Analisis Pemfaatan Dana CSR PTPN III Terhadap Perkembangan UMKM di Kota Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Era globalisasi yang semakin meningkat dan tingkat kesadaran masyarakat
yang semakin tinggi menyebabkan konsep tanggung jawab perusahaan yang
hanya untuk mencari keuntungan semata menjadi tidak relevan. Seiring dengan
berkembangnya perusahaan, maka pengaruh perusahaan tersebut juga akan
semakin besar. Hal ini menimbulkan banyaknya gerakan yang menghimbau agar
pelaku bisnis menjalankan perilaku bisnis yang memiliki kesadaran sosial dan
berperilaku secara bertanggung jawab.
Tidak ada yang menyangkal bahwa perusahaan telah memberikan
sumbangan bagi kemajuan ekonomi dan peningkatan sumber daya manusia.
Namun, selain membawa dampak positif, perusahaan juga membawa dampak
negatif dengan skala yang sama. Kerusakan lingkungan, proses pemiskinan,
marginalisasi kelompok masyarakat rentan, semakin lebarnya kesenjangan
ekonomi serta pengaruhnya terhadap proses politik yang tidak demokratis di
berbagai jenjang pemerintahan adalah sebagian dari dampak negatif yang
ditimbulkan (www.csrindonesia.com).
Perusahaan tidak hanya memiliki sisi tanggung jawab ekonomis kepada
shareholders seperti bagaimana memperoleh keuntungan dan menaikkan harga

saham atau tanggung jawab legal kepada pemerintah. Perusahaan dalam
melaksanakan kegiatan operasionalnya akan berinteraksi secara langsung maupun

Universitas Sumatera Utara

tidak langsung dengan lingkungannya. Hal ini disebabkan karena sumber-sumber
ekonomi yang digunakan perusahaan secara keseluruhan berasal dari lingkungan
dan pada akhirnya dikonsumsi juga oleh lingkungan.
Perusahaan sebagai entitas ekonomi, apapun bentuk industrinya bertujuan
untuk mencetak laba yang optimal demi peningkatan kekayaan para pemegang
saham, namun hal ini saja belum cukup, “keberlanjutan bisnis perusahaan”
(Sustainable Business) tidak terjamin hanya mengandalkan pada laba yang tinggi.
Perusahaan harus memiliki komitmen yang tinggi untuk menjalankan tanggung
jawab sosial dan lingkungan (Darwin, 2006).
Kekuasaan yang terpusat pada bisnis modern semakin memperlihatkan
bahwa setiap tindakan yang diambil perusahaan membawa dampak yang nyata
terhadap kualitas hidup masyarakat. Hal ini menyebabkan perusahaan mempunyai
tanggung jawab sosial yang sangat besar terhadap lingkungannya. Hal ini juga
didukung dengan pernyataan Wibisono dalam buku “Membedah Konsep dan
Aplikasi Corporate Social Responsibility (CSR)”; “Tanggung jawab sosial

perusahaan bukan lagi sekedar kegiatan ekonnomi (menghasilkan profit demi
kelangsungan usaha) melainkan juga tanggung jawab terhadap sosial dan
lingkingan. Dunia usaha tidak lagi dihadapkan kepada tanggung jawab yang
berlandaskan pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (Corporate Value)
yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja namun juga harus
memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya” (Wibisono, 2007).
Keberadaan perusahaan telah mampu memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional, namun di sisi lain eksploitasi sumber-sumber

Universitas Sumatera Utara

daya alam oleh sektor industri seringkali menyebabkan terjadinya degradasi
lingkungan. Perusahaan tidak dapat melepaskan tanggung jawabnya baik terhadap
lingkungan maupun masyarakat yang ada di sekitarnya, karena jika perusahaan
ingin tetap memiliki keberlanjutan, maka perusahaan harus memperhatikan baik
masyarakat maupun lingkungannya.
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibillity
(CSR) secara singkat dapat diartikan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan
kepada para pemangku kepentingan atau Stakeholders. Stakeholders tersebut
merupakan pihak-pihak yang berkepentingan, baik langsung maupun tidak

langsung terhadap eksistensi atau aktivitas perusahaan, seperti karyawan,
pemegang saham, konsumen, masyarakat, pelaku usaha atau UMKM, pers,
maupun pemerintah.
Wineberg dan Rudolph (2004) memberi definisa CSR sebagai berikut:
“The contribution that a company makes incosiety through its core bussines
activities, its social investment and philanthropy programs, and its engagement in
public policy” (Endah, 2012).
Terobosan besar dalam konteks CSR dilakukan oleh John Elkington
melalui konsep “3P” (Profit, People, and Planet) dalam bukunya “Cannibals with
Forks, the Triple Bottom Line of Twentith Century Business” yang diliris pada
tahun 1997. Ia berpendapat, jika perusahaan ingin sustain, maka perusahaan perlu
memperhatikan 3P, yaitu bukan hanya mementingkan keuntungan, namun juga
harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, dan ikut aktif dalam
menjaga kelestarian lingkungan (Wibisono, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Corporate Social Responsibillity (CSR) pada perusahaan tidak hanya
dihadapkan pada tanggung jawab yang berdasar pada single bottom line yang
direfleksikan pada kondisi keuangannya saja, namun tanggung jawab perusahaan

harus berpedoman pada Triple Bottom Line, yaitu keuntungan, sosial, dan
lingkungan. Hal ini semakin mencerminkan bahwa aspek keuangan saja tidak
cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (Monik, 2008).
Corporate Social Responsibillity (CSR) juga semakin berkembang setelah
diselenggarakan World Summit on Sustainable Development (WSSD) tahun 2002
di Johannesburg, Afrika Selatan yang menekankan pentingnya tanggung jawab
sosial perusahaan. Kemudian CSR mulai terus berjalan dan berkembang dengan
berbagai konsep dan defenisi. Kesadaran menjalankan CSR akhirnya tumbuh
menjadi tren global, terutama dengan munculnya produk-produk yang ramah
lingkungan yang diproduksi dengan memnperhatikan kaidah sosial dan hak asasi
manusia (www. Csrindonesia.com, 2014).
Istilah CSR semakin popular digunakan di Indonesia sejak tahu 1990-an.
Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate Social
Aktivity) atau aktivitas sosial perusahaan, walaupun tidak menamainya sebagai
CSR. Secara faktual kegiatannya mendekati konsep CSR yang mempresentasikan
bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan
lingkungan. Pada kenyataannya perusahaan yang melakukan CSR masih sangat
sedikit dan pemahaman mengenai CSR pun belum merata. Di Indonesia, hal ini
masih dianggap sebagai konsep. Hal ini diperkuat oleh penelitian Chambers
terhadap pelaksanaan CSR di tujuh Negara Asia, yakni India, Korea Selatan,


Universitas Sumatera Utara

Thailand, Singapura, Malaysia, Filipina dan Indonesia. Dari masing-masing
Negara diambil 50 perusahaan yang berada pada peringkat atas yang berdasarkan
pendapatan operasional untuk tahun 2002, lalu dikaji imlementasi CSR-nya.
Hasilnya, Indonesia tercatat sebagai Negara yang paling rendah penetrasi
pelaksanaan CSR dan derajat keterlibatan komunitasnya (Wibisono, 2007).
Penelitian yang dilakukan Mapisangka (2009) bahwa perkembangan
lingkungan perusahaan berjalan sedemikian cepat, sehingga membutuhkan
berbagai inovasi dan kreasi kegiatan CSR yang mampu dirasakan masyarakat.
Salah satu elemen penting dalam kesejahteraan hidup tersebut adalah adanya
kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan. Dalam hal ini peran
manajemen perusahaan sangat penting dalam upaya untuk memformulasikan
berbagai kegiatan CSR perusahaan, sehingga terjadi hubungan simbiosis
mutualisme antara perusahaan dan masyarakat luas. Pada akhirnya kegiatan CSR
perusahaan diharapkan dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat.
Implementasi

program-program


CSR

dilakukan

secara sistematis,

terstruktur, dan periodik. Kegiatan yang dilakukan senantiasa mengedepankan
persoalan-persoalan

vital

yang

dihadapi

masyarakat

dalam


peningkatan

kesejahteraannya. Corporate Social Responsibility Goal merupakan tujuan
kepedulian sosial perusahaan untuk meningkatkan peran perusahaan dalam
komunitas sosial masyarakat. Karena, keberadaan sebuah perusahaan tidak dapat
berdiri sendiri tanpa adanya dukungan dari masyarakat.
Corporate Social Responsibility Issue akan terus berkembang seiring
dengan dinamika yang terjadi dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. isu-isu

Universitas Sumatera Utara

sosial tersebut berkembang sebagai wujud dari adanya perubahan dalam cara
pandang hidup masyarakat yang harus direspon oleh perusahaan. Ketidak
mampuan perusahaan dalam menangkap isu sosial yang berkembang di
masyarakat akan berdampak pada kehidupan sosial masyarakat. Menurut Giddens
(dalam Budimanta et al., 2008:14) dampak dari globalisasi yang terjadi dewasa
ini, tidak hanya mempunyai dimensi ekonomi saja, akan tetapi juga mempunyai
dimensi politik, teknologi, dan budaya. Pemikiran tersebut juga akan
mempengaruhi cara berfikir kalangan usahawan dalam memandang strategi
usahanya. Perusahaan tidak lagi di pandang sebagai bagian luar dari masyarakat

tetapi perusahaan sudah menjadi bagian dari masyarakat itu sendiri.
Implementasi program CSR merupakan realisasi dan aktualisasi dari upaya
perusahaan untuk terus dekat dengan masyarakat. Menurut Budimanta et al.
(2008:24) CSR pada dasarnya merupakan suatu elemen yang penting dalam
kerangka sustainability yang mencakup aspek ekonomi, lingkungan dan sosial
budaya yang merupakan proses penting dalam pengelolaan biaya dan keuntungan
kegiatan bisnis dengan stakeholders baik secara internal ( pekerja, shareholder,
dan penanaman modal), maupun eksternal (kelembagaan, pengaturan umum,
anggota-anggota masyarakat, kelompok masyarakat sipil dan perusahaan lain ).
Dunia usaha harus dapat mencontoh perusahaan-perusahaan yang telah
terlebih dahulu melaksanakan program CSR sebagai salah satu kebijakan
manajemen perusahaan. Misalnya, PT. Bogasari memiliki program CSR yang
terintegrasi dengan strategi perusahaan, melalui pendampingan para pelaku usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berbasis terigu, seperti yang telah kita

Universitas Sumatera Utara

ketahui bahwa mereka adalah konsumen utama dari produk perusahaan ini.
Namun adakalanya program CSR tidak harus berada pada tingkat produsen dan
pengembangan produk, tetapi dapat mencakup aspek-aspek lain, misalnya

pendidikan dan pelatihan, serta konsevasi (Tanudjaja, 2006).
Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran
strategis dalam perekonomian Indonesia. Pertama, 99 persen unit usaha yang ada
di Indonesia merupakan usaha mikro. Kedua, potensinya yang sangat besar dalam
penyerapan tenaga kerja. Ketiga, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) dari 2007-2008 terus meningkat, dan Keempat, total ekspor dari hasil
produksi UMKM selama tahun 2007-2008 mengalami peningkatan sebesar 28,49
persen (BPS, 2009). Dibalik besarnya peran dari usaha mikro bagi perekonomian
nasional, sektor ini masih dihadapkan dengan beberapa masalah. Menurut
Wardoyo (2005) dalam seminar nasional menyebutkan bahwa permasalahan
utama yang dihadapi oleh sektor UMKM untuk mengembangkan usahanya adalah
kurangnya modal.
Sulitnya akses terhadap bantuan permodalan berupa kredit dari lembaga
keuangan menjadi salah satu penyebab masalah permodalan belum bisa teratasi.
Sumber permodalan UMKM sebenarnya bisa berasal dari pemerintah dan nonpemerintah. Menarik untuk dianalisis adalah sumber modal yang berasal dari
perusahaan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) dengan
memberikan kredit pada sektor usaha mikro dan kecil, karena selama ini yang kita
ketahui bahwa untuk mendapatkan kredit hanya bisa diperoleh di lembaga
keuangan. Keberadaan perusahaan swasta yang memberikan kredit melalui


Universitas Sumatera Utara

program CSR bisa dijadikan salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan
modal yang selama ini menjadi permasalahan utama sektor usaha mikro dalam
mengembangkan usahanya. Karena bagi usaha mikro sangat sulit untuk
mendapatkan kredit dari lembaga keuangan formal, hal ini diperkuat bahwa 68,96
persen modal yang digunakan usaha mikro berasal dari pemilik modal dan pelepas
uang seperti rentenir (Kementrian Negara Koperasi dan UKM, 2014).
Perusahaan yang kepemilikan sahamnya sebagian besar maupun
seluruhnya dimiliki pemerintah seperti Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
memiliki peran dan fungsi strategis sebagai pelaksana pelayanan publik,
penyeimbang

kekuatan-kekuatan

swasta

besar,

dan


turut

membantu

pengembangan usaha kecil/koperasi. Demikian pentingnya keberadan suatu
BUMN dan untuk memberi landasan hukum yang kuat bagi ruang gerak usaha
BUMN, maka pemerintah bersama-sama dengan DPR menyetujui dan
mengesahkan Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN (UU BUMN)
yang mulai berlaku sejak tanggal 19 Juni 2003. Pasal 2 ayat (1) huruf e UU
BUMN menyebutkan bahwa salah satu maksud dan tujuan pendirian BUMN
adalah turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golongan lemah, koperasi, dan masyarakat. Selanjutnyta di dalam Pasal 88 ayat
(1) UU BUMN tersebut disebutkan bahwa BUMN dapat menyisihkan sebagian
laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil dan koperasi serta
pembinaan masyarakat sekitar BUMN. BUMN sebagai badan usaha yang
kepemilikan sahamnya mayoritas dikuasai oleh Negara mendapatkan perhatian

Universitas Sumatera Utara

yang luas dari masyarakat, terutama kinerja BUMN yang bagi kebanyakan orang
dianggap tidak efisien dan tidak baik.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diharuskan pemerintah untuk
berpartisipasi dalam kegiatan tanggung jawab sosial. Sehingga pemerintah
membuat suatu peraturan perundangan tentang hal ini, antara lain dalam UndangUndang No.25 Tahun 2007 tentang penanaman modal dan Undang-Undang No.40
Tahun 2007 tentang perseroan terbatas.
Dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal,
pada pasal 15 menyebutkan bahwa setiap penanam modal berkewajiban:
a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik.
b. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya
kepada badan koordinasi penanaman modal.
d. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas (UU
PT) khususnya pasal 74 yang menyebutkan bahwa :
a.

Perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab
sosial dan lingkungan.

b.

Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang tanggung jawab
sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya

Universitas Sumatera Utara

perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan
dan kewajaran.
c.

Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

d.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur
dengan peraturan pemerintah.
Dalam hal ini PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yang merupakan

perusahaan perseroan sekaligus BUMN bidang perkebunan yang berkaitan dengan
pengolahan sumber daya alam dan merupakan perusahaan publik yang
menerapkan tata kelola perusahaan yang baik diwajibkan untuk melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungannya serta menganggarkan dan membuat
laporan tahunan mengenai aktivitas tanggung jawab sosial yang dilaksanakannya.
CSR yang sedang berkembang baik secara global maupun secara nasional
penerapannya sudah mencakup ke banyak perusahaan termasuk pada BUMN.
Banyak BUMN yang mengklain telah menerapkan CSR dalam perusahaannya
termasuk BUMN yang bergerak pada sektor perkebunan yang kini semakin aktif
menerapkan CSR.
Salah satu BUMN pada sektor perkebunan adalah PT. Perkebunan
Nusantara III (PTPN-III) yang bergerak pada bisnis usaha Tanaman Perkebunan
diwilayah Provinsi Sumatera Utara. Selain bergerak pada bisnis usaha Tanaman
perkebunan PT. Perkebunan Nusantara III juga bertugas sebagai pelaksana
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan

Universitas Sumatera Utara

(PKBL) sebagai mana yang diamanatkan Pemerintah selaku Pemegang Saham
melalui Kementerian BUMN.
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) adalah Badan Usaha
yang mengorganisasi pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi
untuk meningkatkan taraf hidup anggotanya yang salah satunya bergerak dalam
bidang Mitra Usaha dan Bina Lingkungan. Mitra Usaha dan Bina Lingkungan
adalah sejenis usaha pinjam modal kerja kepada perusahaan perseorangan atau
koperasi dengan syarat-syarat tertentu. Mitra PKBL mengajukan Permohonan
Pinjaman ke bagian Kemitraan Bina Lingkungan (KBL). Kemudian KBL
melakukan evaluasi awal terhadap calon mitra usaha lalu merekomendasikan
usulan permohonan pinjaman ke Direksi PT. Perkebunan Nusantara III. Dalam
rangka mengukur tingkat keberhasilan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL) sangat dibutuhkan indikator yang jelas.
Aktifitas tanggung jawab sosial perusahaan ini dapat berbentuk program
kemitraan dengan usaha kecil dan program bina lingkungan. Implementasi dari
program kemitraan dengan usaha kecil dan program bina lingkungan ini menjadi
kewajiban bagi BUMN melalui kebijakan pemerintah. Salinan peraturan Meneg
BUMN nomor PER-05/MBU/2007, tanggal 27 April 2007, yang menggantikan
aturan yang sebelumnya ada, yaitu keputusan menteri BUMN nomor: KEP236/MBU/2003, tanggal 17 Juni 2003, yang menyatakan bahwa setiap korporasi
di lingkungan BUMN harus menjalankan program kemitraan dengan usaha kecil
dan program bina lingkungan. Sedangkan surat edaran nomor: SE-433/MBU/2003
tanggal 16 September 2003 terutama bab 1, pasal 1, ayat 6 dan 7, menyatakan

Universitas Sumatera Utara

bahwa program kemitraan BUMN adalah program untuk meningkatkan
kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan
dana dari bagian laba BUMN.
Aktifitas tanggung jawab sosial ini merupakan salah satu peran BUMN
dalam kegiatan pembangunan selain kontribusi langsung yang dapat diukur
besarnya secara kuantitatif, misalnya diberikan dalam bentuk pajak, deviden, hasil
privatisasi, pelaksanaan public service obligation (PSO), kontribusi aktivitas dari
capital expenditure, market capitalization di bursa efek Indonesia dan lain
sebagainya. Kontribusi lainnya pada pembangunan yang tidak selalu dapat diukur
besarnya secara kuantitatif misalnya kontribusi BUMN dalam mendorong citra
dan dinamika BUMN dalam mendampingi pertumbuhan UMKM melalui berbagai
aktivitas yang tidak hanya terbatas pada dana program kemitraan dan bina
lingkungan (PKBL).
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari 14
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha
perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Selaku Badan Usaha
Milik Negara (BUMN). PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yang bergerak
pada Core Business tanaman perkebunan di wilayah Sumatera Utara juga bertugas
sebagai pelaksana Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program
Bina Lingkungan (PKBL) sebagaimana yang diamanatkan pemerintah selaku
Pemegang Saham melalui Kementrian BUMN. Upaya tersebut bersifat pembinaan
yang dilakukan melalui Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan di
sekitar wilayah kerja PT Perkebunan Nusantara III (Persero).

Universitas Sumatera Utara

Sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social
responsibility) yang juga merupakan salah satu bentuk implementasi prinsipprinsip Good Corporate Governance (GCG), PT Perkebunan Nusantara III juga
mengembangkan program yang bersifat sosial guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dilingkungan sekitar Kebun.
Unit program kemitraan dan bina lingkungan PT. Perkebunan Nusantara
III (Persero) selanjutnya disebut PKBL PTPN III didirikan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No.Kep-236/MBU/2003 tanggal
17 Juni 2003 yang telah diubah menjadi Peraturan Menteri Negara Badan Usaha
Milik Negara No.PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha
Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan melalui
Pemanfaatan Dana dari Bagian Laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) melaksanakan Program Kemitraan
(PK) dengan Usaha Kecil dan Koperasi sejak tahun 1992 dan pelaksanaan
Program Bina Lingkungan sejak tahun 2000, dengan suatu konsep pembinaan
terpadu dan berkesinambungan yang dalam pelaksanaannya bekerjasama dengan
lembaga/instansi

terkait

yang

berkompeten

di

bidangnya.

Di

dalam

pelaksanaannya PT. Perkebunan Nusantara III menyisihkan maksimal 2% dari
laba bersih untuk Program Kemitraan, yaitu program untuk meningkatkan
kemampuan usaha kecil agar menjadi layak kredit dan mandiri, serta 2% dari laba
bersih untuk Program Bina Lingkungan yaitu program pemberdayaan kondisi
sosial masyarakat oleh BUMN di Wilayah Usaha BUMN melalui pemanfaatan
dana dari Bagian Laba BUMN.

Universitas Sumatera Utara

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut :
a. Apakah Corporate Social Responsibility (CSR) Goal berpengaruh terhadap
perkembangan UMKM Mitra Binaan PTPN III di Kota Medan?
b. Apakah Corporate Social Responsibility (CSR) Issue berpengaruh terhadap
perkembangan UMKM Mitra Binaan PTPN III di Kota Medan?
c. Apakah Corporate Relation Program berpengaruh terhadap perkembangan
UMKM Mitra Binaan PTPN III di Kota Medan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1

Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk menggambaran tentang

pemahaman PT. Perkebunan Nusantara III atas Corporate Social Responsibility
dan penerapannya sehingga dapat diketahui aspek-aspek penting terkait baik
secara ekonomi, sosial atau lingkungan. Penelitian juga didasari konsep Triple
Bottom Line atas pelaksanaan CSR pada perusahaan ini. Setelah itu dapat
diketahui manfaat penerapan CSR bagi perusahaan.
Tujua khusus dari penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran atau
deskripsi mengenai:
a. Untuk menganalisis pengaruh CSR Goal terhadap perkembangan UMKM
Mitra Binaan PTPN III di Kota Medan

Universitas Sumatera Utara

b. Untuk menganalisis pengaruh CSR Issue terhadap perkembangan UMKM
Mitra Binaan PTPN III di Kota Medan
c. Untuk menganalisis pengaruh Corporate Relation Program terhadap
perkembangan UMKM Mitra Binaan PTPN III di Kota Medan

1.3.2

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai

berikut:
1. Bagi PT. Perkebunan Nusantara III
Diharapkan hasil tulisan ini dapat memberikan sumbangan informasi
bagi PT. Perkebunan Nusantara III terutama dalam pelaksanaan Corporate
Social Responsibility sebagai salah satu strategi bisnis Perusahaan khususnya
ditinjau dari teori Triple Bottom Line.
2. Bagi Akademis
Diharapkan hasil tulisan ini dapat menambah dan memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai pelaksanaan Corporate
Social Responsibility dan kaitanya dengan konsep-konsep CSR Khususnya
Triple Bottom Line.

Universitas Sumatera Utara