Analisis Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Wilayah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai

(1)

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP

PEMBANGUNAN MASYARAKAT WILAYAH PESISIR

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TESIS

Oleh :

PANUSUNAN HARAHAP

117003066

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2013


(2)

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP

PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh :

PANUSUNAN HARAHAP

NIM : 117003066

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2013


(3)

Judul : Analisis Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Wilayah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai

Nama Mahasiswa : Panusunan Harahap

Nomor Pokok : 117003066

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Erlina, SE. M.Si, Ph.D.Ak Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc


(4)

Telah diuji pada

Tanggal 08 Juli 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

: Prof. Erlina, SE. M.Si, Ph.D.Ak

Anggota

: 1. Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE

2. Dr. Drs. Rujiman, MA

3. Ir. Supriadi, MS


(5)

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP

PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ABSTRAK

Strategi pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia (people centred development) dalam pelaksanaannya sangat mensyaratkan keterlibatan langsung dari masyarakat penerima program pembangunan (partisipasi pembangunan), karena hanya dengan adanya partisipasi dari masyarakat penerima program, maka hasil pembangunan tersebut akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Serdang Bedagai dengan mengambil lokasi penelitian di 5 (lima) kecamatan wilayah pesisir, yaitu Kecamatan Pantai Cermin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kecamatan Teluk Mengkudu dan Kecamatan Bandar Khalifah dan Kecamatan Perbaungan tentang analisis partisipasi masyarakat terhadap pembangunan wilayah pesisir Kabupaten Serdang Bedagai. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dan analisis deskriptif dengan jumlah sampel responden 99 orang dari 13.663 orang jumlah

populasi. Pengambilan sampel responden berdasarkan probability sampling. Dari

hasil penelitian dperoleh bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan wilayah pesisir, yaitu pendidikan, pekerjaan, pemahaman, dan peraturan secara simultan berpengaruh signifikan. Secara parsial variabel pendidikan dan pemahaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap partsipasi masyarakat, sedangkan variabel pekerjaan dan peraturan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap partisipasi masyarakat. Variabel partisipasi masyarakat yang meliputi pengambilan keputusan, pelaksanaan, menerima manfaat, dan menilai hasil program secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembangunan wilayah pesisir. Secara parsial variabel pengambilan keputusan dan menerima manfaat berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembangunan wilayah pesisir, sedangkan variabel pelaksanaan dan menilai hasil program berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pembangunan wilayah pesisir


(6)

ANALYSIS OF COMMUNITY PARTICIPATION OF COASTAL AREA DEVELOPMENT BEDAGAI SERDANG

ABSTRACT

Oriented development strategy of human development (people centered development) in its implementation so requires the direct involvement of program beneficiaries development (participation in development), because it is only with the participation of the beneficiaries of the program, the results of such development will be in accordance with the aspirations and needs of the community itself. Research conducted at Serdang Regency to take research sites in 5 (five) coastal districts, namely District Coast Mirror, District Tanjung Golkar, Noni Bay District and Sub-district and District Perbaungan Bandar Caliph of public participation in the analysis of coastal development Serdang regency. The method of analysis used in this study is multiple regression analysis and descriptive analysis with a sample of 99 respondents from a population of 13,663 people. Sampling of respondents based on probability sampling. From the research dperoleh that the factors that influence community participation in coastal development, namely education, employment, understanding, and regulation are simultaneously significant. In partial, education and understanding of the positive and significant impact on people's participation, while employment and regulatory variables but not significant positive effect on community participation. Variables include public participation decision-making, implementation, benefit, and assess program outcomes simultaneously positive and significant impact on coastal development. In partial decisions and receive the benefits of a positive and significant impact on coastal development, while the variable implementation and assess program outcomes is positive but not significant effect on coastal development


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul: “Analisis

Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Wilayah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai. Tesis ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan, masukan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada

yang terhormat Ibu Prof. Erlina, SE. M.Si. Ph.D selaku Ketua Komisi

Pembimbing dan Bapak Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua

Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan USU Medan sekaligus Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberi saran, dukungan, pengetahuan dan bimbingan kepada penulis hingga tesis ini selesai.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M,Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Dr. Drs. Rujiman, MA., Ir. Supriadi, MS dan Agus Suriadi, S.Sos

M.Si, selaku dosen pembanding sekaligus penguji tesis yang telah memberikan masukan-masukan demi kesempurnaan tesis ini

3. Seluruh Dosen Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan

Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas segala keikhlasannya dalam memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman

4. Bapak Ir. H. Riadil Akhir Lubis, M.Si, Kepala Badan Perencanaan dan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan izin bagi penulis untuk menyelelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana USU.


(8)

5. Seluruh mahasiswa PWD kelas Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Angkatan 2011 dan staf administrasi atas keakrabannya, bantuan dan kerjasama yang telah diberikan selama ini.

6. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Alm.

Drs. H. Basyaruddin Harahap dan Ibunda Hj. Sri Banun Lubis yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis hingga dewasa.

7. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada isteri tercinta

Hj. Erna Febiani Lubis, SH atas segala kesabaran dan ketabahannya selama ini dalam mendampingi penulis serta dukungannya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Demikian pula kepada kedua putra-putri penulis,

masing-masing Nanda Nurlina Harahap dan Mirza Ramadhan Harahap yang

member support dan dorongan untuk menyelesaikan tesis ini.

8. Kakak dan adik penulis yang selalu memberikan support untuk menyelesaikan

pendidikan penulis

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan untuk penyempurnaan tesis ini. Akhirnya atas segala kekurangan dalam penyusunan tesis, penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya dan berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan. Amiin.

Medan, Juni 2013 Penulis


(9)

RIWAYAT HIDUP

Panusunan Harahap lahir di Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal,

15 April 1963, dari pasangan Alm. Drs. H. Basyaruddin Harahap dengan Hj.

Sri Banun Lubis, dan merupakan anak kedua dari lima bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan Dasar tahun 1976 di SD Negeri 10 Padangsidimpuan. Pada tahun 1979 menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama pada SMP Negeri XI Medan dan tahun 1982 menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA Negeri 6 Medan. Pada Tahun 1990 menyelesaikan program Sarjana Muda di Akademi Teknologi Pekerjaan Umum (ATPU) Bandung, Kemudian pada tahun 1992 menyelesaikan Sarjana S1 di Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan (STTL) Yogyakarta.

Pada tahun 1994 penulis menikah dengan Hj. Erna Febiani Lubis, SH

dan dikarunia 2 (dua) orang putra putri : Nanda Nurlina Harahap dan Mirza

Ramadhan Harahap. Sejak tahun 1993 sampai sekarang aktif bekerja di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Utara. Bulan September 2011 mengikuti pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dalam bidang studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD).


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Teori Perencanaan Wilayah ... 16

2.3. Partisipasi Masyarakat ... 17

2.3.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat ... 23

2.3.2. Partisipasi dalam Pembangunan ... 27

2.4. Pembangunan Masyarakat ... 31

2.5. Wilayah Pesisir ... 36

2.6. Pengembangan Wilayah ... 38

2.7. Kerangka Pemikiran ... 39

2.8. Hipotesis ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1. Lokasi Penelitian ... 42

3.2. Jenis Penelitian ... 42

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 42

3.4. Populasi dan Sampel ... 43

3.5. Uji Instrumen Penelitian ... 45

3.5.1. Uji Validitas ... 45

3.5.2. Uji Realibilitas ... 45

3.6. Analisis Data ... 46


(11)

3.6.1. Uji Asumsi Klasik ... 49

3.6.1.1. Uji Normalitas ... 50

3.6.1.2. Uji Multikolinearitas ... 50

3.6.1.3. Uji Heteroskedastisitas ... 51

3.6.2. Pengujian Hipotesis ... 51

3.7. Definisi dan Batasan Operasional ... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 55

4.1. Hasil Penelitian ... 55

4.1.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 55

4.1.1.1. Gambaran Umum Kecamatan Perbaungan ... 55

4.1.1.2. Gambaran Umum Kecamatan Pantai Cermin .... 60

4.1.1.3. Gambaran Umum Kecamatan Teluk Mengkudu 62 4.1.1.4. Gambaran Umum Kecamatan Bandar Khalifah 64

4.1.1.5. Gambaran Umum Kecamatan Tanjung Beringin 66 4.1.2. Pengujian Validitas dan Realibilitas ... 68

4.1.2.1. Uji Validitas ... 68

4.1.2.2. Uji Realibilitas ... 69

4.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Wilayah Pesisir ... 69

4.1.3.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 70

4.1.3.1.1. Uji Normalitas ... 70

4.1.3.1.2. Uji Multikolinearitas ... 73

4.1.3.1.3. Uji Heteroskedastisitas ... 74

4.1.3.2. Pengujian Hipotesis ... 76

4.1.3.2.1. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2 4.1.3.2.2. Hasil Uji Simultan (Uji-F) ... 76

) 76

4.1.3.2.3. Hasil Uji Parsial (Uji-t) ... 77

4.1.4. Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan Wilayah Pesisir ... 80

4.1.4.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 80

4.1.3.1.1. Uji Normalitas ... 80

4.1.3.1.2. Uji Multikolinearitas ... 83

4.1.3.1.3. Uji Heteroskedastisitas ... 84

4.1.4.2. Pengujian Hipotesis ... 86

4.1.3.2.1. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2 4.1.3.2.2. Hasil Uji Simultan (Uji-F) ... 86

) 86

4.1.3.2.3. Hasil Uji Parsial (Uji-t) ... 88

4.2. Pembahasan ... 91

4.2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Wilayah Pesisir ... 91

4.2.2. Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan Wilayah Pesisir ... 93


(12)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 99

5.1. Kesimpulan ... 99

5.2. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

3.1. Populasi dan Sampel per Desa………... 44

3.2 Uraian Indikator Partisipasi Masyarakat dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi terhadap Pembangunan Wilayah Pesisir ………. 54 3.3. Jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2010 ………... 57

4.1. Hasil pengujian validitas variabel penelitian ……… 68

4.2. Hasil Pengujian Reliabitas ……… 69

4.3. Kolmogorov – Smirnov Test ……… 72

4.4. Hasil Uji Multikolinieritas ……… 73

4.5. UJi Glesjer ……… 75

4.6. Koefisien Determinasi ……….. 76

4.7. Hasil Uji Simultan ……… 77

4.8.. Uji Statistik-t ………. 78

4.9. Kolmogorov – Smirnov Test ……… 82

4.10 Hasil Uji Multikolinieritas ……… 83

4.11. UJi Glesjer ……… 85

4.12 Koefisien Determinasi ……….. 86

4.13 Hasil Uji Simultan ……… 87


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1. Skema Batas Wilayah Pesisir ………... 36

2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian ……… 41

4.1. Peta Administrasi Kabupaten Serdang Bedagai……… 56

4.2. Peta Administrasi Kecamatan Perbaungan……… 59

4.3. Peta Administrasi Kecamatan Pantai Cermin……… 61

4.4. Peta Administrasi Kecamatan Teluk Mengkudu………... 63

4.5. Peta Administrasi Kecamatan Bandar Khalipah……… 65

4.6. Peta Administrasi Kecamatan Tanjung Beringin……….. 67

4.7. Normal P-Plot of Regression Standardized Residual………… 71

4.8. Histogram Partisipasi Masyarakat………. 71

4.9. Grafik scatterplots Partisipasi Masyarakat……… 75

4.10 Normal P-Plot of Regression Standardized Residual………… 81

4.11. Histogram Pembangunan Wilayah Pesisir ……… 81


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Kuisioner Penelitian ……… 105

2. Tabulasi Data Skor Partisipasi Masyarakat ……… 108

3. Tabulasi Data Skor Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Partisipasi Masyarakat ……… 111

4 Hasil Uji Asumsi Klasik Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat ………... 114

5. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat ………... 116

6. Tabulasi Data Skor Pembangunan Wilayah Pesisir ……… 117

7. Hasil Uji Asumsi Klasik Pengaruh Partisipasi Masyarakat

terhadap Pembangunan Wilayah Pesisir ………. 120

8. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda pengaruh

Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan Wilayah

Pesisir ……….. 122


(16)

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP

PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ABSTRAK

Strategi pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia (people centred development) dalam pelaksanaannya sangat mensyaratkan keterlibatan langsung dari masyarakat penerima program pembangunan (partisipasi pembangunan), karena hanya dengan adanya partisipasi dari masyarakat penerima program, maka hasil pembangunan tersebut akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Serdang Bedagai dengan mengambil lokasi penelitian di 5 (lima) kecamatan wilayah pesisir, yaitu Kecamatan Pantai Cermin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kecamatan Teluk Mengkudu dan Kecamatan Bandar Khalifah dan Kecamatan Perbaungan tentang analisis partisipasi masyarakat terhadap pembangunan wilayah pesisir Kabupaten Serdang Bedagai. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dan analisis deskriptif dengan jumlah sampel responden 99 orang dari 13.663 orang jumlah

populasi. Pengambilan sampel responden berdasarkan probability sampling. Dari

hasil penelitian dperoleh bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan wilayah pesisir, yaitu pendidikan, pekerjaan, pemahaman, dan peraturan secara simultan berpengaruh signifikan. Secara parsial variabel pendidikan dan pemahaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap partsipasi masyarakat, sedangkan variabel pekerjaan dan peraturan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap partisipasi masyarakat. Variabel partisipasi masyarakat yang meliputi pengambilan keputusan, pelaksanaan, menerima manfaat, dan menilai hasil program secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembangunan wilayah pesisir. Secara parsial variabel pengambilan keputusan dan menerima manfaat berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembangunan wilayah pesisir, sedangkan variabel pelaksanaan dan menilai hasil program berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pembangunan wilayah pesisir


(17)

ANALYSIS OF COMMUNITY PARTICIPATION OF COASTAL AREA DEVELOPMENT BEDAGAI SERDANG

ABSTRACT

Oriented development strategy of human development (people centered development) in its implementation so requires the direct involvement of program beneficiaries development (participation in development), because it is only with the participation of the beneficiaries of the program, the results of such development will be in accordance with the aspirations and needs of the community itself. Research conducted at Serdang Regency to take research sites in 5 (five) coastal districts, namely District Coast Mirror, District Tanjung Golkar, Noni Bay District and Sub-district and District Perbaungan Bandar Caliph of public participation in the analysis of coastal development Serdang regency. The method of analysis used in this study is multiple regression analysis and descriptive analysis with a sample of 99 respondents from a population of 13,663 people. Sampling of respondents based on probability sampling. From the research dperoleh that the factors that influence community participation in coastal development, namely education, employment, understanding, and regulation are simultaneously significant. In partial, education and understanding of the positive and significant impact on people's participation, while employment and regulatory variables but not significant positive effect on community participation. Variables include public participation decision-making, implementation, benefit, and assess program outcomes simultaneously positive and significant impact on coastal development. In partial decisions and receive the benefits of a positive and significant impact on coastal development, while the variable implementation and assess program outcomes is positive but not significant effect on coastal development


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pembangunan daerah mengandung dua dimensi, yaitu tujuan dan proses. Tujuan pembangunan sudah pasti kondisi kehidupan yang lebih baik sebagaimana yang diinginkan oleh masyarakat. Sedangkan proses untuk mencapai tujuan itu dinyatakan dalam berbagai strategi pembangunan.

Perkembangan dan pembangunan kota sangat erat kaitannya dengan masalah perencanaan dan pengembangan wilayah (Sirojuzilam, 2005). Perkembangan dan kemajuan suatu wilayah tidak terlepas dari aspek pembentuk wilayah. Aspek pembentuk tersebut meliputi sosial budaya, ekonomi, pemukiman, kependudukan, dan sarana dan prasarana.

Secara sosial ekonomi, wilayah pesisir memiliki arti penting bagi Indonesia karena sekitar 140 juta (60%) penduduk bermukim di wilayah pesisir (Dahuri, 2000). Apalagi Indonesia adalah merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.528 pulau, dimana teritorial darat dan laut seluas 7,7

juta km2

Berbagai jenis flora dan fauna laut, serta potensi keindahan alam yang seharusnya dapat mensejahterakan masyarakat terutama masyarakat daerah dan lebih 75 % wilayahnya adalah perairan laut, pantai dan pesisir (Dahuri, 2000). Wilayah ini mengandung potensi kekayaan alam yang cukup besar.


(19)

dengan teknologi dan manajemen pengelolaan sumber daya alam yang semakin berkembang, tidak diikuti dengan tingkat kesejahteraan masyarakat wilayah pesisir dan bahkan di sisi lain lingkungan semakin rusak (Nikijuluw, 2005).

Faktor lain yang juga perlu mendapat perhatian dalam persoalan ini, bahwa orientasi pembangunan kita selama ini lebih cenderung ke wilayah daratan. Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki wilayah pesisir dan laut yang luas, tetapi perhatian pemerintah ke sektor ini baru dimulai tahun 1988, yaitu sejak

dideklarasikannya studi yang berjudul” Indonesia’s Marine Environment: A

Summary of Policies, Strategies, Actions and Issues” sebagai kerja sama

BAPPENAS dan lembaga CIDA (Bengen; 2004). Sejak inilah sektor kelautan dan pesisir mulai mendapat perhatian.

Pada sisi lain, tahun 1999 pemerintah juga telah melakukan perubahan besar tentang sistem pemeritahan daerah sebagaimana diatur sebelumnya pada UU No. 5 Tahun 1974 diganti dengan UU No. 22 tahun 1999.Pada tahun 2004 kembali direvisi dan diganti dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah. Perubahan aturan ini memaknai akan perubahan kebijakan pengelolaan sumber daya pesisir dan laut di Indonesia. Semangat yang dapat digaris bawahi dari kelahiran UU tersebut adalah desentralisasi pengelolaan wilayah pesisir dan laut kepada wilayah otonom.

Dengan demikian kehadiran UU No. 32 Tahun 2004 serta kelahiran DKP diharapkan dapat menjadi modal dasar bagi pengelolaan sumber daya pesisir yang berkelanjutan melalui suatu pola manajemen kelautan yang profesional dan berbasis masyarakat. Karena pembangunan dengan dasar otonomi daerah, akan


(20)

dapat lebih fokus kepada upaya pembangunan pedesaan melalui program-program penyedian prasarana, pembangan agribisnis, industri kecil dan kerajian, pengembangan kelembagaan, penguasaan teknologi dan pemanfaatan sumber daya alam (Nugroho, 2004).

Selain masalah kemiskinan di wilayah pesisir juga terjadi berbagai masalah lain, seperti; masalah eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dan pelestariannya, masalah kesehatan, pendidikan dan lain-lain seperti budaya pesisir yang diwarnai dengan sifat tunduk pada alam fisik (Saadah dkk, 2004).

Kebijaksanaan otonomi daerah melalui undang-undang No 32 tahun 2004 memberikan otonomi seluas-luasnya dalam arti, daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan yang ditetapkan dalam undang-undang (UU No 32 tahun 2004). Seiring dengan prinsip otonomi tersebut, penyelengaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat.

Hal ini ditempuh dalam rangka mengembalikan harkat dan martabat masyarakat di daerah, memberikan ruang politik yang lebih luas, peningkatan kualitas demokrasi, peningkatan efisiensi pelayanan publik, peningkatan percepatan pembangunan, penanggulangan kemiskinan dan diharapkan juga untuk meningkatkan kualitas kepemerintahan dalam wujud kepemerintahan yang baik.

Akan tetapi implementasi sebuah kebijaksanaan bukanlah hal yang sederhana, karena implementasi akan menyangkut interpretasi, organisasi, komitmen, kesiapan aparat dan masyarakat secara sinergis untuk melakukan


(21)

pembangunan. Pemerintah daerah harus kreatif dan senantiasa menghidupkan inisiatif, dan prakarsa masyarakat, melalui berbagai strategi yang dapat dilakukan. Persoalannya adalah apakah pemerintah daerah dalam hal ini mampu menggunakan peluang dan sekaligus tantangan yang diberikan oleh Undang- Undang No 32 tahun 2004 tersebut.

Salah satu wilayah yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu wilayah pesisir di Kabupaten Serdang Bedagai. Permasalahan khusus daerah pemekaran wilayah pesisir Serdang Bedagai adalah masih rendahnya partisipasi masyarakat khususnya dalam hal mempersiapkan pendidikan anak-anaknya hingga ke tingkat SLTP dan SLTA yang ditunjukkan dengan Angka Partisipasi Murni (APM) rata-rata dalam kurun waktu 3 tahun (tahun 2007-2009) terakhir yaitu 61,96% dan 54,47%, rendahnya tingkat kesehatan dan juga pendapatan perkapita masyarakat pesisir yang masih belum meyamai rata-rata pendapatan perkapita masyarakat di kawasan non pesisir Kabupaten Serdang Bedagai. Hal ini menunjukkan bahwa fenomena ketidakmerataan distribusi pendapatan masih belum seimbang atau masih dapat dijumpai adanya disparitas antara masyarakat wilayah pesisir dan yang berdomisili di kawasan non pesisir misalnya perkotaan. (BPS Kabupaten Serdang Bedagai; 2010).

Meski secara umum gambaran Kabupaten Serdang Bedagai senantiasa memberikan warna prestasi yang baik, namun dalam berbagai aspek sosial kemasyarakatan tentunya terdapat berbagai dimensi yang membutuhkan pembenahan. Misalnya; fasilitas umum di wilayah pesisir Serdang Bedagai masih minim seperti sekolah dan kesehatan (puskesmas).


(22)

Strategi pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia (people centred development) dalam pelaksanaannya sangat mensyaratkan

keterlibatan langsung dari masyarakat penerima program pembangunan (partisipasi pembangunan), karena hanya dengan adanya partisipasi dari masyarakat penerima program, maka hasil pembangunan tersebut akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri.

Partisipasi masyarakat akan terjadi apabila pelaku atau pelaksana program pembangunan di daerahnya adalah orang-orang, organisasi, atau lembaga yang telah mereka percaya integritasnya, serta apabila program tersebut menyentuh inti masalah yang mereka rasakan dan dapat memberikan manfaat terhadap kesejahteraan hidupnya.

Menurut Kuswartojo (1993) paratisipasi masyarakat dapat diartikan sebagai keikutsertaan, keterlibatan, dan kebersamaan anggota masyarakat dalam suatu kegiatan tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan Maskun (1993) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat banyak sekali ditentukan oleh kebutuhan masyarakat, interest masyarakat, adat istiadat dan sifat-sifat komunal yang mengikat setiap anggota masyarakat satu sama lain.

Menumbuhkan respon akan kesadaran berpartisipasi dalam pembangunan wilayah pesisir adalah sebuah kesulitan tersendiri. Kebanyakan masyarakat kurang siap untuk berinisiatif dalam membuat perumusan kebutuhan serta perencanaan sendiri, sehingga perumusan kebutuhan dan perencanaan dibuat oleh kelompok atau warga masyarakat yang mempunyai pengaruh di lingkungannya, dan memungkinkan masuknya kepentingan tertentu. Ditambah lagi dengan


(23)

pelaksanaan kegiatan program pembangunan wilayah pesisir ini lebih difokuskan pada hasil daripada prosesnya, serta sumber dananya dari APBD Kabupaten Serdang Bedagai yang menyebabkan masyarakat merasa apatis dengan kegiatan ini.

Dalam pelaksanaan program pembangunan wilayah pesisir yang seharusnya melibatkan seluruh warga masyarakat, adakalanya masih ada rasa enggan dari masyarakat karena mereka merasa bahwa kegiatan itu hanya akan memberikan manfaat bagi kelompok tertentu. Hasilnya adalah kegiatan-kegiatan dari program pembangunan wilayah pesisir yang dilaksanakan pada akhirnya kurang memuaskan disebabkan tidak sesuai dengan keinginan masyarakat sehingga manfaatnya kurang begitu terasa secara langsung oleh semua masyarakat.

Pemberian kewenangan kepada masyarakat setempat yang tidak hanya untuk menyelenggarakan proyek atau program pembangunan, tetapi juga untuk mengelola proyek tersebut akan mendorong masyarakat untuk mengerahkan segala kemampuan dan potensinya demi keberhasilan proyek/program tersebut. Pada gilirannya keberdayaan masyarakat setempat akan menjadi lebih baik sebagai akibat dari meningkatnya kemampuan dan partisipasi masyarakat.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun permasalah dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor-faktor pendidikan, pekerjaan, pemahaman dan peraturan berpengaruh

terhadap partisipasi masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai dalam pembangunan wilayah pesisir ?


(24)

2. Bagaimanakah pengaruh partisipasi masyarakat terhadap pembangunan wilayah pesisir di Kabupaten Serdang Bedagai ?

1.3.Tujuan Penelitian

1. Menganalisis faktor-faktor pendidikan, pekerjaan, pemahaman dan peraturan

berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai dalam pembangunan wilayah pesisir.

2. Menganalisis pengaruh partisipasi masyarakat terhadap pembangunan wilayah

pesisir di Kabupaten Serdang Bedagai.

1.4.Manfaat Penelitian

1. Secara akademis penelitian ini diharapkan memperkaya khasanah penelitian di

bidang kemasyarakatan.

2. Secara praktis, dapat menjadi sumbangan serta masukan bagi Pemerintah

Kabupaten Serdang Bedagai dalam pembangunan wilayah pesisir.

3. Khusus bagi Penulis, sebagai pengalaman dalam mengadakan penelitian


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang memiliki tema mengenai partisipasi masyarakat dan pembangunan masyarakat adalah Yunizar (2001) dalam penelitiannya “Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pengelolaan Sampah di Kota Binjai”. Variabel diteliti yaitu 1 variabel tidak bebas yaitu partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah dan 8 variabel bebas yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, bangunan fisik, lamanya menetap, luas pekarangan rumah, peraturan daerah, dan pemahaman dengan metode analisis deskriptif dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menyimpulkan terdapat hubungan yang nyata antara faktor terhadap perubahan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah. Faktor pendidikan, lamanya tinggal, dan pemahaman memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah, sedangkan faktor pekerjaan, umur, bangunan fisik, luas halaman dan peraturan daerah tidak memberikan pengaruh yang nyata.

Siregar (2005) melakukan penelitian yang berjudul "Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Kebersihan Kota Medan". Fenomena yang dikaji adalah pelaksanaan pembangunan kebersihan kota dibutuhkan peran dan partisipasi masyarakar baik langsung maupun tidak langsung. Variabel yang


(26)

diteliti adalah partisipasi masyarakat dan pembangunan kebersihan dengan menggunakan uji statistik model korelasi produk moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh hubungan positif antara partisipasi masyarakat dengan pembangunan kebersihan Kota Medan.

Purba (2006) dalam penelitiannya “Pengaruh Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Proyek Pemberdayaan Kecamatan Terpadu (P2KT) Dalam Pengembangan Wilayah di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun”. Variabel yang diteliti tingkat partisipasi, tingkat pendidikan, pendapatan dan kepentingan. Metode yang digunakan uji linier sederhana, uji Wilcoxon dan uji linier berganda. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa 55 persen memiliki tingkat partisipasi tinggi dan selebihnya sebanyak 45 persen berpartisipasi rendah. Tingkat partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap keberhasil P2KT dengan nilai koefisien sebesar 0,53 pada tingkat kepercayaan 5%.

Handayani (2007) melakukan penelitian Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Kelayakan Ekonomi Pembangunan Jalan Alternatif. Fenomena yang dikaji adalah suatu pembangunan jalan layak dilaksanakan jika jalan tersebut memberikan manfaat (benefit) yang lebih besar dari pada biaya (cost) yang dikeluarkan. Pada pembangunan jalan di daerah pedesaan jumlah penerima manfaat langsung kecil padahal nilai manfaat yang sulit dihitung dengan uang (intangible cost) besar dan sangat dibutuhkan masyarakat. Sebagai usaha

meningkatkan nilai kelayakan pembangunan Jalan Alternatif Simpang Wotawati- Tlogo Suling, maka masyarakat bersedia melibatkan diri (berpartisipasi) dalam memperkecil biaya (cost). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh


(27)

partisipasi masyarakat terhadap peningkatan kelayakan ekonomi pembangunan jalan alternatif sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan prioritas pembangunan wilayah. Penelitian ini menggunakan evaluasi ekonomi terbatas dengan mengkaji manfaat jalan alternatif dari manfaat langsung berupa penghematan biaya operasional dan pengurangan nilai waktu, manfaat tidak langsung didapat dari peningkatan nilai lahan. Perhitungan biaya didasarkan pada biaya pembangunan dan pemeliharaan. Evaluasi ekonomi dihitung dengan dan tanpa partisipasi masyarakat. Bentuk partisipasi masyarakat dalam membangun jalan alternatif yaitu ikut menyiapkan badan jalan dan lapisan pondasi bawah. Analisis kelayakan dikaji dengan metode BCR, NPV dan IRR dengan asumsi jalan dibangun selama 1 tahun (2008), umur rencana 10 tahun, pertumbuhan lalu lintas 6% /tahun serta interest rate 15%/tahun. Dari hasil penelitian ditinjau dengan metode BCR memperlihatkan peningkatan nilai kelayakan sebesar 34.55% (kondisi tanpa partisipasi masyarakat = 0.7187, dengan partisipasi = 0.9670), dengan metode NPV didapat peningkatan nilai kelayakan sebesar 91.35% (kondisi tanpa partisipasi masyarakat = -(Rp 3.324.585.722), dengan partisipasi = - (Rp287,467.005), sedangkan dengan metode IRR diperoleh kenaikan nilai bunga pengembalian sebesar 9.0446% dari kondisi tanpa partisipasi sebesar 4.644% menjadi 13.6886% pada kondisi dengan partisipasi masyarakat. Meskipun nilai-nilai kelayakan masih memperlihatkan kondisi tidak layak (BCR<1.0 ; NPV <0 ; irr < bunga bank berlaku), penelitian ini memperlihatkan besarnya pengaruh keberadaan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.


(28)

Simbolon (2007) dalam penelitiannya “Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Belawan Kota Medan). Adapun variabel dalam penelitian ini adalah kegiatan pembinaan masyarakat dan partisipasi masyarakat dengan metode pendekatan kualitatif dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum tingkat partisipasi masyarakat Kecamatan Medan Belawan telah cukup baik. Perhatian masyarakat terhadap Program Pemberdayaan Kelurahan yang dilaksanakan cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari berbagai aktifitas yang dilakukan masyarakat dalam program tersebut, baik dalam proses perencanaan maupun proses pelaksanaan kegiatan.

Sitorus (2008) dalam tesis penelitian “ Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Kecamatan Balige”, dengan variable penelitian tingkat pendidikan dan pendapatan terhadap partisipasi masyarakat, dan partisipasi masyarakat terhadap perencanaan pembangunan yang dianalisis dengan uji regresi berganda dan analisis deskriptif, menyimpulkan bahwa mayoritas responden mempunyai tanggapan tentang peran pemerintah desa, lembaga masyarakat desa dan rencana pembangunan desa yang diukur dari aspek transparansi, akuntabilitas, berkelanjutan, tepat guna dalam musrenbangdesa pada kategori kurang baik berdasarkan hasil uji statistik, variable tingkat pendidikan dan pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan, serta variable partisipasi masyarakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap perencanaan pembangunan.


(29)

Sutami (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Prasarana Lingkungan Melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kelurahan Marunda Jakarta Utara”, variable dalam penelitian ini adalah partisipasi masyarakat, pembangunan prasarana lingkungan, tingkat sosial ekonomi masyarakat dan Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK), dengan metode analisis deskriptif kualitatif untuk menganalisis bentuk dan tingkat partsipasi masyarakat pada pembangunan prasarana lingkungan, dan metode analisis kuantitatif, untuk menganalisis pengaruh hubungan sosial ekonomi masyarakat dengan bentuk partisipasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya antusiasme keterlibatan masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan prasarana lingkungan dalam berbagai bentuk. Keikutsertaan responden pada setiap tahapan pembangunan prasarana lingkungan menunjukkan bahwa responden sudah melakukan kerjasama yang baik dengan pemerintah sebagai penggagas adanya program PPMK. Indikasi adanya kerjasama ini, menunjukkan bahwa bentuk partisipasi masyarakat telah

berada pada tingkat kemitraan (partnership), sedang keberadaan Program

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kelurahan Marunda Jakarta

Utara berada pada tingkat therapy.

Lubis (2011) melakukan penelitian yang berjudul "Pengaruh Otonomi Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Studi Pada Desa Pulau Jambu, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau)". Fenomena yang dikaji partisipasi masyarakat merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh perorangan maupun secara berkelompok atau masyarakat.


(30)

Untuk menyatukan kepentingan atau keterkaitan mereka terhadap organisasi atau masyarakat yang bergabung dalam rangka pencapaian tujuan masyarakat tersebut. Desa Pulau Jambu adalah salah satu Desa yang terletak diwilayah Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau merupakan suatu bentuk pemerintahan yang berfungsi sebagai tempat pelayanan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan masyarakat desa. Organisasi ini sangat menentukan maju atau mundurnya desa. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui pengaruh otonomi desa terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa di Desa Pulau Jambu, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuantitatif dengan pendekatan Korelasional, dimana data yang diperoleh melalui 94 orang responden yang merupakan sampel yang diolah dengan mengunakan statistik, kemudian disajikan dalam bentuk analisis ilmiah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara otonomi desa terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa yaitu 0.927 dari r tabel 0.927 > 0,207.

Listya (2011) melakukan penelitian Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Tingkat Keberhasilan Proyek Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Banyuwangi. Fenomena yang dikaji adalah penyediaan prasarana merupakan bagian terpenting dalam upaya pengembangan dan pembangunan wilayah. Tersedianya prasarana yang memadai dapat meningkatkan kegiatan sosial ekonomi, dengan kondisi sosial ekonomi yang baik masyarakat lebih memiliki kemampuan berpartisipasi dalam penyediaan prasarana di lingkungannya. Namun


(31)

pada kenyataannya kemampuan pemerintah dalam menyediakan prasarana terbatas, sedang partisipasi masyarakat tidak muncul dengan sendirinya, perlu terus-menerus didorong melalui suatu komunikasi pembangunan. Dalam arti peran pemerintah dalam penyediaan fasilitas sarana dan prasarana secara langsung semakin lama harus semakin dikurangi dan digantikan perannya sehingga dapat merangsang dan mengarahkan peran organisasi non pemerintah dan masyarakat dalam partisipasi pembangunan. Penelitian ini mengukur besarnya pengaruh tingkat partisipasi masyarakat terhadap keberhasilan proyek pada proyek PNPM

Mandiri Pedesaan menurut masyarakat yang terlibat berdasarkan pada analisis

SEM(Structural Equation Modelling). Hal ini penting dilakukan agar masyarakat

itu yang mengelola dan mengorganisasikan sumber-sumber lokal baik yang bersifat materil, pikiran, maupun tenaga dapat mempercepat penanggulangan kemiskinan. Hasil dari penelitian ini antara lain variabel partisipasi masyarakat yang paling berpengaruh di Kabupaten Banyuwangi adalah tahapan partisipasi. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan proyek PNPM Mandiri Perdesaan, masyarakat tidak terlalu mempertimbangkan bentuk partisipasi, karena tahapan partisipasi merupakan proses awal yang paling penting tahu mengenai apa yang menjadi kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Sedangkan untuk tingkat keberhasilan proyek, variable yang paling berpengaruh adalah kesesuaian tindakan aktor yang terlibat. Yang menunjukkan bahwa lebih berpengaruh dibandingkan variable lainnya, yang mana menunjukkan besarnya kekuatan masyarakat dalam suatu proyek dapat mencapai yang sesuai target pada rencana awal proyek.


(32)

Muliani (2011) melakukan penelitian Partisipasi Masyarakat Miskin terhadap Penanggulangan Kemiskinan dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M) Perkotaan di Desa Cadasngampar, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Fenomena yang dikaji adalah kemiskinan sejak tahun 1970 sampai dengan tahun 2010. Angka jumlah masyarakat miskin mengalami pengurangan yang kurang berarti, karena jumlah orang miskin saat ini masih mencapai 37,02 juta jiwa atau 16 persen dari penduduk Indonesia. Berbagai program bantuan pemberdayaan masyarakat telah dilakukan sejak 1993 oleh pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), tetapi program tersebut dikhawatirkan kurang efektif karena belum menyentuh masyarakat miskinnya secara langsung. Salah satu program pemberdayaan saat ini dinilai berhasil adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M), sehingga dapat dilakukan pengujian hubungan efektivitas orang miskin, partisipasi dan pemberdayaan. Tujuan penelitian ini ialah: (1) Mengkaji hubungan tingkat kemiskinan terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di desa Cadasngampar, dan (2) Mengkaji hubungan tingkat partisipasi terhadap tingkat keberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di desa Cadasngampar. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung oleh kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode survai. Peneliti mengambil 90 responden berdasarkan

pendekatan sampel acak terstratifikasi (stratified random sampling).. Analisis


(33)

dan analisis kualitatif sebagai penunjang hasil dari hasil kuantitaif. Partisipasi masyarakat dianalisis berdasarkan 8 tingkat partisipasi menurut Arstein. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi tertinggi berada pada tingkat konsultasi. Tingkat keberdayaan masyarakat dilihat dari perubahan pengeluaran konsumsi dan non konsumsi antara sebelum dan sesudah pelaksanaan PNPM-M Perkotaan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa PNPM-M Perkotaan tidak efektif dalam menjangkau orang miskin di Desa Cadasngampar. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat kemiskinan dengan tingkat partisipasi, serta tidak terdapat hubungan antara tingkat partisipasi dengan tingkat keberdayaan masyarakat.

2.2. Teori Perencanaan Wilayah

Perencanaan wilayah yang lebih terfokus pada prencanaan pembangunan

ekonomi berjalan seiring dengan dilaksanakannya community planning dan

participatory planning (Sirojuzilam, 2005). Jadi dengan demikian prrencanaan

wilayah adalah penerapan metode ilmiah dalam pembuatan kebijakan publik dan upaya untuk mengkaitkan pengetahuan ilmiah dan teknis dengan

tindakan-tindakan dalam domain publik untuk mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat

yang lebih tinggi.

Menurut Tarigan (2005) perencanaan wilayah dapat berarti mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor

noncontrollbale yang relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas,

menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakanj dapat dicapai, serta mencari langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut.


(34)

Di sisi lain yang menjadi pokok perhatian dalam kerangka perencanaan

wilayah adalah cultural based yang mengacu kepada nilai-nilai yang berkembang

dan berakar dalam konteks kehidupan masyarakat. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan, maka perlu dipikirkan komponen-komponen pembangunan yang terdiri atas sumberdaya alam, sumberdaya manusia, modal dan teknologi.

Menurut Conyers dan Hills dalam Arsyad (1999) perencanaan adalah

suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumberdaya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang.

Berdasarkan definisi di atas, Arsyad (1999) berpendapat ada empat elemen dasar perencanaan, yaitu : 1) merencanakan berarti memilih; 2) perencanaan merupakan alat pengalokasian sumberdaya; 3) perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan; dan 4) perencanaan berorientasi ke masa depan.

Namun Nitisastro dalam Arsyad (1999) perencanaan pada dasarnya

berkisar pada dua hal, pertama ialah penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan konkret yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan, yang kedua ialah pilihan-pilihan di antara cara-cara alternative yang efisien serta rasional guna mencapau tujuan-tujuan tersebut. Nitisastro sangat menekankan tentang perlunya diperhatikan nilai yang dimiliki masyarakat dalam proses perencanaan tersebut, yang notabene berarti masyarakat harus dilibatkan dalam perencanaan, baik secara langsung maupun tidak langsung.


(35)

Dari berbagai definisi di atas, perencanaan dapat dibagi atas dua versi yaitu satu versi melihat perencanaan adalah suatu teknik atau profesi yang membutuhkan keahlian dan versi yang satu lagi melihat perencanaan (pembangunan) adalah kegiatan kolektif yang harus melibatkan seluruh masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis cenderung melihat perencanaan adalah suatu kegiatan kolektif yang harus melibatkan seluruh masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Seperti diketahui bahwa perencanaan pembangunan pada akhirnya harus mendapat persetujuan masyarakat.

2.3. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi adalah keterlibatan-keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam satu kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada masyarakat dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan (Sastropoetra, 1998).

Usman dalam Soedjono (1990) mengemukakan bahwa ada dua unsur

pokok mengapa partisipasi itu penting. Pertama, alasan etnis, yaitu dalam arti pembangunan demi manusia berpartisipasi sebagai subjek, bukan menjadi objek. Kedua, alasan sosiologis, yaitu bila perkembangan diharapkan berhasil dalam jangka panjang, ia harus menyertakan sebanyak mungkin orang, kalau tidak pembangunan pasti macet. Dari definisi diatas ada tiga unsur penting dari konsep partisipasi tersebut, yaitu : (1) adanya keterlibatan mental dan emosional, (2) memotivasi orang-orang untuk memberikan kontribusi, dan (3)


(36)

mendorong orang-orang untuk menerima tanggung jawab dalam aktivitas kelompok.

Selanjutnya Koentjaraningrat (1990), berpendapat bahwa partisipasi berarti memberi sumbangan dan turut menentukan arah atau tujuan pembangunan, dimana ditekankan bahwa partisipasi itu adalah hak dan kewajiban bagi masyarakat. Affan (1993) memberikan pengertian bahwa partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota sistem sosial secara kolektif dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan keputusan tersebut. Jika dikaitkan dengan daerah tertentu, partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan masyarakat sebagai suatu sistem sosial dalam daerah/wilayah tertentu, secara mental, emosional, material baik secara perorangan (individual) maupun berkelompok dalam suatu kondisi tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang sudah disepakati bersama antara penyelenggara negara dan masyarakat tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan, bahwa partisipasi merupakan suatu keterlibatan seseorang atau masyarakat untuk berperan secara aktif dalam suatu kegiatan, khususnya kegiatan pembangunan untuk menciptakan, melaksanakan serta memelihara lingkungan yang bersih dan sehat.

Pada hakekatnya partisipasi masyarakat itu merupakan sesuatu yang seharusnya, karena hasil pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah bersama-sama dengan masyarakat adalah untuk kesejahteraan masyarakat sendiri. Dalam hal ini Pemerintah memberi bantuan, sedangkan masyarakat


(37)

harus memberikan respon dalam bentuk partisipasi secara aktif dalam proses pembangunan tersebut.

Partispasi masyarakat secara umum terbagi dalam 8 (delapan) tingkatan

menurut Arstein (dalam Panudju, 1999) tingkatan-tingkatan tersebut, adalah:

1. Manipulation

Merupakan tingkatan partisipasi yang paling rendah karena masyarakat hanya dipakai namanya saja sebagai anggota dalam berbagai badan penasehat. Tidak ada peran yang nyata, karena hanya diselewengkan sebagai.publikasi oleh pihak penguasa.

2. Theraphy

Pada tingkatan ini, masyarakat diperlakukan seolah-olah seperti proses penyembuhan pasien penyakit jiwa dalam grup terapi. Masyarakat terlibat dalam banyak kegiatan, namun hal tersebut hanya ditujukan untuk mengubah pola pikir masyarakat daripada mendapatkan informasi atau usulan-usulan.

3. Informing

Merupakan tahap pemberian informasi kepada masyarakat tentang hak-hak, tanggung jawab dan berbagai pilihan. Biasanya hanya diberikan secara satu arah, dari penguasa ke rakyat, tanpa adanya kemungkinan umpan balik, Pada tingkat ini masyarakat diberi limpahan kewenangan untuk mempengaruhi rencana bagi kepentingan masyarakat. Biasanya dilakukan dengan cara media berita, pamflet, poster dan tanggapan atas pertanyaan.


(38)

Mengundang opini masyarakat, setelah memberi informasi kepada mereka. Apabila konsultasi tidak disertai dengan cara-cara partisipasi yang lain, maka tingkat keberhasilannya akan rendah, mengingat tidak adanya jaminan kepedulian terhadap ide-ide masyarakat. Tahap ini biasanya dilakukan dengan cara pertemuan lingkungan, survei tentang pola pikir masyarakat dan dengar pendapat publik.

5. Placation

Pada tingkat ini masyarakat mulai mempunyai pengaruh, meskipun dalam beberapa hal masih ditentukan oleh penguasa. Beberapa anggota masyarakat yang dianggap mampu dimasukkan sebagai anggota dalam badan kerjasama. Usul-usul dari masyarakat berpenghasilan rendah dapat dikemukakan, tetapi sering tidak diperhitungkan karena kemampuan dan kedudukannya relatif rendah atau jumlah mereka terlalu sedikit bila dibandingkan dengan anggota-anggota instansi pemerintah lainnya.

6. Partnership

Pada tingkat ini, atas kesepakatan bersama, kekuasaan dalam berbagai hal dibagi antara masyarakat dengan pihak penguasa. Disepakati juga pembagian tanggung jawab dalam perencanaan, pengendalian keputusan, penyusunan kebijaksanaan dan pemecahan berbagai permasalahan yang dihadapi. Setelah adanya kesepakatan tersebut maka tidak dibenarkan adanya perubahan-perubahan yang dilakukan secara sepihak.


(39)

7. Delegated Power

Pada tingkat ini masyarakat diberi limpahan kewenangan untuk membuat keputusan pada rencana atau program tertentu. Masyarakat berhak menentukan program-program yang bermanfaat bagi mereka. Untuk memecahkan masalah, pemerintah harus mengadakan tawar-menawar tanpa adanya tekanan.

8. Citizen Control

Pada tingkat ini masyarakat mempunyai kekuatan untuk mengatur program atau kelembagaan yang berkaitan dengan kepentingan mereka. Masyarakat mempunyai kewenangan penuh di bidang kebijaksanaan, aspek-aspek pengelolaan dan dapat mengadakan negosiasi dengan "pihak-pihak luar" yang hendak melakukan perubahan.

Menurut Siagian (1995) partisipasi terdapat dua jenis yaitu partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Partisipasi pasif dapat berupa perilaku masyarakat yang tidak ikut berperan aktif dalam setiap pembangunan yang ada di masyarakat. Partisipasi aktif merupakan suatu tindakan yang nyata untuk turut serta dalam memenuhi ketaatan dan kerelaan pada kepentingan bersama, yang dapat berbentuk pengorbanan materi atau tenaga sebagai bentuk rasa tanggungjawab kepada kepentingan yang jauh lebih luas dan lebih penting

Partisipasi penuh (full participation) adalah masyarakat mengikuti seluruh

kegiatan partisipasi dari pengambilan keputusan sampai dengan menilai hasil

program, sedangkan partisipasi sebagian (partial participation) masyarakat


(40)

Masyarakat hanya dapat diharapkan ikut ambil bagian dalam suatu kegiatan adalah bila masyarakat yang bersangkutan merasa dirinya berkepentingan dan diberi kesempatan untuk ambil bagian. Dengan kata lain partisipasi tidak mungkin optimal jika diharapkan dari mereka yang merasa tidak berkepentingan terhadap suatu kegiatan, dan juga tidak optimal jika mereka yang berkepentingan tidak diberi keleluasaan untuk ambil bagian.

Mubyarto dalam Soedjono (1990) menyatakan pula bahwa partisipasi

sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa mengorbankan kepentingan diri. Berkaitan

dengan kemampuan tersebut Davis dalam Sastropoetra (1998) mengemukakan

enam jenis partisipasi, sebagai berikut : (1) pikiran (psychological participation),

(2) tenaga (physical participation), (3) pikiran dan tenaga (psycological

participation and physical participation), (4) keahlian (participation with skill),

(5) barang (material participation), dan (6) uang (money participation). Davis

juga menyebutkan macam-macam bentuk partisipasi sebagai berikut : (1) konsultasi, (2) sumbangan berupa uang atau barang, (3) sumbangan dalam bentuk kerja yang biasanya dilakukan oleh tenaga ahli setempat, (4) aksi massa, (5) mengadakan pembangunan dikalangan keluarga dari masyarakat setempat, (6) mendirikan proyek sifatnya berdikari dan dibiayai seluruhnya oleh masyarakat setempat, (7) mendirikan proyek yang juga dibiayai oleh sumbangan dari luar lingkungan masyarakat yang bersangkutan.


(41)

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dalam menyongsong tahun

2000 White dalam Sastropoetra (1998), mengemukakan 10 buah alasan

tentang pentingnya partisipasi, yaitu :

a. Dengan partisipasi banyak hasil yang dapat dicapai.

b. Dengan partisipasi pelayanan diberikan dengan biaya efisien.

c. Dengan partisipasi harga diri diperhitungkan.

d. Partisipasi dapat menjadi katalisator untuk pembangunan berkelanjutan.

e. Dengan partisipasi timbulnya rasa tanggung jawab.

f. Dengan partisipasi aspirasi masyarakat tersalurkan.

g. Dengan partisipasi pekerjaan dilaksanakan dengan arah yang benar.

h. Dengan partisipasi semua potensi yang dimiliki masyarakat dapat dihimpun

dan dimanfaatkan.

i. Dengan paartisipasi ketergantungan keahlian kepada orang lain dapat

dibebaskan.

j. Dengan partisipasi dapat menyadarkan manusia terhadap penyebab dari

kemiskinan, dan menimbulkan kesadaran untuk mengatasinya.

2.3.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

Menurut Slamet (1993), faktor-faktor internal yang mempengaruhi partisipasi

masyarakat adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan mata pencaharian. Sedangkan menurut Sastropoetro (1998) sebagai berikut :

a. Pendidikan, kemampuan membaca dan menulis, kemiskinan, kedudukan

sosial dan percaya terhadap diri sendiri.


(42)

c. Kecendrungan untuk menyalah artikan motivasi, tujuan dan kepentingan organisasi penduduk yang biasanya mengarah kepada timbulnya persepsi yang salah terhadap keinginan dan motivasi serta organisasi penduduk seperti hanya terjadi di beberapa Negara.

d. Tersedianya kesempatan yang lebih baik di luar pedesaan.

e. Tidak terdapatnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai program

pembangunan.

Adapun persyaratan melaksanakan partisipasi masyarakat secara efektif,

Sastropoertro (1998), berpendapat :

a. Perlu waktu untuk berpartisipasi sebelum berlangsungnya suatu kegiatan.

b. Subjek partisipasi perlu relevan dengan kepentingan manusianya/

masyarakatnya.

c. Orang-orang yang berpartisipasi haruslah mempunyai kemampuan, seperti

halnya kecerdasan dan pengetahuan.

d. Tidak ada salah satu pihak pun yang bias/merasa dirinya terganggu karena

partisipasi.

e. Biaya kegiatan partisipasi tidak boleh melampaui nilai ekonomi atau

sejenisnya.

f. Partisipasi adalah memutuskan untuk melaksanakan kegiatan.

Adapun 4 (empat) hal/kondisi yang mendukung partisipasi masyarakat,

menurut Moeljarto (1997) adalah :


(43)

b. Adanya struktur kepemimpinan yang cocok, karena para pemimpin desa mempunyai kepentingan yang sama dengan si miskin sendiri atau karena adanya persaingan yang signifikan untuk kedudukan kepemimpinan dari mereka yang mewakili kepentingan kaum elit.

c. Pembentukan kelompok di luar koperasi (kerjasama) yang berbasis pedesaan.

d. NGO-NGO memainkan peranan yang bersifat mendukung.

Sementara itu, menurut Ife (1995), faktor-faktor yang mendorong

masyarakat berpartisipasi adalah :

a. Masyarakat akan berpartisipasi jika mereka merasa masalah atau kegiatan itu

penting baginya (First, people will participated if they feel, he issue or activity

is important).

b. Mereka akan berpartisipasi jika akan menimbulkan suatu perubahan dan

adanya nilai tambah bagi dirinya (The second condition for participation is

that people must feel that their action will make a difference).

c. Adanya perbedaan bentuk dari partisipasi masyarakat diakui sesuai dengan

nilai-nilai yang mereka miliki (This implies the third condition for

participation, namely that different forms of participation must be

acknowledged and valued).

d. Masyarakat mungkin berpartisipasi jika mereka mendapatkan dukungan atau

dorongan (The fourth condition for participation is that people must be


(44)

e. Masyarakat akan berpartisipasi jika diciptakan suatu struktur dan proses yang

memungkinkan terjadinya partisipasi (The final condition for participation is

that structures and processes must not be alienating).

Adapun hambatan-hambatan yang dihadapi dalam partisipasi masyarakat

menurut Moeljarto (1997), yaitu :

1. Kurangnya perhatian yang murni terhadap persamaan sosial.

2. Kekhawatiran terhadap aksi bersama

3. Kurangnya akses kesempatan rakyat

4. Pendekatan pembangunan yang terpecah-pecah

Secara umum ada 3 (tiga) hambatan yang terjadi dalam menumbuhkan

partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan, yaitu :

1. Belum dipahaminya akan makna sebenarnya dari konsep partisipasi oleh

pihak perencana dan pelaksana pembangunan. Kesan yang timbul selama ini adalah bahwa keterlibatan masyarakat, terutama bila telah dilakukan pertemuan secara formal antara aparat dan kelompok masyarakat maka partisipasi telah muncul. Padahal untuk mengetahui secara dalam keinginan mereka (masyarakat), maka tidak cukup hanya dilakukan pertemuan yang kadangkala hanya dilakukan sekali dengan sekelompok orang, tetapi harus dilakukan melalui pertemuan-pertemuan yang intensif dan mendalam.

2. Reaksi balik yang datang dari masyarakat sebagai akibat dari diperlakukannya

pembangunan sebagai ideologi bagi negara kita.

3. Lemahnya kemauan rakyat untuk berpartisipasi dalam pembangunan berakar


(45)

rakyat untuk berpartisipasi. Peraturan perundang-undangan yang pada masa sebelumnya cenderung membatasi ruang gerak masyarakat untuk berpartisipasi.

2.3.2. Partisipasi Dalam Pembangunan

Partisipasi merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan

pembangunan. Tanpa adanya partisipasi aktif dari masyarakat pelaksanaan pembangunan yang berorientasi pada perwujudan kesejahteraan rakyat tidak akan terwujud, karena masyarakatlah yang lebih tahu akan kebutuhannya dan cara mengatasi permasalahan pembangunan yang terjadi dalam masyarakat.

Menurut Moeljarto (1997), partisipasi menjadi amat penting, terdapat

beberapa alasan pembenar bagi partisipasi masyarakat dalam pembangunan, karena :

1. Rakyat adalah focus central dan tujuan akhir pembangunan, partisipasi

merupakan akibat logis dari dalil tersebut.

2. Partisipasi menimbulkan harga diri dan kemampuan pribadi untuk dapat turut

serta dalam keputusan penting yang menyangkut masyarakat.

3. Partisipasi menciptakan suatu lingkungan umpan balik arus informasi tentang

sikap, aspirasi, kebutuhan dan kondisi daerah yang tanpa keberadaannya akan tidak terungkap. Arus informasi ini tidak dapat dihindari untuk berhasilnya pembangunan.

4. Pembangunan dilaksanakan lebih baik dengan dimulai dari di mana rakyat

berada dan dari apa yang mereka miliki.


(46)

6. Partisipasi akan memperluas jangkauan pelayanan pemerintah kepada seluruh masyarakat.

7. Partisipasi menopang pembangunan.

8. Partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif baik bagi aktualisasi

potensi manusia maupun pertumbuhan manusia.

9. Partisipasi merupakan cara yang efektif membangun kemampuan masyarakat

untuk pengelolaan program pembangunan guna memenuhi kebutuhan khas daerah.

10.Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak-hak demokratis individu untuk

dilibatkan dalam pembangunan mereka sendiri.

Partisipasi masyarakat menjadi penting dalam setiap perencanaan,

program dan kegiatan sosial (Adi, 2001), karena :

1. Merupakan suatu sarana untuk memperoleh informasi mengenai kondisi,

kebutuhan dan sikap masyarakat setempat. Tanpa informasi ini, maka program tidak akan berhasil.

2. Masyarakat akan lebih antusias terhadap program/kebijakan pembangunan,

apabila mereka dilibatkan dalam perencanaan dan persiapan sehingga mereka akan menganggap bahwa program atau kebijakan tersebut adalah mereka. Hal ini perlu untuk menjamin program diterima oleh masyarakat, khususnya dalam program yang bertujuan untuk merubah masyarakat dalam cara berfikir, merasa dan bertindak.

3. Banyak Negara-negara yang menganggap bahwa partisipasi masyarakat


(47)

dilibatkan dalam proses pembangunan dimaksudkan untuk memberi keuntungan pada manusia.

Menurut Supriatna (2000), tanpa partisipasi pembangunan justru akan

mengganggu manusia dalam upayanya untuk memperoleh martabat dan kemerdekaannya. Pentingnya partisipasi masyarakat juga diungkapkan oleh Kartasasmita (1997), diperlukan peningkatan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. Pernyataan tersebut diperkuat dengan oleh Conyers (1994), menyebutkan ada tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan yaitu :

1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi

mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.

2. Bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program

pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut. Kepercayaan semacam ini adalah penting khususnya bila mempunyai tujuan agar dapat diterima oleh masyarakat.

3. Merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam

pembangunan masyarakat mereka sendiri. Dapat dirasakan mereka pun mempunyai untuk turut ‘urun rembug’ (memberikan saran) dalam menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah mereka.


(48)

Menurut Tjokromidjoyo (1996), ada 4 (empat) aspek penting dalam rangka partisipasi pembangunan, yaitu :

1. Terlibatnya dan ikut sertanya rakyat tersebut sesuai dengan mekanisme proses

politik dalam suatu negara, turut menentukan arah, strategi dan kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah.

2. Meningkatnya artikulasi (kemampuan) untuk merumuskan tujuan-tujuan dan

terutama cara-cara dalam merencanakan tujuan itu yang sebaiknya.

3. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang konsisten dengan

arah, strategi dan rencana yang telah ditentukan dalam proses politik.

4. Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipatif dalam

pembangunan yang berencana.

Partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan ini pada

dasarnya dimaksudkan untuk memungkinkan individu, kelompok serta masyarakat memperbaiki keadaan mereka sendiri, karena mereka sendirilah yang tahu akan apa yang menjadi kebutuhannya tersebut. Di samping juga mereka merasa memiliki dan bertanggung jawab tentang apa yang telah mereka hasilkan dan apa yang telah dimanfaatkan tersebut.

Hal ini terlihat dalam istilah “bottom up planning” (perencanaan dari

bawah), keterlibatan pada “grassroots” (sampai pada masyarakat yang paling

bawah), “democratic planning” (perencanaan demokratis) dan “participatory

planning”. Dalam usaha meningkatkan partisipasi masyarakat, perlu diketahui

tujuan dari partisipasi tersebut. Ada 5 (lima) tujuan umum partisipasi masyarakat, yaitu :


(49)

1. Pertukaran informasi, hal ini terutama bertujuan untuk memungkinkan adanya kebersamaan antara pengambil keputusan dan rakyat untuk memungkinkan rakyat biasa yang secara bersama mengembangkan ide-ide dan keinginan.

2. Pendidikan, ini berhubungan penyebaran informasi secara terinci dari suatu

rencana sehingga memungkinkan masyarakat mengerti akan rencana tersebut.

3. Bangunan dukungan (support building) ini terutama melibatkan kegiatan yang

bersifat menciptakan suasana yang baik sehingga memungkinkan tidak terjadi benturan di antara kelompok-kelompok masyarakat dan antara kelompok masyarakat dan pemerintah.

4. Proses pembuatan keputusan yang terbuka, ini terutama bertujuan untuk

memungkinkan masyarakat biasa memberikan ide-ide baru atau pilihan ide dalam proses perencanaan.

5. Masukan dari masyarakat, sebagai suatu usaha mengumpulkan dan

mengidentifikasikan sikap dan pendapat dari kelompok masyarakat.

2.4. Pembangunan Masyarakat

Pengembangan masyarakat adalah suatu aktivitas pembangunan yang berorientasi pada kerakyatan dengan syarat menyentuh aspek-aspek keadilan, keseimbangan sumberdaya alam, partisipasi masyarakat, dan jika memungkinkan berdasarkan prakarsa komunitas (Korten, 1990). Selanjutnya Dharmawan (2006) mengungkapkan bahwa pengembangan masyarakat merupakan suatu perubahan yang terencana dan relevan dengan persoalan-persoalan lokal yang dihadapi oleh para anggota komunitas yang dilaksanakan secara khas dengan cara-cara yang


(50)

sesuai dengan kapasitas, norma, nilai, persepsi dan keyakinan anggota komunitas

setempat, dimana prinsip-prinsip resident participation dijunjung tinggi.

Prinsip-prinsip pengembangan masyarakat meliputi pembangunan terpadu, melawan ketidakberdayaan struktural, Hak Azasi Manusia (HAM), keberlanjutan, pemberdayaan, kaitan masalah pribadi dan politis, kepemilikan oleh komunitas, kemandirian, ketidaktergantungan pada pemerintah, keterkaitan, tujuan jangka pendek dan visi jangka panjang, pembangunan yang bersifat organik, kecepatan pembangunan, keahlian dari luar, pembangunan komunitas, kaitan proses dan hasil, intergritas proses, tanpa kekerasan, keinklusifan, konsensus, kerjasama,

partisipasi, dan perumusan tujuan (Gunardi et al, 2006).

Lima karateristik dari pengembangan masyarakat (community

development), yaitu :

1. Berdasarkan pada kondisi dimana pemerintah menjadi terbuka kepada upaya

keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, tingkat keterlibatan masyarakat yang menggambarkan tingkat keterbukaan, secara efektif diatur oleh pemerintah.

2. Aktivitas pengembangan masyarakat dibangun terutama sekitar

masalah-masalah sosial, dimana orang dalam masyarakat berhubungan secara mudah. Di lain pihak, melalui manajemen masyarakat, terpadu suatu komponen ekonomi dan atau teknik yang kuat. Mesipun demikian, proyek manajemen masyarakat tetap melaksanakan usaha-usaha yang dapat diidentifikasi secara jelas dalam suatu dasar homogenitas yang terbuka.


(51)

3. Bercirikan masyarakat lokal yang memiliki keutamaan atau kekuasaan, dapat diidetifikasi secara jelas dan mengandung muatan diri.

4. Proses pengembangan masyarakat diarahkan kepada kepuasan terhadap

kebutuhan masyarakat.

5. Berpusat pada kegiatan pelatihan yang netral secara politik dan terpisah dari

berbagai pertikaian atau debat politik (Hikmat, 2001)

Kegiatan pengembangan masyarakat ini harus mendasarkan pada

perspektif ekologi dengan prinsip holistik (menyeluruh dari segala aspek

lingkungan), sustainabillity (kelestarian kegiatan), diversity (keanekaragaman),

dan equilibrium (keseimbangan). Konsekuensi dari perspektif ekologikal ini

melukiskan bahwa prinsip holistik akan mengarahkan pada pemikiran untuk

memusatkan pada filosofi lingkungan, menghormati hidup dan alam, menolak

solusi yang linier, dan perubahan yang terus menerus. Prinsip sustainability akan

membawa pada konsekuensi untuk memperhatikan konservasi, mengurangi konsumsi, tidak mementingkan pertumbuhan ekonomi, pengendalian

perkembangan teknologi dan anti kapitalis. Prinsip diversity membawa

konsekuensi pada penilaian terhadap perbedaan, jawaban atau alternatif yang tidak tunggal, desentralisasi, jaringan kerja dan komunikasi lateral serta

penggunaan teknologi tepat guna. Sementara prinsip equilibrium akan membawa

pada perspektif isu-isu global atau lokal, energi yin dan yang, gender, hak dan

pertanggungjawaban, kedamaian dan kooperatif (Ife dalam Hikmat, 2001).

Selain prinsip ekologikal, kegiatan pengembangan masyarakat juga harus


(52)

mencakup kegiatan-kegiatan yang memperhatikan kelemahan secara structural (structural disadventage), pemberdayaan (empowerment), kebutuhan (needs), hak

azasi (human right), kedamaian dan anti tindak kekerasan (peace and non

violence), partisipasi dalam kehidupan demokrasi (participatory democracy).

Pembangunan masyarakat berbasis lokal merupakan tindakan kolektif, yang merupakan inti dari gerakan sosial, yang melibatkan sekelompok orang yang dicirikan oleh adanya kerjasama, tujuan yang tegas, serta kesadaran dan kesengajaan. Portes (1998) mengatakan sumber modal sosial dapat bersifat :

1)Consummatory, yaitu nilai-nilai sosial budaya dasar dan solidaritas sosial, dan

2) instrumental, yaitu pertukaran yang saling menguntungkan dan rasa saling

percaya. Sifat sosial dari modal sosial adalah adanya saling menguntungkan paling sedikit antara dua orang, menunjuk pada hubungan sosial, serta berhubungan dengan kepercayaan, jejaring sosial, hak dan kewajiban.

Pada dasarnya sasaran pembangunan masyarakat adalah pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat mengandung arti mengembangkan kondisi dan situasi sedemikian rupa sehingga masyarakat memiliki daya dan kesempatan untuk mengembangkan kehidupannya.

Masyarakat berdaya memiliki ciri-ciri : 1) mampu memahami diri dan potensinya, 2) mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan ke depan), dan mengarahkan dirinya sendiri, 3) memiliki kekuatan berunding,

bekerjasama secara saling menguntungkan dengan bargaining power yang

memadai, 4) bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. Di era globalisasi sekarang ini, ciri-ciri masyarakat berdaya dapat dilihat dengan dimilikinya etos


(53)

kerja yang tinggi, kreatif, peka dan tanggap, inovatif, relegius, fleksibel, dan

jatidiri dengan swakendali (Santoso dalam Sumardjo dan Saharuddin, 2006).

Paradigma baru pembangunan dewasa ini lebih memberikan ruang yang memadai bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.

Menurut Holsteiner dalam Sumardjo dan Saharudin (2006) partisipasi masyarakat

diperlukan karena partisipasi berarti :

1. Mensukseskan program secara lebih terjamin dan lebih cepat.

2. Mendekatkan pengertian pihak perencana/pengelola dengan kebutuhan

golongan sasaran.

3. Media untuk memupuk keterampilan masyarakat, kekeluargaan, dan

kepercayaan diri.

4. Mencapai partisispasi positif sebagai ciri khas masyarakat modern

Salah satu strategi untuk membangkitkan partisipasi aktif individu anggota masyarakat adalah melalui pendekatan kelompok. Pembangunan yang ditujukan kepada pengembangan masyarakat, akan mudah dipahami apabila melibatkan agen-agen lokal melalui suatu wadah yang dinamakan kelompok. Menurut

Sumarti et al, (2006) dikarenakan dalam melakukan beragam aktivitas

pencaharian nafkah, setiap orang cenderung berkelompok.

Berdasarkan pandangan interaksi pembentukan kelompok, setiap orang menyadari adanya ketidak mampuan memenuhi tujuan yang diinginkan. Dengan ikatan-ikatan yang berhasil dibentuk, kebutuhan-kebutuhan individu akan dapat dipenuhi.


(54)

Kegiatan pengembangan masyarakat memandang bahwa keberadaan kelompok pada masyarakat sangat diperlukan untuk melakukan perubahan kepribadian dan memperkuat pencapaian tujuan. Penggunaan kelompok dimungkinkan terjadi, karena individu-individu anggota masyarakat yang terlibat akan menyesuaikan diri dengan salah satu perilaku kolektif. Jika masyarakat telah dapat menyesuaikan diri dengan salah satu perilaku kolektif, maka besar peluang partisipasi aktif dari masyarakat akan terbentuk.

2.5. Wilayah Pesisir

Wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara ekosistem daratan dan lautan, yang saling berinteraksi dan membentuk suatu kondisi lingkungan

(ekologis) yang unik (Dahuri, et al. 2001). Definisi wilayah pesisir yang

digunakan di Indonesia adalah daerah pertemuan antara daratan dan laut; ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di daratan seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia


(55)

Gambar 2.1. Skema Batas Wilayah Pesisir

Berdasarkan Gambar 2.1. dapat dilihat bahwa wilayah pesisir dimulai dari lingkungan daratan hingga perairan laut. Sehingga harus dikelola secara terpadu dan bukan secara terpisah.

Ciri-ciri Wilayah Pesisir meliputi antara lain:

1. Wilayah yang sangat dinamis dengan perubahan-perubahan biologis, kimiawi

dan geologis yang sangat cepat (Tulungen, 2001).

2. Tempat dimana terdapat ekosistem yang produktif dan beragam dan

merupakan tempat bertelur, tempat asuhan dan berlindung berbagai jenis

spesies organisme perairan (Tulungen, 2001; Dahuri et al., 2001)

3. Ekosistemnya yang terdiri dari terumbu karang, hutan bakau, pantai dan pasir,

muara sungai, lamun dan sebagainya yang merupakan pelindung alam yang penting dari erosi, banjir dan badai serta dapat berperan dalam mengurangi


(56)

4. Sebagai tempat tinggal manusia, untuk sarana transportasi, dan tempat berlibur atau rekreasi.

Wilayah pesisir merupakan kawasan yang paling padat dihuni oleh manusia serta tempat berlangsung berbagai macam kegiatan pembangunan. Konsentrasi kehidupan manusia dan berbagai kegiatan pembangunan di wilayah tersebut disebabkan oleh tiga alasan ekonomi yang kuat, yaitu bahwa wilayah pesisir merupakan kawasan yang paling produktif di bumi, wilayah pesisir menyediakan kemudahan bagi berbagai kegiatan, dan wilayah pesisir memiliki pesona yang menarik bagi obyek pariwisata. Hal-hal tersebut menyebabkan kawasan pesisir di dunia termasuk Indonesia mengalami tekanan ekologis yang parah dan kompleks sehingga menjadi rusak. Di Indonesia kerusakan wilayah ini terutama disebabkan oleh pola pembangunan yang terlalu berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, tanpa ada perhatian yang memadai terhadap karakteristik, fungsi dan dinamika ekosistem. Padahal wilayah pesisir dan lautan beserta segenap sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang terkandung di dalamnya diharapkan akan menjadi tumpuan pembangunan nasional. Oleh karena itu diperlukan perbaikan yang mendasar di dalam perencanaan dan pengelolaan pembangunan sumberdaya alam pesisir. Pola pembangunan yang hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi perlu diganti dengan pembangunan berkelanjutan. Pendekatan dan praktek pengelolaan pembangunan wilayah pesisir yang selama ini dilaksanakan secara sektoral dan terpilah-pilah, perlu diperbaiki melalui pendekatan pengelolaan secara terpadu (Dahuri, 1998).


(57)

2.6. Pengembangan Wilayah

Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menambah, meningkatkan, memperbaiki atau memperluas. (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010). Wilayah adalah kumpulan daerah berhamparan sebagai satu kesatuan geografis dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia serta posisi geografis yang dapat diolah dan dimanfaatkan secara efisien dan efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).

Pengembangan wilayah yaitu setiap tindakan pemerintah yang akan dilakukan bersama-sama dengan para pelakunya dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan yang menguntungkan bagi wilayah itu sendiri maupun bagi kesatuan administratif di mana wilayah itu menjadi bagiannya, dalam hal ini Negara Kesatuan Republik Indonesia (Mulyanto, 2008).

Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai arti peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata banyak sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.

2.7. Kerangka Pemikiran

Menurut Slamet (1993), faktor-faktor internal yang mempengaruhi

partisipasi masyarakat adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan mata pencaharian. Faktor internal berasal dari individu itu


(58)

sendiri. Secara teoritis, tingkah laku individu berhubungan erat atau ditentukan oleh:

Tingkat Pendidikan. Demikian pula halnya dengan tingkat pengetahuan. Litwin

dalam Sutami (2009) mengatakan bahwa, salah satu karakteristik partisipan dalam

pembangunan partisipatif adalah tingkat pengetahuan masyarakat tentang usaha-usaha partisipasi yang diberikan masyarakat dalam pembangunan. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah tingkat pendidikan. Semakin tinggi latar belakang pendidikannya, tentunya mempunyai pengetahuan yang luas tentang pembangunan dan bentuk serta tata cara partisipasi yang dapat diberikan. Faktor pendidikan dianggap penting karena dengan pendidikan yang diperoleh, seseorang lebih mudah berkomunikasi dengan orang luar, dan cepat tanggap terhadap inovasi.

Pekerjaan. Hal ini berkaitan dengan tingkat penghasilan seseorang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pekerjaan (mata pencaharian) dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Hal ini disebabkan pekerjaan akan berpengaruh terhadap waktu luang seseorang untuk terlibat alam pembangunan, misalnya dalam hal menghadiri pertemuan, kerja bakti dan sebagainya.

Pemahaman. Pemahaman masyarakat terhadap program pembangunan wilayah pesisir dapat dikatakan sangat luas. Hal ini disebabkan karena pemerintah daerah Kabupaten Serdang Bedagai, melalui pemerintahan kecamatan dan pemerintah desa sering kali melakukan sosialisasi terhadap kegiatan kepada masyarakat melalui acara tatap muka, sehingga masyarakat mengerti dan paham akan


(59)

kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan yang disampaikan. Sastropoetro (1998) menyatakan bahwa pemahaman terhadap suatu program dapat mempengaruhi masyarakat dengan menimbulkan persepsi yang benar terhadap suatu motivasi dan kepentingan.

Peraturan. Di dalam menyusun suatu kebijakan, pemerintah seharusnya juga dapat memperhatikan dasar peraturan dan ketentuan yang dapat mempengaruhi suatu kegiatan dalam kebijakan tersebut. Di dalam program pembangunan wilayah pesisir, peraturan dan ketentuan tersebut sangat diperhatikan. Peraturan dan ketentuan tersebut merupakan landasan dasar masyarakat dan pemerintah untuk berbuat dan bertindak, seperti yang dikemukakan Ife (1995) kegiatan masyarakat dan partisipasi masyarakat dapat dihimpun jika mereka mempunyai

landasan ataupun dasar yang berupa dorongan atau dukungan peraturan.

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Penelitian

Partisipasi Masyarakat Pendidikan

Pekerjaan

Pemahaman

Peraturan

Pembangunan Wilayah Pesisir

Pengambilan Keputusan Pelaksanaan

Menerima hasil program Menilai hasil program


(60)

2.8. Hipotesis

3. Faktor pendidikan, pekerjaan, pemahaman dan peraturan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap partisipasi masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai dalam pembangunan wilayah pesisir.

4. Partisipasi masyarakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap


(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Serdang Bedagai dengan mengambil lokasi penelitian di 5 (lima) kecamatan, yaitu Kecamatan Pantai Cermin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kecamatan Teluk Mengkudu dan Kecamatan Bandar Khalifah dan Kecamatan Perbaungan. Alasan pemilihan lokasi penelitian di 5 (lima) kecamatan tersebut disebabkan merupakan kecamatan yang terletak di wilayah pesisir.

3.2. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan ilmiah dengan menggunakan struktur teori untuk membangun satu atau lebih hipotesis yang membutuhkan pengujian secara kualitatif dan statistik. Penelitian ini mengetahui partisipasi masyarakat terhadap pembangunan wilayah pesisir Kabupaten Serdang Bedagai. Jenis penelitian ini adalah penelitian uji hipotesis yang mengambil sampel dari populasi dan menetapkan kriteria sesuai dengan tujuan penelitian.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi :

1. Data primer, yang diperoleh melalui serangkaian pertanyaan yang diajukan


(1)

Uji Kolmogorov-Smirnov

Unstandardized Residual

N 99

Normal Parameters(a,b) Mean ,0000000

Std. Deviation 1,95074758

Most Extreme Differences Absolute ,083

Positive ,049

Negative -,083

Kolmogorov-Smirnov Z ,827

Asymp. Sig. (2-tailed) ,501

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Uji Multikolinearitas

Coefficients(a)

Model Unstandardized Coefficients Collinearity Statistics

B Std. Error Tolerance VIF

1 (Constant) 21,600 2,115

Pengambilan Keputusan ,839 ,233 ,637 1,570

Pelaksanaan ,129 ,303 ,311 3,217

Menerima Manfafat ,504 ,248 ,378 2,646

Menilai ,014 ,189 ,433 2,307

a Dependent Variable: Pembangunan Wilayah Pesisir

Uji Heteroskedastisitas

Frequency

Dependent Variable: Pembangunan Wilayah Pesisir Histogram


(2)

Uji Glesjer

Coefficients(a) Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 3,730 1,255 2,972 ,004

Pengambilan Keputusan ,087 ,138 ,077 ,632 ,529

Pelaksanaan -,009 ,180 -,009 -,051 ,959

Menerima Manfafat -,269 ,147 -,288 -1,830 ,070

Menilai -,078 ,112 -,102 -,696 ,488

a Dependent Variable: abs_res

Lampiran 8. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Pengaruh Partisipasi

Masyarakat terhadap Pembangunan Wilayah Pesisir

Variables Entered/Removed(b)

Model Variables Entered

Variables

Removed Method 1

Menilai , Pengambilan Keputusan, Menerima Manfaat, Pelaksanaan(a)

. Enter

a All requested variables entered.

b Dependent Variable: Pembangunan Wilayah Pesisir

Model Summary(b)

Regression Studentized Residual

Dependent Variable: Pembangunan Wilayah Pesisir Scatterplot


(3)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,606(a) ,368 ,341 1,99182

a Predictors: (Constant), Menilai, Pengambilan Keputusan, Menerima Manfafat, Pelaksanaan b Dependent Variable: Pembangunan Wilayah Pesisir

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 216,706 4 54,176 13,656 ,000(a)

Residual 372,931 94 3,967

Total 589,636 98

a Predictors: (Constant), Menilai, Pengambilan Keputusan, Menerima Manfafat, Pelaksanaan b Dependent Variable: Pembangunan Wilayah Pesisir

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 21,600 2,115 10,213 ,000

Pengambilan Keputusan ,839 ,233 ,370 3,598 ,001

Pelaksanaan ,129 ,303 ,063 ,425 ,672

Menerima Manfafat ,504 ,248 ,271 2,030 ,045

Menilai ,014 ,189 ,009 ,075 ,941


(4)

Gambar Program Sosial Bank Indonesia dalam Mendukung Penguatan

Ketahanan

Pangan Kabupaten Serdang Bedagai

Gambar Program Kesehatan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Serdang

Bedagai


(5)

(6)