Peran nahdlatul Ulama dalam Perubahan

Peran Ulama dalam Perubahan
FAJAR KURNIANTO
Judul : Ulama & Kekuasaan; Pergumulan Elite Muslim dalam Sejarah Indonesia
Penulis : Jajat Burhanuddin
Penerbit : Mizan
Tahun : I, Juni 2012
Tebal : xii+482 halaman
Buku karya Jajat Burhanuddin yang merupakan disertasinya di Universitas Leiden,
Belanda, ini coba menelusuri lebih jauh peran ulama tersebut. Studi ini, seperti dikatakan Jajat,
menekankan sejarah sosial dan intelektual, yang relatif terabaikan dalam studi-studi tentang
ulama Indonesia.
Kajian ini dimaksudkan untuk memberi sebuah penjelasan historis tentang apa yang
sekarang muncul sebagai suatu bahasa konseptual tentang ulama kontemporer: revitalisasi dan
reformulasi tradisi dalam rangka beradaptasi dengan tuntutan-tuntutan baru modernitas (hlm. 6).
Jajat memulai penelusuran peran ulama dengan memaparkan sejarah penyebaran Islam
melalui jalur perdagangan dan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara.
Jaringan ulama Nusantara-Timur Tengah semakin terbentuk kuat dengan munculnya apa
yang disebut dengan Komunitas Jawi di Mekah. Ulama yang terkenal di komunitas ini antar lain
Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani (1813-1897) dan Mahfudz Termas (1868-1919).
Dari merekalah lahir ulama-ulama seperti Khalil Bangkalan (w. 1923) dan Hasyim
Asy’ari (1871-1947). Sepulang dari Mekah, mereka mendirikan institusi-institusi pendidikan dan

penyebaran Islam tradisional yang disebut dengan pesantren (di Jawa), surau (di Sumatera Barat)
dan dayah (di Aceh).
Ketika situasi sosial politik di Nusantara berubah, angin pembaruan Islam yang dibawa
Jamaluddin al-Afgani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha, datang dari Mesir yang
memengaruhi pandangan ulama-ulama Nusantara dan Komunitas Jawi di Mekah.
Sebagian ulama Komunitas Jawi yang terpengaruh ide pembaruan tersebut, lalu pulang
dan menyebarkannya di Nusantara.

Terjadilah persinggungan yang tajam dengan ulama-ulama yang kuat memegang tradisi.
Inti dari pembaruan Islam adalah kembali kepada Islam yang otentik dan meninggalkan praktikpraktik budaya lokal yang tidak sesuai dengan ajaran otentik Islam.
Buku ini menarik, karena menggambarkan terbentuknya kelompok eksklusif ulama dan
peran mereka dalam merespons setiap perubahan.
*Resensi ini dimuat di koran Bisnis Indonesia, Minggu 29 Juli 2012