Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sadari Melalui Metodeceramah Plus Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Siswi Di Smk Swasta Arjuna Laguboti Tobasamosir Tahun 2015

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kanker Payudara
2.1.1. Pengertian
Kanker adalah suatu proses penyakit yang dimulai ketika DNA sel normal
bermutasi secara genetik dan sel menjadi abnormal. Sel kemudian membelah dan
berproliferasi secara abnormal tidak terkendali, dan akan terus membelah diri,
selanjutnya menyusup ke jaringan sekitarnya (invasive) dan terus menyebar melalui
jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta syaraf tulang belakang.
Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri jika ada penggantian sel-sel
yang telah mati dan rusak. Sebaliknya sel kanker akan membelah terus meskipun
tubuh tidak memerlukannya, sehingga akan terjadi penumpukan sel baru yang disebut
tumor ganas. Penumpukan sel tersebut mendesak dan merusak jaringan normal,
sehingga mengganggu organ yang ditempatinya. (Brunner dan Suddarth, 2001)
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, dan
jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara (Depkes, 2009). Kanker
payudara juga dikatakan sebagai suatu proliferasi keganasan sel epitel yang
membatasi duktus atau lobus payudara (Price, 2005). Kanker payudara adalah massa
ganas yang berasal dari pembelahan diluar kendali sel-sel yang ada di jaringan
payudara (Sukardja, 2000). Kanker payudara dapat berasal dari jaringan payudara itu

sendiri atau dari jaringan lain yang merupakan hasil metastase dari kanker lain.
11

Kanker payudara dapat invasif atau non invasif (in-situ) :
a. Kanker yang bersifat invasif dapat tumbuh dan menyerang ke dalam jaringan di
sekitarnya dan sel-sel ganas dapat terpisah dari tumor induk untuk menyebar ke
bagian-bagian lain di dalam tubuh. Sel-sel ini dapat tumbuh dan membentuk
himpunan tumor baru yang disebut metastase atau tumor sekunder.
b.

Kanker payudara yang bersifat non invasif dibatasi dengan saluran-saluran
(ductus karsinoma in situ-DKIS) dari payudara. Ketika terdapat kelainan
pertumbuhan sel-sel pada lobular payudara dan barsifat non invasif maka kondisi
ini disebut lobular karsinoma in situ (LKIS), memiliki DKIS atau LKIS
meningkatkan risiko untuk berkembang ke arah kanker payudara invasif.

2.1.2. Anatomi Kanker Payudara
Dibedakan menjadi struktur internal dan eksternal. Sktruktur internal
payudara terdiri dari kulit, jaringan dibawah kulit dan korpus. Korpus terdiri dari
parenkim atau jaringan kelenjar dan stroma atau jaringan penunjang. Parenkim

merupakan struktur yang terdiri dari :
a. Saluran kelenjar : duktulus, duktus, dan sinus laktiferus. Sinus laktiferus yaitu
duktus yang melebar tempat air susu ibu (ASI) mengumpul (reservoir ASI),
selanjutnya saluran mengecil dan bermuara pada putting. Terdapat 15-25 sinus
laktiferus.
b. Alveoli yang terdiri dari sel kelenjar yang memproduksi ASI
c. Tiap duktus bercabang menjadi duktulus, tiap duktulus bercabang menjadi
alveolus yang merupakan satu kesatuan kelenjar. Duktus membentuk lobulus.

Sinus, duktus dan alveolus dilapisi epitel otot (mioepitel) yang dapat berkontraksi.
Alveolus juga dikelilingi pembuluh darah yang membawa zat gizi kepada sel
kelenjar untuk disintesa menjadi ASI. Stroma terdiri dari jaringan ikat, jaringan
lemak, pembuluh darah saraf dan limfa.
d. Struktur eksternal payudara terdiri dari putting dan areola yaitu bagian lebih hitam
disekitar putting. Pada areola terdapat beberapa kelenjar montgometri yang
mengeluarkan cairan untuk membentuk putting lunak dan lentur.
2.1.3. Etiologi
Tidak ada satupun penyebab spesifik kanker payudara, sebaliknya serangkaian
faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang
terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa perubahan

genetik berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan
genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau
mutasi dalam gen normal, dan hubungan protein baik yang menekan atau
meningkatkan perkembangan payudara (Brunner dan Suddarth, 2001).
a.

Virus
Virus dianggap dapat menyatukan diri dalam struktur genetik sel, sehingga
mengganggu proliferasi dari populasi sel tersebut.

b.

Agens fisik
Faktor-faktor yang berkaitan dengan karsinogenesis mencakup pemajanan
terhadap sinar matahari, radiasi pengionisasi, pemajanan terhadap medan
elektomagnetik, dan iritasi atau inflamasi kronik.

c.

Agens Kimia

Kebanyakan zat kimia yang berbahaya menghasilkan efek-efek toksik dengan
mengganggu struktur DNA pada bagian-bagian tubuh yang jauh dari pajanan zat
kimia.

d.

Faktor genetik
Faktor genetik juga memainkan peranan dalam pembentukan sel kanker. Jika
kerusakan DNA terjadi pada sel dimana pola kromosomnya abnormal, dapat
terbentuk sel-sel mutan.

e.

Faktor makanan
Faktor makanan diduga berkaitan 40% sampai 60% sebagai penyebab kanker.
Substansi makanan dapat proaktif (protektif), karsinogenik atau ko-karsinogenik.
Risiko kanker meningkat sejalan ingesti jangka panjang karsinogenik atau kokarsinogenik atau tidak adanya substansi proaktif dalam diet.

f.


Agens hormonal
Pertumbuhan tumor mungkin dipercepat dengan adanya gangguan dalam
keseimbangan hormone baik oleh pembentukan hormon tubuh sendiri
(endogenus) atau pemberian hormon eksogenus.

2.1.4. Faktor Resiko Kanker Payudara
Faktor

risiko

yang

dapat

meningkatkan

dikelompokkan menjadi 2 yaitu : (Jochelson , 2011)

risiko


kanker

payudara

a.

Faktor yang dapat dikontrol :
1) Berat badan
Obesitas berhubungan dengan meningkatnya risiko kanker payudara,
khususnya pada wanita menopause. Lemak tubuh merupakan bahan dasar
utama pembuatan estrogen, karena itu pada wanita yang gemuk mempunyai
kecenderungan memproduksi estrogen lebih banyak, sehingga akan
meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.
2) Olahraga
Berolahraga dapat menurunkan risiko kanker payudara. American Cancer
Society merekomendasikan melakukan olahraga 5 kali seminggu selama 4560 menit.
3) Konsumsi alkohol
Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa meningkatnya risiko kanker
payudara berbanding lurus dengan jumlah alcohol yang dikonsumsi. Alkohol
dapat membatasi kemampuan hati untuk mengontrol kadar hormone

estrogen yang beredar dalam darah.
4) Penggunaan obat hormonal
Pemakaian obat hormonal terutama oral yang dipakai secara terus menerus
lebih dari 7 tahun, meningkatkan risiko untuk terjadinya kanker payudara.

5) Riwayat menyusui
Pada perempuan yang tidak pernah menyusui, kelenjar susu tidak pernah
dirangsang untuk mengeluarkan air susu. Sehingga dapat dikatakan bahwa
pemberian ASI pada anak dapat mengurangi risiko kanker payudara.
6) Riwayat kehamilan
Melahirkan anak pertama di usia lebih dari 35 tahun dapat meningkatkan
risiko kanker payudara. Kehamilan di atas usia 35 tahun akan disertai
peningkatan pengeluaran hormone estrogen yang pada akhirnya merangsang
payudara secara berlebihan.
b.

Faktor yang tidak dapat dikontrol :
1) Jenis kelamin
Wanita lebih berisiko terkena kanker payudara, karena sel pada payudara
wanita selalu berubah dan tumbuh sebagian besar disebabkan karena

aktivitas hormone estrogen dan progesterone.
2) Riwayat keluarga yang menderita kanker
Kemungkinan terjadinya kanker payudara meningkat jika ibu, saudara
kandung, bibi (tante), saudara sepupu, atau nenek ada yang menderita kanker
payudara atau jenis kanker lainnya.
3) Riwayat memiliki tumor jinak dan kanker sebelumnya
Jika seorang wanita pernah terdiagnosa dengan kanker payudara maka risiko
terkena kanker payudara kembali semakin meningkat bila dibandingkan
dengan wanita yang belum pernah memiliki kanker payudara.

4) Status menstruasi (menarche dan menopause)
Mendapat haid pertama pada usia kurang dari 10 tahun, keadaan ini berarti
peredaran hormone sudah dimulai pada usia yang muda dan menyebabkan
peningkatan pertukaran zat hormone. Risiko kanker payudara juga dapat
meningkat ketika seorang wanita mendapatkan menopause pada usia lebih
dari 50 tahun, yang berarti peredaran hormone akan berlangsung dalam
jangka waktu yang lebih lama.
5) Usia
Risiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. Setiap
sepuluh tahun risiko kanker meningkat dua kali lipat. Kejadian puncak

kanker payudara meningkat di usia 40-50 tahun.
2.1.5. Gejala dan Tanda Kanker Payudara
Keluhan pasien kanker payudara berbeda-beda sesuai dengan stadiumnya.
Umumnya pasien karsinoma in situ, T1 dan T2 datang dengan keluhan adanya
benjolan pada payudara tanpa disertai nyeri atau hasil pemeriksaan skrining
mamografi yang abnormal. Pada stadium lanjut, perubahan-perubahan pada payudara
akan ditemui, seperti : perubahan pada permukaan kulit payudara, keluarnya
discharge dari putting, serta perubahan pada ukuran dan bentuk payudara. Selain itu,
dapat pula ditemui pembesaran kelenjar limfa dan tanda-tanda metastase pada
jaringan lain. (Hoskins dkk, 2005).

Menurut Depkes (2009) gejala yang paling sering didapat pada kanker
payudara adalah adanya benjolan di payudara yang dapat menimbulkan keluhan
seperti :
a)

Keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat penyakitnya :
1) Benjolan
2) Kecepatan tumbuh
3) Rasa sakit

4) Nipple discharge (keluarnya cairan dari putting susu berupa cairan, darah
atau pus)
5) Retraksi puting (putting tertarik ke dalam)
6) Krusta pada areola
7) Kelainan kulit : dimpling (lekukan pada kulit payudara seperti lesung pipit di
pipi karena tarikan tumor), peau de orange (penampakan kulit payudara
berkerut seperti kulit jeruk karena adanya oedema subkutan), ulserasi dan
venektasi.
8) Perubahan warna kulit, kulit putting susu dan areola melekuk ke dalam atau
berkerut.
9)

Perubahan bentuk dan besarnya payudara

10) Adanya benjolan di ketiak
11) Edema lengan
b) Keluhan di tempat lain berhubungan dengan metastasis, antara lain :
1) Rasa nyeri pada tulang (vertebra, femur)

2) Rasa penuh di ulu hati

3) Batuk
4) Sesak
5) Sakit kepala hebat
2.1.6. Stadium Kanker Payudara
Stadium adalah suatu sistem klasifikasi berdasarkan pada penampilan luas
anatomik malignansi suatu kanker yaitu letaknya, sampai dimana penyebarannya,
sejauh mana pengaruhnya terhadap organ tubuh yang lain. Sistem universal
penentuan stadium memungkinkan perbandingan kanker dari sel asal serupa.
Klasifikasi membantu menentukan rencana tindakan dan prognosis pasien individual,
evaluasi riset, perbandingan hasil tindakan antara institusi dan perbandingan statistik
dunia (Otto, 2003).
Penentuan stadium kanker didasarkan pada empat karakteristik :
1) Ukuran kanker
2) Sifat kanker invasif atau non invasif
3) Apakah kanker mencapai kelenjar getah bening
4) Apakah kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya
Stadium pada kanker biasanya dinyatakan dengan angka pada skala dari 0
sampai IV. Dengan stadium 0 menggambarkan kanker non invasif yang tetap pada
lokasi asalnya dan stadium IV menggambarkan kanker yang invasif telah menyebar
keluar dari bagian payudara ke bagian tubuh lainnya. Stadium kanker berbeda dengan
grade kanker walaupun keduanya menggunakan angka sebagai skalanya. Stadium

kanker berskala 0 sampai IV sedangkan grade kanker berskala 1 sampai 3. Suatu
grade kanker payudara ditentukan berdasarkan pada bagaimana bentuk sel kanker dan
perilaku sel kanker dibandingkan dengan sel normal. (Jochelson, 2011).
Berikut adalah Grade dalam kanker payudara : (Williams, 2011).
a)

GRADE 1 :
Ini adalah grade yang paling rendah, sel kanker lambat dalam berkembang,
biasanya tidak menyebar.

b) GRADE 2 :
Ini adalah grade tingkat sedang
c)

GRADE 3 :
Ini adalah grade yang tertinggi, cenderung berkembang cepat, biasanya
menyebar.
Penentuan stadium kanker payudara dapat didasarkan pada hasil dari

pemeriksaan fisik, biopsy dan tes pencitraan (stadium klinis), atau hasil dari tes
tersebut ditambah hasil dari pembedahan (stadium patologis) ketika luasnya
penyebaran kanker ditemukan setelah proses pembedahan. (Lichtenfeld, 2011).
Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan sistem Tumor, Nodus, Metastase
(TNM) dari the American Joint Committee On Cancer (AJCC) sebagai berikut :
a)

Ukuran tumor (T)
Selain menunjukkan ukuran tumor, huruf T pada sistem TNM ini juga
mendeskripsikan apakah tumor mengenai dinding dada ataupun kulit. Nilai T
dalam centimeter (cm), nilai paling kecil dibulatkan ke angka 0,1 cm

b) Kelenjar getah bening regional (N)
Huruf N menunjukkan luas dan lokasi kelenjar getah bening (KGB) regional
yang terkena.
c)

Metastasis (M)
Huruf M menunjukkan metastasis (penyebaran) kanker ke organ yang jauh atau
ke KGB yang tidak langsung berhubungan dengan kanker (misal KGB di leher).

2.1.7. Pencegahan Kanker Payudara
Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan
insidens kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurunkan angka
kematian akibat kanker payudara. Pencegahan yang paling efektif bagi kejadian
penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada
kanker payudara pencegahan yang dilakukan antara lain berupa pencegahan primer,
pencegahan sekunder dan pencegahan tersier (Sukardja, 2000).
a.

Pencegahan primer
Menurut AJCC dalam Sukardja (2000), pencegahan primer pada kanker
payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada
orang sehat melalui upaya menghindarkan diri dari kontak karsinogen dan
berbagai faktor risiko, serta melaksanakan pola hidup sehat karena diperkirakan
hampir seluruh kasus kanker disebabkan oleh karsinogen yang ada di lingkungan
hidup kita, dan sebagian besar ada hubungannya dengan tembakau. Konsep dasar
dari pencegahan primer adalah menurunkan insidens kanker payudara yang dapat
dilakukan dengan :

1) Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi.
2) Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolah raga.
3) Menghindari terlalu banyak terkena sinar-x atau jenis radiasi lainnya.
4) Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat. Serat akan
menyerap zat-zat yang bersifat karsinogen dan lemak, yang kemudian
membawanya keluar melalui feses.
5) Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahannya seperti tahu atau
tempe. Kedelai mengandung flavanoid yang berguna untuk mencegah
kanker dan genestein yang berfungsi sebagai estrogen nabati (fitoestrogen).
Estrogen nabati ini akan menempel pada reseptor estrogen sel-sel epitel
saluran kelenjar susu, sehingga akan menghalangi estrogen asli untuk
menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya sel kanker.
6) Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama yang
mengandung vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia seperti jeruk, wortel,
tomat, labu, pepaya, mangga, brokoli, lobak, kangkung, kacang-kacangan
dan biji-bijian.
b.

Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk
terkena kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan deteksi dini.
Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan, diantaranya
adalah dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan skrining
melalui mammografi. SADARI sebaiknya dilakukan setiap bulan secara teratur.

Kebiasaan ini memudahkan kita untuk menemukan perubahan pada payudara
dari bulan ke bulan. Pemeriksaan optimum dilakukan pada sekitar 7-14 hari
setelah awal siklus menstruasi karena pada masa itu retensi cairan minimal dan
payudara dalam keadaan lembut dan tidak membengkak sehingga jika ada
pembengkakan akan lebih mudah ditemukan. Wanita normal mendapat rujukan
mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai 50 tahun. Deteksi kanker secara
dini dapat menurunkan tingkat kematian karena menentukan tingkat keberhasilan
dari pengobatan kanker. (World cancer report, 2008)
c.

Pencegahan tersier
Pencegahan tersier biasanya ditujukan pada individu yang telah positif menderita
kanker payudara. Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi terjadinya
komplikasi yang lebih berat dan memberikan penanganan yang tepat pada
penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya untuk mengurangi
kecacatan dan memperpanjang hidup penderita. Pencegahan tersier ini penting
untuk meningkatkan kualitas hidup penderita, meneruskan pengobatan serta
memberikan dukungan psikologis bagi penderita. Upaya rehabilitasi terhadap
penderita kanker payudara dilakukan dalam bentuk rehabilitasi medik serta
rehabilitasi jiwa dan sosial. Rehabilitasi medik dilakukan untuk mempertahankan
keadaan penderita pasca operasi atau pasca terapi lainnya. Rehabilitasi jiwa dan
sosial diberikan melalui dukungan moral dari orang-orang terdekat dan konseling
dari petugas kesehatan maupun tokoh agama (Sukardja, 2000).

Tabel 2.1. Strategi Pencegahan Kanker Payudara
Strategi
Memperlambat
menarche(usia
pertama kali haid)

ASI

Pembatasan
Alcohol

Estrogen

Individu
• Melakukan
aktivitas olahraga
dalam keluarga
secara teratur
• Meningkatkan
konsumsi serat
(sayur dan buahbuahan)
• Mengurangi
makanan yang
berlemak dan
goreng-gorengan
Pemberian ASI
pada bayi minimal
sampai usia 6
bulan.
Membiasakan tidak
minum alkohol.

Tenaga
Kesehatan
Edukasi
pentingnya
olahraga teratur
dan diet rendah
lemak serta tinggi
serat.

Edukasi
pemberian ASI
sampai usia
anak 2 tahun.
Edukasi bahaya
minum alkohol.

Pemerintah
Menyediakan
fasilitas di sekolah
dan tempat bermain
untuk meningkatkan
aktifitas fisik anak.

Penyediaan tempat
penitipan anak
dekat tempat kerja
ibu.
Regulasi/peraturan
Perundang-undangan
Tentang
penyalahgunaan
alkohol.
-

Mengganti
Edukasi tentang
penggunaan
Pemakaian obat
kontrasepsi oral
yang mengandung
dengan non hormonal Hormone estrogen.
setelah 2 tahun.
Pencapaian berat
Edukasi
• Menggiatkan
• Fasilitas olahraga
badan ideal
aktifitas olahraga
di kantor dan di
pada keluarga.
luar kantor.
• Meningkatkan
• Kampanye tentang
konsumsi serat,
gaya hidup sehat
mengurangi
melalui media
makanan yang
massa.
berlemak dan
goreng-gorengan.
Sumber : Pedoman Penemuan Dan Penatalaksanaan Penyakit Kanker Tertentu,
Depkes, 2009.

2.2. Deteksi Dini Kanker Payudara
2.2.1. Pengertian
Upaya deteksi dini kanker payudara adalah upaya untuk mendeteksi dan
mengidentifikasi secara dini adanya kanker payudara sehingga diharapkan dapat
diterapi dengan tehnik yang mempunyai efek samping yang lebih kecil dan
mempunyai peluang yang lebih besar untuk sembuh (Depkes, 2010).
Oleh karena itu Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) untuk
meningkatkan kesadaran tentang tanda-tanda awal kemungkinan adanya kanker
diantara petugas kesehatan, kader masyarakat, maupun masyarakat secara umum
merupakan kunci utama keberhasilannya. Salah satu bentuk peningkatan kesadaran
masyarakat tentang gejala dan tanda-tanda kanker payudara adalah dengan
pemeriksaan payudara sendiri yang dikenal dengan istilah SADARI dengan cara
memasyarakatkan program SADARI bagi semua perempuan mulai dari sejak usia
subur, sebab 85% kelainan di payudara justru pertamakali dikenali penderita itu
sendiri (Supit, 2005).
2.2.2. Tujuan
Upaya deteksi dini sangatlah penting, berhubung sampai saat ini patofisiologi
kanker payudara belum diketahui secara pasti, sehingga dengan upaya deteksi dini
yang dilakukan bertujuan untuk menemukan sedini mungkin penderita kanker
payudara yang masih pada stadium awal (down staging) yaitu kanker yang belum
lama tumbuh, masih kecil, masih lokal, masih belum menimbulkan kerusakan yang

berarti, dengan tingkat kesembuhan yang cukup tinggi mencapai 80-90% (Depkes,
2010).
Berdasarkan data PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia)
didapatkan data rata-rata prognosis harapan hidup penderita kanker payudara
(survival rate) per stadium adalah sebagai berikut:
1. Stadium 0

: 10-years survival rate 98% (non breast cancer yang terdeteksi
oleh mammografi atau USG )

2. Stadium I

: 5-years survival rate 85%

3. Stadium II

: 5-years survival rate 60 -70%

4. Stadium III

: 5-years survival rate 30-50%

5. Stadium IV

: 5-years survival rate 15%

Upaya deteksi dini di negara maju seperti Amerika, Inggris, dan Belanda
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan mammografi
karena sumber daya di negara-negara tersebut cukup memadai untuk melakukan
program tersebut, sedangkan di negara berkembang seperti Indonesia, upaya deteksi
dini

secara

massal

dengan

menggunakan

USG

dan

mammografi

belum

memungkinkan untuk dilakukan. Oleh karena itu pemeriksaan payudara sendiri
dengan praktek SADARI yang diikuti dengan promosi dan edukasi tentang
pengobatan yang baik kepada masyarakat (bahwa kanker payudara bila ditemukan
pada stadium awal dan dilakukan operasi akan meningkatkan untuk kemungkinan
untuk sembuh dan waktu untuk bertahan hidup juga lebih lama) sehingga pada
akhirnya akan meningkatkan pencapaian tujuan dari deteksi dini tersebut

yaitu

menurunkan angka kematian dan meningkatkan kualitas hidup dari penderita kanker
payudara (Supit, 2005).
2.2.3. Upaya Deteksi Dini dengan Pemeriksaan Klinis pada Kanker Payudara
Pemeriksaan klinis pada kanker payudara yang dilakukan oleh petugas
kesehatan dapat dilakukan dengan berbagai cara (Depkes, 2010) :
a. Pemeriksaan klinis payudara oleh tenaga medis terlatih (Clinical Breast
Examination = CBE)
- Pada perempuan sejak pertama mengalami haid dianjurkan melaksanakan
SADARI, sedangkan umur 20 - 30 tahun dianjurkan CBE dilakukan setiap 3
tahun sekali. Untuk perempuan yang mendapatkan kelainan pada saat
SADARI di anjurkan dilaksanakan CBE sehingga dapat lebih memastikan
apakah ada kemungkinan keganasan dan dilanjutkan dengan mammografi.
- Pada perempuan berusia di atas 40 tahun, dilakukan CBE setiap tahun.
b.

Pemeriksaan ultrasonography (USG)
- Apabila pada pemeriksaan CBE terdapat benjolan maka dibutuhkan
pemeriksaan lanjutan dengan USG maupun mammografi.
- USG dilakukan terutama untuk membuktikan adanya merasa kistik dan
solid/padat yang mengarah kepada keganasan dan pada perempuan dibawah
usia 40 tahun.

c.

Pemeriksaan penapisan mammografi
- Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan secara berkala, setiap satu tahun
sekali pada perempuan diatas 40 tahun.

- Dilakukan pada perempuan yang bergejala maupun pada perempuan yang
tidak bergejala (opportunistik screening and organized screening).

2.3. SADARI (Periksa Payudara Sendiri)
2.3.1. Pengertian SADARI
SADARI

adalah

singkatan

dari

pemerikSAan

payuDAra

sendiRI.

Pemeriksaan berasal dari kata dasar periksa, yang dalam kamus besar bahasa
Indonesia berarti selidik. Pemeriksaan adalah proses, cara, penyelidikan secara teknis
terhadap kelenjar susu atau payudara (Nisman, 2011). Menurut kamus besar bahasa
Indonesia payudara adalah buah dada, susu, tetek. Sendiri artinya seorang diri atau
tidak dengan orang lain (mandiri), dari pengertian-pengertian tersebut maka SADARI
dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara pemeriksaan peyudara secara mandiri
ataupun seorang diri.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah suatu tehnik pemeriksaan
dimana seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan
merasakan dengan jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada
payudaranya (Setiati, 2009).
Pemeriksaan payudara sendiri adalah pengembangan kepedulian wanita
terhadap kesehatan payudaranya sendiri. Kegiatan ini sangat mudah atau sederhana,
murah (tidak memerlukan biaya), tidak menggunakan alat yang harus dipersiapkan
cukup dengan jari tangan sendiri, tidak perlu mengunjungi petugas atau pelayanan
kesehatan karena dapat dilakukan sendiri secara mandiri tanpa harus di lihat atau

diperiksa orang lain, tidak perlu merasa malu, bagi wanita yang sibuk hanya perlu
menyediakan waktunya selama lebih kurang lima menit, dimana tidak diperlukan
waktu khusus, cukup dilakukan saat mandi atau pada saat sedang berbaring mau
tidur, tetapi lebih efektif dengan posisi tidur (Nisman, 2011).
2.3.2. Tujuan Pendidikan SADARI
Hingga saat ini banyak ibu/perempuan yang belum mengetahui pentingnya
SADARI, diperkirakan hanya 25% sampai 30% wanita yang melakukan SADARI
dengan baik dan teratur setiap bulannya. Sebagian besar benjolan pada payudara
dapat terdeteksi sendiri oleh wanita sehingga SADARI menjadi topik atau materi
yang penting dalam

promosi kesehatan melalui pendidikan kesehatan untuk

mendeteksi kanker atau penyakit pada payudara lainnya secara dini, dimana apabila
terdeteksi sedini mungkin atau pada stadium awal maka harapan kesembuhan lebih
tinggi bahkan sampai 80 -90% (Setiati, 2009).
Sebagian besar benjolan pada payudara ditemukan oleh ibu/perempuan
sendiri, dengan memeriksa payudaranya sendiri seorang ibu akan mengetahui
bagaimana payudara yang terlihat dan terasa normal. Jika terdapat perubahan pada
payudaranya dia dapat menemukan sendiri dan memberitahukan kepada petugas
kesehatan. Mengajarkan ibu tentang cara memeriksa payudara setiap bulan dan
mendorong mereka agar mau melakukannya sebab hal ini penting untuk mengontrol
dan menjaga kesehatannya. Pemeriksaan payudara ini sebaiknya diajarkan oleh
petugas kesehatan (Depkes, 2010).

SADARI dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: SADARI hanya
mendeteksi secara dini kanker payudara, bukan untuk mencegah kanker payudara,
dengan adanya deteksi dini maka kanker payudara dapat terdeteksi pada stadium awal
sehingga pangobatan dini akan memperpanjang harapan hidup penderita kanker
payudara dan untuk menurunkan angka kematian penderita kanker payudara dimana
apabila ditemukan pada stadium awal akan memberikan harapan hidup yang lebih
lama (Nisman, 2011).
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2 dibawah ini, para ibu/perempuan
yang telah dilatih melakukan pemeriksaan payudara sendiri dapat mendeteksi
benjolan kecil pada payudara mereka dibandingkan dengan ibu/perempuan yang tidak
terlatih (Depkes, 2010).

0,2 sentimeter

Mammografi setiap tahun

0,6 sentimeter

Mammografi pertama kali

1,2 sentimeter

Sadari teratur

2,75 sentimeter

Sadari tidak teratur

3,75 sentimeter

Sadari tidak terlatih

Gambar 2.2. Ukuran Rata-rata Benjolaan yang Terdeteksi

2.3.3. Waktu Melakukan SADARI
Pada wanita produktif, SADARI harus dilakukan sebulan sekali, 1 minggu
setelah haid terakhir (10 hari setelah hari pertama haid) karena saat ini payudara
kemungkinan tidak mengeras dan tidak nyeri. Jangan melakukan pemeriksaan
payudara

pada masa pertengahan siklus haid sampai menjelang haid, payudara

biasanya membengkak akibat pengaruh kelenjar susu oleh hormon estrogen dan
progesteron, sehingga pemeriksaan akan lebih sulit dilakukan secara akurat. Jika ibu
tidak mendapat menstruasi lagi/sudah menopause, ibu harus memilih hari/tanggal
yang sama setiap bulan (misalnya setiap tanggal 1 setiap bulan) untuk memeriksakan
payudaranya secara teratur (Diananda, 2007).
2.3.4. Cara Melakukan SADARI
Pemeriksaan payudara dapat dilakukan sendiri pada saat mandi atau sebelum
tidur. Pemeriksaan payudara saat mandi akan mempermudah pemeriksaan karena
tangan dalam kondisi basah dan mudah di gerakkan pada kulit yang sedang basah.
Terdapat 6 langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan SADARI:
1. Posisi berdiri di depan cermin
Mulailah dengan mengamati payudara di cermin dengan bahu lurus dan lengan di
pinggang, dengan cara ini akan meregangkan otot-otot dada dan aksila (ketiak)
agar perubahan-perubahan pada payudara tampak lebih jelas.

Dalam

pemeriksaan ini yang harus diamati adalah bentuk payudara, ukuran dan warna.
Karena rata-rata payudara berubah tanpa kita sadari, perubahan yang perlu
diwaspadai adalah

jika payudara berkerut, cekung kedalam atau menonjol

kedepan karena ada benjolan. Puting yang berubah posisi, dimana seharusnya
menonjol keluar, malahan tertarik kedalam, dengan warna memerah, kasar dan
terasa sakit.
2.

Setelah itu angkat kedua lengan lurus keatas, mengangkat kedua lengan ini akan
mempermudah melihat retraksi kulit akibat perlekatan tumor pada payudara
bagian bawah (untuk melihat apakah ada kelainan pada kedua payudara bagian
bawah). Kembali amati perubahan yang terjadi pada payudara anda, seperti
perubahan warna, tarikan, tonjolan, kerutan, perubahan bentuk puting susu atau
permukaan kulit menjadi kasar.

3.

Sementara masih di depan cermin, tekan puting apakah ada cairan keluar (bisa
berupa cairan putih seperti susu, kuning atau darah)

4.

Posisi berbaring
- Berbaring lah dan apabila anda memulai pemeriksaan dari payudara sebelah
kanan maka langkah-langkah yang dilakukan untuk memeriksa payudara
kanan adalah letakkan bantal dibawah bahu kanan dan letakkan lengan
kanan diatas kepala, posisi ini bertujuan untuk meratakan jaringan payudara
(jaringan payudara tersebar rata di dada) dan jangan ada jaringan yang jatuh
kesamping atau ke belakang khususnya bagi yang memiliki payudara yang
berukuran besar.
- Rabalah payudara kanan tadi dengan menggunakan tangan kiri, (tehnik
perabaan payudara sebaiknya menggunakan 3 jari yaitu jari telunjuk, jari

tengah dan jari manis karena ketiga jari ini mempunyai sensitifitas yang
lebih tinggi dibandingkan dengan jari yang lain).
Tekan secara mantap namun lembut dengan jari-jari yang rata dan saling
merapat. Lakukan perabaan dari atas ke bawah, sisi ke sisi dari dada bagian
atas sampai ke perut bagian atas dan dari ketiak sampai lekukan tengah di
antara kedua payudara.
- Ikuti satu pola untuk memastikan seluruh bagian payudara anda terperiksa
seluruhnya. Anda bisa memulai dari puting susu, lalu melingkar melebar
seperti obat nyamuk ke bagian luar payudara. Anda juga bisa mengambil
pola seperti orang mengepel lantai, dari atas ke bawah atau kiri ke kanan
dengan tarikan lurus-lurus. Mulai dengan rabaan lembut, lalu tekan lebih
keras pada bagian yang perlu diperiksa jaringannya sampai kedalam.
- Rasakan seluruh jaringan payudara dengan rabaan yang halus tapi sedikit
ditekan dan apabila didapati bagian payudara yang menonjol dapat disertai
nyeri dapat juga tidak ada rasa nyeri, maka segera periksa ke dokter.
- Untuk memeriksa payudara kiri sama halnya dengan yang dilakukan saat
memeriksa payudara kanan, maka ulangi langkah 3 ini pada payudara
sebelah kiri.
5. Pemeriksaan ketiak. Bagilah payudara menjadi 4 bagian, ¼ atas dekat aksila, beri
perhatian khusus karena ditempat tersebut sering ditemukan tumor payudara serta
lakukan juga pemeriksaan ketiak. Dengan meletakkan tangan kanan anda

kesamping dan rasakan ketiak anda dengan teliti, apakah teraba benjolan atau
tidak.
6. Terakhir, rasakan peyudara ketika sedang berdiri atau duduk. Bagi kebanyakan
wanita, paling mudah melakukan perabaan terhadap payudaranya ketika payudara
sedang mandi atau basah dan licin sehingga waktu yang paling cocok adalah
sewaktu mandi dibawah Shower, dan lakukan perabaan seperti langkah ke-4 dan
yakinkan bahwa seluruh bagian payudara teraba seluruhnya (Nisman, 2011).

Gambar 2.3 Langkah-langkah Pelaksanaan SADARI
Apa yang perlu di cari saat memeriksa payudara sendiri (SADARI)
a. Perubahan ukuran dan bentuk payudara
b. Lipatan atau cekungan (dimple) pada kulit payudara

c. Perubahan warna kulit
d. Terjadi tarikan pada puting
e. Terjadi pembengkakan pada ketiak atau perlukaan di ketiak (Nisman, 2011).
Apabila dijumpai benjolan atau penebalan didalam atau dekat payudara atau
daerah bawah lengan. Jika benjolan halus atau seperti karet dan bergerak dibawah
kulit ketika ditekan dengan jari, tidak perlu khawatir. Tetapi jika benjolan keras,
memiliki bentuk yang tidak rata dan tidak terasa sakit, khususnya jika benjolan
tersebut hanya berada pada salah satu payudara dan tidak bergerak ketika di tekan,
dan hal ini harus diberitahu kepada petugas kesehatan (Pamungkas, 2011).
Jika payudara ibu biasanya memiliki benjolan, ibu harus mengetahui berapa
besar dan berapa banyak benjolan terasa dan dimana lokasinya. Bulan berikutnya ibu
harus mengetahui jika ada perubahan ukuran atau bentuk (halus atau tidak beraturan)
dengan menngunakan tehnik yang sama setiap bulan akan membantu ibu mengetahui
jika ada perubahan yang terjadi. Jika ada cairan dari puting susu yang tampak seperti
darah atau nanah, khususnya jika ibu tidak sedang menyusui, ibu harus memberi tahu
petugas kesehatan. Cairan mungkin keluar dari salah satu atau kedua payudara selama
satu tahun setelah memiliki anak atau berhenti menyusui (Depkes, 2010)

2.4. Pendidikan Kesehatan
2.4.1. Pengertian
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa
yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.
INPUT  PROSES  OUT PUT

Input

: sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat), pendidik.

Proses

: upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain

Output

: melakukan apa yang diharapkan/perilaku.
Kesehatan adalah merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor

internal (dari dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (dari luar diri manusia).
Faktor internal ini terdiri atas faktor fisik dan psikis, dan faktor eksternal terdiri dari
berbagai faktor antara lain: sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik,
ekonomi, pendidikan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).
Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam
bidang kesehatan, secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan
untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek baik individu,
kelompok dan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri (Notoatmodjo, 2005).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam Sudjana (2002),
Pendidikan kesehatan adalah kegiatan dalam bidang penyuluhan kesehatan dengan

tujuan menyadarkan dan mengubah sikap serta perilaku masyarakat agar tercapai
tingkat kesehatan yang di inginkan.
Pendidikan kesehatan dalam upaya deteksi dini kanker payudara yang
dihubungkan dengan pengertian pendidikan kesehatan yang telah disebutkan diatas
adalah: suatu upaya atau kegiatan agar masyarakat menyadari atau mengetahui
bagaimana cara memelihara kesehatan mereka khususnya kesehatan payudara, dan
bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merupakan faktor pendukung
terjadinya kanker payudara dengan mendeteksi sedini mungkin

dengan praktek

SADARI dan apabila di jumpai benjolan di payudara memiliki sikap yang tepat untuk
tindakan berikutnya.
Pendidikan kesehatan dengan pendekatan edukasi dalam upaya deteksi dini
kanker payudara sebaiknya dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan,
memberikan informasi atau pemahaman, memberikan kesadaran, dan motivasi
dengan demikian diharapkan praktek SADARI untuk deteksi dini kanker payudara
dapat diterapkan atau di adopsi masyarakat dengan pemahaman, kesadaran dan tehnik
yang benar (Pamungkas, 2011).
Pendidikan kesehatan dalam diagnosis dini dan pengobatan segera (early
diagnosis and promp treatment) adalah untuk mendeteksi penyakit yang terjadi di
masyarakat

dimana penyakit tersebut sulit atau lambat terdeteksi dikarenakan

pemahaman masyarakat dan kepeduliannya terhadap penyakit itu cenderung masih
rendah Notoatmodjo (2003), contohnya : penyakit kanker payudara lambat terdeteksi
adalah karena masyarakat tidak tahu atau tidak memahami dan bahkan perduli

terhadap deteksi dini

kanker payudara dengan praktek SADARI, hal ini

menyebabkan para penderita kanker payudara terdedeksi pada stadum lanjut. Oleh
sebab itu pada tahap ini sangat diperlukan pendidikan kesehatan (Nurhidayah, 2010).
2.4.2. Metode Pendidikan Kesehatan
Didalam suatu proses pendidikan kesehatan untuk menuju tercapainya tujuan
pendidikan kesehatan yakni perubahan perilaku, yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor yaitu faktor metode, faktor materi atau pesannya, faktor pendidik atau petugas
yang melakukannya juga alat bantu atau media yang digunakan untuk menyampaikan
pesan. Metode atau tehnik dalam pendidikan kesehatan adalah cara dan alat bantu apa
yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan untuk mentransformasikan
perilaku kesehatan kepada sasaran atau masyarakat (Notoatmodjo, 2007).
1. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode yang paling sering digunakan dalam
proses pendidikan kesehatan, metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan
tinggi maupun yang berendidikan rendah (Notoatmodjo, 2007).
Ceramah adalah suatu penyampaian informasi yang sifatnya searah yakni dari
penceramah kepada para peserta ceramah. Pada metode ini si penceramah lebih
banyak memegang peran untuk menyampaikan dan menjelaskan

materi

penyuluhannya dengan sedikit memberikan kesempatan kepada sasaran untuk
memberikan tanggapannya (Lunandi, 1993).
Beberapa keuntungan menggunakan metode ceramah adalah murah dari segi
biaya, mudah mengulang kembali jika ada materi yang kurang jelas dipahami oleh

peserta daripada proses membaca sendiri, lebih dapat dipastikan tersampaikannya
informasi yang telah disusun dan disiapkan. Apalagi kalau waktu yang tersedia sangat
minim maka metode inilah yang tepat untuk digunakan dimana dapat menyampaikan
banyak pesan dalam waktu yang relatif singkat. Selain keuntungan ada juga
kelaemahan dari metode ceramah, salah satunya adalah pesan yang terinci mudah di
lupakan setelah beberapa lama (Lunandi, 1993).
Ceramah akan berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa
yang diceramahkan, untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri dengan
mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih baik lagi kalau disusun
dalam diagram atau skema serta mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya
makalah singkat, slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya. Menurut
Notoatmodjo (2003) ceramah akan berhasil apabila tehnik ceramah dimodifikasi
dengan melakukan tanya jawab sesudah penyampaian materi dan simulasi/
demonstrasi singkat apabila materi yang disampaikan ada yang mau diterapkan/
dipraktekkan dengan latihan singkat, dengan demikian

peserta dapat bertanya

tentang hal-hal yang belum dipahaminya dan dapat melihat simulasi/demonstrasi
langsung mengenai praktek yang akan dilaksanakan.
Kunci dari keberhasilan ceramah apabila penceramah tersebut dapat
menguasai sasaran ceramah, untuk itu penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai
berikut: sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan
gelisah, suara hendaknya cukup keras dan jelas, pandangan harus tertuju kepada

peserta ceramah, berdiri ditengah (pertengahan) dan sebaiknya tidak duduk, dan
menggunakan alat-alat bantu (Notoatmodjo, 2007).
2. Metode Ceramah Plus
Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari
satu metode, dan metode ini merupakan sebuah metode mengajar dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah mahasiswa,
yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Menurut sumber bacaan lain metode
ceramah plus merupakan metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu
metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.
Dalam hal ini penulis akan menguraikan tiga macam metode ceramah plus,
yaitu :
a. Metode Ceramah Plus Tanya Jawab dan Tugas (CPTT)
Metode Ceramah Plus Tanya Jawab dan Tugas (CPTT) yaitu metode mengajar
gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas. Metode ini
idealnya dilakukan secara tertib, yaitu :
1.

Penyampaian materi oleh penceramah.

2.

Pemberian peluang bertanya jawab antara penceramah dan mahasiswa.

3.

Pemberian tugas kepada mahasiswa.
Pada hakikatnya metode tanya jawab berusaha menanyakan apakah

mahasiswa telah mengtahui fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan. Dalam hal lain
mahasiswa juga bermaksud ingin mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran
mahasiswa. Melalui metode tanya-jawab penceramah

ingin mencari jawaban

yang tepat dan faktual.
1.Tanya Jawab
Penggunaan metode mengajar di dalam kelas, tidak hanya penceramah saja yang
senantiasa berbicara seperti halnya dengan metode ceramah. melainkan mencakup
pertanyaan pertanyaan dan penyumbang ide-ide dari pihak siswa. Sebelumnya
penceramah

menanyakan kepada mahasiswa, apakah mahasiswa tersebut sudah

mengerti dengan materi yang telah diajarkan. Disini penceramah memberikan soal
untuk diselesaikan.
2. Tugas
Penceramah memberikan tugas kepada mahasiswa untuk agar mahasiswa bisa
memahami lebih lanjut terhadap materi yang telah disampaikan dan melatih
mahasiswa untuk bisa menyelesaikan soal-soal lainnya.
Materi yang akan dipakai penulis untuk metode ceramah plus tanya jawab dan
tugas nya apa? Jabarkan materi tersebut, sampaikan dengan komunikatif se-efisien
mungkin dan se-efektif mungkin. Sehingga para peserta didik dapat memahami isi
dari materi yang di berikan. Jika penyampaian materi tersebut berhasil, maka para
peserta didik akan terbuka mindset nya mengenai materi tersebut, dan kemungkinan
besar mereka mendapatkan inspirasi dari keterbukaan mindset nya itu sehingga
timbul pertanyaan-pertanyaan dalam benak mereka yang membuat suasana Kegiatan
Belajar Mengajar ( KBM ) menjadi aktif meskipun pada umumnya (seperti yang telah
diulas pada CPTT di atas ) dalam metode ini membuat para peserta didik menjadi
pasif, pasif disini mungkin hanya ketika pengajar

sedang memberikan

materi saja (ceramah).
b. Metode Ceramah Plus Demonstrasi dan Latihan (CPDL)
Metode ini merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran
dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill).
1. Metode Pembelajaran Demontrasi
Merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong siswa
mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana cara
mengaturnya?

Bagaimana

proses

bekerjanya?

Bagaimana

proses

mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana
seorang pengajar

atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja

diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatu
proses. Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue,
dan sebagainya.
Kelebihan Metode Demonstrasi :
a. Perhatian mahasiswa dapat lebih dipusatkan.
b. Proses belajar mahasiswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam
diri mahasiswa.
Kelemahan Metode Demonstrasi :
a. Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan.
b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
c. Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang

menguasai apa yang didemonstrasikan.
c. Metode Ceramah Plus Diskusi dan Tugas (CPDT)
Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya,
yaitu:

pengajar/penceramah

menguraikan

materi

pelajaran,

kemudian

mengadakan diskusi, dan akhirnya pemberian tugas.
3. Metode Diskusi (Discussion Method)
Muhibbin Syah (2000), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode
mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem
solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group
discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation).
Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
a. Mendorong mahasiswa berpikir kritis.
b. Mendorong mahasiswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c. Mendorong mahasiswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan
masalah bersama.
d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk
memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.
Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :
a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai
jalan
b. Menyadarkan

anak

didik

bahwa

dengan

berdiskusi

mereka

saling

mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh

keputusan yang lebih baik.
c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun
berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi (Djamarah,
2000).
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
a. Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Djamarah,
2000)
2. Tugas
Pengajar memberikan tugas kepada mahasiswa agar mahasiswa memahami
lebih lanjut materi yang telah disampaikan dan melatih mahasiswa untuk bisa
menyelesaikan soal lainnya.
Metode mengajar ceramah plus ini perlu dimiliki oleh pendidik dan
dipraktikkan pada saat mengajar. Pendidik yang bijaksana dalam pelaksanaan
pengajaran, selalu berfikir bagaimana murid-muridnya/mahasiswanya, dapat mengerti
apa yang disampaikan, apakah mahasiswanya mengalami proses belajar, apakah
materinya sesuai dengan pemahaman dan kematangan anak, dan sebagainya.
Pengajaran dengan metode yang efektif dan menyenangkan, akan menghasilkan
tujuan pembelajaran yang optimal.

Kelebihan metode ceramah plus:
1.

Kelas lebih aktif karena anak tidak sekedar mendengarkan saja.

2.

Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya sehingga pengajar
mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh mahasiswa.

3.

Pengajar

dapat mengetahui sampai sejauh mana penangkapan mahasiswa

terhadap segala sesuatu yang diterangkan.
Kelemahan metode ceramah plus:
1. Dengan tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok
persoalan bila dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain
walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini
sering tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan baru.
2. Membutuhkan waktu lebih banyak.
3. Sistem pembelajaran si anak lebih ke arah hafalan (rote learning), sehingga akan
kebingungan bila ditanya pengertian dan asal muasal suatu rumus
2.4.3. Media Pendidikan Kesehatan
Media pendidikan yang digunakan saat memberikan pendidikan kesehatan
pada prinsipnya harus dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pendidikan
kesehatan, terutama dalam memperjelas materi yang diberikan. Sebagaimana
fungsinya

bahwa

media

yang

digunakan

bertujuan

untuk

mempermudah

pembelajaran atau perubahan tingkah laku pada masyarakat (Notoatmodjo, 2007).
Media pendidikan tidak harus selalu canggih, tetapi disesuaikanlah dengan
situasi dan kondisi di lapangan dan tidak kalah penting adalah kemampuan pendidik

atau penyuluh untuk menggunakan media tersebut. Prinsipnya adalah semakin
banyak indra yang digunakan, maka kemempuan untuk menyerap informasi juga
semakin baik, atau semakin mendekati objek sesungguhnya maka media tersebut
semakin baik (Lunandi, 1993).
Media yang digunakan dalam penyampaian pendidikan kesehatan dalam
upaya deteksi dini kanker payudara adalah media audio visual atau audio visual aids
(AVA) media ini adalah alat bantu pendidikan kesehatan yang mempunyai bentuk
gambar dan mengeluarkan suara secara simultan. Dengan media ini seseorang tidak
hanya melihat tetapi sekaligus dapat mendengar sehingga dikenal dengan istilah
audio visual aids (AVA) atau alat pandang dengar yang dibagi menjadi dua bagian:
1. Media audio visual diam, misalnya: televisi diam, slide dan suara, film rangkai
dan suara, buku dan suara.
2. Media audio visual gerak, misalnya video, CD, film rangkai dan suara, televisi,
gambar dan suara.
Strategi pendidikan kesehatan adalah cara-cara

yang dipilih untuk

menyampaikan materi, disesuaikan dengan kondisi lingkungan, sifat, ruang lingkup
dan urutan kegiatan, termasuk juga didalamnya komponen-komponen materi
pendidikan kesehatan mengenai upaya deteksi dini kanker payudara dengan praktek
SADARI.
Metode yang digunakan sebaiknya sederhana, menarik dan mudah dipahami,
supaya peserta/audiens betul-betul memahami, menyadari dan mempraktekkan
deteksi dini kanker payudara dengan SADARI adapun metode tersebut adalah

Metode Ceramah Plus Demonstrasi Dan Latihan (CPDL). Dalam melaksanakan
proses pendidikan kesehatan dalam upaya deteksi dini kanker payudara dengan
praktek SADARI, menggunakan metode ceramah (expositori) dengan menyampaikan
materi yang bersifat teoritis mengenai kanker payudara dan sebagai pengantar ke
arah prakek SADARI dalam upaya deteksi dini kanker payudara, dan dilanjutkan
dengan demontrasi untuk memperagakan tehnik SADARI dengan menggunakan alat
penunjang demonstrasi seperti gambar, slide atau film dan menngunakan alat peraga
seperti pantom payudara dilanjutkan berupa drama singkat yang di lakoni petugas
kesehatan dan seorang perempuan/klien yang diajakan cara memeriksa payudara
sendiri dengan praktek SADARI dan diakhiri dengan latihan dengan memberikan
beberapa pertanyaan mengenai pengetahuan dan sikap dalam upaya deteksi dini
kanker payudara dengan praktek SADARI (Nurhidayah, 2010).
2.4.4. Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
Pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam upaya deteksi dini kanker payudara,
merupakan sebuah proses yang sistematis dan terencana, yang dimulai dari
pengkajian, analisa masalah, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian atau evaluasi.
untuk pendidikan kesehatan.
1. Pengkajian sebelum melaksanakan pendidikan kesehatan, perlu dilakukan
sebagai survei awal. Data yang dikumpulkan adalah kondisi masyarakat dan
lingkungan, kebutuhan masyarakat akan materi atau topik pendidikan kesehatan
dan target perubahan perilaku tahap mana yang diperlukan masyarakat

khususnya dalam pemahaman mengenai kanker payudara dan upaya deteksi dini
kanker payudara.
2. Pada saat melakukan analisa masalah ditentukan oleh kebutuhan masyarakat
yang menjadi masalah yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap ataupun
perilaku masyarakat khususnya mengenai pengetahuan terhadap kanker
payudara, dan sikap terhadap deteksi dini kanker payudara.
3. Pada tahap perencanaan yang bertujuan untuk membantu masyarakat lebih
mandiri dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya. Upaya ini diwujudkan
dengan adanya rancangan pembelajaran yakni SAP (Satuan Acara Penyuluhan)
dalam upaya deteksi dini kanker payudara.
4. Pelaksanaan merupakan implementasi dari perencanaan yang tertuang dalam
SAP. Media dan metode yang digunakan juga berkontribusi terhadap kelancaran
dan keberhasilan pelaksanaan pendidikan kesehatan mengenai deteksi dini
kanker payudara.
5. Evaluasi pendidikan kesehatan mengenai deteksi dini kanker payudara di tujukan
kepada individu yang belajar atau kelompok maupun masyarakat. Perlunya
evaluasi ini dilakukan adalah untuk menentukan sampai sejauh mana individu
memahami

materi

yang

telah

disampaikan,

dan

mencapai

perubahan

pengetahuan, sikap maupun perilaku, sesuai dengan yang diharapkan.
(Nurhidayah, 2010).

2.5. Pengetahuan
2.5.1. Definisi Pengetahuan
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu
knowledge. Sedangkan secara terminologi pengetahuan adalah apa yang diketahui
atau hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semu
a isi pikiran dengan demikian untuk memperoleh pengetahuan diperlukan usaha
manusia untuk tahu (

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER PAYUDARA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Kanker Payudara Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Kader Melakukan Sadari Di Posyandu Desa Makamhaji.

1 3 17

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan dan Sikap Dalam Melakukan Sadari Pada Ibu cover

0 0 14

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sadari Melalui Metodeceramah Plus Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Siswi Di Smk Swasta Arjuna Laguboti Tobasamosir Tahun 2015

0 0 18

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sadari Melalui Metodeceramah Plus Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Siswi Di Smk Swasta Arjuna Laguboti Tobasamosir Tahun 2015

0 0 2

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sadari Melalui Metodeceramah Plus Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Siswi Di Smk Swasta Arjuna Laguboti Tobasamosir Tahun 2015

0 0 10

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sadari Melalui Metodeceramah Plus Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Siswi Di Smk Swasta Arjuna Laguboti Tobasamosir Tahun 2015 Chapter III VI

0 0 62

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sadari Melalui Metodeceramah Plus Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Siswi Di Smk Swasta Arjuna Laguboti Tobasamosir Tahun 2015

0 0 2

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sadari Melalui Metodeceramah Plus Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Siswi Di Smk Swasta Arjuna Laguboti Tobasamosir Tahun 2015

0 0 49

II. PENGETAHUAN RESPONDEN TENTANG SADARI - Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Smk Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun 2015

0 0 34

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER PAYUDARA TERHADAP SIKAP MELAKUKAN SADARI SISWI SMAN 1 TURI SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER PAYUDARA TERHADAP SIKAP MELAKUKAN SADARI SISWI SMAN 1 TURI SLEMAN YOG

0 1 13