Tinjauan al-maslahah al-mursalah terhadap pendapat madhhab Syafi'i dan madhhab Hanafi tentang jual beli ASI.

TINJAUAN AL-MAS>{LAH{AH AL-MURSALAH TERHADAP
PENDAPAT MADHHAB SYAFI‘I DAN MADHHAB HANAFI
TENTANG JUAL BELI ASI
SKRIPSI
Oleh:
Khusnul Fikriyah
NIM: C92213185

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)
Surabaya
2017

ABSTRAK
Skripsi yang berjudul ‚Tinjauan Mas}}lah}ah al-Mursalah terhadap Pendapat
Madhhab Syafi‘i dan Madhhab Hanafi tentang Jual Beli ASI‛ adalah hasil penelitian
kepustakaan yang bertujuan untuk menjawab rumusan masalah sebagai berikut: 1)
Bagaimana pendapat madhhab Hanafi dan madhhab Syafi‘i tentang jual beli ASI? Dan
2) Bagaimana tinjauan mas}lah}ah al-mursalah terhadap pendapat madhhab Hanafi dan
madhhab Syafi‘i tentang jual beli ASI?

Skripsi ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research)
dengan pendekatan kualitatif data primer. Dalam hal ini teknik yang digunakan adalah
dokumentasi yaitu menghimpun data-data yang menjadi kebutuhan penelitian dari
berbagai dokumen yang ada, baik berupa buku, artikel, jurnal dan lainnya. Metode
analisis yang digunakan adalah deskriptif analisis melalui metode berfikir deduksi
yaitu berangkat dari pengetahuan yang sifatnya umum, dan bertitik tolak dengan
pengetahuan yang umum itu kita hendak menilai suatu kejadian khusus, kemudian
dibahas dan dinilai dengan kaidah-kaidah hukum Islam.
Dari hasil penelitian ini menyimpulkan pertama, menurut madhhab Hanafi
ASI manusia tidak sah untuk diperjualbelikan karena menurutnya ASI manusia bukan
merupakan kategori harta. Selain itu manusia beserta seluruh organ tubuhnya adalah
terhormat. Maka dari itu tidak ada kebolehan untuk memperjualbelikannya. Menurut
madhhab Syafi‘i ASI manusia sah untuk diperjualbelikan karena menurutnya ASI itu
suci dan bisa diambil manfaatnya. Kedua, tinjauan al-mas}lah}ah al-mursalah menurut
madhhab Hanafi dalam hal jual beli ASI Tidak boleh menjualnya, terkait
kemaslahatan dalam hal ini akan membawa bahaya kepada kita semua, mulai dari
bahaya fisik atau rusaknya hubungan darah antara manusia yang dikarenakan
kemahraman. Dalam pembolehan menjual ASI karena bisa menimbulkan rusaknya
pernikahan yang disebabkan kawinnya orang sesusuan. Menurut madhhab Syafi‘i
dalam hal jual beli ASI boleh menjualnya, terkait kemaslahatan dalam hal ini yaitu

menjual ASI tersebut membawa manfaat bagi manusia yaitu tercukupinya gizi bagi
bayi karena kita melihat bahwa banyak bayi yang tidak memperoleh ASI yang cukup
baik karena kesibukan sang ibu ataupun karena penyakit yang diderita ibu tersebut.
Terkait konsep jual beli ASI yang disampaikan dari pendapat madhhab Syafi’i
dan madhhab Hanafi harapan penulis, semoga dapat menambah ragam keilmuan
terutama dalam hal kemaslahatannya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ........ .......................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN ...............................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iii

ABSTRAK ..............................................................................................................

iv

KATA PENGANTAR ...........................................................................................

v

PERSEMBAHAN .................................................................................................. viii
MOTTO...................................................................................................................

ix

DAFTAR ISI......... .................................................................................................

x

DAFTAR TRANSLITERASI ............................................................................... xiii
BAB I


:

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .........................................................

1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ..........................................

7

C. Rumusan Masalah ...................................................................

8

D. Kajian Pustaka .........................................................................

8

E. Tujuan Penelitian .................................................................... 12

F. Kegunaan Penelitian .............................................................. 12
G. Definisi Operasional................................................................ 13
H. Metode Penelitian ................................................................... 15
I. Sistematika Pembahasan ........................................................ 18

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II

:

MAS>L
>} AH{A H AL-MURSALAH
A. Mas}lah}ah .................................................................................. 20
1. Pengertian Mas}lah}ah......................................................... 20
2. Macam-macam Mas}lah}ah ................................................. 23
B. Mas{lah{ah Mursalah ................................................................. 33
1. Pengertian Mas{lah{ah Mursalah dan dasar hukumnya .... 33
2. Syarat-syarat dalam kehujahan mas{lah{ah mursalah....... 35
3. Dalil ulama yang menjadikan Hujjah mas}lah}ah al-mursalah


............................................................................................ 36
4. Aplikasi mas{lah{ah mursalah dalam kehidupan ............... 39
BAB III

: PANDANGAN MADHHAB HANAFI DAN MADHHAB SYAFI’I

TENTANG JUAL BELI ASI
A. Pandangan madhhab Hanafi tentang Jual Beli ASI .............. 43
1.

Biografi Madhhab Hanafi ............................................... 43

2.

Metode Istinbath Hukum Madhhab Hanafi .................. 45

3.

Pemikiran madhhab Hanafi tentang Jual Beli ASI ....... 52


B. Pandangan Madhhab Syafi‘i tentang Jual Beli ASI ............. 54

BAB IV :

1.

Biografi Madhhab Syafi’i ............................................... 54

2.

Metode Istinbath Hukum madhhab Syafi’i................... 57

3.

Pemikiran madhhab Syafi’i tentang Jual Beli ASI....... 62

ANALISIS MAS{LAH{A H AL-MURSALAH TERHADAP
PENDAPAT MADHHAB HANAFI DAN


MADHHAB SYAFI’I

TENTANG JUAL BELI ASI

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

A. Analisis Pendapat madhhab Hanafi dan madhhab Syafi’i tentang jual
beli ASI..................................................................................... 66
B. Analisis Mas}lah{ah al-Mursalah terhadap pendapat Madhhab Hanafi
dan madhhab Syafi’i tentang jual beli ASI ........................... 71
BAB V

:

PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 77
B. Saran ......................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang memiliki ajaran universal yang dibawa oleh
Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir yang menyempurnakan Nabi
sebelumnya. Ajaran Islam sangatlah terperinci sekali dalam mengatur kehidupan
manusia. Salah satunya adalah radha’ah sebuah syariat yang mengatur tentang
hubungan mahram yang disebabkan karena susuan yang memiliki konsekuensi
hukum keharaman nikah, hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam surat An
Nisa ayat 23:

         
         
          
           
             
 

Artinya :diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu, anak-anakmu
yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan. Saudara bapakmu yang
perempuan, saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari
saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang menyusui kamu, saudara perempuan
sepersusuan, ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak istrimu yang dalam
pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu
mengawininya, (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu),
dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara
kecuali yang telah terjadi pada masa lampau, sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.1
Menyusui bayi yang baru lahir sangat dianjurkan. Disamping memberikan
makanan yang paling tepat untuk si bayi, menyusui adalah kontak komunikasi
pertama antar ibu dan bayinya. Selama Sembilan bulan, bayi hanya mendengar
detak jantung dan lantunan sang ibu. Maka tibalah saatnya ia merasakan
sentuhan kulit sang ibu, hangatnya dekapan sang ibu serta bau tubuh sang ibu.
Semua hal ini berperan aktif untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada

bayi. Bayi akan tumbuh sehat dan cerdas.2 Keuntungan lain dari menyusui adalah
memberikan antibiodi secara langsung pada bayi, yang akan melindunginya dari
serangan virus ataupun bakteri. Rumah sakit bersalin selalu memberikan kursus
kilat kepada ibu baru untuk bisa menyusui dengan benar.
Manfaat air susu ibu (ASI) bagi pertumbuhan seorang anak sudah banyak
dibahas dalam berbagai penelitian, seperti yang telah dilakukan oleh pakar
kesehatan, dimana ditunjukkan bahwa anak-anak yang pada masa bayinya
mengkonsumsi ASI jauh lebih cerdas, lebih sehat dan lebih kuat dari pada anakanak yang dimasa kecilnya tidak menerima ASI. 3
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi serta
mempunyai nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang
dibuat manusia, ataupun susu hewan seperti susu sapi, susu kerbau dan lain1

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Al Hidaya), 120.
Rina Poerwadi, Aroma Terapi Sahabat Calon Ibu (Jakarta: Dian Rakyat, 2006), 72.
3
Abdul Hakim Abdullah, Keutamaan Air Susu Ibu (Jakarta : Fikahati Aneska. 1993), 30.
2

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

lainnya. Air susu ibu sangat menguntungkan ditinjau dari berbagai segi, baik dari
segi gizi, kesehatan, ekonomi maupun sosio-psikologis. Hal ini banyak terlihat
diberbagai Negara atau wilayah di mana higienis lingkungan belum memadai,
disamping makanan bayi pengganti air susu ibu tidak tersedia ataupun harganya
sangat mahal dan tidak terjangkau oleh daya beli penduduk pada umumnya.4
Faktanya, sebagaian karir ibu yang tidak bisa ditinggalkan membuatnya
seringkali sulit membagi waktu dalam menyusui anaknya. Akibatnya, asupan
ASI bagi anak terkurangi. Demi memberikan asupan gizi, seringkali para ibu
memberikan susu instan yang dibeli ditoko-toko. Tetapi bukan gizi, susu itu tak
sesehat ASI. Tentu saja hal ini merugikan bagi kesehatan anak. Dalam kasus lain
misalnya jika sang ibu mengidap penyakit HIV yang bias ditularkan lewat ASI.
Lalu bagaimana cara ibu memberikan ASI pada anaknya? Ini merupakan
pertanyaan yang tidak mudah mendapat jawaban. Repotnya lagi, apabila konflik
keluarga ikut menjadi alasan bagi ibu untuk tidak memberikan

ASI pada

anaknya. Ironis memang tetapi hal ini sering terjadi. Konflik antara suami-istri
sering melibatkan anak yang tidak berdosa untuk menanggung akibat dan
perkelahian itu. Padahal, apapun alasannya, baik karena karir, penyakit ibu,
konflik keluarga, ASI adalah menjadi hak anak.
Sebagaian orang berpikir tentang beragam cara agar dapat menyusui
bayinya walaupun dengan aktivitas yang sangat padat. Mereka berpikir karena
ASI merupakan sumber gizi sangat ideal dengan komposisi sangat seimbang dan

4

Suhardjo, Pemberian Makanan Pada Bayi (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 68.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi selama enam bulan.5 Namun
akhir-akhir ini, tidak sedikit para ibu yang memilih untuk tidak menyusui
anaknya. Dari beberapa pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa, setidaknya
ada beberapa hal yang menyebabkan anak tidak mendapatkan ASI. Pertama, ibu
yang bekerja diluar rumah, yaitu seorang ibu yang memiliki pekerjaan khusus
diluar rumah dalam rangka mengaktualisasikan diri dalam menekuni bidang
tertentu. Kedua, faktor ksehatan, misalnya seorang ibu yang terkena penyakit
HIVtidak bias memberikan ASI kepada anaknya dikhawatirkan virus tersebut
akan menular.
Fakta di atas memunculkan gagasan untuk mendirikan bank ASI.
Ilmuwan Eropa menghadirkan ide untuk mendirikan Bank ASI dengan tujuan
membantu para ibu yang tidak bias menyusui bayinya secara langsung, baik
seperti ASI yang tidak bisa keluar, ibu menghidap penyakit yang mempengaruhi
produksi ASI-nya dan membantu bayi yang lahir secara prematur maupun yang
ditinggal mati ibunya.6
Begitu pentingnya ASI bagi bayi sehingga pemerintah pun ikut turun
tangan untuk mengatur hal ini seperti contoh, pemerintah mengadakan program
ASI ekslusif dengan lahirnya PP No. 33 Tahun 2013 tentang pemberian ASI
Eklusif, dimana pada pasal 6 dijelaskan bahwa setiap ibu yang melahirkan harus
memberikan ASI eklusif kepada bayi yang dilahirkannya.
Perubahan dan perkembangan zaman yang terus berjalan, demikian pula
bervariasinya lingkungan alam dan kondisi sosial dari berbagai daerah,
5
6

Reni Yuli Astutik, Panyudara dan Laktasi (Jakarta: Salemba Medika, 2014), 41.
Ahmad Dahlan Aziz, Ensklopedia Hukum Islam (Jakarta: PT Ichtiar Baru, 2001), 1474.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

merupakan faktor yang sangat memungkingkan timbulnya persoalan-persoalan
hukum yang baru, yang tidak didapati ketetapan hukumnya dalam al-Qur’an dan

Sunnah dan belum pernah terpikirkan oleh para ulama terdahulu. Untuk dapat
mengeluarkan ketetapan hukum dalam persoalan-persoalan tersebut kita harus
mengetahui kaidah-kaidah dan menerapkannya pada dalil-dalilnya.
Adapun pengertian al-Mas}lah}ah al-Mursalah yaitu suatu kebaikan yang
tidak disinggung-singgung syara’ untuk mengerjakan atau meninggalkannya.
Tetapi kalau dikerjakan akan membawa manfaat atau menghindari keburukan.7
Secara terminologis, masl}ah}ah adalah kemanfaatan yang dikehendaki oleh Allah
untuk hamba-hambanya, baik berupa untuk pemeliharaan agama mereka,
pemeliharaan kehormatan diri serta keturunan mereka, pemeliharaan akal budi
mereka, maupun berupa harta kekayaan mereka.8
Islam, pada hakekatnya juga sangat mengapresiasi terhadap kehidupan
seorang anak jauh sebelum anak lahir, pintu gerbang menuju pernikahan telah
diatur dalam Islam, misalnya, dalam hal mencari pasangan, pertunangan, hingga
pernikahan dijelaskan secara rinci dalam Islam. Hal ini demi kesehatan anak baik
kesehatan mental maupun fisik, lebih spesifik dalam persoalan menyusui.9 Allah
berfirman :

           
Artinya :dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anak mereka selama dua
tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna…10
7

A.Masjkur Anhari, Ushul Fiqh (Surabaya: Diantama, 2008),102.
Asmawi, Perbandingan ushul Fiqh (Jakarta : Amzah,2011), 128.
9
Ibnu Mas’ud, Fiqh madhhab Syafi’i (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 422.
10
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 60.
8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Para ulama berselisih pendapat dalam menafsirkan ayat tersebut diatas.
Berdasarkan ayat 233 surat al-Baqarah tersebut menunjukkan bahwa seorang ibu
wajib menyusui anaknya. Pendapat ini diungkapkan oleh Mazhab Maliki.
Sementara itu, menurut jumhur fuqaha perintah untuk menyusui bagi seorang ibu
yang terkandung dalam ayat tersebut adalah sunnah (dianjurkan).
Jual beli ASI ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan umat Islam.
Karena ASI disamakan dengan daging manusia. ASI juga dianggap bukan harta
benda yaitu tidak dibolehkan bagi kita mengambil manfaat dalam ASI, hanya
dibolehkan dalam keadaan darurat bagi bayi yang tidak bisa memperoleh gizi
dengan cara lain. Jadi apa yang tidak diperbolehkan mengambil manfaatnya
tidaklah dianggap bagian harta seperti babi dan narkotika. Selain itu ASI juga
tidak dijual dipasar karena dianggap tidak bagian dari harta benda.11 Al-

Mas}lah}ah al-Mursalah
Ada dua pendapat ulama tentang hal tersebut. Pertama, tidak boleh
menjual ASI , pendapat ini dikeluarkan oleh madhhab Hanafi kecuali Abu Yusuf
menurutnya ASI mengandung mas}lah}ah bagi bayi dalam berbagai kondisi
dimana ibu kandungnya tidak berdaya menyusui, selain itu Abu Yusuf
membolehkan dikarenakan berkenaan dengan seorang budak, boleh menjual ASI
dari seorang budak karena budak itu pun sah dilakukan akad jual beli maka ASI
yang merupakan bagiannya pun sah untuk dilakukan jual beli. Kedua, pendapat
yang mengatakan bolehnya jual beli ASI manusia, pendapat ini dikeluarkan oleh
Tim kementrian Wakaf dan Urusan Agama Kwait, Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah
(Kwait: Kementrian Wakaf dan Urusan, 1983), 120.

11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

madhhab Syafi’i. Menurut madhhab ini diperbolehkan jual beli ASI dikarenakan
ASI merupakan benda yang suci dan dapat diambil manfaatnya, maka hukumnya
menyerupai susu kambing. Meskipun dari kalangan madhhab Hanafi tidak
memperbolehkan adanya jual beli ASI, penulis telah menemukan satu pendapat
dari kalangan madhhab Hanafi yang memperbolehkan adanya jual beli ASI yaitu
pendapat Abu Yusuf.
Berangkat dari uraian diatas, berdasarkan perbedaan pendapat dikalangan
para Mazhab terkait keabsahan praktik jual beli ASI ini, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai ‚Tinjauan Al-Mas}lah}ah al-Mursalah
terhadap Pendapat Madhhab Syafi’I dan Madhhab Hanafi tentang Jual Beli ASI‛.
Yang didalamnya nanti akan lebih dijelaskan dari sisi kemaslahatannya.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu wacana baru terkait jual beli ASI
yang ditinjau dari segi Al-Mas}lah}ah al-Mursalah terhadap pandangan para
Madhhab.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas terdapat beberapa masalah
dalam penelitian ini. Adapun masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasikan
sebagai berikut:
1. Fakta perbedaan pandangan antara madhhab Syafi’i dan madhhab Hanafi
tentang jual beli ASI
2. Indikasi bahwa terdapat perbedaan hasil ijtihad antara madhhab Syafi’i dan
Mazhab Hanafi tentang jual beli ASI

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3. Perbedaan dasar hukum yang dijadikan landasan yang melatar belakangi
perbedaan pendapat.
4. Manfaat kegunaan Asi bagi bayi
5. Pentingnya ibu menyusui bayinya
6. Tinjauan Al-Mas}lah}ah al-Mursalah terhadap pendapat Imam Madhhab tentang
Jual beli ASI
Dari identifikasi masalah tersebut. Maka penulis akan membatasi masalah yang
akan dikaji sebagai berikut:
1. Pendapat madhhab Syafi’i dan pendapat madhhab Hanafi tentang jual beli
ASI
2. Tinjauan Al-Mas}lah}ah al-Mursalah terhadap pendapat madhhab Syafi’i dan
pendapat madhhab Hanafi tentang jual beli ASI

C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas penulis dapat
merumuskan pokok masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pendapat madhhab Syafi’i dan madhhab Hanafi tentang jual beli
ASI?
2. Bagaimana tinjauan Al-Mas}lah}ah al-Mursalah terhadap pendapat madhhab
Syafi’i dan madhhab Hanafi tentang jual beli ASI ?

D. Kajian Pustaka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Kajian pustaka dalam penelitian ini, pada dasarnya untuk mendapatkan
gambaran permasalahan yang akan diteliti dengan penelitian sejenis yang
mungkin pernah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya sehingga diharapkan
tidak ada pengulangan materi penelitian. Hukum jual beli ASI sesungguhnya
merupakan salah satu persoalan yang mendapat perhatian serius dalam kajian
hukum islam. Sejauh penelurusan saat ini belum ada kajian khusus mengenai
tinjauan Al-Mas}lah}ah al-Mursalah terhadap pendapat madhhab SyafiiI dan
madhhab Hanafi tentang jual beli ASI.
Ada beberapa karya tulis yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis, di antaranya adalah:
1. Subandi, dalam skripsinya yang berjudul Analisis Pemikiran Yusuf
Qardawi Tentang Bank ASI (Air Susu Ibu) dan Implikasinya Terhadap
Hukum Rada’ah. IAIN Sunan Ampel Surabaya-Syariah tahun 2009.
Dalam skripsinya menyimpulkan bahwa menurut Yusuf Qardhawi bahwa
bank ASI sangatlah membantu orang yang lemah terlebih pada bayi yang
premature, bahkan bila perlu susu dibeli jika sang donator tidak berkenan
memberikan susunya. Memberikan pertolongan tersebut menurut Yusuf
Qardhawi sesuai dengan nilai-nilai islam. Karena sangat membantu para
bayi yang terlahir kurang beruntung dengan tidak mendapatkan ASI. 12
2. Chairul Anam, dalam skripsinya yang berjudul Konsep Rada’ah Menurut
Hanafiyah dan Yusuf Qardhawi. UIN Sunan Ampel Surabaya-Syariah/AS
tahun 2015 dalam skripsinya menyimpulkan bahwa konsep rada’ah yang
12

Subandi, Analisis Pemikiran Yusuf Qaradawi tentang Bank Asi (Air Susu Ibu) dan implikasinya
Terhadap Hukum Rada’ah, IAIN Sunan Ampel Surabaya, Fakultas Syari’ah tahun 2009.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

disampaikan oleh Hanafiyah dan Yusuf Qarad}awi berbeda. Dalam
permasalahan rada’ah keduanya memiliki pemikiran yang tidak sama,
bahwa rada’ah adalah meneteknya seorang bayi yang berusia di bawah
dua tahun kepada seorang wanita yang bukan ibu kandungnya dan ASI
tersebut sampai pada perut si bayi. Untuk dikatakan sebagai rada’ah
Hanafiyah tidak mengharuskan seorang bayi menetek langsung pada
puting wanita yang menyusui bisa menggunakan media gelas atau
sejenisnya asalkan air susu itu sampai pada perut si bayi.
Namun berbeda dengan Yusuf Qaradawi yang mengharuskan
proses rada’ah dengan cara menetek langsung jika dengan cara selain itu
maka tidak menyebabkan hukum mahram dengan alasan jika tidak dengan
cara menetek langsung maka tidak ada bedanya dengan makanan lain
yang tidak menyebabkan hukum mahram. Ada hal lain yang juga menjadi
perbedaan antara Hanafiyah Yusuf Qaradawi yaitu dalam hal alasan
hukum rada’ah menyebabkan hukum mahram, Hanafiyah mengatakan
bahwa alasan hukum rada’ah adalah adanya ASI yang diberikan diserap
oleh si bayi dan menjadi daging dan menguatkan tulang si bayi,
sedangkan Yusuf Qarad}awi mengatakan bahwa alasan hukum rada’ah
adalah sifat umum yang muncul dari seorang ibu susuan tatkala wanita itu
meneteki bayi yang berusia di bawah dua tahun tersebut sebagaimana

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

sifat umum yang biasa diberikan oleh ibu kandung kepada anaknya
sendiri13
3. Wifaqatus Syamilah, dalam skripsinya yang berjudul Praktik Jual Beli Air
Susu Ibu (ASI) di Indonesia dalam Prespektif Mazhab Syafi’I. UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta-syariah dan Hukum/Studi Muamalat tahun 2015
dalam skripsinya menyimpulkan bahwa bentuk praktik jual beli ASI yang
terjadi di Indonesia baik yang dilakukan melalui perantara seperti adanya
lembaga Asosiasi Ibu Menyusui Indinonesi (AIMI) maupun yang
dilakukan orang perorangan, proses transaksinya dilakukan secara
kekeluargaan. Penjualannya juga tidak dipasarkan secara bebas dan
identitas dari penjual ataupun pembeli juga jelas. Dengan demikian dalam
prespektif madhhab Syafi’i, praktik jual beli ASI di Indonesia boleh
karena suci dan dapat bermanfaat terhadap bayi. 14
Dari kajian pustaka yang penulis ambil jelas sekali perbedaanya,
jika skirpsi-skripsi sebelumnya membahas tentang bank ASI dan konsep
Rada’ah

disini penulis lebih fokus membahas tentang tinjauan Al-

Mas}lah}ah al-Mursalah terhadap pendapat mazhab syafi’I dan mazhab
Hanafi tentang jual beli ASI. Adapun kalangan Mazhab Hanafi tidak
membolehkan adanya jual beli ASI, tapi penulis mencoba untuk mencari
celah dari sisi kemaslahatan atas ketidakbolehannya tersebut. Sehingga
bisa disimpulkan skripsi ini merupakan karya dari penulis murni.
13

Ana Chairul, Konsep Rada’ah manurut Hanafiyah dan Yusuf Qardawi, UIN Sunan Ampel
Surabaya Fakultas Syariah/AS tahun 2015.
14
Syamilah Wifaqatus, Praktik Jual Beli ASi Prespektif Mazhab Syafi’I, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta Fakultas Syariah dan hukum/Studi Muamalat tahun 2015.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

E. Tujuan Penelitian
Agar langkah yang ditempuh lebih mengarah serta diketahui tujuannya,
maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pendapat madhhab Syafi’i dan madhhab Hanafi
tentang jual beli ASI
2. Untuk mengetahui tinjauan Al-Mas}lah}ah al-Mursalah terhadap pendapat
madhhab Syafi’i dan madhhab Hanafi tentang jual beli ASI

F. Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan bisa bermanfaat minimal untuk hal-hal
sebagai berikut:
1. Aspek Teoretis
Dalam aspek teoretis, diharapkan dapat menambah ragam keilmuan ke
Islaman tentang tinjauan Al-Mas}lah}ah al-Mursalah pendapat madhhab
syafi’i dan madhhab Hanafi tentang jual beli ASI
2. Aspek Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk bahan
pertimbangan atau bahan acuan bagi pihak-pihak yang membutuhkan,
baik untuk penelitian lebih lanjut maupun sebagai bahan pengetahuan
dalam hal tinjauan maslahah mursalah pendapat madhhab syafi’i dan
madhhab Hanafi tentang jual beli ASI

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

G. Definisi Operasional
Untuk memperjelas pemahaman tentang penelitian yang berjudul
Tinjauan Maslahah Mursalah dalam pendapat madhhab Syafi’i dan madhhab
Hanafi tentang jual beli ASI. Perlu dijelaskan tentang definisi operasional
sebagai berikut:
1. Al-Mas}lah}ah

Mursalah :

al- Mas}lah}ah yang secara syar’i tidak menetapkan
hukum

secara

spesifik

untuk

mewujudkan

kemaslahatan dan tidak terdapat dalil yang
menunjukkan

atas

pengakuannya

maupun

pembatalannya.15
2. Madhhab Syafi’i :

Madhhab Syafi’i dibangun oleh imam Abu
Abdillah Muhammad bin idris bin Al-Abbas bin
Syafi’i. Di antara murid beliau di Mesir adalah
Abu Ya’qub Yusuf bin Yahya Al-Buthi, murid
yang paling senior di Mesir. Ia bisa menggantikan
Imam Syafi’I mengajar dan memberi fatwa-fatwa
ketika beliau berhalangan hadir. Selain beliau ada
juga Ismail bin Yahya Al-Muzani. Ia termasuk
murid yang paling cerdas dan dianggap oleh
pengikut madhhab sebagai seorang mujtahid

15

Asmawi, Perbandingan ushul Fiqh (Jakarta : Amzah,2011), 128.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

mutlak.

Hal

melahirkan

tersebut

karena

beliau

dapat

pendapat-pendapat

brilian

yang

berbeda dengan sang guru, serta mempunyai
beberapa salah satunya AL-Mukhtasar Ash-

S{aghir> dan Al-Jami>’ Al-Kabi>r.16
3. Madhhab Hanafi :

Madhhab Hanafi merupakan madhhab yang
paling tua diantara empat madhhab Ahli Sunnah
wal

Jama’ah

yang

popular.

Madhhab

ini

dinisbahkan kepada Imam Besar Abu Hanifah
An-Nu’man bin Tsabit bin Zutha AT Tamimiy,
lahir di Kuffah tahun 80 H dan wafat di Baghdad
pada tahun 150 H. Imam Abu Hanifah memiliki
banyak

murid,

diantara

murid

yang

ber-

mulazamah (nyantri) dengan sang guru adalah
Abu Yusuf, Muhammad bin Al-Hasan AsySyaibani, Zufar bin Al-Huzail dan Al-Hasan bin
Zaid Al-Lu’lu’i. Adapun dari keempat murid ini,
yang paling banyak jasanya dalam meriwayatkan
pendapat sang guru adalah AbuYusuf dan
Muhammad bin Al-Hasan Asy-Syaibani. Mereka
berdualah yang pertama kali menulis fiqh

Rasyad Hasan Khali, Tarikh Tasyri’ (Jakarta : Amzah,2009), 185.

16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

madhhab hanafi.17
4. Jual Beli ASI :

Suatu kegiatan transaksi antara penyalur ASI dari
donor ASI yang kemudian akan diberikan kepada
ibu-ibu yang tidak bisa memberikan ASI sendiri
ke bayinya. Ibu yang sehat dan memiliki
kelebihan produksi ASI bisa menjadi pendonor
ASI. ASI biasanya disimpan di dalam plastik atau
wadah.18

H. Metode Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian
kepustakaan (Library Reserch). Adapun yang dimaksud dengan penelitian
kepustakaan adalah serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan metode
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan
penelitian.19 bahan-bahan kepustakaan bisa berupa manuskrip, buku, majalah,
surat kabar dan dokumen lainnya yang dianggap perlu.
1. Data yang dikumpulkan
Penelitian ini berupa penelitian kepustakaan ( Library Reserch), maka
data-data yang dikumpulkan adalah data-data yang berasal dari
kepustakaan yang melingkupi.

Rasyad Hasan Khali, Tarikh Tasyri’ (Jakarta : Amzah,2009), 172.
https://Khasan-fauzi.blogspot.co.id/2013/04/normal. Diakses pada tanggal 19 oktober 2016 jam
08.35 WIB

17

18

19

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), 3.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Data tentang pemikiran madhhab Syaf’i dan madhhab Hanafi
tentang jual beli ASI
a. Data mengenai biografi intelektual madhhab Syafi’i dan madhhab
Hanafi
b. Data mengenai metode ijtihad madhhab syafi’i dan madhhab Hanafi
c. Data mengenai pemikiran madhhab Syafi’i dan madhhab Hanafi
tentang ASI

2. Sumber Data
a. Sumber Data Primer (Utama)
Sumber ini diperoleh dari sumber asli baik berbentuk dokumen
maupun peninggalan lainnya. Sumber data primer yang akan
digunakan sebagai bahan dalam penelitian ini

adalah penelitian

pustaka antara lain :
1) Wahbah al-Zuhaili, AL-Fiqhu Asy-Syafi’i Al-Muyassar, alih
bahasa Muhammad, Almahira, Jakarta, 2003
2) Ibnu Mas’ud, Fiqh Mazhab SYafi’i Pustaka Setia, Bandung,
2000
3) Azyumardi Azra, Islam dan Masalah-masalah Kemasyarakatan,
Majlis Muzarakah Al-Azhar Panji Masyarakat, Jakarta, 2000
4) Sulaiman Al-Faifi, Ringkasan Fiqh Sunnah, Beirut Publishing,
Solo, 2013
b. Sumber Data Sekunder

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Sumber data sekunder adalah data yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer. Antara lain :
1) A. Masjkur, Ushul Fiqh, Surabaya, Diantama, 2008
2) Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqh, Jakarta, Amzah, 2011
3) Abdul Hakim Abdullah, Keutamaan Air Susu Ibu, Jakarta,
Fikahati Anesta,1993
4) Suhardjo, Pemberian Makanan Pada Bayi, Yogyakarta, Kanisius,
2006
5) Rina Poerwadi, Aroma Terapi Sahabat Calon Ibu, Jakarta, Dian
Rakyat, 2006
6) Reni Yuli Astutik, Panyudara dan laktasi Jakarta, Salemba
Medika, 2014
7) Karin Cadwell, Buku Saku Manajemen Laktasi Jakarta, EGC,
2011
8) Rasyad Hasan Khalil, Tarikh Tasyri’ Jakarta, Amzah, 2009
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dnegan studi pustaka ( literatur),
yaitu menghimpun data yang berasal dari buku-buku dan naskah-naskah
yang berkaitan dengan permasalahan tersebut. Dalam penelitian ini data
yang akan dihimpun merupakan data yang berkaitan dengan Studi Al-

Mas}lah}ah al-Mursalah dalam Jual beli ASI
4. Teknik Pengelolaan data

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Maka dilakukan analisis data dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut:
a.

Organizing adalah suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan,
pencatatan, dan penyajian fakta untuk tujuan penelitian. 20

b.

Editing adalah kegiatan pengeditan akan kebenaran dan ketepatan
data tersebut.

c.

Coding adalah kegiatan mengklasifikasi dan memeriksa data yang
relevan dengan tema penelitian agar lebih fungsional.

5. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian yang sudah diolah akan dianalisis dengan :
a.

Deskriptif analisis, menggambar permasalahan-permasalahan yang
dibahas dengan mensistematikan data, sehingga membantu sebuah
pendapat ulama agar mudah dipahami oleh penyusun dan pembaca.21
Menganalisis data-data madhhab Syafi’i dan madhhab Hanafi tentang
jual beli Asi.

b.

Komparatif, membandingkan antara pandangan madhhab Syafi’i dan
madhhab Hanafi untuk menemukan titik persamaan dan perbedaan
dan mencari kemaslahatan diantara pendapat keduanya.

I. Sistematika Pembahasan

20

Sony Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), 89.
Herman Wasito, Pengantar Metode Penelitian (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1995),
44.
21

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Bab pertama pendahuluan, memuat uraian latar belakang masalah,
identifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,
tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode
penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua Bab kedua merupakan landasan teori jual beli dalam
prespektif hukum Islam yang meliputi : pengertian jual beli, dasar hukum jual
beli, syarat dan rukun jual beli, macam-macam jual beli,jual beli yang dilarang
dan jual beli yang diperbolehkan, jual beli Asi. Al-Mas}lah}ah al-Mursalah bab ini
meliputi : pengertian Al-Mas}lah}ah al-Mursalah, macam-macam Al-Mas}lah}ah al-

Mursalah, syarat-syarat Maslahah Mursalah,
Bab ketiga mengenai pandangan madhhab Syafi’i dan madhhab Hanafi
tentang jual beli ASI, dalam madhhab syafi’i memuat diantaranya biografi,
metode ijtihad dan pemikiran madhhab Syafi’i tentang jual beli Asi dan dalam
madhhab Hanafi memuat diantaranya biografi, metode ijtihad dan pemikiran
madhhab Hanafi tentang jual beli
Bab Keempat Bab ini membahas mengani Analisis Pemikiran madhhab
Syafi’i dan madhhab Hanafi tentang jual beli ASI. Tinjauan Al-Mas}lah}ah al-

Mursalah terhadap pendapat madhhab Syafi’i dan madhhab Hanafi tentang jual
beli ASI.
Bab Kelima : Merupakan Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II

AL-MAS{LAH{AH AL-MURSALAH> DAN JUAL BELI
A. MAS{LAH{A H
1. Pengertian Mas}lah}ah

Mas}lah}ah (‫ )مصلحة‬berasal dari kata s}alah}a (‫ )صلح‬dengan
penambahan alif di awalnya yang secara arti kata berarti baik lawan dari
buruk atau rusak. Mas}lah}ah adalah mashdar dengan arti kata salah} (‫)صا ح‬
yaitu manfaat atau terlepas dari padanya kerusakan. Pengertian mas}lah}ah
dalam bahasa arab adalah perbuatan-perbuatan yang mendorong kepada
kebaikan manusia.1 Dari makna kebahasaan ini dipahami bahwa mas}lah}ah
meliputi segala yang mendatangkan manfaat, baik melalui cara mengambil
dan

melakukan

sesuatu

tindakan

maupun

dengan

menolak

dan

menghindarkan segala bentuk yang menimbulkan kemudharatan dan
kesulitan.2
Secara etimologi mas}}lah}ah sama dengan manfaat, baik dari segi
lafal maupun makna. Mas}lah}ah juga berarti manfaat atau suatu pekerjaan
yang mengandung manfaat.3 Apabila dikatakan bahwa perdagangan itu
suatu kemaslahatan dan menuntut ilmu itu suatu kemaslahatan, maka hal
tersebut berarti perdagangan dan menuntut ilmu itu sebab diperolehnya
manfaat lahir dan batin.

1

Amir Syarufuddin, Ushul Fiqh 2 (Jakarta: Kencana, 2008), 367.
Firdaus, Ushul Fiqh (Jakarta: Zikrul, 2004), 81.
3
Nasrun Haroen, Usul Fikih I (Jakarta: Logos, 1996), 113.
2

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Ulama ushul fiqh mengemukakan pengertian terminologi mas}lah}ah
dalam beberapa definisi dan uraian, yang satu sama lain memiliki
persamaan. Definisi-definisi tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a.

Menurut Imam al-Ghazali Sebagaimana dikutip dalam buku Ushul

Fiqh karangan Abd Rahman Dahlan mengemukakan penjelasan
sebagai berikut:4

َ،‫َ لس اَ عىَ لك‬. ‫أ اَامص ح َف يَعبار َىَاﻷ صلَع َج بَ فع َأ َدفعَ ض‬

َ‫فإ َج بَام فع َ قاصدَا قَ صاحَا قَىَحصيلَ قاصد َل اَ عى‬
‫بامص ح َاحاف َع ىَ قص دَالش‬

‚Pada dasarnya mas}lah}ah ialah, suatu gambaran yang meraih manfaat
atau menghindarkan kemudharatan. Tetapi bukan itu yang kami
maksudkan, sebab meraih manfaat dan menghindarkan kemudharatan
tersebut adalah tujuan dan kemaslahatan manusia dalam mencapai
maksudnya. Yang kami maksudkan dengan mas}lah}ah ialah
memelihara tujuan-tujuan syara‘‛.
Uraian al-Ghazali tersebut menjelaskan bahwa mas}lah}ah dalam
pengertian syar‘i ialah meraih manfaat dan menolak kemudharatan
dalam

rangka

memelihara

tujuan

syara‘.

Imam

Al-Ghazali

memandang bahwa suatu kemaslahatan harus sejalan dengan tujuan
syara‘, sekalipun bertentangan dengan tujuan-tujuan manusia, karena
kemaslahatan manusia tidak selamanya didasarkan kepada kehendak
syara‘, tetapi sering didasarkan pada kehendak hawa nafsu. Misalnya,
di zaman jahiliyah para wanita tidak mendapatkan bagian harta
warisan

yang

menurut

mereka

hal

tersebut

mengandung

kemaslahatan, sesuai dengan adat istiadat mereka, tetapi pandangan
4

Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh (Jakarta: Amzah, 2010),306.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ini tidak sejalan dengan kehendak syara‘ karenanya tidak dinamakan

mas}lah}ah. Oleh sebab itu, menurut imam Al-Ghozali yang dijadikan
patokan dalam menentukan kemaslahatan itu, adalah kehendak dan
tujuan syara‘, bukan kehendak dan tujuan manusia.
Tujuan syara‘ yang harus dipertahankan tersebut, lanjut AlGhazali ada lima bentuk yaitu5: memelihara agama, jiwa, akal,
keturunan dan harta. Apabila seseorang yang melakukan suatu
kegiatan yang pada intinya untuk memelihara kelima aspek tujuan
syara‘ di atas, maka dinamakan maslahah. Disamping itu, upaya
untuk menolak segala bentuk kemudharatan yang berkaitan dengan
kelima aspek tujuan syara‘ tersebut juga dinamakan maslahah. Dalam
kaitan

dengan

ini,

Imam

al-Syathibi,

mengatakan

bahwa

kemaslahatan tersebut tidak dibedakan anatara kemaslahatan dunia
maupun kemaslahatan akhirat, karena kedua kemaslahatan tersebut
apabila bertujuan untuk memelihara kelima tujuan syara‘ diatas
tersebut kedalam konsep maslahat. Dengan demikian menurut alSyathibi kemaslahatan dunia yang dicapai seorang hamba Allah harus
bertujuan untuk kemaslahatan di akhirat, karena kedua bentuk
kemaslahatan ini selama bertujuan memelihara al-Kulliyat al-Khams,
termasuk dalam ruang lingkup mas}lah}ah.6

5
6

Nasrun Haroen, Ushul Fiqh 1, 114.
Firdaus, Ushul Fiqh, 82.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

b.

Menurut pandangan al-Buthi sebagaimana dikutip dalam buku Ushul

Fiqh karangan Firdaus al-maslahah adalah:7

َ ِ ِ‫َام فع َُاَلِىَقصد اَالشارِ َاْلح ِي َلِعِبادِ َِ ِ َحِ ْفظَِدِيِ ِ َ ُف س‬:َُ ‫اْل ص ح‬
‫ع ُق لِ ِ َ سِ ِ َ أ الِ ِ َطِبقَ ِيبَفِي اَبي ا‬

‚Mas}lah}ah adalah manfaat yang ditetapkan Syari‘ untuk para
hambanya yang meliputi pemeliharaan agama, diri, akal, keturunan,
dan harta mereka sesuai dengan urutan tertentu di antaranya.‛
Dari definisi ini, tampak yang menjadi tolak ukur mas}lah}ah adalah
tujuan-tujuan syara‘ atau berdasarkan ketetapan syas, kesempatan
mempergunakan hasil sumber alam akan dikonsumsi manusia,
hukum perkawinan untuk melanjutkan generasi manusia, dan
berbagai hukum lainnya.13
Akal menentukan sasaran yang menentukan bagi seseorang
dalam menjalani hidup dan kehidupannya. Oleh sebab itu, Allah
menjadikan pemeliharaan akal itu sebagai suatu yang pokok.
Untuk itu, Allah melarang meminum-minuman keras, karena
minuman itu bisa merusak akal dan hidup manusia.
Mempunyai keturnan juga merupakan masalah pokok bagi
manusia dalam rangka memelihara kelangsungan manusia dimuka
bumi ini. Untuk memelihara dan melanjutkan keturuna tersebut
Allah mensyari‘atkan nikah dengan segala hak dan kewajiban yang
diakibatkannya.

13

Nasrun Haroen, Ushul Fiqh 1, 117.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Terakhir, manusia tidak bisa hidup tanpa harta. Oleh sebab
itu, harta merupakan sesuatu yang d}aruri (pokok) dalam kehidupan
manusia. Untuk mendapatkannya Allah mensyari‘atkan berbagai
ketentuan

dan

untuk

memelihara

harta

seseorang

Allah

mensyari‘atkan hukuman pencuri dan perampok.

2) Al-Mas}lah}ah al-H{m), kerjasama dalam pertanian (muzar>a‘ah) dan
perkebunan (musaqah). Semuanya ini disyari‘atkan Allah untuk
mendukung kebutuhan mendasar al-mas}alih al-khamsah di atas.

3) Al-Mas}lah}ah

al-Tah}siniyyah

(‫التحسينية‬

‫ )المصلحة‬15,

yaitu

kemaslahatan yang sifatnnya pelengkap yang berupa keleluasaan
yang dapat melengkapi kemaslahatan sebelumnya. Misalnya,
dianjurkan untukmemakan yang bergizi, berpakaian yang bagus-

14
15

Ibid., 117
Ibid., 118.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

bagus, melakukan ibadah-ibadah sunat sebagai amalan tambahan,
dan berbagai jenis cara menghilangkan najis dari badan manusia.
Ketiga kemaslahatan ini perlu dibedakan, sehingga seorang
muslim dapat menentukan prioritas dalam mengambil suatu
kemaslahatan. Kemaslahatan d}aruriyyah harus lebih didahulukan dari
pada kemaslahatan h}ajiyyah, dan kemaslahatan h}ajiyah lebih
didahulukan dari kemaslahatan tahsiniyyah.
b. Dilihat dari segi kandungan maslahah, para ulama ushul fiqh
membaginya sebagai berikut:

1) Al-Mas}lah}ah al-‘Amm>ah (‫)المصلحة العامة‬16, yaitu kemaslahatan
umum

yang

menyangkut

kepentingan

orang

banyak.

Kemaslahatan umum ini tidak berarti untuk kepentingan semua
orang, tetapi bisa berbentuk kepentingan mayoritas umat atau
kebanyakan umat. Misalnya, para ulama membolehkan membunuh
penyebar bid‘ah yang dapat merusak aqidah umat, karena
menyangkut kepentingan orang banyak17.

2) Al-Mas}lah}ah al-Khashah (‫)المصلحة الخا صة‬, yaitu kemaslahatan
pribadi dan ini sangat jarang sekali, seperti kemaslahatan yang
berkaitan dengan pemutusan hubungan perkawinan seseorang yang
dinyatakan hilang (maqfu>d). Pentingnya pembagian kedua
kemaslahatan ini berkaitan dengan prioritas mana yang harus
16
17

Nasrun Haroen, 118.
Ibid., 118.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

didahulukan apabila antara kemaslahatan umum bertentangan
dengan

kemaslahatan

pribadi.

Dalam

pertentangan

kedua

kemaslahatan ini, Islam mendahulukan kemaslahatan umum dari
pada kemaslahatan pribadi.
c. Dilihat dari segi berubah atau tidaknya maslahah, menurut Muhammad
Mushthafa al-Syalabi,18 guru besar ushul fiqh di Universitas al-Azhar
Mesir, ada dua bentuk, yaitu:

1) Mas}lah}ah al-Th>abitah ( ‫)المصلحة الثابتة‬19, yaitu kemaslahatan yang
bersifat tetap, tidak berubah sampai akhir zaman. Misalnya
berbagai kewajiban ibadah, seperti shalat, puasa, zakat dan haji.

2) Mas}lah}ah al-Mutaghayyirah (‫)المصلحة المتغيرة‬20, yaitu kemaslahatan
yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan tempat, waktu, dan
sunjek hukum. Kemaslahatan seperti ini berkaitan dengan
permasalahan mu‘amalah dan adat kebiasaan, seperti dalam
masalah makanan yang berbeda-beda antara satu daerah dengan
daerah lainnya. Perlunya pembagian ini menurut Mushthafa alSyalabi, dimaksudkan untuk memberikan batasan kemaslahatan
mana yang bisa berubah dan tidak.
d. Dilihat dari segi keberadaan mas}lah}ah menurut syara‘ terbagi kepada:
a. Al-Mas}lah