Analisis maslahah al-mursalah terhadap pendapat Mahmud Syaltut tentang zakat investasi properti.

ANALISIS MAS{LAH}AH AL-MURSALAH TERHADAP
PENDAPAT MAH{MUD SYALTUt tentang Zakat Investasi

Properti. Penelitian ini untuk menjawab pertanyaan bagaimana pendapat Mah}mud
Syaltu>t mengenai zakat investasi properti dan bagaimana analisis mas}lah}ah al
mursalah atas pendapatnya mengenai zakat investasi properti.
Data penelitian dihimpun melalui pembacaan dan kajian teks (text reading) dan
selanjutnya dianalisis dengan teknik deskriptif-analisis. Metode ini menggambarkan
serta memaparkan pendapat yang meliputi permasalahan yang terkait dengan
mencoba menemukan hubungan teori hukum dan realita.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pendapat Mah}mud Syaltu>t terkait zakat
tanah sewaan memiliki dasar hukum dan ‘illat yang sama dengan zakat investasi
properti. ‘Illat yang menjadi penyebab hukum atas kewajiban menunaikan zakat
investasi properti termasuk al-‘illah al-mans}u>s}oh yakni ‘illat yang dikandung
langsung oleh nas}s}. Zakat investasi properti termasuk ke dalam zakat ma>l. Zakat
investasi properti dapat di-qiya>s-kan dengan zakat hasil tanah sewaan yang
dikemukakan oleh Mah}mud Syaltu>t. Dengan menetapkan hukum tersebut Mah}mud
Syaltu>t telah menjawab problematika kontemporer mengenai zakat investasi
properti dan menjaga kemaslahatan sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan
memenuhi kewajiban atas zakat tersebut umat muslim dapat senantiasa memelihara
agama, jiwa serta hartanya. Dengan demikian, kemaslahatan serta tujuan-tujuan

syara>’ (maqa>s}id al-syari>’ah) dapat terpenuhi.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka bagi para pelaku investasi properti
(investor) agar memenuhi kewajibannya untuk menunaikan zakat dari hasil
usahanya. Dan sebagai langkah dari ibadah ma>liyah ijtima>’iyah (keharta bendaan
dan kemasyarakatan), maka pengembangan zakat investasi properti disandarkan
dengan pertimbangan kemaslahatan dan keadilan sosial ekonomi. Hal ini merupakan
kajian yang perlu dikaji lebih mendalam lagi oleh peneliti-peneliti selanjutnya,
sehingga penetapan pada orang yang wajib dikenai zakat investai properti akan
benar dan adil sesuai dengan hukum Islam yang berlaku.

v

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ........................................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................... iii
PENGESAHAN ........................................................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi
DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii
DAFTAR TRANSLITERASI ...................................................................................... x
BAB I

PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ............................................................ 6
C. Rumusan Masalah .................................................................................... 7
D. Kajian Pustaka ......................................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ................................................................................... 10
F. Kegunaan Hasil Penelitian..................................................................... 10
G. Definisi Operasional .............................................................................. 11
H. Metode Penelitian .................................................................................. 12
I. Sistematika Pembahasan ....................................................................... 16

BAB II KAJIAN TEORITIK .................................................................................... 19
A. Mas}lah}ah al-Mursalah ............................................................................ 19
1. Pengertian Mas}lah}ah al-Mursalah ................................................... 19


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2. Dasar Istinbat} Mas}lah}ah al-Mursalah .............................................. 24
3. Konsep Mas}lah}ah al-Mursalah ........................................................ 28
B. Zakat ...................................................................................................... 30
1. Pengertian Zakat .............................................................................. 30
2. Dasar Hukum Zakat ......................................................................... 32
3. Syarat Harta yang Wajib Zakat ....................................................... 34
4. Prinsip Sumber Zakat ...................................................................... 37
5. Syarat Sah Pelaksanaan Zakat ......................................................... 38
6. Jenis Harta yang Wajib Dizakati ..................................................... 39
7. Waktu Kewajiban Zakat dan Waktu Pelaksanaannya .................... 41
8. Hikmah Zakat .................................................................................. 42
9. Pengertian Zakat Investasi Properti ................................................ 43
BAB III PENDAPAT MAH{MUD SYALTUt ...................................................................... 44
B. Aktivitas Keilmuan dan Perjuangan Mah}mud Syaltu>t ......................... 45
C. Karya-Karya Mah}mud Syaltu>t .............................................................. 47
D. Metodologi Istinbat} Hukum Mah}mud Syaltu>t ...................................... 52
E. Pendapat Mah}mud Syaltu>t tentang Zakat Investasi Properti ............... 58

BAB IV ANALISIS MAS{LAH}AH AL-MURSALAH TERHADAP PENDAPAT
MAH{MUD SYALTUt Tentang Zakat Tanah
Sewaan dengan Zakat Investasi Properti .............................................. 61
B. Analisis Mas}lah}ah al-Mursalah Terhadap Pendapat Mah}mud Syaltu>t
Tentang Zakat Investasi Properti .......................................................... 66

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB V PENUTUP.................................................................................................... 72
A. Kesimpulan ............................................................................................ 72
B. Saran ...................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 74
LAMPIRAN ................................................................................................................ 77

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kekayaan (amwa>l) merupakan bentuk jamak dari kata ma>l, dan ma>l dalam
bahasa Arab, adalah "segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia

menyimpan dan memilikinya". Dengan demikian unta, sapi, kambing, tanah,
kelapa, emas dan perak adalah kekayaan. Oleh karena itu ensiklopedi-ensiklopedi
di Arab, misalnya al-Qa>mus dan Lisa>n al-‘Arab, mengatakan bahwa kekayaan
adalah segala sesuatu yang dimiliki; namun orang-orang desa sering
menghubungkannya

dengan

ternak

dan

orang-orang

kota

sering


menghubungkannya dengan emas dan perak, tetapi semuanya adalah kekayaan.1
Dalam bahasa yang sederhana "kekayaan" berarti melimpahnya kepemilikan
materi atau "sumber daya yang berharga" atau "semua harta yang memiliki nilai
uang dan nilai tukar". Kata "kekayaan" membangkitkan semua gairah dan emosi
dalam hati manusia karena setiap orang yang berakal sehat pasti menginginkan

1

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, diterjemahkan oleh Didin Hafiduddin (Jakarta : PT Intermasa,
1993), 123.

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

kekayaan. Umumnya, manusia mencari kekayaan sebagai sarana untuk meraih
kehormatan dan kekuasaan.2
Seiring berkembangnya zaman, kekayaan yang dimiliki oleh manusia

mengalami perkembangan yang terus menerus serta semakin beragam pula cara
mendapatkannya. Salah satunya adalah melalui investasi. Investasi merupakan
penanaman uang atau modal dalam proses produksi (dengan pembelian gedunggedung, permesinan, bahan cadangan, penyelenggaraan uang kas serta
pengembangannya). Dengan demikian, cadangan modal kurang diperbesar,
sejauh tidak perlu ada modal barang yang harus diganti.3
Saat ini, banyak orang dengan kekayaan berlebih tidak hanya menyimpan
uangnya di dalam bank saja namun juga menginvestasikan dananya itu pada
bangunan seperti rumah, toko, industri, tanah, perhiasan dan masih banyak lagi
corak dan ragamnya. Bagi kebanyakan orang, investasi dipercaya dapat
memberikan keuntungan dan dirasa dapat mengembangkan kekayaan yang
dimiliki oleh seseorang.
Islam memiliki pandangan tersendiri terhadap rezeki, nikmat dan makanan
yang pada hakikatnya semua berasal dari Allah SWT. Manusia hanyalah sarana
bagi Allah untuk melimpahkan nikmat-Nya. Allah SWT tidak hanya

2
3

Ruqaiyah Waris Maqood, Harta Dalam Islam (Jakarta : Lintas Pustaka, 2002), 1-2.
M. Ali Hasan, Zakat, Pajak Asuransi dan Lembaga Keuangan (Masail Fiqhiyah II) (Jakarta : PT

Raja Grafindo Persada, 1997), 25.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

menyediakan nikmat-Nya bagi umat manusia, akan tetapi Dia juga Maha
Pemurah. Nikmat Allah SWT yang diperuntukkan bagi manusia tidak hanya
untuk memenuhi kebutuhan makanan atau hanya sekedar untuk menyambung
hidup. Allah SWT menghendaki kehidupan yang nyaman dan tentram bagi umat
manusia. Allah SWT dalam firman-Nya, dalam QS al-Isra@ʼ ayat 704 :
             
    

Artinya : ‚Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari
yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.‛5
Dengan melimpahkan harta kepada umat Islam, maka Allah SWT juga
memberinya tanggung jawab yang berat untuk menegakkan agama Islam dan

membantu sesamanya. Semakin bertambah kekayaan yang dimiliki, maka
semakin berat pula tanggung jawabnya. Kekayaan dianggap sebagai amanat dari
Allah SWT dimana orang-orang yang memiliki kekayaan, semata-mata hanya
perwakilan-Nya. Untuk itu, umat muslim yang memiliki kekayaan yang
berlimpah dari Allah SWT harus membersihkan kekayaannya melalui kewajiban
zakat.

4
5

Ibid., 11-12.
Departemen Agama RI, Tarjamah Al-Qur’an Al-Hakim (Surabaya : CV. Sahabat Ilmu, 2001), 290.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Zakat sendiri, menurut bahasa berarti suci, tumbuh, berkah dan pujian.
Pentingnya zakat tidak diragukan lagi, didalam al-qur’an terdapat lebih dari 32
ayat yang memuat tentang zakat,6 beberapa diantaranya dikaitkan dengan

perintah sholat, begitu pula didalah hadis Nabi.
Zakat adalah syariat yang menjaga seseorang dari kemerdekaannya dan
kebebasannya dalam bekerja dan mencari harta, dan menjaga masyarakat dari
haknya atas individu dalam hal saling membantu dan saling menjamin.7
Seseorang yang telah mengeluarkan zakat, berarti dia telah membersihkan diri,
jiwa dan hartanya. Dia telah membersihkan jiwanya dari penyakit kikir (bakhil)
dan membersihkan hartanya dari hak orang lain yang ada dalam hartanya itu,
orang yang berhak menerimanya pun akan bersih jiwanya dari penyakit dengki,
iri hati terhadap orang yang memiliki kekayaan.
Dalam al-qur’an Allah berfirman :
                
 
Artinya : ‚Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.

6

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, diterjemahkan oleh Didin Hafiduddin (Jakarta : PT Intermasa,
1993), 40.

7
Mah}mud Syaltu>t, Isla>m Aqi>dah wa Syari>’ah (Beirut : Dar al-Fikr, 1966), 98.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.‛ (QS. At-Taubah :
103)8
Zakat adalah ibadah yang mengandung dua dimensi : dimensi h}abl min Alla>h
atau dimensi vertikal dan dimensi h}abl min al-na>s atau dimensi horizontal.
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang merupakan ibadah kepada Allah
sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan. Ibadah zakat
bila

ditunaikan

dengan

baik,

akan

meningkatkan

kualitas

keimanan,

membersihkan dan mesucikan jiwa dan mengembangkan serta memberkahkan
harta yang dimiliki.9
Dalam tatanan praktis, terdapat permasalahan zakat yang masih berada
dalam ketidak pastian hukum terkait dengan kewajiban maupun seberapa besar
zakat yang wajib dikenakan atas kekayaan investasi properti tersebut. Hal
tersebut menyebabkan tidak adanya kesadaran dari para pemilik usaha investasi
properti untuk menunaikan zakat atas usahanya tersebut. Padahal, walaupun
tidak ada nas}s} dalam al-qur’an dan hadis yang menerangkan secara jelas tentang
zakat investasi properti tersebut, zakat investasi properti hukumnya wajib untuk
ditunaikan. Terlebih lagi, terdapat banyak manfaat yang ditimbulkan apabila
zakat investasi properti ditunaikan. Berangkat dari permasalahan tersebut,
permasalahan zakat investasi menjadi topik yang menarik untuk dikaji, terlebih

8
9

Departemen Agama RI, Tarjamah Al-Qur’an Al-Hakim (Surabaya : CV. Sahabat Ilmu, 2001), 204.
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern (Jakarta : Gema Insani, 2004), 1.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

saat ini kegiatan investasi properti sedang ramai dilakukan oleh kebanyakan
orang.
Menurut Mah}mud Syaltu>t sendiri, segala kekayaan yang tumbuh dan
berkembang wajib dikeluarkan zakatnya, hal tersebut dapat dilihat dalam salah
satu karyanya yang berjudul al-Fata>wa>.10

Investasi properti merupakan

kekayaan yang tumbuh dan berkembang, untuk itu kekayaan atas investasi
properti perlu dikeluarkan zakatnya,
Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian lebih jauh tentang
permasalahan zakat investasi properti dari versi Mah}mud Syaltu>t dengan judul
‚Analisis Mas}lah}}ah al-Mursalah terhadap Pendapat Mah}mud Syaltu>t tentang
Zakat Investasi Properti‛
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka penulis
mengidentifikasikan masalah yang bisa dikaji sebagai berikut :
1. Ketetapan hukum atas zakat invetasi properti.
2. Dasar hukum dari kewajiban atas zakat investasi properti.
3. Kriteria investasi properti dan jenis-jenis kekayaan investasi properti yang
wajib dikeluarkan zakatnya.

10

Mah}mud Syaltu>t, al-Fata>wa> (Beirut : Dar al-Qala>m, 1966), 122.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

4. Seberapa besar zakat yang wajib dikeluarkan atas kekayaan hasil investasi
properti.
5. Pendapat Mah}mud Syaltu>t tentang zakat investasi properti.
6. Dasar hukum dan metode ijtihad Mah}mud Syaltu>t tentang zakat investasi
properti.
7. Analisis mas}lah}ah al-mursalah terkait pendapat Mah}mud Syaltu>t tentang
zakat investasi properti.
8. Manfaat dari zakat investasi properti.
Agar pokok permasalahan di atas lebih tuntas dan terarah, maka batasan
masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pendapat Mah}mud Syaltu>t tentang zakat investasi properti.
2. Analisis mas}lah}ah al-mursalah terkait pendapat Mah}mud Syaltu>t tentang
zakat investasi properti.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pendapat Mah}mud Syaltu>t tentang zakat investasi properti?
2. Bagaimana analisis mas}lah}ah al-mursalah tentang pendapat Mah}mud Syaltu>t
tentang zakat investasi properti?

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

D. Kajian Pustaka
Sebagaimana sudah diuraikan sebelumnya, investasi merupakan penanaman
uang ataupun modal dalam proses produksi baik itu berupa pembelian tanah,
gedung-gedung dan lain-lain. Permasalahan tentang zakat investasi properti
merupakan permasalahan kontemporer yang telah dibahas oleh ulama fikih
terdahulu. Namun, kurang adanya kepastian tentang seberapa besar jumlah zakat
yang wajib dikeluarkan serta masih adanya pendapat yang bertentangan di
kalangan para ulama atas wajib dikeluarkan atau tidaknya kekayaan investasi
tersebut berujung pada kurangnya kesadaran umat muslim untuk mengeluarkan
zakat atas kekayaan investasi properti yang dimilikinya.
Sudah banyak literatur yang ditemukan membahas masalah zakat investasi
properti ini, namun belum dituliskan secara jelas dan rinci. Seperti dalam buku
yang ditulis oleh M. Ali Hasan dengan judul Zakat, Pajak, Asuransi dan

Lembaga Keuangan (Masail Fiqhiyah II). Dalam buku ini dijelaskan bahwa,
terdapat dua pendapat tentang zakat investasi properti, ulama seperti Ibnu Hazm
(mazhab Zahiri) menyatakan bahwa tidak dikenakan zakat atas investasi properti
dan golongan yang lain (mazhab Syafi’i) menyatakan bahwa diwajibkan untuk
mengeluarkan zakat atas investasi properti.11
Sedangkan skripsi yang pernah membahas secara khusus perihal zakat
investasi properti pernah ditulis oleh Ali Murtadlo (2005) dengan judul ‚Studi
11

M. Ali Hasan, Zakat, Pajak Asuransi dan Lembaga Keuangan (Masail Fiqhiyah II), (Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada, 1997), 26.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Komparasi Pemikiran Ibnu Hazm dan Abu Zahra tentang Zakat Investasi
Properti Dalam Kitab Fiqh Zakat Yusuf Qardhawi‛. Dalam rumusan masalahnya,
skripsi ini mengkomparasikan tentang pemikiran Ibnu Hazm dan Abu>> Zahrah
tentang zakat investasi properti yang telah ditulis dalam Kitab Fiqh Zakat
karangan Yusuf al-Qardhawi.
Dalam penelitian yang ditulis oleh Ali Murtadlo, disimpulkan bahwa Ibnu
Hazm berpendapat bahwa tidak diwajibkan zakat atas investasi properti karena
beliau tidak menerima qiya>s atau analogi. Sedangkan, Abu>> Zahrah berpendapat
bahwa dikenakan kewajiban zakat atas investasi properti karena beliau
menggunakan dalil qiya>s atau analogi yaitu menganalogikan zakat hasil investasi
properti dengan zakat hasil pertanian.12
Dari penelitian di atas, tentunya berbeda dengan apa yang akan ditulis oleh
penulis. Dalam penelitian yang ditulis oleh Ali Murtadlo menggunakan analisa
perbandingan sedangkan penulis menggunakan analisa mas}lah}ah al-mursalah dari
pendapat seorang ulama, yakni Mah{mud Syaltu>t tentang zakat investasi properti
dengan harapan nantinya dapat diperoleh perspektif baru bagi hukum Islam
dalam rangka melaksanakan tugas dan kewajibannya yakni menjawab
problematika zaman.

12

Ali Murtadlo, ‚Studi Komparasi Pemikiran Ibnu Hazm dan Abu Zahra Tentang Zakat Investasi
Properti Dalam Kitab Fiqh Zakat Yusuf Qardhawi‛ , (Skripsi—IAIN Sunan Ampel, Surabaya,
2005), 5.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

E. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam rumusan masalah di atas,
maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan pendapat Mah}mud Syaltu>t tentang zakat investasi properti
serta mengetahui apa yang menjadi landasan pemikiran mereka atas
pendapatnya.
2. Mengetahui dan mendeskripsikan analisis mas}lah}ah al-mursalah tentang
pendapat Mah}mud Syaltu>t tentang zakat investasi properti.

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, penulis ingin mempertegas kegunaan
hasil penelitian yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini :
a. Kegunaan Teoritis :
1. Memberikan wawasan luas dan menambah khazanah keilmuan kepada
pembaca tentang zakat investasi properti yang dirumuskan oleh Mah}mud
Syaltu>t agar lebih memahami tentang konsep zakat investasi properti
dalam setiap permasalahannya.
2. Memberikan sumbangan pemikiran dalam kaitannya dengan zakat
investasi properti menurut pemikiran Mah}mud Syaltut> yang bisa
dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

3. Memberikan pemahaman kepada pembaca dan masyarakat tentang zakat
investasi properti sehingga bisa diamalkan dalam kehidupan.
b. Kegunaan Praktis :
1. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan terhadap praktik zakat
terutama zakat investasi properti di zaman modern ini yang sesuai
dengan konsep ekonomi Islam.

G. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterprestasikan arti dan
maksud dalam kandungan judul ini maka disini perlu ditegaskan pengertian dari
kata-kata penting dengan rincian sebagai berikut :
1. Mas}lah}ah al-Mursalah

:

Dalam Lisa>n al-‘Arab, kata s}ala>h} dan

mas}lah}ah adalah bentuk tunggal dari kata
mas}a>lih} yang berarti setiap sesuatu yang
bermanfaat,
menghindari

baik

melalui

pencarian

kemudaratan

atau
adalah

kemaslahatan.13 Mas}lah}ah al-mursalah adalah
meraih manfaat dan menolak kemudaratan
dalam rangka memelihara tujuan syara’, yaitu :

13

Jamal al-Banna, Manifesto Fiqih Baru 3 (Surabaya : Erlangga, 2008), 59.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

memelihara agama, jiwa, keturunan dan harta.14
2. Zakat

:

Jumlah

harta

tertentu

yang

wajib

dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam
dan diberikan kepada golongan yang berhak
menerimanya (fakir miskin dan sebagainya),
menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh

syara’.15 Dalam konteks ini yang dimaksudkan
adalah zakat investasi properti modern yang
tergolon ke dalam zakat al-ma>l
3. Investasi Properti

:

Pendayagunaan harta berupa tanah dan
bangunan serta sarana dan prasarana yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
tanah dan bangunan, yang meliputi : tanah milik
dan bangunan.16

H. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kepustakaan (library

reserach) yang meliputi :

14

Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), 306.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2002)
1279.
16
Ibid., 898.
15

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

1. Data yang dikumpulkan.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data-data yang telah
diperoleh dari berbagai sumber literatur dengan cara mempelajari buku-buku
yang terkait dengan pemikiran Mah}mud Syaltu>t tentang zakat investasi
properti.
Data yang dikumpulkan secara global meliputi :
a. Data pemikiran Mah}mud Syaltu>t tentang zakat investasi properti.
b. Istinbat} Mah}mud Syaltu>t tentang permasalahan zakat investasi properti.
c. Investasi properti dengan dianalisis melalui teori mas}lah}ah al-mursalah.
d. Analisis mas}lah}ah al-mursalah terhadap pendapat Mah}mud Syaltu>t
tentang zakat investasi properti.
2. Sumber Data.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, maka pengumpulan
data menggunakan studi kepustakaan yaitu dengan mengambil beberapa data
dari al-qur’an, al-Sunnah dan beberapa kitab fikih serta buku lainnya yang
ada kaitannya dengan permasalahan di atas.
Sumber data dalam studi ini dibagi menjadi dua yaitu sumber data primer
dan sekunder.
a. Sumber data primer, sumber data ini meliputi :
1. Syaltu>t, Mah}mud. Al-Fata>wa>. Beirut : Dar al-Qala>m, 1966.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

2. Syaltu>t, Mah}mud. Isla>m Aqi>dah Wa Syari>’ah. Beirut : Dar al-Fikr,
1966.
b. Sumber data sekunder, sumber data ini meliputi :
1. Abdullah, Sulaiman. Sumber Hukum Islam Permasalahan dan

Fleksibilitasnya. Jakarta : Sinar Grafika, 1995.
2. Ali Hasan, Muhammad. Zakat, Pajak, Asuransi dan Lembaga

Keuangan (Masail Fiqhiyah II). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
1997.
3. Anhari, A. Masjkur. Us}u>l Fiqh. Surabaya : Miftah el-Choir, 2008.
4. Arief, Abd. Salam. Pembaruan Pemikiran Hukum Islam Antara Fakta

dan Realita (Kajian Pemikiran Hukum Syaikh Mahmud Syaltut).
Yogyakarta : LESFI, 2003.
5. Asmawi. Teori Maslahat dan Relevansinya dengan Perundang-

undangan Pidana Khusus di Indonesia. Jakarta : Departemen Agama
RI, 2010.
6. Al-Banna, Jamal. Manifesto Fiqih Baru 3. Surabaya : Erlangga, 2008.
7. Dahlan, Abd. Rahman. Ushul Fiqh. Jakarta : Amzah, 2011.
8. Dahlan, Abdul Azis. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta : Ichtiar Baru
van Hoeve, 1996.
9. Hafidhuddin, Didin. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta :
Gema Insani, 2004.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

10. Haq, A. Faisal. Ushul Fiqh : Kaidah-kaidah Penetapan Hukum Islam.
Surabaya : Citra Media, 1997.
11. Haroen, Nasrun. Ushul Fiqh. Jakarta : Logos Publilshing House, 1996.
12. Hasan Khalil, Rasyad. Tarikh Tasrik (Sejarah Legislasi Hukum

Islam). Jakarta : Daarul Ihya, 2011.
13. Mas’ud, Ridwan, Muhammad. Zakat dan Kemiskinan Instrumen

Pemberdayaan Ekonomi Umat. Yogyakarta : UII Press, 2005.
14. Mughniyah, Muhammad Jawad. Fiqh Lima Madzhab. Jakarta : PT.
Lentera Basritama, 1996.
15. Muhammad Arief Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat :
Mengomunikasikan Kesadaran dan Membangun Jaringan
16. Muhammad, Syaikh. Ar-Rahman, Abdul Malik. Pustaka Cerdas Zakat

: 1001 Masalah Zakat dan Solusinya. Jakarta : Lintas Pustaka, 2003.
17. Musryidi. Akuntansi Zakat Kontemporer. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2011.
18. Al-Qardhawi, Yusuf. Fatwa Qardhawi : Permasalahan, Pemecahan

dan Hikmah. Surabaya : Risalah Gusti, 1996.
19. Al-Qardhawi, Yusuf. Fiqh al-Zakat. Terjemahan Salman Harun.
Jakarta : PT Intermasa, 1993.
20. Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah 3. Terjemahan Mahyuddin Syaf.
Bandung : PT. Alma’arif, 1978.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

21. Suharti. Zakat Investasi Properti (Studi Komparatif menurut

pendapat Yusuf al-Qardhawi dan Wahbah al-Zuhaili)
22. Syaltu>t, Mah}mud. Al-Fata>wa>. Beirut : Dar al-Qala>m, 1966.
23. Syaltu>t, Mah}mud. Isla>m Aqi>dah Wa Syari>’ah. Beirut : Dar al-Fikr,
1966.
24. Usman, Muchlis. Kaidah-kaidah Istinbath Hukum Islam. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada, 2002.
25. Wahab, Khalaf Abdul. Ilmu Ushul Fiqh. Terjemahan Halimuddin.
Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1993.
26. Waris Maqood, Ruqaiyah. Harta Dalam Islam. Jakarta : Lintas
Pustaka, 2003.
27. Al-Zuhayly, Wahbah. Al-Fiqh al-Isla>my Wa Adillatuhu. Damaskus :
Dar al Fikr, 1997.
3. Teknik Penggalian Data
Teknik penggalian data pada tulisan ini adalah dengan menelaah dan
menganalisis literatur-literatur. Oleh karena itu, penelitian ini berupa
kepustakaan yaitu dengan cara mengolah, menelaah dan mempelajari kitabkitab dan buku-buku yang ada kaitannya dengan pokok permasalahan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

4. Metode Analisis Data
Data yang dihimpun, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode
deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis ini menggambarkan serta
memaparkan beberapa pendapat yang meliputi permasalahan yang terkait
dengan mencoba menemukan hubungan teori hukum dengan realita.

I. Sistematika Pembahasan
Agar penulisan skripsi ini lebih mengarah pada tujuan pembahasan, maka
diperlukan sistematika pembahasan yang terdiri dari:
Bab pertama yakni pendahuluan, dalam bagian ini diuraikan secara singkat
mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan
masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi
operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, pada bagian awal bab ini dikemukakan mengenai definisi

mas}lah}ah al- mursalah, dasar istinbat} mas}lah}ah al- mursalah, konsep mas}lah}ah
al- mursalah, definisi zakat menurut ulama dan beberapa ahli fikih, dasar hukum
zakat, syarat-syarat harta yang wajib dikeluarkan zakat, macam-macam zakat,
prinsip zakat, hikmah dan manfaat zakat, juga dipaparkan mengenai definisi dari
zakat investasi properti.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Bab ketiga, berisi tentang biografi, diawali dengan deskripsi biografi
Mah}mud Syaltu>t, kemudian pembahasan mengenai pendapat beliau tentang
zakat investasi properti serta metode istinbat} hukumnya.
Bab keempat, bagian ini berisikan analisis pendapat Mah}mud Syaltut> untuk
mengetahui alasan pendapat zakat investasi properti serta analisa mas}lah}ah al-

mursalah dari pendapat tersebut.
Bab kelima, merupakan penutup. Bab ini berisi kesimpulan serta saran
sebagai bagian akhir dari skripsi ini. Kesimpulan berisi tentang beberapa hal
yang berkaitan dengan hasil penelitian sedangkan saran adalah beberapa
masukan yang diberikan oleh peneliti atas hasil penelitian.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
KAJIAN TEORITIK

A. Mas}lah}ah al-Mursalah
1. Pengertian Mas}lah}ah al-Mursalah

Mas}al> ih} merupakan bentuk jamak dari mas}lah}ah yang secara bahasa
berarti manfaat, atau untuk menyebutkan perbuatan yang mengandung
manfaat atau kebaikan. Sedangkan menurut istilah para ulama, mas}lah}ah al-

mursalah

merupakan

setiap

makna

(nilai)

yang

diperoleh

ketika

menghubungkan hukum dengannya, atau menetapkan hukumnya berupa
mendapat manfaat atau menolak mudharat dari orang lain, dan tidak ada dalil
yang mengakui atau menolak keberadaannya.1
Menurut Jala>l al-Di>n Abd al-Rahma>n, al-mas}lah}ah secara etimologi
adalah :

‫ العمال البا عثة على ن فع النسان‬: ‫المصلحة وردت ف لغة العرب‬
Artinya : ‚Segala sesuatu yang mengandung manfaat bagi manusia.‛

1

Rasyad Hasan Khalil, Tarikh Tasyriʼ (Sejarah Legislasi Hukum Islam) (Jakarta : Amzah, 2011),
165.

19
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Adapun dilihat dari segi batasan pengertiannya, terdapat dua pengertian;
yaitu menurut ‘urf dan syara’. Menurut ‘urf , yang dimaksud dengan al-

mas}lah}ah ialah2 :

‫السبب المؤدى إل الصلح والن فع‬
Artinya : ‚Sebab yang melahirkan kebaikan dan kemanfaatan.‛
Selanjutnya, pengertian al-mas}lah}ah secarai syar’i adalah :

‫السبب المؤدى إل َقصود الشارع عبادة أوعادة‬
Artinya : ‚Sebab-sebab yang membawa dan melahirkan maksud (tujuan) alsya>ri’, baik maksud yang berkaitan dengan ibadah maupun
mu’amalah (al-‘a>da>t).‛
Dan makna terminologinya adalah :

‫ أو‬,‫ سواء باللب والتحصيل الفواعد واللذا ئد‬,‫ كل َا فيه ن فع له‬: ‫المصلحة بعن العم‬
.‫ كاستب عاد المضار واللم‬,‫بالدفع والرتفاء‬
Artinya : ‚Al-mas}lah}ah adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi manusia,
yang dapat diraih oleh manusia dengan cara memperolehnya
maupun dengan cara menghindarinya. Seperti halnya menghindari
perbudakan yang tentu membahayakan manusia.‛3

2
3

Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh (Jakarta : Amzah, 2011), 305.
Ika Yunia Fauzia, Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqasid alSyari’ah (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2014), 47.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Imam al-Ghazali (450-505 H) mengemukakan, pada dasarnya (secara
bahasa atau ‘urf), kata al-mas{lah}ah menunjuk pengertian meraih manfaat
atau menghindarkan kemudharatan (bahaya).4
Banyak ulama yang membahas tentang mas}lah}ah dan menempatkannya
pada pembahasan tentang al-istis}la>h. Pembahasan tentang al-istis}lah}
termasuk dikategorikan pada pembahasan tentang sumber-sumber hukum
dalam Islam. Beberapa sumber hukum Islam yang disepakati oleh para ulama
dan tidak dipertentangkan lagi yaitu : al-qur’an dan al-sunnah. Adapun
beberapa sumber hukum Islam lainnya (yang masuk dalam perdebatan)
antara lain : ijma>ʼ (kesepakatan para ulama), qiya>s (menghubungkan suatu
kejadian dengan kejadian lain yang ada nas}s-} nya karena adanya suatu
kesamaan dalam ‘illat hukumnya), al-istih}sa>n (menganggap baik sesuatu), al-

istis}la>h (mengikuti mas}lah}ah al-mursalah), al-istish}ab> (menetapkan sesuatu
menurut keadaan sebelumnya sehingga terdapat dalil yang menunjukkan
perubahan), al-‘urf (sesuatu yang telah sering dikenal oleh manusia dan telah
menjadi tradisinya baik berupa ucapan maupun perbuatan, akan tetapi tidak
bertentangan dengan dalil syara>ʼ), mazhab al-s}aha>by (pendapat para sahabat),

4

Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh (Jakarta : Amzah, 2011), 305.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

al-dzara>’i (perantara atau jalan untuk mencapai sesuatu), shar’u man qablana>
(syariat sebelum kita).5
Definisi mas}lah}ah al-mursalah artinya mutlak. Dinamakan mutlak karena
tidak

dikaitkan dengan dalil

membatalkannya.

yang menerangkan atau

dalil

yang

Dalam istilah us}ul> , yaitu kemaslahatan yang tidak

disyari‘atkan oleh hukum Islam untuk ditetapkan dan tidak ditunjukkan oleh
dalil syar‘i untuk membatalkannya.6
Definisi

ini

menerangkan

bahwa

mas}lah}ah al-mursalah artinya

mendatangkan kemanfaatan dan menghapuskan kemudharatan dalam
masyarakat. Kemaslahatan tidak melingkupi seluruh sendi kehidupan dan
tidak akan mencegah ifrad-nya. Mas}lah}ah al-mursalah hanya memperbarui
dengan pembaharuan masalah kemasyarakatan, mengikuti perkembangan
yang berbeda-beda menurut tempat dan masanya. Tasyri’ hukum itu
mendatangkan kemanfaatan pada suatu masa dan kemudharatan pada masa
lainnya. Pada suatu masa, hukum itu akan bermanfaat dan merupakan
mudharat pada masa lainnya.
Telah terjadi kesepakatan pendapat ulama muslimin bahwa tidak ada
peluang bagi qiya>s, al-istih}sa>n, dan al-istis}la>h dalam masalah ibadat, karena
5
6

Ika Yunia Fauzia, Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqa>s}id alSya>ri‘ah (Jakarta : Prenadamedia, 2014), 47.
Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh, diterjemahkan oleh Halimuddin (Jakarta : PT Rineka Cipta,
1993), 98.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

ibadat adalah hukum ta’abbudy, sehingga akal tidak memiliki peluang untuk
menemukan maslahat yang rinci terhadap setiap hukumnya. Oleh karena itu
tidak ada peluang bagi qiya>s, al-istih}sa>n, dan al-istisla>h terhadapnya.7
Kemaslahatan yang disyariatkan oleh syarʼi itu digunakan untuk
menetapkan hukum dan menunjukkan iʼtibar-nya serta menerangkan sebabsebab bagi apa yang disyariatkannya itu, apa sebabnya dan untuk apa
disyariʼatkan.8
Penetapan hukum yang didasarkan atas kemaslahatan yang diakui syar’i
dengan segala bentuk dan macamnya adalah penetapan hukum yang mantap,
yaitu dengan qiya>s. sedangkan penetapannya atas dasar maslahat yang
ditolak oleh syar’i adalah penetapan rapuh dan bertentangan dengan tujuan

syar’i.
Apabila timbul suatu peristiwa hukum yang ketentuan hukumnya belum
ditetapkan oleh syar’i dan tidak terwujud ‘illat hukum yang diakui syar’i
dalam suatu hukumnya, tetapi didapat dalam peristiwa itu yang sesuai
(amrun muna>sib) dengan prinsip penetapan hukum (menolak mafsadah dan

7
8

Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam (Permasalahan dan Fkelsibilitasnya) (Jakarta : Sinar
Grafika, 1995), 145.
Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh, diterjemahkan oleh Halimuddin (Jakarta : PT Rineka Cipta,
1993), 98.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

mewujudkan maslahat), maka faktor yang sesuai dalam peristiwa itu disebut

mas}lah}ah al-mursalah.9
2. Dasar Istinbat} Mas}lah}ah al-Mursalah
Mayoritas ulama memandang bahwa mas}lah}ah al-mursalah merupakan

hujjah yang harus dilaksanakan dan merupakan salah satu sumber dalam
menetapkan hukum syar’i, dengan dalil dan argumentasi sebagai berikut10:
a. Hadis yang menyatakan pengakuan Rasulullah SAW terhadap Muadz bin
Jabal untuk berijtihad dengan pendapatnya sendiri ketika diutus ke
Yaman.

‚Bagaimana kamu
memutuskan masalah yang disampaikan kepadamu?‛ Muadz menjawab,
‚Saya akan memutuskannya dengan kitab Allah.‛ ‚Jika kamu tidak
menemukan dalam kitab Allah?‛ ‚Saya akan memutuskannya dengan
sunnah Rasulullah SAW.‛ ‚Jika kamu tidak menemukannya dalam
sunnah Rasulullah SAW?‛ ‚Saya akan berijtihad dengan pendapatku
sendiri dan saya akan bersungguh-sungguh.‛ Rasulullah SAW bersabda,
‚Segala puji bagi Allah yang telah memberi petunjuk kepada utusan
Rasulullah SAW dengan sesuatu yang membuat ridha Allah dan RasulNya‛.
Rasulullah

SAW

bertanya

kepadanya,

Baginda Rasulullah SAW menyetujui ijtihadnya Muadz dan ijtihad
dengan pendapat pibadi ini tidak hanya menyamakan anatara dua perkara
yang memiliki kemiripan saja, tetapi juga temasuk mengaplikasikan
kaidah-kaidah syariat Islam dan memanfaatkan maqa>s}id (tujuan-tujuan)
syariat yang masih umum untuk mewujudkan maslahat bagi hamba, baik
9
10

Ibid., 144.
Rasyad Hasan Khalil, Tarikh Tasyriʼ (Sejarah Legislasi Hukum Islam) (Jakarta : Amah, 2011),
165.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

membawa manfaat atau menolak mudharat. Inilah yang dinamakan

mas}lah}ah al-mursalah, dan dengan demikian maka sepadanlah makna
mas}lah}ah al-mursalah dengan hikmah syariat Islam.
b. Para sahabat juga mengamalkan konsep mas}lah}ah al-mursalah dalam
menetapkan

hukum

tanpa

ada

yang

mengingkarinya,

seperti

pengumpulan al-qur’an pada zaman Abu Bakar dan Usman, dan pendapat
Ali tentang asuransi bagi para pekerja. Jadi, mereka sepakat
mengamalkannya dan menganggapnya sebagai dalil dalam menentukan
hukum syar’i.
c. Kemaslahatan manusia tidak berhenti pada batas-batas tertentu, ia akan
terus berkembang sejalan dengan perkembangan zaman, waktu dan
tempat. Membatasi maslahat sama artinya dengan menjerumuskan
manusia dalam jurang kesulitan dan kesempitan, dan sudah tentu ini
sangat bertentangan dengan nilai-nilai syari’at yang dikenal penuh
dengan toleransi, mudah dan cocok untuk setiap waktu dan tempat. Oleh
sebab itu, sebuah kemaslahatan baru yang sebelumnya tidak ada juga
harus diakui keberadaannya yang didiamkan dan tidak diberitahu oleh
Allah SWT.
Sebagian ulama yang berpendapat bahwa mas}lah}ah al-mursalah
merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menggali hukum
yang tidak terdapat ketentuan hukumnya dalam nas}s} atau ijma>’

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

mengemukakan

beberapa

argumentasi/alasan

untuk

memperkuat

pendiriannya tentang mas}lah}ah al-mursalah, diantaranya adalah sebagai
berikut11 :
a. Bahwa hukum-hukum syara’ itu hanya ditetapkan untuk mewujudkan
kemaslahatan manusia. Maka, bila suatu peristiwa hukum sudah
ditetapkan ketentuan hukumnya dengan nas}s}, dengan ijma>’ atau dengan

qiya>s kepada nas}s} atau ijma>’, maka diturutilah ketentuan hukum
menurutnya. Akan tetapi, bila tidak ditemukan nas}s}, ijma>’ ataupun qiya>s
lalu ditentukan hukum terhadapnya yang bisa mewujudkan maslahat itu,
maka hukum tersebut adalah hukum syara’ juga karena dia didasarkan
pada garis-garis hukum Allah SWT dan Rasul-Nya yang dimaksudkan
mewujudkan maslahat.
b. Bahwa peristiwa hukum baru terus terjadi sejalan dengan perubahan
sosial budaya dan kebutuhan (d}arury) dan kepentingan (hajjy) selalu
menuntut yang tidak pernah ditemui oleh orang terdahulu. Kadangkadang suatu peradaban baru diperlukan untuk memelihara kemaslahatan
yang tidak diperlukan oleh generasi sebelumnya, perubahan sistem nilai
dan perilaku manusia menimbulkan mafsadah dalam hal yang dahulunya
membawa mas}lahat. Seandainya bagi mujtahid tidak terbuka pintu untuk
menetapkan hukum berdasarkan mas}lah}ah al-mursalah, niscayalah
11

Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam (Permasalahan dan Fkelsibilitasnya) (Jakarta : Sinar
Grafika, 1995), 146-147.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

syari’at Islam ini mempersempit kemaslahatan manusia dan mengurangi
hajat mereka yang berpuncak pada tidak pantasnya syari’at berlaku untuk
masa dan tempat, peradaban dan perilaku yang berbeda. Padahal dia
adalah syari’at yang universal meliputi seluruh manusia yang berbeda dan
syari’at samawy yang terkahir, eternal dan tidak ada penggantinya lagi.
c. Bahwa kemaslahatan yang menjadi landasan hukum syari’at itu adalah
kemaslahatan yang rasional, yang berarti bahwa yang dilarang itu adalah
buruk dan yang diperintahkan adalah baik, serta kemaslahatan tersebut
dapat diterima oleh akal. Allah SWT mewajibkan kepada kita melakukan
sesuatu yang menurut akal bermanfaat dan melarang kita melakukan
sesuatu yang menurut akal berbahaya. Oleh karena itu, apabila terjadi
suatu peristiwa hukum yang tidak ada ketentuan dari Syari’

lalu

mujtahid membina hukum terhadap peristiwa tersebut yang menurut
pendapatnya dinilai bermanfaat, maka ketentuan hukum itu menuruti
asas yang sah dan diakui oleh Syari’. Oleh karena itu pintu mas}lah}ah al-

mursalah hanya terbuka dalam menentukan hukum mu’amalah dan yang
rasional maksud hukumnya.
d. Bahwa Sahabat Nabi Muhammad SAW, ketika menemui beberapa
peristiwa hukum baru setelah Nabi Muhammad SAW wafat, mereka
menetapkan hukum yang dinilai ketentuan hukum itulah yang akan
mewujudkan kemaslahatan. Mereka tidak berhenti dari menetapkan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

hukum,

karena

kemaslahatan

tersebut

sudah

terancang

dalil

pengakuannya dari Syari’.
3. Konsep Mas}lah}ah al-Mursalah
Berhujjah dengan mas}lah}ah al-mursalah dan membina hukum atasnya,
adalah suatu hal yang rajih, sesuai dengan keumuman dan keabadian syari’at,
serta kemampuannya mengikuti perkembangan maslahat manusia sepanjang
masa dan tempat merupakan tindakan yang ditempuh para Sahabat Nabi
Muhammad SAW dalam menegakkan syari’at dan memberikan fatwa.
Berpegang pada maslahat dalam membina hukum sebenarnya berpegang pada
asas yang kokoh dan akurat, karena terpampang dalil-dalil qath’y yang
menunjukkan bahwa ia merupakan asas dari hukum-hukum yang dibawa

nas}s}. Hal tersebut berarti, tetap berpegang pada dasar syariat sedangkan
hukum-hukum yang dibina atas dasar maslahat merupakan bagian dari
hukum syari’at yang ditetapkan Allah SWT kesempurnaannya.12
Tidaklah semua maslahat itu bisa dijadikan landasan hukum. Untuk
menghindari bercampurnya maslahat dengan mafsadah dan hawa nafsu, maka
para ulama menetapkan beberapa persyaratan, yaitu13 :
a. Kemaslahatan

bersifat

umum.

Artinya,

dapat

merealisasikan

kemaslahatan untuk orang banyak, jika hanya kemaslahatan beberapa
individu saja maka tidak boleh dijadikan sebagai sumber hukum.
12
13

Ibid., 151.
Rasyad Hasan Khalil, Tarikh Tasyriʼ (Sejarah Legislasi Hukum Islam) (Jakarta : Amah, 2011), 167.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

b. Kemaslahatan harus benar-benar nyata dan bukan hanya andaian.
Seorang mujtahid harus yakin betul ketika ia memakai konsep ini, dapat
melahirkan kemaslahatan untuk orang lain, dan jika masih bersifat
andaian maka tidak bisa dilaksanakan dan diamalkan.
c. Pengamalan terhadap konsep kemaslahatan ini tidak boleh bertentangan
dengan sebuah hukum yang ditetapkan berdasarkan nas}s} pasti atau ijma>’
yang juga didasarkan kepada kemaslahatan yang sudah pasti.
Para ulama yang mengamalkan konsep mas}lah}ah al-mursalah membatasi
ruang kemaslahatan ini hanya pada bidang mu’amalah saja dan bukan pada
bidang ibadah. Hal tersebut memang memungkinkan bagi kita untuk
mengetahui kemaslahatan dalam bidang mu’amalah (hubungan sosial), yang
berbeda dengan bidang ibadah yang tidak dapat dianalogikan sehingga kita
tidak dapat menemukan seperti apa bentuk kemaslahatan yang ada di
dalamnya.
Para ulama yang menggunakan mas}lah}ah al-mursalah baru akan
menggunakannya setelah tidak dapat ditemukan nas}s} dan ijma>’. Maka, jika
didapati nas}s} qath’y atau ijma>’, tidaklah boleh berpegang pada mas}lah}ah al-

mursalah, karena jelas maslahat itu merupakan perkiraan yang timbul dari
pemikiran sesat, dorongan hawa nafsu dan pengaruh syahwat ataupun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

pengaruh dari faktor selintas yang tidak bertahan lama dan boleh jadi juga
manfaat sekilas yang cepat hilang.
Jika didapati suatu nas}s} yang d}onny d}alalahnya, maka maslahat yang

qath’iyah lebih kuat dari nas}s} tersebut dan karenanya wajib dipegang
maslahat qath’y sebagai pengunggulan dalil d}onny, sedang maslahat qaht’y
itu dalam hubungannya dengan syari’ bersungguh-sungguh untuk menarik
maslahat dan menolak mafsadah adalah separuh dari nas}s} atau lebih kuat

d}alalahnya dari dalil yang bertentangan dengan maslahat.14

B. Zakat
1. Pengertian Zakat
Zakat menurut bahasa adalah berkembang, bertambah. Orang Arab
mengakatan zaka> al-zar’u ketika al-zar’u (tanaman) itu berkembang dan
bertambah. Zaka>t al-nafaqatu ketika nafaqah (biaya hidup) iu diberkahi.
Kadang-kadang zakat diucapkan untuk makna suci.15 Allah SWT berfirman :
    

14

Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam (Permasalahan dan Fkelsibilitasnya) (Jakarta : Sinar
Grafika, 1995), 155.
15
Wahbah al-Zuhaili, Fiqih Islam Wa ad’illatuhu 3, Diterjemahkan oleh Abdul Hayyi al-Katani
(Jakarta : Gema Insani, 2007), 164.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

Artinya : ‚Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa
itu.‛(QS. al-Sya>ms : 9)16
   
Artinya : ‚Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri
(dengan beriman).‛ ( QS. al-A’la> : 14)17
Zakat merupakan ibadah harta/kekayaan. Z