ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA YANG SEDANG MENGASUH ANAK

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 0:08:56 2017 / +0000 GMT

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA YANG SEDANG
MENGASUH ANAK
LINK DOWNLOAD [51.50 KB]
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA YANG SEDANG MENGASUH ANAK
Tujuan Instruksional Umum :
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga yang
sedang mengasuh anak (child bearing).
Tujuan Instruksional khusus :
Mahasiswa mampu :
1. Menyebutkan definisi keluarga yang sedang mengasuh anak (child bearing).
2. Menjelaskan tugas-tugas perkembangan keluarga yang sedang mengasuh anak (child bearing).
3. Menjelaskan masalah-masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga yang sedang mengasuh anak (child bearing).
4. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada keluarga yang sedang mengasuh anak (child
bearing).
5. Membuat dokumentasi asuhan keperawatan pada keluarga yang sedang mengasuh anak (child bearing).
6. Menjelaskan peran perawat pada keluarga yang sedang mengasuh anak (child bearing).
Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama sehingga bayi berusia 30 bulan. Biasanya orangtua tergetar hatinya dengan
kelahiran pertama anak mereka, tapi agak takut juga. Kekuatiran terhadap bayi biasanya berkurang setelah beberapa hari, karena ibu

dan bayi tersebut mulai saling mengenal. Akan tetapi kegembiraan yang tidak dibuat-buat ini berakhir ketika seorang ibu baru tiba di
rumah dengan bayinya setelah tinggai di rumah sakit untuk beberapa waktu. Ibu dan ayah tiba-tiba berselisih dengan semua
peran-peran mengasyikkan yang telah dipercayakan kepada mereka. Peran tersebut pada mulanya sulit karena perasaan
ketidakadekuatan menjadi orangtua baru ; kurangnya bantuan dari keluarga dan teman-teman, dan para profesional perawatan
kesehatan yang bersifat membantu dan sering terbangun tengah malam oleh bayi yang berlangsung 3 hingga 4 minggu. Ibu juga letih
secara psikologis dan fisiologis. Ia sering merasakan beban tugas sebagai ibu rumah tangga dan barangkali juga bekerja, selain
merawat bayi. Khususnya terasa sulit jika ibu menderita sakit atau mengalami persalinan dan pelahiran yang lama dan sulit atau
seksio besar.
Kedatangan bayi dalam rumah tangga menciptakan perubahan-perubahan bagi setiap anggota keluarga dan setiap kumpulan
hubungan. Orang asing telah masuk ke dalam kelompok ikatan keluarga yang erat, dan tiba-tiba keseimbangan keluarga berubah
setiap anggota keluarga memangku peran yang baru dan memulai hubungan yang baru. Selain seorang bayi yang baru saja
dilahirkan, seorang ibu, seorang ayah, kakek nenekpun lahir. Istri sekarang harus berhubungan dengan suami sebagai pasangan
hidup dan juga sebagai ayah dan sebaliknya. Dan dalam keluarga yang memiliki anak sebelumnya, pengaruh kehadiran seorang bayi
sangat berarti bagi saudaranya sama seperti pada pasangan yang menikah. Mengatakan pada seorang anak untuk menyesuaikan diri
dengan seorang adik laki-laki atau perempuan yang baru mungkin sama dengan suami mengatakan pada istrinya bahwa ia membawa
ke rumah seorang nyonya yang ia cintai dan ia terima sama derajatnya (William dan Leanman, 1973). Ini merupakan suatu
perkembangan kritis bagi semua yang terlibat.
Oleh sebab itu, meskipun kedudukan sebagai orangtua menggambarkan tujuan yang teramat penting bagi semua pasangan,
kebanyakan pasangan menemukannya sebagai perubahan hidup yang sangat sulit. Penyesuaian diri terhadap perkawinan biasanya
tidak sesulit penyesuaian terhadap menjadi orangtua. Meskipun bagi kebanyakan orang tua merupakan pengalaman penuh arti dan

menyenangkan, kedatangan bayi membutuhkan perubahan peran yang mendadak. Dua faktor penting yang menambah kesukaran
dalam menerima peran orangtua adalah bahwa kebanyakan orang sekarang tidak disiapkan untuk menjadi orang tua dan banyak
sekali mitos berbahaya yang tidak realistis meromantiskan pengasuhan anak didalam masyarakat kami (Fulcomer, 1977). Menjadi
orangtua merupakan satu-satunya peran utama yang sedikit dipersiapkan dan kesulitan dalam transisi peran mempengaruhi
hubungan perkawinan dan hubungan orangtua dan bayi secara merugikan.
Perubahan-perubahan sosial yang dramatis dalam masyarakat Amerika juga memiliki pengaruh yang kuat pada orangtua baru.
Banyaknya wanita yang bekerja di luar rumah dan memiliki karier, naiknya angka perceraian dan masalah perkawinan, penggunaan
alat kontrasepsi dan aborsi yang sudah lazim, dan semakin meningkatnya biaya perawatan dan memiliki anak merupakan
faktor-faktor yang menyulitkan tahap siklus awal kehidupan pengasuh anak (Bradt, 1988 ; Miller dan Myers-Walls, 1983).
A. Masa Transisi menjadi Orangtua.
Kelahiran anak pertama merupakan pengalaman keluarga yang sangat penting dan sering merupakan krisis keluarga, sebagaimana

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/4 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 0:08:56 2017 / +0000 GMT

yang digambarkan secara konsisten pada penelitian keluarga selama tahap siklus kehidupan keluarga ini (Clark, 1966 ; Hobbs dan

Cole, 1976 ; LeMaster, 1957).
Untuk mengetahui bagaimana anak yang baru lahir mempengaruhi keluarga, LeMaster, 1957, dalam studi klasik tentang
penyesuaian keluarga terhadap kelahiran anak pertama, mewawancarai 46 orang tua dari kalangan kelas menengah di Kota (berusia
25 ? 25 tahun) dan memperkirakan sejauhmana mereka dalam keadaan krisis. Ia menemukan bahwa 17 persen pasangan tidak
mengalami masalah atau hanya masalah-masalah sedang, tapi sisanya mengalami masalah berat atau luar biasa. Masalah-masalah
yang paling lazim dilaporkan adalah :
1. Suami merasa diabaikan (ini paling sering disebutkan oleh suami)
2. Terhadap peningkatan perselisihan dan argumen antara suami dan istri.
3. Interupsi dalam jadwal yang kontinu ?begitu lelah sepanjang waktu?, merupakan sebuah kometar khas).
4. Kehidupan seksual dan sosial terganggu dan menurun.
Akan tetapi, studi-studi belakangan ini, Hobbs dan Cole (1976), tidak menemukan pasangan yang melaporkan krisis ekstensif
sebanyak yang dilaporkan oleh LeMaster. Studi-studi tentang ?keluarga dalam krisis? menyatakan bahwa keluarga-keluarga
mempunyai pemikiran yang salah dan idealis tentang menjadi orang tua sebelum kelahiran anak pertama dan kekuatan perkawinan
menurun secara tajam dengan lahirnya anak pertama (Miller dan Solye, 1980)
Clark, (1966) melakukan sebuah studi tentang keluarga secara kelahiran seorang bayi baru menyatakan kesulitan dalam penyesuaian
diri menyangkut orangtua dan kebutuhan yang penting setelah kelahiran terhadap kesinambungan pelayanan keperawatan di rumah
dan di klinik.
Sebuah studi penting yang lain menyangkut transisi pasangan menjadi langka dilakukan oleh La Rossa, (1981). Para peneliti ini
mengkonseptualisasikan proses transisi seperti yang dijelaskan dengan baik oleh model konflik, dimana terdapatnya waktu luang,
konflik kepentingan diantara orangtua, legitimasi terhadap penentuan masalah-masalah perkawinan menyebabkan konflik antara

kedua orangtua.
Miller dan Myers ? Walls (1983), berdasarkan atas tinjauan studi mereka terhadap orangtua, meringksa stressor mengasuh anak yang
spesifik yang diidentifikasi dalam penelitian. Stressor yang paling sering disebutkan adalah sedikitnya kebebasan pribadi karena
tanggungjawab menyangkut anak, selain itu diidentifikasi juga kurangnya waktu dan persahabatan dalam perkawinan. Bahkan lebih
banyak tekanan perkawinan dilaporkan pada pasangan yang sulit memiliki anak atau pasangan memiliki anak dengan masalah
kesehatan yang serius atau cacat.
B. Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga
Setelah lahir anak pertama, keluarga mempunyai beberapa tugas yang penting (tabel 5). Suami, istri, dan bayi semuanya belajar
peran-peran yang baru sementara keluarga inti memperluas fungsi dan tanggungjawab. Ini meliputi penggabungan tugas
perkembangan yang terus menerus dari setiap anggota kelurga dan keluarga secara keseluruhan (Duvall, 1977).
Tabel 1. Tahap Kedua Siklus Kehidupan Keluarga Inti yang sedang mengasuh anak dan Tugas-Tugas Perkembangan yang
Bersamaan.
Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga
Keluarga sedang mengasuh anak 1. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (mengintegrasikan bayi baru ke
dalam keluarga).
2. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga.
3. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
4. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran orangtua dan kakek dan nenek.
Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988) ; Duvall dan Miller (1985)
Kelahiran seorang anak membuat perubahan-perubahan yang logika dalam organisasi keluarga. Fungsi-fungsi pasangan suami istri

harus dibedakan untuk memenuhi tuntutan-tututan baru perawatan dan penyembuhan. Sementara pemenuhan tanggungjawab ini
bervariasi menurut posisi sosial budaya suami istri, sebuah pola yang umum adalah untuk orang tua agar menerima peran-peran
tradisonal atau pembagian tanggungjawab (La Rossa dan La Rossa, 1981).
Hubungan dengan keluarga besar paternal dan maternal perlu disusun kembali dalam tahap ini. Peran-peran baru perlu dibuat
kembali berkenaan menjadi kakek nenek dan hubungan antara orangtua dan kakek-nenek (Bradt, 1988).
Peran yang paling penting bagi perawat keluarga bila bekerja dengan keluarga yang mengasuh anak adalah mengkaji peran sebagai
orangtua bagaimana kedua orangtua berinteraksi dengan bayi baru dan merawatnya, dan bagaimana respons bayi tersebut. Klaus dan
Kendall (1976), Kendall (1974), Rubbin (1967), dan yang lainnya menguji dampak penting dari sentuhan dan kehangatan awal
setelah melahirkan ; hubungan positif antara orangtua anak pada hubungan orangtua dan anak di masa datang. Sikap orangtua

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/4 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 0:08:56 2017 / +0000 GMT

tentang mereka sendiri sebagai orangtua, sikap mereka terhadap bayi mereka, karakteristik komunikasi orangtua dan stimulasi bayi
(Davis, 1978) adalah bidang-bidang terkait yang perlu dikaji.
Perubahan-perubahan peran dan adaptasi terhadap tanggungjawab orangtua yang baru biasanya lebih cepat dipelajari oleh ibu

daripada ayah. Anak merupakan realita pada calon ibu dari pada ayah, yang biasanya mulai merasa seperti ayah pada saat kelahiran,
tapi kadang-kadang jauh lebih lambat dari itu (Minuchin, 1974). Ayah seringkali tetap netral pada awalnya sementara wanita secara
cepat menyesuaikan diri dengan struktur keluarga yang baru.
Kebiasaan dimana kebanyakan ayah secara tradisional tidak diikutsertakan dalam proses perinatal secara pasti memperlambat pria
melakukan perubahan peran yang penting ini dan oleh karena itu menghalangi keterlibatan emosional mereka. Sayangnya, kesadaran
yang meningkat tentang peran penting yang dipangku ayah dalam perawatan anak dan perkembangan anak telah menimbulkan
keterlibatan ayah yang lebih besar dalam perawatan bayi dikalangan kelas menengah (Hanson dan Bozett, 1985).
Ibu dan ayah menumbuhkan dan mengembangkan peran orangtua mereka dalam berespons terhadap tuntutan-tuntutan yang berubah
terus menerus dan tugas-tugas perkembangan dari orang muda yang sedang tumbuh, keluarga secara keseluruhan, dan mereka
sendiri. Menurut Friedman (1957), orangtua melewati 5 tahap perkembangan secara berturut-turut. Dua tahap pertama meliputi fase
kehidupan keluarga ini. Pertama, selama bayi, orangtua mempelajari arti dari isyarat-isyarat yang dikekspresikan oleh bayi untuk
mengutarakan kebutuhan-kebutuhannya. Dengan setiap anak lahir berturut-turut, orangtua akan mengalami tahap yang sama ini
sehingga mereka menyesuaikan setiap isyarat-isyarat unik bayi.
Tahap kedua ini perkembangan orangtua adalah belajar untuk menerima pertumbuhan dan perkembangan anak yang terjadi dalam
masa usia bermain ? khususnya orangtua yang baru memiliki anak pertama ? membutuhkan bimbingan dan dukungan. Orangtua
perlu memahami tugas-tugas yang harus dikuasai oleh anak dan kebutuhan anak akan keselamatan, keterbatasan dan latihan buang
air (toilet training). Mereka perlu memahami konsep kesiapan perkembangan, konsep tentang ?saat yang tepat untuk mengajar
mereka?. Pada saat yang sama pula orangtua perlu bimbingan dalam memahami tugas-tugas yang harus mereka kuasai selama tahap
ini.
Pola-pola komunikasi perkawinan yang baru berkembang dengan lahirnya anak, dimana pasangan berhubungan satu sama lain baik

sebagai suami istri maupun sebagai orangtua. Pola transaksi suami istri terbukti telah berubah secara drastis. Feldman (1961)
mengamati bahwa orang tua bayi berbicara dan berkelakar lebih sedikit, pembicaraan yang merangsang lebih sedikit dan kualitas
interaksi perkawinan yang menurun. Beberapa orangtua merasa kewalahan dengan bertambahnya tanggungjawab, khususnya
mereka yang suami maupun istri sama-sama bekerja secara penuh.
Pembentukan kembali pola-pola komunikasi yang memuaskan termasuk masalah dan perasaan pribadi, perkawinan dan orangtua
adalah sangat penting. Pasangan harus terus memenuhi setiap kebutuhan-kebutuhan psikologis dan seksual dan juga berbagi dan
berinteraksi satu sama lain dalam hal tanggungjawab sebagai orangtua.
Hubungan seksual suami istri umumnya menurun selama kehamilan dan selama 6 minggu masa postpartum. Kesulitan-kesulitan
seksual selama masa berikutnya umum terjadi, yang timbul dari faktor-faktor seperti ibu tenggalam dalam peran barunya, keletihan
dan perasaan menurunnya daya tarik seksual dan juga perasaan suami bahwa ia ?tersingkir? oleh bayinya.
Sekarang komunikasi keluarga termasuk anggota ketiga, membentuk tiga serangkai. Orangtua harus belajar untuk merasakan dan
melihat tangisan komunikasi dari bayinya. Misalnya, tangisan bayi perlu dibedakan kedalam ekspresi ketidaknyamanan, rasa lapar,
rangsangan yang berlebihan, sakit, atau letih. Dan bayi mulai memberikan respon terhadap rangkulan, timangan dan berbicara yang
kemudian diterima dan dikuatkan oleh orangtua.
Konseling keluarga berencana biasanya berlangsung saat pemeriksaan setelah postpartum 6 minggu. Orangtua kemudian harus
didorong secara terbuka untuk mendiskusikan jarak kelahiran dan perencanaan. Melihat meningkatkan tuntutan-tuntutan keluarga
dan pribadi yang dibawakan oleh bayi, orangtua perlu menyadari bahwa kehamilan dengan jarak rapat dan sering dapat berbahaya
bagi ibu, dan juga ayah, saudara bayi, dan unit keluarga.
Tahap siklus kehidupan ini memerlukan penyesuaian hubungan dalam keluarga besar dan dengan teman-teman. Ketika anggota
keluarga lain mencoba mendukung dan membantu orangtua baru ini, ketegangan bisa muncul. Misalnya, meskipun kakek nenek

dapat menjadi sumber pertolongan yang besar bagi orangtua baru, namun kemungkinan konflik tetap ada karena perbedaan
nilai-nilai dan harapan-harapan yang ada antar generasi tersebut.
Meskipun pentingnya memiliki jaringan sosial atau sistem pendukung sosial untuk mencapai kepuasan dan perasaan positif tentang
kehidupan keluarga, keluarga muda perlu mengetahui kapan mereka butuh bantuan dan dari siapa mereka harus menerima bantuan
tersebut dan juga kapan mereka harus menggantungkan diri pada sumber-sumber dan kekuatan merek sendiri (Duvall, 1977).
Hubungan perkawinan yang kokoh dan bergairah sangat penting bagi stabilitas dan moral keluarga. Hubungan suami istri yang
memuaskan akan memberikan pasangan dengan kekuatan dan tenaga ?bagi? bayi dan satu sama lain. Tuntutan-tuntutan dan

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 3/4 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 0:08:56 2017 / +0000 GMT

tekanan-tekanan yang bertentangan, seperti antara loyalitas ibu terhadap bayi dan terhadap suami, merupakan persoalan dan dapat
menyiksa. Tipe konflik semacam ini dapat menjadi sumber sentral ketidakbahagiaan selama tahap siklus kehidupan ini.
C. Masalah-Masalah Kesehatan.
Masalah-masalah utama keluarga dalam tahap ini adalah pendidikan maternitas yang terpusat pada keluarga, perawatan bayi yang
baik, pengenalan dan penanganan masalah-masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi, konseling perkembangan anak, keluarga

berencana, interaksi keluarga dan bidang-bidang peningkatan kesehatan umum (gaya hidup).
Masalah-masalah kesehatan lain selama periode dari kehidupan keluarga ini adalah inaksesibilitas dan ketidakadekuatan
fasilitas-fasilitas perawatan anak untuk ibu yang bekerja, hubungan akan-orangtua, masalah-masalah mengasuh anak termasuk
penyalahgunaan dan kelalaian terhadap anak dan masalah-masalah transisi peran orang tua.
Kemungkinan diagnosa
? Gangguan Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
? Disfungsi seksual
? Gangguan tumbuh kembang
? Menyusui tidak efektif
? Resiko cidera
? Perubahan penampilan peran
? Gangguan komunikasi verbal
Peran perawat
? Monitor perawatanprenatal dan perujukan untuk masalah-masalah kehamilan
? Konselor pada nutrisi prenatal
? Konselor pada kebiasaan maternal prenatal
? Pendukung amnionsintesis
? Konselor pada menyusui
? Koordinator dengan layanan pediatrik
? Penyelia imunisasi

? Perujukan ke layanan-layanan tenaga sosial

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 4/4 |