The Characteristic of Pregnant Woman and Implementation of Antenatal Care Work Region Simpanggabir Clinic Madina Indonesia

The Characteristic of Pregnant Woman and Implementation of Antenatal Care Work Region
Simpanggabir Clinic Madina Indonesia

Siti SaidahNasution
Lecturer of Maternity Nursing Department
Nursing Faculty of North Sumatera University
Prof. Maas Street, No.3 USU college Medan 20155 INDONESIA
Phone/Fax: +62-61-8213318
E-mail: saidah.nasution@yahoo.com
Abstract
Health problem in Indonesia are dominated by the low health status of pregnant
women, childbirth, and death of newborn. One of factor causing the highest mortality
rate is pregnancy problems what do not detect early. Quality of pregnancy assessment
is low and childbirth is done by non-medical personnel. Implementation of antenatal
care (ANC) startedregulerly from first trimester to third trimester is more important
to do for identifity existence high risk both of mother and fetus. Description of
characteristic of pregnant women is important to know making right intervention at
pregnancy and childbirth management. The research aims todescribe about
characteristic and implementation antenatal care (ANC) of pregnant women in
LinggaBayu district. Type of research is descriptive. Population of all pregnant
women who live in LinggaBayu district,sampled 78 respondent. The result of research

based on characteristic of maternal age classified 70% high risk, frequency of
childbearing more than 3 (three) 80%, spacing pregnancies of less than 2 years 65%,
50% state residence with parents or other relatives, 100% Muslim religion, low
educational level of 60%, 70% housewives, making decisions of family is husband
80%, the source of public health information about 90%, 70% implementation of the
ANC is not as it should be. Conclusion circumtance and condition of pregnant women
generally classified high risk morbidity and mortality of mother and fetus. The role of
medical personel must be optimized involving the community at health program
especially pregnancy and childbirth care.
Key note : Pregnancy, Characteristic, ANC (antenatal care)

1

1. Pendahuluan
Masalah kesehatan di Indonesia saat ini di dominasi oleh rendahnya derajat kesehatan ibu hamil,
melahirkan dan kematian bayi baru lahir, sehingga program pemerintah memprioritaskan percepatan
penurunan AKI (angka kematian ibu) dan AKB (angka kematian bayi). Indikator utama dalam bidang
kesehatan adalah Indeks pembangunan Manusia (IPM) yang terdiri dari umur harapan hidup (UHH),
Angka kematian Ibu (AKI) dan Angka kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (Dep.Kes,
2009). Salah satu faktor penyebab tingginya angka kematian adalah adanya gangguan pada saat

kehamilan yang tidak terdeteksi secara dini. Rendahnya frekwensi kualitas pemeriksaan ke hamilan
(ANC) kepada petugas kesehatan, pertolongan persalinan masih banyak dilakukan oleh bukan petugas
kesehatan (Dep.Kes 2010).
Faktor lain yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu dan bayi, antara lain
perdarahan, tekanan darah yang tinggi saat hamil (eklampsia), infeksi, persalinan macet dan
komplikasi keguguran. Sedangkan penyebab langsung kematian bayi adalah Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) dan kekurangan oksigen (asfiksia). Penyebab tidak langsung kematian ibu dan bayi baru lahir
adalah karena kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan budaya. Kondisi geografi
serta keadaan sarana pelayanan yang kurang siap ikut memperberat permasalahan ini (Bobak, 2005)
Selain hal diatas tingginya angka kematian ibu terkait dengan kondisi 3 (tiga) terlambat
(terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai di tempat pelayanan dan terlambat mendapatkan
pertolongan yang adekuat) dan 4 (empat) terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat
jarak kelahiran). Berkaitan dengan perilaku faktor yang dapat mempengaruhi status kesehatan
masyarakat tidak terlepas dari budaya dan kebiasaan keluarga serta lingkungan masyarakat seharihari (Notoatmojo,2003). Keterlambatan pengambilan keputusan di tingkat keluarga dapat dihindari
apabila ibu dan keluarga mengetahui tanda bahaya kehamilan dan persalinan serta tindakan yang perlu
dilakukan untuk mengatasi masalah sehingga dapat meningkatkan status kesehatan ibu melalui
penurunan angka kesakitan dan kematian ibu (Dep.Kes, 2010).
Status kesehatan ibu hamil dapat ditingkatkan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan oleh pemerintah yaitu melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) minimal 4 kali selama
kehamilan kepada petugas kesehatan, memenuhi kebutuhan gizi sehingga terhindar dari anemia,

merencanakan persalinan pada petugas kesehatan (Bobak, 2005). Pentingnya pemenuhan gizi pada
ibu hamil sangat dipengaruhi oleh kebiasaan pemenuhan nutrisi keluarga yang secara umum masih
dipengaruhi oleh kebiasaan keluarga (Soekirman, 2000). Kebutuhan gizi ibu hamil sangat penting
dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan. Ibu hamil dengan status
kesehatan yang baik akan melahirkan bayi dengan sehat dan status kesehatan yang baik.
Perawatan Kehamilan
Kehamilan dibagi dalam tiga triwulan atau trimester yaitu triwulan pertama dimulai dari
konsepsi sampai tiga bulan, triwulan kedua yaitu bulan ke empat sampai ke enam, triwulan ketiga dari
bulan ketujuh sampai sembilan bulan (Pillitteri,2003). Periode prenatal adalah periode persiapan, baik
secara fisik maupun psikologis. Kunjungan prenatal regular dimulai segera setelah pertama kali ibu
terlambat menstruasi, untuk mengikuti perkembangan kehamilan ibu dan pertumbuhan perkembangan
janin (Bobak, 2005). Perawatan pada prenatal bertujuan untuk menentukan bahwa ibu benar-benar
hamil, mengevaluasi dan menangani keadaan medis lain yang mungkin ada, mendiagnosa dan
mengobati penyulit kehamilan, memberikan dukungan akan kebutuhan psikologis pada ibu untuk
menurunkan stres yang berhubungan dengan penyulit, menjelaskan nutrisi yang dibutuhkan,
menyiapkan ibu untuk persalinan dan perawatan anak dengan pendidikan dan bantuan, menjelaskan
perawatan post partum dan supervisi medis (Matteson, 2001 ). Perawatan mandiri dalam kehamilan
harus dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan ibu dan janin. Perawatan mandiri yang
dapat dilakukan adalah (Olds, 2000) :
a. Melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan, ANC (antenatal care).

b. Perawatan kebersihan diri (hygiene) .

2

Wanita perlu mempelajari bahwa setiap wanita harus selalu memperhatikan kebersihan diri yaitu
mandi, buang air kecil, dan buang air besar. Memakai celana dalam yang terbuat dari bahan yang
nyaman seperti katun, tidak mengenakan celana ketat atau jeans ketat untuk waktu yang lama.
c. Perawatan payudara.
Payudara merupakan sumber air susu ibu (ASI) yang akan menjadi makanan utama bagi bayi, oleh
karena itu selama kehamilan harus dilakukan perawatan payudara untuk persiapan masa laktasi
(Gorrie , 1998). Hal ini sesuai dengan penelitian Isabella (1994) yang menyatakan keberhasilan ibu
menyusui akan tercapai dengan mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu persepsi
individu/ibu, sosial budaya dan lingkungan sehari- hari.
d. Nutrisi.
Nutrisi merupakan salah satu faktor yang ikut mempengaruhi hasil akhir kehamilan (Bobak,
2005). Status nutrisi dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kurang pendidikan, kemiskinan,
lingkungan yang buruk, kebiasaan makan dan kondisi kesehatan yang buruk. Ssupan gizi semasa
hamil tidak boleh diabaikan. Ibu harus memenuhi panduan makanan yang mengandung zat-zat gizi
dalam jenis dan jumlah yang seimbang, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, kalsium,
fosfor, zat besi, dan air (Berg, 1989).

Mengenal tanda-tanda bahaya risiko tinggi. Ibu hamil harus mengetahui tanda-tanda bahaya
seperti hiperemesis gravidarum atau muntah berat, menggigil, demam, rasa terbakar sewaktu
berkemih, diare, kram perut dan perdarahan dari vagina, tanda-tanda bahaya ini dapat berakibat
buruk bagi ibu maupun janin.
Menghindari obat-obatan, alkohol, dan merokok. Pemakaian obat-obatan seharusnya selama
kehamilan dihindari terutama dalam trimester pertama, karena obat-obatan tersebut mempengaruhi
perkembangan janin dan dapat menbahayakan janin.
2. Metodologi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik ibu hamil dan pelaksanaan ANC di kecamatan
Lingga Bayu kabupaten Madina.
Desain yang digunakan adalah deskriptif. Populasi seluruh ibu hamil yang berdomisili di wilayah
kecamatan Lingga Bayu, dengan jumlah sampel sebanyak 78 orang. Penelitian dilaksanakan pada
bulan Nopember dan Desember tahun 2012. Instrumen Penelitian dan Pengumpulan data
menggunakan kuesioner yang dikembangkan sendiri oleh peneliti yang mengacu kepada tinjauan
teoritis. Analisa Data dikakukan dengan menggunakan tabulasi frekwensi dan presentasi. Hasil analisa
data disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

3. Hasil
Hasil penelitian Karakteristik responden menggambarkan usia ibu hamil tergolong dalam tingkat
resiko tinggi 70%, yaitu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun. Frekwensi melahirkan anak lebih

dari 3(tiga) sekitar 80 %, jarak kehamilan kurang dari 2 tahun 65 %, status tempat tinggal 50 %
bersama orang tua atau keluarga lain, agama 100 % muslim, tingkat pendidikan ibu dengan kategori
rendah sekitar 60 %, pekerjaan ibu rumah tangga 70 %, pengambilan keputusan dalam keluarga
suami 80 %, dan sumber informasi kesehatan sekitar 90 % di peroleh dari masyarakat sekitar.

3

Tabel 1. Karakteristik Ibu Hamil (N=78)
No

Karakteristik Responden

1.

Umur
a. 35
Jumlah Anak
a. 1
b. 2-3
c. >3

Jarak Kelahiran
a. < 2 tahun
b. > 2 tahun
Status Rumah /Tt
a. Rumah Sendiri
b. Bersama org tua/klg lain
Agama
Islam
Tingkat Pendidikan
a.Rendah (Tdk sklh, SD)
b. Sedang (SMP-SMA)
b. Tinggi ( PT, D3/S1).
Pekerjaan
a. PNS
b. Wiraswasta/Tani
c. IRT
Pengambil Keputusan
a. Suami
b. Istri
c. Klg Lain(org tua,

mertua).
Sumber Informasi kesht.
a. Petugas Kesehatan
b. Klg dan Masyarakat
sekitarnya

2.

3.

4.
Tabe1.2.
No
1.

2.

Distribusi frekwensi dan persentasi
Pelaksanaan ANC ( N= 78)


Pelaksanaan/Kunjungan
ANC
Sesuai dengan seharusnya
berdasarkan usia
kehamilan

Frekw.

(%)

23

30

55

70

Tidak Sesuai


Tabel diatas menggambarkan Pelaksanaan ANC 70
% tidak sesuai dengan yang seharusnya yaitu saat
usia kehamilan trimester I minimal 1 kali, trimester
II, minimal 1 kali, trimester III minimal 2 kali.
4. Pembahasan

5.
6.

7.

8.

9.

Hasil penelitian secara umum menggambarkan
Karakteristik ibu yang berkaitan dengan umur,
merupakan dalam periode resiko tinggi yaitu usia
reproduksi kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Pillitteri, A. (2003).


Frek
w.

(%)

12
23
43

15
29
55

7
9
62

9
12
80

51
27

65
35

39
39

50
50

78

100

47
22
9

60
28
12

4
19
55

5
24
71

62
10
6

80
13
8

8
70

10
90

Kehamilan paling ideal bagi seorang wanita adalah saat usianya berada pada rentang 20-35 tahun.
Wanita yang hamil pada usia di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun memiliki risiko tinggi seperti
perceraian, kematian pada anak, dan abortus spontan.
Ibu yang hamil pada usia dibawah 20 tahun memiliki mental dan kondisi emosional belum siap untuk
berkeluarga, keadaan reproduksi wanita belum berkembang optimal untuk menjalani proses
kehamilan dan persalinan yang sehat, sehingga angka perceraian dan kematian pada anak tinggi.
Sebaliknya wanita hamil yang berusia di atas 35 tahun, saat kondisi kesuburan wanita akan menurun.
Pada situasi ini kemungkinan akan menimbul kelainan pada janin dan menyebabkan abortus spontan.
Angka kejadian terjadinya kemungkinan aborsi pada wanita hamil usia di atas 35 tahun sekitar
sebesar 40 persen.

4

Selain itu umur juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang karena semakin
bertambahnya umur seseorang maka akan terjadi perubahan pada aspek psikologis (mental). Pada
aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang. Dari hasil penelitian juga di
dapatkan data mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan dalam kategori rendah ( 60%) yaitu
tidak sekolah dan hanya sampai SD. Pendidikan dalam penelitian ini merupakan pendidikan formal
yang didapat dari pendidikan sekolah.
Tingkat pendidikan ibu dapat dikaitkan pada pola pikir ibu dalam merawat kehamilan,
mempersiapkan persalinan dan mengasuh bayi, dimana ibu akan lebih berusaha untuk dapat
memahami dan mendapatkan pelayanan keperawatan yang berkualitas untuk kesehatan diri dan
janinnya. Penelitian Mardiana (2009) menyatakan bahwa ibu dengan pengetahuan baik mempunyai
balita dengan status gizi baik (79,7%), sedangkan jumlah ibu yang berpengetahuan sedang
mempunyai balita dengan status gizi kurang (43,5%), dimana pendidikan ibu juga akan berhubungan
terhadap pengetahuannya.
Pendapat ini di dukung oleh Menurut Notoatmodjo (2003) yaitu pendidikan, pengalaman,
kebudayaan, kepercayaan, informasi merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Dalam menentukan sikap, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
Dan sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik) (Notoatmodjo, 2005).
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang memungkinkan terjadinya pengetahuan.
Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui pendidikan formal maupun nonformal dan semakin
tinggi pendidikan maka semakin luas pengetahuan ( Notoatmodjo, 2003). Faktor eksternal yang
merupakan faktor dominan dalam mempengaruhi pengetahuan, salah satunya yaitu: akses terhadap
informasi (Notoatmodjo, 2003).
Ibu hamil dengan tingkat pendidikan yang rendah memungkinkan untuk memiliki pengetahuan yang
terbatas tentang kesehatan khususnya pemeriksaan kehamilan dan pelaksanaan ANC. Data ini seiring
dengan hasil penelitian yang menggambarkan bahwa Pelaksanaan ANC ibu hamil di kecamatan
Lingga ayu 70 % tidak sesuai dengan yang seharusnya yaitu saat usia kehamilan trimester I minimal 1
kali, trimester II, minimal 1 kali, trimester III minimal 2 kali.
Kunjungan pertama dilakukan pada saat ibu mengalami amenorea. Frekuensi kunjungan tergantung
pada kebutuhan ibu. Sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan setiap bulan sampai usia
kehamilan tujuh bulan. Setelahnya, pemeriksaan kehamilan dilakukan dua minggu sekali sampai usia
kehamilan 32 minggu atau 8 bulan, selanjutnya dilakukan seminggu sekali sampai akhir kehamilan.
Namun, bila ada kasus khusus, misalnya apabila ada gangguan, maka ibu hamil harus dapat
memeriksakan diri kapan saja.
Notoatmodjo (2005), ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan, antara lain:
umur, jenis kelamin, pekerjaan, sosial ekonomi. Hasil penelitian juga menunjukkan frekwensi
melahirkan anak lebih dari 3(tiga) 80 %, jarak kehamilan kurang dari 2 tahun 65 %, status tempat
tinggal 50 % bersama orang tua atau keluarga lain, agama 100 % muslim, pekerjaan ibu rumah
tangga 70 %, pengambilan keputusan dalam keluarga suami 80 %, sumber informasi kesehatan
masyarakat sekitar 90 %. Keadaan ini memungkinkan ibu berada pada kondisi resiko tinggi dalam
kehamilan dan persalinan yang akan meningkatkan terjadinya angka kesakitan dan kematian baik
pada ibu maupun janin.
Hasil penelitian diatas, sejalan dan berkaitan dengan pendapat yang mengatakan penyebab
tidak langsung kematian ibu dan bayi baru lahir adalah karena kondisi masyarakat seperti pendidikan,
sosial ekonomi dan budaya (Pillitteri. 2003). Kondisi geografi serta keadaan sarana pelayanan yang
kurang siap ikut memperberat permasalahan .
Selain hal diatas tingginya angka kematian ibu terkait dengan kondisi 3 (tiga) terlambat (terlambat
mengambil keputusan, terlambat sampai di tempat pelayanan dan terlambat mendapatkan pertolongan
yang adekuat) dan 4 (empat) terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat jarak
kelahiran) ( Dep.Kes, 2010). Berkaitan dengan perilaku faktor yang dapat mempengaruhi status
kesehatan masyarakat tidak terlepas dari budaya dan kebiasaan keluarga serta lingkungan masyarakat
sehari- hari (Notoatmojo,2003).

5

Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun ingkungan sosialbudaya. Untuk melakukan pendekatan perubahan perilaku kesehatan, petugas kesehatan harus
menguasai berbagai macam latar belakang sosio-budaya masyarakat yang bersangkutan. Latar
belakang sosial dan ekonomi mempunyai hubungan terhadap perilaku kesehatan masyarakat
(Notoatmodjo, 2005).
Kehidupan sehari-hari masyarakat Madina, masih banyak dipengaruhi oleh adat istiadat, mitos,
kepercayaan secara supranatural termasuk dalam hal perawatan ibu hamil, melahirkan dan perawatan
bayi baru lahir. Dalam mengatur sistem kehidupan, masyarakat Mandailing Natal menggunakan
sistem Dalian Na Tolu (tiga tumpuan). Masyarakat secara umum kehidupan termasuk berada pada
tingkatan tradisional dalam soal hakekat hidup, dengan tujuan hidup utama ialah hamoraon
(kekayaan), hagebeon (banyak keturunan) dan hasangapon atau kehormatan (Nasution, 2005).
Pencarian pengobatan/pertolongan apabila sakit, selalu melibatkan keluarga, saudara ataupun
pemuka agama serta tokoh-tokoh masyarakat yang dianggap sebagi pengambil keputusan dalam
lingkungan masyarakat. Suku mandailing menganut sistim Patrilineal yaitu garis keturunan dari pihak
ayah, yang ditandai dengan memberikan marga ayah pada setiap bayi baru lahir. Keluarga dari pihak
laki-laki merupakan fihak yang sangat di hormati dan berhak dalam pengambilan keputusan, termasuk
dalam masalah kesehatan.
Kehadiran anak dalam suku Mandailing mempunyai arti yang sangat penting, khususnya
anak laki-laki, karena anak dianggap sebagai penerus marga dalam keluarga, sehingga opung/nenek
dari pihak ayah sangat berperan dalam perawatan anak, termasuk dalam hal kehamilan dan persalinan.
Perkawinan yang tidak memberikan anak dalam adat dipandang sebagai hal yang kurang beruntung,
sehingga anak yang lahir dari suatu perkawinan selalu diberkati secara adat atau di pasu-pasu ,
(Ritonga, 2002).

Masalah di atas di dukung oleh penelitian Rachmawati (2001), yang menyatakan penyebab kematian
bayi dibagi menjadi dua bagian yaitu kematian neonatal (28 hari pertama) dan kematian pasca natal
(28-365) hari. Penyebab kematian neonatal paling lazim disebabkan oleh kejadian prenatal dan
kejadian tepat setelah lahir. Layanan prenatal yang memadai, yang di lengkapi dengan pengkajian dan
manajemen resiko, serta kemajuan teknologi peralatan intensif.
Sedangkan penelitian Simkhada (2010) di Nepal, mengatakan angka kematian ibu secara umum
terjadi pada ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan ANC, hal ini terkait dengan kebiasaan
keluarga dan budaya masyarakat setempat. Faktor lain yang berkontribusi terhadap tingginya
kematian ibu dan bayi adalah pemanfaatan layanan kesehatan, akses dan pengetahuan orang tua.
Simpulan dan Saran
Simpulan
1. Secara umum karakteristik ibu hamil di kecamatan Lingga Bayu kabupaten Madina, Beresiko
tinggi untuk terjadinya angka kesakitan dan kematian baik, pada ibu maupun janin,
karakteristik ibu hamil terdiri dari usia ibu, frekwensi melahirkan, jarak kehamilan, status
tempat tinggal tingkat pendidikan, pekerjaan, pengambilan keputusan dalam keluarga,
sumber informasi kesehatan.
2. Kunjungan ANC ibu hamil belum dilaksanakan dengan maksimal sesuai dengan yang
seharusnya, kondisi ini memungkinkan keadaan kehamilan ibu tidak terkontrol, sehingga
apabila ada kelainan tidak dapat di deteksi secara dini yang pada akhirnya dapat
meningkatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada ibu dan janin.
Saran

6

1. Pemerintah daerah setempat, khususnya petugas kesehatan harus lebih meningkatkan
pemberian informasi kepada masyarakat tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya angka kesakitan dan kematian terkait dengan kehamilan dan persalinan kepada
masyarakat sesuai dengan tingkat dan pemahaman masyarakat setempat.
2. Perlu ditingkatkan peran petugas kesehatan dalam mengoptimalisasikan penyuluhan tentang
pentingnya pelaksanaan pemeriksaan kehamilan (ANC) pada ibu hamil dan keluarga dengan
melibatkan tokoh masyarakat yang dapat mempengaruhi keputusan ibu dan keluarga.
Daftar Pustaka
Bobak, I. M., Lowdermilk, D. L., & Jensen, M. D. (2005). Maternity nursing. 4th ed. (Wijayarini,
M.A, &Anugrah, P.I : Penerjemah). California: The CV.Mosby. ( Sumber Asli diterbitkan
1995).
Berg.A (1989). Peranan gizi dalam pembangunan. Jakarta. CP.Rajawali
Pillitteri, A. (2003). Maternal & child health nursing : Care for chilberaing & childrearing family.
(4th ed.), Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
Rachmawati, I. N., Allenidekania, & Wijayarini, M. A. (2001). Identifikasi kebutuhan perawatan
mandiri ibu nifas. Jurnal Keperawatan Indonesia. 5 (2), 60-66.
Departemen Kesehatan (2009). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta. Dep.Kes dan JICA.
Dinas kesehatan kabupaten Mandailing Natal. (2010). Propfil kesehatan kabupaten Mandailing Natal.
Simkhada.B, Porter.M, Teijlingen.E (2010) The Role of mothers-in-law in antenatal care decisionmaking in Nepal: a qualitative study : Journal BMC Pregnancy and Childbirth 2010, 10:34
Nasution. P (2005). Adat budaya Mandailing dalam tantangan zaman. Forkala Propinsi Sumatera
Utara.
Notoatmojo,S. (2002). Metodologi penelitian kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.
___________ (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.
___________ (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.

Mardiana. 2006. Hubungan Perilaku Gizi Ibu dengan Status Gizi Balita di Puskesmas
Tanjung Beringin Kec. Hinai Kab. Langkat. Medan: USU e-Repository

Ritonga, P. (2002). Nilai budaya dalam turi-turian Mandailing raja gorga di langit dan sutan suasa di
portibi. Medan.PT.Yandira Agung.
Soekirman (2000) Ilmu gizi dan aplikasinya untuk keluarga dan masyarakat. Departemen pendidikan
Nasional jakarta.

7