Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ketika Toleransi Sedang Dipertanyakan? (Analisis Wacana Kritis pada Film Tanda Tanya “?”) TI 362008008 BAB IV

(1)

BAB IV

DESKRIPSI FILM TANDA TANYA

4.1 Sinopsis

Film Tanda Tanya “?” bercerita tentang problema kehidupan manusia yang penuh dengan perbedaan, baik itu agama dan etnis. Kedua perbedaan yang acap kali menjadi prahara dalam kehidupan sosial bangsa Indonesia ini diangkat dalam sebuah cerita. Tanda Tanya “?” bercerita tentang kehidupan 3 keluarga yang berbeda latar belakang agama, etnis maupun konflik. Cerita yang mengambil setting di kota Semarang ini, menyuguhkan banyak perbedaan-perbedaan yang sering menjadi permasalahan di negeri ini.

Pertama, adalah keluarga Soleh. Soleh, yang diperankan oleh Reza Rahardian adalah seorang suami yang beragama Islam dan taat beribadah. Revalina S.Temat, sebagai Menuk, istri Soleh adalah sosok perempuan cantik berkerudung yang kalem, taat agama dan hormat kepada suami. Soleh dan Menuk dikaruniai satu anak perempuan, dan mereka tinggal bersama-sama dengan adik Soleh. Berbagai prahara dan konflik muncul pada keluarga ini, ketika kondisi ekonominya mulai goyah. Kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah adik Soleh, menjadi sebuah desakan konflik yang besar karena Soleh adalah seorang suami pengangguran. Alhasil perekonomian keluarganya hanya ditanggung oleh istrinya, Menuk, dengan gaji pas-pasan karena hanya bekerja sebagai pelayan restoran “Conton Chinnese Food” milik Tan Kat Sun. Konflik harga diri yang dirasakan Soleh karena ia belum bekerja sedangkan istrinya bekerja keras setiap hari, membuat Soleh sempat mengucapkan kata perpisahan “cerai” dengan Menuk. Namun keinginan untuk bercerai urung dilakukan, karena Soleh akhirnya mendapatkan pekerjaan. Wajah sumringah dan semangatnya kembali bangkit, saat ia diterima sebagai anggota Banser NU yang selama ini ia idam-idamkan. Tak terlalu bahagia, dirasakan oleh Menuk, istrinya ketika mendapatkan kabar ini. Saat menerima kabar dari Soleh bahwa ia mendapatkan pekerjaan, muncul


(2)

ketakutan di wajah Menuk, karena tugas seorang Banser NU cukup berbahaya dan bisa mengorbankan jiwa.

Keluarga kedua yakni keluarga Tan Kat Sun, seorang Tiong Hoa yang mempunyai istri dan satu anak, Ping Hen (Hendra). Tak Kat Sun yang beragama Kong Hu Cu, memiliki restoran masakan cina, yang diberi nama “Conton Chinnese Food”. Kebaikannya kepada pegawai-pegawainya membuat ia dikenal sebagai seseorang yang memiliki toleransi agama yang tinggi, karena sebagian besar pegawainya adalah Muslim. Hal-hal kecil ia selalu perhatikan, seperti mengingatkan Sholat kepada pegawai-pegawainya, selalu mengucapkan “Assalamualaikum/waalaikumsalam” dan memberikan kesempatan libur panjang pada hari raya Idul Fitri. Namun kebaikannya tak membawa kebaikan pada kondisi keluarganya. Ping Hen anaknya, memiliki sifat keras dan tidak peduli pada usaha orangtua nya. Jangankan membantu usaha orangtua nya, setiap hari ia selalu bersenang-senang dengan teman-temannya dan kadang terlibat selisih dengan tetangga. Sifatnya yang pemarah dan keras dipicu karena kekecewaannya pada masa lalu. Hubungan percintaanya dengan Menuk harus kandas di tengah jalan karena perbedaan agama.

Rika seorang pemeran yang dilakonkan oleh Endhita, cukup menyita perhatian dan menjadi perbincangan banyak tetangganya. Keberaniannya dalam mengambil langkah untuk merubah kehidupannya, menjadi pemicu keputusan yang diambilnya untuk pindah agama. Perceraian di masa lalu akibat orang ketiga, dianggap oleh sebagian orang menjadi alasan utama merubah keyakinan dari seorang muslimah menjadi seorang Katholik. Kemandirian dan teguh pada pendirian, membuat perempuan berambut pendek ini menjadi sangat menarik di mata Surya. Teman Rika yang diperankan oleh Agus Kuncoro sangat memperhatikannya dan Abi, anak Rika. Tak jarang, Surya selalu membantunya dengan menemani Abi untuk “les ngaji” disamping kesibukan Rika dengan pekerjaannya dan pelajaran babtis yang rutin ia ikuti. Drama percintaan Surya dan Rika tetap berjalan meskipun mereka beda


(3)

agama namun ia dan Surya saling mencintai dan memutuskan untuk menjalin hubungan.

Berbagai konflik muncul dalam film ini ketika berbagai perbedaan agama dipicu menjadi faktor masalah di masyarakat di saat tidak ada toleransi antara satu dengan yang lainnya. Tan Kat Sun, yang lebih dikenal dengan sebutan Pak Tan adalah salah satu warga yang memiliki toleransi tinggi akan perbedaan itu. Restoran “Chinnese Food” nya yang berdiri di tengah-tengah kehidupan mayoritas agama Islam, menimbulkan konflik-konflik kecil hingga besar. Seperti pada salah satu adegan saat salah seorang pengunjung yang mengenakan Jilbab mengurungkan niatnya untuk makan di restoran itu karena restoran ini menyediakan masakan babi yang haram untuk umat Muslim. Selain masakan dengan menggunakan daging Babi, restorannya juga menyediakan masakan dengan daging ayam dan sapi. Meskipun begitu, dalam cerita pak Tan selalu memisahkan alat-alat memasak untuk masakan Babi dan bukan Babi. Ia memberikan tanda “merah” dan tidak bertanda “merah” pada sondet, talenan, penggorengan, piring, pisau bahan sendok dan garpu. Tanda ‘merah’ adalah tanda yang ia berikan untuk alat memasak dengan menggunakan daging Babi, sedang yang tidak bertanda adalah yang tidak menggunakan daging Babi. Selain toleransi yang ia berikan kepada pelanggan, ia juga selalu mengingatkan karyawannya untuk Sholat, meskipun ia beragama Kong Hu Cu.

Selain berbicara tentang makanan haram, film ini menjadi kontroversial pada adegan Surya yang menerima tawaran Rika, untuk memerankan drama Penyaliban Yesus pada peringatan hari raya Paskah. Surya adalah seorang aktor figuran dengan bayaran yang tidak banyak. Cita-citanya adalah ingin menjadi seorang pahlawan pada peran utama, inilah salah satu alasannya menerima tawaran untuk memerankan Yesus. Keputusan Surya menerima peran tersebut atas dukungan Ustadz pada pembicaraan yang mereka lakukan di mushola.

Pada akhir cerita, demi menjalankan tugasnya ketika mengamankan perayaan misa Natal umat Katholik, Soleh mengorbankan nyawanya. Ia terkapar terkena ledakan bom saat membawa bom keluar dari gedung gereja. Akhirnya Menuk


(4)

menikah dengan Hendra (Ping Hen) yang memutuskan untuk pindah keyakinan menjadi seorang Muslim. Demi mengenang jasa Soleh, gapura “Pasar Baru” di wilayah tersebut, diganti menjadi “Pasar Soleh”.

4.2 Tokoh dan Karakter 4.2.1 Tokoh

a) Menuk : Revalina S. Temat b) Soleh : Reza Rahardian c) Rika : Endhita

d) Surya : Agus Kuncoro e) Hendra : Rio Dewanto f) Tan Kat Sun : Hengky Soelaiman

4.2.2 Karakter a) Menuk

Menuk adalah seorang wanita Muslim cantik, yang taat menjalankan ibadahnya dan taat kepada suaminya yaitu Soleh. Pekerja keras dan memiliki pendirian teguh. Ia bekerja di restoran cina "Chanton Chinese Food" yang dikelola oleh keluarga Tan Kat Sun. Ia pernah memiliki masa lalu bersama dengan Ping Hen yang merupakan anak dari Tan Kat Sun.

b) Soleh

Suami adalah suami dari Menuk, yang beragama Islam. Dalam film ini digambarkan sedang frustasi karena tak kunjung mendapat pekerjaan hingga pada puncaknya ia meminta cerai dari menuk. Namun berkat kesabaran dan keyakinan dari menuk ia berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai seorang anggota banser NU (Nadatul Ulama). Karena profesi inilah yang pada akhirnya menghantarkan ia untuk menjemput ajalnya ketika sedang mengamankan gereja pada waktu malam natal.


(5)

Ia berprofesi sebagai pemilik toko buku. Seorang janda beranak satu yang baru pindah agama menjadi Katolik setelah bercerai dari suaminya. Hal inilah yang membuat ia mendapat hinaan dan cacian dari orang-orang sekitarnya. Walaupun begitu ia tidak memiliki dendam dan tidak mengajak anaknya yang beragama Islam untuk pindah agama juga. Karena Surya memiliki kedekatan dengan anaknya akhirnya ia pun jatuh cinta kepada Surya. Ia juga bersahabat dengan Menuk.

d) Surya

Seorang pria beragama Islam yang berprofesi sebagai seorang aktor. Namun keeksistensian dia didunia perfilman selama 10 tahun lebih tak kunjung menghantarkan ia menjadi pemeran utama, selama ini ia hanya menjadi peran pembantu saja. Ia pun akhirnya mendapatkan tawaran pekerjaan dari Rika untuk memerankan tokoh Yesus ketika malam paskah. Namun ia bimbang karena ia adalah seorang Muslim. Namun pada akhirnya tawaran itu pun diterimanya. Karena Rika inilah ia akhirnya dipercaya kembali untuk memerankan tokoh Yesus dan Santa Clause.

e) Hendra

Anak laki-laki Tan Kat Sun yang juga beragama Kong Hu Chu. Sifat Hendra yang sangat berbeda dengan ayahnya membuat ia sering terlibat perkelahian dengan etnis dan agama lain. Sebenarnya sifat ini hanyalah pelampisan karena ia pernah jatuh cinta kepada Menuk namun Menuk memilih menikah kepada Soleh yang seagama dengannya. Sifat Ping Hen berubah semenjak kejadian perusakan restauran yang membuat ayahnya meninggal dunia. Ia pun akhirnya pindah agama menjadi Islam.

f) Tan Kat Sun

Seorang pria beragama Kong Hu Chu merupakan pemilik restauran "Chanton Chinese Food". Ia sangat menghormati dan menghargai keberadaan umat lain. Misalkan memberikan waktu untuk shalat kepada para pegawainya yang


(6)

sebagian besar pemeluk agama Islam termasuk kepada si Menuk. Ia juga selalu memisahkan peralatan untuk memasak makanan. Karena restauran itu memiliki menu daging babi. Tan Kat Sung selalu menuntut anaknya untuk mewariskan restaurannya karena ia menyadari hidupnya tidak akan lama lagi.

4.3 Tim Produksi

Director : Hanung Bramantyo

Producers : Erick Thohir (Executive Producer) Hanung Bramantyo

Celerina Judisari Writer : Titien Wattimena

Production : 2011 Mahaka Pictures & Dapur Film Production Year

Duration : 100 menit

Cast : a) Revalina S. Temat b) Reza Rahardian c) Endhita

d) Agus Kuncoro e) Rio Dewanto f) Hengky Soelaiman

4.4 Penghargaan Film

Festival Film Indonesia (FFI) 2011

• Sutradara Terbaik (Hanung Bramantyo) – Nominasi • Penulis Skenario Terbaik (Titien Wattimena) –

Nominasi

• Penulis Cerita Asli Terbaik (Hanung Bramantyo) – Nominasi


(7)

• Pengarah Sinematografi Terbaik (Yadi Sugandi) – Pemenang

• Pengarah Artisitk Terbaik (Fauzi) – Nominasi

• Penyunting Gambar Terbaik (Cesa David Lucmansyah) – Nominasi

• Penata Suara Terbaik (Satrio Budiono & Saft Daultsyah) – Nominasi

• Pemeran Pendukung Pria Terbaik (Agus Kuncoro) – Nominasi

• Pemeran Pendukung Wanita Terbaik (Endhita) – Nominasi

Festival Film Bandung 2012

• Sutradara Terpuji (Hanung Bramantyo) – Nominasi • Penata Kamera Terpuji (Yadi Sugandi) – Nominasi • Poster Terpuji Festival (Tanda Tanya) - Nominasi

4.5 Transkrip pendapat tentang film Tanda Tanya “?”

Sumber: Wawancara yang diambil pada menu “Behind the Scene pada DVD Film Tanda Tanya “?”

Hanung Bramantyo (sutradara) dalam Press Conference

“ Sebenarnya ini bukan film komersil sebagaimana biasa begitu kan, tapi bahwa ini nanti akan ditonton adalah harapan kita. Tapi ini adalah sebuah film statement”


(8)

“Ketika menerima script nya, saya baca, saya Cuma butuh 10 menit untuk bilang ini bagus banget”. “Hanung tahu benarlah, apa yang dia buat”.

Titien Wattimena (penulis naskah)

“Sebenarnya ketika saya menulis film ini bersama mas Hanung, yang tertangkap dari film itu adalah tentang toleransi, batas toleransi, yang udah tipis. Terus perbedaan besar, terus tidak adanya toleransi diantara kita, itu ya berarti hanya itu yang saya tangkap, itu yang coba saya potret dalam film ini.

David Chalik (pemain)

“Alhamdulilah sih saya antusias walaupun waktu pertama itu saya melihat skenarionya ini saya bilang, ini subahanawlah tidak main-main gitu ya memberikan pemahaman seperti ini”.

Yadi Sugandi (penata photograph)

“Perbedaan-perbedaan sebenarnya tuh ada, tapi banyak dimanfaatkan oleh orang, nggak tau oleh orang atau sekelompok, menjadi nggak asik buat kita. Sebenernya yang kita mau ini kan, kan sebenarnya keakraban, ya toleransi”.

Hengky Solaiman (pemain)

“Toleransi itu semakin menghilang, dikalahkan oleh egoisme, itu yang saya lihat sekarang, mungkin tidak hanya di Indonesia, mungkin juga di lain-lain tempat di dunia ini”.

Dedy Soetomo (pemain)

“Saya lihat Hanung ini, satu-satunya sineas yang berani menurut saya, makannya wajib saya dukung”.

Cessa David (penyunting gambar)

“Saya pikir dia tipe director yang menciptakan tren, tiba-tiba dia berani membuat film tentang religius, dan itu akhirnya menjadi sebuah tren. Dan mungkin saya juga berharap film ini film tentang berbagai macam


(9)

budaya, agama, dan ras, ini juga bisa menjadi sebuah tren baru di perfilman Indonesia.

Rio Dewanto (pemain)

“Film ini sangat penring, penting buat saya, penting buat semua temen-temen, penting buat semua masyarakat Indonesia tentunya”.

Gleen Fredly (pemain)

“Saya sangat tertarik sekali, untuk bisa terlibat di film ini”. Reza rahardian (pemain)

“Kata toleransi itu begitu lekat, dari mulai sekolah dasar sampe SD dan SMA terus diulang-ulang, sehingga seharusnya wujudnya dari semua itu adalah masyarakat yang toleran”.

Retno Damayanti (wardrobe)

“Menurut saya agama itu tidak ada konflik, pemeluknya yang konflik sebetulnya”.

Sumber : Wawancara dalam menu “Behind the Scene” pada DVD Film Tanda Tanya “?”, dalam acara Press Conference Launching Film Tanda Tanya “?”

Hanung Bramantyo (sutradara)

“Film ini bener-bener saya jadikan jabang bayi yang akan keluar, yang saya gadang-gadang bisa menjadi semacam sebuah kreasi yang muncul dari lubuk hati saya”.

“Ya ini adalah film ke 14 saya yang saya akui lahir dari gagasan yang liberal. Liberal itu dalam pengertian saya bebas, saya punya kemerdekaan dalam menggagas sesuatu dan akhirnya kemudian didanai gitu kan. Saya bebas melakukan eksplorasi visual, eksplorasi gagasan dimana pada awalnya gagasan ini saya tawarkan kepada sebuah PH (Production House) konvensional gitu, sebuah PH main stream menolak dia, karena dianggap ini terlalu inilah, terlalu idealis kurang begini


(10)

kurang begitu. Akhirnya kita bikin ini sendiri dan di-support sama temen yang bukan orang film, tapi mereka cukup punya potensi pendanaan, cukup kreatif dan cerdas dalam menilai, punya estetika, punya selera gitu kan, dan ternyata punya kegelisahan yang sama”

Erick Thohir (Eksekutif Producer)

“Ya dari grup MAHAKA tentu dalam berkarya selalu ingin berbuat yang terbaik, karena itu kita tahu Hanung adalah sutrada yang terbaik. Makannya kita mau bekerja sama dan tentu dari pengalaman lainnya, kita bisa melihat track-record dari pada saudara Hanung sendiri banyak-cukup mendalami film-film yang bertema religius juga. Nah pada kesempatan ini juga, makannya MAHAKA ingin sekali, kebetulan punya visi yang sama mengeluarkan film bertemakan toleransi, tetapi tentu ada percintaannya, tidak jauh dari kehidupan bangsa kita. Kalau kita lihat dari perjalanan juga bangsa Indonesia yang ber-Garuda Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, itu kan kita berbeda. Tetapi bagaimana kita menjadi satu bangsa, menjadi suatu kebanggaan daripada yang bisa kita ciptakan bersama-sama untuk generasi yang masa datang”

Hanung Bramantyo (sutradara)

“Kalau kita bilang bahwa situasi keagamaan kita, relasi antar agama kita sebut sebagai toleransi itu kok nggak pas. Kenapa? Karena toleransi kok ada yang tidak toleran, terus kalo kita sebut, bahwa situasi agama kita ini adalah situasi yang ke-Bhinekaan Tunggal Ika kok ya tidak pas. Karena di dalam bhineka tunggal ika itu ada kesadaran penuh kita menyikap perbedaan itu sebagai suatu kekuatan. Tapi disini kita seolah-olah digiring bahwa orang berbeda itu salah gitu. Nah sehingga membuat kita itu menjadi bingung sekarang, situasi keagamaan kita ini kita namai apa, makanya karena kita bingung, kita tidak tahu, kita kasih aja ini tanda tanya besar.


(11)

“Tanda tanya itu bukan suatu hal yang tidak bisa kita terjemahkan ya. Tetapi sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban sebenernya. Jawaban itu datang dari siapa? Bisa datang dari diri kita masing-masing, bisa datang dari siapapun, bahkan Presiden pun bisa menjawab ini semua, Oh ini semestinya, kita harus begini, itu yang paling penting sebenernya.

4.6 Kontoversi Film Tanda Tanya “?”

Setelah film ini muncul pada 7 April 2011 dan pada akhirnya film ini mendapat serangan dari berbagai pihak seperti FPI, MUI, BANSER dan beberapa tokoh masyarakat. Film ini kemudian tahan tayang hingga awal 2012. Berikut beberapa kontroversi seputar film ini yang penulis dapatkan dari berbagai media massa. Beberapa kontorversi tersebut terdapat pada daftar berikut ini:

1. Dialog Hanung Bramantyo dengan salah seorang penonton yang berprofesi sebagai wartawan salah satu media massa, namun Hanung tidak berkenan memberikan nama asli, hanya inisial. Data ini penulis peroleh dari media jejaring sosial Facebook milik Hanung Bramantyo, akun Facebook film Tanda Tanya “?” serta website resmi Dapur Film yang diposting pada 15 April 2011. Dialog tersebut membicarakan beberapa poin penting yang tersaji pada 10 poin yakni;

a) Hanung Bramantyo dituding sebagai sutradara yang penuh dengan fitnah, kebencian dan merendahkan martabat Islam dan Umat Islam

b) Adegan penusukkan Pastor pada awal cerita dan adegan pengeboman gereja pada akhir cerita dinilai menuduh bahwa pelaku adalah orang Islam

c) Film ini dituding mendukung permutadan pada cerita tokoh Rika yang melakukan pindah agama


(12)

d) Film ini seolah-olah menghalalkan Babi, karena tokoh Menuk yang berjilbab bekerja di restoran ini

e) Tokoh Ustadz dalam cerita dinilai tidak waras karena mengijinkan Surya (Islam) memerankan sebagai Yesus yang disalib

f) Pindahnya keyakinan Hendra dari Kong Hu Cu menjadi Islam dinilai hanya untuk menikahi seorang perempuan cantik, Menuk g) Film ini memberikan pemahaman untuk membenci poligami dan

memperbolehkan permutadan (pindah agama)

h) Adegan pembacaan Asmaul Husna di gereja dianggap sebagai pelecehan dan menghina Allah SWT

i) Islam dalam film diceritakan sebagai agama penindas dan umat Islam sebagai umat yang kejam dan anti toleransi

j) Film ini mengajarkan kemusyrikan dimana semua agama itu pada hakekatnya sama untuk menuju Tuhan yang sama.

2. Artikel yang ditulis oleh Sholiq Ramadhan dalam Majalah Suara Islam Online edisi Rabu 13 April 2011 pada pukul 21:28 yang menyebutkan bahwa film Tanda Tanya “?” merusak Akidah

3. Pencekalan stasiun TV SCTV oleh ormas FPI (Front Pembela Islam) yang berencana akan menayangkan film Tanda Tanya “?” tepat pada hari raya Idul Fitri 2011

4. Artikel pada surat kabar online Voa-islam edisi 28 agustus 2011 dengan judul “SCTV Turut Membangun Kebencian Antar Umat Beragama, Jika Tayangkan Film ‘?’

5. Berita tentang penolakan film Tanda Tanya “?” oleh Banser yang ditulis oleh Kompas edisi 7 April 2011

6. Berita tentang protes FPI Tasikmalaya pada film Tanda Tanya “?”, ditulis oleh Metronews.com Kamis, 28 April 2011 20:33 WIB


(1)

• Pengarah Sinematografi Terbaik (Yadi Sugandi) – Pemenang

• Pengarah Artisitk Terbaik (Fauzi) – Nominasi

• Penyunting Gambar Terbaik (Cesa David Lucmansyah) – Nominasi

• Penata Suara Terbaik (Satrio Budiono & Saft Daultsyah) – Nominasi

• Pemeran Pendukung Pria Terbaik (Agus Kuncoro) – Nominasi

• Pemeran Pendukung Wanita Terbaik (Endhita) – Nominasi

Festival Film Bandung 2012

• Sutradara Terpuji (Hanung Bramantyo) – Nominasi • Penata Kamera Terpuji (Yadi Sugandi) – Nominasi • Poster Terpuji Festival (Tanda Tanya) - Nominasi

4.5 Transkrip pendapat tentang film Tanda Tanya “?”

Sumber: Wawancara yang diambil pada menu “Behind the Scene pada DVD Film Tanda Tanya “?”

Hanung Bramantyo (sutradara) dalam Press Conference

“ Sebenarnya ini bukan film komersil sebagaimana biasa begitu kan, tapi bahwa ini nanti akan ditonton adalah harapan kita. Tapi ini adalah sebuah film statement”


(2)

“Ketika menerima script nya, saya baca, saya Cuma butuh 10 menit untuk bilang ini bagus banget”. “Hanung tahu benarlah, apa yang dia buat”.

Titien Wattimena (penulis naskah)

“Sebenarnya ketika saya menulis film ini bersama mas Hanung, yang tertangkap dari film itu adalah tentang toleransi, batas toleransi, yang udah tipis. Terus perbedaan besar, terus tidak adanya toleransi diantara kita, itu ya berarti hanya itu yang saya tangkap, itu yang coba saya potret dalam film ini.

David Chalik (pemain)

“Alhamdulilah sih saya antusias walaupun waktu pertama itu saya melihat skenarionya ini saya bilang, ini subahanawlah tidak main-main gitu ya memberikan pemahaman seperti ini”.

Yadi Sugandi (penata photograph)

“Perbedaan-perbedaan sebenarnya tuh ada, tapi banyak dimanfaatkan oleh orang, nggak tau oleh orang atau sekelompok, menjadi nggak asik buat kita. Sebenernya yang kita mau ini kan, kan sebenarnya keakraban, ya toleransi”.

Hengky Solaiman (pemain)

“Toleransi itu semakin menghilang, dikalahkan oleh egoisme, itu yang saya lihat sekarang, mungkin tidak hanya di Indonesia, mungkin juga di lain-lain tempat di dunia ini”.

Dedy Soetomo (pemain)

“Saya lihat Hanung ini, satu-satunya sineas yang berani menurut saya, makannya wajib saya dukung”.

Cessa David (penyunting gambar)

“Saya pikir dia tipe director yang menciptakan tren, tiba-tiba dia berani membuat film tentang religius, dan itu akhirnya menjadi sebuah tren. Dan mungkin saya juga berharap film ini film tentang berbagai macam


(3)

budaya, agama, dan ras, ini juga bisa menjadi sebuah tren baru di perfilman Indonesia.

Rio Dewanto (pemain)

“Film ini sangat penring, penting buat saya, penting buat semua temen-temen, penting buat semua masyarakat Indonesia tentunya”.

Gleen Fredly (pemain)

“Saya sangat tertarik sekali, untuk bisa terlibat di film ini”. Reza rahardian (pemain)

“Kata toleransi itu begitu lekat, dari mulai sekolah dasar sampe SD dan SMA terus diulang-ulang, sehingga seharusnya wujudnya dari semua itu adalah masyarakat yang toleran”.

Retno Damayanti (wardrobe)

“Menurut saya agama itu tidak ada konflik, pemeluknya yang konflik sebetulnya”.

Sumber : Wawancara dalam menu “Behind the Scene” pada DVD Film Tanda Tanya “?”, dalam acara Press Conference Launching Film Tanda Tanya “?”

Hanung Bramantyo (sutradara)

“Film ini bener-bener saya jadikan jabang bayi yang akan keluar, yang saya gadang-gadang bisa menjadi semacam sebuah kreasi yang muncul dari lubuk hati saya”.

“Ya ini adalah film ke 14 saya yang saya akui lahir dari gagasan yang liberal. Liberal itu dalam pengertian saya bebas, saya punya kemerdekaan dalam menggagas sesuatu dan akhirnya kemudian didanai gitu kan. Saya bebas melakukan eksplorasi visual, eksplorasi gagasan dimana pada awalnya gagasan ini saya tawarkan kepada sebuah PH (Production House) konvensional gitu, sebuah PH main stream menolak dia, karena dianggap ini terlalu inilah, terlalu idealis kurang begini


(4)

kurang begitu. Akhirnya kita bikin ini sendiri dan di-support sama temen yang bukan orang film, tapi mereka cukup punya potensi pendanaan, cukup kreatif dan cerdas dalam menilai, punya estetika, punya selera gitu kan, dan ternyata punya kegelisahan yang sama”

Erick Thohir (Eksekutif Producer)

“Ya dari grup MAHAKA tentu dalam berkarya selalu ingin berbuat yang terbaik, karena itu kita tahu Hanung adalah sutrada yang terbaik. Makannya kita mau bekerja sama dan tentu dari pengalaman lainnya, kita bisa melihat track-record dari pada saudara Hanung sendiri banyak-cukup mendalami film-film yang bertema religius juga. Nah pada kesempatan ini juga, makannya MAHAKA ingin sekali, kebetulan punya visi yang sama mengeluarkan film bertemakan toleransi, tetapi tentu ada percintaannya, tidak jauh dari kehidupan bangsa kita. Kalau kita lihat dari perjalanan juga bangsa Indonesia yang ber-Garuda Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, itu kan kita berbeda. Tetapi bagaimana kita menjadi satu bangsa, menjadi suatu kebanggaan daripada yang bisa kita ciptakan bersama-sama untuk generasi yang masa datang”

Hanung Bramantyo (sutradara)

“Kalau kita bilang bahwa situasi keagamaan kita, relasi antar agama kita sebut sebagai toleransi itu kok nggak pas. Kenapa? Karena toleransi kok ada yang tidak toleran, terus kalo kita sebut, bahwa situasi agama kita ini adalah situasi yang ke-Bhinekaan Tunggal Ika kok ya tidak pas. Karena di dalam bhineka tunggal ika itu ada kesadaran penuh kita menyikap perbedaan itu sebagai suatu kekuatan. Tapi disini kita seolah-olah digiring bahwa orang berbeda itu salah gitu. Nah sehingga membuat kita itu menjadi bingung sekarang, situasi keagamaan kita ini kita namai apa, makanya karena kita bingung, kita tidak tahu, kita kasih aja ini tanda tanya besar.


(5)

“Tanda tanya itu bukan suatu hal yang tidak bisa kita terjemahkan ya. Tetapi sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban sebenernya. Jawaban itu datang dari siapa? Bisa datang dari diri kita masing-masing, bisa datang dari siapapun, bahkan Presiden pun bisa menjawab ini semua, Oh ini semestinya, kita harus begini, itu yang paling penting sebenernya.

4.6 Kontoversi Film Tanda Tanya “?”

Setelah film ini muncul pada 7 April 2011 dan pada akhirnya film ini mendapat serangan dari berbagai pihak seperti FPI, MUI, BANSER dan beberapa tokoh masyarakat. Film ini kemudian tahan tayang hingga awal 2012. Berikut beberapa kontroversi seputar film ini yang penulis dapatkan dari berbagai media massa. Beberapa kontorversi tersebut terdapat pada daftar berikut ini:

1. Dialog Hanung Bramantyo dengan salah seorang penonton yang berprofesi sebagai wartawan salah satu media massa, namun Hanung tidak berkenan memberikan nama asli, hanya inisial. Data ini penulis peroleh dari media jejaring sosial Facebook milik Hanung Bramantyo, akun Facebook film Tanda Tanya “?” serta website resmi Dapur Film yang diposting pada 15 April 2011. Dialog tersebut membicarakan beberapa poin penting yang tersaji pada 10 poin yakni;

a) Hanung Bramantyo dituding sebagai sutradara yang penuh dengan fitnah, kebencian dan merendahkan martabat Islam dan Umat Islam

b) Adegan penusukkan Pastor pada awal cerita dan adegan pengeboman gereja pada akhir cerita dinilai menuduh bahwa pelaku adalah orang Islam

c) Film ini dituding mendukung permutadan pada cerita tokoh Rika yang melakukan pindah agama


(6)

d) Film ini seolah-olah menghalalkan Babi, karena tokoh Menuk yang berjilbab bekerja di restoran ini

e) Tokoh Ustadz dalam cerita dinilai tidak waras karena mengijinkan Surya (Islam) memerankan sebagai Yesus yang disalib

f) Pindahnya keyakinan Hendra dari Kong Hu Cu menjadi Islam dinilai hanya untuk menikahi seorang perempuan cantik, Menuk g) Film ini memberikan pemahaman untuk membenci poligami dan

memperbolehkan permutadan (pindah agama)

h) Adegan pembacaan Asmaul Husna di gereja dianggap sebagai pelecehan dan menghina Allah SWT

i) Islam dalam film diceritakan sebagai agama penindas dan umat Islam sebagai umat yang kejam dan anti toleransi

j) Film ini mengajarkan kemusyrikan dimana semua agama itu pada hakekatnya sama untuk menuju Tuhan yang sama.

2. Artikel yang ditulis oleh Sholiq Ramadhan dalam Majalah Suara Islam Online edisi Rabu 13 April 2011 pada pukul 21:28 yang menyebutkan bahwa film Tanda Tanya “?” merusak Akidah

3. Pencekalan stasiun TV SCTV oleh ormas FPI (Front Pembela Islam) yang berencana akan menayangkan film Tanda Tanya “?” tepat pada hari raya Idul Fitri 2011

4. Artikel pada surat kabar online Voa-islam edisi 28 agustus 2011 dengan judul “SCTV Turut Membangun Kebencian Antar Umat Beragama, Jika Tayangkan Film ‘?’

5. Berita tentang penolakan film Tanda Tanya “?” oleh Banser yang ditulis oleh Kompas edisi 7 April 2011

6. Berita tentang protes FPI Tasikmalaya pada film Tanda Tanya “?”, ditulis oleh Metronews.com Kamis, 28 April 2011 20:33 WIB


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kontestasi “Citra Islam” dalam Film “?” Tanda Tanya

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kontestasi “Citra Islam” dalam Film “?” Tanda Tanya T1 362008093 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kontestasi “Citra Islam” dalam Film “?” Tanda Tanya T1 362008093 BAB II

0 0 41

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kontestasi “Citra Islam” dalam Film “?” Tanda Tanya T1 362008093 BAB IV

0 0 77

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ketika Toleransi Sedang Dipertanyakan? (Analisis Wacana Kritis pada Film Tanda Tanya “?”)

0 1 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ketika Toleransi Sedang Dipertanyakan? (Analisis Wacana Kritis pada Film Tanda Tanya “?”) TI 362008008 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ketika Toleransi Sedang Dipertanyakan? (Analisis Wacana Kritis pada Film Tanda Tanya “?”) TI 362008008 BAB II

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ketika Toleransi Sedang Dipertanyakan? (Analisis Wacana Kritis pada Film Tanda Tanya “?”) TI 362008008 BAB V

0 0 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ketika Toleransi Sedang Dipertanyakan? (Analisis Wacana Kritis pada Film Tanda Tanya “?”) TI 362008008 BAB VI

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ketika Toleransi Sedang Dipertanyakan? (Analisis Wacana Kritis pada Film Tanda Tanya “?”)

0 0 24