Penggunaan student's smart card dalam layanan pendidikan di SMA Nahdlatul Ulama' 1 Gresik.
SKRIPSI
Oleh :
DAHLAN AS’ARI
NIM : D33213029
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA 2017
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
ABSTRAK
Dahlan As’ari (D33213029), 2017, Penggunaan Student’s Smart Card dalam Layanan Pendidikan di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik, Dosen Pembimbing I, Ibu Dr. Hanun Asrohah, M.Ag dan Dosen pembimbing II, Ibu Dr. Lilik Huriyah, M.Pd.I
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan penerapan Smart Card dalam layanan pendidikan yang ada di sekolah. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskripstif. Dalam proses pencarian data, Peneliti menggunakan metode observasi, wawancara serta dokumentasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan penerapan smart card dalam layanan pendidikan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Dalam proses pencarian data, Peneliti menggunakan metode observasi, wawancara mendalam terhadap subyek penelitian, dan dokumentasi. Dalam analisis dan intepretasi data, Peneliti menggunakan model Miles and Huberman yaitu reduksi, penyajian, dan verifikasi data. Sedangkan dalam uji keabsahan data Peneliti menggunakan triangulasi berupa triangulasi sumber dan teknik.
Secara penerpannya, Smart Card salah satu system informasi yang menjadikan efektif dan efisiensi dalam proses bertransaksi, hal tersebut seperti penerapannya di sekolah ini, yang fungsi dari smart card dapat digunakan diberbagai layanan, seperti:layanan foodcourt sebagai layanan pendidikan untuk pemenuhan kebutuhan jasmani warga sekolah, begitu juga dengan layanan ma’arif mart, layanan perpustakaan sebagai layanan kebutuhan warga sekolah dalam megakses pengetahuan lain melalui buku-buku yang ada di perpustakaan, layanan presensi sebagai layanan kehadiran siswa di sekolah, dan juga dapat digunakan dilayanan deposito sebagai layanan untuk pengisian saldo smart card sekaligus digunakan untuk menabung. Selain itu pengguna dari smart card tidak hanya warga sekolah tetapi dari mulai peserta didik, guru serta karyawan dan juga tamu sekolah yang berkunjung.Dari beberapa fungsi terhadap layanan tersebut, menimbulkan dampak bagi warga sekolah,yaitu menjadikan disiplin tepat waktu masuk sekolah, baik peserta didik, guru serta karyawan, dan menjadikan tertib dalam mengantri, memudahkan dalam proses pelayanan, baik dari tenaga serta waktunya.
Kata Kunci :Student’s Smart Card, Layanan Pendidikan, Smart Card dalam
(7)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v
MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I : PENDAHULUAN A. LatarBelakangPenelitian ... 1
B. Fokus Penelitihan ... 9
C. TujuanPenelitihan ... 10
D. Manfaat Penelitihan ... 10
E. Definisi Konseptual ... 11
F. Keaslian Penelitihan ... 14
(8)
BAB II :KAJIAN PUSTAKA A. Student’s Smart Card
1. Definisi Smart Card ... 18
2. Sejarah Smart Card ... 20
3. Perkembangan Smart Card di Indonesia ... 26
4. Jenis-Jenis Smart Card ... 27
5. Cara Menggunakan Smart Card ... 30
6. Manfaat dan Resiko Penggunaan Smart Card ... 35
B. Layanan Pendidikan 1. Definisi Layanan Pendidikan ... 35
2. Macam-Macam Layanan Pendidikan ... 41
C. Pemanfaatan Student’s Smart Card pada Layanan Pendidikan 1. Pemanfaatan Smart Card pada layanan diberbagai negara ... 44
2. Alur Transaksi Smart Card pada layanan perpustakaan dan kantin 46 BAB III :METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 48
B. Lokasi Penelitian ... 50
C. Sumber Data dan Informan Penelitian ... 50
D. Cara Pengumpulan Data ... 53
E. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data ... 55
F. Keabsahan Data ... 57
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek ... 66
B. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Temuan Penelitian ... 71
(9)
C. Pembahasan ... 105 BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 108 B. Saran ... 110 DAFTAR PUSTAKA
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1.Guru dan Karyawan SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik ... 63
Tabel 4.2.Rekap Jumlah Keseluruhan Siswa SMA NU 1 Gresik ... 64
Tabel 4.3.Jadwal Kegiatan Wawancara ... 69
(11)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1Alur Transaksi Peminjaman Buku Perpustakaan ... 47
Gambar 2.2 Alur Pembelian di Kantin ... 48
Gambar 4.1. Magnetic Stripe Reader ... 82
Gambar 4.2. Printer Struk ... 83
Gambar4.3. Struk ... 84
(12)
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I : Pedoman Teknik Pengambilan Data Lampiran II :Transkip Hasil Wawancara dan Observasi LampiranIII :Profil Sekolah
LampiranIV :Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Lampiran V : Daftar Peserta Didik
LampiranVI :Rombongan Belajar LampiranVII:Sarana Prasarana
Lampiran VIII: Rekapitulasi Jumlah Siswa dan Karyawan LampiranIX: Surat Keterangan Penelitian
(13)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan teknologi telah berkembang sangat pesat hingga sekarang, dahulu manusia menciptakan teknologi karena dorongan akan hidup lebih baik. Sehingga mendorong manusia untuk membuat sebuah teknologi yang dapat membantu mereka dalam hal pekerjaan. Sehingga munculnya teknologi hingga sekarang.
Saat ini Teknologi informasi masih berkembang pesat di segala aspek kehidupan. Dari yang sederhana, hingga yang mutakhir. Di berbagai negara maju dan berkembang, hadir teknologi-teknologi baru yang dapat membantu dalam hal perkerjaan. Diranah perusahaan yang memanfaatkan teknologi informasi sebagai tujuan memajukan perusahaan serta memperluas jaringan. Aktivitas yang dahulunya dikerjakan secara manual dengan perkembangan teknologi informasi menjadikan pekerjaan menjadi efektif dan efisien, seperti ketika perusahaan melakukan surat menyurat yang dahulunya dilakukan dengan mengirimnya melalui kantor pos dan dikirim oleh kurir hingga beberapa hari dengan adanya perkembangan teknologi informasi dapat dikirim dengan melalui email atau web yang dituju, dalam ranah transaksi pembiayaan / pembayaran perusahaan yang dahulunya dengan tunai, dengan
(14)
adanya perkembangan teknologi informasi transaksi perusahaan dapat dilakukan secara langsung dengan melalui kartu ATM, Bank dll
Menurut Undang-Undang No 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi Pasal 1 Ayat (1) telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan/atau penerimaan dan setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya1
E-commerce adalah singkatan dari Electronik Commerce, yaitu pembelian, penjualan dan pertukaran barang atau layanan dan informasi secara elektronik, yang melalui jaringan komputer terutama internet. E-commerce dapat diartikan dengan sangat luas, tidak hanya pembelian atau penjualan barang, tetapi juga layanan terhadap pelanggan, kerja sama dengan rekan bisnis serta membangun transaksi secara elektronik antar organisasi2
Untuk keberhasilan suatu aplikasi, e commerce perlu adanya hal-hal lain yang mendukung seperti infrastruktur, permasalahan pembayaran elektronik, pemenuhan pesanan dan lain sebagainya. E-commerce mempunyai fungsi sebagai alat pembayaran berupa elektronik, pembayaran merupakan bagian dari melakukan bisnis, baik pembayaran secara elektronik maupun pembayaran secara tradisional. Pembayaran secara tradisional seperti uang tunai. Seperti pada pasar tradisional, pasar elektronik juga membutuhkan
1
Undang-Undang No 36 Tahun 1999 Pasal 1 Ayat 1 tentang Telekomunikasi. 2
(15)
metode pembayaran. Adapun metode pembayaran tersebut adalah check elektronik, kartu kredit elektronik, pembayaran tunai elektronik, smart card, dan pembayaran antar individual.
Realita yang ada penggunaan e-commerce yang berbentuk smart card digunakan oleh mayoritas perusahaan, dan dilembaga pendidikan penggadaan smart card masih jarang digunakan, tetapi sudah ada yang menggunakan di institusi – institusi perguruan tinggi seperti di Institut Teknologi Nasional Malang yang menggunakan teknologi informasi e-commerce yang berbentuk smart card dengan memfungsikan sebagai absensi juga dapat digunakan untuk akses pada kegiatan atau fasilitas proses pembelajaran di dalam kampus misalnya akses laboratorium, perpustakaan dan juga sebagai KTM.
Pendidikan menurut Crow dan Crow adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang sesuai dengan kegiatan seseorang untuk kehidupan sosialnya dan membantu kebiasaan-kebiasaan dan kebudayaan serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi3. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (proses; perbuatan; cara mendidik)4.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat dilihat pokok-pokok penting pendidikan yaitu:
3
Sahara dan Jamal Lisman, Pengantar Pendidikan 1 (Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana, 1992), 82
4
(16)
1. Pendidikan adalah proses pembelajaran. 2. Pendidikan adalah proses sosial.
3. Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia.
4. Pendidikan berusaha mengubah/mengembangkan kemampuan, sikap, dan perilaku yang positif.
5. Pendidikan merupakan perbuatan/kegiatan sadar dan terarah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah proses sosial dalam memanusiakan manusia melalui pembelajaran yang dilakukan dengan sadar, baik secara terencan maupun tidak.
Kottler mendefinisikan pelayanan/jasa sebagai suatu perbuatan, di mana seseorang atau suatu kelompok menawarkan pada kelompok/orang lain sesuatu yang pada dasarnya tidak berwujud dan produksinya berkaitan atau tidak berkaitan dengan fisik produk5. Stanton mengungkapkan definisi jasa adalah sesuatu yang dapat didefinisikan secara terpisah, tidak berwujud, dan ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan di mana jasa dapat dihasilkan dengan menggunakan benda-benda berwujud atau tidak6.
Dari pendapat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa jasa pelayanan adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang tidak berwujud, namun dapat dinikmati. Keluaran dari usaha ini tidak dapat dilihat dan diraba. Dengan demikian, jelas bahwa pendidikan dapat
5
Kottler, Philips. Marketing Management Millenium Edition (New Jersey: Prentice Hall Inc, 2000), 428
6
(17)
dikategorikan sebagai suatu lembaga yang termasuk kategori pemberi pelayanan jasa, sehingga apabila ingin dilihat kinerjanya berasal dari mutu pelayanan yang dilakukannya. Dan dengan penerapan layanan yang baik akan menjadikan respon para pengguna layanan juga baik.
Secara sederhana layanan pendidikan bisa diartikan dengan jasa pendidikan. Kata jasa (service) itu sendiri memiliki beberapa arti, mulai dari pelayanan pribadi (personal service) sampai pada jasa sebagai suatu produk7. Sebelum lebih jauh membahas mengenai layanan pendidikan, terlebih dahulu akan dibahas mengenai pengertian jasa menurut beberapa ahli, sehingga pembahasan ini dapat dipahami secara komprehensif.
Selanjutnya Stanton mengungkapkan bahwa jasa diidentifikasi sebagai kegiatan tidak berwujud yang merupakan obyek utama dari transaksi yang dirancang untuk menyediakan keinginan atau kepuasan kepada pelanggan. Sedangkan Zaithmal dan Bitner berpendapat
“include all economic activities whose output is not a physical product or construction,is generally consumed at the time it is produced,and provides added value in forms (such as convenience, amusement, timelines, comfort of health) that are essentially intangible concerns of its first purchaser”8.
Jasa pada dasarnya merupakan seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dan pengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada
7
Rambat Lupiyadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa (Jakarta :Salemba Empat, ed II, 2006), 5
8
Tim dosen Administrasi Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta,2010), 334
(18)
saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud (intagnible) bagi pembeli pertamanya.
Jasa pengembangan kehidupan bermasyarakat, meliputi layanan untuk mengembangkan kemampuan para peserta didik untuk hidup bermasyarakat seperti mengobservasi kehidupan petani, pengusaha/perusahaan industri, mengunjungi rumah sakit,mengunjungi rumah-rumah. Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan sebagai produk jasa (service) merupakan sesuatu layanan yang tidak berwujud akan tetapi dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang diproses dengan menggunakan atau tidak menggunakan bantuan produk fisik dimana proses yang terjadi merupakan interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa yang mempunyai sifat yang tidak mengakibatkan peralihan hak atau kepemilikan. Jasa bukan barang melainkan suatu proses atau aktivitas yang tidak berwujud.
Dalam manajemen sumber daya, Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan9. Dalam jasa pendidikan, produk yang ditawarkan kepada siswa ialah reputasi, prospek, dan variasi pilihan. Sekolah yang baik menawarkan reputasi/mutu pendidikan yang tinggi, prospek bagi siswa setelah lulus, dan pilihan konsentrasi berbagai program yang bervariasi sehingga calon siswa dapat memilih bidang yang sesuai dengan bakat dan minat mereka.
9
(19)
Produk secara umum merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar bersangkutan. Produk yangditawarkan tersebut meliputi barang fisik, jasa, organisasi, dan ide. Produk dari sekolah adalah jasa kependidikan yang dapat dirinci sebagai berikut10:
1. Jasa kurikuler meliputi kurikulum, silabus umum, rancangan bahan pembelajaran, penyajian bahan pembelajaran, dan evaluasi.
2. Jasa penelitian,berupa berbagai penelitian dan hasilnya atau pengembangan kemampuan guru dalam meneliti dan membaca hasil penelitian.
3. Jasa ektrakurikuler, meliputi berbagai kegiatan pelayanan di luar jasa kurikuler, seperti kegiatan kesenian, olah raga, prakarya dan lain-lain. 4. Jasa administrasi/ketatausahaan, berupa layanan berbagai surat keterangan,
surat pengantar bagi peserta didik, laporan hasil belajar.
5. Jasa layanan khusus, berupa layanan bimbingan dan konseling, layanan perpustakaan,layanan usaha kesehatan sekolah, layanan kantin, dan layanan transportasi atau bus.
Dengan berbagai macam jasa layanan yang ada di sekolah, yang sangat berhubungan erat dengan teknologi smart card dalam prosesnya yakni jasa
10
Buchari Alma & Ratih Hurriyati, Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan (Bandung : Alfabeta, 2009) Hal : 227-228
(20)
layanan khusus. Dan perkembangan teknologi informasi saat ini, penggunaan teknologi yang berupa smart card digunakan di sektor pendidikan yang salah satunya diterapkan di lembaga pendidikan SMANU Gresik, penerapan teknologi smart card ini dimulai pada tahun 2013 yang mana sekolah tersebut sebelum menerapkan teknologi smart card, segala transaksi yang berhubungan dengan layanan administrasi dan layanan khusus yang ada di sekolah dirasa kurang efektif, dan rasa kepemilikan peserta didik terhadap kartu pelajar yang berguna sebagai identitas diri sangatlah kurang, terbukti dengan fungsinya sebagai identitas saja, peserta didik dalam menjaga kartu tersebut kurang sehingga menyebakan keteledoran seringnya hilang kartu identitas tersebut. Dan dalam melakukan transaksi pembayaran, sebelum adanya smart card peserta didik dalam transaksi pembayaran dengan tunai. Dan peserta didik dalam menyimpan uang terkadang hilang, dalam aspek kehadiran siswa, kehadirannya dilakukan secara manual yang dilakukan ketika masuk di kelas.
Dari permasalahan yang terjadi, sekolah menerapkan teknologi smart card yang kedepannya sekolah dalam memberikan layanan dapat secara efektif serta efisien bagi sekolah dan peserta didik, karena dengan teknologi smart card peserta didik hanya membawa kartu yang mempunyai banyak fungsi sehingga peserta didik otomatis akan menjaga kartu tersebut. Selain itu dalam pembayaran peserta didik tidak susah payah membawa uang.
(21)
Peneliti ingin mencoba melihat dan mengamati secara langsung penggunaan smart card yang selanjutnya peneliti menyebutnya dengan nama
student’s smart card. Dari uraian latar belakang diatas penulis ingin mengamati “Penggunaan Student’s Smart Card Dalam Layanan Pendidikan di SMA Nahdhatul Ulama’1 Gresik”.
B. Fokus Penelitian
Setiap pelaksanaan penelitian pada dasarnya dimulai dari sesuatu yang dianggap sebagai permasalahan yang perlu dicari jawabannya. Adapun dalam penelitian ini, permasalahan-permasalahan yang dapat diangkat dalam skripsi ini adalah “Bagaimana penggunaan smart card dalam layanan pendidikan di SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik?” dengan perincian sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan penggunaan student’s smart card dalam layanan pendidikan di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik?
2. Bagaimana fungsi student’s smart card dalam layanan pendidikan di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik?
3. Bagaimana dampak student’s smart card dalam layanan pendidikan di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik?
4. Bagaimana Respon Stakeholder dalam penggunaan student’s smart card dalam layanan pendidikan di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik?
(22)
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penerapan student’s smart card dalam layanan pendidikan di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik.
2. Untuk mengetahui fungsi student’s smart card dalam layanan pendidikan di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik
3. Untuk mengetahui dampak student’s smart card dalam layanan pendidikan di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik.
4. Untuk mengetahui Respon Stakeholder dalam penggunaan student’s smart card dalam layanan pendidikan di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik?
D. Manfaat Penelitian
Setelah penulis menyelesaikan penelitian ilmiah tentang Penggunaan
student’s smart card dalam Layanan Pendidikan di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik., manfaat yang diharapkan yaitu:
1. Dari sudut akademik
a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran tentang pelaksanaan penggunaan smart card student dalam layanan pendidikan di sekolah. b. Sebagai khazanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang Sistem
(23)
2. Dari sudut sosial praktis
a. Bagi Peneliti, Untuk memperluas wawasan tentang penggunaan smart card student dalam layanan pendidikan, dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Manajemen Pendidikan UIN Sunan Ampel Surabaya.
b. Bagi SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik, Sebagai masukan bagi pengelola sekolah agar mengoptimalkan penggunaan smart card semakin baik dan terorganisir.
c. Bagi UIN Sunan Ampel Surabaya, untuk menambah koleksi hasil-hasil penelitian, khususnya yang menyangkut sistem informasi manajemen di sekolah.
E. Definisi Konseptual
Definisi operasional adalah hasil dari operasionalisasi, menurut Black dan Champion untuk membuat definisi operasional adalah dengan memberi makna pada suatu konstruk atau variable dengan “operasi” atau kegiatan dipergunakan untuk mengukur konstruk atau variable. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atau sifat-sifat hal didefinisikan yang dapat diamati atau diobservasikan atau diteliti11.
Hal ini sangat penting dilakukan selain sebagai petunjuk alat pengumpul data (instrumen) yang cocok untuk digunakan, juga membuka kemungkinan bagi peneliti lain untuk melakukan hal yang serupa. Definisi
11
(24)
opersional juga diperlukan agar peneliti lain yang ingin melakukan penelitian serupa tidak salah dalam menafsirkan konsep variabel yang dilakukan oleh penulis12.
1. Penggunaan Student’s Smart Card
Smart Card Menurut Kadir, smart card adalah sebuah komputer berukuran kecil karena di lengkapi dengan chip yang mengandung prosesor, RAM dan ROM, dan bahkan sistem operasi dengan keamanan yang sangat tinggi13.
Kartu pintar (smart card), secara fisik, adalah kartu plastik seukuran kartu kredit yang dapat diisi dengan data untuk berbagai keperluan. Sejumlah pemanfaatan kartu pintar antara lain adalah pembayaran tunai secara elektronik, sistem presensi, kartu berlangganan tiket kereta api dan bus, pembayaran jalan tol, dan lain-lain14.
Dari beberapa pendapat tersebut maka smart cardadalah kartu plastik yang mengandung memory chip dan microprocessor. Kartu ini bisa menambah, menghapus serta mengubah informasi yang terkandung. Smart card sangat menolong saat melakukan transaksi sebab keamanan lebih terjamin.
12
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 190. 13
Kadir, Abdul. Pengenalan Sistem Informasi ( Yogyakarta :Andi Offset. 2003), 168 14
Paulus Insap Santosa, Prototipe Kantin Tanpa UangBerbasis Kartu Pintar, JUTI Volume 8, Nomor 1, Januari 2010
(25)
2. Layanan Pendidikan
Menurut KBBI istilah layanan dapat diartikan sebagai cara melayani, yaitu membantu menyiapkan (mengurus) apa yang di perlukan seseorang15
Pendidikan menurut noor syam adalah merujuk kepada aktivitas atau usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan jasmani (panca indera dan berbagai ketrampilan)16.
Jadi layanan pendidikan cara melayani atau membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang di dalam dunia pendidikan. 3. Sekolah Menengah Atas Nahdhatul Ulama’ 1 Gresik
Adalah sebuah lembaga pendidikan yang berbasiskan Islami yang berada di bawah naungan Lemabaga Pendidikan Ma’arif Nahdhatul Ulama’ yang berada di Jalan raya
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa maksud dari judul skripsi ini adalah Bagaimana Implementasi penggunaan
Student’s Smart Card dalam layanan pendidikan yang ada di lembaga pendidikan di SMA Nahdhatul Ulama’ 1 Gresik.
15
Achmad Mansur Sutejo dkk, Layanan Cinta (Jakarta : CV Agung Seto, 2014), 80. 16
Basilius R Werang, Manajemen Pendidikan di Sekolah (Yogyakarta: Media Akademi,2015),14.
(26)
F. Keaslian Penelitian
Setelah peneliti melakukan kajian pustaka, peneliti menjumpai hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang mempunyai sedikit relevansi dengan penelian yang sedang peneliti lakukan, yaitu sebagai berikut: 1. Dr Kanti W Istidjab, M.Sc, Dr Moedjiono, M.Sc, Drs. Akmam Amir, MKOM, Drs. Dede Drajat, Drs. Parwoko, Drs. Paraden L Sidauruk, Drs. Djoko Waluyo, Drs. Heru Pudjo Buntoro, MA Atjih Ratnawati, BA Gantyo Witarso, BA, Yan Andriariza AS, S.Kom telah melakukan penelitian dengan judul “Studi Penyusunan Kebijakan Pemerintah Mengenai Kerangka Kerja (Framework) Penerapan Kartu Pintar (Smart Card) Di Indonesia” penelitian tersebut Memberikan kerangka kerja bagi pemerintah dalam menghasilkan kebijakan dan panduan mengenai pemanfaatan smart card dan RFID yang optimal dalam berbagai layanan”17
2. Tantri Saraswati, Alvernia Nareswari N dan Novitarini “Penggunaan Smart Card sebagai Tiket Jalan Tol” jurnal ini membahas pembangunan sistem ticketing otomatis dengan memanfaatkan teknologi smart card sebagai alat transaksi berupa tiket jalan tol18.
17
Penelitian, Kanti W Istidjab, Moedjiono, Akmam Amir, dkk, Studi Penyusunan Kebijakan Pemerintah Mengenai Kerangka Kerja (Framework) Penerapan Kartu Pintar (Smart Card) Di Indonesia (Jakarta: Pusat Litbang APTEL SKDI, 2008)
18
Tantri Saraswati, Alvernia Nareswari N dan Novitarini Penggunaan Smart Card sebagai Tiket Jalan Tol, Penelitian (Bandung: Institut Teknologi Bandung, 2009)
(27)
3. Irmalia Suryani Faradisa, ST, MT, Irrine Budi Sulistyawati, ST, MT
“Desain Sistem Absensi Mahasiswa Menggunakan Piranti Kartu Cerdas” jurnal ini membahasuntuk absensi juga dapat digunakan untuk akses pada kegiatan atau fasilitas proses pembelajaran di dalam kampus misalnya akses laboratorium, perpustakaan dan juga sebagai KTM19
4. Paulus Insap Santoso “Prototiep Kantin Tanpa Uang Berbasis Kartu
Pintar” jurnal ini membahas tentang prototipe aplikasi desktop yang memanfaatkan kartu pintar untuk mode pembayaran transaksi tanpa uang tunai pada sebuah kantin20
5. Endrik “Aplikasi Smart Card Untuk Prototipe Sistem Pendidikan Sekolah Dengan Berbasis Web” jurnal ini membahas perangkat lunakuntuk sistem pendidikan sekolah dengan memanfaatkan smart card sebagai kartu siswa yang berbasis web agar dapat menghasilkan jaringan yang luas21
6. Resa Dian Pradikta, Paulus Susetyo W., ST, Reesa Akbar, ST “Rancang Bangun Simulasi SPBU Mandiri Menggunakan Air Dengan Sistem
Prabayar Berbasis Smart Card” jurnal ini membahas tentang penggunaan smart card sebagai media transaksi di SPBU22
19
Irmalia Suryani Faradisa,Irrine Budi Sulistyawati, Desain Sistem Absensi Mahasiswa Menggunakan Piranti Kartu Cerdas, Penelitian (Malang. Institut Teknologi Malang,2009) 20
Paulus Insap Santosa, prototiep kantin tanpa uang berbasis kartu pintar, Skripsi (Yogyakarta :Kampus UGM 2010)
21
Endrik, Aplikasi Smart Card Untuk Prototipe Sistem Pendidikan Sekolah Dengan Berbasis Web, Skripsi, (Bandung, Universitas Kristen Maranatha, 2008)
22
Resa Dian Pradikta, Paulus Susetyo, Reesa Akbar, Rancang Bangun Simulasi SPBU Mandiri Menggunakan Air Dengan Sistem Prabayar Berbasis Smart Card, Penelitian (Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh November, 2010)
(28)
7. Eva Khaterina Hasibuan Weny Fitriani “Smart Card Berbasis Biometrika
Sidik Jari Untuk Transaksi Pembayaran Pada Transmusi Palembang”
jurnal ini membahas sistem pembayaran menggunakan sidik jari untuk transaksi pembayaran pada transmusi sehingga mempermudah pelanggan untuk melakukan transaksi pada transmusi palembang23
8. Dessy Wulandari A.P “Identifikasi sistem pembayaran transjakarta
menggunakan smart card” jurnal ini membahas kegunaan smart card untuk penggamanan database dengan menggunakan chips mikroprosesor yang ada di dalamnya24.
Dari beberapa penelitian di atas, persamaan dari penelitian ini adalah praktik penggunaan smart card, serta yang yang membedakan dari penelitian ini penggunaan teknologi smart card dalam lembaga pendidikan
G. Sistematika Pembahasan
Untuk melengkapi penjelasan dalam pengembangan materi skripsi ini serta untuk mempermudah dalam memahami maka pembahasan dalam penelitian ini akan dipaparkan dalam 5 bab, dengan perincian sebagai berikut:
BAB I Akan dibahas tentang Pendahuluan; dalam bab ini akan dikemukakan latar belakang, fokus penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, definisi konseptual, dan sistematika pembahasan.
23
Eva Khaterina Hasibuan, Weny Fitriani, Smart Card Berbasis Biometrika Sidik Jari Untuk Transaksi Pembayaran Pada Transmusi Palembang,Skrips(Palembang, STMIK PalCom Tech, 2010)
24
Dessy Wulandari, Identifikasi Sistem Pembayaran Transjakarta Menggunakan Smart Card, Skripsi,(Depok, Universitas Gunadarma, 2012)
(29)
BAB II Akan membahas tentang Landasan Teoritis; dalam bab ini akan mengemukakan kajian teori yang mana di dalamnya menguraikan tentang segala hal yang berkaitan dengan tinjauan tentang Penggunaan Smart card, dengan sub bab Smart Card dan layanan pendidikan.
BAB III Akan membahas tentang Metode Penelitian; dalam bab ini akan berisi tentang metode penelitian yang didalamnya membahas tentang jenis dan pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini, lokasi penelitian, serta dari mana saja sumber yang di peroleh sekaligus bagaimana pengumpulan data dilakukan, prosedur analisis dan intrepretasi data dan keabsahan data dalam penelitian ini.
BAB IV Akan membahas tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan; Dalam bab ini berisi tentang gambaran objek penelitian, hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari deskripsi subjek, hasil penelitian, deskripsi hasil temuan serta analisis temuan penelitian dan pembahasan.
BAB V Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan-kesimpulan dan saran-saran dari hasil penelitian dan pembahasan.
Bagian akhir dari penelitian ini yaitu daftar pustaka yang menjadi daftar bahan atau sumber bahan yang dapat berupa buku teks, makalah, skripsi dan sebagainya.
(30)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Student’s Smart Card 1. Smart Card
Menurut Kadir, Smart Card adalah sebuah komputer berukuran kecil karena dilengkapi dengan chip yang mengandung prosesor, RAM dan ROM, dan bahkan sistem operasi dengan keamanan yang sangat tinggi25. Smart card merupakan teknologi yang banyak digunakan saat ini. Smart Card sering disebut sebagai chip card atau integrated circuit (IC) card. Chip card yaitu kategori umum yang mencakup smart card dan memory card.
Kartu pintar (smart card), secara fisik, adalah kartuplastik seukuran kartu kredit yang dapat diisi dengan data untuk berbagai keperluan. Sejumlah pemanfaatan kartu pintar antara lain adalah pembayaran tunai secara elektronik, sistem presensi, kartu berlangganan tiket kereta api dan bus, pembayaran jalan tol, dan lain-lain26.
Dari beberapa pendapat tersebut maka Smart card adalah kartu plastik yang mengandung memory chip dan microprocessor. Kartu ini bisa menambah, menghapus serta mengubah informasi yang terkandung. Smart
25
Kadir, Abdul. Pengenalan Sistem Informasi ( Yogyakarta : Andi Offset, 2003), 168. 26
Paulus Insap Santosa, Prototipe Kantin Tanpa Uang Berbasis Kartu Pintar, JUTI Volume 8, Nomor 1, Januari 2010
(31)
card sangat menolong saat melakukan transaksi sebab keamanan lebih terjamin.
Sebagai salah satu bentuk penerapan langsung dari teknologi mikroelektronika untuk media komunikasi data yang sangat bersifat personal mengikuti trend perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di era informasi ini, pemanfaatan smart card semakin menunjukkan peningkatan yang pesat. Kalau kita lihat contoh penerapannya, pihak yang paling paling banyak menggunakan smart card adalah operator telefon seluler, serta kalangan perbankan untuk kartu kredit maupun kartu debit /kartu ATM. Tidak hanya sebatas itu, potensi pemanfaatan smart card juga meluas ke berbagai mode penggunaan lainnya, yang semakin mempermudah hidup manusia. Ke depannya, perkembangan penggunaan smart card akan mengarah pada kartu multi fungsi sehingga mampu memenuhi kebutuhan pengguna.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, beberapa institusi di Indonesia telah mencoba menggunakan smart card meskipun dalam skala yang masih terbatas, misalnya Pemerintah Kabupaten Jembrana yang menerapkan penggunaan smart card ke dalam Kartu Pegawai yang juga diintegrasikan dengan kartu bank yang masih berbasiskan pada strip magnetis. Penggunaan ini akan semakin meluas akibat berkembangnya teknologi, meningkatnya tuntutan masyarakat maupun karena dorongan dari pelaku bisnis baik yang bersifat nasional maupun global. Beberapa
(32)
institusi lain juga sudah merencanakan untuk menggunakan smart card misalnya Kartu Tol, Kartu Subsidi BBM, dan yang lainnya, walaupun untuk penggunaan dalam skala lebih luas (komunitas terbuka), masih banyak permasalahan non teknis yang harus diatasi untuk mendapatkan hasil penerapan yang optimal dan berhasil baik.
Seperti yang tercantum Menurut Undang-Undang No 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi Pasal 1 Ayat (1) telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan penerimaan dan setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya27. Maka bukan hal yang tabu apabila dengan perkembangan teknologi informasi menjadikan smart card sebagai alat efektif dalam setiap kegiatan manusia.
2. Sejarah Smart Card
Pemanfaatan kartu plastik dimulai di Amerika Serikat pada awal tahun 1950an. Harga Plastik yang murah telah memungkinkan untuk memproduksi kartu yang kuatdan handal hingga dapat dimanfaatkan untuk penggunaan sehari-hari dibandingkan dengan kartu yang berbahan kertas maupun karton. Kartu plastik sebagai alat pembayaran pertama kali
27
(33)
dikeluarkan oleh Diners Club pada tahun 195028. Kartu tersebut ditujukan untuk kelas individu tertentu menjadikannya sebagai suatu simbol status, memberikan pelayanan pembayaran atas dasar “nama baik” dan bukan uang tunai. Pada awalnya hanya hotel dan restoran tertentu saja yang menerima model pembayaran seperti itu, sehingga jenis kartu tersebut dikenal dengan sebutan “Travel And Entertainment Card”.
Dengan masuknya Visa dan MasterCard kedalam bisnis kartu plastik telah mendorong penggunaan yang sangat cepat dari “Uang Plastik” sebagai bentuk dari kartu kredit. Peristiwa ini terjadi pertama di Amerika Serikat kemudian menyebar ke eropa dan seluruh dunia dalam beberapa tahun kemudian.
Pertama kali fungsi kartu sangat sederhana. Kartu berfungsi sebagai media penyimpanan data yang dirasakan aman untuk mencegah pemalsuan dan penyalahgunaan. Informasi umum seperti penerbit kartu dicetak pada kartu dan nama pengguna serta nomor kartu diembos. Banyak kartu memiliki panel tanda tangan untuk membubuhkan tanda tangan.
Dengan fasilitas yang dimiliki dan berkembangnya pemanfaatan kartu plastik secara meluas, telah mendorong tindak kriminal dan
28
Penelitian, Kanti W Istidjab, Moedjiono, Akmam Amir, Dede Drajat, Parwoko, Paraden L Sidauruk, Djoko Waluyo, Heru Pudjo Buntoro, Atjih Ratnawati, Gantyo Witarso, dan Yan Andriariza, Studi Penyusunan Kebijakan Pemerintah Mengenai Kerangka Kerja
(Framework) Penerapan Kartu Pintar (Smart Card) Di Indonesia, (jakarta, Pusat Litbang APTEL SKDI), 9
(34)
penyalahgunaan hingga menyebabkan kerugian yang sangat besar. Hal ini mendorong upaya untuk memanfaatkan teknologi yang dapat mendukung dan meningkatkan sistem keamanan pada kartu plastik. Penyempurnaan pertama adalah dengan menerapkan pita magnetik dibelakang kartu yang berfungsi untuk menyimpan data digital yang dapat dibaca dengan perangkat khusus sebagai tambahan fasilitas pada informasi visual yang tertera pada kartu plastik.
Dengan penerapan pita magnetik pada kartu dan pembacaan dengan perangkat khusus telah mendorong pengembangan sistem otorisasi dengan elektronik hingga mengubah skema proses bisnis dari yang berbasis kertas menjadi elektronis. Hal ini telah berperan besar untuk meningkatkan aspek keamanan dalam rangka pemanfaatan kartu plastik sebagai kartu kredit. Sejalan dengan perubahan proses bisnis yang memanfaatkan transaksi elektronik juga diterapkan sistem Personal Identification Number (PIN) sebagai kata kunci untuk dapat mengakses sistem otorisasi kartu kredit29.
Namun dalam perkembangannya, penerapan kartu magnetik memiliki kekurangan yaitu dapat dihapus atau diganti dengan informasi lain bilamana seseorang memiliki perangkat yang dapat menembus, membaca dan menulis informasi yang tertanam di dalam pita magnetik kartu kredit. Untuk menghindari hal tersebut informasi PIN tidak
29 Ibid, 10
(35)
disimpan di dalam kartu melainkan pada server penerbit kartu di dalam lingkungan yang terjaga. Pengembangan kartu pintar (smart card) adalah sebagai hasil dari kombinasi antara teknologi kartu dengan sistem proses data elektronis (electronic data processing systems), telah menciptakan peluang baru untuk menerapkan teknologi tersebut.
Perkembangan yang sangat cepat dari Microelectronics ditahun 1970 an telah memungkinkan untuk mengintegrasikan penyimpanan data dan proses lojik kedalam sebuah chip silikon dalam ukuran beberapa millimetres. Ide untuk memasukan sirkuit terintegrasi (integrated circuit) ke dalam kartu identifikasi telah dipatenkan oleh peneliti Jerman J¨urgen Dethloff and Helmut Grotrupp pada awal 1968. Paten tersebut diikuti pada tahun 1970 oleh seorang penemu Kunitaka Arimura di Jepang. Namun perkembangan nyata pertama dalam pengembangan smart card dilakukan saat Roland Moreno mendaftarkan paten smart card di Perancis pada tahun 1974. Di mana pada saat itulah industri semi conductor dapat menyediakan integrated circuits yang dibutuhkan pada harga yang wajar30.
Penemuan teknologi smart card yang berasal dari Jerman dan Perancis, sehingga tidak mengejutkan bahwa kedua negara memimpin dalam pengembangan dan pemasaran smart card. Terobosan terbesar dilakukan pada tahun 1984, saat French PTT (postal and
30 Ibid, 11
(36)
telecommunications services agency) perusahaan telekomunikasi Perancis berhasil melakukan uji coba lapangan dengan telepon kartu. Segera smart card dapat membuktikan untuk memenuhi seluruh harapan yang tinggi terhadap kehandalan dan keamanan smart card. Sebuah pilot project dilakukan di Jerman pada tahun 1984 – 1985, menggunakan kartu telepon yang berdasar kepada beberapa teknologi yaitu Magneticstripe cards, opticalstorage (holographic) cards dan smart card, di mana pada saat pengujian smart card terbukti sebagai pemenang dari uji coba tersebut. Pengembangan selanjutnya memperlihatkan kesuksesan uji coba kartu telepon berbasis smart card di Perancis dan kemudian di Jerman dengan kecepatan yang mengejutkan31.
Pada tahun 1986, beberapa juta kartu didistribusikan di Perancis hingga mencapai total 60 di tahun 1990, dan akhirnya ratusan juta kartu di seluruh dunia pada 1997. Untuk alasan teknis pengguna telepon kabel relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan pengguna telepon nirkabel, halini menyebabkan perkembangan smart card menjadi lebih cepat pada implementasi teknologi telepon seluler. Keputusan ini telah menjadi keputusan yang sangat menentukan untuk mengenalkan smart card ke jaringan telepon GSM digital. Jaringan tersebut diterapkan di Eropa pada tahun 1991 dan berkembang hingga ke seluruh dunia dengan lebih dari 1 milyar pengguna di 170 negara.
31
(37)
Perkembangan yang lebih lambat terjadi di lingkungan perbankan sebagai akibat dari kompleksitas proses dan permasalahan yang dihadapi. The French Banks adalah yang pertama mengenalkan teknologi ini pada tahun 1984, dan mengikuti uji coba 60.000 kartu pada tahun 1982–1983. Di butuhkan 10 tahun sebelum seluruh bank di Perancis mengunakan teknologi tersebut32.
Batu loncatan terpenting dalam pengunaan mendunia smart card sebagai alat pembayaran adalah selesainya spesifikasi EMV yang merupakan upaya bersama Europay, Master Card and Visa. Versi pertama spesifikasi yang diterbitkan pada tahun 1994.Spesifikasi itu berisi penjelasan detail mengenai kartu kredit yang memanfaatkan microprocessor chips, dan menjamin kompatibilitas di antara ketiga penerbit kartu terbesar tersebut.
Bagaimana pun masalah yang berkaitan dengan pembayaran dalam jumlah kecil secara aman melalui internet belum terecahkan secara memuaskan. Smart Card dapat berperan untuk memberikan jawaban dengan memperkenalkan teknologi electronic signatures. Beberapa negara di Eropa telah melakukan inisiatif untuk meregulasi penggunakan electronic signatures pada tahun 1999. Sebagai akibatnya hampir seluruh warga Jerman memiliki smart card.
32 Ibid, 13
(38)
3. Perkembangan Smart Card di Indonesia
Dalam penelitian yang dilakukan oleh pusat penelitian dan pengembangan aplikasi telematika departemen komunikasi dan informatika bahwasanya data yang diperoleh mengenai pemanfaatan smart card di Indonesia sebagai berikut:
Gambaran pemanfaatan smart card dari berbagai pihak di Indonesia, yang memiliki pendekatan yang berbeda-beda pula. Jika upaya pemanfaatan dari pemerintah lebih memiliki dimensi layanan publik atau berkaitan dengan e-government, maka pemanfaatan dari kalangan dunia usaha lebih mengedepankan faktor bisnis. Tetap saja hal ini akan dapat memberikan gambaran mengenai potensi dan permasalahan yang perlu di antisipasi dalam berbagai kebijakan pemerintah berkaitan dengan smart card yang menjadi keinginan dari studi ini.
Perkembangan smart card di Indonesia telah mulai menapak perlahan-lahan di pertengahan akhir di era 1990-an, yang kemudian tersapu oleh gelombang krisis multidimensi yang melanda Indonesia. Meskipun secara global perkembangan teknologi smart card memasuki masa yang matang sejak tahun 2000-an, namun perkembangan penerapan di Indonesia belum beranjak dari masa surut sejak krisis yang lalu. Namun demikian, sejak tahun 2004 mulai terasa angin segar penerapan smart card seiring dengan semakin memulihnya kondisi perekonomian Indonesia dan mulai tercapainya stabilitas politik di Indonesia. Hal ini juga ditopang oleh
(39)
beberapa pengembang teknologi smart card yang masih setia menekuni pengembangan berbagai aplikasi maupun mencari terobosan model bisnis yang paling menarik untuk dijalani, seperti halnya Telkom yang kemudian menelurkan unit bisnis Finnet yang memfokuskan ke dalam penerapan smart card dengan dukungan kompetensi yang telah terbina selama ini.
Yang tidak boleh dilupakan adalah keinginan dari dunia akademis di Indonesia yang ingin mengadopsi kemudahan dan kecanggihan yang diusung oleh smart card dalam pengelolaan sumber daya manusia maupun pelanggan (dalam hal ini siswa / mahasiswa) yang berada dan memiliki rasa saling ketergantungan di dalam komunitas tertutup namun besar yang bernama perguruan tinggi. Hal ini yang mendorong maraknya penerapan smart card di kalangan kampus-kampus ternama di tanah air sepertti di Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia.
4. Jenis Kartu Smart Card
Jenis-jenis kartu smart card sangatlah beragam, untuk mengetahui jenis-jenis smart card dapat dijelaskan dalam gambar berikut ini:
a. Memory Card
Smart card pertama yang dipergunakan dalam jumlah besar adalah memory cards untuk aplikasi telepon. Kartu ini adalah kartu prabayar,
(40)
dengan jumlah yang tersimpan secara elektronik di dalam chip yang menurun sesuai dengan jumlah panggilan yang dilakukan33.
Penggunaan dari kartu jenis ini juga dilakukan bukan hanya untuk panggilan telepon tetapi juga terhadap barang ataupun jasa yang dibeli atau dipergunakan dengan cara prabayar. Sebagai contoh adalah tiket kendaraan umum, tiket kereta api, vending machine, karcis masuk taman hiburan, maupun parkir. Kerugian yang dihadapi adalah bahwa kartu tersebut setelah dipakai tidak dapat dipergunakan kembali sehingga dibuang atau berakhir sebagai koleksi.
Penggunaan lain untuk kartu jenis ini adalah di bidang kesehatan seperti pada German health insurance card, di mana sejak di keluarkan pada tahun 1994 kepada semua orang yang yang terdaftar pada program asuransi nasional. Informasi yang pada mulanya tersimpan pada kartu pasien, saat ini telah dapat disimpan pada chip dan tercetak atau terukir dengan menggunakan laser pada kartu. Menggunakan chip untuk penyimpanan data membuat kartu dapat dibaca oleh mesin menggunakan perangkat sederhana.
Kesimpulannya, memory type smart card memiliki fungsi yang terbatas dan cocok untuk dipergunakan sebagai kartu prabayar atau kartu identitas di dalam sistem di mana biaya yang murah menjadi penentu utama
33 Ibid, 14
(41)
b. Microprosessor Cards
Sejak microprocessor yang ditanamkan langsung di dalam kartu dapat dengan mudah di program, daya guna dari microprocessor card terbatas hanya kepada ketersediaan ruang penyimpanan dan kapasitas dari prosessor. Batasan imajinasi perancang pada saat menerapkan sistem smart card adalah bersifat teknologi dan terus berkembang sejalan dengan perkembangan generasi terbaru integrated circuits34. Mengikuti penurunan secara drastis biaya produksi smart card di awal 1990 akibat produksi massal, aplikasi baru terus diperkenalkantahun demi tahun. Penggunaan smart card pada telepon genggam khususnya sangatlah penting dalam rangka pengakuan secara internasional. c. Contactless cards,
Di mana data dan energi di Transmisikan tanpa kontak elektronik di antara kartu dan terminal, telah memperoleh status produksi komersial dalam beberapa tahun belakangan ini. Bagaimanapun, terdapat permasalahan di mana pengoperasian dari jarak jauh seperti ini dapat menimbulkan beberapa persoalan baru lainnya, sehingga memerlukan antisipasi terhadap kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi. Sebagai contoh adalah aplikasi dompet elektronik di mana memuat data yang
34 Ibid, 15
(42)
sangat pribadi yang diperlukan dalam rangka melakukan transaksi keuangan, yang memerlukan pengamanan ekstra35.
Dengan contactless card, pengenalan identitas dan transaksi dilakukan dengan memasukan kartu pada terminal dan mengkonfirmasi jumlah transaksi menggunakan keypad. Jika pembayaran contactless dilakukan pada jarak yang cukup jauh, sangat dimungkinkan bagi pencuri untuk mencuri uang dari jarak jauh tanpa sepengetahuan pemilik kartu.
Dualinterface card disebut combicards menawarkan solusi kepada masalah ini. Kartu tersebut mengkombinasikan antarmuka contact and contactless dalam satu kartu. Kartu yang dapat berkomunikasi dengan terminal dengan antarmuka. Ada kemudahan yang dapat di rasakan untuk penggunaan contactless cards di areal transportasi publik.
5. Cara menggunakan Smart Card
Bermacam-macam cara menggunakan smart card dalam beberapa layanan cara melakukan transaksinya, tetapi apapun layanannya perbedaan ketika menggunakan smart card tidak ada perbedaan signifikan. Dalam pembahasan ini akan di jelaskan cara menggunakan smart card dilayanan perpustakaan36:
35 Ibid, 16 36
Dodon Yendri, Rancangan Model Layanan Transaksi Peminjaman Buku Menggunakan Teknologi Smart Card pada Perpustakaan Induk, Media Sisfo Vol 2, No.4, Nopember 2008
(43)
a. Layanan Perpustakaan
1. Pihak-pihak yang terlibat adalah : anggota (siswa / mahasiswa), petugas, card center, dan perpustakaan.
2. Card center dan perpustakaan mempunyai komponen modul dan antarmuka sistem yang diatur oleh standar interoperability dan kedua pihak ini juga memiliki basis data pustaka masing-masing sesuai dengan fungsi dan kebutuhanya.
3. Perpustakaan yang telah memiliki sistem informasi yang terkomputerisasi tetap dapat menggunakan sistem informasinya tersebut. Sistem informasinya tersebut ditambahkan sistem smart card yang sesuai dengan standar interoperability smart card.
4. Perpustakaan dan card center terhubung melalui medium publik atau jaringan komputer. Jaringan komputer digunakan untuk pengiriman data dari satu pihak ke pihak yang lain secara onlain. 5. Card terminal mengecek jenis smart card yang digunakan dan
men-load perangkat lunak smart card server yang sesuai dengan jenis smart card dan membaca data dari smart card. Data yang dibaca dari smart card di petakan sesuai dengan struktur data yang interoperability oleh smart card server sehingga data tersebut siap digunakan oleh aplikasi dari berbagai vendor.
(44)
6. Setiap pembacaan, penambahan, dan koreksi terhadap data pelayanan disimpan didalam basis data oleh perpustakaan melalui fasilitas pencatatan.
6. Manfaat dan Resiko penggunaan Smart Card
Penerapan smart card membawa perubahan yang memiliki dampak baik positif atau dikenal dengan manfaat, maupun dampak negatif atau disebut dengan resiko. Kedua dampak tersebut bagaikan sisi –sisi mata uang yang akan selalu ada. Yang menjadi tugas seluruh stakeholders adalah meningkatkan manfaat dan menghilangkan atau memperkecil resiko. Dari sisi teknologi, smart card ini sudah demikian canggih dan memiliki tingkat keamanan yang memadai namun setiap kali justru budaya di masyarakatlah yang menjadi hambatan37.
Banyak manfaat penggunaan smart card sudah dapat dirasakan masyarakat. Hal ini nampak pada peningkatan penggunaan smart card sebagai alat pembayaran. Memang smart card apabila di implementasikan akan memiliki banyak manfaat antara lain kemudahan dalam melakukan aktifitas termasuk bertansaksi, tidak perlu membawa banyak kartu karena sebuah smart card bisa mengganti beberapa kartu, bagi pemerintah manfaatnya adalah adanya database yang akurat sehingga mendukung dalam pengambilan keputusan disamping turut mendukung pelaksanaan good government governance.
37 Ibid, 54
(45)
Belakangan ini masyarakat perkotaan di Indonesia mulai terbiasa untuk menggunakan alat pembayaran non tunai untuk berbagai keperluan pembayaran, antara lain kartu kredit, kartu debet, kartu ATM dan kartu prabayar. Penggunaan kartu prabayar diyakini akan menjadi trend mekanisme pembayaran di masa mendatang, misalnya untuk membayar bahan bakar di pompa bensin, tiket tol, pembelian barang dan berbagai jasa-jasa lainnya.
Semua proses aktivitas pembayaran melalui berbagai jenis alat pembayaran ini diproses oleh berbagai penyelenggara sistem pembayaran seperti bank dan non bank. Institusi inilah yang menyelenggarakan jasa mulai proses pengiriman dana, kliring hingga settlement. Pemakaian kartu prabayar mekanisme transaksi adalah bagian dari evolusi alat pembayaran dari uang tunai sampai ke bentuk-bentuk non-tunai. Misalnya alat pembayaran dalam bentuk kertas (paper based) seperti cek, wesel, bilyet giro hingga ke elektronik seperti kartu prabayar hingga ke wujud digital (digital cash).
Resiko merupakan sisi tak terpisahkan atas penggunaan smart card. Banyak keluhan yang dimuat di media masa bagaimana sesorang tidak nyaman akibat menerima telepon di mobile phonenya di mana datanya pribadinya diambil dari formulir aplikasi smart card. Beberapa
(46)
pengguna mengeluhkan adanya hambatan dalam penggunaan bahkan ada yang dirugikan karena adanya transkasi fiktif38.
Sebagaimana hasil teknologi lainnya, kecanggihan dan kehandalan teknologi smart card, masih perlu terus dikembangkan terutama untuk mengurangi resiko penggunaannya. Namun demikian berdasarkan pengamatan sesungguhnya hambatan penerapan smart card bukan hanya teknologi saja namun kesiapan SDM baik yang bersifat social maupun cultural. Khusus mengenai resiko penggunaan smart card ,dapat dipaparkan sebagai berikut 39:
a. Keterbukaan informasi pribadi merupakan hal yang tidak bisa terelakkan di era ICT ini. Namun demikian resiko ini bisa dieliminasi antara lain dengan PIN, finger print atau kombinasi keduanya.
b. Penyalahgunaan data pribadi memang sampai saat ini masih terjadi, terutama dilakukan oleh oknum-oknum yang mencari keuntungan dari data ini. Titik krusialnya bukan hanya dalam penyimpanan data namun juga pada saat pengisian formulir untuk pengisian data. Oleh karena itu perlu ada pengaturan soal pengolahan data pribadi ini sehinga betul-betul aman, misalnya pemusnahan formulir dilakukan seketika setelah selesai entri data dan dilakukan di depan pemilik data.
38
Ibid, 57. 39
(47)
c. Kehilangan dan kerusakan kartu seringkali menjadi masalah yang sangat tidak disukai. Persoalannya seringkali petugas penyelenggara smart card kurang bisa memberikan informai dan penanganan yang memadai.
d. Permbobolan atau pencurian merupakan hal yang sangat ditakuti pengguna kartu. Pembuat smart card harus benar-benar menjamin keamanannya dengan teknologi security yang memadai.
B. Layanan Pendidikan 1. Layanan
Untuk mendapatkan gambaran yang cukup memadai tentang pengertian dari Layanan Pendidikan, maka dalam bagian ini terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian Layanan.
Berbagai definisi diberikan untuk menjelaskan tentang jasapelayanan, Kottler mendefinisikan pelayanan / jasa sebagai suatu perbuatan dimana seseorang atau suatu kelompok menawarkan pada kelompok / orang lain sesuatu yang pada dasarnya tidak berwujud dan produksinya berkaitan atau tidak berkaitan dengan fisik produk40.
Stanton mengungkapkan definisi jasa adalah sesuatu yang dapat didefinisikan secara terpisah, tidak berwujud, dan ditawarkan untuk
40
Kottler, Philips, MarketingManagement Millenium Edition (New Jersey: Prentice Hall Inc. 2000), 428
(48)
memenuhi kebutuhan dimana jasa dapat dihasilkan dengan menggunakan benda-benda berwujud atau tidak41.
Secara sederhana layanan pendidikan bisa diartikan dengan jasa pendidikan. Kata jasa (service) itu sendiri memiliki beberapa arti, mulai dari pelayanan pribadi (personal service) sampai pada jasa sebagai suatu produk42. Sebelum lebih jauh membahas mengenai layanan pendidikan, terlebih dahulu akan dibahas mengenai pengertian jasa menurut beberapa ahli, sehingga pembahasan ini dapat dipahami secara komprehensif.
Selanjutnya Stanton mengungkapkan bahwa jasa diidentifikasi sebagai kegiatan tidak berwujud yang merupakan obyek utama dari transaksi yang dirancang untuk menyediakan keinginan atau kepuasan kepada pelanggan. Sedangkan Zaithmal dan Bitner berpendapat
“include all economic activities whose output is not a physical product or construction, is generally consumed at the time it is produced, and provides added value in forms (such as convenience, amusement, timelines, comfort of health) that are essentially intangible concerns of
its first purchaser”43 .
Jasa pada dasarnya merupakan seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dan pengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud (intangible) bagi pembeli pertamanya.
41
Stanton, William J. Fundamentals of Marketing.(Mc: Graw Hill International:1981) 529 42
Rambat Lupiyadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, (Jakarta : Salemba Empat, ed II, 2006) , 5
43
Tim dosen Administrasi Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta,2010), 334
(49)
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa jasa mempunyai arti sama dengan layanan, pelayanan adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang tidak berwujud, namun dapat dinikmati. Keluaran dari usaha ini tidak dapat dilihat dan diraba. Dengan demikian, jelas bahwa pendidikan dapat dikategorikan sebagai suatu lembaga yang termasuk kategori pemberi pelayanan jasa, sehingga apabila ingin dilihat kinerjanya berasal dari mutu pelayanan yang dilakukannya.
Untuk memperkuat pendapat tersebut, Kottler mengatakan bahwa jasa yang diberikan kepada konsumen mengandung karakteristik44:
a. Intangibility (tidak berwujud)
artinya adalah bahwa suatu jasa mempunyai sifat tidak berwujud, tidak dapat dirasakan dan tidak dapat dilihat, didengar atau dicium sebelum membelinya, misalnya pasien dalam kantor psikiater tidak dapat diramalkan hasil yang akan terjadi dari terapi pasien sebelumnya b. Inseparability (tidak dapat dipisahkan)
artinya adalah bahwa pada umumnya jasa dikonsumsikan (dihasilkan) dan dirasakan pada waktu bersamaan dan apabila dikehendaki oleh seseorang untuk diserahkan kepada pihak lainnya, dia akan tetap merupakan bagian dari jasa tersebut, dan hal ini tidak berlaku bagi
44
(50)
barang fisik yang diproduksi, di tempatkan pada persediaan dan didistribusikan ke berbagai pengecer dan akhirnya dikonsumsi
c. Variability (bervariasi)
Artinya bahwa barang jasa yang sesungguhnya sangat mudah berubah ubah, karena jasa tergantung pada siapa yang menyajikan dan di mana disajikan. Pembeli akan berhati-hati terhadap keragaman ini dan seringkali membicarakannya dengan yang lain sebelum memilih seseorang penyedia jasa.
Di sisi lain, Kottler memberikan empat karakteristik batasan-batasan untuk jenis- jenis pelayanan jasa sebagai berikut45:
a. jasa berbeda berdasarkan basis peralatan (equipment based) atau basis orang (people based) di mana jasa berbasis orang berbeda dari segi penyediaannya, yaitu pekerja tidak terlatih, terlatih, atau profesional.
b. beberapa jenis jasa ada yang memerlukan kehadirandari klien (client’s presence)
c. jasa juga dibedakan dalam memenuhi kebutuhan perorangan (personal need) atau kebutuhan bisnis (business need)
d. jasa yang dibedakan atas tujuannya, yaitu laba atau nirlaba (profit or non profit) dan kepemilikannya swasta atau publik (private or public).
45
(51)
Dari karakteristik atau jenisnya, pendidikan merupakan bagian dari dalam layanan. Karena dalam lembaga pendidikan layanan sangatlah banyak yang dilakukan serta diterapkan dalam berbagai program layanan yang ada disekolah.
2. Pendidikan
Sebagaimana pengertian di atas bahwa jasa pelayanan adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang tidak berwujud, namun dapat dinikmati.
Menurut kamus besar bahasa indonesia, pendidikan merupakan proses pembelajaran individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi tentang objek-objek tertentu dan spesifik46.
Menurut Noor Syam, pendidikan merujuk aktivitas atau usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan jasmani (panca indera dan berbagai ketrampilan)47.
Menurut Undang-Undang Sisdiknas No.2 Tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
46
Basilius R Werang, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Yogyakarta:MediAkademi,2015), 14.
47
(52)
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dari beberapa pendapat tentang pendidikan, dapat disimpukan pendidikan adalah proses pembelajaran yang dengan sadar dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan untuk mengubah cara berpikir, bersikap dan berprilaku demi pendewasaan dirinya dan orang lain. Pendidikan adalah sebuah proses sadar yang dilakukan seseorang atau sekelmpok orang yang mau belajar mendewasakan dirinya dan orang lain. Kedewasaan seseorang biasanya terungkap melalui perubahan cara orang tersebut berfikir, bersikap dan berprilaku tentang sesuatu terhadap orang lain.
Apabila diperhatikan dari berbagai pendapat yang diutarakan di atas, dunia pendidikan merupakan bagian dari batasan tersebut. Dengan demikian, lembaga pendidikan dapat dikategorikan sebagai lembaga pemberi jasa pada para konsumen, dalam hal ini siswa / pelanggan. Oleh karena itu, dalam hal ini siswa atau mahasiswa, orang tua dan pemakai keluaran pendidikan adalah pelanggan dari lembaga pendidikan.Mereka inilah yang berhak memberikan penilaian bermutu tidaknya keluaran suatu lembaga pendidikan.
Dari beberapa pendapat tentang layanan dan pendidikan dapat disimpulkan, layanan pendidikan yaitu usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang tidak berwujud, namun dapat
(53)
dinikmati oleh pelanggan (peserta didik, stakeholder, orang tua) dalam ranah pendidikan demi mencapai proses kegiatan pendidikan.
3. Macam- Macam Layanan Pendidikan di Sekolah
Program layanan pendidikan merupakan faktor pendukung kualitas pendidikan yang diselenggaran pada sebuah sekolah. Itulah sebabnya sampai saat ini program layanan khusus masih terus digalakan dan dilaksanakan pada hampir semua sekolah di Indonesia. Program layanan khusus kesiswaan dapat dikelompokkan ke dalam enam jenis layanan, yaitu48:
a. Layanan Bimbingan dan Konseling b. Layanan Perpustakaan
c. Layanan Kantin d. Layanan Kesehatan e. Layanan Koperasi Siswa
Berikut uraian singkat tentang masing-masing layanan yang dimaksud49:
a. Layanan Bimbingan dan Konseling
48
Basilius R Werang, Manajemen Pendidikan di Sekolah(Yogyakarta:MediaAkademi,2015), 157.
49
(54)
Program layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan untuk mencapai lima kelompok sasaran berikut. Pertama siswa, siswa adalah sasaran pertama dan terpenting dari setiap program layanan bimbingan dan konseling. Terkait siswa, program layanan bimbingan dan konseling merupakan seperangkat layanan yang dirancang khusus untuk (a) membantu para siswa mengenal diri mereka sendiri (b) menyampaikan berbagai informasi kepada para siswa tentang lingkungan mereka pada masa yang akan datang, (c) membantu oara siswa untuk mengambil keputusan terkait dengan kapabilitas mereka pada masa sekarang dan masa yang akan akan datang (d) membantu para siswa dalam mencarikan pekerjaan atau perguruan tinggi yang tepat.
b. Layanan Kafetaria atau Kantin
Layanan Kafetaria atau Kantin sekolah merupakan layanan khusus yang menyediakan makanan dan minuman untuk segenap civitas sekolah. Pemikiran dasar yang melatarbelakangi perlunya sekolah menyediakan kantin sekolah adalah supaya para siswa dan guru tidak kekurangan energi dan kehilangan konsentrasi dalam belajar dan mengajar.
c. Layanan kesehatan
Sekolah adalah sebuah klinik yang didirikan di Sekolah untuk mendiagnisis penyakit dan melakukan pengobatan fisik kepada semua
(55)
warga sekolah, terlebih khusus para siswa (William dalam kusmintardjo, 1992). Biaya pemberian layanan khusus sekolah ini biasanya diperoleh melalui iuran wajib para siswa dan guru.
d. Layanan Perpustakaan
Perpustkaan sekolah merupakan unit pelayanan sekolah untuk menunjang proses belajar mengajar di Sekolah. Perpustakaan sekolah memberikan layanan rekreatif melalui koleksi buku-buku pustaka dan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk menunjang proses belajar mengajar di sekolah.
e. Layanan koperasi siswa
Koperasi sekolah adalah koperasi yang didirikan dalam lingkungan sekolah dan beranggotakan para siswa dari sekolah tersebut. Program layanan koperasi siswa dimaksudkan untuk: (a) menanamkan dalam diri setiap siswa tentang pentingnya jiwa demokrasi, keasadaran hidup gotong royong, dan kesetiakawanan sosial (b) mengembangkan semangat berwirausaha di dalam diri setiap siswa (c) menanamkan sikap disiplin dan rasa tanggung jawab dalam diri setiap siswa (d) menunjang program pembangunan pemerintah pada sektor perkoperasian melalui program pendidikan di Sekolah (e) memasyarakatkan koperasi melalui pengintegrasian pendidikan perkoperasian dalam kegiatan kurikuler dan ekstrakulikuler dan (f)
(56)
melayani pemenuhan kebutuhan ekonomi siswa melalui program pengembangan usaha dalam berbagai bidang50.
C. Pemanfaat Student’s Smart Card pada Layanan Pendidikan 1. Pemanfaatan Smart Card pada layanan diberbagai negara
Dalam dokumen yang dikerluarkan oleh Kantor Kabinet Pemerintah Inggris yaitu “Smart Cards :Enabling E-Government Draft Policy Framework, july 2003” telah diuraikan inisiatif uang dilakukan oleh beberapa negara dalam penerapan smart card sebagai berikut51 :
1. Belgia. Pemerintah Belgia telah meluncurkan smart ID card yang merupakan kartu identitas pribadi warga Belgia (the Belgian Personal Identity Card : BelPIC). Smart Card ini berisi kode PIN untuk otorisasi dan menurutrencana pada saat itu akan diterapkan kepada 11 juta pengguna di tahun 2003 sebagai bagian dari program 5 tahun.
2. Austria. Masyarakat komputer Austria (Austrian Computer Society : OCG) adalah organisasi pertama di Austria yang memasukkan fungsi kartu tanda penduduk (KTP atau Bügerkarte dalam bahasa setempat) ke dalam kartu identitas berbasis chip card yang dimiliki oleh organisasi ini, yang berisi juga tandatangan digital. Kapasitas kartu tanda penduduk juga memungkinkan badan pemerintah untuk memverifikasi tandatangan
50
Ibid, 164-166 51
(57)
digital di dalam kartu itu dengan informasi dari Badan Registrasi Pusat (Central Registration Agency), sehingga memungkinkan identifikasi terhadap penduduk. Pemerintah Austria berharap agar dapat mengintegrasikan fungsi ini ke dalam chip card lainnya meliputi kartu perbankan sebagai komponen dasar dari strategy e-government mereka. 3. China. Smart ID card mutiguna yang baru diluncurkan di pertengahan
tahun 2003 untuk 6,8 juta penduduk di Hongkong. Sebagai tambahan terhadap fitur keamanannya yang canggih, kartu ini mempunyai kapasitas untuk memasukkan layanan nilai tambah lainnya, yaitu mulai dari fungsi sebagai kartu perpustakaan sampai ke surat izin mengemudi.
Kemudian, setelah sekian lama berlalu, paparan Greg Pote, Chairman dari Asia Pacific Smart Card Association yang berjudul “The Future of Smart Card” dalam GBDe Summit di Jepang, 9 Nopember 2007, memuat beberapa perkembangan terkini52.Di dalam paparan tersebut disebutkan bahwa smart card sekarang telah diterima di sektor publik seperti kartu identitas nasional di beberapa negara Asia, Malaysia, Brunei, Hongkong, Macau, China,Thailand telah meluncurkan program kartu identitas nasionalya, sementara negara-negara lain seperti Korea Selatan, India, Indonesia, Filipina maupun yang lainnya juga telah mulai merencanakan untuk menerapkannya. Tujuan utama dari pemanfaatan smart card di Negara-negara ini adalah untuk mengelola
52
(58)
identitas nasional, di mana beberapa negara menambahkan aplikasi e-government lainnya. Hal itu dapat dilihat misalnya dari Malaysia yang telah memiliki 7 aplikasi pada kartu identitas nasionalnya.
2. Alur Transaksi Smart Card pada layanan perpustakaan dan kantin Penggunaan Student’s Smart Card pada berbagai layanan merupakan suatu kemajuan dalam melakukan transaksi, dalam ranah pendidikan pengguanaan Student’s Smart Card di implementasikan di layanan Perpustakaan dan Kantin, dan pengguna dalam proses transaksinya harus melalui langkah sebagai berikut:
a. Alur transaksi pada perpustakaan
Di perpustakaan para peserta didik memiliki kesempatan meminjam buku yang diinginkan untuk dapat dipinjam lebih lama sesuai dengan waktu yang telah ditentunka. Dalam prosesnya agar peserta didik dapat membawa buku yang dipinjam keluar, peserta didik harus melalui proses transaksi sebagai berikut53:
53
Dodon Yendri, Rancangan Model Layanan Transaksi Peminjaman Buku Menggunakan Teknologi Smart Card pada Perpustakaan Induk, Media Sisfo Vol 2, No.4, Nopember 2008. 18
(59)
Gambar 1. Alur Transaksi Peminjaman Buku Perpustakaan b. Alur transaksi pada kantin
Kantin salah satu layanan yang diberikan oleh lembaga pendidikan sebagai penunjang kebutuhan para peserta didik agar peserta didik dalam proses belajarnya berjalan lancar, karena kebutuhan jasmaninya dapat diperoleh di layanan kantin ketika peserta didik membutuhkan asupan makanan dan minuman. Adapun alur dalam transaksi pembelian di kantin, sebagai berikut54:
54
Paulus Insap Santosa, Prototipe Kantin Tanpa Uang Berbasis Kartu Pintar, JUTI Volume 8, Nomor 1, Januari 2010. 17.
(60)
(61)
A. Jenis Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian atau skripsi ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu analisis yang menggambarkan keadaan atau status fenomena dengan kata-kata atau kalimat, kemudian dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.55
Seperti yang dijelaskan oleh Bagdan dan Taylor pendekatan kualitatif ini adalah metode yang digunakan untuk menganalisa data dengan mendeskripsikan data melalui bentuk kata-kata digunakan untuk menafsirkan dan menginterpretasikan data dari hasil kata-kata atau lisan atau tertuis dari orang tertentu dan perilaku yang diamati.56
Adapun dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan studi kasus, yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci, dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala-gejala tertentu.57
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang digunakan untuk mendeskripsikan, menggambarkan atau
55
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 23
56
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 3. 57
(62)
melukiskan secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta serta sifat hubungan antara fenomena yang diselidiki.58
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu fenomena panelitian yang bertujuan menggambarkan keadaan-keadaan atau status fenomena yang terjadi yang terdapat dalam arti baik dari kata-kata tertulis maupun lisan dari orang yang menjadi subyek penelitian. Data tersebut mungkin berasal dari naskah, wawancara, catatan lapangan, foto, dokumentasi pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.59
Penelitian studi kasus adalah salah satu jenis penelitian sosial yang bisa diterapkan untuk kasus organisasi, yang tujuannya untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan dan posisi saat ini. Serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya. Dengan penelitian studi kasus maka penelitian ini akan memberi gambaran luas dan mendalam mengenai suatu perusahaan tertentu.60
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.61 Penelitian ini juga merupakan
58
Suharsimi Arikunto, , Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi III (Jakarta, Rineka Cipta, 1996), 20.
59
Lexy Moleong, ,Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung, Remaja Rosdakarya 2007) 11. 60
Sudarwan Denim, ,Menjadi Peneliti Kualitatif(Bandung, Pustaka Setia, 2002), 55. 61
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: PENERBIT SIC, Cetakan ke 3 2010), 23.
(63)
penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan kata lain penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendapatkan informasi-informasi yang jelas serta lengkap yang berhubungan dengan Penggunaan Student’a Smart Card dalam layanan Pendidikan di SMA Nahdlotul Ulama’ 1 Gresik
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di sebuah lembaga pendidikan Sekolah Menengah Atas Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik yang berada di bawah Naungan Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama.
Secara sosiologis, SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik berada di lingkungan sosial penduduk Gresik dengan karakteristik yang pluralistik, dari profesi, tingkat sosial penduduk dan lingkungan sosialnya beragam.
C. Sumber Data dan Informan Penelitian
Sumber data yaitu dari mana data dapat diperoleh,62 pada penelitian ini penulis menggunakan sumber data berupa :
1. Person (narasumber), merupakan sumber data yang biasa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara. Dalam hal ini penulis mendapatkan data-data atau informasi tentang gambaran umum objek penelitian di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik dari kepala sekolah,
62
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Yogyakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), 144.
(64)
dan peserta didik karena para narasumber tersebut sangat dibutuhkan gunakelancaran penelitian ini.
2. Paper (Dokumen/arsip), merupakan sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol lainnya yang ada di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik, misalnya: Prosedur pwnggunaan, dan bukti keberhasilan program.
3. Observasi, yang berarti pengamatan yang bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checking atau pembuktian terhadap informasi/ keterangan yang diperoleh sebelumnya.
Informan Penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kepala SMA Nahdlotul Ulama’ 1 Gresik yaitu untuk mendapatkan data tentang penggunaan student’s smart card dalam layanan pendidikan. Selain itu juga mendapatkan dokumen tentang proseduran tentang smart card
2. Tenaga Kependidikan di SMA Nahdlotul Ulama’ 1 Gresik untuk mendapatkan informasi tentang teknis pelaksaan dalam menggunakan smart card
3. Peserta didik untuk mendapatkan informasi tentang hasil dalam menggunakan smart card dalam layanan pendidikan
(1)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 110
2. Fungsi Smart Card dalam layanan pendidikan di SMA Nahdlatul
Ulama’ 1 Gresik
Penggunaan Smart Card di sekolah ini membuahkan hasil yang
begitu manfaat, dikarenakan sebagai penunjang dalam kegiatan bertransaksi layanan pendidikan, yang mana fungsi tersebut dapat digunakan dibeberapa layanan pendidikan, seperti :
a. Pada layanan pendidikan perpustakaan, yang berguna sebagai
transaksi peminjaman buku oleh siswa atau guru.
b. Pada layanan pendidikan foodcourt, yang berfungsi sebagai
transaksi pembelian makanan dan minuman siap saji.
c. Pada layanan pendidikan ma’arif mart, yang berfungsi sebagai
transaksi pembelian makanan dan minuman .
d. Pada layanan presensi, yang berfungsi sebagai absen di awal
masuk gerbang sekolah bagi guru dan siswa.
e. Pada layanan deposito, yang berfungsi sebagai deposit saldo
untuk smart card agar dapat digunakan.
3. Dampak Smart Card dalam layanan pendidikan di SMA Nahdlatul
Ulama’ 1 Gresik.
Melihat beberapa macam fungsi adanya smart card tersebut di
sekolah SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik, memiliki banyak kelebihan
yang berdampak pada pengguna smart card menjadi:
a. Disiplin dalam hadir di sekolah
(2)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 111
c. Lebih mudah dalam bertransaksi
d. Menjadikan efektif dan efisien baik untuk tenaga kerjanya dan
waktunya.
4. Respon Stakeholder dalam penggunaan smart card dalam layanan
pendidikan di SMA Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik
Sistem informasi smart card yang sudah diterapkan kurang lebih 2
tahun, menjadikan para warga sekolah yang merasakan dengan di
gunakannya smart card ini untuk layanan pendidikan bervariasi, akan
tetapi dari seluruh pengguna merasakan hal yang sama, dikarenakan
diterapkanya smart card di sekolah ini menjadikan lebih enak dalam
bertransaksi, tidak susah payah membawa uang, lebih enak dalam transaksinya hanya dengan gesekan sudah selesai, lebih efektif waktunya dan efisien, hanya saja di bagian deposito yang mungkin dilain waktu dapat ditampah pegawainya, dikarenakan stafnya hanya seorang, ketika proses deposit para siswa dalam waktu yang bersamaan antrian tetap terjadi di bagian deposit.
B. Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka peneliti dengan rasa hormat memberi saran.
1. Dari sisi penerapanya yang sudah berjalan lancar, terdapat bagian
penting dalam menunjang berjalanya smart card tersebut, yakni
bagian deposito, yang mana sudah bagus terdapat bagian deposito
(3)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 112
dari realitanya, masih kurang efektif bagian depositonya, bukan dikarenakan pelayanannya yang kurang maksimal tetapi jumlah stafnya yang mungkin dapat ditambah, agar ketika dalam melayani
pengisian oleh pengguna smart card diwaktu bersamaan dapat
melayani satu persatu secara bersamaan.
2. Dengan melihat kondisi yang terjadi dalam penerapan smart card, dan
dampaknya yang positif, seharusnya pemerintah dapat memperhatikan
sistem informasi berbasis smart card agar kecanggihan teknologi
dapat di pergunakan di lembaga pendidikan seperti sekolahan.
3. Untuk lembaga pendidikan yang lain baik sekolah atau madrasah bisa
menerapkan sistem informasi smart card seperti yang ada di SMA
Nahdlatul Ulama’ 1 Gresik sebagai acuan untuk mengembangkan
(4)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1991. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Yogyakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek
Jakarta: Rineka Cipta. Edisi Revisi III.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Basilius R Werang . 2015. Manajemen pendidikan disekolah. Yogyakarta : media
akademi
Buchari Alma, Ratih Hurriyati. 2009. Manajemen Corporate & Strategi
Pemasaran Jasa Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga
University Press 1995
Dahlan, Alwi, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka.
Denim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung, Pustaka Setia.
Dessy Wulandari, Identifikasi sistem pembayaran transjakarta menggunakan
smart card, Skripsi. Depok, Universitas Gunadarma. 2012
Dodon Yendri. Rancangan Model Layanan Transaksi Peminjaman Buku
Menggunakan Teknologi Smart Card pada Perpustakaan Induk. Media Sisfo
Vol 2, No.4, Nopember 2008
Endrik. Aplikasi Smart Card Untuk Prototipe Sistem Pendidikan Sekolah Dengan
Berbasis Web, Skripsi. Bandung, Universitas Kristen Maranatha. 2008
Eva Khaterina Hasibuan, Weny Fitriani. Smart Card Berbasis Biometrika Sidik
Jari Untuk Transaksi Pembayaran Pada Transmusi Palembang. Skripsi. Palembang. STMIK PalCom Tech. 2010
Irmalia Suryani Faradisa, Irrine Budi Sulistyawati, Desain Sistem Absensi
Mahasiswa Menggunakan Piranti Kartu Cerdas. Penelitian Malang.
Institut Teknologi Malang. 2009
Kadir, Abdul. 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta :Andi Offset
Kottler, Philips. 2000. Marketing Management Millenium Edition New Jersey:
(5)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. Surat Keputusan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Tata Laksana Pelayanan Umum. Jakarta.
Miles and Huberman. 1984. Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New
Methods. London: Sage Publication, Inc.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Paulus Insap Santosa, Prototipe Kantin Tanpa Uang Berbasis Kartu Pintar, JUTI
Volume 8, Nomor 1, Januari Yogyakarta, Kampus UGM 2010
Irmalia Suryani Faradisa, Irrine Budi Sulistyawati. Desain Sistem Absensi
Mahasiswa menggunakan Piranti Kartu Cerdas. Penelitian Malang: ITM 2009
Kanti W Istidjab, Moedjiono, Akmam Amir, dkk. Studi Penyusunan Kebijakan
Pemerintah Mengenai Kerangka Kerja (Framework) Penerapan Kartu Pintar (Smart Card) Di Indonesia. Penelitian Jakarta: Pusat Litbang APTEL SKDI, 2008
Resa Dian Pradikta, Paulus Susetyo, Reesa Akbar. 2010. Rancang Bangun
Simulasi SPBU Mandiri Menggunakan Air Dengan Sistem Prabayar Berbasis Smart Card. Penelitian Surabaya: ITS
Tantri Saraswati, Alvwnia Nareswari dan Novitarini, 2009. Penggunaan Smart
Card sebagai Tiket Jalan Tol, PenelitianBandung: ITB
Rambat Lupiyadi dan A. Hamdani, 2006. Manajemen Pemasaran Jasa.
Jakarta :Salemba Empat, ed II
Resa Dian Pradikta, Paulus Susetyo, Reesa Akbar, Rancang Bangun Simulasi
SPBU Mandiri Menggunakan Air Dengan Sistem Prabayar Berbasis Smart Card. Penelitian. Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh November, 2010
Riyanto, Yatim. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: PENERBIT
SIC, Cetakan ke 3
Sahara dan Jamal Lisman. 1992. Pengantar Pendidikan 1. Jakarta: PT Gramedia
WidiaSarana
Dessy Wulandari. Identifikasi sistem pembayaran transjakarta menggunakan
smart card, Skripsi Depok: Universitas Gunadarma2012
Endrik. Aplikasi Smart Card untuk Prototipe Sistem Pendidikan Sekolah dengan
(6)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Stanton, William J.Fundamentals of Marketing. 1981. Mc.Graw Hill
International.
Sugiyono, 2013. Metode Pendidikan pendekatan Kuantitaif, kualitatif, dan R&D.
Bandung: Penerbit Alfa Beta.
Sumadi Suryabrata. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
Sutarman, 2012. Pengantar Teknologi Informasi, jakarta: PT.Bumi Aksara
Sutopo dan Suryanto, Adi. 2003. Pelayanan Prima. Jakarta: Lembaga
AdministrasiNegara Republik Indonesia.
Tantri Saraswati, Alvernia Nareswari N dan Novitarini. Penggunaan Smart Card
sebagai Tiket Jalan Tol. Penelitian. Bandung: Institut Teknologi Bandung, 2009
Tim dosen Administrasi Universitas Pendidikan Indonesia. 2010. Manajemen
Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Undang-Undang No 36 Tahun 1999 Pasal 1 Ayat 1 tentang Telekomunikasi
Werang Basilius R, 2015. Manajemen Pendidikan di Sekolah, Yogyakarta:Media
Akademi
Zain Badudu. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.
1994