terhadap mereknya. Hak paten tersebut
melarang untuk meniru merek dari Coca-Cola. Dengan adanya hak paten tersebut
membuat pendatang baru susah untuk bersaing dengan Coca-cola atau menyamakan
produk pendatang baru dengan produk coca-cola. Jika ketahuan melakukan plagiat
akan membuat pendatang baru tersebut harus mengeluarkan biaya yang besar atas
plagiat yang dilakukannya.

Maka dari segi akses kebijakan pemerintah, rintangan masuk pesaing baru
untuk masuk ke industri yang sama dengan perusahaan Coca-cola sangat tinggi.
Dapat disimpulkan, ancaman pendatang baru relatif rendah terhadap Coca-Cola.

2. Kekuatan Penawaran Pembeli
Pembeli bersaing dengan industri dengan cara memaksa harga turun, tawar-menawar
untuk mutu yang lebih tinggi, dan pelayanan yang lebih baik. Kekuatan dari tiap-tiap
kelompok pembeli yang penting dalam industri tergantung pada sejumlah karakteristik situasi

pasarnya dan pada kepentingan relatif pembeliannya dari industri yang bersangkutan
dibandingkan dengan keseluruhan bisnis pembeli tersebut.
Indikator dalam kekuatan penawaran pembeli dijelaskan sebagai berikut:
a.

Pembeli Terpusat
Apabila pembelian didominasi oleh kelompok pembeli tertentu maka akan
memperkuat kekuatan tawar menawar dari pembeli. Dalam industri ini, produkproduk coca-cola didistribusikan melalui supermarket, swalayan, restoran, toko
makanan hingga warung-warung kecil. Pembeli berasal dari semua kalangan
mencakup segala usia dari anak kecil, remaja, dan orang dewasa dengan latar
belakang pendidikan dan pekerjaan yang berbeda. Produk Coca Cola pun dapat

dinikmati di lebih dari 200 negara.
Wilayah operasi dan penjualan produk Coca-cola company mencakup:
 Afrika
 Asia Tenggara, Asia Timur, dan Asia Pasifik
 Uni Eropa
 Amerika Latin
 Amerika Utara
 Asia Utara, Eurasia, dan Timur Tengah
Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelian tidak dilakukan oleh kelompok
pembelian terpusat. Sehingga kekuatan tawar menawar pembeli rendah pada
indikator ini.

b. Kapasitas Pembelian
Apabila produk dibeli merupakan pengeluaran yang besar dari pembeli maka pembeli
akan cenderung selektif dalam membelanjakan dananya sehingga akan memperkuat
kekuatan penawaran pembeli.
Pada tahun 2011, Asosiasi Industri Minuman Ringan Indonesia (ASRIM) menyatakan
bahwa dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, tingkat konsumsi minuman
berkarbonasi rakyat Indonesia masih rendah yaitu hanya 33 liter/kapita. Hal ini lebih
rendah bila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya seperti Thailand yang mana
konsumsi minuman ringan berkarbonasi penduduknya mencapai 89 liter/kapita,
Singapura 141 liter/kapita, dan Filipina 122 liter/kapita. Hal ini mungkin terjadi
karena tingkat konsumsi minuman ringan berkarbonasi dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti tingkat ekonomi, lifestyle, dan akses untuk memperoleh minuman

berkarbonasi itu sendiri. Dari 33 liter/kapita tersebut biaya yang dikeluarkan rata-rata
+ Rp 300.000/orang dalam setahun. Biaya yang dikeluarkan tersebut merupakan
pengeluaran yang tidak terlalu besar dari pembeli, sehingga pembeli cenderung tidak
selektif untuk memilih produk minuman yang mereka inginkan.
Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa kekuatan tawar menawar pembeli rendah
pada indikator ini.
c. Differensiasi Produk
Dengan tidak adanya diferensiasi produk, pembeli akan mudah menemukan produk
minuman lain dalam industri, sehingga akan menguatkan posisi penawaran pembeli.
Saat ini, The Coca-Cola Company memiliki lebih dari 3.500 minuman, baik itu
minuman soda diet dan minuman soda biasa, jus buah dan minuman buah,
air, minuman energi, teh dan kopi, susu, dan lainnya. Semua tersebar di berbagai
negara, termasuk Indonesia. Produk tersebut diantaranya:
1.
2.
3.
4.
5.

Coca-cola (diet coke,coca-cola zero)
Sprite (sprite, sprite zero)
Fanta (strawberry, vitamin C, fruit punch, orange, blueberry)
Frestea (tea drink: jasmine, green tea, apel-markisa-lemon)
Minute Maid (Minute maid Pulpy: orange, o’manggo, tropical; Minute Maid

6.
7.
8.
9.

Nutriboost)
Schweppes (carbonat water)
Ades (mineral water)
Aquarius (isotonik drink)
A&W (rootbeer drink), dan lain lain

Dengan memahami kebutuhan dan perilaku konsumen, serta potensi kekayaan alam
Indonesia, Coca-Cola berinovasi dengan menciptakan produk-produk baru yang
menjadikan produk minuman cepat saji Coca-Cola mempunyai rasa dan pilihan yang
beragam. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara lebih spesifik, pada tahun
2002 Coca-Cola meluncurkan AQUARIUS, minuman isotonik yang diperuntukkan
bagi mereka yang aktif dan gemar berolahraga. Pada tahun yang sama, Coca-Cola
Indonesia meluncurkan Frestea, teh dalam kemasan botol dengan aroma bunga melati
yang khas. Pada tahun 2003, Fanta menghadirkan campuran dua rasa buah, orange
dan mango, yang disebut “Fanta Oranggo”, setelah pada tahun sebelumnya sukses
meluncurkan Fanta Nanas. Pada tahun ini pula, Coca-Cola Indonesia meluncurkan
Sunfill – produk minuman Sirup dan Serbuk instan rasa buah. Dengan inovasi, Coca-

Cola yakin bahwa produk-produk yang ditawarkan akan mampu memenuhi kebutuhan
pasar di Indonesia.
Selain

berinovasi

pada

produk-produk

baru,

Coca-Cola

juga

mencoba

mengembangkan desain kemasan minuman, serta meningkatkan kualitasnya. Setelah
meluncurkan Frestea dalam kemasan botol, pada akhir tahun 2002, Coca-Cola
Indonesia meluncurkan Frestea dalam kemasan Tetra Wedge yang lebih mudah dan
praktis untuk dibawa. Pada akhir 2003, Coca-Cola, Sprite, dan Fanta hadir dalam
kemasan kaleng ramping baru yang unik. Pada tahun 2004 ini, Coca-Cola hadir
dengan inovasi terbaru yaitu botol gelas berbobot lebih ringan 30 % dengan desain
mungil, imut, tapi kuat. Inovasi kemasan produk akan terus dikembangkan sesuai
dengan perkembangan teknologi terbaru.
Meskipun perusahaan lain juga menawarkan produk dengan jenis yang serupa dengan
produk Coca Cola Company baik itu coke, minuman bersoda rasa buah, root beer,
minuman isotonik, air mineral, minuman rasa buah, teh, dll. Namun Coca Cola
Company tetap menguasai sebagian besar pasar di industri ini. Hal itu dikarenakan ia
menyediakan lebih dari 3.500 minuman yang akan memenuhi semua segmen pasar
dan memenuhi kebutuhan konsumen secara lebih spesifik. Pengembangan produk dan
berbagai inovasi rasa maupun kemasan telah menjadi kekuatan tersendiri bagi Coca
Cola Company. Selain itu, Coca Cola Company memiliki sejarah panjang tentang
periklanan. Hal ini membuat mereka mendominasi dengan brand dan loyalitas
konsumen yang kuat di seluruh dunia.
Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat differensiasi produk pada Coca
Cola Company. Sehingga, kekuatan tawar menawar pembeli rendah pada indikator
ini.
d. Switching Cost
Dengan switching cost yang rendah, pembeli dapat berpindah produk dengan mudah,
sehingga akan meningkatkan kekuatan penawaran pembeli. Dari industri ini dapat
dilihat bahwa pembeli dapat dengan mudah beralih produk tanpa memerlukan
switching cost yang berarti. Pembeli dapat dengan mudah beralih dari Sprite ke
Frestea atau pun dari Coca Cola Zero ke Pepsi Cola.
Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa kekuatan tawar menawar pembeli tinggi
pada indikator ini.
e. Informasi tentang Produk

Pembeli yang memiliki informasi lengkap tentang produk seperti rasa, kandungan
minuman, harga, dan kualitas akan mudah untuk beralih ke produk lain yang lebih
baik sehingga akan meningkatkan kekuatan penawaran pembeli. Banyak media yang
dapat digunakan untuk menyampaikan informasi produk terhadap pelanggan seperti:
media cetak dan elektronik, website perusahaan, gerai pelayanan pelanggan, call
center, maupun terlibat dalam sebuah event.
Berdasarkan survei Nielsen Consumer Media View yang dilakukan di 11 kota di
Indonesia pada tahun 2017, penetrasi televisi masih memimpin dengan 96% disusul
dengan media luar ruang (53%), internet (44%), radio (37%), koran (7%), tabloid dan
majalah (3%). Sebagaimana yang tercantum pada Grafik 2.2

Grafik 2.2

Penetrasi Media di Indonesia Tahun 2017

15.42%2.92% 1.25%

18.33%

22.08%

Sumber: Nielsen Consumer Media View, 2017

Televisi
Media Luar Ruang
Internet
40.00%
Radio
Koran
Tabloid dan Majalah

Strategi pemasaran Coca-Cola mempunyai ciri khas tersendiri, yang unik dan kreatif.
Berbagai program promosi diadakan sesuai dengan event yang sedang berlangsung.
Pada tahun 2004 ini, iklan Coca-Cola versi Kabayan dinobatkan sebagai iklan paling
efektif dalam bulan Februari dan Maret versi survei TV Ad Monitor MRI.
Dengan informasi yang lengkap, pembeli berada dalam posisi yang baik untuk
menjamin bahwa mereka mendapatkan produk dengan harga dan kualitas yang paling
menguntungkan dibandingkan dengan yang lain. Dari hal tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kekuatan tawar menawar pembeli tinggi pada indikator ini.

f. Sensitivitas Harga Pembeli
Sensitivitas harga pembeli dapat ditentukan dari jumlah pendapatannya dengan biaya
yang dikeluarkannya. Jika biaya yang dikeluarkan pembeli cenderung memberatkan
dibandingkan pendapatannya maka pembeli ini akan sensitif terhadap harga yang
ditawarkan atau dengan kata lain, pendapatan yang rendah menimbulkan rangsangan
yang besar untuk menekan biaya. Selain itu, sensitivitas harga terjadi apabila pembeli
membeli produk yang tidak terdifferensiasi atau produk yang mutunya tidak terlalu
penting bagi mereka. Pelanggan yang memiliki sensitivitas harga akan memilih suatu
produk dari perusahaan yang menawarkan harga yang lebih kompetitif dibandingkan
perusahaan lain. Pelanggan cenderung akan memilih perusahaan yang menawarkan
produk dengan rasa dan kualitas yang cukup baik dengan harga terjangkau dan
bahkan lebih rendah dari perusahaan lain. Misalnya Coca Cola 1,5 L ditawarkan
seharga Rp. 11.000 sedangkan Big Cola 1,5 L hanya Rp. 10.000. Pembeli yang
sensitif harga akan lebih memilih Big Cola yang memiliki rasa yang serupa dengan
harga yang lebih rendah. Namun, jika biaya yang dikeluarkan pembeli cenderung
rendah dibandingkan pendapatannya yang tinggi maka pembeli ini cenderung kurang
sensitif terhadap harga yang ditawarkan oleh perusahaan karena hal tersebut tidak
mengganggu kondisi keuangannya secara keseluruhan.
Berikut adalah grafik yang memuat jenis pekerjaan di Indonesia dilengkapi dengan
jumlah pekerjanya. Tingkat pendapatan masyarakat indonesia dapat ditaksir dari jenis
pekerjaannya.
Grafik
Keadaan Angkatan Kerja Indonesia 2014

Dari grafik diatas didapatkan pekerjaa masyarakat Indonesia yang paling dominan
adalah mengurus rumah tangga, buruh tani dan perikanan, tenaga penyedia jasa dan
tenaga penjualan di pasar, dan pekerjaan dasar, dimana rata-rata pendapatannya tidak
tinggi sehingga cenderung sensitif terhadap harga.
Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa kekuatan tawar menawar pembeli tinggi
pada indikator ini.

Tabel
Hasil Analisis
Indikator Tiap Variabel Kekuatan Penawaran Pembeli
Variabel
Pembeli terpusat

Indikator
Kekuatan
Pembelian dilakukan oleh kelompok Rendah

Kapasitas

pembeli terpusat
Pembelian
produk

pembelian
Differensiasi

pengeluaran yang besar dari pembeli
Produk yang dibeli dari industri Rendah

produk

adalah

produk

merupakan Rendah

standar/

tidak

terdiferensiasi
Switching cost
Switcing cost yang rendah
Tinggi
Informasi tentang Pembeli memiliki informasi yang Tinggi
produk
Sensitivitas
pembeli
Hasil analisis

lengkap menenai produk yang akan
dibeli
harga Pembeli sensitif terhadap harga

Tinggi
Seimbang

3. Ancaman Produk Pengganti
Semua perusahaan dalam industri bersaing, dalam arti yang luas, dengan industriindustri yang menghasilkan produk pengganti. Produk pengganti membatasi laba potensial
dari industri dengan menetapkan harga pagu (ceiling price) yang dapat diberikan oleh
perusahaan dalam industri, makin menarik alternatif harga yang ditawarkan oleh produk
pengganti, makin ketat pembatasan laba industri. Adapun variabel dan indikator dari ancaman
produk pengganti adalah sebagai berikut:

Variabel
Produk Pengganti
Harga Produk
Produk
Pengganti

Indikator
Tersedianya produk pengganti
Harga produk barang pengganti lebih murah
Mudah Produk pengganti mudah didapatkan dipasaran

Didapatkan
Switching Cost
Loyalitas Pelanggan

Switching cost yang rendah
Pelanggan tidak loyal terhadap produk

Masing-masing variabel dan indikator dari ancaman barang pengganti dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Produk Pengganti
Produk pengganti untuk produk-produk yang dihasilkan oleh Coca-Cola Company
adalah pepsi sebagai competitor utamanya. Selain itu produk-produk dari perusahaan
lain seperti Nestle dan DR. Pepper juga sangat mempengaruhi keberadaan Coca-Cola
Company. Sehingga dapat dinilai bahwa produk pengganti dari Coca-Cola Company
sangat tinggi.
b. Produk pengganti mudah didapatkan
Apabila produk pengganti mudah didapatkan dalam suatu industry maka akan
meningkatkan ancaman produk atau jasa pengganti terhadap industry. Walaupun dapat
dikatakan bahwa produk-produk dari Coca-Cola Company dapat diganti dengan
produk lain, namun inovasi produk tetap difokuskan pada produk-produk minuman
berkarbonasi agar Coca-Cola tidak kehilangan identitasnya sebagai market leader
produk minuman berkarbonasi.
c. Harga Produk
Apabila harga produk pengganti lebih murah dibandingkan produk industry maka
akan meningkatkan ancaman dari produk atau jasa pengganti. Dari sisi harga dapat

dikatakan bahwa harga dari coca-cola sangat terjangkau. Tidak beda jauh dengan
produk-produk penggantinya. Sehingga ini apabila coca-cola tidak terus melakukan
inovasi maka konsumen dapat beralih ke produk pesaing dengan mudah.
Dari uraian dapat disimpulkan bahwa harga produk pengganti tidak lebih murah.
d. Switching Cost
Apabila switching cost yang dibutuhkan konsumen coca-cola untuk berpindah
layanan produk pesaing rendah maka akan meningkatkan ancaman produk atau jasa
pengganti. Sehingga ini dapat menyebabkan konsumen dapat berpinah ke produk
pesaing dengan lebih mudah. Harga / nilai yang dirasakan di industri ini sangat rendah
karena semua produk relatif sama dan hanya dibedakan berdasarkan aktivitas
promosi.
e. Loyalitas Pelanggan
Apabila pelanggan tidak loyal terhadap produk yang ada maka ancaman masuknya
produk atau jasa pengganti semakin tinggi.
Dari uraian sebelumnya disimpulkan bahwa pelanggan memang tidak loyal dengan
merek produk yang sudah ada tetapi untuk tetap mengonsumsi coca-coal sendiri tetap
dalam jumlah yang besar.. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pelanggan
tetap loyal terhadap produk yang ada.
Hasil analisis ancaman produk pengganti
Dari hasil analisis mengenai ancaman produk pengganti terhadap lingkungan industri
mendapatkan penilaian yang TINGGI

4. Kekuatan Penawaran Pemasok
Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar menawar terhadap para peserta industri
mengancam akan menaikkan harga atau menurunkan mutu produk atau jasa yang akan dibeli.
Kondisi-kondisi yang membuat pemasok kuat cenderung serupa dengan kondisi yang
membuat pembeli kuat.
Kelompok pemasok dikatakan kuat jika terdapat hal-hal berikut:
a. Dominasi Pemasok
Apabila dalam suatu industri didominasi oleh beberapa pemasok yang terpusat
biasanya pemasok dapat memaksakan pengaruh yang lebih besar dalam hal harga,
kualitas dan syarat penjualan sehingga akan meningkatkan kekuatan penawaran

pemasok. Namun, supplier dari PT Coca-cola Company ini mensuplai komoditas
dasar seperti gula,kafein, perasa dan bahan lain yang dibutuhkan.
b. Produk Pengganti
Apabila tidak terdapat produk pengganti dari pemasok lain maka akan meningkatkan
kekuatan penawaran pemasok terhadap industri. Perusahaan bisa mendapatkan produk
ini dari pemasok lain, karena bahan yang digunakan oleh PT Coca-cola company
merupakan bahan komoditas dasar.
c. Pasar Pemasok
Apabila industri bukan merupakan satu-satunya pasar bagi pemasok dan bukan pasar
yang potensial maka akan meningkatkan kekuatan penawaran pemasok. Namun,
pemasok melihat perusahaan minuman berskala besar seperti coca-cola adalah
jaringan distribusi penting mereka, mereka kemungkinan besar tidak akan
menggunakan banyak pengaruh atau menggunakan kekuatan tawar menawar dalam
menetapkan harga bahan.
d. Produk Pemasok
Apabila dalam suatu industri produk pemasok sangat penting bagi industri tersebut
maka akan meningkatkan kekuatan penawaran pemasok. Pemasok yang menyediakan
barang-barang ini memiliki kontrol terbatas atas perubahan harga dan tidak dapat
memberikan pengaruh signifikan terhadap struktur harga.
Dari penjelasan di atas, karena pemasok melihat perusahaan minuman berskala besar
seperti coca-cola adalah jaringan distribusi penting mereka, mereka kemungkinan besar tidak
akan menggunakan banyak pengaruh atau menggunakan kekuatan tawar menawar dalam
menetapkan harga bahan. Selain itu, pemasok harus mematuhi prasyarat panduan,
menunjukkan bahwa mereka memiliki daya tawar yang rendah dan perusahaan memiliki
pengaruh lebih besar terhadap kontrak dan harga pemasok. Jadi, kekuatan tawar menawar
pemasok pada PT Coca-cola Company rendah.

5. Persaingan Dalam Industri
Ada dua pemain utama dalam industri minuman bersoda yaitu Coca Cola dan Pepsi. Ada
persaingan ketat antara dua pemain utama. Ada beberapa pemain yang lebih kecil juga tapi
mereka tidak menimbulkan ancaman persaingan yang besar. Dua pemain utama ini hampir
memiliki ukuran yang sama dan memiliki produk dan strategi yang hampir serupa. Tingkat

diferensiasi antara kedua merek juga rendah dan oleh karena itu persaingan harga sangat
ketat. Orang-orang sudah pernah mendengar tentang perang Cola. Jadi, tingkat persaingan
persaingan antara perusahaan yang ada adalah kekuatan yang kuat.


Saat ini, pesaing utamanya adalah Pepsi yang juga memiliki berbagai macam produk
minuman dengan mereknya. Baik Coca-Cola dan Pepsi adalah minuman berkarbonasi
yang dominan dan berkomitmen tinggi untuk mensponsori acara dan aktivitas di luar



ruangan.
Ada merek soda lain di pasaran yang menjadi populer, seperti Dr. Pepper, karena rasa
unik mereka. Merek lain ini gagal mencapai kesuksesan yang telah dinikmati Pepsi
atau Coke.

Ketika memikirkan tentang Coca-Cola dan pesaing, Pepsi mungkin adalah salah satu
pesaing pertama yang tertanam dalam benak konsumen. Kedua perusahaan tersebut telah
bersaing satu sama lain sejak akhir abad ke-19. Mereka memiliki bahan yang sangat mirip
dalam produk dan beberapa penawaran yang sangat mirip: Coke dan Pepsi. Kedua
perusahaan tersebut juga memnawarkan minuman non-soda serupa, seperti jus jeruk dan air
kemasan. Pepsi juga memiliki Doritos, Quaker Oats dan Rice-A-Roni, yang mengubah cara
persaingannya. Yang paling menonjol, jika tren melawan minuman soda dan botol, Pepsi
mungkin bisa melakukan lindung nilai terhadap taruhannya dengan lini lainnya. Coca-Cola
tidak memiliki kesempatan yang sama.
Tekanan kompetitif dari pesaing adalah tantangan terbesar yang dihadapi Coca-Cola.
PepsiCo adalah pesaing utama Coca-Cola dan kedua merek ini telah berada dalam perebutan
kekuasaan selama lebih dari satu abad.
Meskipun Coca-Cola memiliki empat dari lima merek minuman ringan (Coca-Cola, Diet
Coke, Fanta, dan Sprite), PepsiCo mendominasi wilayah Amerika Utara dengan penjualan
sebesar US $ 22 miliar, sementara Coca-Cola hanya memiliki sekitar US $ 7 miliar, namun
Coca-Cola memiliki penjualan lebih tinggi di pasar global dibandingkan PepsiCo.
Kesetiaan merek merupakan bentuk tekanan kompetitif lainnya. Survey dari Brand Key
Customer Loyalty Leaders tahun 2010 menunjukkan merek dengan loyalitas pelanggan
terbesar di semua industri, Diet Pepsi menempati peringkat ke 258 (peringkat tertinggi
minuman ringan diet) dan Pepsi Coke (peringkat tertinggi coke reguler) berada di peringkat
324, sementara Diet Coke , peringkat tertinggi produk Coca-Cola, jauh tertinggal dari

minuman ringan Pepsi di posisi ke-336. Dari sini, Pepsi memiliki basis pelanggan setia yang
lebih solid yang bisa membuat dirinya lebih kompetitif dibanding Coca-Cola.
Kesimpulan
Tekanan persaingan dalam industry ini tinggi Karena hanya didominasi oleh dua
perusahaan raksasa, yang dimana Coca Cola company dianggap sebagai pemimpin dalam
industry minuman bersoda dan pesaing utamanya adalah Pepsi co.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Dari analisis five force’s yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa five forces yang
paling berpengaruh adalah persaingan dalam industri

DAFTAR PUSTAKA

https://bba353cocacolagroup.wikispaces.com/file/view/Report.pdf

http://coca-colaamatil.co.id
https://www.hemat.id/katalog/big-cola./
https://www.kompasiana.com/zaenabnaimah/analisis-eksternal-industri-the-coca-colacompany_54f35b98745513942b6c7275
http://yuniastuti40e.blogstudent.mb.ipb.ac.id/files/2012/06/Analisis-External-AnalisaIndustri-oleh-Kelompok-2-E40.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/65005/Chapter%20I.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
http://www.romelteamedia.com/2014/08/survei-nielsen-televisi-media-terpopulerindonesia.html
http://www.nielsen.com/id/en/press-room/2014/nielsen-konsumsi-media-lebih-tinggi-di-luarjawa.html
https://www.bps.go.id/index.php/pencarian?
searching=keadaan+angkatan+kerja+di+indonesia&yt1=Cari
http://sinaudisik.blogspot.co.id/2013/12/the-coca-cola-company.html
http://www.coca-cola.co.id/id/sejarah/
http://www.kompasiana.com/zaenabnaimah/analisis-eksternal-industri-the-coca-cola-