Tinjauan hukum islam terhadap jual beli kepala kijang sebagai hiasan dan kulit kijang sebagai jimat di Desa Gedangan Sidayu Gresik.

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI KEPALA
KIJANG SEBAGAI HIASAN DAN KULIT KIJANG SEBAGAI JIMAT
DI DESA GEDANGAN SIDAYU GRESIK

SKRIPSI
Oleh:
Evi Rohmawati Azizah
C02213021

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah)
Surabaya
2017

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Kepala
Kijang Sebagai Hiasan dan Kulit Kijang Sebagai Jimat Di Desa Gedangan
Sidayu Gresik”, penelitian ini bertujuan untuk menjawab dua rumusan masalah,

yaitu bagaimana praktik jual beli kepala kijang sebagai hiasan dan kulit kijang
sebagai jimat di desa Gedangan Sidayu Gresik? Dan bagaimana tinjauan hukum
Islam terhadap jual beli kepala kijang sebagai hiasan dan kulit kijang sebagai
jimat di desa Gedangan Sidayu Gresik?
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian lapangan (field
research) di desa Gedangan Sidayu Gresik. Teknik prngumpulan data yang
digunakan dengan menggunakan metode wawancara (interview) dalam
penggunaan, selanjutnya data yang telah diperoleh disusun dan dianalisis dengan
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pola pikir induktif.
Hasil penelitian terhadap praktik jual beli kepala kijang sebagai hiasan
dan jual beli kulit kijang sebagai jimat di desa Gedangan Sidayu Gresik
menyimpulkan beberapa hal, yaitu pertama, praktik jual beli kepala kijang
sebagai hiasan dan kulit kijang sebagai jimat menerapkan akad jual beli dalam
Islam. Pembeli mendatangi rumah bapak Sutikno (penjual) dan nego untuk
mendapatkan harga yang lebih murah. Kedua, Tinjauan hukum Islam terhadap
jual beli kepala kijang sebagai hiasan di desa Gedangan Sidayu Gresik adalah jual
beli yang hukumnya makru>h tak{rim, karena lebih banyak kemad{aratannya dari
pada kemanfaatannya. Sedangkan jual beli kulit kijang sebagai jimat di desa
Gedangan Sidayu Gresik adalah jual beli yang diperbolehkan dalam Islam, akan
tetapi yang tidak diperbolehkan adalah pemanfaatannya yang menjerumus atau

mengarah kepada kemusyrikan sehingga menjadi jual beli yang hukumnya
diharamkan dalam Islam.
Berdasarkan hasil kesimpulan, kepada para pihak yaitu pelaku disarankan
tidak memburu hewan kijang ini dan memanfaatkannya, karena hewan ini sudah
jarang ditemui dan alangkah baiknya ikut menjaga kelestariannya dan pelaku
mencari tahu kebolehan dan manfaat dari jual beli kepala kijang yang dijadikan
hiasan dan kulit kijang yang dijadikan sebagai jimat, sehingga tidak
menimbulkan kemad}aratan bagi para pembelinya.

vii

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM .......................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii
PENGESAHAN ............................................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TRANSLITERASI ......................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................

1

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ................................

7

C. Rumusan Masalah .......................................................................

8

D. Kajian Pustaka ............................................................................

9


E. Tujuan Penelitian........................................................................

12

F. Kegunaan Hasil Penelitian .........................................................

12

G. Definisi Operasional ...................................................................

13

H. Metode Penelitian .......................................................................

14

I. Sistematika Pembahasan ............................................................

19


x

BAB II HUKUM TENTANG JUAL BELI
A. Definisi jual beli .........................................................................

21

B. Dasar hukum jual beli .................................................................

23

C. Rukun jual beli ............................................................................

27

D. Syarat jual beli ............................................................................

28

E. Jual beli yang diperbolehkan dalam Islam .................................


32

F. Jual beli yang dilarang dalam Islam ...........................................

33

BAB III PRAKTIK JUAL BELI KEPALA KIJANG SEBAGAI HIASAN DAN
KULIT KIJANG SEBAGAI JIMAT DI DESA GEDANGAN SIDAYU
GRESIK
A. Gambaran Umum Tentang desa .................................................

47

1. Keadaan geografis ..................................................................

47

2. Keadaan demografi ................................................................


48

B. Praktik Jual beli Kepala Kijang Sebagai Hiasan dan Kulit Kijang
Sebagai Jimat Di Desa Gedangan Sidayu Gresik ......................

50

1. Karakteristik pemburu, penjual dan pembeli ........................

50

2. Praktik jual beli kepala kijang dan kulit kijang sebagai hiasan dan
kulit kijang sebagai jimat di desa Gedangan Sidayu Gresik .

55

BAB IV PRAKTIK JUAL BELI KEPALA KIJANG SEBAGAI HIASAN DAN
KULIT KIJANG SEBAGAI JIMAT DI DESA GEDANGAN SIDAYU
GRESIK
A. Analisis terhadap Praktik Jual Beli Kepala Kijang Sebagai Hiasan

dan Kulit Kijang Sebagai Jimat di desa Gedangan Sidayu Gresik
....................................................................................................

58

B. Tinjauan Hukum Islam terhadap Jual Beli Kepala Kijang Sebagai
Hiasan dan Kulit Kijang Sebagai Jimat di desa Gedangan Sidayu
Gresik ..........................................................................................
BAB V

60

PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................
xi

69

B. Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii

70

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia
saling membutuhkan satu sama lain, yang saling berinteraksi untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai kemajuan dalam hidupnya. Dalam
Islam hubungan antara manusia satu dengan yang lain disebut muamalah.
Muhammad al-Khudari mendefinisikan muamalah sebagai bentuk transaksi
yang membolehkan manusia untuk saling tukar menukar manfaat diantara
mereka.1 Sedangkan menurut Idris Ahmad, muamalah adalah aturan-aturan
Allah SWT yang mengatur tentang hubungan manusia dengan manusia

lainnya dalam usahanya untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya
dengan cara yang paling baik.2
Dalam kehidupan bermuamalah manusia selalu berhubungan satu
sama lain untuk mencukupi kebutuhan hidup.3 Oleh karena itu, manusia
harus saling tolong-menolong dan saling bertukar keperluan melalui
kerjasama sesuai dengan hukum-hukum Allah. Seperti firman Allah dalam
surat al-Ma>idah ayat 2 yang berbunyi:

1
Abdul Basith Junaidy, Asas Hukum Ekonomi dan Bisnis Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel
Press, 2014), 4.
2
Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997), 3.
3
Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalah (Hukum Perdata Islam) (Yogyakarta: UII
Press, 2000), 11.

1

2


‫وتَ َعاونُواْْ َعلَىْالر ربْْوالت قوىْولَْْتَ َعاونُواْْ َعلَىْ ر‬
ْْ‫د‬
ُْ ْ‫اِْ َوات ُقواْْلَْْإرِْْلَْْ َْش ر‬
ْ‫الْ رْثَْْوال ُعْ َو ر‬
َ َ َ َِ
َ َ
ْ‫اب‬
ْ‫العر َق ر‬
“Dan tolong-menolonglah kalian dalam kebajikan dan ketakwaan,
dan janganlah kalian tolong-menolong dalam dosa dan pelanggaran.
Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah teramat
dahsyat siksaannya”. (QS. al-Ma>idah: 2).4
Ayat diatas menjelaskan bahwa manusia membutuhkan manusia
yang lain dalam menjalankan hidupnya, maka tidak dipungkiri akan terjadi
kerja sama dalam mencapai sebuah tujuan. Seperti transaksi jual beli, sewamenyewa, utang-piutang dan lainnya. Adapun banyak aspek transaksi
diatas semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup agar lebih
baik. Salah satu transaksi yang umum dimasyarakat adalah jual beli yang
menguntungkan dan bermanfaat oleh kedua belah pihak.
Jual beli menurut bahasa artinya pertukaran atau saling menukar.
Sedangkan menurut pengertian fikih, jual beli adalah menukar sesuatu
barang dengan barang lain dengan rukun dan syarat tertentu. Jual beli dapat
diartikan menukar uang dengan barang yang diinginkan sesuai dengan
rukun dan syarat tertentu. Setelah jual beli dilakukan secara sah, barang
yang dijual menjadi milik pembeli sedangkan uang yang dibayarkan
pembeli sebagai pengganti harga barang, menjadi milik penjual.5
Jual beli yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan syariat
Islam. Prinsip jual beli dalam Islam, tidak boleh merugikan salah satu

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya (Surabaya: Mekar Surabaya, 2004), 157.
Zainul Arifin, Al-Muhadathah Hukum Ekonomi dan Bisnis Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel
Press, 2014), 6.
4

5

3

pihak, baik penjual maupun pembeli. Jual beli harus dilakukan atas dasar
suka sama suka, bukan karena paksaan. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam
surat an-Nisa>’ ayat 29 yang berbunyi:

ْ‫َْيْأَد َهاْال رذدْ َْنْ َآمنُواْْلَْْ ََ ُكلُواْْأَمَْوالَ ُكمْْبَي نَ ُكمْْ رِلبَ ر‬
ْْ‫اط رْلْإرلْْأَِْْتَ ُك ْو َِْْرَِ َارةْْ َعنْْتََْراض‬
ْ‫رِمنْ ُكمْْ َو ْلَْتَقتُلُواْْأَن ُف َس ُكمْْإرِْْلَْْ َكا َِْْبر ُكمْْ َررحيْما‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar),
kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka
di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh,
Allah maha penyayang kepadamu”. (QS. An-nisa>’: 29).6
Maksud dari ayat diatas adalah menurut kesepakatan para jumhur
ulama bahwa jalan suka sama suka antara kedua belah pihak adalah dengan
melalui sarana ija>b dan qabu>l.7
Hukum jual beli ada 4 macam yang disyariatkan oleh Islam, antara
lain yaitu:
1. Mubah (boleh), merupakan hukum asal jual beli.
2. Wajib, apabila menjual merupakan keharusan, misalnya menjual barang
untuk membayar hutang.
3. Sunnah, misalnya menjual barang kepada sahabat atau orang yang
sangat memerlukan barang yang dijual.
4. Haram, misalnya menjual barang yang dilarang untuk diperjualbelikan.
Menjual barang untuk maksiat, jual beli untuk menyakiti seseorang, jual

6
7

Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahanya…, 107.
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu Jilid 4 (Jakarta: Gema Insani, 2011), 32.

4

beli untuk merusak harga pasar, dan jual beli dengan tujuan merusak
ketentraman masyarakat.
Adapun rukun jual beli yang dinyatakan sah apabila memenuhi rukun
dan syarat jual beli. Apabila salah satu rukun jual beli tidak terpenuhi, maka
jual beli tidak dapat dilakukan. Jumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual
beli itu ada empat, yaitu8:
a. Orang yang berakad atau al-muta’a>qidain (penjual dan pembeli).
b. S{ighat atau lafal ija>b qabu>l, syaratnya qabu>l sesuai dengan ija>b dan
dilaksanakan dalam satu majelis.
c. Objek barang yang dijualbelikan, syaratnya antara lain barang itu suci dan
terhindar dari cacat, milik seseorang dan dapat dimanfaatkan.
d. Nilai tukar untuk pengganti barang, syaratnya harga yang disepakati
kedua belah pihak, harus jelas jumlahnya.
Jual beli yang diperbolehkan dalam Islam, yaitu telah memenuhi
rukun dan syarat dalam jual beli. Jenis barang yang dijual halal, jenis
barangnya suci, barang yang dijual memiliki manfaat, atas dasar suka sama
suka bukan karena paksaan.
Adapun bentuk-bentuk jual beli jual beli yang terlarang dalam agama
Islam adalah barang yang zatnya najis, jual beli yang belum jelas, jual beli
yang dilarang karena menganiaya, jual beli yang merugikan, jual beli dengan
melanggar ketaatan pada pemerintah dan jual beli yang menimbulkan

8

Nasrun Haroen¸ Fiqh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), 105.

5

mad}arat, yaitu jual beli yang dapat menimbulkan kejelekan dan kemaksiatan,
bahkan kemusyrikan.9
Jual beli bisa memberikan kemaslahatan bagi umat dalam berbisnis
dan menghilangkan segala kemad{aratan di dalamnya. tentunya dilakukan
dengan cara yang jujur, baik-baik dan tidak menentang seperti apa yang
sudah ditetapkan dalam aturan rukun dan syarat jual beli.10
Kebanyakan orang yang belum memahami akan jual beli dalam
hukum Islam terutama jual beli dengan baik. Sebagian diantara mereka lalai
dan tidak mengerti, mulai rukun-rukun dan syarat-syarat yang harus dipenuhi
dalam jual beli sampai pada objek yang ditransaksikan dan menimbulkan
kemad{aratan. Sehingga menimbulkan perilaku melanggar dalam menjalankan
kegiatan muamalah dan menyebabkan orang lalai akan tuhannya. Perilaku
tersebut harus segera diubah agar setiap pelaku jual beli mampu
melaksanakan jual beli yang lurus sesuai dengan syariat Islam dan mampu
membedakan jual beli yang halal dan dilarang.
Kegiatan jual beli yang dibahas penulis adalah jual beli yang
dilakukan di desa Gedangan kecamatan Sidayu kabupaten Gresik, yang
berkaitan dengan jual beli kepala kijang dan kulit kijang. Kijang adalah salah
satu rusa asli Indonesia. Kijang dalam bahasa jawa disebut dengan kidang dan
dalam bahasa ilmiah disebut muntiacus muntjak. Kijang dipercaya sebagai
jenis rusa tertua, dan berasal dari dunia lama dan telah ada sejak 15 – 35 juta
tahun yang lalu. Termasuk jenis hewan yang mampu berlari dengan
9

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 75-76.
Ibnu Zuhri, Fathul Qarribil Mujib (Bandung: Trigenda Karya, 1995), 174.

10

6

kecepatan tinggi. Kijang mempunyai tubuh berukuran sedang, dengan
panjang tubuh termasuk kepala sekitar 89-135 cm. Ekornya sepanjang 12-23
cm sedangkan tinggi bahu sekitar 40-65 cm, dengan berat mencapai 35 kg.
Rata-rata umur kijang bisa mencapai 16 tahun. Mantel rambut kijang pendek,
rapat, lembut dan licin. Warna bulunya bervariasi dari coklat gelap hingga
coklat terang. Pada punggung kijang terdapat garis kehitaman. Daerah perut
sampai kerongkongan berwarna putih. Sedangkan daerah kerongkongan
warnanya bervariasi dari putih sampai coklat muda. Kijang jantan
mempunyai tanduk dan bercabang dua serta gigi taring yang keluar. Kijang
memiliki keunikan dimata para spiritualis.11 Kulitnya sering digunakan
sebagai media penulisan rajah dan media pelarisan.
Berdasarkan wawancara dari pelaku jual beli kepala kijang dan kulit
kijang, bahwa kijang adalah hasil buruan dari sekelompok pemburu yang
dilakukan pada malam hari diwaktu sepi yaitu waktu subuh dan terkadang
malam hari di hutan jati Panceng. Dengan hasil buruan kijang, kijang
disembelih ditempat dan daging dari kijang ini dimakan bersama oleh para
pemburu, untuk kepala kijang dan kulit kijang sendiri akan diberikan kepada
pemburu yang mendapatkan kijang. Menurut keterangan pelaku setelah
kepala dan kulit kijang dibersihkan, kulit kijang dijemur sampai mengering
dan kepala kijang diawetkan dengan formalin dan bagian otaknya disuntik
dengan cairan formalin agar otak dalam kijang tidak membusuk. Setelah itu,

Sultan
Hadlirin,
“Manfaat
dan
Khasiat
Jimat
Kulit
Kijang”,
dalam
http://www.masterpengasihan.com/manfaat-kulit-kijang-untuk-jimat.htm. Diakses pada tanggal
24-Februari-2017.
11

7

kepala kijang dijemur untuk beberapa hari, dan setelah mata kijang kering
diganti dengan kelereng agar kelihatan mata kijang itu hidup. Dalam
penjualanya, semakin bagus dan banyak cabang tanduknya semakin pula
mahal kepala kijang untuk dijadikan hiasan rumah yang menurut mayoritas
masyarakat adalah suatu keindahan. Akan tetapi, ada beberapa benda yang
tidak dibenarkan oleh Rasulullah untuk di jadikan hiasan, seperti burungburung dan hewan yang sudah diawetkan. Baik dari hewan yang haram
dipelihara ketika masih hidup atau dari hewan yang boleh dimanfaatkan
ketika masih bernyawa. Sedangkan untuk kulit kijang penjual menjualnya
secara utuh yang nanti akan digunakan pembeli sesuai dengan kebutuhan
jimatnya.12
Dari gambaran diatas, maka penulis akan mengkaji permasalahan
yang ada dari segi hukum Islam, yang tidak lain adalah untuk menemukan
kejelasan hukum atas praktik jual beli yang terjadi di desa Gedangan
kecamatan Sidayu kabupaten Gresik.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat
mengidentifikasikan masalah yang timbul antara lain:
1. Alasan penangkapan kijang di hutan jati panceng.
2. Proses penangkapan kijang di hutan jati panceng.
3. Manfaat penangkapan kijang di hutan jati panceng.

12

Sutikno, Wawancara, Gresik, 23 Februari 2017.

8

4. Analisis praktik jual beli kepala kijang sebagai hiasan dan kulit kijang
sebagai jimat di desa Gedangan kecamatan Sidayu kabupaten Gresik.
5. Pandangan hukum Islam tentang larangan jual beli yang menimbulkan
kemad{aratan.
6. Tinjauan hukum Islam terhadap jual beli kepala kijang sebagai hiasan dan
kulit kijang sebagai jimat di desa Gedangan kecamatan Sidayu kabupaten
Gresik.
Agar penelitian ini tidak meluas dan terfokus, maka sesuai judul
skripsi diatas penulis membatasi permasalahan. Dari pembatasan masalah
tersebut, maka dapat dirumuskan pokok-pokok permasalahan yang dibahas
adalah sebagai berikut:
1. Analisis praktik jual beli kepala kijang sebagai hiasan dan kulit kijang
sebagai jimat di desa Gedangan Sidayu Gresik.
2. Tinjauan hukum Islam terhadap jual beli kepala kijang sebagai hiasan dan
kulit kijang sebagai jimat di desa Gedangan Sidayu Gresik.

C.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis praktik jual beli kepala kijang sebagai hiasan dan
kulit kijang sebagai jimat di desa Gedangan Sidayu Gresik?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap jual beli kepala kijang sebagai
hiasan dan kulit kijang sebagai jimat di desa Gedangan Sidayu Gresik?

9

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka ini merupakan deskripsi ringkas tentang kajian atau
penelitian yang sudah pernah dilakukan diseputar masalah yang akan diteliti
sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan
pengulangan atau duplikasi dari kajian atau peneliitian yang telah ada.13
Penulis berusaha mencari judul yang berbeda dari yang pernah ada di
koleksi skripsi yang ada di UIN Sunan Ampel Surabaya, mengecek dan
menemukan beberapa karya skripsi yang masih dalam satu ruang lingkup
dengan karya penulis, namun pembahasan dan pengkajiannya berbeda, seperti
pada karya:
Pertama, Saudara Andi Purwoko Pada Tahun 2016, dengan karyanya
yang berjudul “Analisis hukum Islam terhadap praktik jual beli lutung jawa
(studi kasus di desa Trigonco kecamatan Asembagus kabupaten Situbondo)”.
Dalam karya ini terdapat dua permasalahan yang diteliti, yaitu bagaimana
praktik jual beli daging lutung jawa yang dijadikan makanan dan bagaimana
praktik jual beli lutung jawa yang dijadikan peliharaan. Adapun
kesimpulannya adalah yang pertama menjadikan daging lutung jawa sebagai
makanan dalam perspektif hukum Islam adalah hukumnya tidak sah, karena
tidak memenuhi rukun dan syarat jual beli pada objek, yaitu berupa bangkai
yang hakikatnya adalah najis. objek tergolong binatang buas (siba) dan
menjijikan (khabith) yang haram untuk dijadikan makanan, serta objek adalah
benda muhtaram, yaitu benda yang bukan merupakan milik penjual. Dan
13

Fakultas Syariah UIN Sunan Ampel, Petunjuk Penulisan Skripsi (Surabaya: Fakultas Syariah,
2016), 8.

10

tidak sah hukumnya jual beli lutung jawa sebagai peliharaan dalam Islam
karena jual beli ini telah melanggar peraturan perundang-undangan
perlindungan satwa liar dan menentang ketaatan pada pemerintah, yaitu
pengambilan memanfaatkan lutung jawa yang statusnya dilindungi dan
mengambil hak milik umum yang dilindungi Negara.14
Kedua, saudara Mahfud Aziz. Sy pada tahun 2012, dengan karyanya
yang berjudul “Tinjauan hukum Islam terhadap jual beli peralatan ibadah
yang terbuat dari kulit binatang buas” karya ini merupakan hasil penelitian
kepustakaan untuk menjawab dua pertanyaan bagaimana proses pembuatan
peralatan ibadah dari kulit binatang buas dan bagaimana tinjauan hukum
Islam terhadap jual beli perlengakapan ibadah yang terbuat dari kulit
binatang buas. Adapun kesimpulan dari peneliti ini adalah yang pertama
adalah jual beli ini sah, karena menyamak kulit bisa mensucikan kulit
tersebut, sedangkan yang kedua adalah tidak sah jual belinya, karena
menyamak juga dikatakan tidak bisa mensucikan kulit, sebabnya belum
memenuhi syarat pensucian.15
Ketiga, saudari Farid Sinta Maulana pada tahun 2013, dengan karya
yang berjudul “Analisis hukum Islam terhadap jual beli tanduk rusa untuk
bahan obat-obatan”. Skripsi tersebut memiliki dua rumusan masalah yang
menjadi fokus pembahasan, yaitu bagaimana transaksi tanduk rusa yang

Andi Purwoko, “Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Lutung Jawa (Studi Kasus
Di Desa Trigonco Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo” (Skripsi—UIN Sunan Ampel
Surabaya, 2016).
15
Mahfud Aziz. Sy, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Peralatan Ibadah yang Terbuat
Dari Kulit Binatang Buas” (Skripsi—UIN Sunan Ampel Surabaya, 2012).

14

11

digunakan untuk bahan obat-obatan dan bagaimana analisis hukum Islam
terhadap jual beli tanduk rusa yang digunakan untuk bahan obat-obatan.
Adapun hasil kesimpulan dari skripsi ini menurut analisis hukum Islam jual
beli ini adalah batil, karena jual beli tersebut tidak memenuhi rukun dan
syaratnya. Tanduk rusa yang diperjualbelikan bukan dari benda yang suci,
karena proses pengambilannya dengan memotong tanduk rusa yang masih
hidup. Hukum bagian tubuh yang dipotong pada saat hewan tersebut masih
hidup adalah sama dengan bangkai yang menjadikan najis dan haram untuk
dimakan serta diperjualbelikan. Transaksi jual beli ini dianggap tidak berlaku,
karena jual beli tersebut tidak di legalkan hakikat maupun sifatnya. Objek
transaksi dianggap tidak layak secara hukum, maka hukum transaksinya
dianggap tidak terjadi.16
Dari beberapa karya skripsi diatas, maka karya yang akan penulis
bahas dalam skripsi ini berbeda dari karya-karya skripsi yang pernah ada.
Adapun skripsi yang akan dibahas oleh penulis adalah tentang jual beli kepala
kijang sebagai hiasan dan kulit kijang sebagai jimat yang terjadi di desa
Gedangan kecamatan Sidayu kabupaten Gresik. Dalam karya ini pokok
pembahasan terpusat pada jual beli kepala kijang yang dijadikan sebagai
hiasan dan kulit kijang yang dijadikan jimat.

Farid Sinta Maulana. “Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Tanduk Rusa untuk Bahan
Obat-Obatan” (Skripsi—UIN Sunan Ampel Surabaya, 2013).
16

12

E.

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yan sudah dirumuskan, penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk:
1. Mengetahui, memahami dan mendeskripsikan praktik jual beli kepala
kijang sebagai hiasan dan kulit kijang sebagai jimat di desa Gedangan
Sidayu Gresik.
2. Mengetahui, memahami dan mendeskripsikan dari segi hukum Islam
terhadap jual beli kepala kijang sebagai hiasan dan kulit kijang sebagai
jimat di desa Gedangan Sidayu Gresik.

F.

Kegunaan Hasil Penelitian
Dari kegunaan penelitian ini secara garis besar dapat berupa:
1. Kegunaan teoretis (keilmuan), berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan atau menambah wawasan pengetahuan yang berkaitan
dengan praktik jual beli kepala kijang yang dijadikan hiasan dan kulit
kijang sebagai jimat di desa Gedangan Sidayu Gresik, sehingga dapat
dijadikan informasi bagi pembaca dan sekaligus dapat digunakan sebagai
bahan penelitian lebih lanjut.
2. Kegunaan praktis (terapan), diharapkan bisa menjadi bahan masukan bagi
para pembaca untuk dijadikan landasan kepada para pemikir hukum Islam
untuk dijadikan salah satu metode ijtihad dalam melakukan praktik jual
beli dan sosialisasi sekaligus mempertajam analisis teori dan praktik
terhadap jual beli.

13

G. Definisi Operasional
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami skripsi ini, maka
perlu diberikan definisi yang jelas mengenai pokok kajian yang penulis bahas,
yaitu:
Hukum Islam

: Segala ketentuan Allah yang terdapat pada alQuran, hadis dan dijabarkan oleh para ulama fikih
yang tercermin dalam istinbath mereka.17 Baik
berupa larangan, pilihan atau berupa syarat, sebab
dan halangan dalam suatu perbuatan hukum.18
Yang dimaksud adalah jual beli kepala kijang yang
dijadikan hiasan dan kulit kijang yang dijadikan
jimat menurut hukum Islam.

Jual beli

: Pertukaran harta tertentu dengan harta lain
berdasarkan keridlaan antara keduanya atau dengan
pengertian lain pemindahan hak milik dengan hak
milik lain berdasarkan persetujuan dan perhitungan
materi.19 Yang dimaksud adalah jual beli kepala
kijang yang dijadikan hiasan dan kulit kijang yang
dijadikan jimat.

Kijang

: Kijang dalam bahasa jawa disebut dengan kidang
dan bernama ilmiah muntiacus muntjak merupakan

Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat (Yogyakarta: UII Press, 2000), 3.
Abd. Shomad, Hukum Islam (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), 29.
19
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Juz 3 (Beirut: Dar Al-Fikr, 1981), 120-121.
17

18

14

salah satu rusa asli Indonesia. Dipercaya sebagai
jenis rusa tertua. Kijang berasal dari dunia lama dan
telah ada sejak 15–35 juta tahun yang lalu.
Termasuk jenis hewan yang mampu berlari dengan
kecepatan tinggi dan memiliki keunikan dimata
para spiritualis.
Gedangan

: Sebuah desa yang terdapat di kecamatan Sidayu
kabupaten Gresik propinsi Jawa Timur yang
berbatasan dengan desa Sekapuk, desa Doudo dan
desa Sukorejo, serta bersebelahan dengan hutan jati
Panceng.

H. Metode Penelitian
Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research)
yang bermaksud mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan
sekarang dan interaksi suatu sosial, individu, kelompok, lembaga dan
masyarakat.20 Penulis mengambil pelaksanaan penelitian di desa Gedangan
kecamatan Sidayu kabupaten Gresik. Metode penelitian ini adalah rencana
pemecahan untuk persoalan yang sedang diteliti.
1. Data yang dihimpun
Untuk menjawab rumusan masalah, data yang dihimpun adalah:

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi
Aksara, 2004), 5.
20

15

a. Data tentang kepala kijang sebagai hiasan dan kulit kijang sebagai
jimat (data tentang proses, mekanisme dan pihak-pihak yang terlibat)
dalam praktik jual beli kepala kijang sebagai hiasan dan kulit kijang
sebagai jimat di desa Gedangan kecamatan Sidayu kabupaten Gresik.
b. Data tentang ayat-ayat al-Quran dan hadis yang mengenai kepala
kijang sebagai hiasan dan kulit kijang sebagai jimat.
2. Sumber Data
Sesuai dengan data yang dikumpulkan diatas, maka sumber data yang
dikumpulkan yaitu:
a. Sumber data primer
Adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan langsung dari
lapangan oleh penulis yang melakukan penelitian.21 Melalui
wawancara dan observasi terhadap pihak-pihak yang berkaitan dengan
permaslahan jual beli kepala kijang sebagai hiasan dan kulit kijang
sebagai jimat, antara lain:
1) Pemburu, penjual kepala kijang dan kulit kijang.
Yaitu bapak Sutikno yang berusia 61 tahun salah satu warga
desa Gedangan yang menjual kepala kijang sebagai hiasan dan
kulit kijang sebagai jimat.
2) Pembeli kepala kijang dan kulit kijang.
a) Kepala kijang yang dijadikan hiasan, yaitu oleh bapak Komar,
seorang warga Abar-Abir yang terletak agak jauh dari desa
21

Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum (Surabaya: Hilal Pustaka, 2013), 93.

16

Gedangan yang membeli kepala kijang untuk dijadikan hiasan
rumah.
b) Kulit kijang yang dijadikan jimat, yaitu oleh bapak WGO
warga Surowiti yang terletak agak jauh dari desa Gedangan
yang membeli kulit kijang yang akan dijadikan jimat.
b. Sumber data sekunder
Adalah data yang diperoleh dan dihimpun oleh penulis dari
sumber-sumber yang telah ada baik dari perpustakaan maupun dari
sumber lain diantaranya website yang berkaitan dengan permasalahan
yang dibahas.
Adapun sumber data sekunder yang dimaksud adalah penulis akan
merujuk pada data yang sudah ada berupa literatur buku tentang
hukum jual beli islam, website tentang kijang, yaitu antara lain:
1. Asas-Asas Hukum Muamalah (Hukum Perdata Islam), karya
Ahmad Azhar Basyir,
2. Fiqh Islam Wa Adillatuhu, karya Wahbah Az-Zuhaili
3. Berbagai Macam Transaksi dalam Fiqih Muamalat, karya Hasan
Ali.
4. Fiqh Muamalah, karya Nasrun Haroen.
5. Fiqh Ekonomi Syariah, karya Mardani.
6. Fiqh Muamalah, karya Hendi Suhendi.
7. Fiqh Muamalah, karya Rachmad Syafe’i.
8. Fiqh Muamalat, karya Ahmad Wardi Muslich.

17

3. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan
dengan teknik:
a. Wawancara (Interview)
Yaitu teknik pengumpulan data dengan bertanya langsung
kepada pihak yang berkaitan dengan permasalahan yang akan
dibahas.22 Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data yang sesuai
dengan penelitian. Wawancara ini dilakukan dengan tatap muka
secara langsung melalui tanya jawab, karena hal ini akan diperoleh
informasi yang lengkap dan tepat sesuai yang ada di lapangan.
Wawancara ini dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait, yaitu
penjual kepala kijang dan kulit kijang, yaitu bapak Sutikno. Adapun
pembelinya yaitu bapak Komar yang membeli kepala kijang sebagai
hiasan rumah dan bapak Wagio yang membeli kulit kijang sebagai
jimat.
b. Dokumentasi
Sebagai pelengkap dalam pengumpulan data maka penulis
menggunakan data dari sumber-sumber yang memberikan informasi
terkait dengan permasalahan yang dikaji. Seperti pemburu sekaligus
penjual dan pembeli kepala kijang yang dijadikan hiasan dan kulit
kijang yang dijadikan jimat.

22

Sutrisno Hadi, Metodelogi Penelitian Research (Yogyakarta: Andi Offest, 1991), 193.

18

4. Teknik pengolahan data
a. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan data. Teknik ini digunakan
untuk pemeriksaan kembali data-data yang telah diperoleh.
b. Organizing, yaitu menyusun data-data hasil editing sedemikian rupa
sehingga menghasilkan data yang baik dan mudah dipahami.23
5. Teknik analisis data
Hasil dari pengumpulan data tersebut akan dibahas dan kemudian
dilakukan analisis secara kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamanati dengan metode yang telah ditentukan.
a. Analisis deskriptif
Yaitu dengan cara menuturkan dan menguraikan serta
menjelaskan data yang terkumpul. Tujuan metode ini adalah untuk
membuat deskripsi atau gambaran mengenai objek penelitian secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang telah diselidiki.24 Metode ini
digunakan untuk memberikan penjelasan lebih jelas lagi mengenai jual
beli kepala kijang sebagai hiasan dan jual beli kulit kijang sebagai
jimat.

Andi Prastowo, Metodelogi Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 210.
24
Mohammad Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2005), 63.
23

19

b. Pola pikir induktif
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pola pikir induktif
yang berarti pola pikir yang berpijak pada fakta-fakta yang bersifat
khusus kemudian diteliti dan akhirnya dikemukakan pemecahan
persoalan yang bersifat umum.25 Pola pikir ini digunakan untuk
mengemukakan fakta-fakta dari hasil penelitian di desa Gedangan
kecamatan Sidayu kabupaten Gresik yang kemudian dianalisis secara
umum menurut hukum Islam.

I. Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas pada penelitian skripsi
ini, penulis akan menggunakan isi uraian pembahasan. Adapun sistematika
pembahasan penelitian skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu sebagai berikut:
Bab pertama, merupakan pendahuluan, pembahasan dalam bab ini
terdapat sembilan sub bab antara lain, yaitu berisi latar belakang masalah,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan
penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian
dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, merupakan landasan teori yang berisi hukum Islam
tentang jual beli. Adapun sub babnya antara lain, yaitu definisi jual beli, dasar
hukum tentang jual beli, rukun dan syarat jual beli, jual beli yang

25

Sutrisno Hadi, Metodologi Research…, 16.

20

diperbolehkan dalam Islam dan jual beli yang dilarang karena menimbulkan
kemad{aratan.
Bab ketiga, merupakan pembahasan tentang praktik jual beli kepala
kijang sebagai hiasan dan kulit kijang sebagai jimat di desa Gedangan Sidayu
Gresik. Dalam bab ini terdapat dua sub bab antara lain, yaitu gambaran
umum tentang desa, yaitu keadaan geografis dan demografi desa Gedangan
dan praktik jual beli kepala kijang sebagai hiasan dan kulit kijang sebagai
jimat di desa Gedangan Sidayu Gresik.
Bab keempat, merupakan praktik jual beli kepala kijang sebagai
hiasan dan kulit kijang sebagai jimat di desa Gedangan Sidayu Gresik yang
terdapat dua pembahasan, yaitu analisis terhadap praktik jual beli kepala
kijang sebagai hiasan dan kulit kijang sebagi jimat dan tinjauan hukum Islam
terhadap jual beli kepala kijang Sebagai hiasan dan kulit kijang sebagai jimat
di desa Gedangan Sidayu Gresik.
Bab kelima, merupakan bab penutup dari pembahasan skripsi ini, yang
berisikan keseluruhan isi pembahasan skripsi yang memuat kesimpulan dan
saran.

BAB II
HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI

A. Definisi Jual Beli
Jual beli dalam istilah fiqh disebut dengan al-bay‘ yang berarti
menjual, mengganti, dan menukar dengan sesuatu yang lain.1 Lafal al-ba’
dalam bahasa arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yakni
kata ash-tary (beli). Dengan demikian, kata al-bay‘ berarti jual, tetapi
sekaligus berarti beli.
Secara terminologi, jual beli dapat didefinisikan sebagai berikut:
a. Memindahkan kepemilikan harta dengan harta (tamli>k al-ma>l bi al-ma>l).2
b. Aqad yang tegak atas dasar penukaran harta atas harta, maka terjadilah
hak milik secara tetap.3
c. Jual beli adalah tukar menukar harta dengan jalan suka sama suka. Atau
memindahkan kepemilikan dengan adanya pergantian dengan prinsip
tidak melanggar syariah.4
d. Bay‘ adalah jual beli antara benda dengan benda, atau pertukaran benda
dengan uang.5

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), 111.
Abdurrahman al-Jaziri, Fiqih Empat Madzhab Bagian II. Terj. Chatibul Umam dan Abu
Hurairah (Jakarta: Darul Ulum Press, 2001), 2.
3
T. M. Hasbi ash- Shiddieqy, Pengantar Fiqih Muamalah (Jakarta: Bulan Bintang, 1989), 97.
4
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 4 (Bairut: Dar al-Fikr, 1403 H/1983 M), 126.
1

2

21

22

e. Pertukaran harta dengan harta yang diterima dengan menggunakan ija>b

qabu>l dengan cara yang diijinkan oleh syara’.6
Dari definisi diatas bahwa pengertian jual beli secara terminologi
adalah tukar menukar harta dengan harta atau harta dengan uang dengan
berpindahnya kepemilikan atas dasar suka sama suka disertai dengan ija>b
dan qabu>l.
Sedangkan menurut pengertian fikih, jual beli adalah menukar
sesuatu barang dengan barang lain dengan rukun dan syarat tertentu. Jual
beli dapat diartikan menukar uang dengan barang yang diinginkan sesuai
dengan rukun dan syarat tertentu. Setelah jual beli dilakukan secara sah,
barang yang dijual menjadi milik pembeli sedangkan uang yang dibayarkan
pembeli sebagai pengganti harga barang, menjadi milik penjual.7
Menurut Wahbah az-Zuhaili, jual beli yang dikemukakan oleh para
ulama fiqh yaitu Imam Hanafiyah mendefinisikannya bahwa jual beli
adalah:8

ِ
ْ‫صوص‬
ُ ََ ْْ‫ُمبَ َادلَْةُْ َمالْْبَْالْْ َعلَىْ َوجه‬
“Saling tukar menukar harta dengan cara tertentu.”

Yusuf Bahtiyar, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah pasal 20 ayat 2 (Surabaya: Bahtiyar 196,
2014), 13.
6
Taqi> Al-Di>n Ibn Abi Bakr Ibn Muhammad Al-Husayni>, Kifa>yah Al-Akhya>r fi Hill Gha>yah AlIkhtisa>r (Beirut: Da>r Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, 2001), 326.
7
Zainul Arifin, Al-Muhadathah Hukum Ekonomi dan Bisnis Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel
Press, 2014), 6.
8
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu Jilid 4 (Jakarta: Gema Insani, 2011), 101.
5

23

ِِ ِ ِ
ْ ْ‫صوص‬
ُ ََ ْْ‫ُمبَ َادلَْةُْ َشيئْْ َمرغُوبْْفيهْْبث ِْلْ َعلَىْ َوجهْْ ُم َقيِد‬
“Tukar menukar sesuatu yang diingini dengan yang sepadan melalui
cara tertentu yang bermanfaat”.
Definisi lain dikemukan ulama Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah.
Menurut mereka jual beli yaitu:

ِْ ‫الْ ِِل َم‬
ِْ ‫ُمبَ َادلَْةُْال َم‬
‫الَْلِيكاْ َوَََلكا‬
“Saling menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik
dan pemilikan”.
Sedangkan menurut Hendi Suhendi dalam bukunya, jual beli adalah
menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan
melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar merelakan
dengan cara yang sesuai dengan aturan syara’.9
Dari beberapa definisi diatas bahwa inti jual beli ialah tukar menukar
benda atau barang yang bermanfaat dalam bentuk pemindahan hak milik dari
pihak satu ke pihak lain atas dasar kerelaan dengan ketentuan yang
dibenarkan syara’ dan disepakati.

B. Dasar Hukum Jual Beli
Jual beli sendiri adalah hukumnya mubah, tapi bisa menjadi wajib
yaitu dalam keadaan terpaksa membutuhkan makanan dan minuman, maka ia
wajib membeli apa saja yang menyelamatkan dirinya dari kebinasaan dan
suatu keharusan menjual barang untuk membayar hutang. Dan sunnah hukum
9

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 67.

24

jual beli, misalnya menjual barang kepada sahabat atau orang yang sangat
memerlukan barang yang dijual. Dan jual beli itu menjadi haram hukumnya,
apabila jika menjual barang yang dilarang untuk diperjualbelikan. Seperti
menjual barang untuk maksiat, jual beli untuk menyakiti seseorang, jual beli
untuk merusak harga pasar, dan jual beli dengan tujuan merusak ketentraman
masyarakat.10 Adapun dasar hukum jual beli dari al-Quran antara lain:
a) Surah al-Baqarah (2) ayat 275:

ِ ْ‫لُْالبَ ي َْعْ َو َحرَْم‬
َِْْ‫الر‬
ْ ْْ‫َحل‬
َ ‫َوأ‬
“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba”.11
Maksud dari ayat diatas adalah, Allah memperbolehkan transaksi
yang berbasis jual beli dan tanpa dibarengi dengan adanya keribaan atau
penambahan dari segi uang ataupun benda, dari segi jumlah maupun
waktu berlangsungnya.12
b) Surah al-Baqarah (2) ayat 282:

َْْ‫ضآرْْ َكاتِبْْ َواَْْ َش ِهيْدْْ َوإِنْْتَ ْف َعلُواْْفَِإ ْنهُْفُ ُس ْوقْْبِ ُكمْْ َوات ُْقواْْل‬
َ ُ‫َوأَش ِه ُدواْإِ َذاْتَبَايَعتُمْْ َواَْْي‬
ْْ‫لُْبِ ُك ِْلْ َشيءْْ َعلِيْم‬
ْ ْ‫لُْ َو‬
ْ ْ‫َويُ َعلِ ُم ُك ُْم‬
“Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli dan janganlah
penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan
yang demikian maka sesungguhnya hal itu suatu kefasikan pada

Zainul Arifin, Al-Muhadathah Hukum Ekonomi dan Bisnis Islam…, 8.
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya (Bandung: Syamiil Quran, 2010), 47.
12
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu…, 32.
10

11

25

dirimu. Dan bertaqwalah kepada Allah, Allah mengajarkanmu dan
Allah mengetahui segala sesuatu”.13
c. Surah an-Nisa> (4) ayat 29:

ِ ‫ْيْأَي هاْال ِذيْ ْنْآمنُواْْاَْْ ََ ُكلُواْْأَموالَ ُكمْْب ي نَ ُكمِْْلب‬
ْْ‫اط ِْلْإِاْْأَنْْتَ ُكو َْنَِِْ َارةْْ َعنْْتَ َراضْْ ِمنْ ُكْم‬
َ َ
َ
َ َ
َ َ
ْ‫َو ْاَْتَقتُلُواْْأَنْ ُف َس ُكمْْإِنْْلَْْ َكا َْنْبِ ُكمْْ َرِحيْما‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar),
kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama
suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sungguh, Allah maha penyayang kepadamu”.14
Maksud dari ayat diatas adalah menurut kesepakatan para jumhur
ulama bahwa jalan suka sama suka antara kedua belah pihak adalah
dengan melalui sarana ija>b dan qabu>l.
c) Hadits dari Rifa’ah ibn Rafi’:

ِ ْْ‫اع َْةْب ِنَْْْرافِعْْأَن‬
ْ ْ‫صلى‬
ْ‫ْ َع َم ُْل‬:ْ‫ال‬
َْ َ‫ب؟ْق‬
ِْ ‫اُّْ َعلَي ِْهْ َو َسل َْمْ ُسْئِ َْلْأَيْْال َكس‬
َ َ‫َْع ْنْ ِرف‬
َ ْْ‫النب‬
ُ َ‫بْأَطي‬
ْْ‫الر ُج ِْلْبِيَ ِدِْْ َوُكْلْْبَيعْْ َمب ُرور‬
“Dari Rifa’ah ibnu Rafi’ bahwa Nabi Saw. Ditanya usaha apakah
yang paling baik ? Nabi menjawab: usaha seseorang dengan
tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur. (diriwayatkan
oleh al-Bazzar dan dishahihkan oleh al-Hakim)”.15
Jual beli mabrur adalah setiap jual beli yang tidak ada dusta dan
khianat.16 Yang artinya jual beli yang jujur, tanpa diiringi dengan
kecurangan-kecurangan mendapat berkat dari Allah.

Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahanya…, 48.
Ibid., 83.
15
Muhammad Bin Ismail Al-Kahlani, Subul As-Salam Juz 3 (Mesir: t.p., 1990), 4.
16
Zakaria al-Anshari, Hasyiah Ibn Abidin (Beirut: Dar el-fikr, t.th.), 2-4.
13

14

26

d) Hadits Nabi dari Sa’id:

ِ ُْ ‫ْاَلتا ِج ْرْالص ُدو‬:‫ال‬
ْ ْ‫صلى‬
ْْ‫ي‬
َْ َ‫اُّْ َعلَي ِْهْ َو َسل َْمْق‬
ِ ِ ْ‫َعنْْأَِبْْ َسعِي ِْدْ َع ِْن‬
َ ِْ‫يْْ َم َْعْالنْبِي‬
ُ ‫قْاَْم‬
َ ْْ‫النب‬
ُ
ِ ‫و‬
.‫الشهدآ ِْء‬
َْ ِ‫الص ِدق‬
َ ‫يْ َو‬
َ
“Dari Abi Said dari Nabi saw, beliau bersabda: pedagang yang
jujur (benar) dan dapat dipercaya nanti bersama-sama dengan
Nabi, shiddiqin, syuhada. (HR. Tirmidzi)”.17
Dari ayat-ayat dan hadis yang dikemukakan diatas dapat dipahami
bahwa jual beli merupakan pekerjaan yang halal dan mulia. Apabila
pelakunya jujur, maka kedudukannya diakhirat nanti setara dengan para
Nabi, syuhada dan shiddiqin.
Lalu dijelaskan juga dalam ijma’, yaitu:
Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan
bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa
bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang
lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang
sesuai.18
Ibnu Qudamah menyatakan bahwa kaum muslimin telah sepakat
tentang diperbolehkannya bay‘ karena mengandung hikmah yang
mendasar, yakni setiap orang pasti mempunyai ketergantungan terhadap
suatu yang dimiliki rekannya (orang lain), dan orang lain tersebut tidak
akan memberikan sesuatu yang ia butuhkan tanpa ada pengorbanan.

At-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi Juz 3. Nomor hadits 1209, CD Room. Maktabah Kutub alMutun, Silsilah al-,Ilm an-Nafi’, Seri 4, al-Isdhar al-Awwal, 1426 H, 515.
18
Rachmat Syafe’i, Fiqh Muamalah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), 75.
17

27

Dengan disyariatkan bay‘ setiap orang dapat meraih tujuannya dan
memenuhi kebutuhannya.19
Dalam Qiyas ulama’ dijelaskan bahwa semua syariat Allah SWT
yang berlaku pasti mengandung hikmah dan kerahasiaan yang tidak
diragukan lagi oleh siapapun. Adapun hikmah dari persyariatan bay‘
adalah sebagai media atau sarana umat Islam dalam memenuhi
kebutuhannya. Semua itu tidak akan terealisasi tanpa adanya peranan
orang lain dengan cara tukar menukar (barter) dan kebutuhan hidup
lainnya dengan orang lain, dan saling memberi juga menerima antar
manusia sehingga hajat hidupnya terpenuhi.20

C. Rukun Jual Beli
Jual beli mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi, sehingga
jual beli itu dapat dikatakan sah oleh syara’. Dalam menentukan rukun jual
beli terdapat perbedaan pendapat ulama Hanafiyah dan jumhur ulama.21
Adapun rukun jual beli menurut ulama Hanafiyah adalah hanya ija>b dan
qabu>l, menurut mereka yang menjadi rukun dalam jual beli itu hanyalah
kerelaan (rid}a)> . Kerelaan itu merupakan unsur hati yang sulit untuk diindera
sehingga tidak kelihatan. Hal ini diilustrasikan dalam bentuk ungkapan ija>b
dan qabu>l melalui pemberian barang dan harga barang. Akan tetapi, jumhur
ulama menyatakan bahwa rukun jual beli itu ada empat, yaitu:

Ath-Thayyar, dkk, Ensiklopedia Fiqih Muamalah (Jakarta: Maktabah al-Hanif, 2009), 5.
Ibid., 5.
21
Sohari Sahrani dan Abdullah Ru’fah, Fikh Muamalah (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011),67
19

20

28

a. Orang yang berakad atau al-muta’a>qidain (penjual dan pembeli) yaitu,
individu atau kelompok yang melakukan kegiatan yang terdiri dari bay‘
(penjual) dan mushtary (pembeli) yang menjual dan membeli barang yang
diakadkan.
b. S{i>ghat atau lafal ija>b qabu>l yaitu, ucapan atau lafad penyerahan hak milik
(ija>b) dari satu pihak dan penerimaan hak milik (qabu>l) dari pihak lain
dari penjual maupun pembeli.
c. Objek barang yang dijualbelikan (ma’qu>d ‘alayh) yaitu, objek atau barang
atau uang atau nilai tukar lainnya yang ditransaksikan dalam jual beli.
d. Harga barang, yaitu nilai tukar untuk pengganti barang yang
diperjualbelikan.

D. Syarat Jual Beli
Adapun syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang
dikemukakan jumhur ulama diatas adalah sebagai berikut:
a. Syarat-syarat orang yang berakad, ialah berakal. Jumhur ulama
berpandangan bahwa jual beli yang dilakukan oleh anak kecil yang belum
berakal atau orang gila, hukumnya tidak sah, yang melakukan akad itu
adalah orang yang berbeda. Adapun anak-anak yang sudah mengerti,
tetapi belum dewasa, boleh berjual beli yang kecil-kecil seperti korek api
dan sebagainya.22

22

Barwari Umari, Fiqh Islam (Solo: Ramadhani, 1986), 110.

29

b. Syarat-syarat ija>b qabu>l. Menurut kesepakatan para ulama, unsur yang
paling utama dalam jual beli adalah saling rela antara kedua belah pihak.
Apabila ijab qabu>l telah diucapkan dalam akad jual beli, maka pemilikan
barang atau uang telah berpindah tangan dari pemilik semula. Untuk itu
para ulama fiqih mengemukakan syarat ijab qabu>l itu sebagai berikut:
1) Orang yang mengucapkannya telah baligh dan berakal.
2) Qabu>l sesuai dengan ija>b.
3) Ija>b dan qabu>l itu dilaksanakan dalam satu majelis.
c. Syarat-syarat barang yang diperjualbelikan (ma’qu>d ‘alayh), antara lain,
sebagai berikut:
1) Barang yang dijual harus suci, tidak menjual barang najis seperti
anjing, arak, babi, bangkai dan lain-lain.
2) Barang itu ada, atau tidak ada ditempat, tetapi penjual menyatakan
kesanggupannya untuk mengadakan barang itu.
3) Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia. Dengan demikian,
tidak diperbolehkan melakukan jual beli barang yang diharamkan oleh
agama seperti khamar (minuman keras), babi, alat untuk hura-hura
dan bangkai. Dalam firman Allah SWT yang berbunyi:
a. Surah al-Baqarah ayat 219:

ْْ‫لناسْ َوإُُِْه َماْأَكبَْ ُْرْ ِمن‬
ِْ ِ‫كْ َع ِْنْاَْم ِْرْ َوال َمي ِس ِْرْقُلْْفِيْ ِه َماْإِثْْ َكبِيْرْْ َْوَمنَافِ ُْعْل‬
َْ َ‫يَسْأَلُْون‬
ْْ‫ِْلَ َعلْ ُكم‬
ِْ ‫لُْلَ ُك ُْمْالْ َي‬
ْ ْْ‫بي‬
َْ ِ‫كْ َماذَاْيُْن ِف ُق ْو َْنْقُ ِلْْال َعف َْوْ َك َذل‬
َْ َ‫ن فعِ ِه َماْ َويَسأَلُْون‬
ُ ِ ُْ‫كْي‬
ْ‫تَتَ َفك ُرْو َن‬

30

“Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang
khamar dan judi. Katakanlah, pada keduanya terdapat dosa
besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya
lebih besar daripada manfaatnya. Dan mereka menanyakan
kepadamu tentang apa yang harus mereka infakkan.
Katakanlah, kelebihan dari apa yang diperlukan.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatnya kepadamu
supaya kamu berfikir”.23
b. Surah al-Ma>idah ayat 90:

ْْ‫ابْ َواَْْزاَُْمْ ِرجسْْ ِمن‬
ُْ ْ‫ص‬
ْ ‫َْيْأَي َهاْال ِذيْ َْنْ َآمنُواْْإَِّْاْاَْم ُْرْ َوال َمي ِس ُْرْ َو‬
َ ْ‫اَْن‬
ْ‫انْفَاجتَنِبُ ْوُْْلَ َعل ُكمْْتُفلِ ُح ْو َن‬
ِْ َ‫َع َم ِْلْالشيط‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya
minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan
mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji
dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatanperbuatan) itu agar kamu beruntung”.24
Akan tetapi ada beberapa hewan yang dapat dimanfaatkan,
seperti beruang, singa dan binatang lain yang berguna untuk berburu
atau dapat dimanfaatkan kulitnya. Gajah yang dimanfaatkan untuk
mengangkut barang, anjing- anjing yang dapat dijinakkan untuk
penjaga keamanan, burung beo, burung merak dan burung-burung
lainnya yang bentuknya indah sekalipun yang tidak untuk dimakan
tetapi dengan tujuan menikmati suara dan keindahan bentuknya. 25
4) Boleh diserahkan saat akad berlangsung atau pada waktu yang
disepakati bersama ketika transaksi berlangsung.
5) Jual beli itu terhindar dari cacat, seperti kriteria barang yang diperjual
belikan itu tidak diketahui, baik jenis, kualitas, maupun kua