Pelaksanaan Manajemen Program P2M dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas PB. Selayang II Medan Tahun 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.4

Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue, yang masuk keperedaran darah manusia melalui
gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.
Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh
kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku
masyarakat (Kemenkes RI, 2014).
Demam Berdarah Dengue banyak ditemukkan di daerah tropis dan
subtropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama
dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak
tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat
negara indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara
(Kemenkes RI, 2010).
Menurut WHO, di dunia diperkirakan beresiko terhadap penyakit DBD
mencapai 2,5-3 miliar terutama yang tertinggal di daerah perkotaan di negara

tropis dan subtropis. Saat ini juga diperkirakan ada 50 juta infeksi dengue yang
terjadi di seluruh dunia setiap tahun. Diperkirakan untuk Asia Tenggara terdapat
100 juta kasus demam berdarah (DBD) dan 500.000 kasus DHF yang memerlukan
perawatan di rumah sakit, dan 90% adalah anak-anak yang berusia kurang dari 15
tahun dan jumlah kematian oleh penyakit DHF mencapai 5% dengan perkiraan
25.000 kematian setiap tahunnya (WHO, 2004).

1

2

Pada tahun 2013, jumlah penderita DBD di Indonesia yang dilaporkan
sebanyak 112.511 kasus dengan jumlah kematian 871 orang (Incidence
Rate/Angka Kesakitan = 45,85/100.000 penduduk dan CFR/Angka Kematian
=0,77%). Terjadi peningkatan jumlah kasus pada tahun 2013 dibandingkan tahun
2012 yaitu sebesar 90.245 kasus (Kemenkes RI, 2014).
Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita
DBD di 34 provinsi sebanyak 71.668 orang, 641 diantaranya meninggal dunia.
Angka tersebut sedikit


lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (2013)

dengan jumlah penderita sebanyak 112.5111 orang dan jumlah kasus meninggal
sebanyak 871 meskipun secara umum terjadi penurunan kasus tahun ini
dibandingkan tahun sebelumnya namun pada beberapa provinsi mengalami
peningkatan jumlah kasus DBD, diantaranya Sumatera Utara, Riau, Kepri, DKI
Jakarta, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Bali dan Kalimantan Utara (Kemenkes
RI, 2014).
Serangan DBD dapat berakibat luas yang dapat menimbulkan kerugian
material dan moral yang paling fatal dapat mengakibatkan kehilangan nyawa atau
kematian. DBD sering terjadi di negara-negara tropis dan sub tropis terrmasuk di
indonesia. DBD di Indonesia merupakan salah satu emerging disease dengan
insiden yang meningkat dari tahun ke tahun. DBD pertama kali dilaporkan di
Surabaya dan Jakarta tahun 1968 dengan Case Fatality Rate (CFR) 41,3 % dan
pada tahun 1997 DBD telah menyerang semua provinsi di indonesia (Dinkes
Provsu, 2014).

3

Melalui Kepmenkes No. 581/Tahun 1992, telah ditetapkan Program

Nasional Penanggulangan DBD yang terdiri dari 8 pokok program yaitu : 1)
Surveilans Epidemiologi dan Penanggulangan KLB, 2) Pemberantasan Vektor, 3)
Penatalaksanaan Kasus, 4) Penyuluhan, 5) Kemitraan dalam Wadah Kelompok
Kerja Porasional (POKJANAL) DBD, 6) Peran Serta Masyarakat : Juru Pemantau
Jentik (Jumantik), 7) Pelatihan, dan 8) Penelitian (Depkes RI, 2010).
Sumatera Utara merupakan daerah endemis DBD dimana kasus DBD
terjadi setiap tahun dan wilayah penyebaran DBD semakin meluas. Program P2
DBD sejak lama telah dilaksanakan untuk menunjang upaya pengendalian DBD
di Sumatera Utara namun berdasarkan laporan kasus DBD selama 6 (enam) tahun
terakhir dari 2008-2013 menunjukkan bahwa beberapa kabupaten yang pada
awalnya tidak ada laporan kasus DBD (daerah bebas DBD) menjadi daerah
sporadis, dan daerah sporadis menjadi daerah endemis (Dinkes Provsu, 2014).
Upaya pemberantasan demam berdarah dapat dibagi dalam tiga kegiatan
yaitu: 1) Peningkatan kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor, 2)
Diagnosis dini dan pengobatan dini, 3) Peningkatan upaya pemberantasan vektor
penular penyakit DBD. Upaya pemberantasan DBD dititikberatkan pada
penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) melalui 3M plus (menguras, menutup, dan mengubur) plus
menabur larvasida, penggerakan jumantik serta pengenalan gejala DBD dan
penanganannya dirumah tangga. Angka Bebas Jentik (ABJ) digunakan sebagai

tolak ukur upaya pemberantasan vektor melalui PSN-3M menunjukkan tingkat
partisispasi masyarakat dalam mencegah DBD. Oleh karena itu pendekatan

4

pemberantasan yang berwawasan kepedulian masyrakat merupakan salah satu
alternatif pendekatan baru. Upaya yang telah di lakukan oleh Dinas Kesehatan
Kota Medan adalah antara lain : 1) Pertemuan Jumantik PSN DBD, 2) Fogging
fokus bagi kasus yang terjadi di Kelurahan/Kecamatan di Kota Medan, 3)
Fumigasi, 4) Pendistribusian bubuk abate keseluruh masyarakat melalui
Puskesmas-Puskesmas kota medan, 5) Pemberitahuan tentang kewaspadaan dini
setiap peningkatan kasus penyakit (KLB) kepada Puskesmas-Puskesmas Kota
Medan (Dinkes Kota Medan, 2013).
Berdasarkan data dari bidang P2P Dinkes Kota Medan tahun 2014 jumlah
kasus DBD sebesar 1270 kasus. Dimana Insiden Rate kasus DBD sebesar IR=
59,8 per 100.000 penduduk, sementara Case Fatality Rate (CFR) sebesar 23%
Kemudian pada tahun 2015 terdapat 1.669 kasus DBD dengan Insiden Rate
IR=77,5 per 100.000 penduduk, sementara (CFR) 0,9 % (Profil Kesehatan Kota
Medan, 2014-2015).
Tabel 1.1 Jumlah Kasus DBD di Kota Medan Tahun 2012-2015

Tahun 2012

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2015

Kasus

Mati

Kasus

Mati

Kasus

Mati


Kasus

Mati

2384

22

1201

7

1270

9

1699

15


Sumber :Dinas kesehatan Kota Medan Tahun 2012-2015

Dari data nampak bahwa setiap tahun selalu terjadi kasus DBD yang
cenderung tinggi. Dimana jumlah penderita DBD pada tahun 2012 terdapat 2384
kasus dengan angka kematian sebanyak 22, tahun 2013 jumlah kasus sebanyak
1201 kasus dan angka kematian 7, kemudian tahun 2014 jumlah kasus sebanyak

5

1270 dengan angka kematian 9, dan pada tahun 2015 terdapat sebanyak 1699
kasus dengan jumlah kematian sebanyak 15 (Dinkes Kota Medan Tahun 20122015).
Berdasarkan laporan direktorat jenderal pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan, ada beberapa faktor yang menyebabkan permasalahan
DBD yang selalu meningkat yaitu: 1) kurangnya peran serta masyarakat dalam
pengendalian DBD, terutama pada kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) meskipun pada umumnya pengetahuan tentang DBD dan cara-cara
pencegahannya cukup tinggi. 2) kurangnya jumlah dan kualitas SDM pengelola
program DBD disetiap jenjang administrsi, 3) kurangnya kerjasama serta
komitmen lintas program dan lintas sektor dalam pengendalian DBD (Kemenkes
RI, 2011).

Tabel 1.2 Jumlah Pasien yang Terkena DBD di Puskesmas PB Selayang II
Tahun 2014 – 2015
Tahun 2014
Kelurahan
PB Selayang I
PB Selayang
II
Beringin
Sempakata
Tanjung Sari
Asam
Kumbang
Total

L P

1
0

2

3

3
0

4
0

5 6
1 0

Bulan
7 8 9 10 11
0 6 11 1 5

2

1

0


0

1 1

2

0

3

3

7

5

24

0

4
3

0
0
6

1
1
0

0
0
0

0 0
0 0
0 1

0
0
2

0
0
2

5
6
1

1
3
1

1
1
7

2
2
7

10
17
30

0

0

0

0

0 0

0

0

1

2

0

6

8

9 10

2

0

2 1

4

8 26 10 21

24

118

Sumber: laporan Tahunan Puskesmas PB Selayang II Tahun 2014

12
2

Total
29

6

Tahun 2015
Kelurahan
PB Selayang I
PB Selayang
II
Beringin
Sempakata
Tanjung Sari
Asam
Kumbang
Total

L P

1
0

2
3

3
0

4
0

5 6
1 0

Bulan
7 8 9 10 11
0 6 11 1 5

2

1

0

0

1 1

2

0

3

3

7

5

25

0
4
3

0
0
6

1
1
0

0
0
0

0 0
0 0
0 1

0
0
2

0
0
2

5
6
1

1
3
1

2
1
7

2
2
7

11
17
30

0

0

0

0

0 0

0

0

1

2

0

6

9

9 10

2

0

2 1

4

8 26 11 21

24

121

12
2

Total
29

Sumber: laporan Tahunan Puskesmas PB Selayang II Tahun 2015

Berdasarkan data yang di peroleh dari Puskesmas PB Selayang II yang
terdiri dari 5 (lima) kelurahan, dapat dilihat pada tahun 20114 -2015 jumlah
pasien yang terkena penyakit DBD masih tinggi hal ini diakibatkan oleh kurang
berjalannya pelaksanaan manajemen program P2M dalam pencegahan penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas PB Selayang Pada Tahun 20142015.
Penelitian Sriwulandari (2009) tentang Evaluasi pelaksanaan program
pencegahan dan penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue Dinas
Magetan menyatakan Keberhasilan Program Pencegahan dan Penanggulangan
Penyakit DBD di pengaruhi oleh kurangnya dana, kurangnya kesadaran
masyarakat, masih kurangnya gerakan PSN, susahnya koordinasi dengan beberapa
pihak dan rendahnya pendidikan masyarakat.
Berdasarkan wawancara dengan petugas Puskesmas diketahui dalam
melakukan pemberantasan DBD di Puskesmas PB Selayang II sudah dilakukan
tetapi masih ada kendala. Dana dalam dalam pencegahan DBD diperoleh dari
dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan APBD. Upaya pencegahan yang

7

dilakukan yaitu memberikan penyuluhan, melakukan PSN, Pemeriksaan Jentik
Berkala, pemberian serbuk abate dan adanya jumantik. Program PSN kurang
berjalan dengan baik karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam melakukan
3M Plus.
Penanggung jawab program DBD menyatakan selain masalah kesadaran
warga kurangnya kerjasama antar program di Puskesmas menjadi kendala yang
dihadapi, dapat dilihat dari tidak aktifnya petugas survailans dalam pelaporan data
DBD. Pemeriksaan Jentik Berkala tidak memiliki jadwal tertentu karena jumantik
sudah dilanggap cukup untuk melakukan pemeriksaan.
Penyuluhan yang diberikan dalam mencegah terjadinya DBD hanya
dilakukan sebulan 2 kali penyuluhan dilakukan melalui penyuluhan home visit
yang tidak merata. Terkadang penyuluhan juga dilakukan di dalam kegiatan
posyandu.
Pemberian abate yang dilakukan apabila ada di Puskesmas dan
pembagiannya belum merata keseluruh masyarakat. Tingginya DBD di wilayah
kerja Puskesmas PB Selayang II juga didukung oleh tingkat kesadaran masyarakat
yang kurang dalam melakukan 3M Plus serta kurangnya pengawasan dari
Puskemas terhadap kader-kader jumantik yang menyebabkan sering terjadinya
manipulasi data dari kader.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pencegahan penyakit DBD
merupakan tanggung jawab Dinas Kesehatan dan Puskesmas saja padahal dalam
hal pencegahan sangat di butuhkan kerjasama lintas sektor dan peran serta
masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan petugas di Puskesmas

8

dapat diketahui bahwa Puskesmas sudah menjalin kerjasama dengan lintas
sektoral yaitu Dinas Kesehatan Kota Medan dan Pemerintah setempat yaitu
melalui pengasapan/fogging, pendistribusian bubuk abate keseluruh masyarakat
dan adanya jumantik, Upaya Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui 3 M
Plus (mengurus, menutup, dan mengubur) plus menabur larvasida.
Penelitian yang dilaksanakan oleh Rahayu (2005) tentang Demam
Berdarah

Dengue

(DBD)

Pencegahan

dan

Pengobatannya

menyatakan

pencegahan DBD tergantung pada pengendalaian vektor nyamuk Aedes aegypti
yang harus melibatkan secara aktif semua kalangan baik pemrintah maupun
semua masyarakat dengan metode yang pertama : lingkungan (PSN, pengelolaan
sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk, perbaikan desain
rumah), seperti menguras bak penampungan air, vas bunga, dan tempat minuman
air burung dan lain-lain minimal seminggu sekali, menutup dengan rapat tempat
penampungan air dan mengubur barang bekas) dikenal dengan 3 M. Selanjutnya
dapat dengan metode biologis dengan memanfaatkan bakteri larvasida seperti
Bacillus thuringiensis. Dan menanam ikan pemakan jentik/larva nyamuk. Metode
kimiawi dilakukan dengan cara pengasapan/fogging apabila sudah terjadi
endemi/terdapat warga yang terkena DBD atau melakukan abatasi dengan
memberi bubuk abate pada tempat penampungan air yang berfungsi sebagai
sarang nyamuk.
1.5

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang di paparkan di atas, maka

yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pelaksananaan

9

Manajemen Program P2M dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Puskesmas PB Selayang II Medan Tahun 2015”.
1.6

Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian adalah untuk menjelaskan tentang Pelaksanaan

Manajemen Program P2M dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Puskesmas PB Selayang II Medan Tahun 2015.
1.4

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan mengenai
pelaksanaan manajemen program P2M dalam pencegahan penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) di puskesmas PB Selayang II, sehingga
dapat meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
manajemen progran P2M dalam pencegahan Penyakit DBD.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi
Puskesmas PB Selayang II mengenai pelaksanaan manajemen program
P2M dalam pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
sehingga dapat mencegah terjadinya KLB di wilayah Puskesmas PB
Selayang II.
3. Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi penelitian yang
berhubungan dengan pelaksanaan manajemen program P2M dalam
pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
4. Sebagai bahan tambahan informasi yang akan memperkaya kajian ilmu
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.