Inventarisasi Batubara di Daerah Marginal di Daerah Lahai - Kabupaten Barito Utara, Propinsi Kalimantan Tengah.
INVENTARISASI BATUBARA DI DAERAH MARGINAL
DI DAERAH LAHAI - KABUPATEN BARITO UTARA
PROPINSI KALIMANTAN TENGAH
Oleh :
Sukardi
SUBDIT BATUBARA
ABSTRACT
Coal inventory was carried out in Lahai area of Central and East Tewe and Lahai Subdistricts of
North Barito Districe, Central Kalimantan Province. Geographically the area is of 00o 40’ – 01o 00’
South Latitude and 115o 00’ – 115o 15’ East Longitude.
Geologically the area is of Low-med undulating morphologic unit with maximum elevation of 150 m
above sea level. Main tributary found in the survey area is Teweh and Lahai rivers where both of
them having down stream at Barito river.
Not all of rock units were outcropped in Barito Basin, only Tanjung Formation (about 30% of the
area), Montalat Formation (about 20% of the area), with limestone lensisi intercalation of Berai
Formation, Karamuan Formation (of 20% of the area), Warukin Formation (30% of the area).
Dahar Formation was not sedimented in the surveyed area.
Geological structure is of anticline and sincline faults that generally strike dip to southwest-northeast.
Beside this fault, it’s also found thrust-fold with steepy coal dip.
Coal occurrences on the southern part of the surveyed area found on the upper part of Tanjung
Formation. Coal discovered generally well outcropped, bright, rather rigid, with dip of 10o – 35o and
one of them was of found with the dipping of 68o and thickness of 0.30 – 4.05 m. Based on this
discovery, coal occurred at the surveyed area formed sinclin.
Coal of Warukin Formation occurred in the mid part of the sheet, generally well outcropped with the
dip of 7o – 85o. On the northwest part, coal found less banded bright compared to those of eastern
part with the dip of 7o – 12o and thickness of 0.30 - > 2.00 m. Coal occurred on this Formation
interpreted to form asimetric sincline where the south-east side is steeper.
Sulphur content of Warukin Formation is of average 1% less with about 0.17% to 1.04%, while on
Tanjung Formation relatively higher with about 0.88% to 2.54%. Ash content is relatively small and
less than 8%. Moisture of Warukin Formation smaller than 15%, while on Tanjung Formation is of
14.45% to 20.19%. Volatile matter is of average smaller than 45%. Fixed carbon content about
32.17% to 49.37% and the Caloric value is of 4,369 cal/gr to 7,313 cal/gr. Vitrinite Reflectant Value
is of 0.23 to 0.30 (% Rvmax). Based on the coal chemistry analysis of Lahai area and its vicinity by
ASTM categorized into Bituminous-sub group while based on International System classification may
be grouped into Brown Coal.
Coal hypotetic resources estimation of Lahai area and its vicinity based on surface inventory is
approximately 32.72 million tons.
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
27-1
SARI
Inventarisasi Batubara Di Daerah Marginal, Di Daerah Lahai termasuk dalam wilayah
administratif Kecamatan Tewe Tengah, Tewe Timur dan Lahai, Kabupaten Barito Utara, Provinsi
Kalimantan Tengah. Secara geografis daerah inventarisasi menempati koordinat geografis 000 40’ –
010 00’ LS dan 1150 00’ – 1150 15’ BT
Secara umum keadaan morfologi di daerah inventarisasi berupa perbukitan bergelombang
dengan ketinggian maksimal 150 meter di atas permukaan laut. Sungai utama yang terdapat di
daerah inventarisasi adalah Sungai Teweh dan Sungai Lahai dimana kedua sungai tersebut
bermuara ke Sungai Barito
Tidak semua satuan batuan dalam Cekungan Barito tersingkap di dearah inventarisasi. Yang
ada hanyalah Formasi Tanjung (+ 30% luas), Formasi Montalat (+ 20% luas), dengan sisipan lensa
gamping Formasi Berai, Formasi Karamuan (+ 20% luas). Formasi Warukin (+ 30% luas). Formasi
Dahor tidak terendapkan di daerah inventarisasi
Struktur geologi yang terdapat di daerah inventarisasi adalah struktur lipatan antiklin dan
sinklin yang umumnya berarah baratdaya-timurlaut. Selain struktur lipatan, juga terdapat struktur
sesar naik dengan mempertimbangkan kemiringan lapisan batubara yang agak terjal
Batubara yang ditemukan di bagian selatan daerah inventarisasi terdapat pada bagian atas
dari Formasi Tanjung. Batubara dijumpai umumnya tersingkap baik, mengkilap, agak getas,
kemiringan antara 10o – 35o dan salah satu ditemukan singkapan dengan kemiringan 68o dengan
tebal antara 0.30 – 4.05 meter. Berdasarkan jurus dan kemiringan lapisan batubara yang dijumpai,
lapisan batubara di daerah inventarisasi membentuk sinklin
Batubara yang ditemukan pada Formasi Warukin terdapat di bagian tengah lembar,
umumnya tersingkap baik dengan kemiringan berkisar antara 7o – 85o. Pada bagian baratlaut
batubara dijumpai umumnya kurang mengkilap dibandingkan dengan singkapan batubara di bagian
timur dengan kemiringan 7o – 12o dan tebal berkisar antara 0.30 - > 2.00 meter. Batubara pada
formasi ini ditafsirkan membentuk sinklin asimeteris dimana sisi tenggara lebih terjal dibandingkan
sisi barat laut
Nilai kandungan sulphur total pada Formasi Warukin rata-rata lebih kecil 1% dengan
kisaran antara 0,17% sampai 1,04%, sedangkan pada Formasi Tanjung relatif lebih besar dengan
kisaran antara 0,88% sampai 2,54%. Kandungan abu (Ash) umumnya relatif kecil yaitu kurang dari
8%. Kandungan air tertambat (Moisture) pada Formasi Warukin lebih kecil dari 15%, sedangkan
pada Formasi Tanjung berkisar dari 14,43% sampai 20,19%.Kandungan zat terbang (Volatile
Matter) rata-rata lebih kecil dari 45%. Kandungan karbon (Fixed Carbon) berkisar antara 32,17%
sampai 49,37%. Sedangkan nilai panas (Calorrific Value) berkisar antara 4.369 cal/gr sampai 7.313
cal/gr. Nilai Reflektan Vitrinit rata-rata berkisar antara 0,23 sampai 0,30 (%Rvmax).
Berdasarkan hasil analisa kimia batubara daerah Lahai dan sekitarnya menurut klasifikasi (ASTM)
masuk dalam Grup Sub-Bituminous sedangkan berdasarkan klasifikasi International System dapat
digolongkan menjadi Brown Coal
Perhitungan sumberdaya hipotetik batubara daerah Lahai dan sekitarnya berdasarkan hasil
inventarisasi dipermukaan berjumlah 32,725 juta ton
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
27-2
PENDAHULUAN
Batubara adalah bagian dari sumber
energi nasional yang potensial untuk
memenuhi energi saat ini dan masa depan.
Sebagai komplemen BBM sebagian besar
batubara di dalam negeri digunakan sebagai
bahan bakar untuk pembangkit tenaga listrik,
sedangkan untuk industri umumnya dipakai
untuk pabrik semen dan sebagian kecil bahan
bakar boiler pada pabrik tekstil.
Untuk menunjang kegiatan tersebut, sumber
daya dan cadangan baru dari batu bara perlu
terus diusahakan baik inventarisasi pada
daerah yang potensial maupun pada daerah
marginal di seluruh wilayah Indonesia.
Pemerintah melalui Direktorat Inventarisasi
Sumber Daya Mineral, Direktorat Jenderal
Geologi dan Sumber Daya Mineral,
Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral, mengadakan program inventarisasi
batubara di daerah marginal.
Dalam proseding ini dilaporkan hasil
pekerjaan Kegiatan Inventarisasi Batubara di
Daerah Marginal Daerah Lahai, Kabupaten
Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah
dengan dibiayai oleh kegiatan DIK-S 2004.
Daerah penyelidikan termasuk dalam
wilayah administratif Kecamatan Tewe
Tengah, Tewe Timur dan Lahai, Kabupaten
Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah
(Gambar.1).
Secara
geografis
daerah
penyelidikan menempati koordinat geografis
000 40’ – 010 00’ LS dan 1150 00’ – 1150 15’
BT.
Kota Muara Teweh dapat dicapai dari
dua arah yaitu dari Palangkaraya (Ibu Kota
Provinsi Kalimantan Tengah) dan dari
Banjarmasin (Ibu Kota Provinsi Kalimantan
Selatan). Dari Palangkaraya transportasi yang
digunakan hanyalah angkutan udara dan
ditempuh dalam waktu lebih kurang lebih
kurang
30
menit.
Sedangkan
dari
Banjarmasin, Muara Teweh dapat dicapai
dengan menggunakan angkutan udara dengan
waktu tempuh lebih kurang 1 jam 15 menit
dan angkutan darat dengan waktu tempuh 8 –
11 jam, melewati kota-kota Martapura –
Kandangan – Amuntai – Ampah – Muara
Teweh. Selain itu, dapat juga dicapai dengan
angkutan air dengan waktu tempuh + 36 jam
degan menggunakan kapal motor dan + 12
jam perjalanan dengan menggunakan speed
boat, menyusuri Sungai Barito.
Untuk mencapai lokasi penyelidikan dari kota
Muara Teweh sarana hubugan yang telah
tersedia yaitu berupa angkutan air (klotok)
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
dengan waktu tempuh 6 – 10 jam perjalanan.
Prasarana jalan di daerah inventarisasi masih
berupa jalan tanah yang sulit dilewati pada
waktu musim hujan. Jalan yang sudah ada
adalah dari Desa Teluk Mayang ke Desa
Liang Buah yang sebagian sudah diaspal dan
dari Desa Rahaden ke Desa Pari yang
merupakan jalan perusahaan kayu
Demografi, Iklim dan Tata Guna Lahan
Daerah-daerah yang dihuni penduduk
di lokasi inventarisasi umumnya berada di
sekitar sungai-sungai utama seperti Sungai
Teweh dan Sungai Lahai yang bermuara ke
Sungai Barito yang mengalir sepanjang tahun.
Mata pencaharian utama penduduk di daerah
inventarisasi adalah bertani dengan sistem
ladang berpindah-pindah. Mata pencaharain
penduduk lainnya adalah mencari hasil hutan (
seperti rotan, gaharu, berburu); sebagian kecil
pegawai negeri sipil, industri kecil (sirap) dan
sebagai pekerja dalam perusahaan kayu.
Sebagian besar penduduk beragama Islam dan
lainnya beragama Kristen Protestan, Khatolik,
Hindu Kaharingan dan Budha; dengan sarana
peribadatan berupa Mesjid dan Gereja.
Penduduk di daerah inventarisasi terdiri dari
penduduk asli (Suku Dayak Bakumpai, Dayak
Taboyan dan Dayak Bayan) dan pendatang
sebagian terdiri dari Suku Banjar, Madura,
Sumatera, Jawa, Sunda, Nusa Tenggara dan
Cina.
Tingkat pendidikan umumnya sampai tahap
sekolah dasar (SD). Sekolah Dasar tersebut
hampir terdapat di setiap desa, Sekolah
Menengah Pertama dan Sekolah Menengah
Umum, umumnya terdapat di Ibu Kota
Kecamatan. Sarana lainnya seperti sarana
kesehatan Puskesmas, BKIA tersedia disetiap
kecamatan sedangkan Rumah Sakit Umum
terdapat di Kecamatan Teweh Tengah.
Iklim di daearah penyelidikan tergolong dalam
iklim tropis basah. Pola curah hujan bulanan
dapat dibagi menjadi dua siklus yaitu periode
Februari sampai Agutus dengan curah hujan
sedang berkisar dari 50 mm sampai 275 mm;
dan siklus periode September sampai Januari
dengan curah hujan agak tinggi sampai tinggi
berkisar dari 220 mm sampai 430 mm.
Jenis vegetasi yang terdapat di daerah
inventarisasi terdiri dari tumbuhan hutan
seperti meranti, ulin serta tanaman rakyat
seperti padi, karet, rambutan, durian, kelapa
sawit dan lain-lain. Hewan-hewan yag
27-3
terdapat di daerah penyelidikan antara lain
babi hutan, rusa, ular, ayam utan, biawak dan
bermacam-macam burung.
KEADAAN GEOLOGI
Secara geologi daerah inventarisasi
terletak di pinggir utara Cekungan Barito yang
merupakan salah satu Cekungan Tersier di
Kalimantan Tengah. Menurut Indra Kusuma
dan Thomas Darin (1989), cekungan ini di sisi
timur dipisahkan dari Cekungan Asem-Asem /
Cekungan Pasir oleh Tinggian Meratus dan
pada sisi utara dipisahkan dari Cekungan
Kutai oleh Sesar Adang.
Secara umum keadaan morfologi di
daerah inventarisasi berupa perbukitan
bergelombang dengan ketinggian maksimal
150 meter di atas permukaan laut. Sungai
utama yang terdapat di daerah inventarisasi
adalah Sungai Teweh, mengalir relatif timurbarat. Sungai Lahai, mengalir relatif timurlautbaratdaya kedua sungai tersebut bermuara ke
Sungai Barito.
Stratigrafi
Tidak semua satuan batuan dalam
Cekungan Barito tersingkap di dearah
inventarisasi. Yang ada hanyalah Formasi
Tanjung (+ 30% luas), Formasi Montalat (+
20% luas), dengan sisipan lensa gamping
Formasi Berai, Formasi Karamuan (+ 20%
30% luas).
luas). Formasi Warukin (+
Formasi Dahor tidak terendapkan di daerah
inventarisasi.
Formasi Tanjung
Pada bagian bawah dari formasi ini
merupakan perselingan antara batupasir
gampingan,
batupasir,
batulempung,
batulanau, berisipan batugamping.
Bagian atasnya merupakan perselingan antara
batupasir kuarsa yang mengandung muskovit:
batulanau kelabu, menyerpih, tebal rata-rata
75 cm; batupasir hitam, kompak, tebal ratarata 75 cm dan bersisipan batugamping sangat
kompak, berwarna coklat muda agak
kekuningan,
tebal
rata-rata
10
cm,
mengandung foraminifera besar; setempat
ditemukan sisipan batubara dengan tebal
mencapai 4 meter. Umur formasi ini adalah
Eosen dan diendapkan dalam sistem
pengendapan delta.
Formasi Berai
Di daerah inventarisasi, batuan formasi ini
hanya tersingkap sebagai lensa-lensa yang
mudah teramati di Sungai Teweh.
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
Formasi ini terdiri dari batugamping berwarna
kuning – putih, agak kecoklatan; umumnya
berlapis baik, berbutir halus sangat kompak;
mengandung foraminifera besar, foraminifera
kecil bentos dan ganggang; bersisipan
batulempung, napal dan sedikit batubara;
sebagian tersilikatkan dan mengandung
butiran limonit. Formasi ini berumur Oligosen
Tengah – Oligosen akhir dan diendapkan pada
lingkungan laut dangkal.
Formasi Montalat
Formasi ini terdiri dari batupasir kuarsa agak
keras, berbutir halus sampai sedang, berwarna
kuning dan kelabu muda; mempunyai struktur
silang siur, mengandung sisipan batulempung
kelabu dan batubara; tebalnya 3 – 4 meter.
Umur dari formasi ini adalah Oligosen dan
diendapkan pada lingkungan laut dangkal
sampai rawa-rawa pantai.
Formasi Karamuan
Formasi ini terdiri dari batulumpur abu-abu,
sebagian gampingan dan berfosil; batupasir
kuarsa berlapis baik; batulanau abu-abu;
batulanau
tufaan
abu-abu
kehijauan;
bersisipan batugamping berfosil, batulanau
serpihan dan batulanau karbonan. Umur
Formasi Karamuan adalah Oligosen Atas –
Miosen Bawah dan diendapkan pada
lingkungan laut dangkal.
Formasi Karamuan mempunyai hubungan
menjemari dengan Formasi Montalat.
Formasi Warukin
Formasi ini terdiri dari batupasir kuarsa
berbutir sedang sampai kasar, dapat diremas –
agak keras, berwarna kekuningan, setempat
konglomeratan, mengandung sisipan batu
lempung, batubara dan batulanau; berlapis
baik dengan struktur silang siur dan bersusun,
umumnya agak kurang kompak. Tebal formasi
ini diperkirakan 300-500 meter. Umur dari
Formasi Warukin tidak dapat ditentukan
secara pasti, tetapi diduga formasi ini berumur
Miosen Tengah sampai Miosen Atas,
berdasarkan kemiripannya dengan Formasi
Balikpapan di Cekungan Kutai yang berumur
sama (Pertamina, 1980). Formasi Warukin
diendapkan dalam sistem pengendapan delta.
Struktur Geologi
Struktur geologi yang terdapat di
daerah inventarisasi adalah struktur lipatan
antiklin dan sinklin yang umumnya berarah
baratdaya-timurlaut, seperti terlihat disekitar
Sungai Lahai bagian tengah dan hulu, serta di
Sungai Teweh bagian tengah.
27-4
Selain struktur lipatan, juga terdapat struktur
sesar naik dengan mempertimbangkan
kemiringan lapisan batubara yang agak terjal
di Desa Rahaden (Km. 15 – jalan Barito
Pacific), meskipun lokasinya belum diketahui
secara pasti. Lipatan di utara Desa Liang Buah
mungkin sekali diakibatkan adanya sesar
tersebut. Sedangkan di sebelah utara daerah
inventarisasi juga terdapat sesar naik yang
berarah baratdaya-timurlaut sampai Desa
Karendan diluar daerah inventarisasi.
HASIL PENYELIDIKAN
Geologi Endapan Batubara
Dalam pelaksanaan inventarisasi
batubara daerah Lahai dan sekitarnya telah
dijumpai 33 ( tiga puluh tiga ) singkapan
batubara (Gambar.2). Bila lokasi singkapan
tersebut diplotkan pada peta geologi yang
dibuat oleh S. Supriatna dan Adjat Sudrajat
(1992), maka singkapan bagian selatan
umumnya masuk dalam Formasi Tanjung, dan
singkapan bagian utara masuk ke dalam
Formasi Warukin.
Batubara yang diendapkan pada kedua formasi
tersebut umumnya terbentuk pada lingkungan
delta.
Batubara Formasi Tanjung
Batubara yang ditemukan di bagian selatan
daerah inventarisasi terdapat pada bagian atas
dari Formasi Tanjung. Batubara dijumpai
umumnya tersingkap baik, mengkilap, agak
getas, kemiringan antara 10o – 35o dan salah
satu ditemukan singkapan dengan kemiringan
68o dan tebal antara 0.30 – 4.05 meter.
Berdasarkan jurus dan kemiringan lapisan
batubara yang dijumpai, lapisan batubara di
daerah inventarisasi membentuk sinklin.
Batubara Formasi Warukin
Batubara yang ditemukan pada Formasi
Warukin terdapat di bagian tengah lembar,
umumnya tersingkap baik dengan kemiringan
berkisar antara 7o – 85o. Pada bagian baratlaut
batubara
dijumpai
umumnya
kurang
mengkilap dibandingkan dengan singkapan
batubara di bagian timur dengan kemiringan
7o – 12o dan tebal berkisar antara 0.30 - >
2.00 meter. Batubara pada formasi ini
ditafsirkan membentuk sinklin asimeteris
dimana sisi tenggara lebih terjal dibandingkan
sisi sebelah barat
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
Kualitas Batubara
Megaskopis
Secara megaskopis seperti telah
sedikit diuraikan diatas batubara yang
dijumpai pada Formasi Tanjung berwarna
hitam mengkilap, getas, pecahan menyudut,
umumnya batubara bersih tidak terlihat
pengotor, sedangkan batubara yang dijumpai
pada Formasi Warukin pada bagian baratlaut
batubara yang ditemukan pada umumnya
berwarna
hitam
kurang
mengkilap,
dibandingkan dengan batubara dibagian timur;
getas, pecahan menyudut, batubara relatif
bersih tidak terlihat pengotor
Hasil Analisa Laboratorium
Hasil analisis kimia dari pengujian
kualitas batubara disajikan dalam Gambar 3.
Nilai kandungan sulphur total pada Formasi
Warukin rata-rata lebih kecil 1% dengan
kisaran antara 0,17% sampai 1,04%,
sedangkan pada Formasi Tanjung relatif lebih
besar dengankisaran antara 0,88% sampai
2,54%. Kandungan abu (Ash) umumnya
relatif kecil yaitu kurang dari 8%. Kandungan
air tertambat (M %) pada Formasi Warukin
lebih kecil dari 15%, sedangkan pada Formasi
Tanjung berkisar dari 14,43% sampai
20,19%.Kandungan zat terbang (Volatile
Matter) rata-rata lebih kecil dari 45%.
Kandungan karbon (Fixed Carbon) berkisar
antara 32,17% sampai 49,37%. Sedangkan
nilai panas (Calorrific Value) berkisar antara
4.369 cal/gr sampai 7.313 cal/gr. Nilai
Reflektan Vitrinit rata-rata berkisar antara
0,23 sampai 0,30 (%Rvmax).
Berdasarkan hasil analisa kimia batubara
daerah Lahai dan sekitarnya menurut
klasifikasi (ASTM) masuk dalam Grup SubBituminous sedangkan berdasarkan klasifikasi
International System dapat digolongkan
menjadi Brown Coal
KESIMPULAN
1.
Daerah penyelidikan termasuk dalam
wilayah administratif Kecamatan
Tewe Tengah, Tewe Timur dan
Lahai, Kabupaten Barito Utara,
Provinsi Kalimantan Tengah. Secara
geografis
daerah
penyelidikan
menempati koordinat geografis 000
40’ – 010 00’ LS dan 1150 00’ – 1150
15’ BT.
2.
Secara umum keadaan morfologi di
27-5
daerah
inventarisasi
berupa
perbukitan bergelombang dengan
ketinggian maksimal 150 meter di
atas permukaan laut. Sungai utama
yang terdapat di daerah inventarisasi
adalah Sungai Teweh dan Sungai
Lahai dimana kedua sungai tersebut
bermuara ke Sungai Barito.
3.
Tidak semua satuan batuan dalam
Cekungan Barito tersingkap di dearah
inventarisasi. Yang ada hanyalah
Formasi Tanjung (+ 30% luas),
Formasi Montalat (+ 20% luas),
dengan sisipan lensa gamping
Formasi Berai, Formasi Karamuan (+
20% luas). Formasi Warukin (+ 30%
luas).
Formasi
Dahor
tidak
terendapkan di daerah inventarisasi.
4.
Struktur geologi yang terdapat di
daerah inventarisasi adalah struktur
lipatan antiklin dan sinklin yang
umumnya
berarah
baratdayatimurlaut, seperti terlihat disekitar
Sungai Lahai bagian tengah dan hulu,
serta di Sungai Teweh bagian tengah.
Selain struktur lipatan, juga terdapat
struktur
sesar
naik
dengan
mempertimbangkan
kemiringan
lapisan batubara yang agak terjal.
5.
6.
Batubara yang ditemukan di bagian
selatan daerah inventarisasi terdapat
pada bagian atas dari Formasi
Tanjung.
Batubara
dijumpai
umumnya
tersingkap
baik,
mengkilap, agak getas, kemiringan
antara 10o – 35o dan salah satu
ditemukan
singkapan
dengan
kemiringan 68o dan tebal antara 0.30
– 4.05 meter. Berdasarkan jurus dan
kemiringan lapisan batubara yang
dijumpai, lapisan batubara di daerah
inventarisasi membentuk sinklin.
Batubara yang ditemukan pada
Formasi Warukin terdapat di bagian
tengah lembar, umumnya tersingkap
baik, dengan kemiringan berkisar
antara 7o – 85o. Pada bagian baratlaut
batubara dijumpai umumnya kurang
mengkilap dibandingkan dengan
singkapan batubara di bagian timur
dengan kemiringan 7o – 12o dan
tebal berkisar antara 0.30 - > 2.00
meter. Batubara pada formasi ini
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
ditafsirkan
membentuk
sinklin
asimeteris dimana sisi tenggara
7.
Nilai kandungan sulphur total pada
Formasi Warukin rata-rata lebih kecil
1% dengan kisaran antara 0,17%
sampai 1,04%, sedangkan pada
Formasi Tanjung relatif lebih besar
dengan kisaran antara 0,88% sampai
2,54%. Kandungan abu (Ash)
umumnya relatif kecil yaitu kurang
dari 8%. Kandungan air tertambat (M
%) pada Formasi Warukin lebih kecil
dari 15%, sedangkan pada Formasi
Tanjung berkisar dari 14,43% sampai
20,19%.Kandungan
zat
terbang
(Volatile Matter) rata-rata lebih kecil
dari 45%. Kandungan karbon (Fixed
Carbon) berkisar antara 32,17%
sampai 49,37%. Sedangkan nilai
panas (Calorrific Value) berkisar
antara 4.369 cal/gr sampai 7.313
cal/gr. Nilai Reflektan Vitrinit ratarata berkisar antara 0,23 sampai 0,30
(%Rvmax).
8.
Berdasarkan hasil analisa kimia
batubara daerah Lahai dan sekitarnya
menurut klasifikasi (ASTM) masuk
dalam
Grup
Sub-Bituminous
sedangkan berdasarkan klasifikasi
International
System
dapat
digolongkan menjadi Brown Coal
9.
Perhitungan sumberdaya hipotetik
batubara daerah Lahai dan sekitarnya
berdasarkan
hasil
inventarisasi
dipermukaan berjumlah 32,725 juta
ton
10. Melihat hasil analisa kimia dan
sumberdaya hipotetik daerah ini perlu
diselidiki lebih lanjut. Tetapi kendala
yang ada belum ada infrastrukturnya
yang lengkap, baik jalan maupun
sarana lainnya dan terletak cukup
jauh, sehingga memerlukan biaya
transportasi yang tinggi.
27-6
Tewe, Kaliamantan, Pusat Penelitian
Dan Pengembangan Geologi, Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
Indra Kusuma dan Thomas Darin, 1989, The
Hidrocarbon Potential of The Lower
Tanjung Formation, Barito Basin, S. E.
Kalimantan, IPA, Jakarta, vol.1, hal 107138
Wahyudi, H., 1982, Laporan Penyelidikan
Pendahuluan Endapan Batubara di
Daerah Muarateweh dan Buntok,
Kalimantan Tengah, Direktorat Sumber
Daya Mineral, Bandung
Supriatna, S. dan Adjat Sudradjat, 1992, Peta
Geologi Permulaan Lembar Muara
Tabel 1. Stratigrafi daerah Lahai dan sekitarnya
UMUR
FORMASI
Aluvium
KUARTER
Pasir, kerikil dan kerakal
Batulempung karbonan, batubara.
Batupasir kuarsa abu-abu terang
Warukin
MIOSEN
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
Tanjung
Karamuan
EOSEN
Montalat
Berai
OLIGOSEN
KETERANGAN LITOLOGI
Batugamping putih sampai kelabu,
batupasir gampingan, batulanau
dengan sisipan batugamping
Batupasir kuarsa, batulempung
dengan sisipan batubara, batulanau
dan konglomerat
27-7
Lokasi Inventarisasi Marginal (Daerah Lahai)
Gambar 1. Lokasi Daerah Inventarisasi Marginal Daerah lahai
Kabupaten Barito Utara – Provinsi Kalimantan Tengah
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
27-8
111°
285.000
290.000
295.000
300.000
112°
113°
114°
PURUKCAU
Tumbangmiri
MUARATEWEH
115°15'
1°
KUALAKURUN
Jangkit
Tambangsenamang
Tambangmunjul
Ketapang
Muarakayang
S .Sampit
Kandangan
Kuling
Kasongan
ung
S. Pemba
Kualakuayan
Ampah
BUNTOK
Bingkuang
2°
TAMIANGLAYANG
ting
an
PALANGKARAYA
Mantangai
Sa
SAMPIT
Pangkalanpembuang
S.
Tmw
Tmw
LB-5
Timpah
rito
9.925.000
S .Ba
Marampan
9.925.000
S. Kahayan
115°00'
115°
305.000
00°40'
S . Kapu
as
280.000
00°40'
PANGKALANBUN
Sukamara
S. Sebangau
Kumai
10°
Telagapulang
LB-6
LB-3
LB-4
8°
Kualakapuas
3°
TL. SAMPIT
7°
70°
BANJARMASIN
BAHAU
KUALAPEMBAUNG
TEL. SEBANGAU
Lokasi daerah penyelidikan
Rahoden
L A U T
J A W A
PETA INDEK
9.920.000
9.920.000
LB-2
LB-8
10°
i
Gusi
12°
a
h
a
L
U
.
S
LB-7
10°
LB-1
15°
LB-11
65°
Muarainu
9.915.000
45°
61°
56°
9.915.000
60°
82°
65°
LB-16
LB-12
LB-15
LB-13 LB-14
LB-10
SKALA 1 : 50.000
42°
LB-9
Tmw
0
1
2
3
4
5 Km
KETERANGAN
9.910.000
Tmw
Formasi Warukin
Tomb
Formasi Berai
Tomm
Formasi Montalat
9.910.000
86°
Tomk
Formasi Karamuan
Tet
Formasi Tanjung
Tomk
LB-33
00°50'
00°50'
Batas Formasi
Sumbu Antiklin
Sumbu Sinklin
9.905.000
9.905.000
15°
LB-12
Arah & jurus kemiringan batubara
Sungai
Kontur ketinggian
Tet
Tomm
Jalan
Tomk
9.900.000
9.900.000
LB-34
24°
15°
LB-26
LB-25
LB-24
LB-23
LB-19
34°
25°
LB-20
10°
25°
LB-24
28°
LB-27
10°
LB-28
25°
17°
34°
LB-21
LB-29
17°
27°
LB-31
LB-18
Tet
LB-30
12°
9.895.000
14°
LB-17
9.895.000
64°
LB-32
10°
Liangbuah
Sabuh
Tomb
Gandring
Panean
e
w
e
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
DIREKTORAT JENDERAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
DIREKTORAT INVENTARISASI SUMBER DAYA MINERAL
T
.
S
Sikui
DAFTAR ISIAN KEGIATAN SUPLEMEN (DIK-S) TA. 2004
Kalaher
01°00'
115°15'
115°00'
9.890.000
Tet
Mualateken
PETA GEOLOGI
9.890.000
DI DAERAH MARGINAL DAERAH LAHAI DAN SEKITARNYA,
KABUPATEN BARITO UTARA, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
01°00'
280.000
285.000
290.000
295.000
300.000
305.000
Disusun
: Ir. Sukardi
Digambar : Andreas
Diperiksa : Ir. Sukardi
Tahun
Disetujui : Dr.Ir. Agus Pujobroto, MSc
No. Peta :
: 2004
1
Gambar 2. Sebaran Singkapan Batubara Daerah Lahai dan sekitarnya
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
27-9
Sulphur. Tot %
Ash %
Formasi Warukin
Formasi
Tanjung
Formasi Tanjung
Formasi Warukin
LBB33
LBB29
LBB23
LBB13
LBB33
LBB29
LBB23
LBB13
LBB33
LBB29
LBB23
LBB13
LBB11
LBB8
LBB33
LBB29
LBB23
LBB13
LBB8
LBB11
LBB6
LBB5
0
LBB6
10
LBB5
20
LBB4
30
LBB3
Cal/gr
40
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
LBB1
50
LBB4
Formasi Tanjung
Calorrific Value cal/gr
60
LBB3
LBB8
Formasi Warukin
Fixed Carbon %
LBB1
LBB11
LBB1
LBB33
LBB29
LBB23
LBB13
LBB8
LBB11
LBB6
LBB5
LBB4
LBB3
LBB1
0
LBB6
5
LBB5
10
LBB4
15
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
LBB3
Persen
20
Persen
Formasi Tanjung
Volatile Matter %
25
Persen
LBB8
Formasi Warukin
Moisture %
Formasi Warukin
LBB6
LBB1
LBB33
Formasi
Tanjung
LBB11
Formasi Warukin
LBB29
LBB23
LBB13
LBB11
LBB8
LBB6
LBB5
LBB4
LBB3
LBB1
0
LBB5
1
0,5
LBB4
Persen
Persen
2
1,5
8
7
6
5
4
3
2
1
0
LBB3
3
2,5
Formasi
Tanjung
Gambar 3. Histogram analisa kimia batubara daerah Lahai dan sekitarnya
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
27-10
DI DAERAH LAHAI - KABUPATEN BARITO UTARA
PROPINSI KALIMANTAN TENGAH
Oleh :
Sukardi
SUBDIT BATUBARA
ABSTRACT
Coal inventory was carried out in Lahai area of Central and East Tewe and Lahai Subdistricts of
North Barito Districe, Central Kalimantan Province. Geographically the area is of 00o 40’ – 01o 00’
South Latitude and 115o 00’ – 115o 15’ East Longitude.
Geologically the area is of Low-med undulating morphologic unit with maximum elevation of 150 m
above sea level. Main tributary found in the survey area is Teweh and Lahai rivers where both of
them having down stream at Barito river.
Not all of rock units were outcropped in Barito Basin, only Tanjung Formation (about 30% of the
area), Montalat Formation (about 20% of the area), with limestone lensisi intercalation of Berai
Formation, Karamuan Formation (of 20% of the area), Warukin Formation (30% of the area).
Dahar Formation was not sedimented in the surveyed area.
Geological structure is of anticline and sincline faults that generally strike dip to southwest-northeast.
Beside this fault, it’s also found thrust-fold with steepy coal dip.
Coal occurrences on the southern part of the surveyed area found on the upper part of Tanjung
Formation. Coal discovered generally well outcropped, bright, rather rigid, with dip of 10o – 35o and
one of them was of found with the dipping of 68o and thickness of 0.30 – 4.05 m. Based on this
discovery, coal occurred at the surveyed area formed sinclin.
Coal of Warukin Formation occurred in the mid part of the sheet, generally well outcropped with the
dip of 7o – 85o. On the northwest part, coal found less banded bright compared to those of eastern
part with the dip of 7o – 12o and thickness of 0.30 - > 2.00 m. Coal occurred on this Formation
interpreted to form asimetric sincline where the south-east side is steeper.
Sulphur content of Warukin Formation is of average 1% less with about 0.17% to 1.04%, while on
Tanjung Formation relatively higher with about 0.88% to 2.54%. Ash content is relatively small and
less than 8%. Moisture of Warukin Formation smaller than 15%, while on Tanjung Formation is of
14.45% to 20.19%. Volatile matter is of average smaller than 45%. Fixed carbon content about
32.17% to 49.37% and the Caloric value is of 4,369 cal/gr to 7,313 cal/gr. Vitrinite Reflectant Value
is of 0.23 to 0.30 (% Rvmax). Based on the coal chemistry analysis of Lahai area and its vicinity by
ASTM categorized into Bituminous-sub group while based on International System classification may
be grouped into Brown Coal.
Coal hypotetic resources estimation of Lahai area and its vicinity based on surface inventory is
approximately 32.72 million tons.
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
27-1
SARI
Inventarisasi Batubara Di Daerah Marginal, Di Daerah Lahai termasuk dalam wilayah
administratif Kecamatan Tewe Tengah, Tewe Timur dan Lahai, Kabupaten Barito Utara, Provinsi
Kalimantan Tengah. Secara geografis daerah inventarisasi menempati koordinat geografis 000 40’ –
010 00’ LS dan 1150 00’ – 1150 15’ BT
Secara umum keadaan morfologi di daerah inventarisasi berupa perbukitan bergelombang
dengan ketinggian maksimal 150 meter di atas permukaan laut. Sungai utama yang terdapat di
daerah inventarisasi adalah Sungai Teweh dan Sungai Lahai dimana kedua sungai tersebut
bermuara ke Sungai Barito
Tidak semua satuan batuan dalam Cekungan Barito tersingkap di dearah inventarisasi. Yang
ada hanyalah Formasi Tanjung (+ 30% luas), Formasi Montalat (+ 20% luas), dengan sisipan lensa
gamping Formasi Berai, Formasi Karamuan (+ 20% luas). Formasi Warukin (+ 30% luas). Formasi
Dahor tidak terendapkan di daerah inventarisasi
Struktur geologi yang terdapat di daerah inventarisasi adalah struktur lipatan antiklin dan
sinklin yang umumnya berarah baratdaya-timurlaut. Selain struktur lipatan, juga terdapat struktur
sesar naik dengan mempertimbangkan kemiringan lapisan batubara yang agak terjal
Batubara yang ditemukan di bagian selatan daerah inventarisasi terdapat pada bagian atas
dari Formasi Tanjung. Batubara dijumpai umumnya tersingkap baik, mengkilap, agak getas,
kemiringan antara 10o – 35o dan salah satu ditemukan singkapan dengan kemiringan 68o dengan
tebal antara 0.30 – 4.05 meter. Berdasarkan jurus dan kemiringan lapisan batubara yang dijumpai,
lapisan batubara di daerah inventarisasi membentuk sinklin
Batubara yang ditemukan pada Formasi Warukin terdapat di bagian tengah lembar,
umumnya tersingkap baik dengan kemiringan berkisar antara 7o – 85o. Pada bagian baratlaut
batubara dijumpai umumnya kurang mengkilap dibandingkan dengan singkapan batubara di bagian
timur dengan kemiringan 7o – 12o dan tebal berkisar antara 0.30 - > 2.00 meter. Batubara pada
formasi ini ditafsirkan membentuk sinklin asimeteris dimana sisi tenggara lebih terjal dibandingkan
sisi barat laut
Nilai kandungan sulphur total pada Formasi Warukin rata-rata lebih kecil 1% dengan
kisaran antara 0,17% sampai 1,04%, sedangkan pada Formasi Tanjung relatif lebih besar dengan
kisaran antara 0,88% sampai 2,54%. Kandungan abu (Ash) umumnya relatif kecil yaitu kurang dari
8%. Kandungan air tertambat (Moisture) pada Formasi Warukin lebih kecil dari 15%, sedangkan
pada Formasi Tanjung berkisar dari 14,43% sampai 20,19%.Kandungan zat terbang (Volatile
Matter) rata-rata lebih kecil dari 45%. Kandungan karbon (Fixed Carbon) berkisar antara 32,17%
sampai 49,37%. Sedangkan nilai panas (Calorrific Value) berkisar antara 4.369 cal/gr sampai 7.313
cal/gr. Nilai Reflektan Vitrinit rata-rata berkisar antara 0,23 sampai 0,30 (%Rvmax).
Berdasarkan hasil analisa kimia batubara daerah Lahai dan sekitarnya menurut klasifikasi (ASTM)
masuk dalam Grup Sub-Bituminous sedangkan berdasarkan klasifikasi International System dapat
digolongkan menjadi Brown Coal
Perhitungan sumberdaya hipotetik batubara daerah Lahai dan sekitarnya berdasarkan hasil
inventarisasi dipermukaan berjumlah 32,725 juta ton
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
27-2
PENDAHULUAN
Batubara adalah bagian dari sumber
energi nasional yang potensial untuk
memenuhi energi saat ini dan masa depan.
Sebagai komplemen BBM sebagian besar
batubara di dalam negeri digunakan sebagai
bahan bakar untuk pembangkit tenaga listrik,
sedangkan untuk industri umumnya dipakai
untuk pabrik semen dan sebagian kecil bahan
bakar boiler pada pabrik tekstil.
Untuk menunjang kegiatan tersebut, sumber
daya dan cadangan baru dari batu bara perlu
terus diusahakan baik inventarisasi pada
daerah yang potensial maupun pada daerah
marginal di seluruh wilayah Indonesia.
Pemerintah melalui Direktorat Inventarisasi
Sumber Daya Mineral, Direktorat Jenderal
Geologi dan Sumber Daya Mineral,
Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral, mengadakan program inventarisasi
batubara di daerah marginal.
Dalam proseding ini dilaporkan hasil
pekerjaan Kegiatan Inventarisasi Batubara di
Daerah Marginal Daerah Lahai, Kabupaten
Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah
dengan dibiayai oleh kegiatan DIK-S 2004.
Daerah penyelidikan termasuk dalam
wilayah administratif Kecamatan Tewe
Tengah, Tewe Timur dan Lahai, Kabupaten
Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah
(Gambar.1).
Secara
geografis
daerah
penyelidikan menempati koordinat geografis
000 40’ – 010 00’ LS dan 1150 00’ – 1150 15’
BT.
Kota Muara Teweh dapat dicapai dari
dua arah yaitu dari Palangkaraya (Ibu Kota
Provinsi Kalimantan Tengah) dan dari
Banjarmasin (Ibu Kota Provinsi Kalimantan
Selatan). Dari Palangkaraya transportasi yang
digunakan hanyalah angkutan udara dan
ditempuh dalam waktu lebih kurang lebih
kurang
30
menit.
Sedangkan
dari
Banjarmasin, Muara Teweh dapat dicapai
dengan menggunakan angkutan udara dengan
waktu tempuh lebih kurang 1 jam 15 menit
dan angkutan darat dengan waktu tempuh 8 –
11 jam, melewati kota-kota Martapura –
Kandangan – Amuntai – Ampah – Muara
Teweh. Selain itu, dapat juga dicapai dengan
angkutan air dengan waktu tempuh + 36 jam
degan menggunakan kapal motor dan + 12
jam perjalanan dengan menggunakan speed
boat, menyusuri Sungai Barito.
Untuk mencapai lokasi penyelidikan dari kota
Muara Teweh sarana hubugan yang telah
tersedia yaitu berupa angkutan air (klotok)
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
dengan waktu tempuh 6 – 10 jam perjalanan.
Prasarana jalan di daerah inventarisasi masih
berupa jalan tanah yang sulit dilewati pada
waktu musim hujan. Jalan yang sudah ada
adalah dari Desa Teluk Mayang ke Desa
Liang Buah yang sebagian sudah diaspal dan
dari Desa Rahaden ke Desa Pari yang
merupakan jalan perusahaan kayu
Demografi, Iklim dan Tata Guna Lahan
Daerah-daerah yang dihuni penduduk
di lokasi inventarisasi umumnya berada di
sekitar sungai-sungai utama seperti Sungai
Teweh dan Sungai Lahai yang bermuara ke
Sungai Barito yang mengalir sepanjang tahun.
Mata pencaharian utama penduduk di daerah
inventarisasi adalah bertani dengan sistem
ladang berpindah-pindah. Mata pencaharain
penduduk lainnya adalah mencari hasil hutan (
seperti rotan, gaharu, berburu); sebagian kecil
pegawai negeri sipil, industri kecil (sirap) dan
sebagai pekerja dalam perusahaan kayu.
Sebagian besar penduduk beragama Islam dan
lainnya beragama Kristen Protestan, Khatolik,
Hindu Kaharingan dan Budha; dengan sarana
peribadatan berupa Mesjid dan Gereja.
Penduduk di daerah inventarisasi terdiri dari
penduduk asli (Suku Dayak Bakumpai, Dayak
Taboyan dan Dayak Bayan) dan pendatang
sebagian terdiri dari Suku Banjar, Madura,
Sumatera, Jawa, Sunda, Nusa Tenggara dan
Cina.
Tingkat pendidikan umumnya sampai tahap
sekolah dasar (SD). Sekolah Dasar tersebut
hampir terdapat di setiap desa, Sekolah
Menengah Pertama dan Sekolah Menengah
Umum, umumnya terdapat di Ibu Kota
Kecamatan. Sarana lainnya seperti sarana
kesehatan Puskesmas, BKIA tersedia disetiap
kecamatan sedangkan Rumah Sakit Umum
terdapat di Kecamatan Teweh Tengah.
Iklim di daearah penyelidikan tergolong dalam
iklim tropis basah. Pola curah hujan bulanan
dapat dibagi menjadi dua siklus yaitu periode
Februari sampai Agutus dengan curah hujan
sedang berkisar dari 50 mm sampai 275 mm;
dan siklus periode September sampai Januari
dengan curah hujan agak tinggi sampai tinggi
berkisar dari 220 mm sampai 430 mm.
Jenis vegetasi yang terdapat di daerah
inventarisasi terdiri dari tumbuhan hutan
seperti meranti, ulin serta tanaman rakyat
seperti padi, karet, rambutan, durian, kelapa
sawit dan lain-lain. Hewan-hewan yag
27-3
terdapat di daerah penyelidikan antara lain
babi hutan, rusa, ular, ayam utan, biawak dan
bermacam-macam burung.
KEADAAN GEOLOGI
Secara geologi daerah inventarisasi
terletak di pinggir utara Cekungan Barito yang
merupakan salah satu Cekungan Tersier di
Kalimantan Tengah. Menurut Indra Kusuma
dan Thomas Darin (1989), cekungan ini di sisi
timur dipisahkan dari Cekungan Asem-Asem /
Cekungan Pasir oleh Tinggian Meratus dan
pada sisi utara dipisahkan dari Cekungan
Kutai oleh Sesar Adang.
Secara umum keadaan morfologi di
daerah inventarisasi berupa perbukitan
bergelombang dengan ketinggian maksimal
150 meter di atas permukaan laut. Sungai
utama yang terdapat di daerah inventarisasi
adalah Sungai Teweh, mengalir relatif timurbarat. Sungai Lahai, mengalir relatif timurlautbaratdaya kedua sungai tersebut bermuara ke
Sungai Barito.
Stratigrafi
Tidak semua satuan batuan dalam
Cekungan Barito tersingkap di dearah
inventarisasi. Yang ada hanyalah Formasi
Tanjung (+ 30% luas), Formasi Montalat (+
20% luas), dengan sisipan lensa gamping
Formasi Berai, Formasi Karamuan (+ 20%
30% luas).
luas). Formasi Warukin (+
Formasi Dahor tidak terendapkan di daerah
inventarisasi.
Formasi Tanjung
Pada bagian bawah dari formasi ini
merupakan perselingan antara batupasir
gampingan,
batupasir,
batulempung,
batulanau, berisipan batugamping.
Bagian atasnya merupakan perselingan antara
batupasir kuarsa yang mengandung muskovit:
batulanau kelabu, menyerpih, tebal rata-rata
75 cm; batupasir hitam, kompak, tebal ratarata 75 cm dan bersisipan batugamping sangat
kompak, berwarna coklat muda agak
kekuningan,
tebal
rata-rata
10
cm,
mengandung foraminifera besar; setempat
ditemukan sisipan batubara dengan tebal
mencapai 4 meter. Umur formasi ini adalah
Eosen dan diendapkan dalam sistem
pengendapan delta.
Formasi Berai
Di daerah inventarisasi, batuan formasi ini
hanya tersingkap sebagai lensa-lensa yang
mudah teramati di Sungai Teweh.
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
Formasi ini terdiri dari batugamping berwarna
kuning – putih, agak kecoklatan; umumnya
berlapis baik, berbutir halus sangat kompak;
mengandung foraminifera besar, foraminifera
kecil bentos dan ganggang; bersisipan
batulempung, napal dan sedikit batubara;
sebagian tersilikatkan dan mengandung
butiran limonit. Formasi ini berumur Oligosen
Tengah – Oligosen akhir dan diendapkan pada
lingkungan laut dangkal.
Formasi Montalat
Formasi ini terdiri dari batupasir kuarsa agak
keras, berbutir halus sampai sedang, berwarna
kuning dan kelabu muda; mempunyai struktur
silang siur, mengandung sisipan batulempung
kelabu dan batubara; tebalnya 3 – 4 meter.
Umur dari formasi ini adalah Oligosen dan
diendapkan pada lingkungan laut dangkal
sampai rawa-rawa pantai.
Formasi Karamuan
Formasi ini terdiri dari batulumpur abu-abu,
sebagian gampingan dan berfosil; batupasir
kuarsa berlapis baik; batulanau abu-abu;
batulanau
tufaan
abu-abu
kehijauan;
bersisipan batugamping berfosil, batulanau
serpihan dan batulanau karbonan. Umur
Formasi Karamuan adalah Oligosen Atas –
Miosen Bawah dan diendapkan pada
lingkungan laut dangkal.
Formasi Karamuan mempunyai hubungan
menjemari dengan Formasi Montalat.
Formasi Warukin
Formasi ini terdiri dari batupasir kuarsa
berbutir sedang sampai kasar, dapat diremas –
agak keras, berwarna kekuningan, setempat
konglomeratan, mengandung sisipan batu
lempung, batubara dan batulanau; berlapis
baik dengan struktur silang siur dan bersusun,
umumnya agak kurang kompak. Tebal formasi
ini diperkirakan 300-500 meter. Umur dari
Formasi Warukin tidak dapat ditentukan
secara pasti, tetapi diduga formasi ini berumur
Miosen Tengah sampai Miosen Atas,
berdasarkan kemiripannya dengan Formasi
Balikpapan di Cekungan Kutai yang berumur
sama (Pertamina, 1980). Formasi Warukin
diendapkan dalam sistem pengendapan delta.
Struktur Geologi
Struktur geologi yang terdapat di
daerah inventarisasi adalah struktur lipatan
antiklin dan sinklin yang umumnya berarah
baratdaya-timurlaut, seperti terlihat disekitar
Sungai Lahai bagian tengah dan hulu, serta di
Sungai Teweh bagian tengah.
27-4
Selain struktur lipatan, juga terdapat struktur
sesar naik dengan mempertimbangkan
kemiringan lapisan batubara yang agak terjal
di Desa Rahaden (Km. 15 – jalan Barito
Pacific), meskipun lokasinya belum diketahui
secara pasti. Lipatan di utara Desa Liang Buah
mungkin sekali diakibatkan adanya sesar
tersebut. Sedangkan di sebelah utara daerah
inventarisasi juga terdapat sesar naik yang
berarah baratdaya-timurlaut sampai Desa
Karendan diluar daerah inventarisasi.
HASIL PENYELIDIKAN
Geologi Endapan Batubara
Dalam pelaksanaan inventarisasi
batubara daerah Lahai dan sekitarnya telah
dijumpai 33 ( tiga puluh tiga ) singkapan
batubara (Gambar.2). Bila lokasi singkapan
tersebut diplotkan pada peta geologi yang
dibuat oleh S. Supriatna dan Adjat Sudrajat
(1992), maka singkapan bagian selatan
umumnya masuk dalam Formasi Tanjung, dan
singkapan bagian utara masuk ke dalam
Formasi Warukin.
Batubara yang diendapkan pada kedua formasi
tersebut umumnya terbentuk pada lingkungan
delta.
Batubara Formasi Tanjung
Batubara yang ditemukan di bagian selatan
daerah inventarisasi terdapat pada bagian atas
dari Formasi Tanjung. Batubara dijumpai
umumnya tersingkap baik, mengkilap, agak
getas, kemiringan antara 10o – 35o dan salah
satu ditemukan singkapan dengan kemiringan
68o dan tebal antara 0.30 – 4.05 meter.
Berdasarkan jurus dan kemiringan lapisan
batubara yang dijumpai, lapisan batubara di
daerah inventarisasi membentuk sinklin.
Batubara Formasi Warukin
Batubara yang ditemukan pada Formasi
Warukin terdapat di bagian tengah lembar,
umumnya tersingkap baik dengan kemiringan
berkisar antara 7o – 85o. Pada bagian baratlaut
batubara
dijumpai
umumnya
kurang
mengkilap dibandingkan dengan singkapan
batubara di bagian timur dengan kemiringan
7o – 12o dan tebal berkisar antara 0.30 - >
2.00 meter. Batubara pada formasi ini
ditafsirkan membentuk sinklin asimeteris
dimana sisi tenggara lebih terjal dibandingkan
sisi sebelah barat
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
Kualitas Batubara
Megaskopis
Secara megaskopis seperti telah
sedikit diuraikan diatas batubara yang
dijumpai pada Formasi Tanjung berwarna
hitam mengkilap, getas, pecahan menyudut,
umumnya batubara bersih tidak terlihat
pengotor, sedangkan batubara yang dijumpai
pada Formasi Warukin pada bagian baratlaut
batubara yang ditemukan pada umumnya
berwarna
hitam
kurang
mengkilap,
dibandingkan dengan batubara dibagian timur;
getas, pecahan menyudut, batubara relatif
bersih tidak terlihat pengotor
Hasil Analisa Laboratorium
Hasil analisis kimia dari pengujian
kualitas batubara disajikan dalam Gambar 3.
Nilai kandungan sulphur total pada Formasi
Warukin rata-rata lebih kecil 1% dengan
kisaran antara 0,17% sampai 1,04%,
sedangkan pada Formasi Tanjung relatif lebih
besar dengankisaran antara 0,88% sampai
2,54%. Kandungan abu (Ash) umumnya
relatif kecil yaitu kurang dari 8%. Kandungan
air tertambat (M %) pada Formasi Warukin
lebih kecil dari 15%, sedangkan pada Formasi
Tanjung berkisar dari 14,43% sampai
20,19%.Kandungan zat terbang (Volatile
Matter) rata-rata lebih kecil dari 45%.
Kandungan karbon (Fixed Carbon) berkisar
antara 32,17% sampai 49,37%. Sedangkan
nilai panas (Calorrific Value) berkisar antara
4.369 cal/gr sampai 7.313 cal/gr. Nilai
Reflektan Vitrinit rata-rata berkisar antara
0,23 sampai 0,30 (%Rvmax).
Berdasarkan hasil analisa kimia batubara
daerah Lahai dan sekitarnya menurut
klasifikasi (ASTM) masuk dalam Grup SubBituminous sedangkan berdasarkan klasifikasi
International System dapat digolongkan
menjadi Brown Coal
KESIMPULAN
1.
Daerah penyelidikan termasuk dalam
wilayah administratif Kecamatan
Tewe Tengah, Tewe Timur dan
Lahai, Kabupaten Barito Utara,
Provinsi Kalimantan Tengah. Secara
geografis
daerah
penyelidikan
menempati koordinat geografis 000
40’ – 010 00’ LS dan 1150 00’ – 1150
15’ BT.
2.
Secara umum keadaan morfologi di
27-5
daerah
inventarisasi
berupa
perbukitan bergelombang dengan
ketinggian maksimal 150 meter di
atas permukaan laut. Sungai utama
yang terdapat di daerah inventarisasi
adalah Sungai Teweh dan Sungai
Lahai dimana kedua sungai tersebut
bermuara ke Sungai Barito.
3.
Tidak semua satuan batuan dalam
Cekungan Barito tersingkap di dearah
inventarisasi. Yang ada hanyalah
Formasi Tanjung (+ 30% luas),
Formasi Montalat (+ 20% luas),
dengan sisipan lensa gamping
Formasi Berai, Formasi Karamuan (+
20% luas). Formasi Warukin (+ 30%
luas).
Formasi
Dahor
tidak
terendapkan di daerah inventarisasi.
4.
Struktur geologi yang terdapat di
daerah inventarisasi adalah struktur
lipatan antiklin dan sinklin yang
umumnya
berarah
baratdayatimurlaut, seperti terlihat disekitar
Sungai Lahai bagian tengah dan hulu,
serta di Sungai Teweh bagian tengah.
Selain struktur lipatan, juga terdapat
struktur
sesar
naik
dengan
mempertimbangkan
kemiringan
lapisan batubara yang agak terjal.
5.
6.
Batubara yang ditemukan di bagian
selatan daerah inventarisasi terdapat
pada bagian atas dari Formasi
Tanjung.
Batubara
dijumpai
umumnya
tersingkap
baik,
mengkilap, agak getas, kemiringan
antara 10o – 35o dan salah satu
ditemukan
singkapan
dengan
kemiringan 68o dan tebal antara 0.30
– 4.05 meter. Berdasarkan jurus dan
kemiringan lapisan batubara yang
dijumpai, lapisan batubara di daerah
inventarisasi membentuk sinklin.
Batubara yang ditemukan pada
Formasi Warukin terdapat di bagian
tengah lembar, umumnya tersingkap
baik, dengan kemiringan berkisar
antara 7o – 85o. Pada bagian baratlaut
batubara dijumpai umumnya kurang
mengkilap dibandingkan dengan
singkapan batubara di bagian timur
dengan kemiringan 7o – 12o dan
tebal berkisar antara 0.30 - > 2.00
meter. Batubara pada formasi ini
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
ditafsirkan
membentuk
sinklin
asimeteris dimana sisi tenggara
7.
Nilai kandungan sulphur total pada
Formasi Warukin rata-rata lebih kecil
1% dengan kisaran antara 0,17%
sampai 1,04%, sedangkan pada
Formasi Tanjung relatif lebih besar
dengan kisaran antara 0,88% sampai
2,54%. Kandungan abu (Ash)
umumnya relatif kecil yaitu kurang
dari 8%. Kandungan air tertambat (M
%) pada Formasi Warukin lebih kecil
dari 15%, sedangkan pada Formasi
Tanjung berkisar dari 14,43% sampai
20,19%.Kandungan
zat
terbang
(Volatile Matter) rata-rata lebih kecil
dari 45%. Kandungan karbon (Fixed
Carbon) berkisar antara 32,17%
sampai 49,37%. Sedangkan nilai
panas (Calorrific Value) berkisar
antara 4.369 cal/gr sampai 7.313
cal/gr. Nilai Reflektan Vitrinit ratarata berkisar antara 0,23 sampai 0,30
(%Rvmax).
8.
Berdasarkan hasil analisa kimia
batubara daerah Lahai dan sekitarnya
menurut klasifikasi (ASTM) masuk
dalam
Grup
Sub-Bituminous
sedangkan berdasarkan klasifikasi
International
System
dapat
digolongkan menjadi Brown Coal
9.
Perhitungan sumberdaya hipotetik
batubara daerah Lahai dan sekitarnya
berdasarkan
hasil
inventarisasi
dipermukaan berjumlah 32,725 juta
ton
10. Melihat hasil analisa kimia dan
sumberdaya hipotetik daerah ini perlu
diselidiki lebih lanjut. Tetapi kendala
yang ada belum ada infrastrukturnya
yang lengkap, baik jalan maupun
sarana lainnya dan terletak cukup
jauh, sehingga memerlukan biaya
transportasi yang tinggi.
27-6
Tewe, Kaliamantan, Pusat Penelitian
Dan Pengembangan Geologi, Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
Indra Kusuma dan Thomas Darin, 1989, The
Hidrocarbon Potential of The Lower
Tanjung Formation, Barito Basin, S. E.
Kalimantan, IPA, Jakarta, vol.1, hal 107138
Wahyudi, H., 1982, Laporan Penyelidikan
Pendahuluan Endapan Batubara di
Daerah Muarateweh dan Buntok,
Kalimantan Tengah, Direktorat Sumber
Daya Mineral, Bandung
Supriatna, S. dan Adjat Sudradjat, 1992, Peta
Geologi Permulaan Lembar Muara
Tabel 1. Stratigrafi daerah Lahai dan sekitarnya
UMUR
FORMASI
Aluvium
KUARTER
Pasir, kerikil dan kerakal
Batulempung karbonan, batubara.
Batupasir kuarsa abu-abu terang
Warukin
MIOSEN
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
Tanjung
Karamuan
EOSEN
Montalat
Berai
OLIGOSEN
KETERANGAN LITOLOGI
Batugamping putih sampai kelabu,
batupasir gampingan, batulanau
dengan sisipan batugamping
Batupasir kuarsa, batulempung
dengan sisipan batubara, batulanau
dan konglomerat
27-7
Lokasi Inventarisasi Marginal (Daerah Lahai)
Gambar 1. Lokasi Daerah Inventarisasi Marginal Daerah lahai
Kabupaten Barito Utara – Provinsi Kalimantan Tengah
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
27-8
111°
285.000
290.000
295.000
300.000
112°
113°
114°
PURUKCAU
Tumbangmiri
MUARATEWEH
115°15'
1°
KUALAKURUN
Jangkit
Tambangsenamang
Tambangmunjul
Ketapang
Muarakayang
S .Sampit
Kandangan
Kuling
Kasongan
ung
S. Pemba
Kualakuayan
Ampah
BUNTOK
Bingkuang
2°
TAMIANGLAYANG
ting
an
PALANGKARAYA
Mantangai
Sa
SAMPIT
Pangkalanpembuang
S.
Tmw
Tmw
LB-5
Timpah
rito
9.925.000
S .Ba
Marampan
9.925.000
S. Kahayan
115°00'
115°
305.000
00°40'
S . Kapu
as
280.000
00°40'
PANGKALANBUN
Sukamara
S. Sebangau
Kumai
10°
Telagapulang
LB-6
LB-3
LB-4
8°
Kualakapuas
3°
TL. SAMPIT
7°
70°
BANJARMASIN
BAHAU
KUALAPEMBAUNG
TEL. SEBANGAU
Lokasi daerah penyelidikan
Rahoden
L A U T
J A W A
PETA INDEK
9.920.000
9.920.000
LB-2
LB-8
10°
i
Gusi
12°
a
h
a
L
U
.
S
LB-7
10°
LB-1
15°
LB-11
65°
Muarainu
9.915.000
45°
61°
56°
9.915.000
60°
82°
65°
LB-16
LB-12
LB-15
LB-13 LB-14
LB-10
SKALA 1 : 50.000
42°
LB-9
Tmw
0
1
2
3
4
5 Km
KETERANGAN
9.910.000
Tmw
Formasi Warukin
Tomb
Formasi Berai
Tomm
Formasi Montalat
9.910.000
86°
Tomk
Formasi Karamuan
Tet
Formasi Tanjung
Tomk
LB-33
00°50'
00°50'
Batas Formasi
Sumbu Antiklin
Sumbu Sinklin
9.905.000
9.905.000
15°
LB-12
Arah & jurus kemiringan batubara
Sungai
Kontur ketinggian
Tet
Tomm
Jalan
Tomk
9.900.000
9.900.000
LB-34
24°
15°
LB-26
LB-25
LB-24
LB-23
LB-19
34°
25°
LB-20
10°
25°
LB-24
28°
LB-27
10°
LB-28
25°
17°
34°
LB-21
LB-29
17°
27°
LB-31
LB-18
Tet
LB-30
12°
9.895.000
14°
LB-17
9.895.000
64°
LB-32
10°
Liangbuah
Sabuh
Tomb
Gandring
Panean
e
w
e
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
DIREKTORAT JENDERAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
DIREKTORAT INVENTARISASI SUMBER DAYA MINERAL
T
.
S
Sikui
DAFTAR ISIAN KEGIATAN SUPLEMEN (DIK-S) TA. 2004
Kalaher
01°00'
115°15'
115°00'
9.890.000
Tet
Mualateken
PETA GEOLOGI
9.890.000
DI DAERAH MARGINAL DAERAH LAHAI DAN SEKITARNYA,
KABUPATEN BARITO UTARA, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
01°00'
280.000
285.000
290.000
295.000
300.000
305.000
Disusun
: Ir. Sukardi
Digambar : Andreas
Diperiksa : Ir. Sukardi
Tahun
Disetujui : Dr.Ir. Agus Pujobroto, MSc
No. Peta :
: 2004
1
Gambar 2. Sebaran Singkapan Batubara Daerah Lahai dan sekitarnya
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
27-9
Sulphur. Tot %
Ash %
Formasi Warukin
Formasi
Tanjung
Formasi Tanjung
Formasi Warukin
LBB33
LBB29
LBB23
LBB13
LBB33
LBB29
LBB23
LBB13
LBB33
LBB29
LBB23
LBB13
LBB11
LBB8
LBB33
LBB29
LBB23
LBB13
LBB8
LBB11
LBB6
LBB5
0
LBB6
10
LBB5
20
LBB4
30
LBB3
Cal/gr
40
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
LBB1
50
LBB4
Formasi Tanjung
Calorrific Value cal/gr
60
LBB3
LBB8
Formasi Warukin
Fixed Carbon %
LBB1
LBB11
LBB1
LBB33
LBB29
LBB23
LBB13
LBB8
LBB11
LBB6
LBB5
LBB4
LBB3
LBB1
0
LBB6
5
LBB5
10
LBB4
15
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
LBB3
Persen
20
Persen
Formasi Tanjung
Volatile Matter %
25
Persen
LBB8
Formasi Warukin
Moisture %
Formasi Warukin
LBB6
LBB1
LBB33
Formasi
Tanjung
LBB11
Formasi Warukin
LBB29
LBB23
LBB13
LBB11
LBB8
LBB6
LBB5
LBB4
LBB3
LBB1
0
LBB5
1
0,5
LBB4
Persen
Persen
2
1,5
8
7
6
5
4
3
2
1
0
LBB3
3
2,5
Formasi
Tanjung
Gambar 3. Histogram analisa kimia batubara daerah Lahai dan sekitarnya
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
27-10