Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kontestasi “Citra Islam” dalam Film “?” Tanda Tanya T1 362008093 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Citra agama Islam di Indonesia sebagai agama teroris berawal dari
pemberitaan media massa tentang terjadinya pengeboman-pengeboman bermotif
jihad1 dengan target “negara barat”. Pada tahun 2000 terjadi pengeboman yang
menelan korban di beberapa tempat di Indonesia, yakni Kantor Kedubes Filipina
(2 orang tewas dan 21 orang luka-luka), Bursa Efek Jakarta (yang menewaskan 10
orang, dan 90 orang luka-luka), dan serangkaian bom malam Natal dibeberapa
daerah di Indonesia. Peristiwa Bom Bali tahun 2002 yang menewaskan 202 orang
(164 warga asing dan 38 warga Indonesia) dan 209 korban luka-luka semakin
menguatkan citra Islam identik dengan terorisme yang terjadi di Indonesia
dikarenakan jaringan pelaku pengeboman beragama Islam2.
Selain kasus terorisme, Islam juga dikenal sebagai agama yang sering
melakukan tindak kekerasan yang mengatasnamakan Tuhan. Seperti pada konflik
antar agama dalam kasus Monas 1 Juni 2008 dimana Aliansi Kebangsaan untuk
1

Dalam Islam, arti kata Jihad adalah berjuang dengan sungguh-sungguh. Jihad dilaksanakan
untuk menjalankan misi utama manusia yaitu menegakkan Din Allah atau menjaga Din tetap

tegak, dengan cara-cara sesuai dengan garis perjuangan para Rasul dan Al-Quran. Jihad yang
dilaksanakan Rasul adalah berdakwah agar manusia meninggalkan kemusyrikan dan kembali
kepada aturan Allah, menyucikan qalbu, memberikan pengajaran kepada ummat dan
mendidik manusia agar sesuai dengan tujuan penciptaan mereka yaitu menjadi khalifah Allah
di bumi.
2
Bom Bali 1&2 http://www.museum.polri.go.id/lantai2_gakkum_bom-bali.html di unduh
pada tanggal 26 September 2012 pukul 16:33

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) menggelar aksi untuk
memperingati kesaktian Pancasila dan dikeroyok massa Front Pembela Islam
(FPI).
Media3 yang seharusnya menjadi alat kontrol sosial, terkadang dalam
kenyataannya justru bisa menyulut api, karena melalui medialah masyarakat bisa
melihat realita yang sedang terjadi di dunia luar tentang peristiwa-peristiwa yang
sedang

berkembang

di


masyarakat.

Sehingga

media

sedikit

banyak

mempengaruhi informasi yang didapat masyarakat atau khalayak. Dalam masalah
ini, media berhasil menghegemoni masyarakat bahwa Islam identik dengan
terorisme dan kekerasan melalui pemberitaan yang berkembang.
Hal ini sangat timpang dengan kebudayaan di Indonesia yang plural.
Indonesia yang berlandaskan Pancasila memiliki berbagai suku, etnis, bahasa, dan
agama yang diakui. Keragaman etnik atau kelompok-kelompok kultural dalam
suatu masyarakat atau Negara serta keragaman kepercayaan atau sikap dalam
suatu badan, kelembagaan dan sebagainya menjadikan toleransi sebagai satu hal
yang penting (Naim dan Sauqi, 2008: 77). Toleransi sangat dibutuhkan dalam

menjalani perbedaan yang ada di Negara bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika ini,
karena terkadang justru memunculkan pertentangan atau konflik dirumah sendiri.

3

Media merupakan lokasi atau forum yang semakin berperan, untuk menampilkan peristiwaperistiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional. Media
juga seringkali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam
pengertian pengembangan seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata
cara, mode, gaya hidup dan norma-norma (McQuail, 1987:3).

Dalam hal ini media massa, seperti TV, Radio, surat kabar, dan media
bentuk baru yakni internet sangat berpengaruh dalam membangun persepsi
masyarakat dengan menampilkan realita atas keberagaman yang ada di Indonesia
sehingga masyarakat mengenal dan mendapatkan informasi.
Salah satu bentuk media adalah Film, yang merupakan gambaran dari suatu
realita di masyarakat yang dikemas secara menarik dan disisipi ideologi-ideologi
dari produsen. Menurut Marselli Sumarno (1996:10), film dapat dikelompokkan
ke dalam dua pembagian besar, yaitu kategori film cerita dan non cerita. Film
cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang serta
dikembangkan melalui sebuah naskah skenario dan dimainkan oleh aktor dan

aktris. Film non cerita merupakan kategori film yang merekam kejadian
berdasarkan kenyataan sebagai subjeknya. Tidak jarang jika produsen film
menyajikan

realita

yang

terjadi

sebagai

bentuk

cerminan

masyarakat

sesungguhnya. Dengan kata lain, film mengangkat peristiwa yang sudah ada,
pernah ada, bahkan terkadang menciptakan agar peristiwa itu ada.

Ada beberapa film yang mengangkat tentang pluralitas atau kemajemukan
bangsa Indonesia bertujuan untuk menggambarkan toleransi. Ayat-ayat Cinta
garapan Hanung Bramantyo mengangkat isu perbedaan agama dalam cinta
segitiga antara Fahri (diperankan oleh Fedi Nuril) yang beragama Islam, Aisyah
(diperankan oleh Rianti Cartwright) yang beragama Islam, dan Maria (diperankan
oleh Carissa Putri) yang beragama Kristen. Dimana Maria pada akhirnya
berpindah agama untuk menikah dengan Fahri.

Film 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta produksi Mizan Productions menceritakan
tentang kisah cinta lintas agama dan juga etnik. Antara Rosyid (diperankan oleh
Reza Rahardian) seorang pemuda keturunan Arab beragama Islam yang menjalin
hubungan dengan Delia (diperankan oleh Laura Basuki), seorang gadis Menado
beragama Katolik. Film ini memiliki pesan moral yakni tentang toleransi
beragama dan kesadaran untuk menjaga keberagaman etnik di Indonesia.
Ada pula film Cin(T)a produksi Sembilan Matahari Film yang
menyuarakan toleransi dan perdamaian. Film ini menceritakan mengenai Cina
(diperankan oleh Sunny Soon), (T)uhan, dan Anissa (diperankan oleh Saira
Jihan). Cina seorang Tionghoa beragama Kristen mencintai Annisa seorang
Muslim keturunan Jawa, tetapi mereka tidak bisa bersatu karena perbedaan yang
mereka sebut dengan Tuhan.

Film lain yang mengangkat tentang masalah sosial yang terjadi dalam
masyarakat Indonesia beserta pluralitasnya adalah film “?” Tanda Tanya garapan
sutradara Hanung Bramantyo yang rilis 7 April 2011 lalu. Di dalam film tersebut
menggambarkan pluralitas antar agama dan juga etnis.
Dalam film ini diceritakan Ping Hen (diperankan oleh Rio Dewanto)
seorang Tionghoa mencintai wanita bernama Menuk (diperankan oleh Revalina S
Temat) tetapi karena perbedaan agama diantara mereka membuat mereka tidak
bisa bersatu dan Menuk lebih memilih Soleh (diperankan oleh Reza Rahardian)
yang notabene seagama. Pluralitas menghasilkan toleransi yang sangat kental,
tergambar dimana Pak Tan (diperankan oleh Henky Solaiman) memiliki restoran

masakan cina yang menghargai orang lain dengan memisahkan alat-alat masak
yang digunakan untuk memotong babi dan ayam, serta menghargai bulan puasa
dengan menutup restorannya menggunakan kain.
Film “?” Tanda Tanya yang diproduksi Mahaka Pictures dan Dapur Film
ini ingin menampilkan kejadian-kejadian yang terjadi di Indonesia, misalnya
adegan awal yang memperlihatkan fenomena penusukan pendeta di salah satu
Gereja Katolik. Adegan ini yang membangun tokoh Ping Hen antipati terhadap
Islam dengan menganggap bahwa Islam identik dengan teroris. Kemunculan Ping
Hen disini ingin memperlihatkan apa yang selama ini terjadi di masyarakat umum

terhadap Islam paska gerakan teroris, dimana Islam cenderung dilihat sebagai
agama kekerasan sebab mengatasnamakan Tuhan dalam berbagai tindak
anarkisme.
Selain itu, Hanung Bramantyo mencoba mengangkat sosok Soleh yang
mewakili Banser Nahdlatul Ulama. Inilah yang menciptakan kontroversi, seperti
yang dilangsir www.kompas. com4 bahwa film “?” Tanda Tanya dikecam oleh
banser Nahdlatul Ulama kota Surabaya. Seperti yang disampaikan oleh M.
Hasyim As’ari, sekretaris Satkorcab Banser Kota Surabaya bahwa protes terhadap
film karena dalam film tersebut Hanung menggambarkan Soleh sosok Banser
yang mudah cemburu dan dangkal pemikirannya. Banser Kota Surabaya merasa
sosok Banser yang ditampilkan justru mendiskreditkan Islam.
Film “Tanda Tanya” Dikecam Banser NU,
http://oase.kompas.com/read/2011/04/07/08240674/Film.Tanda.Tanya.Dikecam.Banser.NU
tanggal 7 April 2011, diunduh pada tanggal 9 April 2012 pukul 12:11

4

Kontroversi-kontroversi ini terjadi karena masyarakat tidak melihat pesan
apa saja yang sebenarnya ingin disampaikan oleh si pembuat film tersebut.
Tanggapan-tanggapan negatif terlontar dari Majelis Ulama Indonesia (MUI),

Banser Nahdlatul Ulama (NU) dan Front Pembela Islam (FPI). Selain
kontroversinya tersebut, film “?” Tanda Tanya juga meraih beberapa prestasi di
dalam industri perfilman, menjadi nominasi di Festival Film Indonesia, bahkan
mendapatkan piala citra5. Sejak penayangan Film “?” Tanda Tanya pada 7 April
2011 di bioskop, penjualan tiket mencapai 120.000 selama 5 hari tayang6.
Pro-kontra inilah yang membuat film ini pantas dijadikan objek penelitian.
Sudah ada beberapa penelitian sebelumnya yang mengangkat film “?” Tanda
Tanya sebagai objek penelitiannya.

Tabel 1.1 Daftar Penelitian Sebelumnya dengan Objek penelitian Film “?”
Tanda Tanya
Peneliti
Ma’rif
Fauzi

Judul Skripsi

Tujuan

El Makna Pesan Moral

dalam

Film

Tanda

Metode

Hasil

Analisis
Semiotika

(Mercubuana) Tanya (Sebuah Kajian
Analisis
dalam

5

Semiotik

Film

Tanda

http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-t010-11-123312_tanda-tanya/award diunduh tanggal
26 September 2012 pukul 13:42
6
Baru 5 hari film ditonton 120ribu orang, http://portaljakarta.com/baru-5-hari-film-ditonton120-ribu-orang diunduh pada tanggal 28 September 2012 pukul 13:42

Tanya)
Ade

Bunga Analisis Semiotik Film Ingin mengetahui Analisis

Febriyanti

“Tanda Tanya (?)”

(USAHID)


Film

Tanda

seberapa kuatkah Semiotika

merupakan

toleransi

social

ada

yang
dalam

Tanya

(?)

representasi
yaitu

keresahan

semua

yang

terjadi

masyarakat pada

dalam masyarakat diangkat

umumnya

dengan

yang

sentuhan

pesan

tergambarkan

moral yang elegant, dengan

dalam

mengangkat pesan toleransi

Film

Tanda Tanya (?)

terhadap

keberagaman

agama yang dicerminkan
dalam film ini.
Toleransi Mengetahui dan Analisis

Film Tanda Tanya “?”

Veronica

Ketika

Dian

Sedang

menjelaskan

Wacana

tidak berhasil memberikan

Anggraeni

Dipertanyakan?

representasi

Kritis

makna toleransi yang baik,

(UKSW)

(Analisis

Wacana wacana toleransi

karena

adanya

sebuah

Kritis pada Film Tanda yang

dominasi

Tanya “?”)

dikonstruksikan

pencitraan diri dari agama

film

Islam

Tanya “?”.

Tanda

Islam

yang

sutradara

dan

dikemas

dengan

tema

toleransi. Penulis melihat
bahwa sejatinya toleransi
tidak

dapat

diwujudkan

dalam kerangka kehidupan
multikultural,
direpresentasikan

yang
melalui

Film Tanda Tanya “?” ini.
Muhammad

Konstruksi Citra Islam Mengetahui

Iqbal

dalam Film “?” (Tanda konstruksi Citra Semiotika

dalam Film Tanda Tanya:

(Univ. Riau)

Tanya)

1. Kemiskinan

Islam

Analisis

yang

Citra Islam yang tergambar

dibangun dalam

2. Rasisme

Film

3. Kekerasan

Tanda

Tanya

Terorisme
4. Murtad

Sumber: Data empirik dari berbagai hasil penelitian (Agnes, 2013)
Berdasarkan tabel 1.1 diatas, menunjukkan bahwa Film “?” Tanda Tanya
beserta makna pesan didalamnya sudah pernah diteliti, sehingga penelitian ini
merupakan pelengkap dan pembanding dari penelitian sebelumnya, khususnya
pada penelitian Muhammad Iqbal yang meneliti tentang konstruksi citra Islam
dalam film “?” Tanda Tanya, karena fokus penulis sama dengan Muhammad
Iqbal yakni tentang citra Islam, oleh karena itu penulis ingin meneliti kontestasi
citra Islam yang dibangun dalam film tersebut.

dan

1.2 RumusanMasalah
Dari penelitian sebelumnya yakni “Konstruksi Citra Islam dalam Film “?”
Tanda Tanya” yang menurut penulis masih bisa dilanjutkan, maka penulis ingin
meneliti tentang kontestasi “Citra Islam” dalam film tersebut karena citra Islam
dalam film tersebut tidak hanya memiliki makna seperti hasil dari penelitian
sebelumnya.
Penulis ingin merumuskan masalah yang ingin diteliti yaitu apa kontestasi
“Citra Islam” dalam Film “?” Tanda Tanya ?

1.3 Tujuan Penelitian
Penulis ingin menggambarkan dan menjelaskan kontestasi “Citra Islam”
yang dikemas dalam film “?” Tanda Tanya .

1.4 Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu
komunikasi khususnya aplikasi teori komunikasi, khususnya studi pesan,
konstruksi dan dekonstruksi pesan media massa, serta tentang kontestasi,
dimana hasil yang ditemukan berbeda dan ingin membandingkan hasil
tersebut.

b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan bisa memberi pengetahuan dan informasi kepada
penikmat film untuk lebih peka dalam menangkap pesan baik eksplisit
maupun implisit dalam produksi film, terutama film “?” Tanda Tanya .

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kontestasi “Citra Islam” dalam Film “?” Tanda Tanya

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kontestasi “Citra Islam” dalam Film “?” Tanda Tanya T1 362008093 BAB II

0 0 41

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kontestasi “Citra Islam” dalam Film “?” Tanda Tanya T1 362008093 BAB IV

0 0 77

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kontestasi “Citra Islam” dalam Film “?” Tanda Tanya T1 362008093 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ketika Toleransi Sedang Dipertanyakan? (Analisis Wacana Kritis pada Film Tanda Tanya “?”)

0 1 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ketika Toleransi Sedang Dipertanyakan? (Analisis Wacana Kritis pada Film Tanda Tanya “?”) TI 362008008 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ketika Toleransi Sedang Dipertanyakan? (Analisis Wacana Kritis pada Film Tanda Tanya “?”) TI 362008008 BAB II

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ketika Toleransi Sedang Dipertanyakan? (Analisis Wacana Kritis pada Film Tanda Tanya “?”) TI 362008008 BAB IV

0 1 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ketika Toleransi Sedang Dipertanyakan? (Analisis Wacana Kritis pada Film Tanda Tanya “?”)

0 0 24

SKENARIO FILM “?” TANDA TANYA

1 1 85