Pengaruh Faktor Internal Perusahaan dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Dividen
Dividen merupakan bentuk distribusi laba yang dibagikan oleh perusahaan
kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi lembar saham yang dimilikinya
(Stice et al. 2004: 902). Levy and Sarnat (1990: 407) menyatakan “a dividend as
a sum of money paid to shareholders of a corporation out of earnings”.Dividen
akan dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba yang
diperoleh perusahaan, dimana hal ini menjadi faktor utama sebagai acuan direksi
untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan. Beberapa jenis dividen
yaitu :
a. Dividen kas merupakan jenis dividen yang paling umum dibagikan
perusahaan dalam bentuk kas kepada para pemegang saham. Para pimpinan
perusahaan perlu memperhatikan bahwasanya sebelum membuat pengumuman
adanya dividen kas apakah jumlah kas yang ada mencukupi untuk pembagian
tersebut.
b. Dividen aktiva selain kas merupakan jenis dividen yang dibagikan
dalam bentuk selain kas, yang dalam hal ini bisa dalam bentuk surat-surat
berharga perusahaan lain yang dimiliki oleh perusahaan, barang dagang atau
aktiva-aktiva lain.

c. Dividen hutang merupakan jenis dividen yang dibagikan apabila
perusahaan tidak memiliki kecukupan dalam saldo kas untuk membayar dividen

13

Universitas Sumatera Utara

sehingga para pimpinan mengeluarkan scrip dividend atau janji tertulis. Scrip
dividend ini kemungkinan berbunga namun kemungkinan juga tidak.
d. Dividen likuidasi merupakan jenis dividen yang mengurangi modal
pemegang saham dalam perusahaan. Bila perusahaan membagikan dividen jenis
ini, para pemegang saham harus diberitahu mengenai jumlah pembagian laba dan
jumlah pengurangan rekening investasinya.
e. Dividen saham merupakan jenis dividen yang melakukan pembagian
tambahan saham, tanpa dipungut pembayaran kepada para pemegang saham,
sebanding dengan saham-saham yang dimilikinya.

2.1.2 Pengertian Kebijakan Dividen
Brigham dan Houston (2004: 69) menyatakan ‘’kebijakan dividen yang
optimal adalah kebijakan dividen yang mencapai suatu keseimbangan antara

dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang dan memaksimalkan harga
saham perusahaan’’.
Dividend Payout Ratio adalah rasio yang menunjukkan besarnya nilai
dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada para investor. Keadaan yang
dilematis sering dialami oleh perusahaan dalam melakukan kebijakan dividen itu
sendiri, dimana di satu sisi investor menuntut untuk dibagikannya sejumlah
dividen setelah kesepakatan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) agar
memperoleh kepercayaan akan kelangsungan prospek perusahaan dimasa
mendatang, sedangkan disisi perusahaan menginginkan untuk menahan labanya
sebagai langkah dalam melakukan pengembangan investasi guna untuk
memperbesar perusahaannya. Salah satu indikator yang menunjukkan besarnya

14

Universitas Sumatera Utara

nilai dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada investor adalah Dividend
Payout Ratio (DPR). Penurunan dividend payout ratio (DPR) diyakini sebagai
sinyal prospek perusahaan yang menurun atau perusahaan mungkin mengalami
kerugian dimasa mendatang. Oleh karena itu perusahaan akan selalu berupaya

untuk mempertahankan Dividend Payout Ratio meskipun terjadi penurunan
jumlah laba yang diperoleh.

2.1.2.1 Teori-Teori Kebijakan Dividen
Terdapat berbagai macam faktor yang ikut mempengaruhi besarnya
tingkat pembayaran dividen, tetapi yang menjadi permasalahan adalah mengenai
bagaimana bentuk kebijakan dividen yang bisa ditempuh oleh sebuah perusahaan.
Brigham dan Houston (2001: 198) menyatakan bahwa ada tiga teori kebijakan
dividen dari preferensi investor, yaitu : teori ketidakrelevanan dividen, teori ”bird
in the hand theory ” dan teori preferensi pajak.
1. Teori Ketidakrelevanan Dividen (Dividend Irrelevance Theory)
Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak
mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya.
Pendukung utama teori ketidakrelevanan dividen ini adalah Merton Miller dan
Franco Modigliani (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan
hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan risiko
bisnisnya, artinya nilai suatu perusahaan tergantung semata–mata pada
pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan
tersebut dibagi diantara dividen dan laba yang ditahan. Dengan demikian
kebijakan dividen sebenarnya tidak relevan untuk dipersoalkan.


15

Universitas Sumatera Utara

2. Teori ”bird in the hand theory”
Myron Gordon dan John Linther berpendapat bahwa sesungguhnya
investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada
pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal karena komponen hasil
dividen, risikonya lebih kecil. Miller dan Modigliani (MM) tidak setuju dan
menganggap pendapat Gordon-Linther sebagai kekeliruan ”bird in the hand
theory” karena menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan
untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan
bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari
arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh
tingkat risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividennya.
3. Teori Preferensi Pajak
Teori preferensi pajak (tax preference theory) adalah suatu teori yang
menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital
gain maka para investor lebih menyukai capital gain karena dapat menunda

pembayaran pajak.
Berdasarkan ketiga konsep teori tersebut, perusahaan dapat melakukan
hal-hal sebagai berikut:
1. Jika manajemen percaya bahwa dividend irrelevance theory dari M-M itu benar
maka perusahaan tidak perlu memperhatikan besarnya dividen yang harus
dibagikan.
2. Jika perusahaan menganut bird in the hand theory maka perusahaan harus
membagi seluruh EAT (Earning After Tax) dalam bentuk dividen.

16

Universitas Sumatera Utara

3. Jika manajemen cenderung mempercayai tax preference theory maka
perusahaan harus menahan seluruh keuntungan atau dengan kata lain dividend
payout ratio=0%.
Menurut Awat (1998: 171) terdapat empat bentuk kebijakan dividen,
yaitu:
1. Kebijakan yang stabil (stable dividend- per share policy), yakni jumlah
pembayaran dividen yang sama besar dari tahun ke tahun. Salah satu alasan

mengapa sebuah perusahaan mengambil kebijakan ini adalah untuk menjaga
kesan para investor terhadap perusahaan tersebut. Apabila sebuah perusahaan
menerapkan kebijakan yang stabil berarti pendapatan bersih perusahaan
tersebut juga stabil dari tahun ke tahun.
2. Kebijakan dividend payout ratio yang tetap (constant dividend payout ratio
policy), yakni sebuah kebijakan dimana jumlah dividen akan berubah sesuai
dengan jumlah laba bersih, tetapi rasio antara dividen dan laba ditahan tetap
sama.
3. Kebijakan kompromi (compromise policy), yakni suatu kebijakan dividen yang
terletak antara kebijakan dividen per saham yang stabil dan kebijakan dividen
output ratio yang konstan ditambah dengan persentasi tertentu pada tahuntahun yang mampu menghasilkan laba bersih yang tinggi.
4. Kebijakan dividen residual (residual dividend policy) adalah sebuah kebijakan
yang dikeluarkan perusahaan apabila sedang menghadapi sebuah kesempatan
investasi yang tidak stabil sehingga manajemen menghendaki agar dividen
hanya dibayarkan ketika laba bersih tinggi.

17

Universitas Sumatera Utara


2.1.2.2 Prosedur Pembayaran Dividen
Terdapat empat cara pembayaran dividen :
1. Declaration Date
Tanggal pengumuman resmi keputusan pembagian dividen yang
diambil pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
2. Cum Dividend Date
Tanggal dimana seluruh pemegang saham perusahaan sampai batas
tanggal tersebut berhak mendapatkan dividen.
3. Date of Record
Tanggal pencatatan dimana semua pemegang saham yang terdaftar
pada tanggal tersebut berhak atas dividen. Dividen tidak akan
dibayarkan kepada investor yang pemberitahuannya melewati tanggal
tersebut.
4. Ex Dividend Date
Tanggal dimana pemegang saham tidak lagi berhak mendapatkan
dividen.
5. Date Of Payment
Tanggal pembayaran dividen kepada semua pemegang saham yang
berhak menurut catatan yang dibuat pada tanggal pencatatan.
Setiap tahapan memiliki durasi yang berbeda-beda antara satu perusahaan

dengan perusahaan lainnya. Hal ini tergantung kepada kebijakan masing-masing
perusahaan yang diputuskan pada saat Rapat Umum Pemegang Saham.

18

Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Profitabilitas
Menurut Brigham (1993: 79) “Profitability is the net result of a large
number of policies and decision. The ratio examined thus far reveal some
interesting thing about the wry the firm operates, but the profitability ratio show
the combined objects of liquidity, asset management, and debt management on
operating mult”. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba pada masa mendatang dan merupakan indikator dari
keberhasilan operasi perusahaan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang
tinggi akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dengan harapan
akan mendapatkan keuntungan yang tinggi pula.
Fink dan Harrison (1999: 72) menyebutkan bahwa : “Return On Assets as
the same income a company generates during normal operation dividend by its
total assets. This calculation determines how well a company is using its assets to

generate income”. Rasio return on asset adalah rasio keuntungan bersih setelah
pajak terhadap jumlah aset secara keseluruhan. Semakin besar return on asset,
akan

menunjukkan

semakin

besarnya

tingkat

profitabilitas,

sehingga

menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik. Hanafi (2005: 375)
menjelaskan jika perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang
baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Oleh karena itu dividen
akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan.


2.1.4 Cash Position
Dividen merupakan cash outflow sehingga semakin kuatnya posisi kas
suatu perusahaan maka akan semakin besar kemampuannya untuk membayar

19

Universitas Sumatera Utara

dividen (Levy dan Sarnat 1990: 417). Dividen tunai merupakan arus kas keluar
yang tentu saja memerlukan tersedianya kas yang cukup, sehingga walaupun
perusahaan memperoleh laba yang tinggi dan beban utang serta bunga yang
rendah namun jika tidak didukung oleh posisi kas yang kuat maka kemampuan
membayar dividennya rendah. Pada penelitian yang dilakukan oleh Anjani (2015)
menyatakan cash position adalah jumlah kas yang ada di perusahaan, dana
investasi atau bank yang dimiliki dalam suatu waktu tertentu.
Cash Position merupakan salah satu rasio likuiditas yang menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Hal ini
dikarenakan kas sangat dibutuhkan untuk pembiayaan operasional. Dividen dalam
bentuk kas merupakan jenis dividen yang paling umum dibagikan perusahaan

kepada para pemegang saham. Para pimpinan perusahaan perlu memperhatikan
bahwasanya sebelum membuat pengumuman adanya dividen kas terlebih dahulu
melihat apakah jumlah kas yang dimiliki cukup untuk pembagian dividen. Faktor
ini merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan oleh manajemen sehingga
pengaruhnya dapat dirasakan secara langsung bagi kebijakan dividen (Sudarsi
2002: 79).

2.1.5 Leverage
Menurut Mannes (1990: 51): “Leverage ratios are designed to assess the
balance of financing obtained through debt and equity sources. These ratios can
be separated into two distinct groups: those that measure the relative proportion
of debt and equity financing and those that measure the firm’s ability to service its
debt obligations out of current earnings. A firm’s capital structure (the total

20

Universitas Sumatera Utara

dollar amount of long term financing including debt and equity sources) which is
composed of even a small proportion of debt is said to have financial leverage.”
Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat leverage (penggunaan utang) terhadap total shareholders equity yang
dimiliki perusahaan (Ang 1997: 18). Apabila perusahaan menentukan bahwa
pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus
menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini
berarti berarti hanya sebagian kecil saja yang pendapatan yang dapat dibayarkan
sebagai deviden (Riyanto 2001: 267). Oleh karena itu, semakin besar proporsi
utang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin
besar jumlah kewajiban dan sebaliknya semakin rendah proporsi utang maka
semakin tinggi perusahaan untuk membayar semua kewajibannya.

2.1.6 Ukuran Perusahaan
Menurut Levy dan Sarnat (1990: 418): ”A firm’s cash position is another
important factor that influences long-run dividend policy. Clearly a cash dividend
requires that the needed cash balance be on hand, so liquidity can also be a factor
affecting the dividend decision. Such a firm usually prefers to set a relatively low
dividend payout ratio and to plow back most of its earnings into financing further
growth. The firm could, of course, turn to the capital market for funds. However,
the uncertainty caused by rapid expansion often leads to the establishment of a
“safe” dividend policy - that is, one that can be maintained should the rate of
growth in earnings decline in the future.”. Firm Size merupakan variabel yang
dapat dinyatakan dengan total assets, dimana dalam hal ini dapat menentukan

21

Universitas Sumatera Utara

posisi suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya memperoleh laba. Dengan
kata lain, apabila kondisi yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin besarnya
total aset yang dimiliki, maka semakin besar pula ukuran suatu perusahaan
tersebut.
Keberadaan sebuah perusahaan yang mapan seperti inilah yang akan
mempunyai dampak positif, karena diuntungkan oleh kemudahan akses yang
dimiliki dalam pasar modal dibandingkan dengan perusahaan lain yang lebih
kecil. Suatu perusahaan yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah
menuju pasar modal untuk meningkatkan dana dengan biaya yang lebih rendah,
sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak
kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal. Memiliki akses yang mudah di
pasar modal menggambarkan fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh
dana yang lebih besar sehingga perusahaan memiliki rasio pembayaran dividen
yang lebih tinggi dari perusahaan kecil (Kurshev dan Strebulaev 2005: 26).
Kemampuan untuk memperoleh dana atau pinjaman tersebut akan
membantu perusahaan dalam usaha operasionalnya yang ditujukan pada
peningkatan laba sebagai langkah untuk memperbesar perusahaan, sehingga dapat
dikatakan bahwa dengan semakin besarnya ukuran suatu perusahaan, maka akan
semakin tinggi pula kemungkinan perusahaan untuk membayar dividen kepada
pemegang saham.

2.1.7 Risiko Pasar
Risiko yang dihadapi perusahaan terdiri dari dua komponen, yakni risiko
yang dapat didiversifikasi dan risiko yang tidak dapat didiversifikasi atau tidak

22

Universitas Sumatera Utara

dapat dieliminasi. Risiko yang tidak dapat dieliminasi disebut dengan risiko pasar
(systematic risk), yakni risiko yang tetap ada setelah didiversifikasi. Risiko yang
dapat didiversifikasi disebabkan oleh kejadian acak seperti perkara hukum,
pemogokan, program pemasaran yang berhasil dan gagal, dan peristiwa-peristiwa
lain yang khusus bagi suatu perusahaan tertentu. Karena bersifat acak, pengaruh
berbagai peristiwa ini pada suatu portofolio dapat dihilangkan dengan melakukan
diversifikasi - peristiwa merugikan yang terjadi pada satu perusahaan akan
dihilangkan oleh peristiwa menguntungkan di perusahaan lain. Risiko pasar
(market risk) di lain pihak berasal dari faktor-faktor yang secara sistematis
mempengaruhi sebagian besar perusahaan seperti inflasi, resesi, dan tingkat suku
bunga yang tinggi. Karena kebanyakan saham akan dipengaruhi secara negatif
oleh faktor-faktor ini, maka risiko pasar tidak dapat dieliminasi oleh diversifikasi.
(Brigham dan Houston, 2006: 238).
Risiko pasar diukur menggunakan beta (β) yang menggambarkan semakin
tinggi nilai beta maka semakin tinggi resiko yang dihadapi oleh perusahaan. Jika
kondisi suatu negara mengalami inflasi, resesi, atau tingkat suku bunga yang
tinggi maka investor akan menarik kembali sahamnya karena takut dengan risiko
tinggi yang dihadapi. Hal ini menjadi sebuah hal yang cukup sensitif bagi sebuah
perusahaan di dalam dunia bisnis sebab kondisi tersebut mengakibatkan
perusahaan kesulitan dalam mendapatkan dana tambahan dari luar untuk
membiayai investasi mereka di masa depan. Hal ini menunjukkan bahwa
kebijakan dividen yang dibuat oleh manajemen juga dipengaruhi oleh risiko pasar
(market risk).

23

Universitas Sumatera Utara

2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Maladjian dan Khoury (2014) yang berjudul “Determinants of the
Dividend Policy: An Empirical Study on the Lebanese Listed Banks”. Hasil
penelitiannya menyatakan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kebijakan dividen. Likuditas berpengaruh positif namun tidak signifikan
terhadap kebijakan dividen. Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kebijakan dividen.
Muslimah dan Wijaksana (2013) yang berjudul “Analisis Pengaruh Cash
Position, Return On Assets, Debt To Equity Ratio, Firm Size, dan Growth
Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang
terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013”. Hasil penelitiannya
menyatakan cash position berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap
dividend payout ratio. Return on assets berpengaruh negitif dan signifikan
terhadap dividend payout ratio. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap dividend payout ratio. Debt to Equity Ratio berpengaruh
positif tidak signifikan terhadap dividend payout ratio.
Fatimah (2011) yang berjudul “Analisis Pengaruh Cash Postion, Debt To
Equity Ratio, dan Return On Assets Terhadap Kebijakan Dividen Pada Seluruh
Perusahaan Go Public di Indonesia Periode 2008-2011”. Hasil penelitiannya
menyatakan cash position berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap
kebijakan dividen. ROA berpengaruh position tetapi tidak signifikan terhadap

24

Universitas Sumatera Utara

kebijakan dividen. DER berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan
dividen.
Suwaldiman dan Aziz (2006) yang berjudul ‘’Pengaruh Insider Ownership
dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen’’. Hasil penelitiannya menyatakan
beta berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kebijakan dividen.
Profitabilitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen.
Ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan
dividen.
Pribadi dan Sampurno (2012) yang berjudul ‘’Analisis Pengaruh Cash
Position, Firm Size, Growth Opportunity, Ownership, dan Return On Assets
terhadap dividend payout ratio’’. Hasil penelitiannya menyatakan cash position
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. ROA
berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. Ukuran
perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio.

25

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
PenelitianTerdahulu
No.
1.

2.

Judul dan Nama
Variabel
Metodologi
Penelitian
Penelitian
Penelitian
Determinants of the
Variabel dependen : Ordinary
Dividend Policy: An
Dividend Payout Least
Empirical Study on the Ratio
Square(OLS)
Lebanese Listed Banks Variabel
Independen :
Christopher Maladjian Profitability, Firm
dan Rim El Khoury
Size, Liquidity,
(2014)
Growth
Opportunities,
Financial
Leverage, Firm
Risk, Previous
Year’s Dividends
(PYD)

Analisis Pengaruh
Variabel dependen :
Cash Position, Return
Dividend Payout
On Assets, Debt To
Ratio
Variabel
Equity Ratio, Firm
Independen : Cash
Size, dan Growth
Position, Debt to
Terhadap Dividend
Equity Ratio
Payout Ratio Pada
(DER), Return On
Perusahaan Sektor
Assets (ROA),
Manufaktur yang
Growth, Firm Size
terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia
Periode 2009-2013

Ordinary
Least
Squares
(OLS)

Hasil Penelitian
- Profitability (ROE) berpengaruh
negatif signifikan terhadap DPR
- Firm Size berpengaruh positif
signifikan terhadap DPR
- Currrent Assets berpengaruh
positif tidak signifikan terhadap
DPR
- Growth Opportunities
berpengaruh negatif signifikan
terhadap DPR
- Financial Leverage berpengaruh
positif tidak signifikan terhadap
DPR
- Firm Risk berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap DPR
- Previous Year’s Dividends
berpengaruh positif signifikan
terhadap DPR
- Cash Position berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap DPR
- Debt to Equity Ratio berpengaruh
positif tidak signifikan terhadap
DPR
- Return On Assets berpengaruh
negatif siginifikan terhadap DPR
- Growth berpengaruh negatif tidak
signifikan DPR
- Firm Size berpengaruh negatif
signifikan terhadap DPR

Novianti Muslimah
dan Tri Indra
Wijaksana
(2013)

26

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No.
3.

4.

5.

Judul dan Nama Variabel Penelitian
Metodologi
Penelitian
Penelitian
Analisis Pengaruh Variabel Dependen : Regresi Linier
Cash Position,
Dividend Payout
Berganda
Firm Size, Growth
Ratio
Opportunity,
Variabel Independen
Ownership, dan
: Cash Position,
Return On Assets
Firm Size, Growth
Terhadap Dividend Opportunity,
Payout Ratio
Ownership, Return
On Assets
Anggit Satria
Pribadi dan R.
Djoko Sampurno
(2012)

Analisis Pengaruh Variabel Dependen : Regresi Linier
Cash Postion, Debt Dividend Payout
Berganda
To Equity Ratio,
Ratio (DPR)
Variabel Independen
Dan Return On
: Cash Position,
Assets Terhadap
Kebijakan Dividen Debt to Equity
Ratio, Return On
Pada Seluruh
Assets
Perusahaan Go
Public di Indonesia
Periode 2008-2011
Fatimah
(2011)
Pengaruh Insider Variabel Dependen : Regresi Linier
Ownership dan
Dividend Payout
Berganda
Risiko Pasar
Ratio
Variabel Independen
Terhadap
Kebijakan Dividen : Insider
Ownership, Risiko
Suwaldiman dan
Pasar, Market To
Ahmad Aziz
Book Value
(2006)
(Control), Size
(Control), Earning
Variablility
(Control),
Profitability
(Control), Growth
(Control)

Hasil Penelitian
- Cash Position berpengaruh
negatif signifikan terhadap
DPR
- Firm Size berpengaruh
negatif signifikan terhadap
DPR
- Growth Opportunity
berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap DPR
- Ownership berpengaruh
positif signifikan terhadap
DPR
- Return On Assets
berpengaruh positif
signifikan terhadap DPR
- Cash Position berpengaruh
negatif tidak signifikan
terhadap DPR
- Debt to Equity Ratio
berpengaruh positif
signifikan terhadap DPR
- Return On Assets
berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap DPR

- Insider ownership
berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap DPR
- Resiko Pasar (Beta)
berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap DPR
- Market To Book Value
berpengaruh positif
signifikan terhadap DPR
- Size berpengaruh negatif
siginifikan terhadap DPR
- Earning Variability
berpengaruh negatif
signifikan terhadap DPR
- Profitability (control)
berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap DPR
- Growth (control)
berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap DPR

27

Universitas Sumatera Utara

2.3 Kerangka Konseptual
2.3.1 Pengaruh Return On Assets terhadap Dividend Payout Ratio
Return on assets merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan modal
yang diinvestasikan dalam bentuk total aktiva untuk menghasilkan laba dalam
suatu perusahaan. Meningkatnya kinerja sebuah perusahaan dapat disinyalir
akibat dari semakin besarnya return on assets (ROA) yang diperoleh. Hal ini
dapat diartikan bahwasanya dengan semakin besarnya nilai retrun on assets
(ROA) yang dimiliki perusahaan menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik,
sebab tingkat pengembalian investasi juga akan semakin besar. Dalam hal ini,
peningkatan return on assets (ROA) yang terjadi akan berdampak pada
peningkatan pendapatan dividen. Dengan demikian, semakin tingginya ROA
dimana dalam hal ini adalah besarnya rasio profitabillitas (laba) yang dimiliki,
menunjukkan kondisi tingginya tingkat keuntungan pada perusahaan. Keadaan
yang semacam ini berpengaruh pada tingginya kemampuan perusahaan dalam
kebijakan pembayaran dividen kepada para pemegang saham, sehingga dapat
diartikan bahwa dengan meningkatnya return on assets (ROA) juga dapat
meningkatkan pendapatan dividen.
Hanafi (2005: 375) menjelaskan jika perusahaan yang mempunyai aliran
kas atau profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan
dividen. Oleh karena itu dividen akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh
keuntungan. Berdasarkan kajian tersebut menunjukkan bahwa return on assets
(ROA) mempunyai pengaruh yang positif terhadap dividend payout ratio (DPR).

28

Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Pengaruh Cash Position terhadap Dividend Payout Ratio
Cash Position merupakan hal yang perlu dipertimbangkan sebelum
mengambil keputusan menetapkan besarnya dividen. Karena besarnya dividen
yang akan dibayarkan akan sangat dipengaruhi oleh besarnya posisi kas pada
suatu perusahaan. Dalam hal ini, apabila posisi kas perusahaan kuat, maka
perusahaan bisa dengan mudah mengatur keuangannya untuk keperluan
membayar dividen untuk pemegang saham. Disisi lain, keberadaan kas dalam
perusahaan juga berfungsi sebagai pembiayaan dalam keperluan dengan
perusahaan yang lain, seperti investasi yang dilakukan dalam rangka untuk
membesarkan perusahaan saat peluang tersebut diketahui dan memungkinkan
untuk dilakukan. Selain itu, pengaruh dari cash position terhadap kebijakan
pembagian dividen dalam kaitan dengan laba atau keuntungan yang diperoleh
akan berpengaruh pada peningkatan di sektor operasional.
Horne (1998: 478) menyatakan bahwa pembayaran dividen merupakan
arus kas keluar, semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan, semakin besar
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Dengan demikian, posisi kas
perusahaan yang kuat dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam
kebijakan pembagian dividen kepada pemegang saham. Berdasarkan kajian
tersebut, dapat diprediksi bahwa cash position mempunyai pengaruh positif
terhadap dividend payout ratio.

2.3.3 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Payout Ratio
Perusahaan yang sedang berkembang cenderung memiliki modal yang berasal
dari hutang maupun ekuitas. Debt to Equity Ratio merupakan rasio utang terhadap

29

Universitas Sumatera Utara

modal. Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang, dimana
semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi
perusahaan. Apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan utangnya akan
diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar
dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini berarti berarti hanya
sebagian kecil saja yang pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai deviden
(Riyanto 2001: 267). Perusahaan dengan utang yang tinggi biasanya akan
membagikan dividen dalam jumlah yang rendah. Oleh karena itu, semakin besar
proporsi utang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan
semakin besar jumlah kewajiban dan semakin rendah tingkat DER akan semakin
tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajibannya.

2.3.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Dividend Payout Ratio
Firm Size merupakan variabel yang dapat dinyatakan dengan total assets,
dimana dalam hal ini dapat menentukan posisi suatu perusahaan dalam
menjalankan usahanya memperoleh laba. Dengan kata lain, apabila kondisi yang
diperoleh menunjukkan bahwa semakin besarnya total aset yang dimiliki, maka
semakin besar pula ukuran suatu perusahaan tersebut. Keberadaan sebuah
perusahaan yang mapan seperti inilah yang akan mempunyai dampak positif,
karena diuntungkan oleh kemudahan akses yang dimiliki dalam pasar modal
dibandingkan dengan perusahaan lain yang lebih kecil. Suatu perusahaan yang
sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal untuk
meningkatkan dana dengan biaya yang lebih rendah, sementara perusahaan yang
baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki

30

Universitas Sumatera Utara

akses ke pasar modal. Memiliki akses yang mudah di pasar modal
menggambarkan fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang
lebih besar sehingga perusahaan memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih
tinggi dari perusahaan kecil (Kurshev dan Strebulaev 2005: 26).
Kemampuan untuk memperoleh dana atau pinjaman tersebut akan
membantu perusahaan dalam usaha operasionalnya yang ditujukan pada
peningkatan laba sebagai langkah untuk memperbesar perusahaan, sehingga dapat
dikatakan bahwa dengan semakin besarnya ukuran suatu perusahaan, maka akan
semakin tinggi pula kemungkinan perusahaan untuk membayar dividen kepada
pemegang saham. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa firm size mempunyai
pengaruh positif terhadap dividend payout ratio.

2.3.5 Pengaruh Risiko Pasar terhadap Dividend Payout Ratio
Risiko yang dihadapi perusahaan terdiri dari dua komponen, yakni risiko
yang dapat didiversifikasi dan risiko yang tidak dapat didiversifikasi atau tidak
dapat dieliminasi. Risiko yang tidak dapat dieliminasi disebut dengan risiko pasar
(systematic risk). Risiko pasar (market risk) di lain pihak berasal dari faktor-faktor
yang secara sistematis mempengaruhi sebagian besar perusahaan seperti inflasi,
resesi, dan tingkat suku bunga yang tinggi. Karena kebanyakan saham akan
dipengaruhi secara negatif oleh faktor-faktor ini, maka risiko pasar tidak dapat
dieliminasi oleh diversifikasi. (Brigham dan Houston 2006: 238).
Risiko pasar diukur menggunakan beta (β) yang menggambarkan semakin
tinggi nilai beta maka semakin tinggi resiko yang dihadapi oleh perusahaan. Jika
kondisi suatu negara mengalami inflasi, resesi, atau tingkat suku bunga yang

31

Universitas Sumatera Utara

tinggi maka investor akan menarik kembali sahamnya karena takut dengan resiko
tinggi yang dihadapi. Hal ini menjadi sebuah hal yang cukup sensitif bagi sebuah
perusahaan di dalam dunia bisnis sebab kondisi tersebut mengakibatkan
perusahaan kesulitan dalam mendapatkan dana tambahan dari luar untuk
membiayai investasi mereka dimasa depan. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan
dividen yang dibuat oleh manajemen juga dipengaruhi oleh risiko pasar (market
risk).

Return On Assets

Cash Position

Debt to Equity Ratio

Dividend Payout Ratio

Ukuran Perusahaan

Risiko Pasar
(
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

32

Universitas Sumatera Utara

2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual maka hipotesis penelitian ini adalah
Return On Asset, Cash Position, Debt to Equity Ratio, Ukuran Perusahaan, dan
Risiko Pasar berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

33

Universitas Sumatera Utara