Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Ajaran 2011 2012 Terhadap Penyakit Asma

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Pengetahuan

2.1.1

Definisi atau Pengertian
Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil “tahu” dan ini

terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu.Pengetahuan (cognitive) merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan
penelitian terbukti bahawa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku
baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

a)

Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui

stimulus (objek) terlebih dahulu.

b)

Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

c)

Evaluation menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya.

d)

Trial, orang mulai mencoba perilaku baru.


e)

Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.2 Tingkat Pengetahuan Dalam Kognitif
Menurut

Notoatmodjo

(2003),

pengetahuan

dalam

domain

kognitif


mempunyai beberapa tingkatan, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari.
sebelumnya.Termasuk

kedalam

pengetahuan

tingkatan

ini

adalah

mengingat kembali (Recall) suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang memahami materi atau objek tersebut
harus

dapat

menjelaskan,

memberikan

contoh,

menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap materi atau objek yang dipelajari.


3. Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai
penggunaan rumus, metode, hukum-hukum, prinsip dan sebagainya dalam
situasi lain.

4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur
organisasi tersebut yang masih ada kaitan antara satu dengan lainnya.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti
dalam membuat atau menggambarkan bagan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis

merupakan


suatu

kemampuan

untuk

meletakkan

atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dalam arti kata lainnya, sintesis ini adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru.Contohnya, dapat merencanakan, menyusun,
menyesuaikan dan sebagainya suatu rumusan atau teori yang sudah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang siap ada (Notoatmodjo, 2003). Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang
menanyakan isi materi yang diukur dari suatu objek penelitian atau
responden.

2.2. Penyakit Asma
2.2.1 Definisi Asma
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan
banyak sel dan elemennya.Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan
hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa
mengi,sesak napas,dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau
dini hari.Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang
luas,bervariasi dan seringkali bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan
(Brunner & Suddarth, 2001).

Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Epidemiologi Penyakit Asma
Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di
Indonesia, hal ini tergambar dari data studi survey kesehatan rumah tangga

(SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Survei kesehatan rumah tangga
(SKRT) 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab
kesakitan ( morbiditi ) bersama-sama dengan bronchitis kronik dan emfisema.
Pada SKRT 1992, asma,bronchitis kronik dan emfisema sebagai penyebab
kematian ( mortaliti ) ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6%. Tahun
1995,prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan
bronchitis kronik 11/1000 dan obsturksi paru 2/1000.

2.2.3 Klasifikasi Penyakit Asma
1.

Berdasarkan penyebabnya, asma dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,
yaitu :
( Hadibroto & Alam, 2006 ).
a. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen
yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan
(antibiotik dan aspirin) dan spora jamur yang tidak membawa
pengaruh apa-apa terhadap mereka yang sehat.


Gambar 2.1. Faktor pencetus reaksi alergik
Universitas Sumatera Utara

b. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi
terhadap faktor yang tidak spesifik atau tidak responsif terhadap
pemicu yang berasal dari alergen. Asma jenis ini disebabkan oleh
stress, infeksi, dan kondisi lingkungan seperti cuaca, kelembapan dan
suhu udara, polusi udara, dan juga oleh aktivitas olahraga yang
berlebihan. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan
dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis
kronik dan emfisema.

c. Asma Campuran

Asma campuran adalah bentuk asma yang paling umum.
Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik maupun
bentuk idiopatik atau non alergik.

2.


Klasifikasi asma berdasarkan tingkat keparahan penyakit (derajat asma)
menurut Global Initiative For Asthma ( GINA, 2003 ) yaitu :

a. Intermiten
Intermitten ialah derajat asma yang paling ringan. Pada
tingkatan derajat asma ini, serangannya biasanya berlangsung
secara singkat. Dan gejala ini juga bisa muncul di malam hari
dengan intensitas sangat rendah yaitu ≤ 2x sebulan.

Universitas Sumatera Utara

b. Persisten Ringan
Persisten ringan ialah derajat asma yang tergolong ringan.
Pada tingkatan derajat asma ini, gejala pada sehari-hari
berlangsung lebih dari 1 kali seminggu, tetapi kurang dari 1 kali
sehari dan serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur
di malam hari.
c. Persisten Sedang
Persisten sedang ialah derajat asma yang tergolong

lumayan berat. Pada tingkatan derajat asma ini, gejala yang
muncul biasanya di atas 1 x seminggu dan hampir setiap hari.
Serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di malam
hari.
d. Persisten Berat
Persisten berat ialah derajat asma yang paling tinggi tingkat
keparahannya. Pada tingkatan derajat asma ini, gejala yang
muncul biasanya hampir setiap hari, terus menerus, dan sering
kambuh. Membutuhkan bronkodilator setiap hari dan serangannya
biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di malam hari.

2.2.4 Faktor Resiko Penyakit Asma
Menurut The Asthma Foundation of Victoria, 2002 risiko berkembangnya
asma

merupakan interaksi antara faktor penjamu ( host factor ) dan faktor

lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

1) Faktor penjamu terdiri daripada :




Predisposisi genetik



Hiperesponsif jalan napas



Atopi



Jenis kelamin
Ras/etnik

2) Faktor lingkungan terdiri daripada :
a) Alergen di dalam ruangan :




Alergen binatang
Jamur ( fungi,molds,yeasts )

b) Alergen di luar ruangan :



Tepung sari bunga



Asap rokok



Jamur ( fungi,molds,yeasts )

Polusi udara

2.2.5 Gejala - Gejala Penyakit Asma
Secara umum gejala penyakit asma adalah sesak napas, batuk berdahak,
dan suara napas yang berbunyi dimana seringnya gejala ini timbul pada pagi hari
menjelang waktu subuh, hal ini dikarenakan pengaruh keseimbangan hormon
kortisol yang kadarnya rendah ketika pagi hari.
Penderita asma akan mengeluhkan sesak napas karena udara pada waktu
bernapas tidak dapat mengalir dengan lancar pada saluran napas yang sempit hal
ini juga yang menyebabkan timbulnya bunyi pada saat bernapas. Pada penderita
asma, penyempitan saluran napas yang terjadi dapat berupa pegerutan dan

Universitas Sumatera Utara

tertutupnya saluran oleh dahak yang diproduksi secara berlebihan dan
menimbulkan batuk sebagai respon untuk mengeluarkan dahak tersebut.
Salah satu ciri asma adalah hilangnya keluhan diluar serangan. Artinya,
pada saat serangan, penderita asma bisa kelihatan amat menderita (banyak batuk,
sesak napas, hebat bahkan sampai tercekik) tetapi diluar serangan penderita
sehat-sehat saja. Inilah salah satu yang membedakannya dengan penyakit
lain.(Widjaja. M.C, 2002)

2.2.6 Diagnosis

Diagnosis ditentukan dari anamnesis, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang.Pada riwayat penyakit akan ditemukan batuk, sesak,
mengi atau rasa berat di dada.Gejala asma sering timbul pada malam hari, tetapi
dapat pula muncul sembarang waktu.

Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala berupa
batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variability yang berkaitan
dengan cuaca.Anamnesis yang baik cukup untuk menegakkan diagnosis,
ditambah dengan pemeriksaan jasmani dan pengukuran faal paru terutama
reversibility kelainan faal paru akan lebih meningkatkan nilai diagnostik.

Pemeriksaan Fisik :





Ekspirasi memanjang



Mengi



Gelisah



Hiperinflasi dada



Sukar bicara
Takikardi

Universitas Sumatera Utara



Hiperinflasi dan penggunaan otot bantu napas.

Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan penunjang asma dapat berupa Spirometri, Uji provoksi
bronkus, Pemeriksaan sputum, Uji kulit, Pemeriksaan eosinofil total,
Pemeriksaan kadar IgE total dan spesifik dalam sputum, Foto dada, Analisis
Gas darah.

2.2.7 Komplikasi
a) Emfisema
b) Pneumotoraks
c) Kegagalan pernapasan
d) Bronkitis
e) Pneumodiastinum

2.2.8 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan asma adalah agar penderita dapat hidup normal,
bebas dari serangan asma serta memiliki faal paru senormal mungkin,
mengurangi reaktifasi saluran napas, sehingga menurunkan angka perawatan
dan angka kematian akibat asma Suatu kesalahan dalam penatalaksanaan asma
dalam jangka pendek dapat menyebabkan kematian , sedangkan jangka
panjang dapat mengakibatkan peningkatan serangan atau terjadi obstruksi
paru yang menahun.

Universitas Sumatera Utara

Untuk pengobatan asma perlu diketahui juga perjalanan penyakit,
pemilihan obat yang tepat cara untuk menghindari faktor pencetus Dalam
penanganan pasien asma penting diberikan penjelasan tentang cara
penggunaan obat yang benar, pengenalan dan pengontrolan faktor alergi.
Faktor alergi banyak ditemukan dalam rumah seperti tungau debu rumah
alergen dari hewan, jamur, dan alergen di luar rumah seperti zat yang berasal
dari tepung sari, ja mur, polusi udara. Obat aspirin dan anti inflamasi non
steroid dapat menjadi faktor pencetus asma. Olah raga dan peningkatan
aktivitas secara bertahap dapat mengurangi gejala asma.

Manajemen pengendalian asma terdiri dari 4 (empat) tahapan yaitu sebagai
berikut:
a. Pengetahuan
Memberikan pengetahuan kepada penderita asma tentang keadaan
penyakitnya dan mekanisme pengobatan yang akan dijalaninya kedepan
(GINA, 2005).
b. Monitor
Memonitor asma secara teratur kepada tim medis yang menangani
penyakit asma. Memonitor perkembangan gejala, hal-hal apa saja yang
mungkin terjadi terhadap penderita asma dengan kondisi gejala yang
dialaminya beserta memonitor perkembangan fungsi paru (GINA, 2005).
c. Menghindari Faktor Resiko
Hal yang paling mungkin dilakukan penderita asma dalam
mengurangi gejala asma adalah menhindari faktor pencetus yang dapat
meningkatkan gejala asma. Faktor resiko ini dapat berupa makanan, obatobatan, polusi, dan sebagainya (GINA, 2005).

Universitas Sumatera Utara

d. Pengobatan Medis Jangka Panjang
Pengobatan jangka panjang terhadap penderita asma, dilakukan
berdasarkan tingkat keparahan terhadap gejala asma tersebut. Pada
penderita asma intermitten, tidak ada pengobatan jangka panjang. Pada
penderita

asma

mild

intermitten,

menggunakan

pilihan

obat

glukokortikosteroid inhalasi dan didukung oleh Teofilin, kromones, atau
leukotrien. Dan untuk asma moderate persisten, menggunakan pilihan
obat β.
Berikut penjelasan tentang obat-obat pengontrol asma :


Glukokortikosteroid Inhalasi
Jenis obat ini digunakan selama satu bulan atau lebih untuk
mengurangi gejala inflamasi asma. Obat ini dapat meningkatkan
fungsi paru, mengurangi hiperresponsive dan mengurangi gejala
asma dan meningkatkan kualitas hidup (GINA, 2005).
Obat ini dapat menimbulkan kandidiasis orofaringeal,
menimbulkan iritasi pada bagian saluran napas atas dan dapat
memberikan efek sistemik, menekan kerja adrenal atau mengurangi
aktivitas osteoblast (GINA, 2005).



Glukokortikosteroid Oral
Mekanisme kerja obat dan fungsi obat ini sama dengan
obat kortikosteroid inhalasil. Obat ini dapat menimbulkan
hipertensi, diabetes, penekanan kerja hipothalamus-pituitary dan
adrenal, katarak, glukoma, obesitas dan kelemahan (GINA, 2005).

Universitas Sumatera Utara



Kromones (Sodium Cromogycate dan Nedocromyl Sodium)
Obat ini dapat menurunkan jumlah eosin bronchial pada
gejala asma. Obat ini dapat menurunkan gejala dan menurunkan
reaksi hiperresponsive pada imun nonspecific. Obat ini dapat
menimbulkan batuk-batuk pada saat pemakaian dengan bentuk
formulasi powder (GINA, 2005).



β2-Agonist Inhalasi
Obat ini berfungsi sebagai bronkodilator selama 12 jam
setelah pemakaian. Obat ini dapat mengurangi gejala asma pada
waktu malam, meningkatkan fungsi paru. Obat ini dapat
menimbulkan tremor pada bagian musculoskeletal, menstimulasi
kerja cardiovascular dan hipokalemia (GINA, 2005).



β2-Agonist Oral
Obat ini sebagai bronkodilator dan dapat mengontrol
gejala asma pada waktu malam. Obat ini dapat menimbulkan
anxietas, meningkatkan kerja jantung, dan menimbulkan tremor
pada bagian muskuloskeletal (GINA, 2005).



Teofiline
Obat ini digunakan untuk menghilangkan gejala atau
pencegahan asma bronkial dengan merelaksasi secara langsung
otot polos bronki dan pembuluh darah pulmonal. Obat ini dapat
menyebabkan efek samping berupa mual, muntah, diare, sakit
kepala, insomnia dan iritabilitas. Pada level yang lebih dari 35

Universitas Sumatera Utara

mcg/mL menyebabkan hiperglisemia, hipotensi, aritmia jantung,
takikardi, kerusakan otak dan kematian.


Leukotriens
Obat ini berfungsi sebagai anti inflamasi. Obat ini
berfungsi untuk mengurangi gejala termasuk batuk, meningkatkan
fungsi paru dan menurunkan gejala asma (GINA, 2005).

Berikut penjelasan tentang obat-obat meringankan (reliever) asma:


β2-Agonist Inhalasi
Obat ini bekerja sebagai bronkodilator. Obat ini digunakan
untuk

mengontrol

gejala

asma,

variabilitas

peak

flow,

hiperresponsive jalan napas. Obat ini dapat menstimulasi kerja
jantung, tremor otot skeletal dan hipokalemia (GINA, 2005).


β2-Agonist Oral
Obat

ini

sebagai

bronkodilator.

Obat

ini

dapat

menstimulasi kerja jantung, tremor otot skeletal dan hipokalemia
(GINA, 2005).


Antikolinergic
Obat

ini

sebagai

bronkodilator.

Obat

ini

dapat

meningkatkan fungsi paru. Obat ini dapat menyebabkan mulut
kering dan pengeluaran mucus (GINA, 2005).

Universitas Sumatera Utara