Analisis Pengaruh Pasar, Transportasi, Teknologi Dan Kelembagaan Terhadap Pendapatan Masyarakat Pesisir Di Kabupaten Serdang Bedagai
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kekayaan alam yang dimiliki oleh Negara ini sungguh sangat banyak
mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik
Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau dengan
garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta km2 (0,3 juta km2
perairan teritorial dan 2,8 juta km2 perairan nusantara) atau 62% dari luas
teritorialnya. Sehingga Negara Kesatuan Republik Indonesia dikenal sebagai
Negara Bahari. Dengan demikian sumber daya yang terdapat di perairan Indonesia
merupakan potensi bagi kita dalam meningkatkan perekonomian. Dengan potensi
kekayaan alam yang kita miliki tersebut semestinya berdampak positif bagi
pembangunan nasional dengan tujuan tercapainya kesejahteraan masyarakat.
Seperti diketahui bersama, bahwa potensi dari sumber daya alam pesisir
dan laut dewasa ini merupakan suatu potensi yang cukup menjanjikan dalam
medukung tingkat perekonomian masyarakat terutama nelayan. Konsekuensi logis
dari sumber daya pesisir dan laut sebagai sumber daya alam pesisir dan laut
dewasa ini semakin meningkat sesuai dengan tingkat kebutuhan manusia.
Seiring dengan meningkatnya usaha penangkapan dalam memenuhi
kebutuhan pangan baik bagi masyarakat disekitarnya maupun terhadap
permintaan pasar. Ghofar (2004) mengatakan bahwa perkembangan eksploitasi
sumber daya alam laut dan pesisir dewasa ini (penangkapan, budidaya, dan
ekstraksi bahan – bahan untuk keperluan medis) telah menjadi suatu bidang
Universitas Sumatera Utara
kegiatan ekonomi yang dikendalaikan oleh pasar terutama jenis – jenis
yang bernilai ekonomi tinggi., sehingga mendorong eksploitasi sumber daya alam
laut dan pesisir dalam skala dan intensitas yang cukup besar.
Sebagai akibatnya pemanfaatan sumber daya alam pesisir dan laut yang
cenderung melebihi daya dukung sumber daya (over eksploitation) dan dan
bersifat destruktif. Kondisi ini semakin diperparah oleh peningkatan jumlah
armada penangkapan, penggunaan alat dan teknik serta teknologi penangkapan
yang tidak ramh lingkungan. Disamping itu berbagai aktivitas manusia baik
diwilayah pesisir dan laut serta kegiatan di daratan yang juga dapat menimbulkan
dampak pencemaran lingkungan. Kondisi ini menimbulkan tekanan bagi
lingkungan bahkan cenderung merusak sumber daya alam pesisir dan laut yang
cenderung meningkat intensitasnya dari waktu ke waktu, sehingga pada akhinya
dapat menyebabkan menurunnya daya dukung sumber daya dalam jangka
panjang.
Disisi lain nelayan mempunyai peran yang sangat substansial dalam
modernisaisi kehidupan manusia. Mereka termasuk dalam agent of development
yang paling reaktif terhadap lingkungan. Sifatnya yang lebih terbuka jika
dibandingkan dengan kelompok masyarakat yang hidup dipedalaman, menjadi
stimulator untuk menerima perkembangan peradaban yang lebih modern
(Sudrajad, 2008:2). Namun dalam perkembangannya, justru nelayan belum
menunjukkan kemajuan yang berarti sebagaimana kelompok masyarakat yang
lain. Keberadaan mereka sebagai agent of development ternyata tidak ditunjukkan
secara positif dengan kehidupan ekonominya. Malah nelayan menjadi persoalan
sosial yang paling dominan dihadapi di daerah pesisir oleh kemiskinan.
Universitas Sumatera Utara
Bila dilihat dari sudut pandang tempat tinggal, pada umumnya nelayan
tradisional berada dalam lingkungan sumber daya laut yang kaya raya, namun
mereka tetap miskin. Sehingga Sudjatmoko (1995:47) menyatakan kemiskinan
yang terjadi pada nelayan tradisonal adalah kemiskinan struktural. Namun
demikian, sumber daya laut dan pesisir yang kaya raya bila dilihat dari tingkat
pemanfaatannya masih jauh dari tingkat optimal dan berkelanjutan, sehingga
diperlukan upaya – upaya yang secara terus menerus dalam rangka pengelolaan
dan pemanfaatan yang lebih optimal.
Kehidupan mereka sungguh memperihatinkan karena sebagai nelayan
tradisional yang tergolong kedalam kelompok masyarakat miskin, mereka sering
kali dijadikan objek eksploitasi oleh para pemilik modal. Harga ikan sebagai
sumber pendapatannya dikendalikan oleh para pemilik modal atau tengkulak,
sehingga distribusi pendapatan menjadi tidak merata atau ketimpangan distribusi
pendapatan. Gejala modernisasi perikanan tidak banyak membantu bahkan
membuat nelayan tradisional terpinggirkan, seperti munculnya kapal tangkap yang
berukuran besar dan penggunaan teknologi yang modern. Mereka mampu
menangkap ikan lebih banyak dibandingkan nelayan tradisional yang hanya
menggunakan teknologi tradisional.
Sejalan dengan otonomi daerah yang diiringi dengan menguatnya tuntutan
demokrasi den peningkatan peranan masyarakat, pemerataan dan keadilan serta
perhatian
terhadap
potensi
dan
keanekaragaman
daerah,
maka
proses
pengembangan kawasan pesisir dan laut hendaknya disusun dalam bingkai
pendekatan integralistik yang sinergistik dan harmonis, dengan memperhatikan
system nilai dan kelembagaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat
Universitas Sumatera Utara
setempat serta sejalan dengan pengembangan sumber – sumber potensi lokal.
Pengembangan kelembagaan masyarakat pesisir yang berbasisi pada sumber daya
lokal akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan
dan pengawasan pengelolaan potensi sumberdaya. Dengan demikian akan lebih
menjamin kesinambungan peningkatan pendapatan dan pelestarian sumber
dayanya.
Fenomena-fenomena diatas tidak jauh berbeda dengan keadaan di
Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai dengan panjang garis
pantai yang dimiliki ± 95 KM menghadap Selat Malaka. Dengan garis pantai yang
memanjang tersebut banyak terdapat berbagai potensi sumber daya di pesisir
maupun di laut sehingga mayoritas penduduk yang berdomisili di daerah tersebut
menggantungkan hidupnya dari hasil laut.
Potensi Sumberdaya yang dominan pada Kabupaten Serdang Bedagai
bersumber dari komoditas perikanan tangkap. Tidak hanya komoditas perikanan
tangkap, Kabupaten Serdang Bedagai juga mengembangkan Budidaya ikan
sebagai salah satu program pemerintah yakni Program Minapolitan dalam
mengentaskan kemiskinan. Meski demikian hasil dari komoditas perikanan
budidaya yang dilakukan belum menunjukkan hasil yang signifikan atau masih
dalam skala yang masih relatif kecil. Namun hasil tersebut setidaknya dapat
memberikan manfaat bagi para nelayan agar nelayan dapat meningkatkan
produktivitas dan pendapatan nelayan.
Pendapatan atau penghasilan yang diperoleh nelayan pada umumnya
bersumber dari hasil melaut atau hasil tangkap. Dari hasil tangkapan tersebut bisa
menunjukkan perolehan pendapatan atau penghasilan dari masyarakat pesisir,
Universitas Sumatera Utara
sehingga semakin banyak komoditi hasil tangkapnya maka semakin besar pula
pendapatan yang diperoleh. Dan apabila semakin sedikit komoditi hasil
tangkapnya maka semakin kecil pula pendapatan yang diperoleh. Produksi
komoditi perikanan di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada tabel 1
sebagai berikut:
Tabel 1.1. Produksi Komoditas Perikanan
No
Indikator Kinerja Kunci
1
Perikanan Tangkap (Ton)
2
Perikanan Budidaya (Ton)
3
Perikanan peraian umum (Ton)
Pencapaian Kinerja
2008
2009
2010
22.158
22.281
22.776
2.352,73
2.259,6
7.215
50,03
55,01
58,42
Sumber: Data Sekunder Bappeda 2011
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa setiap tahunnya komoditi perikanan
mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Kenaikan tersebut semestinya
berkorelasi erat dengan pendapatan masyarakat. Sehingga pendapatan masyarakat
semestinya juga ikut naik. Akan tetapi secara empiris kenaikan komoditi
perikanan tersebut tidak bersinergi dengan kesejahteraan masyarakat pesisir.
Pendapatan atau penghasilan masyarakat tersebut dapat dilihat secara agregat dari
jumlah Pendapatan Domestik Bruto Daerah (PDRB) Kabupaten Serdang Bedagai
pada tabel 2. sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan (Triliun Rupiah)
No
Lapangan Usaha
2007
2008 2009 2010
1
2
3
4
5
6
7
Pertanian
Pertambangan dan Penggalaian
Industri
Listrik, Gas dan Air
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Usaha Persewaan dan Jasa
Perusahaan
Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan
PDRB
4,56
9,75
4,92
11,75
14,89
5,19
6,09
4,67
7,58
5,44
9,11
8,84
6,31
9,11
4,89
7,41
4,85
8,75
8,41
6,06
7,15
7,33
7,33
5,33
8,84
8,78
5,51
6,11
7,95
9,59
6,25
8,78
9,72
6,12
8,78
8,42
5,92
8,53
8,7
6,14
8
9
Sumber Data: Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011
Hal tersebut semakin diperkeruh dengan adanya kenaikan harga Bahan
Bakar Minyak (BBM), sehingga para nelayan pun mengalami pengurangan
pendapatan karena biaya operasional yang juga ikut naik. Tidak hanya itu, faktor
cuaca dan keterbatasan sarana dan prasarana kapal nelayan juga menyebabkan
rendahnya intensitas nelayan untuk melaut. Dengan tidak melautnya para nelayan
menyebabkan pendapatan mereka menjadi berkurang. Ketidaksesuaian tersebut
maka perlu kiranya diadakan suatu penanganan yang serius dan berkelanjutan
untuk menanggulangi fenomena tersebut.
Berdasarkan latarbelakang diatas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian mengenai tatacara pengelolaan sumber daya alam pesisir yang berkaitan
dengan pendapatan masyarakatnya. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan
pada pendapatan masyarakat dari sektor perikanan tangkap serta faktor yang
mempengaruhinya.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diambil rumusan
masalahnya sebagai berikut:
1. Apakah Pasar (Pasar Output dan Pasar Input) berpengaruh terhadap
pendapatan masyarakat dengan adanya pengalaman dan tingkat
pendidikan.
2. Apakah
Transportasi
(Moda
Trasnportasi
dan
Infrastruktur
Transportasi) berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat dengan
adanya pengalaman dan tingkat pendidikan.
3. Apakah Teknologi berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat
dengan adanya pengalaman dan tingkat pendidikan.
4. Apakah Kelembagaan berpengaruh positif terhadap pendapatan
masyarakat dengan adanya pengalaman dan tingkat pendidikan
1.3. Tujuan Penelitian
Dengan memperhatikan permasalahan dan latar belakang diatas, maka
dapat dirumuskan beberapa tujuan penelitian sebagai berikut;
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Pasar (Pasar Output dan
Pasar Input) terhadap pendapatan masyarakat dengan adanya
pengalaman dan tingkat pendidikan
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengalaman Transportasi
(Moda
Trasnportasi
dan
Infrastruktur
Transportasi)
terhadap
pendapatan masyarakat dengan adanya pengalaman dan tingkat
pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh teknologi terhadap
pendapatan masyarakat dengan adanya pengalaman dan tingkat
pendidikan.
4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh aspek kelembagaan
terhadap pendapatan masyarakat dengan adanya pengalaman dan
tingkat pendidikan.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis yang
berhubungan dengan Pengelolaan Sumberdaya Alam Pesisir
2. Sebagai masukan/input bagi Pemerintah Daerah dalam menganalisis
serta mengevaluasi Pengelolaan Sumberdaya Alam Pesisir di
Kabupaten Serdang Bedagai
3. Sebagai bahan acuan atau referensi untuk penelitian selanjutnya
terutama yang berminat meneliti masalah Pengelolaan Sumberdaya
Alam Pesisir.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kekayaan alam yang dimiliki oleh Negara ini sungguh sangat banyak
mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik
Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau dengan
garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta km2 (0,3 juta km2
perairan teritorial dan 2,8 juta km2 perairan nusantara) atau 62% dari luas
teritorialnya. Sehingga Negara Kesatuan Republik Indonesia dikenal sebagai
Negara Bahari. Dengan demikian sumber daya yang terdapat di perairan Indonesia
merupakan potensi bagi kita dalam meningkatkan perekonomian. Dengan potensi
kekayaan alam yang kita miliki tersebut semestinya berdampak positif bagi
pembangunan nasional dengan tujuan tercapainya kesejahteraan masyarakat.
Seperti diketahui bersama, bahwa potensi dari sumber daya alam pesisir
dan laut dewasa ini merupakan suatu potensi yang cukup menjanjikan dalam
medukung tingkat perekonomian masyarakat terutama nelayan. Konsekuensi logis
dari sumber daya pesisir dan laut sebagai sumber daya alam pesisir dan laut
dewasa ini semakin meningkat sesuai dengan tingkat kebutuhan manusia.
Seiring dengan meningkatnya usaha penangkapan dalam memenuhi
kebutuhan pangan baik bagi masyarakat disekitarnya maupun terhadap
permintaan pasar. Ghofar (2004) mengatakan bahwa perkembangan eksploitasi
sumber daya alam laut dan pesisir dewasa ini (penangkapan, budidaya, dan
ekstraksi bahan – bahan untuk keperluan medis) telah menjadi suatu bidang
Universitas Sumatera Utara
kegiatan ekonomi yang dikendalaikan oleh pasar terutama jenis – jenis
yang bernilai ekonomi tinggi., sehingga mendorong eksploitasi sumber daya alam
laut dan pesisir dalam skala dan intensitas yang cukup besar.
Sebagai akibatnya pemanfaatan sumber daya alam pesisir dan laut yang
cenderung melebihi daya dukung sumber daya (over eksploitation) dan dan
bersifat destruktif. Kondisi ini semakin diperparah oleh peningkatan jumlah
armada penangkapan, penggunaan alat dan teknik serta teknologi penangkapan
yang tidak ramh lingkungan. Disamping itu berbagai aktivitas manusia baik
diwilayah pesisir dan laut serta kegiatan di daratan yang juga dapat menimbulkan
dampak pencemaran lingkungan. Kondisi ini menimbulkan tekanan bagi
lingkungan bahkan cenderung merusak sumber daya alam pesisir dan laut yang
cenderung meningkat intensitasnya dari waktu ke waktu, sehingga pada akhinya
dapat menyebabkan menurunnya daya dukung sumber daya dalam jangka
panjang.
Disisi lain nelayan mempunyai peran yang sangat substansial dalam
modernisaisi kehidupan manusia. Mereka termasuk dalam agent of development
yang paling reaktif terhadap lingkungan. Sifatnya yang lebih terbuka jika
dibandingkan dengan kelompok masyarakat yang hidup dipedalaman, menjadi
stimulator untuk menerima perkembangan peradaban yang lebih modern
(Sudrajad, 2008:2). Namun dalam perkembangannya, justru nelayan belum
menunjukkan kemajuan yang berarti sebagaimana kelompok masyarakat yang
lain. Keberadaan mereka sebagai agent of development ternyata tidak ditunjukkan
secara positif dengan kehidupan ekonominya. Malah nelayan menjadi persoalan
sosial yang paling dominan dihadapi di daerah pesisir oleh kemiskinan.
Universitas Sumatera Utara
Bila dilihat dari sudut pandang tempat tinggal, pada umumnya nelayan
tradisional berada dalam lingkungan sumber daya laut yang kaya raya, namun
mereka tetap miskin. Sehingga Sudjatmoko (1995:47) menyatakan kemiskinan
yang terjadi pada nelayan tradisonal adalah kemiskinan struktural. Namun
demikian, sumber daya laut dan pesisir yang kaya raya bila dilihat dari tingkat
pemanfaatannya masih jauh dari tingkat optimal dan berkelanjutan, sehingga
diperlukan upaya – upaya yang secara terus menerus dalam rangka pengelolaan
dan pemanfaatan yang lebih optimal.
Kehidupan mereka sungguh memperihatinkan karena sebagai nelayan
tradisional yang tergolong kedalam kelompok masyarakat miskin, mereka sering
kali dijadikan objek eksploitasi oleh para pemilik modal. Harga ikan sebagai
sumber pendapatannya dikendalikan oleh para pemilik modal atau tengkulak,
sehingga distribusi pendapatan menjadi tidak merata atau ketimpangan distribusi
pendapatan. Gejala modernisasi perikanan tidak banyak membantu bahkan
membuat nelayan tradisional terpinggirkan, seperti munculnya kapal tangkap yang
berukuran besar dan penggunaan teknologi yang modern. Mereka mampu
menangkap ikan lebih banyak dibandingkan nelayan tradisional yang hanya
menggunakan teknologi tradisional.
Sejalan dengan otonomi daerah yang diiringi dengan menguatnya tuntutan
demokrasi den peningkatan peranan masyarakat, pemerataan dan keadilan serta
perhatian
terhadap
potensi
dan
keanekaragaman
daerah,
maka
proses
pengembangan kawasan pesisir dan laut hendaknya disusun dalam bingkai
pendekatan integralistik yang sinergistik dan harmonis, dengan memperhatikan
system nilai dan kelembagaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat
Universitas Sumatera Utara
setempat serta sejalan dengan pengembangan sumber – sumber potensi lokal.
Pengembangan kelembagaan masyarakat pesisir yang berbasisi pada sumber daya
lokal akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan
dan pengawasan pengelolaan potensi sumberdaya. Dengan demikian akan lebih
menjamin kesinambungan peningkatan pendapatan dan pelestarian sumber
dayanya.
Fenomena-fenomena diatas tidak jauh berbeda dengan keadaan di
Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai dengan panjang garis
pantai yang dimiliki ± 95 KM menghadap Selat Malaka. Dengan garis pantai yang
memanjang tersebut banyak terdapat berbagai potensi sumber daya di pesisir
maupun di laut sehingga mayoritas penduduk yang berdomisili di daerah tersebut
menggantungkan hidupnya dari hasil laut.
Potensi Sumberdaya yang dominan pada Kabupaten Serdang Bedagai
bersumber dari komoditas perikanan tangkap. Tidak hanya komoditas perikanan
tangkap, Kabupaten Serdang Bedagai juga mengembangkan Budidaya ikan
sebagai salah satu program pemerintah yakni Program Minapolitan dalam
mengentaskan kemiskinan. Meski demikian hasil dari komoditas perikanan
budidaya yang dilakukan belum menunjukkan hasil yang signifikan atau masih
dalam skala yang masih relatif kecil. Namun hasil tersebut setidaknya dapat
memberikan manfaat bagi para nelayan agar nelayan dapat meningkatkan
produktivitas dan pendapatan nelayan.
Pendapatan atau penghasilan yang diperoleh nelayan pada umumnya
bersumber dari hasil melaut atau hasil tangkap. Dari hasil tangkapan tersebut bisa
menunjukkan perolehan pendapatan atau penghasilan dari masyarakat pesisir,
Universitas Sumatera Utara
sehingga semakin banyak komoditi hasil tangkapnya maka semakin besar pula
pendapatan yang diperoleh. Dan apabila semakin sedikit komoditi hasil
tangkapnya maka semakin kecil pula pendapatan yang diperoleh. Produksi
komoditi perikanan di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada tabel 1
sebagai berikut:
Tabel 1.1. Produksi Komoditas Perikanan
No
Indikator Kinerja Kunci
1
Perikanan Tangkap (Ton)
2
Perikanan Budidaya (Ton)
3
Perikanan peraian umum (Ton)
Pencapaian Kinerja
2008
2009
2010
22.158
22.281
22.776
2.352,73
2.259,6
7.215
50,03
55,01
58,42
Sumber: Data Sekunder Bappeda 2011
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa setiap tahunnya komoditi perikanan
mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Kenaikan tersebut semestinya
berkorelasi erat dengan pendapatan masyarakat. Sehingga pendapatan masyarakat
semestinya juga ikut naik. Akan tetapi secara empiris kenaikan komoditi
perikanan tersebut tidak bersinergi dengan kesejahteraan masyarakat pesisir.
Pendapatan atau penghasilan masyarakat tersebut dapat dilihat secara agregat dari
jumlah Pendapatan Domestik Bruto Daerah (PDRB) Kabupaten Serdang Bedagai
pada tabel 2. sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. PDRB Kabupaten Serdang Bedagai menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan (Triliun Rupiah)
No
Lapangan Usaha
2007
2008 2009 2010
1
2
3
4
5
6
7
Pertanian
Pertambangan dan Penggalaian
Industri
Listrik, Gas dan Air
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Usaha Persewaan dan Jasa
Perusahaan
Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan
PDRB
4,56
9,75
4,92
11,75
14,89
5,19
6,09
4,67
7,58
5,44
9,11
8,84
6,31
9,11
4,89
7,41
4,85
8,75
8,41
6,06
7,15
7,33
7,33
5,33
8,84
8,78
5,51
6,11
7,95
9,59
6,25
8,78
9,72
6,12
8,78
8,42
5,92
8,53
8,7
6,14
8
9
Sumber Data: Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011
Hal tersebut semakin diperkeruh dengan adanya kenaikan harga Bahan
Bakar Minyak (BBM), sehingga para nelayan pun mengalami pengurangan
pendapatan karena biaya operasional yang juga ikut naik. Tidak hanya itu, faktor
cuaca dan keterbatasan sarana dan prasarana kapal nelayan juga menyebabkan
rendahnya intensitas nelayan untuk melaut. Dengan tidak melautnya para nelayan
menyebabkan pendapatan mereka menjadi berkurang. Ketidaksesuaian tersebut
maka perlu kiranya diadakan suatu penanganan yang serius dan berkelanjutan
untuk menanggulangi fenomena tersebut.
Berdasarkan latarbelakang diatas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian mengenai tatacara pengelolaan sumber daya alam pesisir yang berkaitan
dengan pendapatan masyarakatnya. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan
pada pendapatan masyarakat dari sektor perikanan tangkap serta faktor yang
mempengaruhinya.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diambil rumusan
masalahnya sebagai berikut:
1. Apakah Pasar (Pasar Output dan Pasar Input) berpengaruh terhadap
pendapatan masyarakat dengan adanya pengalaman dan tingkat
pendidikan.
2. Apakah
Transportasi
(Moda
Trasnportasi
dan
Infrastruktur
Transportasi) berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat dengan
adanya pengalaman dan tingkat pendidikan.
3. Apakah Teknologi berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat
dengan adanya pengalaman dan tingkat pendidikan.
4. Apakah Kelembagaan berpengaruh positif terhadap pendapatan
masyarakat dengan adanya pengalaman dan tingkat pendidikan
1.3. Tujuan Penelitian
Dengan memperhatikan permasalahan dan latar belakang diatas, maka
dapat dirumuskan beberapa tujuan penelitian sebagai berikut;
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Pasar (Pasar Output dan
Pasar Input) terhadap pendapatan masyarakat dengan adanya
pengalaman dan tingkat pendidikan
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengalaman Transportasi
(Moda
Trasnportasi
dan
Infrastruktur
Transportasi)
terhadap
pendapatan masyarakat dengan adanya pengalaman dan tingkat
pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh teknologi terhadap
pendapatan masyarakat dengan adanya pengalaman dan tingkat
pendidikan.
4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh aspek kelembagaan
terhadap pendapatan masyarakat dengan adanya pengalaman dan
tingkat pendidikan.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis yang
berhubungan dengan Pengelolaan Sumberdaya Alam Pesisir
2. Sebagai masukan/input bagi Pemerintah Daerah dalam menganalisis
serta mengevaluasi Pengelolaan Sumberdaya Alam Pesisir di
Kabupaten Serdang Bedagai
3. Sebagai bahan acuan atau referensi untuk penelitian selanjutnya
terutama yang berminat meneliti masalah Pengelolaan Sumberdaya
Alam Pesisir.
Universitas Sumatera Utara