Tinjauan hukum pidana Islam terhadap tindak pidana tanpa hak mentransmisikan informasi elektronik yang memiliki muatan penghinaan: Studi Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2014/PN Mln ITE.

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK
PIDANA TANPA HAK MENTRANSMISIKAN INFORMASI
ELEKTRONIK YANG MEMILIKI MUATAN PENGHINAAN
(Studi putusan Nomor 111/Pid.Sus/2014/PN Mln Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE))

SKRIPSI

Oleh:
Nur Sa’idatul Ma’nunah
NIM: C03213049

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Publik Islam
Program Studi Hukum Pidana Islam
Surabaya
2017

ABSTRAK
Skripsi yang bejudul “Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Tindak

Pidana Tanpa Hak Mentransmisikan Informasi Elektronik Yang Memiliki Muatan
Penghinaan (Studi Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2014/PN Mln (ITE)) adalah hasil
penelitian pustaka untuk menjawab pertanyaan tentang, 1) Bagaimana dasar
pertimbangan hukum hakim terhadap tindak pidana Tanpa Hak Mentransmisikan
Informasi Elektronik Yang Memiliki Muatan Penghinaan dalam Putusan Nomor
111/Pid.Sus/2014/PN Mln (ITE))? 2) Bagaimana tinjauan hukum Pidana Islam
terhadap tindak pidana Tanpa Hak Mentransmisikan Informasi Elektronik Yang
Memiliki Muatan Penghinaan dalam putusan tersebut.
Data penelitian yang berupa bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder, yang dihimpun melalui studi pustaka yang selanjutnya akan dianalisis
dengan menggunakan metode deskriptif-analisis dengan pola pikir deduktif, yaitu
menggambarkan terlebih dahulu Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2014/PN Mln (ITE),
kemudian dianalisis menggunakan hukum pidana Islam.
Hasil penelitian ini menyimpulkan: pertama, dalam memutuskan perkara
Nomor 111/ Pid. Sus/2014/PN Mln (ITE) dengan terdakwa Yohanis Jon
Mangguali atas kasus pencemaran nama baik Putra daerah pedalaman Malinau
dengan menggunakan media sosial, hakim menggunakan pasal 27 Ayat (3) UU
Nomor 11 Tahun 2008 jo Pasal 45 ayat (1) Informasi dan Transaksi Elektronik
sebagai dasar hukumnya, disertai dengan pertimbangan hal yang memberatkan
dan meringankan. Dengan dasar hukum dan pertimbangan tersebut, hakim

akhirnya menjatuhi terdakwa dengan hukuman 1 tahun 2 (dua) bulan penjara dan
denda perkara sebesar Rp. 2500 (dua ribu lima ratus); kedua, menurut Hukum
Pidana Islam tindak pidana tanpa hak mentransmisikan Informasi Teknologi dan
Elektronik termasuk dalam kategori jarima>h ta’zi>r, yaitu tindak pidana
terhadap kehormatan. Putusan Hakim Nomor 111/pid.sus/2014/PN Mln (ITE)
telah seesuai dengan konsep ta’zi>r, yang ditentukan oleh hakim sebagai Ulil
Amri berdasarkan UU Nomor Nomor 11 Tahun 2008 Informasi dan Transaksi
Elektronik.
Sejalan dengan kesimpulan diatas maka disarankan: pertama, bagi hakim di
Indonesia, hendaknya memberikan hukuman yang seadil-adilnya bukan hanya
memberikan efek jera sesaat, karena kasus seperti ini banyak terjadi, baik yang
telah diproses melalui hukum maupun tidak; kedua, bagi warga Negara Indonesia,
hendaknya berhati-hati dan lebih bijak dalam menggunakan media sosial agar
tidak terjerat kasus pidana sebagaimana yang telah dipaparkan dalam penelitian
ini.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM .......................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii
MOTTO ........................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................ v
PENGESAHAN ............................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TRANSLITERASI ......................................................................... xiii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ............................................ 5
C. Batasan Masalah ....................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ................................................................... 7
E. Kajian Pustaka .......................................................................... 7
F. Tujuan Penelitian ...................................................................... 10
G. Kegunaan Hasil Penilitian ........................................................ 11
H. Definisi Operasional ................................................................. 12

I. Metode Penelitian ...................................................................... 12
J Sistematika Pembahasan ............................................................ 17

BAB II

PENCEMARAN NAMA BAIK TERHADAP TINDAK
PIDANA
TANPA
HAK
MENTRANSMISIKAN
INFORMASIKAN ELEKTRONIK YANG MEMILIKI
MUATAN PENGHINAAN...... .................................................... 19
A. Pencemaran Nama Baik Terhadap Tindak Pidana Tanpa Hak
Mentransmisikan Informasi Elektronik Yang Memiliki
Muatan Penghinaan .................................................................. 19
B. Hukuman Bagi Pelaku Pencemaran Nama Baik dalam Hukum
Islam ......................................................................................... 22

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


BAB III

PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM TINDAK
PIDANA
MENTRANSMISIKAN
INFORMASI
ELEKTRONIK YANG MEMILIKI MUATAN PENGHINAAN .. 40
A. Deskripsi Kasus Tindak Pidana Tanpa Hak Mentransmisikan
Informasi Elektronik Yang Memiliki Muatan Penghinaan
dalam Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2014/PN Mln (ITE) ......... 40
B. Keterangan Saksi-Saksi, Saksi Ahli, Terdakwa dan Barang
Bukti Kasus Tindak Pidana Tanpa Hak Mentransmisikan
Informasi Elektronik yang Memiliki Muatan Penghinaan
dalam Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2014/PN/Mln(ITE) .......... 49
C. Pertimbangan Hukum Hakim dalam Menyelesaikan Kasus
Tindak Pidana Tanpa Hak Mentransmisikan Informasi
Elektronik Yang Memiliki Muatan Penghinaan dalam
Putusan Nomor: 111/Pid.Sus/2014/PN Mln (ITE) ................... 57

BAB IV


ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP
PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM TENTANG TINDAK
PIDANA TANPA HAK MENTRANSMISIKAN INFORMASI
ELEKTRONIK YANG MEMILIKI MUATAN PENGHINAAN .. 60
A. Analisis Pertimbangan Hukum Hakim dalam putusan Nomor
111/Pid.Sus/2014/PN Mln Tentang Tindak Pidana Tanpa Hak
Mentransmisikan Informasi Elektronik Yang Memiliki
Muatan Penghinaan ................................................................. 60
B. Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Nomor
111/Pid.Sus/2014/PN Mln tentang Tindak Pidana Tanpa Hak
Mentransmisikan Informasikan Elektronik Yang Memiliki
Muatan Penghinaan .................................................................. 64

BAB V

PENUTUP .................................................................................... 74
A. Kesimpulan .............................................................................. 74
B. Saran ......................................................................................... 75


DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 76
LAMPIRAN

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan kebutuhan masyarakat di dunia, teknologi
informasi memegang peran penting, baik dimasa kini maupun di masa
mendatang. Teknologi informasi diyakini membawa keuntungan dan
kepentingan yang besar bagi negara-negara di dunia.
Perkembangan yang pesat dalam teknologi internet menyebabkan
kejahatan baru di bidang itu juga muncul, misalnya kejahatan pencemaran
nama baik, kejahatan manipulasi data, spionase, sabotase, provokasi, money
laundering, hacking, pencurian software maupun perusakan hardware dan
berbagi macam lainnya. Bahkan laju kejahatan melalui jaringan internet
(cybercrime)


tidak

didikuti

dengan

kemampuan

pemerintah

untuk

mengimbanginnya sehingga sulit untuk mengendalikannya.1
Peringkat Indonesia dalam kejahatan di dunia maya (menggunakan
internet) telah menggantikan posisi Ukraina yang sebelumnya menduduki
posisi pertama. Indonesia menempati posisi pertama. Indonesia menempati
presentasi tertinggi di dunia maya. Data tersebut berasal dari penelitian
Verisign, perusahaan yang memberikan pelayanan intelijen di dunia maya yang
berpusat di California Amerika Serikat.2


1

Budi Suhariyanto, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime) (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2014), 3.
2
Ibid., 17.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Realitas baru ini dalam kenyataannya berbentuk melalui jaringan
computer yang menghubungkan antar negara atau antar benua yang berbasis
protocol transmission control protocol/ internet protocol. Hal ini berarti, dalam
sistem kejayaan dapatlah dikatakan bahawa cyber space (internet) telah
mengubah jarak dan waktu menjadi tidak terbatas. Internet digambarkan
sebagai kumpulan jaringan komputer yang terdiri dari sejumlah jaringan yang
lebih kecil yang mempunyai sistem jaringan yang berbeda-beda.

Dalam perkembangan selanjutnya kehadiran teknologi canggih komputer
dengan jaringan internet telah membawa manfaat besar bagi manusia.
Pemanfaatannya tidak saja dalam pemerintahan, dunia swasta/perusahaan, akan
tetapi sudah menjangkau pada seluruh sektor kehidupan termasuk segala
keperluan rumah tangga (pribadi). Computer telah mampu membuka cakrawala
baru dalam kehidupan manusia baik dalam konteks sarana komunikasi dan
informasi yang menjajikan menmbus batas-batas Negara maupun penyebaran
dan pertukaran ilmu pengetahuan dan gagasan di kalangan ilmuwan di seluruh
dunia.
Akan tetapi, kemajuan teknologi informasi (internet) dan segala bentuk
manfaat di dalamnya membawa konsekuensi negatif tersendiri dimana semakin
merisaukan masyarakat. Penyalahgunaan yang terjadi dalam cyber space inilah
yang kemudian dikenal dengan cyber crime atau literatur lain digunakan istilah
computer crime.3

3

Maskun, Kejahatan Siber Cyber Crime (Jakarta: Kencana, 2013) , 47.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


3

Dalam kasus yang pernah terjadi di Indonesia terkait pencemaran nama
baik melalui media sosial (facebook) yang terjadi di Manilau, yang dalam
kasus tersebut telah diputuskan oleh pengadilan Negeri Manilau No.
111/pid.Sus/2014/PN Mln Informasi Transaksi Elektronik (ITE).
Di tahun 2014 terdapat kasus pencemaran nama baik di media sosial
(facebook) yang sekarang telah diputuskan oleh Pengadilan Negeri Malinau.
Tindak pidana ini terjadi ketika terdakwa Yohanes Jon Mangguali pada tahun
2014 terdakwa menggunakan akun facebook dengan nama facebook Mangguali
Yohanes melalui perangkat eletronik jenis handphone Blackberry Curve 8520
warna merah.
Perbuatan yang dilakukan oleh Yohanis Jon Mangguali mengakibatkan
putera puteri daerah Malinau melalui Forum Peduli Masyaraat Pedalaman
Manilau merasa terhina dan keberatan dengan penghinaan terhadap putera
puteri daerah pedalaman Kalimantan Timur (Kaltim).
Sehingga dalam kasus diatas terdakwa dijerat Pasal 27 ayat (3) yang
berbunyi:4
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mentransmisikan dan/atau
membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama
baik
Dijerat Pasal 28 ayat (2) Undang - undang Informasi Teknologi dan
Elektronik juncto Pasal 45 ayat (2) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan transaksi elektronik, yang berbunyi:5

4
5

Aziz Syamsuddin, Tindak Pidana Khusus (Jakarta: Sinar Grafika, 2011) , 123.
Ibid.,124.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang
ditujukan untuk meimbulkan rasa kebencian atau permusuhan indvidu
dan/ atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama,
ras, dan anatar golongan (SARA)
Dalam hukum Islam, aturan tentang larangan pencemaran nama baik ini
dapat kita temukan dalam berbagai jenis perbuatan yang dilarang oleh Allah
mengenai kehormatan, baik itu yang sifatnya hudu>d seperti jari>mah qadzaf,
maupun yang bersifat ta’zi>r, seperti dilarang menghina orang lain, membuka
aib orang lain, dan lain - lain. Hukum pidana Islam memberikan dasar hukum
pada pihak terpidana

mengacu

pada al-Qur’an yang menetapkan bahwa

balasan untuk suatu perbuatan jahat harus sebanding dengan perbuatan itu.
Islam memasukkan pencemaran nama baik ini kepada kejahatan yang ada
hubungannya dengan pergaulan dan kepentingan umum yang mengakibatkan
pengaruh buruk terhadap hak-hak perorangan dan masyarakat yang begitu
meluas dan mendalam dampaknya karena hukum Islam sangat menjaga
kehormatan setiap manusia.
Oleh karena itu, selain menetapkan hukuman hudu>d bagi pelaku qadzaf,
hukum Islam juga menetapkan hukuman duniawi untuk jenis perbuatan lain
yang merendahkan kehormatan manusia yaitu berupa hukuman ta’zi>r yang
pelaksanaan hukumannya diserahkan kepada penguasa atau hakim atau mereka
yang mempunyai kekuasaan yudikatif. Selain menetapkan hukuman seperti
tersebut diatas, Islam juga mengancam para pelaku pencemaran nama baik

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

orang lain dengan ancaman Neraka diakhirat kelak, karena Islam sangat
menjaga kehormatan dan nama baik seseorang hambanya.6
Dalam hukum Islam pencemaran nama baik dalam Al-qur’an Surah AnNur ayat 11:7
                  
             
Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari
golongan kamu juga. janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk
bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. tiap-tiap seseorang dari
mereka mendapat Balasan dari dosa yang dikerjakannya. dan siapa di
antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran
berita bohong itu baginya azab yang besar.
Suatu perbuatan baru dianggap sebagai tindak pidana apabila unsurunsurnya terpenuhi. Unsur ini ada yang umum ada yang khusus. Unsur umum
berlaku untuk semua jari>mah, sedangkan unsur khusus hanya berlaku untuk
masing-masing jari>mah dan berbeda antara jari>mah yang satu dengan
jari>mah yang lain.

B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari uraian pada latar belakang masalah di atas, penulis
beberapa masalah yang timbul sebagai berikut
1. Pencemaran nama baik seseorang
2. Penyalahgunaan media sosial
Putra, “Pencemaran Nama Baik di Media Sosial”, dalam http://putra mahkotaofscout.
Blogspot.co.id/2014/11/pencemaran-nama-baik.html, diakses pada 03 Mei 2017.
7
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya(Bandung: Diponegoro, 2015), 351.
6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

3. Menimbulkan pertikaian antar suku/ras
4. Kejahatan Cyber Crime untuk perbuatan jahat menghina seseorang
5. Melanggar Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 27
ayat (3)
6. Pertimbangan hukum hakim terhadap hukuman bagi pelaku tindak pidana
tanpa hak mentransmisikan informasi elektronik yang- memiliki muatan
penghinaan dalam putusan Nomor 111/pid.sus/2014/PN Mln Informasi dan
Transaksi Elektronik
7. Analisis Hukum Pidana Islam terhadap hukuman bagi pelaku tindak pidana
tanpa hak mentransmisikan informasi elektronik yang memiliki muatan
penghinaan dalam putusan Nomor 111/pid.sus/2014/PN Mln Informasi dan
Transaksi Elektronik

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan juga bertujuan agar
permasalahan ini dikaji dengan baik, maka penulis membatasi penulisan karya
ilmiah dengan batasan:
1. Pertimbangan hukum hakim terhadap hukuman bagi pelaku tindak pidana
tanpa hak mentransmisikan informasi elektronik yang memiliki muatan
penghinaan dalam putusan Nomor 111/pid.sus/2014/PN Mln Informasi dan
Transaksi Elektronik
2. Analisis Hukum Pidana Islam terhadap hukuman bagi pelaku tindak pidana
tanpa hak mentransmisikan informasi elektronik yang memiliki muatan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

penghinaan dalam putusan Nomor 111/pid.sus/2014/PN Mln Informasi dan
Transaksi Elektronik

D. Rumusan Masalah
Dengan memahami serta mempertimbangkan dasar pemikiran yang
tertuang dalam latar belakang masalah tersebut maka diperlukan adanya
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pertimbangan hukum hakim terhadap hukuman bagi pelaku
tindak pidana tanpa hak mentransmisikan informasi elektronik yangmemiliki muatan penghinaan dalam putusan Nomor 111/pid.sus/2014/PN
Mln Informasi dan Transaksi Elektronik?
2. Bagaimana analisis Hukum Pidana Islam terhadap hukuman bagi pelaku
tindak pidana tanpa hak mentransmisikan informasi elektronik yang
memiliki muatan penghinaan dalam putusan Nomor 111/pid.sus/2014/PN
Mln Informasi dan Transaksi Elektronik?

E. Kajian Pustaka
Kajian pustaka pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan
tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai pembahasan dan topik yang
akan diteliti dengan penelitian yang sejenis yang mungkin pernah dilakukan
oleh peneliti sebelumnya sehingga diharapkan tidak ada pengulangan materi
secara mutlak. Dalam penelusuran awal, sampai saat ini penulis menemukan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

penelitian atau tulisan yang sedikit kemiripan dalam penelitian yang dilakukan
penulis, diantaranya yaitu penelitian :
“Tinjauan Fiqih Jinayah terhadap Sanksi Pidana Pencemaran Nama
Baik/Penghinaan Via Jejaring Sosial menurut UU No. 11 Tahun 2008 tentang
Informasi Transaksi Elektronik”.8 Skripsi ini sudah diteliti oleh Muhammad
Mujaidin pada tahun 2013. 2013. Dia menganalisis sanksi pelanggar UU
Iinformasi Transaksi Elektronik berdasarkan Fiqih Jinayah. Berdasarkan
penelitian skripsi di atas menghasilkan temuan yaitu pertama berdasarkan
hukum positif sanksi pidana pencemaran nama baik via jejaring sosial menurut
Undang-undang nomor 11 tahun 2008 termaktub dalam pasal 27 ayat (3) jo
pasal 45 ayat (1) yang menjatuhkan pidana penjara paling lama enam tahun dan
denda Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Sedangkan dalam hukum
Islam dalam fiqih jinayah masuk dalam ranah jari>mah ta’zi>r bukan termasuk
jari>mah qishash dan hudu>d, sebab bisa dipastikan bahwa pada masa
Rasulullah belum ditemukan teknologi komputer dan internet seperti zaman
ini.
“Penyelesaian Sengketa antara Masyarakat dan Media Pers menurut UU
No. 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Fiqih Siyasah”.9 Skripsi ini sudah diteliti
oleh Siti Kholilah pada tahun 2013. Dalam definisi operasionalnya, Obyek atau
titik fokus dalam penelitian tersebut adalah menganalisis penyelesaian sengketa

Sulaiman, “Tinjauan Fiqih Jinayah terhadap Sanksi Pidana Pencemaran Nama
Baik/Penghinaan Via Jejaring Sosial menurut UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi
Transaksi Elektronik” (Skripsi--Fakultas Syari'ah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013).
9
Siti Kholilah, “Penyelesaian Sengketa antara Masyarakat dan Media Pers menurut UU No 40
Tahun 1999 tentang Pers dan Fiqih Siyasah” (Skripsi--Fakultas Syari'ah IAIN Sunan Ampel,
Surabaya, 2013).
8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

antara pers dan masyarakat ditinjau dari fiqih siyasah. Berdasarkan penelitian
skripsi di atas menghasilkan temuan yaitu, pertama berdasarkan hukum positif
menurut Undang-undang nomor 40 tahun 1999 tentang pers penyelesaian
sengketa antara masyarakat dengan media pers dapat melalui beberapa tahap
yakni dengan melalui hak jawab, hak koreksi, dan melibatkan dewan pers
sebagai mediator dalam menyelesaikan sengketa, sedangkan dalam hukum
Islam menurut fiqh siyasah penyelesaian sengketa dapat diselesaikan dengan
menggunakan lembaga tahkim yang diserahkan kepada seorang hakim dengan
menggunakan prinsip kekeluargaan atau perdamaian.
“Sanksi pidana pencemaran nama baik oleh pers menurut Fiqh Jinayah
dan Undang-undang Nomor 40 tahun 1999 tentang pers”10 Skripsi ini telah
diteliti oleh Lilik Masfiyah yang dalam isi skripsi tersebut fokus pada sanksi
pidana pencemaran nama baik yang dilakukan oleh pers menurut fiqh jinayah
dan Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999. Sanksi pidana pencemaran nama
baik oleh pers, menggunakan jari>mah ta’zi>r dan jenis sanksinya diserahkan
kepada ulil amri yakni lembaga peradilan yang mempunyai otoritas untuk
menetapkannya. Tindak pidana pencemaran nama baik oleh pers masuk dalam
ranah jari>mah ta’zi>r bukan termasuk jari>mah qishas dan hudu>d. Yang
dalam temuannya penulis menemukan sanksi pidana pencemaran nama baik
oleh pers berbentuk pidana penjara dan denda. Pidana penjara paling lama 2
(dua) Tahun, sedangkan pidana denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah). Disimpulkan bahwa penerapan pasal mengenai pencemaran
Lilik Masfiyah, “Sanksi Pidana Pencemaran Nama Baik Oleh Pers Menurut Fiqh Jinayah Dan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers”(Skripsi--Fakultas Syari’ah UIN Sunan
Ampel Surabaya 2014).
10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

nama baik di Indonesia memang sangat rancu, undang-undang pers belum
mandiri karena banyak pasalnya masih menyebutkan berlakunya UndangUndang lain.
Persamaan titik acuan peneliti dengan beberapa hasil penelitian
sebelumnya ialah sama-sama membahas mengenai pencemaran nama baik
melalui media sosial.

Sedangkan perbedaan titik acuan peneliti dengan

beberapa hasil penelitian sebelumnya ialah dalam penelitian ini peneliti lebih
membahas mengenai tanpa adanya hak mentransmisikan Informasi elektronik
yang memiliki muatan penghinaan di tinjau dari hukum pidana Islam. Selain
itu peneliti juga akan melakukan tinjauan hukum pidana Islam mengenai tindak
pidana pencemaran nama baik dengan menganalisis contoh kasus yang
kongkret, dalam hal ini putusan Nomor 111/Pid.Sus/2014/ PN Mln (ITE)
Sehingga antara penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya terdapat adanya suatu perbedaan.

F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan Masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin
dicapai penulis antara lain:
1. Mengetahui pertimbangan hukum hakim terhadap hukuman bagi pelaku
tindak pidana tanpa hak mentransmisikan informasi elektronik yang
memiliki muatan penghinaan dalam putusan Nomor 111/pid.sus/2014/PN
Mln Informasi Teknologi dan Elektronik.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

2. Mengetahui analisis Hukum Pidana Islam terhadap hukuman bagi pelaku
tindak pidana tanpa hak mentransmisikan informasi elektronik yang
memiliki muatan penghinaan dalam putusan Nomor 111/pid.sus/2014/PN
Mln Informasi Teknologi dan Elektronik.

G. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan ataupun
manfaat sekurang-kurangnya:
1. Secara Teoritis (Keilmuan)
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat

bagi

mahasiswa fakultas Syariah khususnya prodi Hukum Pidana Islam dan
sebagai bahan informasi pendahuluan yang penting bagi peneliti yang
mungkin mirip di masa mendatang, atau sebagai bahan informasi
pembanding bagi peneliti lama yang serupa namun berbeda sudut pandang.
Serta berfungsi juga sebagai tambahan literatur Perpustakaan UIN Sunan
Ampel Surabaya. Dapat juga dijadikan bahan acuan dan landasan
pemahaman dalam pengembangan ilmu pengetahuan pada penelitian
berikutnya tentang hal-hal yang berkenaan dengan tindak

pidana

pencemaran nama baik melalui media sosial menurut hukum pidana Islam
dan hukum positif Indonesia.
2. Aspek Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai inspirasi dan
alternatif pencegahan bagi masyarakat untuk berhati-hati dalam melakukan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

tindakan yang dapat melanggar Undang-Undang Informasi dan Transakti
Elektronik, memberikan wawasan dan pengetahuan bagi pembaca mengenai
tindak pidana pencemaran nama baik melalui media sosial.

H. Definisi Operasional
Judul skripsi ini adalah “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tindak Pidana
Tanpa Hak Mentransmisikan Informasi Elektronik Yang Memiliki Muatan
Penghinaan (Studi Putusan Nomor 111/Pid.Sus/2014/PN Mln Informasi dan
Transaksi Elektornik (ITE)”agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam
memberikan arti dalam judul ini maka penulis akan memaparkan definisi
operasional dari judul tersebut:
Hukum pidana Islam merupakan terjemahan dari kata fiqh jinayah. Fiqh
jinayah adalah segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana atau perbuatan
criminal yang dilakukan oleh orang-orang mukallaf (orang yang dapat dibebani
kewajiban), Hukum Pidana Islam merupakan syariat Allah yang mengandung
kemaslahatan bagi kehidupan manusia baik di dunia maupun dikahirat.11
Mentransmisikan merupakan perbuatan mengirimkan, memancarkan,
atau meneruskan informasi melalui perangkat telekomunikasi, seperti
Handphone, Email. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, dirumuskan bahwa
mentransmisikan adalah mengirimkan atau meneruskan pesan dari seseorang
(benda) kepada orang lain (benda lain).12

11

Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), 1.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, pusat bahasa edisi ke empat
(Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama 2008), 1485.

12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

Tindak pidana tanpa hak mentransmisikan informasi elektronik yang
memiliki muatan penghinaan Putusan Nomor 111/pid.sus/2014/PN Mln (ITE):
pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka atau
tertutup, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala
tuntutan hukum sesuai dengan kasusmnya.13

I. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah metode yang akan diterapkan dalam penelitian
yang akan dilakukan.14 Dalam hal ini meliputi:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian pustaka (library
research), yaitu penelitian yang menekankan sumber informasinya dari
buku-buku hukum, jurnal dan literatur yang berkaitan atau relevan dengan
objek penelitian.
2. Sumber Data
Adapun sumber-sumber yang diperlukan dalam penulisan skripsi
adalah, sebagai berikut:
a. Sumber Primer
Sumber data primer yakni sumber data yang diperoleh dalam
penulisan ini yaitu menggunakan bahan dari UU No. 11 Tahun- 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Putusan Nomor
111/pid.sus/2014/PN Mln Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
13

Lamintang dan Theo Lamintang, Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu Hukum Pidana dan
Yurisprudensi (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), 2.
14
Bambang Wahyu, Penelitian Hukum Dalam Praktek (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), 17.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

b. Sumber Sekunder
Adapun bahan sekunder adalah bahan yang diambil dari buku-buku
literatur yang berhubungan dengan tema judul yang diangkat penulis,
serta situs internet, surat kabar, jurnal, makalah, ensiklopedi dan lain-lain
yang berhubungan dengan masalah yang dikaji.
Bahan sumber sekunder antara lain:
1) Budi Suhariyanto, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime),
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014.
2) Aziz Syamsuddin, Tindak Pidana Khusus, Jakarta: sinar grafika, 2011.
3) Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam
Fikih Jinayah,Jakarta: Sinar Grafika, 2004.
4) Bambang Wahyu, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta : Sinar
Grafika, 2002.
5) Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2007.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data, tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.15
Adapun metode yang di pergunakan dalam pengumpulan data
penelitian ini adalah :

15

Sumandi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), 19.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

a. Studi dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen yang cenderung bersifat sekunder yang berkaitan erat
dengan tema pembahas. Dokumen sudah lama digunakan dalam
penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen
sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan
untuk meramalkan. 16
b. Kajian kepustakaan (library research) yaitu teknik yang digunakan
dengan cara mencari, menganalisis membaca tulisan dan buku-buku yang
didasarkan atas tulisan-tulisan terbaru dari berbagai ahli serta mencakup
hasil pemikiran dan ide yang telah ditulis oleh pemikir-pemikir dan ahliahli.17
4. Teknik Pengolahan data
Setelah

mengumpulkan

data

langkah

selanjutnya

adalah

menginterprestasikan data. Dalam pengolahannya, tergantung pada sifat
data yang di kumpulkan. Teknik pengolahan data dalam penyusunan skripsi
ini penulis berusaha menggali sumber-sumber kepustakaan, kemudian datadata tersebut di olah dengan tehnik dan prosedur sebagai berikut:
a. Editing, adalah pemeriksaan kembali semua data yang di peroleh
terutama dari segi kelengkapan, kejelasan makna, kesesuaian, dan
keselarasan satu dengan yang lain, relevansi dan keseragaman
satuan/kelompok data,

16

Lexy J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009),
217.
17
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian, cet. 2
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 186-187.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

b. Organizing, yaitu menyusun data secara sistematis mengenai Tindak
Pidana mentransmisikan informasi elektronik yang memiliki muatan
penghinaan putusan No. 111/Pid.Sus/2014/PN Mln.(ITE) ditinjau dari
Hukum Pidana Islam.
c. Analizing, yaitu tahapan analisis terhadap data, mengenai hukuman
Tindak pidana tanpa hak mentransmisikan informasi elektronik yang
memiliki muatan penghinaan putusan No. 111/Pid. Sus/2014/PN
Mln.(ITE)
5. Teknik Analisis data
Pola pikir deduktif adalah pola pikir yang berangkat dari variable yang
bersifat

umum

dalam

khusus

teori

jarima>h

ta’zi>r,

kemudian

diaplikasikan kepada variable yang bersifat khusus, dalam hal ini
pertimbangan

hakim

111/pid.sus/2014/PN.Mln

yang
(ITE)

dalam
tentang

Direktori
Tindak

Putusan
pidana

Nomor

tanpa

hak

mentransmisikan informasi elektronik yang memiliki muatan penghinaan.

J. Sistematika Pembahasan
Agar memudahkan dalam pembahasan dan mudah dipahami, maka
penulis membuat sistematika pembahasan sebagai berikut :
Bab Pertama merupakan pendahuluan yang menjadi pengantar isi skripsi.
Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi
operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua landasan teori yang berisi tentang pencemaran nama baik
terhadap tindak pidana tanpa hak mentransmisikan informasi elektronik yang
memiliki muatan penghinaan.
Bab Ketiga pembahasan yang berisi tentang memuat gambaran singkat
tentang kasus tindak pidana pencemaran nama baik/ mentransmisikan
informasi eletronik yang memiliki muatan penghinaan, amar putusan
Pengadilan Negeri Malinau No. 111/Pid.Sus/2014/PN Mln Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE).
Bab Keempat yang berisi analisis terhadap putusan pengadilan hukum
hakim terkait tindak pidana/ mentransmisikan informasi eletronik yang
memiliki muatan penghinaan Negeri Malinau No.111/Pid.Sus/2014/PN Mln
Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Dan tinjauan hukum pidana Islam
terkait tindak pidana pencemaran nama baik atau mentransmisikan informasi
eletronik

yang

memiliki

muatan

penghinaan

Negeri

Malinau

No.111/Pid.Sus/2014/PN Mln (ITE).
Bab Kelima merupakan penutup yang berisi tentang hasil inti jawaban
pokok permasalahan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
PENCEMARAN NAMA BAIK TERHADAP TINDAK PIDANA TANPA
HAK MENTRANSMISIKAN INFORMASI ELEKTRONIK YANG
MEMILIKI MUATAN PENGHINAAN

A. Pencemaran

Nama

Mentransmisikan

Baik

Terhadap

Informasi

Tindak

Elektronik

Yang

Pidana

Tanpa Hak

Memiliki

Muatan

Penghinaan Menurut Hukum Pidana Islam dan UU ITE N0 11 Tahun
2008
1. Pengertian Pencemaran Nama Baik Menurut Hukum Pidana Islam
Syariat Islam diturunkan untuk melindungi harkat dan martabat
manusia. setiap perilaku yang merendahkan harkat dan martabat manusia,
baik secara pribadi maupun sebagai anggota masyarakat tentu dilarang oleh
Allah SWT.1 Islam benar-benar mengharamkan perbuatan menggunjing,
mengadu domba, memata-matai, mengumpat, mencaci maki, memanggil
dengan julukan tidak baik, dan perbuatan-perbuatan sejenis yang menyentuh
kehormatan atau kemuliaan manusia. Islam pun, menghinakan orang-orang
yang melakukan dosa-dosa ini, juga mengancam mereka dengan janji yang
pedih pada hari kiamat, dan memasukan mereka ke dalam golongan orangorang yang fasik.2

1

Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), 60-61.

19

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Menurut Abdul Rahman al-Maliki membagi penghinaan menjadi tiga:
a. Al-Dammu : penisbahan sebuah perkara tertentu kepada seseorang
berbentuk sindiran halus yang menyebabkan kemarahan dan pelecehan
manusia.
b. Al-Qadih: segala sesuatu yang berhubungan dengan reputasi dan harga
diri tanpa menisbahkan sesuatu hal tertentu.
c. Al-Tahqir : setiap kata yang bersifat celaan atau mengindikasikan
pencelaan atau pelecehan.3
Adapun menurut al-Ghazali pencemaran nama baik adalah, menghina
(merendahkan) orang lain di depan manusia atau di depan umum. Sementara
dalam kitab Tafsir Jalalain, Imam Jalaluddin membagi tiga model
pencemaran nama baik, yaitu :
a. Sukhriyyah : yaitu meremehkan atau menganggap remeh orang lain
karena sebab tertentu.
b. Lamzu: adalah menjelek-jelekkan dengan cacian atau hinaan atau dengan
kejelekan orang lain.
c. Tanabur: adalah model cacian atau penghinaan dengan menyebut atau
memanggil lawan bicara dengan sebutan yang jelek, dan sebutan yang
paling buruk adalah memanggil wahai fasik atau wahai Yahudi kepada
orang Islam.4
Dalam hukum Islam pencemaran nama baik di kategorikan dalam
hukuman ta’zi>r yang mana dalam segi hukumannya tidak diatur secara
3

Abdul Rahman al-Maliki, Sistem Sanksi Dalam Islam, terj. Samsudin (Semarang: CV Toha
Putra, 1989), 12.
4
Imam Jalaluddin, Tafsir Jalalain (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), 428.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

pasti oleh syara’, melainkan di putuskan oleh ulil amri, baik penentuannya
maupun pelaksanaannya. Dalam menentukan hukuman tersebut, penguasa
hanya menetapkan hukuman secara global saja.
2. Pengertian Pencemaran Nama Baik Menurut Undang-Undang Informasi dan
Transaksi elektronik
Perkembangan yang pesat dalam teknologi internet menyebabkan
kejahatan baru di bidang itu juga muncul, misalnya kejahatan pencemaran
nama baik, kejahatan manipulasi data, spionase, sabotase, provokasi, money
laundering, hacking, pencurian software maupun perusakan hardware dan
berbagi macam lainnya. Bahkan laju kejahatan melalui jaringan internet
(cybercrime) tidak didikuti dengan kemampuan pemerintah untuk
mengimbanginnya sehingga sulit untuk mengendalikannya.5
Penghinaan dan/atau pencemaran nama baik, yang tidak ada
penjelasan sedikitpun dalam UU ITE, membuktikan bahwa tindak pidana
ITE, membuktikan bahwa tindak pidana ITE Pasal 27 Ayat (3) ini
merupakan bagian khusus (lex specialis) dari penghinaan (beleediging).6
Mengenai istilah “Penghinaan” harus diartikan sebagai penghinaan
dalam arti genus, terhadap setiap perbuatan yang menyerang kehormatan
dan nama baik orang. Perbuatan yang mengandung sifat penghinaan dalam
segala bentuk penghinaan. Dengan alasan, bahwa menurut konsepsi WvS
istilah penghinaan (beleediging) adalah nama (kualifikasi) keolompok jenis-

5

Budi Suhariyanto, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime) (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2014), 3.
6
Adami Chzawi, Tindak Pidana Informasi dan Transaksi Elektronik (Malang: Media Nusa
Creative, 2015), 69.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

jenis tindak pidana yang didasarkan pada perlindungan terhadap
kepentingan hukum yang sama.
Suatu kepentingan hukum mengenai tegaknya martabat kehormatan
dan martabat nama baik orang pribadi. Bertujuan agar dapat dicapai dan
terjaganya kedamaian dan ketentraman batin orang dalam pergaulan sesama
anggota masyarakat dari perbuatan orang lain yang membuat perasaan malu,
tidak nyaman, tersinggung, tercemar, terhina, yang semua itu melahirkan
perasaan tidak senang, kebencian, tidak puas, amarah, suatu penderitaan
yang menyiksa batin orang.7

B. Hukuman Bagi Pelaku Pencemaran Nama Baik dalam Hukum Islam dan
Undang-Undang ITE Nomor 11 Tahun 2008

1. Jari>mah Qadza>f
Qadza>f

dalam arti bahasa artinya melempar dengan batu dan

lainnya. Dalam Istilah Syara’, Qadza>f ada dua macam, yaitu qadza>f
yang diancam dengan hukuman had adalah menuduh orang muhshan
dengan tuduhan berbuat zina atau dengan tuduhan yang menghilangkan
nasabnya. Dan qadza>f yang diancam dengan hukuman ta’zi>r adalah
menuduh dengan tuduhan selain berbuat zina atau selain menghilangkan
nasabnya, baik orang yang dituduh itu muhson maupun ghair muhson.8
a. Unsur-Unsur Jari>mah Qadza>f
1) Adanya tuduhan zina atau menghilangkan nasab
7
8

Ibid., 82.
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam,,,60.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

2) Orang yang dituduh adalah orang yang muhson
3) Adanya maksud jahat atau niat yang melawan hukum
b. Hukuman Untuk Jari>mah Qadza>f
Hukuman untuk Jari>mah qadza>f ada dua macam, yaitu sebagai
berikut:
1) Hukuman pokok, yaitu jilid atau dera sebanyak delapan puluh kali.
Hukuman ini merupakan hukuman had, yaitu hukuman yang sudah
ditetapkan oleh syara’. Sehingga ulil amri tidak mempunyai hak untuk
memberikan pengampunan. Adapun bagi orang yang dituduh, para
ulama berbeda pendapat. Menurut mazhab syafi’i, orang yang dituduh
berhak memberikan pengampunan, karena hak manusia lebih dominan
daripada hak Allah. Sedangkan menurut mazhab Hanafi bahwa korban
tidak berhak memberikan pengampunan, karena didalam Jari>mah
qadza>f hak Allah lebih dominan dari pada hak manusia.
2) Hukuman tambahan, yaitu tidak diterima persaksiannya. Menurut
Imam Abu Hanifah, kesaksian penuduh tetap gugur, meskipun ia telah
bertaubat, sedangkan menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam
Ahmad, kesaksian penuduh diterima kembali apabila ia bertaubat.9
2. Jari>mah Ta’zi>r
Ta’zi>r menurut bahasa adalah ta’dib atau memberi pelajaran. Ta’zi>r
juga diartrikan Ar Rad wa Al Man’u, artinya menolak dan mencegah. Akan

9

Ibid., 69.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

tetapi menurut istilah, sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam Al
Mawardi, pengertiannya adalah sebagai berikut:
ْ ‫َ الت َ ْع ِزيْر تَأ ْ ِديْب ن ْو ِ لَ ْم ت ْش َر‬
‫ع ِف ْي َ ا اْلحد ْ د‬
Ta’zi>r itu adalah hukuman pendidikan atau dosa (tindak pidana)
yang belum ditentukan hukumannya oleh syara’.
Dalam menentukan hukuman tersebut, penguasa hanya menetapkan
hukuman secara global saja. Artinya pembuat Undang-undang tidak
menetapkan hukuman untuk masing-masing Jari>mah Ta’zi>r, melainkan
hanya mentapkan sekumpulan hukuman, dari yang seringan-ringannya
sampai yang seberat-beratnya.
Dari definisi tersebut, juga dipahami bahwa Jari>mah ta’zi>r terdiri
atas perbuatan-perbuatan maksiat yang tidak dikenakan hukuman had dan
tidak pula kifarat. Dengan demikian, inti Jari>mah ta’zi>r

adalah

perbuatan maksiat. Disamping itu juga hukuman Ta’zi>r dapat dijatuhi
apabila hal itu dikehendaki oleh kemaslahatan umum, meskipun
perbuatannya bukan maksiat, melainkan pada awalnya mubah. Perbuatanperbuatan yang termasuk kelompok ini tidak bisa ditentukan, karena
perbuatan tersebut tidak diharamkan karena zatnya, melainkan karena
sifatnya. Apabila sifat tersebut ada maka perbuatannya diharamkan, dan
(illat)

dikenakannya

hukuman

atas

perbuatan

tersebut

adalah

membahayakan atau merugikan kepentingan umum. Apabila dalam suatu
perbuatan terdapat unsur merugikan kepentingan umum maka perbuatan
tersebut dianggap Jari>mah dan pelaku dikenakan hukuman. Akan tetapi
apabila dalam perbuatan tersebut tidak terdapat unsur merugikan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

kepentingan umum maka perbuatan tersebut bukan Jari>mah dan
pelakunya tidak dikenakan hukuman.10
Dengan demikian ciri khas dari Jari>mah Ta’zi>r itu adalah sebagai
berikut:
a. Hukumannya tidak tertentu dan tidak terbatas. Artinya hukuman tersebut
belum ditentukan oleh syara’ dan ada batas minimal dan ada batas
maksimal.
b. Penentuan hukuman tersebut adalah hak penguasa.11Sanksi Ta’zi>r
ditetapkan sesuai dengan tingkat kejahatannya. kejahatannya yang besar
mesti dikenai sanksi yang berat, sehingga tercapai tujuan sanksi, yakni
pencegahan. Begitu pula dengan kejahatan kecil, akan dikenai sanksi
yang dapat mencegah orang lain untuk melakukan kejahatan serupa.
Sebagian Fuqaha’ telah menetapkan bahwa ta’zi>r

tidak boleh

melebihi hudu>d. Mereka berpendapat, bahwa ta’zi>r tidak boleh melebihi
kadar sanksi had yang dikenakan pada jenis kemaksiatan.
Dalam Ta’zi>r, hukuman itu tidak ditetapkan dengan ketentuan (dari
Allah dan Rasul-Nya, dan kadi diperkenankan untuk mempertimbangkan
baik bentuk hukuman yang akan dikenakan maupun kadarnya). Bentuk
hukuman dengan kebijaksanaan ini diberikan dengan pertimbangan khusus
tentang berbagai faktor yang mempengaruhi perubahan sosial dalam
peradaban manusia dan bervariasi berdasarkan pada keanekaragaman
metode yang dipergunakan pengadilan ataupun jenis tindak pidana yang
10
11

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), 248.
Ahmad Mawardi Muslih, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, 19.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

dapat ditunjukkan dalam Undang-undang. Pelanggaran yang dapat dihukum
dengan metode ini adalah yang mengganggu kehidupan dan harta orang
serta kedamaian dan ketentraman masyarakat.12
a. Unsur-Unsur Jari>mah Ta’zi>r
Seseorang tidak dapat dipidana apabila dalam hal perbuatan yang
dilakukan tersebut, tidak tahu atau belum ada suatu aturan yang mengatur
sebelumnya. Hal yang demikian ini dikenal dalam hukum pidana dengan
istilah “ Nullum Delictum Nulla Poena Sine Praexiat lage”, (tidak ada
delik, tidak ada pidana tanpa peraturan lebih dahulu).13
Seperti halnya kaidah yang menyatakan bahwa; “tidaklah dapat
dianggap sebagai suatu tindak pidana bagi orang yang melakukan
perbuatan atau meninggalkan perbuatan selama tidak ada dalam nash
dengan jelas. Oleh sebab itu tidaklah dapat dipertanggung jawabkan
orang yang melakukan perbuatan atau meninggalkan perbuatan tadi”.
Seperti bunyi kaidah:
‫ص‬
ِ َ‫َل َج ِريْمةَ َ لَ عق ْو بَةَ اِلَ ِباالَن‬
Tidak ada hukuman dan tidak ada tindak pidana (Jari>mah) kecuali
dengan adanya nash.
Suatu perbuatan dapat dikategorikan sebagai Jari>mah (pidana)
apabila perbuatan itu memenuhi beberapa unsur umum sebagai berikut;

12

Jaih Mubarok dan Eceng Arif Faizal, Kaidah Fiqh Jinayah: Asas-asas Hukum Pidana Islam
(Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), 14.
13
Moeljatno,Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 23.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

1) Adanya nash, yang melarang perbuatan dan mengancamkan hukuman
terhadapnya, dan unsur ini bisa disebut “unsur formil” (Alrukun alshar’i).
2) Adanya tingkah laku yang membentuk Jari>mah, baik berupa
perbuatan-perbuatan nyata ataupun sikap tidak berbuat, dan unsur ini
disebut “unsur materiil” (Alrukun al-maddi).
3) Pembuat adalah orang mukalaf, yaitu orang yang dapat dimintai
pertanggung jawab terhadap Jari>mah yang diperbuatnya, dan unsur
ini disebut “unsur moriil” (rukun al-adabi).14
Abdul Qadir Audah mengemukakan bahwa unsur-unsur umum
untuk Jari>mah itu ada tiga macam, yaitu:
1)Unsur formal, yaitu adanya nash (ketentuan) yang melarang
perbuatan dan mengancamnya dengan hukuman. Contohnya dalam
surah Al-Maidah: 38
            

 

Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,
potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang
mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Q.S. Al-Maidah: 38).
2) Unsur material, yaitu adanya tingkah laku yang membentuk Jari>mah,
baik berupa perbuatan nyata (positif) maupun sikap tidak berbuat
(negatif). Contohnya dalam Jari>mah zina unsur materiilnya adalah

14

A. Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam ( Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 298.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

perbuatan yang merusak keturunan, dalam Jari>mah qadzaf unsur
materilnya adalah perkataan yang berisi tuduhan zina.
3) Unsur moral, yaitu bahwa pelaku adalah orang yang mukallaf, yakni
orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban atas tindak pidana
yang dilakukannya.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tindak pidana
yang tidak ditentukan sanksinya oleh Al-Quran maupun Hadis disebut
sebagai Jari>mah ta’zi>r. Contohnya tidak melaksanakan amanah,
menggelapkan harta, menghina orang, menghinaagama, menjadi saksi
palsu, dan suap.
b. Macam-Macam Jari>mah Ta’zi>r
Dilihat dari hak yang dilanggar, Jari>mah Ta’zi>r dapat dibagi
kepada dua bagian, yaitu:
1) Jari>mah Ta’zi>r yang menyinggung hak Allah.
2) Jari>mah Ta’zi>r yang menyinggung hak individu.
Ditinjau dari segi sifatnya, Jari>mah Ta’zi>r dapat dibagi kepada
tiga bagian, yaitu :
1) Ta’zi>r karena melakukan perbuatan maksiat.
2)

Ta’zi>r

karena

melakukan

perbuatan

yang

membahayakan

kepentingan umum.
3) Ta’zi>r karena melakukan pelanggaran.
Di samping itu, dilihat dari segi dasar hukum (penetapannya),
ta’zi>r juga dapat dibagi kepada tiga bagian, yaitu sebagai berikut:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

1) Jari>mah Ta’zi>r yang berasal dari Jari>mah-Jari>mah hudu>d
atau qiashash, tetapi syarat-syaratnya tidak terpenuhi, atau ada
syubhat, seperti pencurian yang tidak mencapai nishab, atau oleh
keluarga sendiri.
2) Jari>mah Ta’zi>r yang jenisnya disebutkan dalam nas syara’ tetapi
hukumannya belum ditetapkan, seperti riba, suap, dan mengur

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BEBAS TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN DENGAN KORBAN ANAK (Putusan Nomor 24/Pid.Sus/A/2012/PN.Pso)

7 78 16

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22