Analisis Tingkat Kebisingan di Ruangan Rental Playstation dan Warnet Game (Game Online) Serta Tekanan Darah Operator di Kelurahan Padang Bulan Kota Medan Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Bunyi

2.1.1 Defenisi Bunyi
Bunyi adalah perubahan tekanan dalam udara yang ditangkap oleh gendang
telinga dan disalurkan ke otak (Harrington dan Gill, 2005). Bunyi adalah suatu
bentuk gelombang longitudinal yang merambat secara perapatan dan perengganan
terbentuk oleh partikel zat perantara serta ditimbulkan oleh sumber bunyi yang
mengalami getaran (Barsasella, 2010).
Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar
dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan getaran dari sumber
bunyi atau suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau
penghantar lainnya, dan manakala bunyi atau suara tersebut tidak dikehendaki
oleh karena mengganggu atau timbul diluar kemauan orang yang bersangkutan,
maka bunyi-bunyian atau suara demikian dinyatakan sebagai kebisingan
(Suma’mur, 2014).
2.1.2 Sumber Bunyi atau Suara

Bunyi dapat terjadi karena adanya benda yang bergetar yang menimbulkan
gesekan dengan zat disekitarnya. Sumber getaran dapat berupa objek yang
bergerak dan dapat juga berupa udara yang bergerak. Untuk objek udara yang
bergerak terjadi pada terompet yang ditiup. Getaran tersebut kemudian menyentuh
partikel zat yang ada didekatnya. Zat ini dapat berupa gas, cairan atau padatan.

10

Universitas Sumatera Utara

11

Partikel zat yang pertamakali tersentuh (yang paling dekat dengan objek) akan
meneruskan energi yang diterimanya ke partikel disebelahnya.
Demikian seterusnya partikel - partikel zat akan saling bersentuhan sehingga
membentuk rapatan dan renggangan yang dapat digambarkan sebagai gelombang
yang merambat (Mediastika, 2005).
Oleh karena itu, keberadaan zat disekitar objek yang bergetar seringkali
disebut juga medium perambat gelombang bunyi. Meski objek yang bergetar yang
disebut sebagai sumber bunyi telah berhenti bergetar, pada keadaan tertentu

perambatan gelombangnya masih terus berjalan sampai pada jarak tertentu dari
objek tersebut. Rambatan gelombang tersebut ditangkap oleh daun telinga
(Mediastika, 2005).
2.2

Anatomi dan Fisiologis Alat Pendengaran

2.2.1 Alat Pendengaran Manusia
Alat pendengaran manusia berupa telinga. Telinga merupakan organ
pendengaran dan juga memainkan peran penting dalam mempertahankan
keseimbangan. Fungsi telinga adalah untuk secara efesien merubah energi getaran
dari gelombang menjadi energi listrik yang dibawa ke otak melalui saraf. Bagianbagian yang berperan dalam pendengaran yaitu:
a. Telinga Bagian Luar
Terdiri dari daun telinga, liang atau kanal telinga sampai membrane tympani.
Daun telinga berfungsi sebagai pengumpal energi bunyi dan dikonsentras pada
membrane tympani (Tambunan, 2005). Pada liang telinga (kanal) terdapat wax
(malam) yang berfungsi sebagai peningkatan kepekaan terhadap frekuensi suara
3000-4000 Hz.telinga bagian luar berfungsi sebagai mikrofon yaitu menampung

Universitas Sumatera Utara


12

gelombang suara dan menyebabkan membrane tympani bergetar. Semakin tinggi
frekuensi getaran semakin cepat pula membran tersebut bergetar begitu pula
sebaliknya (Buchari, 2008).
b. Telinga Bagian Tengah
Telinga bagaian tengah merupakan ruang kecil dalam tulang temporal,
dipisahkan oleh membran timpani dari telinga bagian luar, dinding selanjutnya
dibentuk oleh dinding bagian dinding lateral telinga dalam (Watson, 2002). Mulai
dari membrane tympani sampai tube estachius, yang terdiri dari tiga buah tulang
pendengaran (osicles) yaitu tulang malleus, Incus, stapes (Tambunan, 2005).
Martil landasan sanggurdi atau stapes yang berfungsi memperbesar getaran dari
membrane tympani dan meneruskan getaran yang telah diperbesar ke oval window
yang bersifat fleksibel. Oval window ini terdapat pada ujung dari cochlea
(Buchari, 2008).
c. Telinga Bagian Dalam
Telinga dalam berada dibelakang tulang tengkorak kepala terdiri dari cochlea
(rumah siput) dan oval window (tingkat oval). Cochlea berbentuk spiral (seperti
rumah siput) dengan isi cairan didalamnya (Tambunan, 2005), terdapat membran

basiler dan organ corti yang terdiri dari sel-sel rambut yang merupakan reseptor
pendengaran (Buchari, 2008). Organ corti mengandung lebih dari 20.000 sel
sensor, terletak pada membran basiler, sejumlah rambut halus terletak pada ujung
sel sensor tersebut dan berhadapan dengan membran tektorial, dan serat-seratnya
bergabung bersama sel-sel rambut untuk tersambung atau membentuk saraf
pendengaran. Jika suara sampai pada telinga luar maka akan diteruskan
kegendang yang akan mengantarkan dan menggerakkan tulang pendengaran.

Universitas Sumatera Utara

13

Tulang tapes melekat pada oval window dan cairan pada saluran membran yang
diubah menjadi gerakan gelombang, dan berbalik kemudian merangsang organ
corti (Tambunan, 2005).
2.2.2 Mekanisme Mendengar
Suara yang berasal dari lingkungan diterima oleh daun telinga dan liang
telinga yang termasuk bagaian telinga luar. Semua bunyi yang masuk ketelinga
kita sebenarnya tenaga dari gelombang suara. Kemudian gelombang suara akan
menggetarkan gendang telinga (membrane tympani) berupa selaput tipis yang

transparan. Selanjutanya getaran-getaran tersebut sampai ketelinga tengah yang
terdiri dari tulang-tulang pendengaran (tulang malleus, incus, dan stapes).
Sebagian tulang malleus melekat pada bagian dalam gendang telinga dan akan
bergetar apabila membrane tympani bergetar. Tulang stapes berhubungan dengan
selaput ovalwindow (tingkat oval) yaitu telinga bagian dalam. Ketiga tulang
penengaran saling bersendi satu sama lain sehingga dapat menjembatani getaran
dari gendang telinga, memperkeras dan menyampaikan ke telinga dalam.
(Watson, 2002).
Cochlea termasuk telinga dalam berisi cairan elektrolik yang mempunyai
struktur pipa dengan daun setengah lingkaran yang mirip rumah siput. Pergerakan
tulang-tulang pendengaran akan menggetarkan selaput ival window yang
menyebabkan aliran cairan cohlea. Aliran tersebut akan menggerakkan sel-sel
rambut yang halus yang melekat pada saluran cochlea, pada saat inilah terjadi
perubahan gelombang suara menjadi gelomabang listrik. Potensial listrik yang
timbul akan diteruskan ke otak untuk diolah atau diterjemahkan melalui saraf
pendengaran. Peristiwa gelombang suara menjadi potensial listrik pada saraf

Universitas Sumatera Utara

14


melalui tulang-tulang pendegaran ini dinamakan sebagai gejala sensai bunyi atau
borne conduction. Proses terjadinya getaran pada gendang telinga dan kemudian
sampai pada tulang pendengaran dianamakan air conduction, sehingga gelombang
yang datang dari telinga luar sampai ke telinga dalam berlangsung secara borne
conduction (Watson, 2002).
2.3

Kebisingan atau Polusi Suara

2.3.1 Definisi
Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996
menyatakan bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak di inginkan dari suatu
usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Berdasarkan Permenkes No 718 Tahun 1987, kebisingan adalah terjadinya
bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu dan membahayakan
kesehatan. Profesor Phoan Way On (Singapura 1975) mengatakan bahwa di
negara industri misalnya Amerika Serikat, peningkatan kebisingan setiap
tahunnya diperkirakan 1 dB.

Menurut Chandra (2007) kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan
terhadap fungsi tubuh yang menyebabkan peningkatan tekanan darah dan berupa
peningkatan sensitivitas tubuh seperti peningkatan sistem kardiovaskuler dalam
bentuk kenaikan tekanan darah dan peningkatan denyut jantung.
2.3.2 Sumber Bising
Kebisingan yang terjadi di sekitar kita dapat berasal dari berbagai sumber.
Sumber ini dibedakan menjadi sumber yang diam dan bergerak. Contoh dari
sumber yang diam adalah industri atau pabrik dan mesin-mesin konstruksi.

Universitas Sumatera Utara

15

Sedangkan contoh dari sumber yang bergerak misalnya kendaraan bermotor,
kereta api, dan pesawat terbang (Mediastika, 2005).
Sumber bising yang dilihat dari bentuk sumber suara yang dikeluarkannya
ada dua, sebagai berikut :
1. Sumber kebisingan yang berbentuk sebagai suatu titik/bola/lingkaran.
Contohnya sumber bising dari mesin-mesin industri atau mesin yang tak
bergerak.

2. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu garis, contohnya kebisingan
yang timbul karena kendaraan-kendaraan yang bergerak di jalan.
Sumber bising utama dalam hal pengendalian bising lingkungan
diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu :
1. Bising Interior/dalam, berasala dari manusia, alat-alat rumah tangga, mesin
gudang dan aktivitas didalam ruangan atau gedung.
2. Bising Ekterior/luar, bising yang dikategorikan berasal dari aktivitas diluar
ruangan seperti transportasi udara, termasuk bus, mobil, sepeda motor,
transportasi air, kereta api, pesawat terbang dan bising yang berasal dari
indutri.
Sumber kebisingan dapat dibagi sebagai berikut (Soesanto, 1990) ;
1. Industri
2. Lalu lintas darat, udara, laut
3. Sekolah (pada waktu istirahat atau pulang sekolah), anak bermain di
halaman/jalan
4. Radio, televisi yang dibunyikan terlalu keras

Universitas Sumatera Utara

16


5. Diskotik, tempat hiburan, pesta
6. Perancangan tiang (pondasi), pembongkaran bangunan, bongkar muat
bahan, bor pneumatic.
7. Pidato, ceramah dengan pengeras suara yang berlebihan.
8. Pedagan yang menawarkan dagangannya dengan pengeras suara.
9. Mesin
10. Stadion dengan banyak penonton.
11. Terminal bus, stasiun kereta apai, pelabuhan laut dan udara.
12. Peternakan ayam, anjing dan kebun binatang.
2.3.3 Jenis-jenis Kebisingan
Berdasarkan frekuensi, tingkat bunyi, dan tenaga bunyi maka bising dibagi
dalam 3 kategori: (Gabriel, 1996)
1. Audible noise (bising pendengaran)
Bising ini disebabkan oleh frekuensi bunyi antara 31,5-8.000 Hz
2. Occupational noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan)
Bising ini disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, bising dari mesin
ketik.
3. Impuls noise (Impact noise = bising impuls)
Bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak, misalnya pukulan

palu, ledakan meriam tembakan bedil.
Menurut Buchari (2008) bising dikelompokkan menurut pengaruhnya
terhadap kesehatan, diantaranya sebagai berikut:
1. Bising yang mengganggu (irriating noise)
Bising jenis ini tidak memiliki intensitas yang tidak terluas keras.
Contohnya adalah suara orang mendengkur.

Universitas Sumatera Utara

17

2. Bising yang menutupi (masking noise)
Bising jenis ini menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung
bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan pekerja karena
teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber
lain.
3. Bising yang merusak (damaging/injuries noise)
Bising ini memiliki intensitas yang melampaui nilai ambang batas. Bunyi
jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.
2.3.4 Intensitas Kebisingan

Kualitas bunyi ditentukan oleh dua hal yaitu frekuensi dan intensitasnya.
Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik yang disebut Hertz (Hz),
yaitu jumlah gelombang-gelombang yang sampai ditelinga setiap detiknya
(Suma’mur, 2014).
Intensitas Kebisingan (bunyi) adalah arus energi per satuan luas yang
dinyatakan dalam satuan desibel (dB), membandingkannya dengan kekuatan dasar
0,0002 dyne/cm2 yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang tepat
dapat didengar oleh manusia normal. Desibel adalah per sepuluh bel, sebuah
satuan yang dinamakan untuk menghormati Alexender Graham Bell. Satuan bel
terlalu besar untuk digunakan dalam kebanyakan keperluan, maka digunakan
satuan desibel yang disingkat dB.

Universitas Sumatera Utara

18

Tabel 2.1 Skala Gangguan Pendengaran dan Kesulitan Dalam Mendengar
Pembicaraan
Ambang Batas
pendengaran dalam
Telinga yang lebih
baik (rata-rata 500,
1000, 2000 Hz)

Tingkat
Gangguan
(Klasifikasi
WHO)

0 - 25 dB

Tidak Signifikan

26 - 40 dB

Ringan

41 - 55 dB

Sedang

56 – 70 dB

Cukup Parah

71 – 91 dB

Parah

> 91 dB

Sangat Parah

Kemampuan Untuk
Memahami Pembicaraan

Tidak ada kesulitan yang
signifikan dengan percakapan
yang lemah
Kesulitan dengan percakapan
yang lemah
Sering
kesulitan
dengan
percakapn normal
Sering kesulitan meskipun
dengan perckapan keras
Dapat memahami teriakan saja
atau
percakapan
yang
diperkuat
Biasanya tidak bisa mengerti
meskipun
percakapan
diperkuat

Sumber : WHO, 1980, ISO; R. 389- 1970 (International Calibration of Audiometers)

Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.48/MENLH/II/1996,
menteri menetapkan baku tingkat kebisingan untuk usaha atau kegiatan diluar
peruntukan kawasan atau lingkungan kegiatan sebagaimana dapat dilihat pada
tabel 2.2

Universitas Sumatera Utara

19

Tabel 2.2 Nilai Tingkat Kebisingan Pada Kawasan
Kawasan / Lingkungan
Peruntukan Kawasan :
1. Perumahan dan Pemukiman
2. Perdagangan dan Jasa
3. Perkantoran dan Perdagangan
4. Ruang terbuka hijau
5. Pemerintahan dan fasilitas
umum
6. Rekereasi
Lingkup Kegiatan :
1. Rumah Sakit dan sejenisnya
2. Sekolah dan sejenisnya
3. Tempat Ibadah dan sejenisnya

Tingkat Kebisingan (dBA)
55
70
65
50
60
70
55
55
55

Sumber : Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996

2.3.5 Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan
Nilai Ambang Batas (NAB) atau baku tingkat kebisingan adalah intensitas
tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima oleh manusia
tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk untuk waktu yang
cukup lama/terus-menerus, selanjutnya ditulis NAB pada suatu level atau
intensitas tertentu, tidak akan menjamin bahwa semua orang yang terpapar pada
level tersebut secara terus menerus akan terbebas dari gangguan pendengaran,
karena hal itu tergantung pada respon masing-masing individu (Keputusan
MENLH, 1996).
Beberapa negara telah membuat ketentuan tentang NAB dalam undangundang, seperti di Amerika Serikat, Inggris, Jerman Barat, Yugoslavia dan Jepang
menetapkan nilai ambang batas 90 dBA, Belgia dan Brazilia 80 dBA, Denmark,
Finlandia, Italia, Swedia, Switzerland dan Rusia 85 dBA (Suheryanto, 1994). Di
Indonesia nilai ambang batas kebisingan ditetapkan 85 dBA berdasarkan

Universitas Sumatera Utara

20

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor:

1405/MENKES/SK/XI/2002.
Tabel 2.3 Nilai Ambang Batas Kebisingan Berdasarkan Waktu Pemaparan
Batas Suara (dBA)
85
88
91
94
97
100

Waktu Pemaparan
8 jam
4 jam
2 jam
1 jam
30 menit
15 menit

Sumber :KepMenKes RI No.1405/MENKES/SK/XI/2002

Sesuai

dengan

Permenkes

No.718.MENKES/per/XI/1987

tingkat

kebisingan dibagi atas zona lingkungan yang terdiri dari zona A, B, C, dan zona D
(Tabel 2.4).
Tabel 2.4 Tingkat Kebisingan Dibagi Atas Zona Lingkungan
No. Zona

1
2
3
4

Zona A
Zona B
Zona C
Zona D

Tingkat Kebisingan Maksimum Tingkat Kebisingan
yang Dianjurkan (dBA)
Maksimum
yang
Diperbolehkan
(dBA)
35
45
45
55
50
60
60
70

Sumber : Dirjen P2M dan PLP, 1993

Keterangan :
1. Zona A adalah yang diperuntukkan bagi tempat penelitian, rumah sakit,
tempat perawatan kesehatan atau sosial dan sejenisnya.
2. Zona B adalah zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat penelitian,
pendidikan, rekreasi dan sejenisnya.
3. Zona C adalah zona yang diperuntukkan bagi perkantoran, pertokoan,
perdagangan, pasar dan sejeniasnya.

Universitas Sumatera Utara

21

4. Zona D adalah zona yang diperuntukkan bagi industri pabrik, stasiun kereta
api, terminal bus dan sejenisnya.
2.3.6 Pengukuran Kebisingan
Beberapa alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan yaitu:
1. Audiometer, alat ini berfungsi untuk mengukur kebisingan dengan cara
membandingkan suara yang intensitasnya telah diketahui (Soesanto,
1990).
2. Noismeter, alat ini memperoleh suara dalam sebuah mikrofon dan
memindahkan energinya ke impuls listrik. Hasil pengukurannya berupa
energi total dicatat sebagaialiran listrik yang hampir sama dengan
kebisingan yang ditangkap (Soesanto, 1990).
3. The Equivalent Continous Level, alat ini berfungsi untuk meganalisa
suatu kebisingan yang sangat fluktuatif, misalnya lalu lintas (Soesanto,
1990).
4. Octave Band Analizer, alat ini berfungsi untuk menganalisa suatu
kebisingan dengan spectrum frekuensi yang luas (Oloan, 2005).
5. Sound Level Meter, alat ini berfungsi untuk mengukur kebisingan
antara 30-130 dB dan dari frekuensi 20-20.000 Hz. Sound Level Meter
terdiri dari mikrofon, amplifer, dan sirkuit attenuator dan beberapa
lainnya. Sound Level Meter dilengkapi dengan tombol pengakuran
skala pembobotan seperti A, B, C, dan D. Skala A contohnya adalah
rentang skala pembobotan yang melingkupi frekuensi suara rendah dan
frekuensi tinggi yang masih dapat diterima oleh telinga manusia
normal. Sementara itu skala B, C, dan D digunakan untuk keperluan-

Universitas Sumatera Utara

22

keperluan khusus, misalnya pengukuran kebisingan yang dihasilkan
oleh pesawat terbang bermesin jet (Tambunan, 2005).
2.3.7 Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan
Dampak utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah kerusakan
terhadap indera-indera pendengar. Pada awalnya dampak kebisingan pada
pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah
pemaparan dihentikan. Tetapi pemaparan secara terus-menerus mengakibatkan
kerusakan menetap terhadap indera-indera pendengaran. Selain gangguan
kesehatan kerusakan terhadap indera-indera pendengar, kebisingan juga dapat
menyebabkan: gangguan kenyamanan, kecemasan dan gangguan emosional,
stress, denyut jantung bertambah dan gangguan-gangguan lainnya. Dampak
kebisingan terhadap kesehatan adalah sebagai berikut (Prabu, 2006) :
a) Gangguan Fisiologis
Pada umumnya bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila
terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan
tekanan darah, peningkatan nadi, konstruksi pembuluh darah perifer terutama
pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
b) Gangguan Psikologis
Gangguan psikolgis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,
kejengkelan, kecemasan ketakutan, dan cepat marah. Bila diterima dalam waktu
lama dapat menyebabkan penyakit psikomatrik berupa gastritis, jantung, stress,
kelelahan.
c) Gangguan Komunikasi

Universitas Sumatera Utara

23

Kebisingan bisa mengganggu komunikasi yang sedang berlangsung (tatap
muka/via telepon). Tingkat kenyaringan suara yang dapat mengganggu
percakapan dapat diperhatikan dengan seksama karena suara yang mengganggu
komunikasi tergantung konteks suasana. Kriteria gangguan komunikasi yang
terjadi pada ruangan (Sasongko, 2000).
d) Gangguan Tidur
Kebisingan bisa menyebabkan gangguan dalam bentuk perubahan tahap
tidur. Standar kebisingan yang berhubungan dengan gangguan tidur sulit
ditetapkan karena selain tergantung faktor-faktor antara lain motivasi bangun,
kenyaringan, lama kebisingan, fluktuasi kebisingan, dan umur manusia. Gangguan
kebisingan terhadap tidur juga berhubungan dengan karakteristik individual.
Environmental protection Agency menetapkan bahwa tingkat kebisingan harian
45 dBA cukup untuk melindungi seseorang dari pengaruh kesehatan karena tidak
bisa tidur (Sasongko, 2000).
Kebisingan menimbulkan beberapa dampak pada kesehatan. Selain
berdampak terhadap gangguan pendengaran intensitas bising yang tinggi juga
dapat mengakibatkan hilangnya konsentrasi, hilangnya keseimbangan dan
disorientasi, kelelahan, gangguan komunikasi, gangguan tidur, gangguan
pelaksanaan tugas, gangguan faal tubuh, serta adanya efek viseral, seperti
perubahan frekuensi jantung/peningkatan denyut nadi, perubahan tekanan darah
dan tingkat pengeluaran keringat (Harrington & Gill, 2005). Hasil penelitian
tersebut menyebutkan bahwa masyarakat yang terpapar kebisingan, cenderung
memiliki emosi yang tidak stabil. Ketidakstabilan emosi tersebut akan
mengakibatkan stress. Stress yang cukup lama, akan menyebabkan terjadinya

Universitas Sumatera Utara

24

penyempitan pembuluh darah, sehingga memacu jantung untuk bekerja lebih
keras memompa darah ke seluruh tubuh (Babba, 2007).
Bising yang cukup keras, diatas sekitar 70 dB dapat menyebabkan
kegelisahan (nervousness), kurang enak badan, kejenuhan mendengar, sakit
lambung dan masalah peredaran darah. Bising yang sangat keras, diatas 85 dB
dapat menyebabkan kemunduruan yang serius pada kondisi kesehatan sesorang
pada umumnya dan bila berlangsung lama, kehilangan pendengaran sementara
atau permanen dapat terjadi. Bising yang berlebihan dan berkepanjangan terlihat
dalam masalah-masalah kelainan seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi,
dan luka perut (Prasetio, 1993).
2.3.8 Pengendalian Kebisingan
Mengingat dampak negatif dari pemaparan kebisingan bagi masyarakat,
sebisa mungkin diusahakan agar tingkat kebisingan yang memapari masyarakat
lebih rendah dari baku tingkat kebisingan. Hal ini dapat dilakukan sebagai berikut
(Sunu, 2001):
1. Pengurangan Sumber Kebisingan
Hal ini dapat dilakukan dengan menempatkan peredam suara pada sumber
kebisingan, melakukan modifikasi mesin atau bangunan, dan mengganti mesin
dan menyusun perencanaan bangunan baru.
2. Penempatan Penghalang pada Jalan Transmisi Suara
Isolasi antara ruangan kerja dengan ruangan mesin merupakan upaya yang
cepat dan baik untuk mengurangi kebisingan. Agar efektif, harus disusun rencana
yang sebaik mungkin dan bahan-bahan yang dipakai untuk penutup harus dibuat

Universitas Sumatera Utara

25

cukup berat dan dilapisi oleh bahan yang dapat menyerap suara agar tidak
menimbulkan getaran yang kuat.
3. Perlindungan dengan Sumbat atau Tutup Telinga
Tutup telinga biasanya lebih efektif dari penyumbat telinga. Alat seperti itu
harus diseleksi agar terpilih yang paling tepat. Alat semacam ini dapat
mengurangi intensitas kebisingan sampai sekitar 20-25 dB. Selain itu, sebagai
akibat penggunaan alat tersebut, upaya perbaikan komunikasi harus dilakukan.
Masalah utama pemakaian alat perlindungan pendengaran adalah kedesiplinan
pekerja

dalam

menggunakannya.

Masalah

ini

dapat

diatasi

dengan

menyelenggarakan pendidikan pekerja tentang kegunaan alat itu.
2.4

Game Playstation dan Warnet Game (Game Online)

2.4.1 Game Playstation
Game atau permainan adalah sesuatu yang dapat dimainkan dengan aturan
sehingga ada yang menang dan ada yang kalah, biasanya dalam konteks tidak
serius atau dengan tujuan refreshing. Permainan merupakan kesibukan yang
dipilih sendiri oleh pemain tanpa unsur paksaan, tanpa didesak oleh rasa tanggung
jawab dan tidak mempunyai tujuan tertentu (Pertiwi, 2006).
Playstation berasal dari bahasa inggris: Play (permainan dan bermain) dan
Station (stasiun/tempat), yang diartikan sebagai ‘stasiun bermain’ atau bisa juga
sebagai ‘tempat bermain’. Playstation adalah jenis game elektronik yang
dihubungkan ke televisi dengan memasukkan kompak CD ke dalam peralatan itu
dan muncul berbagai jenis permainan, dimana pemakainnya juga harus
menggunakan stick yang berisi sejumlah tombol untuk mengendalikan permainan
itu (Habibi, 2009).

Universitas Sumatera Utara

26

Permainan ini disukai karena permainan ini dari segi interaktif, grafis dan
aneka game nya sangat menarik dan memuaskan. Bagi sebagian orang permainan
sejenis komputer ini dianggap dapat meningkatkan kreativitas, karena para
pemainnya dilatih kemampuannya untuk mencegah masalah, dapat berpikir logis,
meningkatkan koordinasi mata dan telinga dan tentunya agar tidak buta teknologi.
Dari sisi negatifnya Playstation dapat membuat lupa waktu, kelelahan mata,
waktu belajar terganggu khusunya bagi para pelajar karena lupa waktu (Ruskin,
2001), tidak ketinggalan bising yang dihasilkan terutama di ruangan rental
Playstation dapat menyebabkan gangguan kesehatan.
Peralatan-peralatan Playstation antara lain terdiri dari satu set TV, 1 set unit
Program Playstation , CD atau DVD jenis-jenis permainan, kontrol pengendali
(analog controller) dan perangkat lainnya yang mendukung
2.4.2 Warnet Game (Game Online)
Game Online adalah jenis permainan komputer yang memanfaatkan
jaringan komputer. Jaringan yang biasanya digunakan adalah jaringan internet dan
yang sejenisnya serta selalu menggunakan teknologi yang ada saat ini, seperti
modem dan koneksi kabel. Sebuah game online bisa dimainkan secara bersamaan
dengan menggunakan komputer yang terhubung ke dalam sebuah jaringan
tertentu. Menurut Andrew Rolling dan Ernest Adams, game online lebih tepat
disebut sebagai sebuah teknologi, dibandingkan sebagai sebuah genre permainan,
sebuah mekanisme untuk menghubungkan permainan bersama, dibandingkan pola
tertentu dalam sebuah permainan (Nilwan, 2007).
Adanya game online mungkin memunculkan masalah-masalah dari
aktivitas bermain yang berlebihan yakni dapat menyebabkan kecanduan dan

Universitas Sumatera Utara

27

ketergantungan dengan teknologi tersebut. Para gamer bermain sampai larut
malam, bahkan ada yang sampai menginap dipusat game online. Selain masalah
uang

yang

sering dianggap

terbuang sia-sia,

masalah

kesehatan

dan

perkembangan mental karena terus-terusan bermain game dianggap sebagai salah
satu indikator gangguan serius. Ketergantungan game online yang dialami pada
masa remaja, dapat mempengaruhi aspek sosial remaja dalam menjalani
kehidupan sehari-hari, karena banyak waktu yang dihabiskan di dunia maya
mengakibatkan remaja kurang berinteraksi dengan orang lain. Hal ini tentu
memengaruhi kegiatan sosial yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang.
Menurut Fauzan (2009) pada prinsipnya, game memiliki sifat seductive, yaitu
membuat orang menjadi kecanduan untuk terpaku di depan monitor selama
berjam-jam.
2.5

Tekanan Darah

2.5.1 Definisi
Tekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung
memompakan keseluruh tubuh (Beevers, 2002). Tekanan darah adalah kekuatan
darah mengalir di dinding pembuluh darah yang keluar dari jantung (pembuluh
arteri) dan kembli ke jantung (pembuluh balik) (Vitahealth, 2000).
Tekanan darah juga sering disebut sebagai suara dimana detak jantung
pertama kali didengar dengan bantuan alat stetoskop. Tekanan darah dapat dilihat
dengan mengambil dua ukuran dan biasanya ditunjukkan dengan angka seperti
berikut : 120/80 mmHg, angka 120 mmHg menunjukkan tekanan pada pembuluh
arteri ketika jantung berkontraksi, yang biasa disebut tekanan darah sistolik.

Universitas Sumatera Utara

28

Angka 80 mmHg menunjukkan ketika jantung sedang berelaksasi disebut tekanan
darah diastolik (Ganong, 2002).
Menurut Guyton (1997) antara tekanan sistol dan diastole ada yang
dinamakan tekanan darah rata-rata, yang angkanya lebih mendekati tekanan
diastolik daripada tekanan sistolik. Karena sistolik lebih pendek daripada diastole.
Tekanan darah rata-rata sedikit kurang daripada nilai- nilai tengah antara tekanan
sistol dan diastole. Tekanan rata-rata menurun dengan cepat sampai kira-kira 5
mmHg pada akhir arteriol. Besarnya penurunan tekanan sepanjang arteriol sangat
berbeda-beda tergantung apakah terjadi kontriksi/ dilatasi. Besar nilai pada orang
dewasa kira-kira 90 mmHg yang sedikit lebih kecil dari rata-rata tekanan sistol
120 mmHg dan tekanan diastole 80 mmHg. Tekanan arteri rata-rata dirumuskan
sebagai berikut : TR = TD + 1/3 ( TS – TD ) mmHg. Tekanan rata-rata inilah yang
sesungguhnya menjadi pendorong mengalir darah yang lebih lama terpengaruh
untuk tekanan diastolic daripada tekanan sistolik. Peningkatan/ penurunan darah
rata-rata akan mempengaruhi homeostatis dalam tubuh. Jika sirkulasi darah
menjadi tidak memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada system transpor
oksigen, karbondioksida dan hasil - hasil metabolisme lainnya.
2.5.2 Sistem Sirkulasi Tekanan Darah
Darah memperoleh oksigen dari dalam paru-paru. Darah yang mengandung
oksigen ini masuk kedalam jantung lalu dipompakan keseluruh bagian tubuh
melalui pembuluh darah yang dinamakan dengan pembuluh darah arteri.
Pembuluh darah yang lebih besar bercabang-cabang menjadi pembuluh-pembuluh
darah yang lebih kecil hingga berukuran mikroskopik, yang akhirnya membentuk
jaringan yang terdiri dari pembuluh-pembuluh darah sangat kecil yang disebut

Universitas Sumatera Utara

29

dengan pembuluh darah kapiler. Jaringan ini mengalirkan darah yang
mengandung oksigen ke seluruh sel-sel tubuh untuk menghasilkan energi yang
dibutuhkan demi kelangsungan hidup. Kemudian darah yang sudah tidak
mengandung oksigen kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena , dan
dipompa kembali ke paru-paru untuk mengambil oksigen kembali (Beevers,
2002).
Saat jantung berdetak, otot jantung berkontraksi untuk memompakan darah
ke seluruh tubuh. Tekanan tinggi berkontraksi disebut sebagai tekanan sistolik
(Beevers, 2002). Tekanan darah sistolik dihasilkan oleh otot jantung yang
mendorong isi ventrikel masuk ke dalam arteri yang telah merenggang (Pearce,
1993). Kemudian otot jantung rileks sebelum kontraksi berikutnya, dan tekanan
ini merupakan tekanan terendah, yang dikenal sebagai tekanan diastolik (Beevers,
2002). Selama diastolik arteri masih tetap menggembung karena tahanan perifer
dari arteriol-arteriol yang menhalangi semua darah mengalir kedalam jaringan
(Pearce, 1993). Tekanan sistolik dan diastolik ini di ukur ketika seseorang
memeriksakan tekanan darah (Beevers, 2002).
2.5.3 Jenis - Jenis Tekanan Darah
Tekanan darah terdiri dari 2 (dua) bagian besar, yaitu:
1. Tekanan darah Sistolik
Tekanan darah sistolik adalah tekanan yang terjadi pada pembuluh darah
yang lebih besar ketika jantung berkontraksi (Beevers, 2002). Tekanan darah
sistolik menyatakan puncak tekanan yang dicapai selama jantung menguncup.
Tekanan yang terjadi apabila otot jantung berdenyut memompa untuk mendorong

Universitas Sumatera Utara

30

darah keluar melalui pembuluh darah arteri. Tekanan ini berkisar antara 95-140
mmHg (Vitahealth, 2000).
2. Tekanan darah Diastolik
Tekanan darah diastolik adalah tekanan yang terjadi ketika jantung rileks
diantara tiap denyutan (Beevers, 2002). Tekanan diastolik meyatakan tekanan
terendah selama jantung mengembang melalui pembuluh darah vena . tekanan ini
berkisar antara 60-95 mmHg (Vitahealth, 2000). Perbedaan tekanan darah antara
sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi dan normalnya adalah 30-50 mmHg
(Pearce, 2009).
2.5.4 Klasifikasi Tekanan Darah
Tekanan darah diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Tekanan darah normal
Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah normal bila tekanan darah
untuk sistolik 120-140 mmHg dan diastolik 80-90 mmHg (WHO). Menurut
National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI) dari National Institute Of
Health (NIH), mendefinisikan tekanan darah normal adalah tekanan darah sistolik
kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg.
Nilai tekanan darah normal dapat dilihat pada tabel 2.5
Tabel 2.5 Nilai Tekanan Darah Normal
No Usia (umur)
1
15 – 29
2
30 – 49
3
>50

Sistolik (mmHg)
90 – 120
110 – 140
120 – 150

Diastolik (mmHg)
60 – 80
70 – 90
70 – 90

Sumber: (Guyton, 1997)

2. Tekanan darah rendah

Universitas Sumatera Utara

31

Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah rendah bila tekanan darah
untuk sistolik 90 mmHg (Watson, 2002).
2.5.5 Pengukuran Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu
metode langsung dengan menggunakan jarum atau kanula yang dimasukkan ke
dalam pembuluh darah dan dihubungkan dengan manometer. Metode tidak
langsung

dengan

menggunakan

sphygmomanometer

atau

tensimeter.

Sphygmomanometer adalah istilah teknis yang digunakan mengukur tekanan
darah (manometer adalah alat untuk mengukur tekanan cairan;’sfigmos’ adalah
kata Yunani untuk menyebut denyut). Sphygmomanometer dalam pemakaian
sehari-hari di tempat praktik dokter terdiri atas alat untuk mengukur tekanan darah
yang dihubungkan ke manset yang dapat digembungkan, yang nantinya dililitkan
ke lengan bagian atas, Sphygmomanometer terdiri dar tiga jenis ( Hart, 2003):
1.

Sphygmomanometer air raksa
Jenis Sphygmomanometer ini masih tetap digunakan oleh sebagain besar

dokter. Alat pengukur tekanannya berbentuk tabung kaca panjang yang berlubang
dengan tempat air raksa di bagian bawahnya. Tekanan darah akan mendorong air
raksa di dalam tabung bergerak ke atas dan tingkat yang dicapai air raksa ini akan
dapat dibaca pada skala.
2. Sphygmomanometer aneroid

Universitas Sumatera Utara

32

Keseimbangan tekanan darah terhadap tekanan dalam kapsul logam tipis
yang mengandung udara (‘aneroid’ adalah kata Yunani yang artinya ‘tanpa
memakai cairan’). Tekanan darah ditunjukkan oleh posisi jarum pada tombol
bundar.
3. Sphygmomanometer elektronik
Pada alat pengukur tekanan ini diletakkan sensor pada mansetnya. Sensor
ini adalah mikrofon yang mengenali ketika bunyi denyut yang teratur muncul dan
menghilang, atau sebuah transduser yang mengenali gelombang denyut.
Transduser lebih efisien (tetapi lebih mahal), kurang rentan terhadap sinyal-sinyal
yang tidak relevan, dan sekarang ini digunakan hampir secara universal.
Mikroprosesor (‘chip’ yang ada dimana-mana dari kalkulator poket sampai
komputer) akan mengubah informasi yang diterima oleh sensor ke dalam ukuran
tekanan darah yang nantinya dicetak atau ditunjukkan pada layar mesin pengukur.
Pada beberapa jenis Sphygmomanometer elektronik, manset digembungkan
melalui pompa elektrik dan dikempiskan secara ototmatis. Tekanan darah dapat di
ukur dengan dua cara, yaitu:
1. Cara perabaan (Palpasi)
Pengukuran tekanan darah secara palpasi hanya dapat menetapkan sistolik
saja. Cara pengukurannya sebagai berikut: manset dibalutkan pada lengan sampel,
dengan cara memompa bola karet ditiupkan udara kedalamnya sambil memegang
nadi sampel, pada suatu tekanan tertentu dimana nadi tidak teraba lagi, tekanan
manometer diturunkan perlahan-lahan dengan jari tetap meraba nadi, pada suatu
saat tertentu akan teraba nadi lagi, ini disebut tekanan sistolik dengan mencatat
beberapa nilai dalam mmHg (Oktia , 2005).

Universitas Sumatera Utara

33

2. Cara pendengaran (Auskultasi)
Cara auskultasi memerlukan tensimeter dan stetoskop dalam pemeriksaan.
Cara pengukurannya adalah pompakan udara kedalam manset sehingga kolom air
raksa naik dan tangan pemeriksa yang meraba nadi sudah tidak merasakan denyut
lagi. Sesudah itu ujung stetoskop diletakkan pada Fossa cubiti. Udara dikeluarkan
secara perlahan-lahan, sehingga suatu saat terdengar suara yang dapat dibedakan
dalam lima fase, yaitu: Fase I: Suara gelombang nadi yang pertama yang melalui
manset, menyerupai suara pertama jantung yang lemah. Fase II: Suara menjadi
lebih keras dan di ikuti oleh desingan seperti tiupan. Fase III: Suara menjadi
maksimal dan desingan mulai hilang. Fase IV: Sekonyong-konyong suara menjadi
kurang nyata, menjadi suara tertutup. Fase V: Suara hilang (Oktia, 2005).
2.5.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah yaitu:
a) Usia
Semakin tua umur seseorang tekanan sistoliknya semakin tinggi. Biasanya
dihubungkan dengan timbulnya arteriosclerosis (Guyton dan Hall, 2008).
Tekanan darah sistolik meingkat sesuai dengan peningkatan usia, akan tetapi
tekanan darah diastolik meningkat seiring tekanan darah sistolik sampai sekitar
usia 55 tahun, yang kemudian menurun oleh karena terjadinya proses kelakuan
arteri akibat arteriosclerosis (Perpustakaan UNS, 2011).
b) Jenis Kelamin
Faktor gender berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi, dimana pria lebih
banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita, dengan risiko sekitar 2,29
untuk kenaikan tekanan darah sistolik dan 3,76 untuk kenaikan tekanan darah
diastolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan

Universitas Sumatera Utara

34

tekanan darah dibandingkan dengan wanita. Namun setelah memasuki
menopause, prevalensi pada wanita tinggi. Bahkan setelah umur 65 tahun,
terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang
diakibatkan oleh faktor hormonal (Depkes, 2006).
c) Masa Kerja
Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja pada suatu organisasi,
lembaga dan sebagainya. Masa kerja seseorang perlu diketahui karena masa kerja
merupakan salah satu indikator tentang kecenderungan para pekerja dalam
melaksanakan aktivitas kerjanya.
Masa kerja dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu:
1. Masa kerja baru (< 2 tahun)
2. Masa kerja lama (> 2 tahun)
Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia terpapar bahaya
yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut (Suma’mur, 2014).
d) Olahraga
Meningkatnya curah jantung karena olahraga atau aktivitas mengakibatkan
tekanan darah naik pada menit-menit awal. Selanjutnya sistem regulasi tubuh
akan berusaha untuk mengkompensasi kenaikan ini, sehingga tekanan darah akan
cenderung tetap atau justru turun (Perpustakaan UNS, 2011). Tekanan darah juga
dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan
aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga
berbeda; palig tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam
hari (Perpustakaan UNS, 2011).
e) Merokok

Universitas Sumatera Utara

35

Rokok mempunyai pengaruh terhadap sistem pembuluh yaitu darah jantung
akan terlihat dengan adanya denyut jantung yang meningkat. Tekanan darah dan
pengerutan otot jantung meningkat akibat kebutuhan oksigen meningkat. Bahaya
yang akan terjadi, seseorang menderita tekanan darah tinggi sehingga dapat
mempercepat terjadi kerusakan otak, ginjal, mata dan pembuluh darah (Eni,
2011).
f) Genetik
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga
mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama hipertensi primer (esensial).
Faktor genetik juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang lain, yang
kemudian menyebabkan seseorang menderita hipertensi. Faktor genetik juga
berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Bila
kedua orangtua menderita hipertensi maka sekitar 45% turun ke anak-anaknya dan
bila salah satu orangtua yang menderita hipertensi maka sekitar 30% turun ke
anak-anaknya (Depkes, 2006).
g) Minum Kopi
Minum kopi yang mengandung kafein disebut dapat menghasilkan
perubahan dalam hemodinamik diantaranya dapat meningkatkan tekanan darah
(Lane, 2002). Dalam tubuh manusia senyawa kafein dapat memacu hormon
adrenalin, yang berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah dan detak
jantung, sekresi asam lambung, senyawa gula pada aliran darah dan otot dalam
kondisi siap beraktivitas. Pada sebagian orang, minum kopi dapat menimbulkan
jantung berdebar-debar, denyutnya bisa melebihi 80 kali per menit. Hal itu
disebabkan efek stimulan kopi. Mengkonsumsi kopi secara berlebihan dapat

Universitas Sumatera Utara

36

meningkatkan tekanan darah yang berpotensi mempercepat terjadinya penyakit
jantung koroner (PJK). Otot jantung mendapat makanan dari pembuluh darah nadi
korona kiri dan kanan, bila pembuluh darah korona tersumbat terjadilah PJK
(Afian, 2010).
2.6

Tingkat Kebisingan dan Tekanan Darah
Kebisingan direspon oleh otak yang merasakan pengalaman ini sebagai

ancaman atau stress yang kemudian berhubungan dengan pengeluaran hormon
stress seperti epinepfrin, norepinefrin dan kortisol. Stress akan mempengaruhi
sistim saraf yang kemudian berpengaruh pada detak jantung, akan berakibat
perubahan tekanan darah. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan dalam
hukum Poiseuille yaitu kecepatan aliran darah berbanding lurus dengan pangkat
empat dari radius pembuluh darah. Jadi, diameter pembuluh darah mempunyai
peran paling besar dalam menentukan konduktans/kecepatan aliran darah. Saat
terjadi vasokonstriksi pembuluh darah menyebabkan jari-jari pembuluh darah
menyempit menyebabkan berkurangnya aliran darah. Oleh sebab itu, jantung
bekerja lebih keras untuk memompa darah, sehingga menyebabkan tekanan akan
lebih meningkat (Hastuti, 2004).
Tingkat kebisingan mencapai 60 desibel dapat meningkatkan kadar hormon
stress, seperti epinerin, non-epinerin dan kortisol tubuh yang mengakibatkan
terjadinya perubahan irama jantung dan tekanan darah. Bising yang terus menerus
diterima seseorang akan menimbulkan gangguan proses fisiologis jaringan otot
dalam tubuh dan memicu emosi yang tidak stabil. Ketidakstabilan emosi tersebut
dapat memacu jantung untuk bekerja lebih keras memompa darah ke seluruh

Universitas Sumatera Utara

37

tubuh dalam waktu yang lama tekanan darah akan naik sehingga menyebabkan
hipertensi (Tambunan, 2005).
Menurut getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan ke liang
telinga dan mengenai membran timpani. Lalu di telinga tengah, gelombang
getaran yang dihasilkan tadi diteruskan melewati tulang - tulang pendegaran
sampai ke cairan di kanalis semisirkulasiris, adanya ligamen antar tulang
mengamplikasikan getaran yang dihasilkan dari gendang telinga. Lalu ditelinga
dalam merupakan tempat ujung-ujung pengeruh kebisingan terhadap kesehatan
selain berhubungan dengan faktor psikologis seperti gangguan emosional,
gangguan tidur, dan hilangnya konsentrasi, juga mengakibatkan kerusakan pada
indera pendengaran yang menimbulkan rasa tidak nyaman atau stress, sehingga
dapat meningkatkan sistem jantung dan peredaran darah (Susanto, 2006).
Pemaparan bising menimbulkan rangsangan dan meningkatkan aktivitas
saraf simpatis. Jika rangsangan tersebut bersifat sementara maka tubuh akan pulih
dalam waktu beberapa menit atau jam. Tetapi bila pemaparan berlangsung lama
dan berulang dapat menimbulkan perubahan sistem sirkulasi darah yang menetap.
Syaraf simpatis memepengaruhi fungsi jantung dan pembuluh darah dan
pemacunya menyebabkan naiknya frekuensi jantung, bertambah kuatnya kontriksi
otot jantung dan vasokontriksi pembuluh darah resisten (Guyton, 1997).
Ketika denyut jantung meningkat disebabkan sistem saraf yang dirangsang
oleh kebisingan, maka pembuluh darah kurang bisa melebar disebabkan oleh
elastisitasnya, sehingga kenaikan tekanan darah akan tinggi. Tekanan darah
sistolik akan naik terus perlahan-lahan seiring bertambahnya usia, dan akan naik

Universitas Sumatera Utara

38

tajam setelah usia 40 tahun, sedangkan tekanan darah diastolik akan tetap naik
perlahan-lahan sampai usia 60 tahun kemudian cenderung menurun setelah itu
(Semple, 1996).
Pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar kebisingan ada
yang meningkat, menurun, dan stabil. Tekanan darah yang meningkat, disebabkan
intensitas kebisingan yang tinggi akan meningkatkan tekanan darah pada tenaga
kerja, hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Melamed dalam
Vano, bahwa kebisingan yang melebihi ambang batas memiliki pengaruh terhadap
fisiologi (detak jantung) dan akan menaikkan tekanan darah seseorang (Vano,
2010).

Universitas Sumatera Utara

39

2.7

Kerangka Konsep
Rental Playstation &
Warnet Game (Game Online)
Tekanan Darah
(Sebelum, Saat,
Setelah Lama Paparan)

Tingkat Kebisingan
KepMenLH Nomor: KEP48/MENLH/11/1996



Karakteristik Ruangan :
- Luas Pintu
- Luas ruangan
 Karakteristik Operator
- Usia
- Jenis Kelamin
- Lama paparan
Kebisingan
- Masa Kerja
- Kebiasaan minum
Kopi
- Alkohol
- Merokok

2.8 Hipotesis Penelitian
Ho : Tidak ada perbedaan paparan kebisingan dan karakteristik operator game
terhadap tekanan darah di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2016
Ha : Ada perbedaan paparan kebisingan dan karakteristik operator game terhadap
tekanan darah di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2016

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Game-Online Terhadap Perilaku Remaja Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan

4 125 150

Analisa Kadar Karbon Monoksida (CO) Dan Nitrogen Dioksida (NO2) Di Dalam Ruangan Rental Game Online Di Sekitar Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2012

4 59 72

Hubungan Perilaku Anak Remaja Mengenai Permainan Game Online Dengan Keluhan Kelelahan Mata di Kelurahan Padang Bulan Medan Tahun 2013

21 152 126

Tingkat Kebisingan Di Ruangan PlayStation di Padang Bulan Medan Tahun 2005

0 20 96

Analisis Tingkat Kebisingan di Ruangan Rental Playstation dan Warnet Game (Game Online) Serta Tekanan Darah Operator di Kelurahan Padang Bulan Kota Medan Tahun 2016

0 0 16

Analisis Tingkat Kebisingan di Ruangan Rental Playstation dan Warnet Game (Game Online) Serta Tekanan Darah Operator di Kelurahan Padang Bulan Kota Medan Tahun 2016

0 0 2

Analisis Tingkat Kebisingan di Ruangan Rental Playstation dan Warnet Game (Game Online) Serta Tekanan Darah Operator di Kelurahan Padang Bulan Kota Medan Tahun 2016

0 0 9

Analisis Tingkat Kebisingan di Ruangan Rental Playstation dan Warnet Game (Game Online) Serta Tekanan Darah Operator di Kelurahan Padang Bulan Kota Medan Tahun 2016

0 0 4

Analisis Tingkat Kebisingan di Ruangan Rental Playstation dan Warnet Game (Game Online) Serta Tekanan Darah Operator di Kelurahan Padang Bulan Kota Medan Tahun 2016

0 0 34

Pengaruh Game-Online Terhadap Perilaku Remaja Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan

0 0 37