Hubungan Karakteristik Ibu dan Pemberian Imunisasi Dengan Status Gizi Anak Batita Umur 1-3 Tahun di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi Tahun 2016

10

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Imunisasi

2.1.1. Pengertian imunisasi
Pelaksanaan Imunisasi di Indonesia telah dimulai sejak sebelum perang
dunia ke dua dengan tujuan memberantas penyakit cacar. Kemudian kegiatan
imunisasi dilaksanakan secara rutin di seluruh Indonesia sejak tahun 1956.
Kegiatan imunisasi ini telah berhasil membasmi penyakit cacar, dibuktikan
dengan Indonesia dinyatakan bebas cacar oleh WHO tahun 1974.
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan
kekebalan tubuh (imunitas) pada bayi atau anak, sehingga terhindar dari penyakit
(Depkes RI, 2000).
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh
terhadap suatu penyakit, dengan memasukkan kuman atau produk kuman yang
sudah dilemahkan atau dimatikan. Dengan memasukkan kuman atau bibit

penyakit tersebut diharapkan tubuh dapat menghasilkan Eat Anti yang pada
akhirnya nanti dipergunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit
yang menyerang tubuh (Hanum, 2015).
Kata imun berasal dari bahasa Latin „immunitas‟ yang berarti pembebasan
(kekebalan) yang diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan
mereka terhadap kewajiban sebahai warganegara biasa dan terhadap dakwaan.
Dalam sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah
menjadi perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap

10

Universitas Sumatera Utara

11

penyakit menular. Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari
sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif
dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau
racunnya, yang masuk ke dalam tubuh (Hanum, 2015).
Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar

kekebalan diatas ambang perlindungan. Imunisasi diberikan pada bayi antara
umur 0-12 bulan, yang terdiri dari imunisasi BCG, DPT (1,2,3), Polio (0,1,2,3),
Hepatitis B (1,2,3), dan Campak (Pedoman penyelenggaraan Imunisasi, 2005).
Imunisasi lanjutan adalah imunisasi ulangan untuk mempertahankan
tingkat kekebalan diatas ambang perlindungan atau untuk memperpanjang masa
perlindungan (Pedoman penyelenggaraan Imunisasi, 2005).
Menurut Litman, Imunisasi yang “didapat” merupakan suatu sistem imun
yang didapatkan melalui pemberian imunisasi (adaptive imuno sistem), pada
sistem pertahanan tubuh ini, antibody memegang peran penting dan utama, dalam
hal ini reseptor yang dipakai untuk mengenal jasad renik tersebut dibentuk dengan
cara menyatukan atau menempelkan beberapa segmen dari gen sehingga terbentuk
suatu reseptor yang unik untuk jasad renik tertentu (Hanum, 2015).
Imunisasi adalah proses merangsang sistem kekebalan tubuh dengan cara
memasukkan (bisa dengan disuntik atau diminumkan virus atau bakteri hidup
yang dilemahkan, virus atau bakteri hidup yang dibunuh, bagian-bagian tubuh dari
bakteri atau virus atau racun dari bakteri yang sudah dimodifikasi. Tujuannya agar
tubuh kita tidak “kaget” dan siap untuk melawan bila bakteri atau virus sungguhan
menyerang (Hanum, 2015).

Universitas Sumatera Utara


12

Imunisasi ialah pemberian vaksin kepada seseorang untuk melindunginya
daripada beberapa penyakit tertentu. Antibodi daripada ibu akan memberikan
perlindungan sementara selama lebih kurang enam bulan saja, maka bayi perlu
diberi imunisasi supaya terlindung daripada penyakit.
Imunisasi yang diberi kepada anak-anak serta bayi merupakan cara yang
paling berkesan dan kos efektif untuk melindungi mereka dari penyakit
tuberculosis (TB), difteria, pertusis, tetanus, poliomyelitis, campak, rubella dan
hepatitis B.
Walau bagaimanapun masih terdapat anak-anak yang tidak diberi
imunisasi karena kekurangan pengetahuan mengenai vaksin serta jadwal
imunisasi, salah faham mengenai kontraindikasi, kerisauan tentang kesan
sampingan serta komplikasi vaksin (DR. Neoh Siew Hong, The Malaysian
Pediatric Assocation dalam buku Hanum, 2015).

2.1.2. Tujuan imunisasi
Program imunisasi yang dilakukan adalah untuk memberikan kekebalan
kepada bayi sehingga bisa mencegah penyakit dan kematian serta anak yang

disebabkan oleh penyakit yang sering terjangkit. Secara umum tujuan imunisasi
antara lain adalah :
a. Imunisasi dapat menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan
mortalitas (angka kematian) pada bayi dan balita.
b. Imunisasi sangat efektif untuk mencegah penyakit menular.
c. Melalui imunisasi tubuh tidak akan mudah terserang penyakit menular.

Universitas Sumatera Utara

13

Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Proporsi kematian bayi yang
disebabkan karena tetanus neonatorum (TN) di Indonesia cukup tinggi yaitu 67%.
Dalam upaya mencegah TN maka imunisasi diarahkan kepada pemberian
perlindungan bayi baru lahir dalam minggu-minggu pertama melalui ibu.
Eliminasi tetanus neonatorum merupakan salah satu target yang harus dicapai
sebagai tindak lanjut dari world summit for children yaitu insidens 1/10.000
kelahiran hidup pada tahun 2000 (Puslitbang Pemberantas Penyakit, Badan
Litbang Kesehatan).

2.1.3. Manfaat imunisasi
a.

Untuk Anak : Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.

b.

Untuk Keluarga : Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan
bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin
bahwa anaknya akan menjalani masa anak-anak yang nyaman.

c.

Untuk Negara : Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang
kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.

2.1.4. Jenis-jenis imunisasi
a.


Imunisasi aktif
Merupakan pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar

sistem kekebalan atau imun tubuh dapat merespon secara spesifik dan
memberikan suatu ingatan terhadap antigen. Sehingga bila penyakit maka tubuh

Universitas Sumatera Utara

14

dapat mengenali dan meresponsnya. Contoh dari imunisasi aktif adalah imunisasi
polio atau campak.
Imunisasi aktif diperoleh dengan memberi vaksin secara suntikan atau
melalui mulut. Contoh-contoh vaksin terdiri daripada :
a.1.

“Live – attenuated vaccines” (vaksin hidup yang dilemahkan) seperti
vaksin poliomyelitis(OPV), campak, rubella dan BCG.

a.2.


“Killed vaccines” (vaksin mati) seperti vaksin pertusis dan inactivated
poliomyelitis (IPV).

a.3.

“Sub – unit vaccine” (vaksin sub unit) seperti vaksin pneumococcus,
hepatitis B, influenza.

a.4.

“Toxoid” seperti vaksin diphtheria tetanus.
Kebanyakan vaksin memberi perlindungan daripada penyakit dengan

merangsangkan sistem imun badan untuk menghasilkan antibodi. Vaksin BCG
memberi perlindungan melalui keimunan sel (cell mediated immunity). OPV juga
memberi keimunan tempatan (local immunity) didalam saluran usus.
b.

Imunisasi pasif

Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara

pemberian zat immunoglobulin yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses
infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari
ibu melalui plasenta). Contoh imunisasi pasif adalah penyuntikan ATS (Anti
Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah
bayi yang baru lahir dimana bayi melalui darah plasenta selama masa kandungan,
misalnya antobodi terhadap campak.

Universitas Sumatera Utara

15

2.2.

Imunisasi Wajib
Imunisasi yang wajib diberikan pada balita dibawah 12 bulan adalah BCG,

DPT, Hepatitis B, Polio, dan Campak. Berfungsi untuk menangkis penyakitpenyakit yang dapat menimbulkan kematian serta kecacatan. Seperti TBC,
Hepatitis dan Polio. Sedangkan reaksi masing-masing imunisasi juga berbedaberbeda pada setiap anak, tergantung pada penyimpanan vaksin dan sensitivitas

tubuh tiap anak.
2.2.1. Imunisasi Bacillus Celmette-Guerin (BCG)
Vaksinasi

BCG

memberikan

kekebalan

aktif

terhadap

penyakit

tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan, vaksin

ini mengandung bakteri bacillus calmette-guerrin hidup yang dilemahkan
sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis. Biasanya reaksi yang ditimbulkan oleh

imunisasi ini adalah 4-6 minggu di tempat bekas suntikan akan timbul bisul kecil
yang akan pecah. Namun jangan kuatir, sebab hal ini merupakan reaksi yang
normal. Namun jika bisulnya dan timbul kelenjar pada ketiak atau lipatan paha,
sebaiknya anak segera dibawa kembali ke dokter. Sementara waktu untuk
mengatasi pembengkakan, kompres bekas suntikan dengan cairan antiseptik.
Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena
terhirupnya percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman ini menyerang
berbagai organ tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi), kelenjar getah
bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak (yang terberat).
Vaksin BCG tidak dapat mencegah seseorang terhindar dari infeksi
M.tuberculosa 100% tapi dapat mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut.

Universitas Sumatera Utara

16

Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan, vaksin BCG merupakan vaksin hidup
maka tidak diberikan pada pasien dengan imunokompromais (leukemia, anak
yang sedang mendapatkan pengobatan steroid jangka panjang, atau bayi yang
telah diketahui atau dicurigai menderita infeksi HIV.

Apabila BCG diberikan setelah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji
tuberculin terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberculin negative.
Apabila uji tuberculin tidak memungkinkan BCG dapat diberikan namun perlu
diobservasi dalam waktu 7 hari. Apabila terdapat reaksi lokal cepat di tempat
suntikan, perlu tindakan lebih lanjut (tanda diagnostic tuberculosis).
Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus dilarutkan dengan 4 cc Nacl
0,9%. Setelah dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam, sisanya
dibuang. Penyimpanan pada suhu 2,0 SD
-2,0 SD s/d 2,0 SD
-3 SD s/d

Dokumen yang terkait

Hubungan Perilaku Gizi Ibu Dengan Status Gizi Balita Di Puskesmas Tanjung Beringin Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2005

1 34 78

Hubungan Karakteristik Ibu dan Pemberian Imunisasi Dengan Status Gizi Anak Batita Umur 1-3 Tahun di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi Tahun 2016

0 7 139

PENDAHULUAAN Hubungan Pengetahuan Ibu dan Status Sosial Ekonomi Dengan Status Gizi Anak Usia 1-3 Tahun (Batita) Di Desa Sangge Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.

0 1 6

NASKAH PUBLIKASI Hubungan Pengetahuan Ibu dan Status Sosial Ekonomi Dengan Status Gizi Anak Usia 1-3 Tahun (Batita) Di Desa Sangge Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.

0 1 17

STATUS IMUNISASI DAN KESAKITAN ANAK UMUR 1 – 2 TAHUN (BATITA) ANALISIS LANJUT SDKI

0 0 19

Hubungan Karakteristik Ibu dan Pemberian Imunisasi Dengan Status Gizi Anak Batita Umur 1-3 Tahun di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi Tahun 2016

0 0 17

Hubungan Karakteristik Ibu dan Pemberian Imunisasi Dengan Status Gizi Anak Batita Umur 1-3 Tahun di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Karakteristik Ibu dan Pemberian Imunisasi Dengan Status Gizi Anak Batita Umur 1-3 Tahun di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi Tahun 2016

0 0 9

Hubungan Karakteristik Ibu dan Pemberian Imunisasi Dengan Status Gizi Anak Batita Umur 1-3 Tahun di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi Tahun 2016

1 1 3

Hubungan Karakteristik Ibu dan Pemberian Imunisasi Dengan Status Gizi Anak Batita Umur 1-3 Tahun di Desa Tanjung Beringin Kabupaten Dairi Tahun 2016

0 1 27