Peranan Puskesmas Dalam Upaya Penanggulangan Demam Berdarah Dengue

(1)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Judul

Lampiran 2 : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing

Lampiran 3 : Undangan Seminar Proposal Untuk Dosen Pembimbing Lampiran 4 : Undangan Seminar Proposal Untuk Dosen Penguji Lampiran 5 : Jadwal Seminar Proposal

Lampiran 6 : Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 8 : Daftar Wawancara

Lampiran 9 : Struktur Organisasi Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan Lampiran 10: Hal-hal yang dapat dilakukan untuk pencegahan DBD


(2)

ABSTRAKSI

PERANAN PUSKESMAS DALAM UPAYA PENANGGULANGAN DEMAM BERDARAH DENGUE

(Studi pada Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan)

Nama : Mirna Hikmah Dalimunthe

NIM : 090921003

Jurusan : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Drs. Kariono, M. Si.

Sebagai salah satu puskesmas yang ada di kota Medan, Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Kualitas pelayanan kesehatan diupayakan agar Visi dan Misi Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan dapat tercapai yaitu: “Medan Sehat Sejahtera 2011”.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan dalam penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD). Dimulai dari perencanaan kegiatan-kegiatan, dilanjutkan pengorganisasian dan pelaksanaannya pada wilayah kerja puskesmas serta dilakukannya pengawasan terhadap kegiatan tersebut.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu Data-data yang diperoleh melalui wawancara kepada 2 orang key

informan dan 6 orang informan sebagai unit analisis, kemudian diolah melalui teknik

analisa deskriptif, berupa penganalisaan data yang telah dikumpulkan,

diklasifikasikan dan diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti. Adapun hasil penelitian ini yaitu: Upaya dan tindakan yang dilaksanakan Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan cukup berhasil. Hal ini ditandai dengan tidak bertambahnya warga yang terkena DBD dan Kecamatan Sidorejo Hilir Medan tidak termasuk daerah endemik. Akan tetapi perlu ditingkatkan penyuluhan DBD dan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan fogging di sekolah-sekolah dan tempat tinggal warga secara serentak serta pembagian bubuk abate gratis.


(3)

ABSTRAKSI

PERANAN PUSKESMAS DALAM UPAYA PENANGGULANGAN DEMAM BERDARAH DENGUE

(Studi pada Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan)

Nama : Mirna Hikmah Dalimunthe

NIM : 090921003

Jurusan : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Drs. Kariono, M. Si.

Sebagai salah satu puskesmas yang ada di kota Medan, Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Kualitas pelayanan kesehatan diupayakan agar Visi dan Misi Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan dapat tercapai yaitu: “Medan Sehat Sejahtera 2011”.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan dalam penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD). Dimulai dari perencanaan kegiatan-kegiatan, dilanjutkan pengorganisasian dan pelaksanaannya pada wilayah kerja puskesmas serta dilakukannya pengawasan terhadap kegiatan tersebut.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu Data-data yang diperoleh melalui wawancara kepada 2 orang key

informan dan 6 orang informan sebagai unit analisis, kemudian diolah melalui teknik

analisa deskriptif, berupa penganalisaan data yang telah dikumpulkan,

diklasifikasikan dan diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti. Adapun hasil penelitian ini yaitu: Upaya dan tindakan yang dilaksanakan Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan cukup berhasil. Hal ini ditandai dengan tidak bertambahnya warga yang terkena DBD dan Kecamatan Sidorejo Hilir Medan tidak termasuk daerah endemik. Akan tetapi perlu ditingkatkan penyuluhan DBD dan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan fogging di sekolah-sekolah dan tempat tinggal warga secara serentak serta pembagian bubuk abate gratis.


(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan kekayaan yang tidak ternilai bagi kehidupan manusia. Setiap manusia ingin selalu dapat hidup sehat, agar dapat menjalankan aktivitasnya masing-masing. Berbagai macam upaya yang dilakukan untuk dapat hidup sehat dan terhindar dari penyakit.

Dalam mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia, mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, maka Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) sebagai salah satu tempat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat, sesuai dengan fungsi puskesmas sebagai pengemban, pembinaan, dan pelayanan kesehatan yang sekaligus merupakan pos operasi terdepan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.

Pada tahun 2004 penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sudah mengancam masyarakat. Penyakit DBD belakangan ini semakin marak di kota Medan. Penyakit “maut” yang disebarkan melalui sengatan nyamuk Aedes Aegypti itu sudah menyerang 213 penderita dan merenggut 7 nyawa warga kota. (Dinas Kesehatan Pemko Medan, 2004).

Penderita DBD di Indonesia setiap tahun meningkat, di tahun 2005 meningkat lebih dari dua kali dibandingkan tahun sebelumnya, yakni berjumlah 12.482 jiwa. Pada tahun 2005 penyakit DBD sudah menjadi masalah yang endemis pada 122


(5)

daerah Tingkat 11605 daerah Kecamatan, dan 1800 desa/kelurahan di Indonesia. Sedangkan ramalan jumlah penderita DBD pada anak-anak (umur 5-14 tahun) untuk tahun 2006-2010 juga meningkat, terutama juga bulan Nopember dan Desember. (http://www.RSU Dr. Pirngadi Medan_ Analisa Kecenderungan Penderita Demam Berdarah Dengue Tahun 2001-2005 untuk Peramalan Tahun 2006-2010).

Binatangnya memang semakin lama makin kecil, dari sapi (gila) muncul (flu) burung dan terakhir mewabah nyamuk (demam berdarah). Dalam hal ini diperlukan kekompakan masyarakat untuk keluar dari masalah wabah.

Di Indonesia sejak dilaporkannya kasus DBD pada tahun 1968, terjadi kecenderungan peningkatan insidens. Sejak tahun 1994, seluruh provinsi di Indonesia telah melaporkan kasus DBD dan daerah tingkat II yang melaporkan DBD juga meningkat. Namun angka kematian menurun tajam dari 41,3% (1968) menjadi 3% (1984) dan sejak tahun 1991 CFR (Case Fertility Rate) atau angka kematian stabil dibawah 3%. (Thomas Suroso, 1996:15)

Sewaktu terjadi wabah, berbagai seterotype virus Dengue berhasil diisolasi. Virus Dengue tipe I, II, III, dan IV berhasil diisolasi dari penderita DBD di Indonesia. Virus Dengue tipe II dan tipe III secara bergantian merupakan seterotype virus yang dominan, namun virus Dengue tipe III sangat berkaitan dengan kasus DBD berat.

Kesehatan lingkungan yang mungkin kurang memadai dan kemudian juga perubahan musim yang mungkin secara mendadak berubah-ubah. Kadang dingin kadang panas kemudian dingin lagi, panas lagi, hujan lagi. Musim hujannya tidak terus menerus hujan, tapi berubah-ubah. Kadang-kadang panas, kadang dingin.


(6)

Masalahnya terlebih dalam kasus DBD sebelum dokter tiba, keluarga dekat korban perlu menstabilkan si korban dan mempersiapkannya untuk perawatan intensif dari tenaga medis professional. Di setiap puskesmas kalau ada kasus demam berdarah sesegera mungkin melaporkannya kepada Dinas Kesehatan.

DBD merupakan penyakit yang disebarluaskan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Penyebab penyakit adalah semacam virus yang termasuk dalam self limiting diseases. Istilahnya ini maksudnya adalah penyakit akan sembuh dengan sendirinya tanpa diobati anti virus. Kendati begitu, efek yang ditimbulkan dalam perjalanan penyakitnya terkadang tidak dapat diatasi secara simptomatik dan suportif, dan bisa menimbulkan komplikasi yang fatal.

Ada trauma psikologis di tengah masyarakat, DBD sulit dicegah karena hingga kini belum ditemukan obat atau vaksin pencegahnya. Selain itu, DBD ternyata tidak mengenal batas usia, batas wilayah serta status sosial di tengah masyarakat. Jadi, kita harus berkonsentrasi membasmi pembawa virus tersebut, yaitu nyamuk Aedes Aegypti. Dimana nyamuk Aedes Aegypti ternyata mempunyai kebiasaan-kebiasaan hidup yang unik.

Untuk membantu program penanggulangan wabah DBD, diperlukan dukungan seluruh anggota keluarga untuk melapor ke puskesmas setempat (puskesmas terdekat dari kemungkinan tempat digigit nyamuk Aedes Aegypti) bila ada pasien yang terjangkit DBD. Berdasarkan laporan ini, akan dibuat pencatatan dan selanjutnya tenaga medis puskesmas akan datang ke tempat itu untuk melakukan penyemprotan.


(7)

Dalam hal ini, Pemko Medan (Walikota Medan) sudah jauh hari meniup “genderang perang” dengan penyakit yang sudah rutin setiap tahunnya menimpa warga kota. Pemko Medan menggulirkan rencana dalam usaha memberikan pelayanan publik, salah satunya dalam bidang kesehatan. Selain melaksanakan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Pemko Medan juga memberikan pengobatan gratis bagi penderita DBD yang berobat di rumah sakit, dengan persyaratan pasien itu penduduk kota Medan.

Jika memang penyakit DBD ternyata lebih berbahaya dari pada SARS dan flu burung, dan kehadiran DBD yang sudah di anggap sebagai tamu rutin seharusnya penanganannya jadi agenda prioritas. Sama pentingnya dalam masalah penanggulangan banjir dan sektor pendidikan serta persoalan pembangunan lainnya.

Untuk menindaklanjuti program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) atau perang terhadap DBD oleh Pemko Medan maka di setiap puskesmas yang ada di kota Medan, terutama daerah-daerah yang endemik seperti tahun-tahun yang lalu dilaksanakan kegiatan 3M. Kegiatan ini dilaksanakan oleh tenaga medis puskesmas yang berkoordinasi dengan pihak dari kecamatan dan kelurahan serta kepala lingkungan yang ada di kelurahan pada wilayah kerja puskesmas masing-masing.

Menyimak aktifitas pemberantasan DBD dilakukan aparat sudah cukup memadai, termasuk upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk melalui fogging massal dilaksanakan baik terhadap ribuan sekolah maupun pemukiman penduduk. Mengapa di era Millenium, ketika ilmu kedokteran dan penemuan beragam vaksin di dunia saat ini begitu pesat dan gencar dilakukan, ternyata penyakit yang sudah puluhan tahun mendera masyarakat kota Medan itu hingga detik ini belum juga bisa dicarikan obat


(8)

penawarnya. Sehingga penderita terutama dari kalangan anak-anak bawah lima tahun (Balita) terhindar dari maut.

Sebagai masyarakat beragama, persoalan maut siapa pun tidak bisa menundanya karena sudah takdir dari Tuhan Yang Maha Esa, namun sebagai manusia kita pantas berusaha maksimal dengan berbagai cara antara lain mencari vaksin dan obat jitu baik untuk memberantas tuntas wabah DBD maupun mengenyahkan nyamuk Aedes Aegypti itu sampai akar-akarnya.

Puskesmas merupakan ujung tombak dalam pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Terlebih dalam hal kasus penanggulangan DBD yang sedang melanda saat ini.

Demikian juga dengan Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan merupakan salah satu puskesmas yang terdapat di kota Medan yang melaksanakan berbagai upaya dan kegiatan dalam perang terhadap DBD. Upaya dan kegiatan itu dalam kenyataannya tidak berhasil sepenuhnya sesuai dengan apa yang diharapkan. Kenyataannya di lapangan upaya dan tindakan puskesmas terlambat, karena masyarakat sudah ada yang terkena Demam Berdarah Darah (DBD). Apakah puskesmas terlambat dalam hal sosialisasi DBD dan melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) atau warga yang kurang peduli dan kurang kesadaran akan keberhasilan lingkungan.

Masyarakat terlebih dahulu memberitahukan kepada pihak puskesmas bahwa di daerahnya ada yang terkena DBD. Dari hasil laporan tersebut maka pihak


(9)

puskesmas melaksanakan fogging dan penyuluhan. Seharusnya puskesmas harus berperan aktif terjun ke masyarakat dan bukan hanya menantikan laporan dari masyarakat. Padahal semestinya jauh-jauh hari pemerintah telah menetapkan kasus DBD sebagai prioritas penanganan. Karena seperti yang kita ketahui bersama kehadiran DBD yang sudah dianggap tamu rutin bagi masyarakat kota ini, seharusnya penanganannya menjadi agenda prioritas.

Dengan demikian, DBD tidak hanya diperangi saat penyakit maut itu sudah mengambil nyawa, tapi “perang” melawan nyamuk Aedes Aegypti itu dilaksanakan sebelum wabahnya datang. Antara lain melaksanakan kegiatan penyuluhan Demam Berdarah Dengue disekolah-sekolah dan kelurahan, gotong royong membersihkan selokan/parit yang airnya tidak/kurang mengalir, pemberian garam abate secara gratis kepada warga kota, fogging di rumah-rumah warga dan sekolah-sekolah dan bentuk Pemberantasan Sarang Nyamuk lebih awal.

1.2Perumusan Masalah

Menurut Sanapiah Faisal (1992:28), dalam rancangan usulan penelitian perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang diteliti. Rumusannya perlu jelas dan tegas, sehingga keseluruhan proses penelitian benar-benar terarah dan terfokus ke alamat yang jelas.


(10)

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

“Bagaimana Peranan Puskesmas dalam Upaya Penanggulangan Demam Berdarah Dengue?”

1.3Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peranan puskesmas dalam upaya penanggulangan Demam Berdarah Dengue yang dilaksanakan di Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan.

2. Untuk mengetahui usaha-usaha apa saja yang dilakukan Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan dalam penanggulangan Demam Berdarah Dengue.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan dalam meningkatkan kinerja dalam menanggulangi Demam Berdarah Dengue. 2. Untuk mengembangkan kemampuan berfikir melalui penulisan karya ilmiah dan

sebagai penerapan dari berbagai teori yang di dapat selama masa perkuliahan. 3. Sebagai bahan referensi penelitian di bidang Ilmu-ilmu Sosial pada umumnya dan


(11)

1.5Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan landasan berfikir untuk melakukan penelitian dan teori dipergunakan untuk menjelaskan fenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Teori diartikan sebagai serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi dan proposal yang saling berkaitan dan bertujuan memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu fenomena (Singarimbun 1989:37).

1.5.1 Peranan Puskesmas 1.5.1.1Pengertian Peranan

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta 1976:735), peranan berasal dari kata peran, yang artinya sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama.

Pengertian peranan menurut Miftah (1990:10), dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku yang teratur yang ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu atau karena adanya suatu kantor yang mudah dikenal.

Selain itu menurut Soerjono Soekanto (1990:10) juga memberikan pengertian mengenai peranan role yaitu aspek dinamis kedudukan/status. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Jadi peranan menentukan apa yang diperbuat tertentu, sehubungan dengan posisinya dalam masyarakat.

Berdasarkan beberapa defenisi peranan di atas dapatlah disimpulkan bahwa peranan mengandung arti perbuatan atau hal yang diharapkan dimiliki dari tugas


(12)

utama dalam proses atau cara yang harus dilaksanakan dan dikaitkan dengan kedudukan seseorang.

Dalam hal ini adalah peranan puskesmas dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang dilakukan tenaga medis untuk membina dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang ada di wilayah kerjanya. Kegiatan tersebut dapat juga dilaksanakan berkoordinasi dengan pegawai kecamatan, keseluruhan dan kepala lingkungan di wilayah kerja puskesmas.

1.5.1.2 Pelayanan Publik

1.5.1.2.1 Pengertian Pelayanan Publik

Moenir (1992:16-17) mengemukakan arti pelayanan yaitu proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung.

Lebih lanjut Gie (1993:105) mendefenisikan pelayanan adalah suatu kegiatan dalam suatu organisasi atau instansi yang dilakukan untuk mengamalkan atau mengabdikan diri kepada masyarakat.

Ditambah lagi dengan pendapat Boediono (2003:6), bahwa pelayanan merupakan suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan.

Menurut pendapat Syahrir (1991:154), pelayanan publik adalah jenis bidang usaha yang dikelola oleh pemerintah dan tujuannya untuk melayani kepentingan masyarakat, dan mempunyai fungsi sosial tanpa berorientasi kepada aspek keuntungan.


(13)

Berdasarkan beberapa defenisi dari pelayanan di atas dapatlah disimpulkan bahwa pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh organisasi atau instansi yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat yang berbentuk uang, barang, ide, atau gagasan ataupun surat-surat berharga atas keikhlasan, rasa senang, jujur, dan mengutamakan rasa puas bagi yang menerima pelayanan.

Adapun bentuk dan sifat penyelenggaraan umum harus mengandung sendi-sendi; kesederhanaan, kejelasan, kepastian, keamanan, keterbukaan, efisiensi, ekonomis, keadilan, dan ketepatan waktu (Boediono, 2003:68-70). Uraiannya sebagai berikut:

1. Kesederhanaan

Yang dimaksud dengan kesederhanaan meliputi mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

2. Kejelasan dan kepastian

Arti adanya kejelasan dan kepastian disini adalah hal-hal yang berkaitan dengan: a. Prosedur atau tata cara pelayanan umum;

b. Persyaratan pelayanan umum, baik teknis maupun administratif;

c. Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan umum;

d. Rincian biaya/tarif pelayanan umum dan tata cara pembayarannya. e. Jadwal waktu penyelesaian pelayanan umum;

f. Hak dan kewajiban, baik bagi pemberi pelayanan maupun penerima pelayanan umum berdasarkan bukti-bukti penerimaan permohonan /


(14)

kelengkapannnya, sebagai alat untuk memastikan pemprosesan pelayanan umum;

g. Pejabat yang menerima keluhan masyarakat. 3. Keamanan

Artinya bahwa dalam proses dan hasil pelayanan umum dapat memberikan kepastian hukum.

4. Keterbukaan

Hal-hal yang berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat.

5. Efisiensi

Yang dimaksud efisiensi disini adalah:

a. Persyaratan pelayanan umum hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan produk pelayanan umum yang diberikan;

b. Dicegah dengan adanya penanggulangan kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/instansi pemerintah lain yang terlait.

6. Ekonomis

Dalam pengenaan biaya pelayanan umum harus ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan:

a. Nilai barang atau jasa pelayanan umum tidak menuntut biaya yang tinggi dan diluar kewajaran;

b. Kondisi dan kemampuan perundang-undangan yang berlaku; c. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;


(15)

7. Dimaksud dengan sendi keadilan disini adalah keadilan yang merata, dalam arti cakupan/jangkauan pelayanan harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diperlukan secara adil.

8. Ketepatan Waktu

Yang dimaksud dengan ketepatan waktu disini adalah dalam pelaksanaan pelayanan umum bersifat sederhana, terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar, dan terjangkau. Keputusan Menteri Pendayaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor 81 Tahun 1993 mengutarakan pula bahwa pelayanan umum mengandung unsur-unsur:

a. Hak dan kewajiban bagi pemberi maupun penerima pelayanan umum harus jelas dan diketahui secara pasti oleh masing-masing pihak.

b. Pengaturan setiap bentuk pelayanan umum harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan tetap berpegang pada efisien dan efektifitas.

c. Mutu, proses dan hasil pelayanan umum harus diupayakan agar dapat memberi keamanan, kenyamanan, kelancaran dan kepastian hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

d. Apabila pelayanan umum yang diselenggarakan oleh pemerintah terpaksa terlalu mahal maka instansi pemerintah yang bersangkutan berkewajiban memberi peluang kepada masyarakat untuk ikut menyelenggarakan sesuai dengan peraturan yang berlaku (Sedarmayanti, 2000:193).


(16)

Peraturan sudah ditetapkan, pola pelayanan sudah dirumuskan, tetapi terkadang pelayanan publik yang diberikan pegawai dan aparatur pemerintah belum dapat memuaskan bagi penerima layanan. Beberapa faktor yang menyebabkan pelayanan tidak memuaskan adalah:

1. Tidak atau kurangnya kesadaran terhadap tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Akibatnya mereka bekerja dan melayani seenaknya (santai), padahal orang yang menunggu hasil kerjanya sudah gelisah. Akibat dari hal ini ialah tidak adanya disiplin kerja.

2. Sistem, prosedur dan metode kerja yang tidak memadai, sehingga mekanisme kerja tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan atau tidak berjalan semestinya. 3. Pengorganisasian tugas pelayan yang belum serasi, sehingga mekanisme

penanganan tugas, tumpang tindih atau tercecer suatu tugas tidak ada yang menanganinya.

4. Pendapatan pegawai tidak mencukupi memenuhi kebutuhan meskipun secara minimal. Akibatnya pegawai tidak tenang dalam bekerja, berusaha mencari tambahan pendapatan dalam jam kerja dengan cara antara lain menjual jasa pelayanan.

5. Kemampuan pegawai yang tidak memadai untuk tugas yang dibebankan padanya. Akibatnya hasil pekerjaan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan.

6. Tidak tersedianya sarana pelayanan umum yang memadai, akibatnya pekerjaan menjadi lamban, waktu banyak hilang dan penyelesaian masalah terlambat (Moenir, 1992:40-41).


(17)

1.5.1.2.2 Kualitas Pelayanan Publik

Berbicara mengenai kualitas pelayanan berarti berbicara tentang bagaimana cara yang harus diperoleh dalam usaha meningkatkan mutu atau kualitas, dimana dalam hal ini setiap organisasi atau instansi memiliki cara agar pelayanan yang diberikan dapat dijalankan dengan sebaik mungkin.

Pelayanan yang diharapkan tentunya pelayanan yang dapat memberi rasa puas bagi si penerima layanan. Pemberi kualitas pelayanan yang baik dari suatu organisasi atau instansi bersumber dari aktifitas pegawai yang secara langsung menentukan keberhasilan organisasi. Jadi apabila pegawai dapat bekerja sebagaimana dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka pelayanan pun akan dapat diberikan dengan baik.

Secara sederhana defenisi mutu/kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses dan lingkunganyang memenuhi atau melebihi harapan pihak yang menginginkannya. Pengertian mutu/kuallitas dapat diartikan kinerja untuk standar yang diharapkan oleh pelanggan. Titik temu kebutuhan pelanggan juga diartikan sebagai mutu yang pertama dan setiap waktu. Menyediakan pelanggan dengan jasa secara konsisten adalah pelayanan bermutu/berkualitas. Arti mutu tidak hanya memuaskan pelanggan, tetapi menyenangkan pelanggan, memberi inovasi kepada pelanggan, dan membuat pelanggan menjadi kreatif (Boediono, 2003:113).

Menurut asumsi Syahrir (1991:156), bahwa kepuasan dalam pelayanan publik mengandung unsur:

1. Pelayanan yang merata dan sama (equalible service).


(18)

3. Pelayanan yang diberikan memenuhi jumlah barang dan jasa (ample service). 4. Pelayanan harus merupakan pelayanan yang berkesinambungan (continuous

service).

5. Pelayanan merupakan pelayanan yang selalu meningkatkan kualitas dan penampilannya (progressive service).

1.5.1.2.3 Bentuk-Bentuk Pelayanan

Pelayanan yang diberikan oleh siapapun, bentuknya tidak terlepas dari tiga macam yaitu:

1. Pelayanan dengan lisan

Bidang pelayanan lisan tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada yang memerlukan. Agar layanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku pelayanan yaitu:

- Memahami benar masalah-masalah termasuk dalam bidang tugasnya.

- Mampu memberikan penjelasan apa yang diperlukan dengan lancar, singkat, tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh kejelasan mengenai sesuatu.

- Bertingkah laku sopan dan ramah tamah.

- Meski dalam keadaan sepi tidak mengobrol dan bercanda dengan teman karena menimbulkan kesan tidak disiplin dan melalaikan tugas.

- Tidak melayani orang-orang yang hanya ingin sekedar mengobrol dengan cara yang sopan.


(19)

2. Pelayanan melalui tulisan

Bentuk ini merupakan layanan yang paling menonjol dalam pelaksanaan tugas, tidak hanya dari segi jumlah tetapi juga dari segi peranannya. Pada dasarnya pelayanan melalui tulisan cukup efisien terutama bagi layanan jarak jauh karena faktor biaya, namun satu hal yang harus diperhatikan yaitu faktor kecepatan. Pelayanan ini terdiri atas dua golongan: pertama, layanan berupa petunjuk, informasi dan sejenisnya yang ditujukan pada orang yang berkepentingan; kedua, layanan berupa reaksi tertulis atau permohonan, laporan, keluhan, pemberitahuan, dan lain-lain.

3. Pelayanan yang berbentuk perbuatan

Umumnya layanan ini dilakukan oleh petugas-petugas tingkat menengah dan bawah, karena ini faktor keahlian dan keterampilan petugas sangat menentukan terhadap hasil perbuatan dan pekerjaan. Tujuan utama orang yang berkepentingan dalam layanan ini adalah mendapatkan pelayanan dalam bentuk perbuatan atau hasil perbuatan, bukan sekedar penjelasan dan kesanggupan secara lisan.

Namun pada dasarnya persyaratan pokok dalam memberi pelayanan, walau dalam bentuk apapun adalah tingkah laku yang sopan, cara penyampaian sesuatu yang berkaitan dengan apa yang seharusnya diterima oleh orang yang bersangkutan, waktu penyampaian yang tepat dan keramahan (Moenir, 1992:190-197).

Dalam pelayanan terdapat beberapa faktor pendukung yang penting, antara lain faktor kesadaran, aturan, organisasi, keterampilan petugas, dan sarana. Uraiannya adalah sebagai berikut:


(20)

1. Faktor kesadaran, yaitu kesadaran para pejabat serta petugas yang berkecimpung dalam kegiatan pelayanan. Kesadaran pegawai pada segala tingkat terhadap tugas menjadi tanggungjawabnya, membawa dampak yang sangat positif terhadap organisasi. Ia akan menjadi sumber kesungguhan dan disiplin tugas, sehingga hasilnya dapat diharapkan melalui standar yang telah ditetapkan.

2. Faktor aturan, yaitu dalam organisasi yang menjadi landasan kerja pelayanan. Aturan ini mutlak kebenarannya agar organisasi dan pekerjaan dapat berjalan teratur dan terarah. Agar peraturan dapat mencapai apa yang dimaksud, maka ia harus dipahami oleh semua orang yang bertugas dalam bidang yang diatur dengan disertai disiplin yang tinggi.

3. Faktor organisasi, yaitu merupakan alat serta sistem yang memungkinkan berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan. Sebagai suatu sistem, organisasi merupakan alat yang efektif dalam usaha pencapaian tujuan, dalam hal ini pelayanan yang baik dan memuskan. Agar organisasi berfungsi dengan baik perlu ada pembagian, baik dalam hal organisasi maupun tugas pekerjaan sampai pada jenis organisasi atau pekerjaan yang paling kecil.

4. Faktor pendapatan, yaitu pendapatan pegawai yang berfungsi sebagai pendukung pelaksanaan pelayanan. Pendapatan yang cukup akan memotivasi pegawai dalam melaksanakan pekerjaan dengan baik sehingga ia tidak melakukan penyimpangan.

5. Faktor keterampilan petugas, yaitu kemampuan dan keterampilan para pegawai dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan.


(21)

6. Faktor sarana, yaitu sarana yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas atau pekerjaan layanan. Sarana terbagi atas dua macam: pertama, sarana kerja meliputi peralatan, perlengkapan dan alat bantu; kedua, fasilitas meliputi segala kelengkapannya dengan fasilitas komunikasi dan segala kemudahan lainnya (Moenir, 1992:88-127).

1.5.1.2.4 Sasaran Pelayanan

Sasaran pelayanan manajemen pelayanan umum sangat sederhana yaitu kepuasan penerima layanan. Kepuasan terdiri atas dua komponen besar yaitu layanan dan produk. Uraiannya sebagai berikut:

1. Layanan, dalam hal ini agar dapat memuaskan kepada orang atau sekelompok orang yang dilayani. Pegawai harus dapat memenuhi empat persyaratan pokok yaitu:

- Tingkah laku yang sopan.

- Cara penyampaian sesuatu yang berkaitan dengan apa yang seharusnya diterima oleh yang bersangkutan.

- Waktu menyampaikan yang tepat.

- Keramahtamahan melalui cara berbicara yang wajar dan disampaikan dengan hati tulus dan terbuka.

2. Produk, dalam hal ini adalah kepuasan yang dapat berbentuk sebagai berikut: - Barang, yaitu sesuatu benda dalam bentuk nyata yang diterima oleh yang

bersangkutan dapat memuaskan dari teknik, penampilan dan kenyamanan serta beberapa kemudahan atau jaminan.


(22)

- Jasa, yaitu sesuatu hasil yang tidak harus dalam bentuk fisik, tetapi dapat dinikmati oleh panca indera atau perasaan (gerak, suara, keindahan, kenyamanan, dan rupa).

- Surat menyurat berharga, yaitu suatu produk yang berupa surat-surat berharga sebagai hasil kegiatan atau pekerjaan administrasi perkantoran (Moenir, 1992:196-205).

1.5.1.2.5 Standar Pelayanan

Standar atau ukuran dasar khusus adalah untuk mengetahui mutu pelayanan. Oleh karena itu, sementara orang ada yang menyebutnya dengan mutu pelayanan. Sasaran ukuran adalah untuk mengetahui apakah pelayanannya sudah prima atau belum prima. Standar pelayanan bagi birokrasi pada umumnya ditentukan dalam Undang-Undang atau perundang-undangan lainnya. Apabila tidak ada ditentukan dalam perundang-undangan, bisa dilakukan dengan mengumpulkan pendapat para ahli untuk di analisis menghasilkan standar pelayanan. Dalam menentukan standar pelayanan, lebih baik melalui penelitian lapangan, atau mendengarkan pendapat pelanggan (Boediono, 2003:78).

1.5.1.3 Pengertian Penyuluhan

Secara hanafiah, penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti obor atau pun alat untuk menerangi keadaan yang gelap. Dari asal perkataan tersebut dapat diartikan bahwa penyuluhan dimaksudkan untuk memberi penerangan atau pun


(23)

kepada mereka yang disuluhi, agar tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai sesuatu masalah tertentu.

Claaretal, membuat rumusan penyuluhan merupakan jenis khusus pendidikan pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan; yang mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, dan memotivasi, tapi tidak melakukan pengaturan (regulating) dan juga tidak melaksanakan program non edukatif (Zulkarimein, 1990:7). Samsudin menyebut penyuluhan sebagai suatu usaha pendidikan non-formal yang dimaksudkan untuk mengajak orang sadar dan mau melaksanakan ide-ide baru (Zulkarimein, 1990:7).

Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang baru agar masyarakat mau tertarik dan berminat untuk melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Penyuluhan juga merupakan suatu kegiatan mendidikkan sesuatu kepada masyarakat, memberi mereka pengetahuan, informasi-informasi dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya.

Menurut Zulkarimein (1990:11) hal-hal pokok dalam melakukan penyuluhan: 1. Masalah yang dihadapi

2. Siapa yang disuluh

3. Apa tujuan (objecvitives) yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan 4. Pendekatan yang dipakai

5. Pengemban pesan

6. Metode/saluran yang digunakan 7. Sistem evaluasi didalam rencana


(24)

1.5.1.4 Pengertian Administrasi Publik

Menurut Prajudi Atmosudirdjo (1982:272) mengemukakan administrasi publik adalah administrasi dari pada negara sebagai organisasi, dan administrasi yang mengejar tercapainya tujuan-tujuan yang bersifat kenegaraan.

Lebih lanjut Dwight Waldo (1955:26) mendefenisikan administrasi publik adalah manajemen dan organisasi dari pada manusia-manusia dan peralatannya guna mencapai tujuan pemerintah.

Ditambah lagi dengan pendapat Felix A. Nigro dan Lloyd G. Nigro (1970:21), bahwa administrasi publik adalah suatu kerjasama kelompok dalam lingkungan pemerintahan; yang meliputi ketiga cabang pemerintahan: eksekutif, legislatif, dan yudikatif serta hubungan di antara mereka; dan mempunyai peranan penting dalam perumusan kebijaksanaan pemerintahan, dan karenanya merupakan sebagian proses politik; serta berkaitan erat dengan berbagai macam kelompok swasta dan perorangan dalam menyajikan pelayanan kepada masyarakat.

Menurut Gerald E. Caiden (1982:27), bahwa ada tujuh hal khusus dari administrasi publik yaitu: tidak dapat dielakkan, senantiasa mengharapkan ketaatan, mempunyai prioritas, mempunyai pengecualian, puncak pimpinan politik, sulit diukur, sehingga kita terlalu banyak mengharap dari publik administrasi ini.

1.5.1.5 Fungsi Administrasi

Puskesmas dalam upaya penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) melaksanakan beberapa kegiatan. Dalam melakdsanakan kegiatan selayaknya terlebih dahulu membuat fungsi-fungsi administrasi.


(25)

Menurut G. R. Terry (1986:5) fungsi administrasi dibagi 4, yaitu: 1. Planning

2. Organizing

3. Actuating

4. Controlling Planning (Perencanaan)

Harold Koontz and Cyril O’Donnel mengemukakan arti perencanaan adalah fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan memilih tujuan-tujuan, kebijaksanaan, prosedur-prosedur, dan program-program dari alternatif-alternatif yang ada (S. P. Hasibuan, 2003:40).

Sedangkan G. R. Terry (1986:163) menyatakan bahwa perencanaan meliputi tindakan memilih dan menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dalam arti hal menvisualisasi serta merumuskan aktivitas-aktivitas yang di usulkan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan.

Ditambah lagi pendapat S. P. Hasibuan (2003:40) bahwa arti perencanaan adalah proses penentuan tujuan dan pedoman pelaksanaan dengan memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada.

Berdasarkan beberapa defenisi perencanaan (planning) diatas dapatlah disimpulkan bahwa perencangaan adalah masalah “memilih” yang terbaik dari berbagai alternatif yang ada.


(26)

Organizing (Pengorganisasian)

Malayu S. P. Hasibuan (2003:40) mengemukakan arti pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.

Lebih lanjut G. R. Terry (1986:40) mengemukakan arti pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan dengan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.

Actuating (Menggerakkan)

Menggerakkan merupakan manajemen ketiga, dimana bahwa usaha-usaha perencanaan dan pengorganisasian bersifat vital, tetapi tidak akan ada output konkrit yang dihasilkan sampai kita mengimplementasikan aktivitas-aktivitas yang diusahakan dan yang diorganisasi.

Menurut G. R. Terry (1986:313) actuating merupakan usaha untuk menggerakkan anggota-anggota kelompok demikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.


(27)

Controling (Pengawasan)

Kreitner (1986:533) mengemukakan arti pengawasan adalah proses melakukan tindakan koreksi yang dianggap perlu untuk menjamin tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.

Lebih lanjut Henry Fayol mengartikan bahwa pengawasan merupakan pemeriksaan apakah semua yang terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, intruksi yang dikeluarkan sesuai dengan prinsip yang ditetapkan (Malayu S. P. Hasibuan, 2003:42).

Berdasarkan beberapa defenisi pengawasan diatas dapat dismpulkan bahwa pengawasan dimaksud untuk melihat kelemahan dan kesalahan dan akhirnya memperbaikinya dan mencegah jangan timbul lagi.

1.5.1.6 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membinaperan serta masyarakat, disamping itu juga memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk usaha-usaha kegiatan pokok (Rozaini, 1996:36).

1.5.1.7 Fungsi Puskesmas

Puskesmas mengusahakan pengobatan dan perawatan untuk masyarakat di seluruh wilayah Indonesia secara merata, agar tiap orang sehat dapat memperoleh pengobatan dan perawatan dengan biaya yang serendah-rendahnya.


(28)

Menurut Rozaini (1996:38-39) menyatakan bahwa fungsi Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional dibagi atas 3 fungsi yaitu:

1. Sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. 2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh, terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.

Sedangkan yang menjadi tujuan puskesmas dapat dibagi atas 2 yaitu:

1. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh pada individu keluarga dan masyarakat yang meliputi pelayanan kuratif, preventif serta rehabilitif. 2. Memberikan pelayanan kesehatan.

Adapun kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan agar terlaksananya proses fungsi puskesmas yaitu (Rozaini, 1996:42):

a. Merangsang masyarakat, termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong mereka sendiri.

b. Memberi petunjuk kepada masyarakat bagaimana menggunakan sarana yang ada secara efektif dan efisien.

c. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.

d. Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.


(29)

Menurut Departemen Kesehatan (1984:23) yang menjadi sistem upaya kesehatan puskesmas yaitu:

a. Puskesmas dengan wilayah kerja tertentu. Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.

b. Peran serta masyarakat dalam bentuk Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa. c. Peran serta dalam bentuk pembangunan kesehatan kuratif, prepentif, promotif,

dan rehabilitif serta pendidikan tenaga kesehatan.

d. Sistem rujukan yang efektif.

1.5.1.8 Wilayah Kerja Puskesmas

Wilayah kerja puskesmas terdiri dari satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Adapun faktor-faktor yang merupakan bahan pertimbangan wilayah kerja puskesmas yaitu: kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografis dan keadaan infrastruktur lainnya.

Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah, sehingga pembagian puskesmas ditetapkan oleh Bupati/Walikota yang mendengarkan saran teknis dari kepala kantor Departemen Kesehatan/Kotamadya yang telah disetujui oleh kepala kantor Departemen Kesehatan Propinsi. Khusus untuk kota besar wilayah kerja puskesmas hanya mencakup satu kelurahan saja.


(30)

1.5.2 Demam Berdarah Dengue

1.5.2.1Pengertian Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti betina (D. S. Anggraeni, 2010:6).

1.5.2.2Tanda Dan Gejala DBD

Menurut D. S. Anggraeni (2010:15) bahwa tanda-tanda dan gejala seseorang yang menderita DBD yaitu:

1. Penderita mengalami demam tinggi.

2. Penderita mengalami pendarahan atau bintik-bintik merah pada kulit. 3. Penderita mengalami keluhan pada saluran pernapasan.

4. Penderita mengalami keluhan pada saluran pencernaan. 5. Penderita biasanya merasakan sakit pada waktu menelan.

6. Penderita mengalami keluhan pada bagian tubuh yang lain, misalnya nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang, sendi, dan ulu hati, serta pegal-pegal di seluruh tubuh.

7. Penderita dapat mengalami pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening, yang akan kembali normal pada masa penyembuhan.

8. Pada keadaan yang parah, penderita dapat mengalami keadaan renjatan atau shock, yang dikenal dengan dengue shock syndrome atau DSS, dengan tanda-tanda sebagai berikut:


(31)

a. Kulit penderita terasa lembap dan dingin; b. Tekanan darah penderit menurun;

c. Denyut nadi penderita cepat dan lemah; d. Penderita mengalami nyeri perut yang hebat;

e. Penderita mengalami pendarahan,baik dari mulut, hidung, maupun anus; pendarahan pada anus umumnya terlihat seperti tinja yang berwarna hitam; f. Penderita lemah dan mengalami penurunan tingkat kesadaran;

g. Penderita mengalami kegelisahan;

h. Mulut, hidung, dan ujung jari penderita tampak kebiru-biruan; dan i. Penderita tidak buang air kecil selama 4-6 jam.

1.5.2.3Jenis-Jenis DBD

Demam Berdarah Dengue dibagi atas 3 jenis, yaitu:

a. Dengue Klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4-7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak pendarahan dibawah kulit.

b. Dengue Haemorhagic Fever (DBD), gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan pendarahan dari hidung, mulut, dan dubur.

c. Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok/presyok. Pada bentuk ini sering terjadi kematian. Karena seringnya terjadi pendarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematian cukup tinggi.


(32)

1.5.2.4Ciri-Ciri Nyamuk Penyebab DBD

Yang menjadi vektor penyakit DBD ialah nyamuk Aedes Aegypti, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih. 2. Hidup di dalam dan di sekitar rumah.

3. Menggigit/menghisap darah pada siang hari dan sore hari. 4. Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar.

5. Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah bukan di got/comberan.

6. Di dalam rumah: bak mandi, tampangan, vas bunga, tempat minuman burung, perangakap semut dan lain-lain.

7. Di luar rumah: drum, tangki penampungan air, kaleng bekas, ban bekas, botol pecah, potongan bambu, tempurung kelapa dan lain-lain.

Virus Dengue berukuran sangat kecil (35-45 mm). Virus ini ditularkan oleh nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui kontak seksual atau ditularkan dari induk ke telur nyamuk. Nyamuk yang sudah mengandung virus Dengue ini sangat berbahaya.

Virus masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang menembus kulit. Setelah itu disusul periode tenang selama lebih kurang empat hari. Dalam tubuh manusia, virus Dengue melakukan replikasi secara tepat.

Apabila jumlahnya sudah cukup, virus akan memasuki sirkulasi darah manusia (viraemia). Manusia yang berada pada tahap viraemia, pada umumnya akan mengalami gejala panas. Dimana tubuh manusia memilki reaksi yang berbeda-beda.


(33)

1.5.3 Hubungan Peranan Puskesmas Dalam Upaya Penanggulangan DBD dengan Administrasi Negara

Administrasi Negara adalah ilmu yang mempelajari tentang lembaga-lembaga negara dalam segi aksi, operasionil dari lembaga tersebut. Dalam hal ini puskesmas sebagai lembaga pemerintah yang merupakan perangkat pemerintah daerah yang kedudukannya dibawah Pemko Medan yang menyelenggarakan pelayanan publik dalam bidang kesehatan.

Puskesmas mengusahakan pengobatan dan perawatan untuk masyarakat diseluruh wilayah Indonesia secara merata, agar tiap orang sehat dapat memperoleh pengobatan dan perawatan dengan biaya yang serendah-rendahnya. Dalam melaksanakan kegiatan penanggulangan DBD puskesmas melakukan fungsi administrasi perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, dan pengawasan.

1.6Defenisi Konsep

Defenisi Konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu (Singarimbun, 1995:34).

Dalam penelitian ini penulis mengemukakan defenisi konsep yang digunakan yaitu:

1. Peranan, mengandung arti perbuatan atau hal yang diharapkan dimiliki dari tugas utama dalam proses cara yang harus dilaksanakan dan dikaitkan dengan kedudukan seseorang. Dalam hal ini adalah peranan puskesmas dalam bentuk


(34)

kegiatan yang dilakukan tenaga medis puskesmas untuk membina dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

2. Puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.

3. Peranan puskesmas yaitu kegiatan atau perbuatan yang dilakukan tenaga medis puskesmas untuk membina kesehatan masyarakat dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang ada di wilayah kerjanya.

4. Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti betina.

1.7Defenisi Operasional

Menurut Singarimbun (1995:46) defenisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Sehingga dengan pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator apa saja sebagai pendukung untuk dianalisa dari variabel-variabel tersebut.

Dalam penelitian ini terdapat satu variabel, variabel yang dimaksud adalah Peranan Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan. Adapun fungsi Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan:

1. Pengembangan Kesehatan Masyarakat, dengan indikator: - Melaksanakan penyuluhan DBD ke masyarakat.


(35)

- Melaksanakan penyuluhan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). - Melaksanakan penyuluhan dan pengawasan kebersihan lingkungan. 2. Pembinaan Peran Serta Masyarakat Untuk Hidup Sehat, dengan indikator.

- Mengadakan kegiatan gotong royong dengan warga masyarakat untuk membersihkan selokan/parit yang airnya tidak/kurang mengalir.

- Menghimbau masyarakat untuk melaksanakan program 3M.

- Mengajak masyarakat membersihkan/menguras dan menutup rapat penampungan air.

3. Pelayanan Kesehatan Secara Menyeluruh Kepada Masyarakat, dengan indikator: - Melaksanakan fogging di tempat tinggal warga dan sekolah-sekolah.

- Membagikan bubuk abate secara gratis dan menaburkan pada tempat penampungan air.

- Memberikan rujukan perobatan ke rumah sakit bagi pasien DBD.

1.8 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini secara umum berisikan bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.


(36)

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan, visi dan misi Puskesmas tersebut, gambaran fisik Puskesmas, struktur organisasi, kedudukan, tugas pokok dan fungsi organisasi, mekanisme pelaksanaan pencegahan DBD.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan tentang penyajian data yang diperoleh dari hasil wawancara dan berupa dokumen yang akan dianalisis.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang data-data yang diperoleh setelah melakukan penelitian.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran penulis mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan yang dianggap penting bagi semua pihak yang membutuhkan.


(37)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Nawawi (1991:31) metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan, melukiskan dan mengungkapkan suatu masalah, keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya. Sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta (fact finding). Hasil penelitian ditekankan pada memberikan gambaran secara objektif tentang keadaan sebenarnya dari objek yang diselidiki serta dilakukan juga pemberian interpretasi-interpretasi yang kuat.

Ciri-ciri penelitian deskriptif adalah:

a. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang pada saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat aktual.

b. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang di selidiki sebagaimana adanya dengan interpretasi rasioanal.

2.2 Lokasi Penelitian

Penulis melakukan penelitian pada Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan yang berlokasi di Jalan Tangkul I Medan.


(38)

2.3 Populasi dan Sampel 2.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian (Nawawi, 1991:144).

Berdasarkan hal itu yang dimaksud populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga medis di Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan.

2.3.2 Sampel

Menurut Singarimbun (1995:149), sampel dapat diartikan sebagai kegiatan dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili populasi.

Unit analisis yang menjadi key informan ada 2 orang dan yang menjadi informan ada 6 orang, yaitu:

1. Kepala Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan: 1 orang

2. Tenaga medis Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan bagian DBD: 1 orang

3. Warga penderita DBD di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan: 6 orang


(39)

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan 2 (dua) cara yaitu:

a. Data Primer yang diperoleh melalui: Observasi

Yaitu merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis. Diantaranya yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Wawancara

Yaitu digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

Wawancara dilakukan kepada tenaga medis dan warga yang menderita DBD di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan.

b. Data Sekunder yang diperoleh melalui: Studi Kepustakaan (Library Research)

Yaitu data yang mendukung penelitian, yang mendukung, melengkapi data primer dan pengumpulan data dilakukan dengan cara mempelajari sejumlah buku, tulisan, dan karangan ilmiah yang berkaitan dengan penelitian ini.


(40)

2.5 Teknik Analisa Data

Berdasarkan data kualitatif ini maka metode penganalisaannya adalah analisa deskriptif, interpretasi penelitian atas hasil wawancara. Yaitu data yang telah dikumpulkan diklarifikasikan sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti. Kemudian penarikan kesimpulan yang berhubungan dengan pemecahan masalah yang dihadapi.


(41)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Gambaran Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan

Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan didirikan pada tahun 1990 oleh Walikota KDH TK II Medan, atas Program Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan. Puskesmas ini dibangun karena semakin bertambahnya jumlah penduduk di Kecamatan Sidorejo Hilir, sehingga dirasakan perlu dibangun sebuah puskesmas.

3.2 Visi dan Misi Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan

Visi Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan yaitu: “Medan Sehat Sejahtera 2011”.

Misi Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan yaitu: 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan. 2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata serta terjangkau.

4. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan individu, keluarga, masyarakat, beserta lingkungan.


(42)

3.3 Gambaran Fisik Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan 3.3.1 Wilayah Kerja

Dalam melaksanakan kegiatannya, Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan hanya melayani kelurahan Sidorejo Hilir saja.

3.3.2 Program Kerja

Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan untuk tujuan pokok pembangunan kesehatan maka Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan melaksanakan berbagai upaya kesehatan dengan meningkatkan fungsi puskesmas melalui program pokok puskesmas. Ada 7 (tujuh) program kerja Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan yaitu:

1. Promosi Kesehatan

2. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB) 3. Kesehatan Lingkungan

4. Peningkatan Gizi

5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular 6. Pengobatan

7. Pencatatan dan Pelaporan

3.3.3 Fasilitas Fisik

Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan dalam menjalankan kegiatannya didukung oleh fasilitas fisik puskesmas yang meliputi:


(43)

3.4 Fasilitas gedung puskesmas permanen 3.5 Fasilitas alat-alat

3.6 Fasilitas administrasi 3.7 Fasilitas immunisasi

3.3.3.1Fasilitas gedung

Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan ini merupakan satu gedung permanen yang terdiri dari:

1. Ruang periksa pasien/kamar dokter : 1 buah 2. Ruang Poliklinik gigi dan mulut : 1 buah 3. Ruang obat dan apotik : 1 buah 4. Ruang KIA, gizi, dan KB : 1 buah

5. Ruang suntik : 1 buah

6. Ruang kartu : 1 buah

7. Tata usaha : 1 buah

8. Toilet/WC : 1 buah

3.3.3.2Fasilitas Alat-Alat

Adapun peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan yaitu:

- Alat-alat pemeriksaan pasien - Alat-alat suntik dan alat-alat P3K - Timbangan bayi dan dewasa


(44)

- Lemari pendingin tempat penyimpanan bahan-bahan immunisasi - Alat-alat laboratorium

3.3.3.3Fasilitas Administrasi

Adapun fasilitas administrasi yang dimiliki oleh Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan yaitu:

- Kartu berobat - Buku catatan - Lemari/rak kartu - Meja dan kursi - Mesin tik - Stempel - Arsip

3.3.3.4Fasilitas Immunisasi

Adapun fasilitas immunisasi yang dimiliki oleh Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan yaitu:

- Lemari pendingin - Alat-alat immunisasi


(45)

3.3.4 Fasilitas Kesehatan

Untuk menunjang kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan didirikan sarana-sarana kesehatan. Hal ini dapat dilihat pada tabel:

Tabel 1. Keadaan Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan / 2011

No. Sarana Kesehatan Jumlah

1 Puskesmas Pembantu 1

2 RS. Bersalin 2

3 Praktek Dokter Umum 7

4 Praktek Dokter Gigi 2

5 Praktek Dokter Spesialis 1

6 Apotik 3

Jumlah 16

3.4 Struktur Organisasi, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi 3.4.1 Struktur Organisasi

Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat di Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan digerakkan oleh orang-orang/tenaga pelayanan dengan bidang/sub bidang tertentu. Kesemua bidang merupakan satu kesatuan pelayanan pembangunan kesehatan, yang bergerak menurut pembagian kerja yang telah ditentukan.


(46)

Antara bidang/sub bidang yang satu dengan yang lainnya dapat dijelaskan dari Struktur Organisasi Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan, yang dikepalai oleh seorang dokter. Segala kegiatan dipertanggungjawabkan kepada Dokter sebagai Kepala Puskesmas.

Adapun struktur organisasi Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan terdiri dari 3 unsur yaitu:

1. Unsur pimpinan : Kepala Puskesmas 2. Unsur pembantu puskesmas : Unsur Tata Usaha

3. Unsur Pelaksana : Unit terdiri dari tenaga jabatan fungsional

3.4.2 Jumlah Pegawai

Adapun jumlah pegawai di Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan sebanyak 12 orang, dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 2. Nama, Pendidikan dan Jabatan Pegawai di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan

No. Nama Jabatan Golongan

1 Dr. Fredes Siahaan Ka. Pustu IV/C

2 Drg. Chairumahnum Dokter Gigi IV/B

3 Ernimi. M Bidan III/D

4 Tialam Gurning Perawat III/D

5 Rolimah Hasibuan Bidan III/D


(47)

7 Esra Ria Silalahi Akademi Bidan III/D 8 Juliana Sitepu Akademi Bidan III/C 9 Drg. Nurhafizah Nst Dokter Gigi III/B

10 Tirsem Perawat Gigi III/B

11 Mudianti .M. Saragih Perawat III/A

12 Maisarah Asisten Apoteker II/A

Sumber: Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan 2011 3.4.3 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi

Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan adalah unsur pelaksana Dinas Kesehatan Kota Medan dalam bidang kesehatan yang dipimpin oleh seorang kepala puskesmas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan. Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan kerumahtanggaan dalam bidang kesehatan.

Untuk melaksanakan tugas maka Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan mempunyai fungsi:

1. Sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh, terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.


(48)

3.5 Mekanisme Pelaksanaan Pencegahan Terjangkitnya DBD

Pencegahan penyakit DBD dikenal dengan istilah pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dapat dilakukan dengan beberapa tehnik, yaitu kimia, biologi, dan fisika. Adapun masing-masing uraiannya adalah sebagai berikut:

1. Pemberantasan secara Kimiawi

Pengendalian DBD secara kimia, dapat ditempuh dengan 2 (dua) teknik berikut, yaitu:

a. Pengasapan (fogging), yaitu suatu teknik yang digunakan untuk mengendalikan DBD dengan menggunakan senyawa kimia malathion dan fenthion, yang berguna untuk mengurangi penularan sampai batas waktu tertentu.

b. Pemberantasan larva nyamuk dengan zat kimia. Namun, mengingat tempat perkembangbiakan larva vektor DBD banyak terdapat pada penampungan air yang airnya digunakan bagi kebutuhan sehari-hari terutama untuk minum dan masak, maka larvisida (kimia pemberantas larva) yang digunakan harus mempunyai harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

 Efektif pada dosis rendah

 Tidak bersifat racun bagi manusia/mamalia

 Tidak menyebabkan perubahan rasa, warna dan bau pada air yang diperlakukan


(49)

2. Pemberantasan secara Hayati

Pengendalian larva Aedes Agypti secara hayati tidak sepopuler cara kimiawi oleh karena penurunan padat populasi yang diakibatkannya terjadi perlahan-lahan tidak sedrastis bila menggunakan larvisida (kimiawi). Organisme yang digunakan dalam pengendalian secara hayati umumnya bersifat predator, parasitik atau patogenik dan umumnya ditemukan pada habitat yang sama dengan larva yang menjadi mangsanya. Beberapa agen hayati adalah ikan cupang dan larva ikan nila yang mangsanya adalah larva nyamuk. Ada juga beberapa agen hayati berikut yang belum begitu dikenal oleh umum namun telah diuji coba di laboratorium dan lapangan pada skala kecil efektivitasnya untuk memberantas larva nyamuk Aedes Agypti.

3. Pemberantasan secara Fisika

Cara yang hingga saat ini masih dianggap paling tepat untuk mengendalikan penyebaran penyakit demam berdarah adalah dengan mengendalikan populasi dan penyebaran vektor DBD. Cara pemberantasannya adalah dengan melakukan kegiatan 3M, yaitu Menguras dan menaburkan bubuk abate, Menutup tempat penampungan air,dan Menimbun barang-barang bekas yang dapat menampung air.

Mekanisme Pelayanan Penanggulangan DBD

Tindakan yang harus dilakukan bila ada penderita DBD:

1. Pertolongan pertama yang penting memberi minum sebanyak mungkin. 2. Kompres dengan air es.


(50)

3. Beri obat turun panas.

4. Selanjutnya penderita segera dibawa ke dokter/puskesmas yang terdekat untuk diperiksa. Bila diduga terserang demam berdarah akan dikirim ke rumah sakit untuk dirawat.

5. Lapor segera ke Puskesmas setempat dengan membawa surat ke rumah sakit. 6. Selanjutnya akan dilakukan tindakan penanggulangan di daerah rumah penderita

dan sekitarnya, tanpa dipungut bayaran.

Jadi sementara ini fogging dan penyuluhan dilakukan kalau memang ada indikasi kejadian luar biasa demam berdarah, atau jelas-jelas di situ ada kasusnya.

Pemberantasan Sarang Nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M sebagai berikut: 1. Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang

berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding bak mandi.

2. Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang memiliki akses ke tempat itu untuk bertelur.

3. Mengubur barang bekas sehingga tidak dapat menampung air hujan dan dijadikan tempat nyamuk bertelur.

4. Lipatlah pakaian/kain yang bergantungan dalam kamar agar nyamuk tidak hinggap.

5. Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan bubuk abate ke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali.


(51)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Pada bab ini akan dipaparkan hasil-hasil penelitian berupa data primer yang telah diperoleh dari lapangan. Data primer ini diperoleh melalui wawancara dilakukan terhadap 2 orang key informan dan 6 orang informan. Jadi seluruh respoden dalam penelitian ini berjumlah 8 orang.

4.1 Deskripsi Data Hasil Wawancara 4.1.1 Kriteria Key Informan

Agar key informan mampu menjelaskan tentang masalah pokok tersebut di atas secara mendalam, maka untuk itu penulis memberi syarat sebagai berikut:

1. Tenaga Medis di Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan yang mengepalai puskesmas (dalam hal ini Kepala Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan). 2. Tenaga Medis terutama yang menangani bagian DBD (dalam hal ini perawat

Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan). 3. Pernah mendapat pelatihan mengenai DBD.

Berdasarkan kriteria di atas dianggap bahwa key informan mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang cukup tentang masalah yang dibahas dalam penelitian.


(52)

4.1.1.1Hasil Wawancara

Berikut ini diuraikan hasil wawancara penulis dengan key informan. Pertanyaan yang diajukan terdiri dari 17 pertanyaan yang terbagi atas 3 bagian, yaitu: 1. Pengembangan Kesehatan Masyarakat, yang berisikan 7 pertanyaan dari 3

indikator Pengembangan Kesehatan Masyarakat.

2. Pembinaan Peran Serta Masyarakat Untuk Hidup Sehat, yang berisikan 7 pertanyaan dari 3 indikator Pembinaan Peran Serta Masyarakat untuk Hidup Sehat. 3. Pelayanan Kesehatan Secara Menyeluruh Kepada Masyarakat, yang berisikan 3

pertanyaan dari 4 indikator Pelayanan Kesehatan secara Menyeluruh kepada Masyarakat.

1. Pengembangan Kesehatan Masyarakat.

Untuk melaksanakan pengembangan kesehatan masyarakat Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan dalam upaya penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) melaksanakan kegiatan-kegiatan berupa penyuluhan Demam Berdarah Dengue (DBD), Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), fogging, abatisasi, dan Pengamatan Epidemis (PE).

Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan sudah sejak lama mengadakan kegiatan penyuluhan Demam Berdarah Dengue (DBD) serta kegiatan yang sifatnya turun langsung ke masyarakat. Untuk pengorganisasian kegiatan penyuluhan DBD Puskesmas memberdayakan tenaga medis untuk malaksanakan penyuluhan. Ketika memasuki musim penghujan puskesmas meningkatkan kegiatan penyuluhannya.


(53)

Puskesmas menggerakkan beberapa orang tenaga medis dalam kegiatan penyuluhan ini setiap hari Jumat. Kegiatan pengawasan kebersihan lingkungan yang dilaksanakan puskesmas berkoordinasi dengan kelurahan dan kepala lingkungan setempat.

Dalam penelitian ini penulis mengajukan pertanyaan: Upaya dan tindakan apa saja yang dilakukan puskesmas dalam rangka perang terhadap DBD? Jawaban dari tenaga medis puskesmas bahwa tindakan yang dilakukan puskesmas adalah

melakukan penyuluhan tentang DBD kepada warga, penyuluhan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), melaksanakan penyemprotan pada sekolah-sekolah, dan rumah-rumah warga, memberikan penyuluhan agar warga tetap menjaga kebersihan selokan/parit yang airnya tidak/kurang mengalir dan mengadakan gotong royong di lingkungan tempat tinggal.

Sedangkan jawaban dari Kepala Puskesmas bahwa tindakan yang dilakukan puskesmas adalah memberdayakan seluruh tenaga medis dan tenaga administrasi

puskesmas untuk terjun langsung ke masyarakat pada hari Jumat untuk melaksanakan penyuluhan tentang DBD kepada warga. Selain itu jika ada pertemuan di kecamatan, kelurahan penyuluhan DBD tetap dilaksanakan.

Melaksanakan penyuluhan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) atau yang dikenal dengan 3M, melaksanakan fogging pada sekolah-sekolah, rumah-rumah warga, penyuluhan agar warga tetap menjaga kebersihan lingkungan dan menghimbau warga agar melaksanakan gotong royong membersihkan saluran/parit yang tergenang pada lingkungan tempat tinggalnya.


(54)

Kemudian penulis mengajukan pertanyaan: Himbauan apa yang diberikan kepada warga dalam kegiatan perang terhadap DBD?

Jawaban dari tenaga medis dan Kepala Puskesmas sama yaitu:

1. Menghimbau warga agar melaksanakan program 3M pada lingkungan tempat tinggalnya yaitu:

Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding bak mandi.

Menutup rapat-rapat tempat penampungan air (seperti tampayan, drum, dan lain-lain) agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak di tempat itu. Mengubur barang-barang bekas (seperti kaleng bekas, ban bekas, botol-botol

pecah, dan lain-lain) yang dapat menampung air hujan, agar tidak menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Kumpulkan potongan bambu, tempurung kelapa, dan lain-lain agar dibakar bersama sampah lainnya.

2. Melaksanakan pengawasan kebersihan lingkungan di dalam rumah dan di halaman rumah.

3. Bila ada salah seorang warga diduga menderita DBD, segera mungkin melaporkan ke puskesmas, kelurahan, dan kepling setempat agar dilakukan fogging di rumah tersebut.

Kemudian penulis mengajukan pertanyaan: Dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) puskesmas berkoordinasi dengan pihak mana saja? Jawaban


(55)

dan kepala lingkungan di wilayah kerja puskesmas untuk melaksanakan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Apakah puskesmas melakukan pengawasan kebersihan lingkungan dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan rutinkah kegiatan tersebut dilaksanakan? Jawaban dari tenaga medis

bahwa puskesmas melaksanakan pengawasan kebersihan lingkungan di tiap-tiap kelurahan. Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk dilaksanakan setiap hari Jumat. Sedangkan jawaban dari Kepala Puskesmas bahwa puskesmas dalam melaksanakan pengawasan kebersihan lingkungan berkoordinasi dengan kepala lingkungan pada tiap-tiap kelurahan. Menyarankan agar setiap kepala lingkungan mau memonitor warga tiap-tiap rumah agar melaksanakan 3M di tempat tinggalnya masing-masing. Karena kepala lingkungan yang dekat dengan warga sehingga mudah dilakukan pengawasan.

Penulis mengajukan pertanyaan: Apakah puskesmas melakukan penyuluhan DBD kepada masyarakat sebelum mendapat laporan dari masyarakat? Jawaban dari tenaga medis dan Kepala Puskesmas bahwa puskesmas selalu melaksanakan

penyuluhan DBD sebelum menerima laporan dari warga, karena penyuluhan DBD merupakan program kerja puskesmas, dan menghimbau agar melaksanakan kegiatan 3M pada tempat tinggal warga serta membagikan bubuk abate secara gratis.

Selanjutnya penulis menanyakan: Kapankah penyuluhan DBD kepada warga dilaksanakan puskesmas dan dengan pihak mana puskesmas berkoordinasi? Jawaban tenaga medis dan Kepala Puskesmas bahwa penyuluhan DBD dilaksanakan setiap


(56)

yang sifatnya turun ke lapangan. Dalam hal ini puskesmas berkoordinasi dengan pihak kelurahan dan kepala lingkungan untuk mengajak warga datang ke kelurahan untuk mendapatkan penyuluhan DBD.

Pertanyaan selanjutnya yang penulis ajukan: Apa yang menjadi penyebab warga dapat terkena DBD? Jawaban dari tenaga medis bahwa penyebab warga dapat

terkena DBD karena warga kurang menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggalnya, kurangnya kesadaran untuk melaksanakan gotong royong membersihkan selokan/parit, kurang perduli dengan pola hidup sehat, lalai melaksanakan program 3M, dan cuaca yang buruk.

Sedangkan jawaban dari Kepala Puskesmas bahwa warga menunggu ada

yang menderita penyakit DBD dulu, setelah itu timbul kesadarannya akan kebersihan lingkungan dan pola hidup sehat. Kemudian tidak melaksanakan program 3M. Hal ini yang menjadi kendala utama bagi pihak puskesmas dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk.

2. Peran Serta Masyarakat Untuk Hidup Sehat

Perencanaan kegiatan gotong royong yang melibatkan warga untuk membersihkan selokan/paritnya yang airnya tidak/kurang mengalir dilaksanakan pada hari Minggu setiap bulannya. Pengorganisasian kegiatan gotong royong melibatkan tenaga medis dan menggerakkannya pada hari Minggu. Pengawasannya dilaksanakan puskesmas yang berkoordinasi dengan kepala lingkungan untuk mengajak peran serta warga dalam kegiatan gotong royong.


(57)

Selain itu, kepala lingkungan juga mengawasi warga dalam kegiatan gotong royong. Jika ada yang kurang peduli maka puskesmas dan kepala lingkungan melakukan penyuluhan perlunya gotong royong dan pendekatan persuasif. Tujuannya agar warga lain waktu turut serta dalam kegiatan gotong royong.

Penulis mengajukan pertanyaan: Apakah warga di ajak ikut serta dalam kegiatan gotong royong membersihkan selokan/parit? Jawaban dari tenaga medis adalah dalam hal ini, puskesmas bekerja sama dengan kelurahan terutama dengan

kepala lingkungan setempat untuk bersama-sama melaksanakan kegiatan gotong royong membersihkan selokan/parit yang airnya tidak/kurang mengalir.

Sedangkan jawaban dari Kepala Puskesmas sama dengan apa yang dijelaskan

oleh tenaga medisnya dan menambahkan bahwa dengan adanya koordinasi dengan pihak kelurahan khususnya kepala lingkungan setempat memudahkan puskesmas untuk mengajak warga melaksanakan kegiatan gotong royong.

Kemudian penulis menanyakan: Bagaimana respon masyarakat terhadap kegiatan gotong royong tersebut? Jawaban dari tenaga medis dan Kepala Puskesmas

bahwa respon masyarakat positif atau menyambut dengan baik dan melaksanakan kegiatan gotong royong untuk membersihkan selokan /parit yang airnya tidak/kurang mengalir.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Dengan pihak mana saja puskesmas berkoordinasi dalam kegiatan gotong royong? Jawaban dari tenaga medis

bahwa dalam kegiatan gotong royong puskesmas berkoordinasi dengan camat, lurah, dan kepala lingkungan.


(58)

Sedangkan jawaban dari Kepala Puskesmas bahwa dalam kegiatan gotong

royong puskesmas kerjasama lintas sektoral yaitu dengan camat, lurah, dan terutama kepala lingkungan. Karena kepala lingkungan yang mengenal dan dekat dengan masyarakat.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Kendala apa yang ditemukan puskesmas untuk mengajak warga ikut serta dalam kegiatan gotong royong serta bagaimana mengatasinya? Jawaban dari tenaga medis bahwa puskesmas

menemukan ada warga yang tidak ikut serta dan kurang kesadarannya dalam kegiatan gotong royong. Solusinya adalah melakukan pendekatan persuasif terhadap warga itu dan menjelaskan bahaya dari Demam Berdarah Dengue sehingga perlu dilaksanakan gotong royong dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Sedangkan jawaban dari Kepala Puskesmas bahwa selaku pimpinan

puskesmas selain ikut memberikan penyuluhan, juga berkoordinasi dengan kepala lingkungan agar memberi pengarahan dan pendekatan persuasif terhadap warga yang kurang kepeduliannya dan berharap lain waktu warga itu dapat ikut serta.

Penulis mengajukan pertanyaan: Apakah warga ikut serta dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)? Jawaban dari tenaga medis dan Kepala Puskesmas bahwa ada warga yang ikut serta dan ada juga warga yang tidak ikut

serta dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Warga yang tidak ikut berpartisipasi dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk dikarenakan kurangnya kesadaran akan bahaya DBD.

Kemudian penulis mengajukan pertanyaan: Bagaimana respon warga terhadap kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) tersebut? Jawaban dari tenaga medis


(59)

dan Kepala Puskesmas bahwa respon masyarakat positif terhadap kegiatan

Pemberantasan Sarang Nyamuk, tetapi dalam prakteknya warga masih ada yang tidak melakukan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilingkungan tempat tinggalnya.

Kemudian penulis mengajukan pertanyaan: Bagaimana tingkat kesadaran warga akan kebersihan lingkungan? Jawaban dari tenaga medis bahwa warga kurang

kesadaran akan kebersihan lingkungan. Sedangkan jawaban Kepala Puskesmas bahwa warga kurang kesadarannya akan kebersihan lingkungan, sehingga apabila ada yang terkena DBD maka kesadarannya mulai muncul.

3. Pelayanan Kesehatan Secara Menyeluruh Kepada Masyarakat

Perencanaan kegiatan dalam pelayanan kesehatan secara menyeluruh kepada masyarakat maka Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan berupa fogging dilaksanakan sebulan 1 (satu) kali. Pengorganisasian fogging oleh tenaga medis dan pegawai kelurahan. Fogging dilaksanakan di rumah warga yang terindikasi Demam Berdarah Dengue (DBD) dan disekolah-sekolah. Pada rumah warga, fogging dilaksanakan 1 (satu) kali, tetapi jika ada warga yang terindikasi atau meninggal terkena Demam Berdarah Dengue (DBD) maka fogging dilakukan sebanyak 2 (dua) kali. Pengawasan kegiatan ini berkoordinasi dengan kepala lingkungan setempat.

Fogging melibatkan tenaga medis puskesmas dan berkoordinasi dengan kepala lingkungan. Selain rumah warga yang terindikasi Demam Berdarah Dengue (DBD), fogging juga dilaksanakan pada radius 200 meter. Hal ini bertujuan untuk memberantas sarang nyamuk Aedes Aegypti.


(60)

Selain fogging pelayanan kesehatan lain berupa pemberian bubuk abate gratis. Hal ini bertujuan untuk melaksanakan abatisasi yaitu menaburkan bubuk abate di bak mandi dan tempat penampungan air. Puskesmas melakukan pengawasan pada rumah warga dan menjelaskan penggunaannya sekaligus menanyakan apakah warga telah melaksanakan abatisasi. Puskesmas berkoordinasi dengan kepala lingkungan agar melakukan pendekatan langsung kepada warga pada setiap rumah warga di lingkungannya.

Penulis mengajukan pertanyaan: Apa tindakan yang di ambil puskesmas jika mendapatkan laporan DBD dari warga? Jawaban dari tenaga medis dan Kepala Puskesmas bahwa puskesmas akan mendatangi rumah warga yang terkena DBD,

penderita dibawa ke puskesmas/dokter, lalu melakukan pemeriksaan Epidemologi, bila positif terkena DBD akan dikirim langsung ke rumah sakit untuk dirawat, dan selanjutnya puskesmas melaksanakan fogging di rumah warga yang menderita DBD .

Kemudian penulis mengajukan pertanyaan: Berapa kali fogging dilakukan puskesmas pada rumah warga yang menderita DBD? Jawaban dari tenaga medis dan Kepala Puskesmas bahwa fogging 2 (dua) kali dilakukan jika ada warga yang

terkena atau meninggal karena DBD dan 1 (satu) kali dilakukan fogging jika tidak ada warga yang terkena DBD.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Dimana saja puskesmas melakukan fogging? Jawaban dari tenaga medis dan Kepala Puskesmas bahwa

puskesmas melakukan fogging di rumah-rumah warga dan di sekolah-sekolah.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Apakah puskesmas membagikan bubuk abate kepada warga? Jawaban dari tenaga medis dan Kepala Puskesmas


(61)

bahwa puskesmas membagikan bubuk abate secara gratis kepada warga serta petunjuk penggunaannya.

4.2.1. Kriteria Informan

Agar informan mampu menjelaskan tentang masalah pokok tersebut di atas secara mendalam, maka untuk itu penulis memberi syarat sebagai berikut:

1. Warga yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan.

2. Pernah menderita DBD.

Berdasarkan kriteria diatas dianggap bahwa informan mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang cukup tentang masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

4.2.1.1Hasil Wawancara

Berikut ini diuraikan hasil wawancara penulis dengan informan. Pertanyaan yang diajukan terdiri dari 16 pertanyaan yang terbagi atas 3 bagian, yaitu:

1. Pengembangan Kesehatan Masyarakat, yang berisikan 7 pertanyaan dari 3 indikator pengembangan kesehatan masyarakat.

2. Pembinaan Peran Serta Masyarakat Untuk Hidup Sehat, yang berisikan 6 pertanyaan dari 3 indikator pembinaan peran serta masyarakat untuk hidup sehat. 3. Pelayanan Kesehatan Secara Menyeluruh Kepada Masyarakat, yang berisikan 3

pertanyaan dari 3 indikator pelayanan kesehatan secara menyeluruh kepada masyarakat.


(62)

1. Pengembangan Kesehatan Masyarakat

Dalam penelitian ini penulis mengajukan pertanyaan informan: Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat penyuluhan tentang DBD dari pihak puskesmas sebelum terkena DBD? Adapun jawaban dari informan yaitu: Menurut Aidil dan Asbiah Lubis bahwa puskesmas pernah melaksanakan penyuluhan DBD, sedangkan menurut Tania Septari, Ikhsan, Putri Ayu Lestari, dan M. Pane bahwa puskesmas tidak

pernah melaksanakan penyuluhan DBD.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan kepada informan: Sepengetahuan Bapak/Ibu apakah puskesmas melaksanakan penyuluhan di kelurahan? Jawaban dari

informan seluruhnya sama yaitu: bahwa puskesmas pernah melaksanakan penyuluhan Demam Berdarah Dengue (DBD) kepada warga di kelurahan.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat penyuluhan tentang kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dari pihak puskesmas? Jawaban dari informan yaitu: Menurut Aidil, Tania Septari, Asbiah Lubis, dan M. Pane bahwa puskesmas pernah melaksanakan penyuluhan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sewaktu mengadakan penyuluhan di kelurahan dan pada saat pihak puskesmas penyuluhan turun lapangan ke rumah-rumah warga. Sedangkan menurut Ikhsan dan Putri Ayu Lestari bahwa puskesmas tidak pernah melakukan penyuluhan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)? Jawaban dari informan yaitu: Menurut Aidil, Tania Septari, Ikhsan, dan Asbiah Lubis mengetahui bahwa


(63)

Menutup, Mengubur benda-benda yang diperkirakan sarang nyamuk Aedes Agypti sebagai penyebar virus Demam Berdarah Dengue (DBD). Sedangkan menurut Putri

Ayu Lestari dan M. Pane bahwa mereka tidak mengetahui tentang kegiatan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Menurut Bapak/Ibu pihak mana saja yang membantu puskesmas dalam sosialisasi pencegahan dan penanggulangan terhadap Demam Berdarah Dengue (DBD)? Jawaban dari informan yaitu: Menurut Aidil, Tania Septari, Ikhsan, Asbiah Lubis, dan M. Pane sama bahwa puskesmas

dibantu pihak dari kecamatan, kelurahan, dan terutama kepala lingkungan. Hal ini terbukti dari kegiatan fogging terdapat kepala lingkungan dan pegawai kelurahan serta pelaporan yang dilaksanakan pihak kelurahan atau kepala lingkungan.

Sedangkan menurut Putri Ayu Lestri bahwa ia kurang mengetahui pihak mana saja

yang membantu puskesmas dalam sosialisasi pencegahan dan penanggulangan terhadap DBD.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Menurut Bapak/Ibu apa yang menjadi penyebab merajalelanya Demam Berdarah Dengue (DBD) saat ini? Jawaban dari seluruh informan sama bahwa penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD)

karena kurang kesadaran akan kebersihan lingkungan, lalai melaksanakan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan perubahan cuaca yang tidak menentu.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Menurut Bapak/Ibu bagaimana cara menjaga kebersihan lingkungan? Jawaban dari semua informan sama bahwa


(64)

lebih dikenal dengan 3M pada lingkungan dalam rumah dan pekarangan serta bergotong royong membersihkan selokan/parit.

2. Pembinaan Peran Serta Masyarakat Untuk Hidup Sehat

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Menurut Bapak/Ibu kegiatan apa saja yang seharusnya dilaksanakan puskesmas bersama-sama dengan masyarakat untuk penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD)? Adapun jawaban dari seluruh informan sama bahwa kegiatan yang seharusnya dilaksanakan puskesmas

bersama-sama dengan masyarakat adalah gotong royong dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) karena nyamuk Aedes Agypti hanya hidup di tempat yang bersih.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Menurut Bapak/Ibu apakah rmasyarakat ikut serta dalam kegiatan gotong royong untuk membersihkan selokan/parit yang airnya tidak/kurang mengalir? Adapun jawaban dari informan yaitu: Menurut Aidil, Tania Septari, Ikhsan, Asbiah Lubis, dan M. Pane sama bahwa

masyarakat ikut serta dalam kegiatan gotong royong. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Minggu dan diberitahukan kepada warga pada hari Jumat dan Sabtu.

Sedangkan menurut Putri Ayu Lestari bahwa masyarakat di lingkungannya tidak ikut

serta dalam kegiatan gotong royong untuk membersihkan selokan/parit, karena masyarakat di lingkungannya kurang perduli akan ajakan kepala lingkungan untuk bergotong royong dan cenderung masyarakat di lingkungannya cuek dan mengurus urusannya masing-masing.


(1)

STRUKTUR ORGANISASI PUSTU SIDOREJO HILIR

Kepala Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir

dr. Fredes Siahaan

KTU

R a b i a h

Adm / Kepegawaian

Rabiah Perlengkapan Rabiah Keuangan Rabiah KESLING Tirsem

KIA / KB Juliana. S

Pengobatan

Poli Umum : dr. Fredes Siahaan Poli gigi : drg. Hj. Chairumahnum

Promkes

drg. Hj. Chairumahnum

P2P

Rolimah DBD : Rabiah Flu Burung : Rabiah TBC : Rolimah Ispa : Rolimah

Gizi Tialam

Immunisasi Esra Ria

Laboratorium

Medan Sehat / JKS

Mudianti

UKGM

- Drg.Hj, Chairumahnum - Drg.Nurhafizah Nst


(2)

Wawancara terhadap Key Informan

Pengembangan Kesehatan Masyarakat

1. Upaya dan tindakan apa saja yang dilakukan puskesmas dalam rangka perang

terhadap Demam Berdarah Dengue (DBD)?

2. Himbauan apa yang diberikan kepada masyarakat dalam kegiatan perang

terhadap Demam Berdarah Dengue (DBD)?

3. Dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) puskesmas

berkoordinasi dengan pihak mana saja?

4. Apakah puskesmas melakukan pengawasan kebersihan lingkungan dalam

kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan rutinkah kegiatan tersebut dilaksanakan?

5. Apakah puskesmas melakukan penyuluhan Demam Berdarah Dengue (DBD)

kepada warga sebelum mendapat laporan dari warga?

6. Kapankah penyuluhan Demam Berdarah Dengue (DBD) kepada warga

dilaksanakan dan dengan pihak mana puskesmas berkoordinasi?

7. Apa yang menjadi penyebab merajalelanya Demam Berdarah Dengue (DBD)

di masyarakat?

Peran Serta Masyarakat Untuk Hidup Sehat

1. Apakah diajak ikut serta dalam gotong royong membersihkan selokan/parit?

2. Bagaimana respon warga terhadap kegiatan gotong royong tersebut?

3. Dengan pihak mana saja puskesmas berkoordinasi dalam kegiatan gotong

royong?


(3)

4. Kendala apa yang ditemukan puskesmas untuk mengajak masyarakat terlibat kegiatan gotong royong dan upaya apa yang dilakukan untuk mengatasinya?

5. Apakah warga ikut serta dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN)?

6. Bagaimana respon warga terhadap kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN)?

7. Bagaimana tingkat kesadaran warga akan kebersihan lingkungan?

Pelayanan Kesehatan Secara Menyeluruh Kepada Masyarakat

1. Apa tindakan pertama yang diambil puskesmas bila mendapatkan laporan

Demam Berdarah Dengue (DBD) dari masyarakat?

2. Berapa kali fogging yang dilakukan puskesmas di rumah warga bila

mendapat laporan masyarakat tentang Demam Berdarah Dengue (DBD)?

3. Dimana saja puskesmas melakukan penyemprotan/fogging?


(4)

Wawancara Terhadap Informan

Pengembangan Kesehatan Masyarakat

1. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat penyuluhan tentang Demam Berdarah

Dengue (DBD) dari pihak puskesmas sebelum terkena Demam Berdarah Dengue (DBD)?

2. Sepengetahuan Bapak/Ibu apakah puskesmas melaksanakan penyuluhan di

kelurahan?

3. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat penyuluhan tentang kegiatan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dari pihak puskesmas?

4. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang kegiatan Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN)?

5. Menurut Bapak/Ibu pihak mana saja yang membantu puskesmas dalam

sosialisasi pencegahan dan penanggulangan terhadap Demam Berdarah Dengue (DBD)?

6. Menurut Bapak/Ibu apa yang menjadi penyebab merajalelanya Demam

Berdarah Dengue (DBD) saat ini?

7. Menurut Bapak/Ibu bagaimana cara menjaga kebersihan lingkungan?

Pembinaan Peran Serta Masyarakat Untuk Hidup Sehat

1. Menurut Bapak/Ibu kegiatan apa saja yang seharusnya dilaksanakan

puskesmas bersama-sama dengan warga untuk penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD)?


(5)

2. Menurut Bapak/Ibu apakah masyarakat ikut serta dalam kegiatan gotong royong untuk membersihkan selokan/parit yang airnya tidak/kurang mengalir?

3. Apakah kegiatan gotong royong rutin dilaksanakan oleh masyarakat di

lingkungan ini?

4. Apakah warga ikut serta dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN)?

5. Bagaimana respon warga terhadap kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN)?

6. Menurut Bapak/Ibu bagaimana tingkat kesadaran masyarakat akan kebersihan

lingkungan?

Pelayanan Kesehatan Serta Menyeluruh Kepada Masyarakat

1. Menurut Bapak/Ibu tindakan atau langkah pertama apa yang dilakukan

puskesmas bila ada warga yang diduga menderita Demam Berdarah Dengue (DBD)?

2. Sepengetahuan Bapak/Ibu apakah puskesmas melaksanakan fogging di

daerah ini?


(6)