ANALISIS MASLAHAH MURSALAH TERHADAP BEBERAPA PANDANGAN TOKOH NAHDLATUL ULAMA KABUPATEN SIDOARJO TENTANG PERNIKAHAN DINI AKIBAT HAMIL PRA NIKAH.

ANALISIS MAS{LAH{AH MURSALAH TERHADAP BEBERAPA
PANDANGAN TOKOH NAHDLATUL ULAMA KABUPATEN
SIDOARJO TENTANG PERNIKAHAN DINI AKIBAT HAMIL
PRA NIKAH

SKRIPSI
Oleh :
Ahmad Hamim Tohari
NIM. C71211166

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Ahwal Al-Syakhsiyyah
SURABAYA
2016

ANALISIS MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP BEBERAPA
PANDANGAN TOKOH NAHDLATUL ULAMA KABUPATEN
SIDOARJO TENTANG PERNIKAHAN DINI AKIBAT HAMIL
PRA NIKAH


SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Skripsi
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Syari’ah dan Hukum Perdata Islam

Oleh :
AHMAD HAMIM TOHARI
NIM. C71211166

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Ahwal Al-Syakhsiyyah
SURABAYA
2016

ABSTRAK
Pernikahan dini merupakan sebuah fenomena yang ditanggapi oleh
masyarakat secara kontradiksi, sehingga menjadi bahan yang menarik untuk

diperbincangkan disegala aspek sosial masyarakat. Skripsi ini adalah hasil
penelitian berdasarkan tanggapan beberapa para tokoh Nahdlatul Ulama Sidoarjo
yang dianalisis dengan Teori Mas}lah}ah Mursalah dengan mengunakan teknik
wawancara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana padangan
beberapa Tokoh Nahdlatul Ulama Kab. Sidoarjo terhadap pernikahan dini akibat
hamil pranikah dan analisis mas}lah}ah mursalah.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah pendekatan
penelitian kualitatif. Sesuai dengan pendekatan yang peneliti ambil maka metode
yang digunakan adalah wawancara. Analisis data dalam penelitian ini adalah
deskriptif yang bertujuan menggambarkan realita yang nyata di dalam
masyarakat dan penyelesaiannya.
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa pandangan Tokoh Nahdlatul Ulama
Sidoarjo terhadap pernikahan dini akibat hamil pra nikah, pertama sebagian besar
para tokoh membolehkan pernikahan dini karena sebab hamil duluan tanpa
menunggu kelahiran si anak. Hal ini dilakukan demi menjaga image dan nasab si
anak, seharusnya dalam kasus ini segerah dinikahkan karena sudah terlanjur
hamil duluan. Kedua hal ini merupakan suatu kemaslahatan yang dilakukan demi
menjaga image dan status nasab si anak, ini semua sesuai dengan maqa>s}id as
syari’a>h yakni hifdz al-nasl (menjaga nasab) dan hifdz al-‘Ird (menjaga
kehormatan), Intinya yakni meraih manfaat dan menghidarkan mafsada. Dan

dalam kebolehan menikahi wanita hamil pra nikah hal ini pula juga tercantum
pada KHI Pasal 53.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka hendaknya kita mengindari
pernikahan dini sebab hamil pra nikah. Meskipun para tokoh membolehkan
dilaksanakan demi kemaslahatan bukan bearti itu merupakan sesuatu hal yang
dibenarkan. Adanya kebolehan karena dalam keadaan yang darurat maka para
tokoh membolehkan demi meraih kemaslahatan dan mencega kerusakan. Dengan
adanya pernikahan dini akibat hamil pra nikah, yang jelas tidak ada kebahagiaan
di dalam keluarga maupun lingkungan karena sudah berangkat dari jalan yang
salah dan tidak ada kesiapan diantara keduanya. Dan sebagai warga Indonesia
yang baik seharusnya kita taat aturan dengan apa yang diharapkan pemerintah
dan udang-undang.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DALAM .....................................................................................


i

PERNYATAAN KEASLIAN .....................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............................................................

iii

PENGESAHAN ..........................................................................................

iv

MOTTO .....................................................................................................

v

PERSEMBAHAN .......................................................................................


vi

ABSTRAK ..................................................................................................

vii

KATA PENGANTAR . ................................................................................

viii

DAFTAR ISI ...............................................................................................

x

DAFTAR TRANSLITERASI ......................................................................

xi

BAB I


BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................

1

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah......................................

6

C. Rumusan Masalah ....................................................................

7

D. Kajian Pustaka..........................................................................

8

E. Tujuan Penelitian .....................................................................


12

F. Kegunaan Penelitian ................................................................

12

G. Definisi Operasional .................................................................

13

H. Metode Penelitian ....................................................................

15

I.

23

Sistematika Pembahasan ..........................................................


PERNIKAHAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM
POSITIF SERTA TEORI MAS>>}LAH{{AH MURSALAH
A. Pernikahan dalam Islam ...........................................................

25

1.

Pengertian Pernikahan ......................................................

25

2.

Pentingnya Pernikahan......................................................

28

3.


Hukum Pernikahan ............................................................

31

4.

Hikma Pernikahan .............................................................

32

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Pernikahan Menurut Fiqih Islam dan Kompilasi Hukum
Islam .......................................................................................
1. Sahnya Perkawinan Menurut Fiqih Islam .........................
2.

BAB III


33
33

Sahnya Perkawinan Menurut KHI ....................................

37

C. Problematika Pernikahan dalam Islam.....................................

41

1.

Pernikahan Dini Menurut Fiqih Islam ..............................

42

2.

Syarat Pernikahan Dini dalam Islam ................................


48

3.

Pernikahan Dini Menurut KHI..........................................

49

D. Pernikahan Wanita Hamil Pra Nikah.......................................

54

1.

Pernikahan Wanita Hamil Pra Nikah Menurut Fiqih........

54

2.

Pernikahan Wanita Hamil Pra Nikah Menurut KHI.........

60

E. Teori Mas}lah}ah Mursalah ........................................................

62

1.

Pengertian Mas}lah}ah Mursalah .........................................

62

2.

Macam-macam Mas}lah}ah .................................................

64

3.

Kedudukan Mas}lah}ah Sebagai Sumber Hukum................

68

4.

Syarat-syarat Mas}lah}ah.....................................................

72

RAGAM PANDANGAN TOKOH NAHDLATUL ULAMA
TERHADAP PERNIKAHAN DINI AKIBAT HAMIL PRA
NIKAH
A. Pendapat

Tokoh

NU

Kab.

Sidoarjo

terhadap

Pernikahan Dini Akibat Hamil Pra Nikah .............................
B. Pengelompokan

Pendapat

Para

Tokoh

76

Yang

Menyetujui dan Yang Tidak Menyetujui Tentang
Pernikahan Dini Akibat Hamil Pranikah ...............................
BAB IV

ANALISIS PANDANGAN TOKOH NU TERHADAP
PERNIKAHAN DINI AKIBAT HAMIL PRA NIKAH
Analisis Pandangan Tokoh ...........................................................

BAB V

84

88

PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................

98

B. Saran .....................................................................................

99

DAFTAR PUSTAKA........................................................................ ..............
LAMPIRAN.................................................................................................. ...

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Terciptanya suatu masyarakat tidak lepas adanya suatu perkawinan.
Perkawinan itu sendiri merupakan langkah terbaik untuk membina keluarga
bahagia, yakni suatu keluarga yang dapat menciptakan generasi penerus
sebagai khalifah di muka bumi.1 Perkawinan sebagaimana dianjurkan oleh

Syār’i baik dalam al-Qur’an dan al-Hadits memiliki beberapa aspek, yaitu:
aspek ibadah, aspek sosial dan aspek hukum. Melaksanakan perkawinan
berarti melaksanakan suatu ibadah yang bearti telah menyempurnakan
sebagian dari agama.
Dengan perkawinan, islam telah memberikan kedudukan sosial yang
sangat tinggi terhadap wanita (isteri), dimana suami tidak boleh berbuat
sewenang-wenang terhadap istrinya, karena mereka telah sama-sama
memiliki ketentuan hak serta kewajiban yang harus dipadu dengan rasa kasih
sayang, dan satu sama lain dituntut untuk bertanggung jawab.2
Perkawinan bila dilihat dari aspek hukum, merupakan suatu
perjanjian yang kuat. Al-Qur’an mengistilahkannya dengan mitsāqan

galîzan. Perkawinan dinamakan perjanjian yang sangat kuat, karena cara
mengadakan ikatan tersebut memiliki berbagai aturan yang telah ditetapkan

syara’, mulai dari hal-hal yang menyangkut syarat-syarat dan rukun-rukun
1
2

Hilman Hadikusumo, Hukum Perkawinan Adat (Bandung: PT Cipta Bakti, 1995), 22.
Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia (Jakarta: UI Press, 1986), 48.

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

tertentu sampai pada cara-cara memutuskan ikatan perkawinan (persoalan

syiqāq, t{alaq, fasakh dan lain sebagainya).
Perkara yang merupakan bagian dari kesempurnaan agama seseorang
muslim ini telah ditetapkan hukumnya oleh Allah dan Rasul-Nya. Hadits
menganjurkan seorang muslim untuk menikah, dan al-Qur’an menganjurkan
untuk menikahi wanita yang baik-baik. Dalam masalah perkawinan, Islam
telah berbicara panjang lebar. Dari mulai bagaimana mencari kriteria bakal
calon pendamping hidup, hingga bagaimana memperlakukannya dikala resmi
menjadi sang penyejuk hati, Islam menuntunnya. Begitu pula Islam
mengajarkan bagaimana mewujudkan sebuah pesta pernikahan yang meriah,
namun tetap mendapatkan berkah dan tidak melanggar tuntunan sunnah
Rasulullah SAW, begitu pula dengan pernikahan yang sederhana namun
tetap penuh dengan hikmat.3
Pernikahan merupakan jalan yang paling bermanfa’at dan paling afd}al>
dalam upaya merealisasikan dan menjaga kehormatan, karena dengan
pernikahan inilah seseorang bisa terjaga dirinya dari apa yang diharamkan
Allah SWT. Oleh sebab itulah Rasulullah SAW, mendorong untuk
mempercepat nikah, mempermudah jalannya dan memberantas kendalakendalanya. Pernikahan penting dalam kehidupan manusia, karena dari
pernikahan seseorang akan memasuki dunia baru. Dari pernikahan
terbentuknya sebuah unit terkecil dari keluarga dalam masyarakat yang
bernegara yang memiliki sifat dan kepribadian yang religius dan
3

Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia (Jakarta: UI Press, 1996), 48.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

kekeluargaan, demi untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga
perkawinana hanya boleh dilakuakan calon mempelai yang telah mencapai
umur yang ditetapkan dalam KHI Pasal 15 dan Undang-Undang No 1 tahun
1974 Pasal 6 ayat (2) “mengharuskan bagi seseorang yang belum mencapai
umur 21 tahun harus mendapat izin dari orang tua”, dan pada Pasal 7 ayat (1)
menyebutkan bahwa yang perlu mendapat izin orang tua untuk
melangsungkan perkawinan ialah pihak pria yang telah mencapai umur 19
tahun dan wanita yang telah mencapai umur 16 tahun.4
Dalam hal adanya penyimpangan batas umur minimal sebagaimana
yang dimaksud Pasal 7 ayat (1) maka dapat meminta dispensasi kepada
pengadilan sedangkan ketentuan yang mengatur tentang pemberian
dispensasi terhadap perkawinan bagi anak yang belum mencapai umur
tertuang dalam Peraturan Mentri Agama No. 3 tahun 1975 Pasal 13 tentang
Kewajiban-kewajiban Pegawai Nikah dan Tata Kerja Pengadilan dalam
Melaksanakan Peraturan Perundang-undangan Perkawinan bagi yang
Beragama Islam .5
Disini

pokok

permasalahanya

yakni

apabila

pernikahan

itu

dilangsungkan mungkin secara agama sah, tetapi secara hukum yang
diterapkan mengenai batas usia itu sendiri dilanggarnya maka bagimana
kelanjutanya, terkadang yang terjadi di lapangan karena telah melanggar
atau melampaui batas maka akan dipersidangkan untuk meminta dispensasi

4

Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, Suatu Analisis dari Undang-Undang Nomor 1
tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 17.
5
Sudarsono, Hukum Kekeluargaan Nasional (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), 36.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

nikah agar pernikahannya di catat di KUA (Kantor Urusan Agama) dan
mendapat pengakuan dari negara, tetapi di sisi lain ada yang di nikahkan
secara sirrih saja, alhasil suatu saat apabila pihak wanita di rugikan oleh
pihak pria maka pihak perempuan tidak bisa menuntut secara hukum.
Terkadang ada saja pelanggaran-pelanggaran dilakukan semisal kita jumpai
perkawinan itu tetap di catat di KUA walaupun tidak sesuai dengan aturan
yang berlaku dengan alasan kemaslahatan, yang mana para pelakunya
mengubah tahun kelahirannya yang berbeda dengan akte kelahirannya.
Masalah pernikahan dini selalu menjadi bahan perbincangan yang
menarik untuk diperbincangkan dan diperdebatkan, karena menimbulkan pro
kontra dari berbagai pihak. Berbagai tanggapan tentang menikah di usia dini
bermunculan, ada yang menanggapi dengan positif, namun tak jarang pula
ada yang memandang negatif. Fenomena pernikahan dini di usia dini
tidaklah jauh berbeda mengingat fakta perilaku seksual remaja melakukan
hubungan seks pranikah sering berujung pada pernikahan dini salah satunya
yang di akibatkan hamil sebelum nikah katakanlah zina dini. Kebanyakan
jalan keluar yang diambil oleh setiap orang tua yakni menyegerakan
perkawinan anaknya dengan orang yang menghamilinya, selain untuk
menutup aib dan menyelamatkan status anak pasca kelahiran juga untuk
menjaga dari fitnah. Tetapi mereka tidak melihat dampak yang telah mereka
perbuat fakta di lapangan tidak jarang kita temukan berbagai kasus
mengenai anak-anak kecil yang tidak terurus oleh orang tuanya dikarenakan
usia mereka belum matang untuk merawat anak dan tidak dapat membina

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

rumah tanggah mereka dengan baik, dan dari ketidak kecakapannya itu lah
terkadang berujung padapenceraian dan alhasil tingkat penceraian tinggi
disuatu daerah, wanitanya banyak yang memilih menjanda, anak tak terurus,
yang akhirnya menimbulkan gizi buruk, trauma, tabiat buruk seorang anak,
hingga kematian pada si anak.
Dalam pernikahan dini potensi konflik sangatlah tinggi karena
mereka belum matang untuk hidup mandiri dan menafkahi serta membinah
keluarga kecilnya, tidak jarang orangtua (wali dari si anak) mereka ikut
campur dalam kehidupan rumah tangga mereka. Pandangan ulama
terkemuka seperti Ibnu Syubromah agama melarang pernikahan dini
(pernikahan sebelum usia baligh), nilai esensial pernikahan adalah memenuhi
kebutuhan biologis dan melanggengkan keturunan. Kedua hal ini tidak
terdapat pada anak yang belum baligh karena anak yang belum baligh
mereka menekankan pada tujuan pokok pernikahan. Memahamai masalah
dari aspek historis, sosiologis dan kultural, Nabi Muhammad SAW menikahi
Siti Aisyah r.a saat itu ia berusia 6 tahun, Ibnu Syubromah menganggap hal
tersebut sebagai ketentuan khusus bagi Nabi Muhammad SAW yang tidak
bisa ditiru umatnya lainnya, sebaliknya mayoritas pakar Hukum Islam
melegalkan pemahaman ini dan ada pula yang mentelaah lagi masalah ini
tentang berapa umur sebenarnya Aisyah r.a saat menikah.6
Sejarah telah mencatat bahwa Aisyah r.a dinikahi baginda nabi dalam
usia mudah. Pernikahan dini merupakan hal yang lumrah dikalangan sahabat.
6

Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia (Jakarta: UI Press, 1996), 52.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Imam Jalaludin Suyuthi dalam kamus hadistnya “ada 3 perkara yang tidak
boleh di akhirkan yaitu shalat ketika datangnya waktunya, ketika ada
jenazah dan wanita yang tidak bersuami ketika (diajak menikah) orang yang
setara atau sekufuk.7
Pacaran era sekarang bisa dikatakan sudah melampaui batas dan
mengindahkan norma-norma agama, akibatnya sering terjadi tindakan
asusila di masyarakat. Fakta menunjukkan betapa moral bangsa sudah masuk
dalam taraf yang memprihatinkan dan pernikahan dini merupakan salah satu
upaya untuk meminimalisasikan tindakan-tindakan negatif tersebut dan
sekaligus menghindari agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang kian
menghawatirkan, disini banyak yang bertanya apakah hal tersebut sudah

mas{lah{a atau belum.
Dari kasus tersebut timbulah sebuah penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui Analisis Mas{lah{ah Mursalah terhadap Pandangan Tokoh
Nahdlatu Ulama Kab. Sidoarjo tentang Pernikahan Dini Akibat Hamil Pra
Nikah dan ingin mengetahui bagaimana dampak sosiologis pernikahan dini
akibat hamil pra nikah dan solusinya.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas, terdapat beberapa batasan
masalah dalam penelitian ini. Adapun masalah-masalah tersebut dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
7

Ibid., 53

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

1.

Faktor yang melatar belakangi adanya pernikahan dini.

2.

Pernikahan belum cukup umur.

3.

Pernikahan yang dilakukan secara sirrih namun dicatat di KUA.

4.

Pernikahan dipandang dari hakikatnya.

5.

Dampak positif dan negatif yang ditimbulkannya.

6.

Pendapat tokoh Nahdlatul Ulama Sidoarjo terhadap pernikah dini akibat
hamil pra nikah.

7.

Analisis mas{lah{a mursalah terhadap pandangan tokoh Nahdlatul Ulama
Sidoarjo tentang pernikahan dini akibat hamil pra nikah.
Agar pembahasan lebih terfokus, maka diperlukan batasan masalah

dalam penelitian ini. Penelitian yang dilakukan penulis ini terbatas pada:
1.

Pendapat tokoh Nahdlatul Ulama Kab. Sidoarjo terhadap pernikahan
dini akibat hamil pra nikah.

2.

Analisis mas{lah{ah mursalah terhadap pendapat tokoh Nahdalatul Ulama
Sidoarjo tentang pernikahan dini akibat hamil pra nikah.

C. Rumusan Masalah
1.

Bagaimana pendapat tokoh Nahdlatul Ulama Kab. Sidoarjo terhadap
pernikahan dini akibat hamil pra nikah ?

2.

Bagaimana analisis mas{lah{ah mursalah terhadap pandangan tokoh
Nahdlatul Ulama Kab. Sidoarjo tentang pernikahan dini akibat hamil pra
nikah ?

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka ini merupakan deskripsi singkat tentang kajian atau
penelitian yang sebelumnya belum pernah dilakukan diseputar masalah yang
akan diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini
tidak merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang
telah ada. Penelitian ini secara garis besar membahas tentang pernikahan

dini dan hamil pra nikah dengan mengangkat judul “Analisis Mas{lah{ah
Mursalah terhadap Beberapa Pandangan Tokoh Nahdlatul Ulama Kabupaten
Sidoarjo tentang Pernikahan Dini Akibat Hamil Pra Nikah.”
Walaupun ada kemiripan dalam penelitian yang saya lakukan seputar
pernikahan dini seperti halnya yang saya paparkan di bawah ini :
1.

Purwanti Yuanita Maharnani (NIM. B07205053), Dinamika Psikologi

Remaja Putri Yang Melakukan Pernikahan Dini Di Desa Dumajah
Tanah Merah Bangkalan Madura, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel
Surabaya, 2009).8 Dalam penelitian ini memaparkan adat yang
berkembang di pulau madura yang mana tidak asing lagi di pulau ini
setelah anak perempuan dan anak laki-laki suda dalam usia balig tak
jarang mereka sudah dijodohkan ataupun mereka memilih pasangan di
usia mudah, dari kenyataan ini menimbulkan dua masalah hukum.
Praktek pernikahan dini ini sudah lama terjadi dengan banyak pelaku.
Tidak di kota besar tidak di pedalaman. Sebabnya pun bervariasi, karena

8

Purwanti Yuanita Maharani, “Dinamika Psikologi Remaja Putri Yang Melakukan Pernikahan
Dini Di Desa Dumaja Tanah Merah Bangkalan Madura” (Skripsi--IAIN Sunan Ampel Surabaya,
2009).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

masalah ekonomi, rendahnya pendidikan, pemahaman budaya dan nilainilai agama tertentu dan lain-lain. Pada Penelitian ini subyek yang
digunakan menjadi sampel sebanyak 2 orang dengan sampling snowball

effect, yaitu pengambilan sampel yang bisa bertambah sesuai dengan
kebutuhan data yang dibutuhkan oleh peneliti hingga data sampai pada
kejenuhan yaitu ketika tidak ditemukan lagi data atau fakta yang unik.
Karakteristik subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Subjek
berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, Subjek merupakan pasangan
yang menikah pada usia dibawah 18 tahun dan atau yang telah menjalani
hubungan pernikahan minimal 3 bulan. Alasan pemilihan umur subjek
tersebut adalah, sangat muda sehingga mampu digali lebih dalam lagi
tentang tujuan dan orientasi ketika memutuskan untuk menikah, hasil
analis data menunjukan pengambilan keputusan menikah di usia dini
lebih didasari kepada aspek intuitif yaitu merasa telah mampu untuk
melangsungkan pernikahan atau hidup berumahtangga, selain itu
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan sekitar tempat tinggal subjek
yang membolehkan adanya pernikahan dini. Kesiapan menikah dilihat
dari secara usia dirasa sudah matang untuk melakukan pernikahan,
kemudian secara sosial ekonomi subjek yang diteliti berasal dari
ekonomi yang kurang sejahtera sehingga dengan menikah maka bisa
membantu beban perekonomian, selain itu faktor kepercayaan juga
menentekuan

keputusan

sesorang

untuk

menikah

dini.

Faktor

Pendukung: teman-teman pengajian, atasan tempat dia bekerja. Usia

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

dini untuk menikah memang sudah menjadi budaya hal ini seperti teori
yang diungkapkan oleh kesimpulan penelitian ini: (1) Pengambilan
keputusan dalam menikah diusia dini lebih ditekankan kepada aspek
intuitif sebagai dasar pengambilan keputusannya, didasarkan pada
kesiapan secara psikologis dari pelaku pernikahan dini dan juga latar
belakang sosial budaya masyarakat setempat (2) Faktor yang paling
dominan mempengaruhi pengambilan keputusan menikah dini adalah
faktor lingkungan yaitu budaya dan adat istiadat setempat serta group
atau komunitas orang–orang sekitar pelaku, faktor tuntutan tugas atau
pribadi untuk membantu perekonomian keluarga juga menjadi faktor
yang turut mendukung, Selain itu ditemukan pula faktor kekuatan
kepercayaan mereka bahwa nikah secepatnya cepat pula rezeqi itu
datang kepadanya.
2.

Muwahid (NIM. C01205123), Analisa Hukum Islam Dan Undang-

Undangan No. 13 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Terhadap
Penetapan Dispensasi Nikah Usia Dini di PA. Jombang Nomor:
24/Pdt.P/2008PA.Jbg, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2010).9
Hasil penelitian ini berdasarkan keputusan pengadilan Nomor:
24/Pdt.P/2008PA.Jbg, hakim telah mengabulkan permohonan dispensasi
nikah dibawah umur. Timbul permasalahan apakah dispensasi nikah
terhadap anak di bawah umur pada kasus penetapan tersebut merupakan

9

Muwahid, “Analisa Hukum Islam Dan Undang-Undangan No. 13 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak Terhadap Penetapan Dispensasi Nikah Usia Dini di PA. Jombang Nomor:
24/Pdt.P/2008PA.Jbg” (Skripsi-- IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2010).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

suatu bentuk perlindungan anak atau bukan?... Padahal Perlindungan
Anak menegaskan bahwa orang tua memiliki kewajiban untuk mencegah
terjadinya perkawinan anaknya yang masih di bawah umur. Data hasil
penelitian menunjukkan bahwa dispensasi nikah terhadap anak di bawah
umur pada Kasus Penetapan Nomor: 24/Pdt.P/2008PA.Jbg merupakan
suatau bentuk perlindungan anak dan terhadap anak yang akan
dilahirkan. Hakim yang mengabulkan permohonan dispensasi nikah pada
kasus tersebut sudah tepat karena telah berpendoman pada UndangUndang Perkawinan yang membolehkan seseorang anak di bawah umur
dapat

melangsungkan

perkawinan,

dengan

mempertimbangkan

kepentingan terbaik bagi anak. Dispensasi sendiri merupakan bentuk
tanggung jawab orang tua terhadap anak yang telah mengalami
“kecelakaan”. Perlu adanya sinkronisasi antara Undang-Undang
Perkawinan dan Undang-Undang Perlindungan Anak mengenai usia
anak dalam perkawinan.
3.

Mulyawati (NIM. C01399215), Studi Kasus Dikabulkan Dan Ditolaknya

Dispensasi Kawin Di Bawah Umur Di Pengadilan Agama Sidoarjo,
(Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2003).10
Dari penelitian di atas menunjukkan bahwa ada persamaan penelitian
dengan penelitian yang akan dikaji yaitu dari segi pernikahan dini, tetapi
yang dimaksud pernikahan dini oleh peneliti selanjutnya disini merupakan
akibat dari pada hubungan di luar nikah yang menyebabkan para remaja
10

Mulyawati, “Studi Kasus Dikabulkan Dan Ditolaknya Dispensasi Kawin Di Bawah Umur Di
Pengadilan Agama Sidoarjo” (Skripsi--IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2003).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

menikah diusia dini akibat hubungan di luar nikah. Sedangkan sisi perbedaan
penelitiannya terletak pada sebab hamil pra nikah, serta ragam pandangan
ulama NU dalam menyikapinya.

E. Tujuan Penelitian
Sebagaimana yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah tadi,
maka penelitan ini bertujuan sebagai berikut:
1.

Untuk mengetahui pendapat tokoh Nahdlatul Ulama kabupaten Sidoarjo
terhadap pernikahan dini akibat hamil pra nikah.

2.

Untuk mengetahui analisa mas{lah{a mursalah terhadap pandangan tokoh
Nahdlatul Ulama kabupaten Sidoarjo terhadap pernikahan dini akibat
hamil pra nikah.

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Adapun manfaat atau kegunaan hasil penelitian yakni:
1. Secara Teoritis
Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan dapat dijadikan sebagai bahan bagi peneliti selanjutnya
yang mengkaji hukum keluarga Islam serta bermanfaat bagi mahsiswa/i
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, khususnya Fakultas
Syari’ah Program Studi Akhwal Al-Syakhshiyyah dalam hal yang
berkaitan dengan masalah terkait.
2. Secara Praktis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

a.

Bagi Penulis
Sebagai tugas akhir penulis atau untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana, strata satu (S1) pada prodi Ahwal AlSyakhshiyyah. Selain itu diharapkan dapat meningkatkan penalaran,
keluasaan wawasan serta kemampuan pemahaman penulis tentang
hukum pernikahan dini akibat hamil pranikah. Sekaligus sebagai
bahan

pembelajaran

bagi

peneliti

untuk

mengembangkan

pengetahuan penulis dengan landasan dan kerangka teoritis yang
ilmiah atau pengintegrasian ilmu pengetahuan dengan praktek serta
melatih diri dalam research ilmiah.
b.

Bagi Masyarakat
Dengan hasil penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan
masukan moral kepada masyarakat luas terutama kepada pemuda/i
islam hendaknya menjaga harga diri mereka, serta menjauhi
pergaulan yang menjurus kepada berbuat zinah karena hal tersebut
dilarang dalam agama, dan sebagai bahan pertimbanagan dalam
memutuskan sebuah kemaslahatan bersama.

G. Definisi Operasional
Untuk memperjelas tentang judul skripsi agar tidak terjadi kesalahan
penafsiran maka penulis perlu untuk mendefinisikan beberapa kata tersebut
yakni:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

Mas{laha{h Mursalah

: Metode ijtihad dalam rangka mengali hukum
(istinbath) islam, namun tidak berdasarkan nash
tertentu, namun berdasarkan kepada pendekatan
maksud diturunkannya hukum syara’ (maqashid as

syari’ah).11 Secara etimologi berarti manfaat,
faedah, bagus, baik, kebaikan,12 sedangkan menurut
istilah ulama ushul adalah kemaslahatan yang oleh

sha>ri’

tidak

dibuatkan

hukum

untuk

mewujudkannya, tidak ada dalil shara’ yang
menunjukkan dianggap atau tidaknya kemaslahatan
itu.13
Pernikahan Dini

: Sebuah ikatan pernikahan yang salah satu atau
kedua pasangan berusia di bawah 18 tahun atau
sedang mengikuti pendidikan di sekolah menengah
atas.14

Tokoh Nadlatul Ulama : Orang yang terkemuka atau kenamaan15 dalam hal
ini tokoh yang dimaksut adalah ulama atau kiyai
NU yang berada di Kabupaten Sidoarjo.

11

Narun Haroen, Ushul Fiqih I, cet. I (Jakarta: Logos, 1996), 114.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1996), 214.
13
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqhih, cet I (Jakarta: Pustaka Amani, 2013), 110.
14
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1996), 302.
15
Departement Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1996), 394.
12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

H. Metodologi Penelitian
Dalam suatu penelitian ilmiah memerlukan metodologi penelitian
untuk menemukan hasil penelitian. Metodologi secara umum memiliki arti
tata cara yang menentukan proses penelusuran apa yang akan digunakan.
Menurut Bogdan ”metodologi berarti proses, prinsip-prinsip dan prosedur
yang kita pakai dalam mendekati persoalan-persoalan dan usaha mencari
jawabannya.”16 Metodologi merupakan ilmu-ilmu yang digunakan untuk
memperoleh kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu
dalam menemukan kebenaran. Sedangkan penelitian secara sederhana ialah
mengetahui sesuatu yang dilakukan melalui cara tertentu dengan prosedur
yang sistematis. Penelitian merupakan suatu kegiatan penyelidikan mulai
dari mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data secara
hati-hati, teratur dan sistematis untuk memecahkan suatu masalah atau
menguji kesimpulan sementara.17 Dari uraian di atas, pada dasarnya dapat
disimpulkan metodologi penelitian merupakan cara ilmiah yang sistematis
untuk mencari kebenaran dan mendapatkan data dengan tujuan serta
kegunaan tertentu.
1.

Jenis Penelitian
Dalam

Penelitian

ini

menggunakan

pendekatan

penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang diarahkan
pada latar belakang dan individu secara holistik. Penelitian kualitatif

16
17

Taylor Bogdan, Kualitatif Dasar-Dasar Penelitian (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), 25.
Husaini Usman, Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2003), 42.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

digunakan untuk menggali atau menjelaskan makna dibalik realita yang
ada di dalam masyarakat secara mendalam. Menurut Bodgan bahwa
“Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati”. H.B Sutopo, mengatakan “Penelitian kualitatif
menekankan pada makna, lebih memfokuskan pada data kualitas dengan
analisis kualitatifnya”.18 Jadi penelitian kualitatif adalah menekankan
pada makna dari obyek penelitian yang diamati dengan mendeskripsikan
data dan lebih terfokus pada kualitas data. Sesuai dengan karakteristik
data yang bersifat kualitatif maka penelitian menggunakan metode
kualitatif deskriptif. Pengambilan data menggunakan metode observasi,
wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh dideskripsikan atau
diuraikan kemudian dianalisis. Dapat dikatakan bahwa, penelitian
deskriptif adalah penelitian yang memberikan gambaran dari suatu
keadaan pada subjek yang diamati pada saat tertentu. Sedangkan
penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati. Tujuan dari penelitian kualitatif deskriptif ialah untuk
melukiskan keadaaan sesuatu atau yang sedang terjadi pada saat
penelitian berlangsung.
Lokasi yang dijadikana sebagai objek penelitian yakni di dalam
lingkup kabupaten Sidoarjo tentang adanya pernikahan dini akibat hamil
18

Taylor Bogdan, Kualitatif Dasar-Dasar Penelitian (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), 24.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

pra nikah serta pendapat beberapa tokoh Nahdlatul Ulama yang ada di
dalamnya.
2.

Data
Data yang didapat dari lapangan berupa pendapat, konsep,
tanggapan yang berhubungan dengan “Pandangan Tokoh Nahdlatul
Ulama Kab. Sidoarjo Terhadap Pernikahan Dini Akibat Hamil Pra
Nikah”. Penelitian sesuai dengan keadaan di lapangan sehingga bersifat
terbuka. Peneliti melakukan penelitian langsung di lapangan mencari
informan untuk mendeskripsikan apa yang didapatkan dari lapangan.
Sesuai dengan masalah penelitian yang telah dirumuskan, maka
data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, antara lain:
a.

Data primer, berupa alasan pernikahan dini dilakukan karena sebab
hamil pra nikah di Kabupaten Sidoarjo

b.
3.

Data sekunder, berupa buku-buku, dan Undang-Undang.

Sumber Data
Sumber Data merupakan segala sesuatu yang digunakan sebagai
data dalam suatu penelitian. Sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain.19 Sumber data yang diambil dalam
penelitian lapangan ini, terbagi menjadi dua, sebagaimana berikut
a. Sumber Data Primer
Informan (narasumber)

19

Taylor Bogdan, Kualitatif Dasar-Dasar Penelitian (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), 39.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Dalam penelitian kualitatif Informan memiliki kedudukan
yang penting untuk digali informasinya. Menurut. Sutopo, H. B
dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia (narasumber)
sangat

penting

informasinya.

perannya

Informan

sebagai

bukan

individu

hanya

yang

sekedar

memiliki

memberikan

tanggapan tetapi lebih pada memilih arah dan selera dalam
memberikan informasi yang dimiliki.20 Informan dalam penelitian
ini adalah tokoh/ ulama NU Kab. Sidoarjo, pendapat tokoh ulama
NU di Kabupaten Sidoarjo, seperti KH. A. Firdaus (PP. Roudhlotul
Ulum), KH. Agus Samsyudin (Musytasar PC NU Sidoarjo), Gus
Mad (PP>. Millinium), KH. Abdul Muntholib, KH. Muhktarom (PP.
Al-Fatah), KH. Fadli (PP. Al-Azhar), Drs. KH. Wahid Hasan (PP.
Roudlotul Ulum).
b. Sumber Data Sekunder
Dokumen
Dokumen dan Arsip merupakan sumber data yang sama
pentingnya dengan sumber data lain dalam penelitian kualitatif.
Dalam penelitian ini dokumen yang dapat digunakan adalah
penelitian-penelitian yang serupa yang telah dilakukan di tempat
yang berbeda dan atau informasi dari internet. Selain itu juga
beragam foto dan catatan lapangan mengenai pandangan Tokoh NU
Kab. Sidoarjo terhadap pernikahan dini akibat hamil pranikah.
20

Sutopo H.B, Metodologi Penelitian Kualitatif (Surakarta: Prenada, 2002), 111.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Kepustakaan dilakukan dibeberapa tempat, yaitu perpustakaan UIN
Sunan Ampel Surabaya dan perpustakaan yang mendukung lainnya
yang mempunyai referensi yang berkaitan dengan pernikahan dini
akibat hamil pranikah, diantaranya: UU No.1 tahun 1974 Tentang
Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam, Fiqih Sunnah (Sayyid Sabiq),
Fiqih Munakahat (Abd. Rahman Ghazali), Muqarana Mazaib Fil
Ushul (Ramli SA), Hukum Perkawinan Islam (Moh. Idris Ramulyo),
Al-Fiqh Al-Islami wa Adillah (Wahbah al-Zuhaili), Al-Ahwal AlSyakhshiyyah (Muhammad Abu Zahra), Ushul Fiqh (Abdul Wahab
Khalaf) dan lain sebagainya.
4.

Strategi Penelitian
Berdasarkan bentuk penelitian kualitatif, maka startegi yang
digunakan dalam penelitian adalah strategi studi kasus. Strategi studi
kasus merupakan strategi penelitian pada kasus tertentu untuk
mempelajari, menerangkan atau memahami suatu kasus tanpa ada
paksaan. Secara umum studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok
bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan ”how” atau
”why”. Studi kasus digunakan karena untuk memperoleh kebenaran
dalam penelitian yaitu tentang kasus dalam pernikahan dini akibat hamil
pranikah. Data dari lapangan disusun ke dalam teks yang menekankan
pada masalah proses dan makna.21

21

Ibid., 116

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Studi kasus dalam penelitian ini dikhususkan menjadi studi kasus
tunggal terpancang. Menurut Sutopo, H. B, “Studi kasus tunggal adalah
penelitian hanya dilakukan pada satu sasaran (satu lokasi atau satu
subyek).” Jumlah sasaran (lokasi studi) tidak menentukan penelitian
berupa studi kasus tunggal ataupun ganda, walaupun penelitian
dilakukan dibeberapa lokasi (beberapa kelompok atau sejumlah pribadi),
bila sasaran studi memiliki karakteristik sama atau seragam maka
penelitian tersebut tetap merupakan studi kasus tunggal.22 Dikatakan
terpancang karena dalam penelitian ini sasaran dan tujuan serta masalah
yang disebut ditetapkan sebelum terjun ke lapangan. Tunggal, karena
obyek penelitian hanya terfokus pada Pandangan Tokoh NU Kab.
Sidoarjo Terhadap Pernikahan Dini Akibat Hamil Pra Nikah.
5.

Teknik Pengumpulan Data
Sumber Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah informan,
dokumentasi dan studi pustaka. Untuk mendapat data dan informasi
yang lengkap sesuai dengan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini
menggunakan berbagai cara untuk mengumpulkan data, yaitu:
wawancara dan dokumentasi.
a.

Wawancara
Wawancara adalah merupakan suatu teknik untuk mendekati
sumber informasi dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan
dengan sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian.

22

Sutopo H.B, Metodologi Penelitian Kualitatif (Surakarta: Prenada, 2002), 112.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.23
Menurut H.B. Sutopo “Ada dua jenis teknik wawancara,
yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur yang
disebut wawancara mendalam (in depth interviewing).” Wawancara
terstruktur merupakan jenis wawancara yang sering disebut sebagai
wawancara terfokus. Dalam wawancara terstruktur, masalah
ditentukan oleh peneliti sebelum wawancara dilakukan. Sedangkan
wawancara tidak terstruktur atau mendalam dilakukan dengan
pertanyaan yang bersifat “open ended” dan mengarah pada
kedalaman informasi, Teknik wawancara dalam penelitian ini
adalah wawancara tidak terstruktur dan mendalam yang bersifat

open-ended. Wawancara dilakukan dengan face to face, bebas,
suasana informal dan pertanyaan tidak terstruktur namun tetap
mengarah pada masalah penelitian.24
b.

Dokumentasi
Dokumen tertulis dan arsip memiliki posisi penting dalam
penelitian kualitatif terutama bila kajian penelitian mengarah pada
latar belakang atau peristiwa masa lampau yang berkaitan dengan
masa kini yang sedang diteliti. Menurut Sutopo, H. B “Dokumen

23
24

Ibid., 79.
Sutopo H.B, Metodologi Penelitian Kualitatif (Surakarta: Prenada, 2002), 114.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

dan arsip merupakan bahan tertulis yang berkaitan dengan suatu
peristiwa atau aktivitas tertentu.”25Dokumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rekaman wawancara dan hasil foto dan
dokumen lainnya jikalau ada.
6.

Teknik Analisis Data
Analisis Data merupakan hal yang penting dalam penelitian,
karena sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil penelitian. “Analisis
data kualitaif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mentesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan
apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.” Analisis alur kegiatan
yang terjadi secara bersamaan yaitu: (1) reduksi data, (2) sajian data,
dan (3) penarikan kesimpulan serta verifikasi.” Yakni sebagai berikut :26
a.

Reduksi Data
Reduksi Data merupakan proses seleksi, pemfokusan,
penyederhanaan dan abstraksi data dari fieldnote (catatan
lapangan). Proses ini berlangsung terus sepanjang penelitian sampai
laporan akhir untuk mempertegas, mempermudah, membuang hal
yang tidak penting, serta mengatur data sehingga kesimpulan akhir
dapat dilakukan.

b.
25
26

Penyajian Data

Ibid., 54.
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Penyajian Data adalah suatu rakitan organisasi informasi
yang memungkinkan kesimpulan peneliti dapat dilakukan dengan
melihat penyajian data. dapat dipahami berbagai hal yang terjadi
dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis
ataupun tindakan lain berdasarkan pemahaman penyajian data.
c.

Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan Kesimpulan merupakan kesimpulan dari apa yang
telah diteliti dari awal hingga akhir. Penarikan kesimpulan hanyalah
merupakan sebagian dari satu kegiatan dari kofigurasi yang utuh.
Kesimpulan akhir ditentukan sampai proses pengumpulan data
berakhir. Dalam melakukan penarikan kesimpulan peneliti bersikap
terbuka artinya apabila pada akhir penelitian menemukan data yang
kurang akurat, peneliti tidak segan-segan untuk mengadakan
penyimpulan ulang.27

I.

Sitematika Pembahasan
Untuk mempermuda penulisan, maka dalam skripsi ini dibagi dalam
beberapa bab dan tiap-tiap bab dibagi dalam beberapa sub bab, sehingga
mudah dipahami oleh para pembaca. Dalam pembahasan ini penulis akan
menggunakan sistem pembahasan sebagai berikut:
Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan yang memberi gambaran
secara umum berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi dan batasan

27

Ibid., 54-69.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, definisi

operasional,

metode penelitian dan sistematika

pembahasan.
Bab Kedua, merupakan bab yang membahas tentang kerangka teoritis
atau kerangka konseptual memuat penjelasan makna perkawinan dalam
hukum islam dan teori mas{lah{ah mursala yang di dalamnya terdapat
pengertian, pentingnya perkawinan, syarat-syarat, rukun, hukum nikah,
hikmah nikah, probelmatika perkawinan, teori mas}lah}a dan lain sebagainya.
Bahasannya ditekankan pada penjabaran disiplin keilmuan tertentu sesuai
dengan bidang penelitian yang akan dilakukan dan sedapat mungkin
mencakup

seluruh

perkembangan

teori

keilmuan

tersebut

sampai

perkembangan terbaru.
Bab Ketiga, merupakan bab yang membahas data penelitian, meliputi
deskripsi data secara nyata sesuai dengan kondisi yang didapatkan dari hasil
penelitian dari berbagai ragam pandangan tokoh NU Kab.Sidoarjo serta
kesimpulan pendapat terbanyak.
Bab Keempat, merupakan bab yang membahasan tentang analisis
data penelitian yang telah dideskripsikan guna menjawab masalah penelitian.
Yang berisikan tentang temuan-temuan yang dihasilkan dari penelitian, dan
pada bab ini juga dijelaskan mengenai konfrimasi temuan dengan teori yang
digunakan.
Bab Kelima, merupakan bab terahir atau penutup yang berisi tentang
kesimpulan yang menjawab semua rumusan masalah dan saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
PERNIKAHAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF SERTA
TEORI MAS{LAH{AH MURSALAH

A. Pernikahan dalam Islam
1. Pengertian Pernikahan
Dalam bahasa Indonesia, pernikahan atau perkawinan berasal dari kata
“kawin” yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan
jenis (melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh).1 Perkawinan juga
disebut juga “pernikahan”, berasal dari kata nikah )‫ (نكاح‬yang menurut
bahasa artinya mengumpulkan, saling memasuk-kan, dan digunakan untuk
arti bersetubuh (wat{hi). Kata “nikah” sendiri sering dipergunakan untuk
arti persetubuhan (coitus), juga untuk arti akad nikah. Beralih dari makna
etimologi inilah para ulama fikih mendefinisikan perkawinan dalam
konteks hubungan biologis.2
Menurut istilah hukum Islam, terdapat beberapa definisi, diantaranya
adalah:

‫الزواج شرعا و عقد وضعه الشارع ليفيد ملك استمتاع الرجل بالمراة وحل استمتاع‬
‫بالرجل‬

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1996), 291.
2
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat (Jakarta: Kencana, 2006), 7-8.

25
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

“Perkawianan menurut syara’ yaitu akad yang ditetapkan syara’
untuk membolehkan bersenang-senang antara laki-laki dengan
perempuan dan menghalalkan bersenang-senangnya perempuan
dengan laki-laki.”3
Definisi lain yang diberikan oleh beberapa mazhab terkemuka yakni:
Menurut Hanafiah, “nikah adalah akad yang memberi faedah untuk
melaksanakan atau melakukan mut’ah secara sengaja,” artinya kehalalan
seseorang laki-laki untuk beristimta’ dengan seorang wanita selama tidak
ada faktor yang menghalangi sahnya pernikahan tersebut secara syar’i.
Menurut Hanabila, “nikah adalah akad yang menggunakan lafad

inkah yang bermakna tazwij dengan maksud mengambil manfaat untuk
bersenang-senang.”
Menurut golongan ulama Syafi’iyah, “nikah adalah akad yang
dengannya menjadi halal hubungan seksual antara pria dengan wanita.”4
Dikalangan ulama Syafi’iyah rumusan yang biasa dipakai adalah:

‫عقد ي تضمن اباحة الوطء بلفظ ال كاح او الزواج‬
“Akad atau perjanjian yang mengandung maksud membolehkan
hubungan kelamin dengan menggunakan lafad na-ka-ha atau za-wa-

ja.” (al-Mahally: 206)
Ulama golongan Syafi’iyah ini memberikan definisi sebagaimana
disebutkan di atas melihat kepada hakikat dari akad itu bila dihubungkan

3
4

Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillah, cet.9 (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), 29.
M. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) , 12.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

dengan kehidupan suami istri yang berlaku sesudahnya, yaitu boleh bergaul
sedangkan sebelum akad tersebut berlangsung di antara keduannya tidak
boleh bergaul.5
Muhammad Abu Zahrah di dalam kitabnya al-Ahwal al-Syakhsiyyah,
mendefinisikan nikah sebagai akad yang menimbulkan akibat hukum
berupa halalnya

melakukan persetubuhan

antara laki-laki

dengan

perempuan, saling tolong-menolong, serta menimbulkan hak dan kewajiban
di antara keduanya.6
Dengan redaksi yang berbeda, Imam Taqiyyudin di dalam Kifayat al-

Akhyar mendefinisikan nikah sebagai, ibarat tentang akad yang masyhur
yang terdiri dari rukun dan syarat, dan yang dimaksud dengan akad adalah

al-wat’ (bersetubuh).7
Definisi yang diberikan oleh ulama fiqih di atas bernuansa biologis.
Nikah dilihat hanya sebagai akad yang menyebabkan kehalalan melakukan
persetubuhan. Hal ini semakin tegas karena menurut al-Azhari makna asal
kata nikah bagi orang arab adalah al-wat’ (persetubuhan).
Pengertian para ahli fiqih tentang hal ini bermacam-macam, tetapi
satu hal mereka semuanya sependapat, bahwa perkawinan, nikah atau

zawaj adalah suatu akad atau perjanjian yang mengandung kehalalan
hubungan kelamin.

5

Amir Syaifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, antara Fiqh Munakahat dan UndangUndang Perkawinan (Jakarta: Kencana, 2007), 37.
6
Muhammad Abu Zahrah, Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah (Qohirah: Dar al-Fikr al-‘Arabi, 1957), 19.
7
Taqiyyudi Abu Bakr bin Muhammad Al-Husaini, Kifayatul Al-Akhyar, juz II (Beirut: Dar Al-

Kutub Al-Islamiyah, 2004), 35.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

2. Pentingnya Pernikahan
Pada dasarnya pernikahan itu diperintahkan oleh syara’, sebagaimana
ditegaskan dalam firman Allah SWT surat An-Nisa>’ : 3 yang berbunyi:8
 �