Analisis maslahah mursalah terhadap pelaksanaan tes kesehatan pra nikah bagi calon mempelai laki- laki di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto.

ANALISIS MAS}LAH}AH MU@RSALAH TERHADAP
PELAKSANAAN TES KESEHATAN PRA NIKAH BAGI CALON
MEMPELAI LAKI- LAKI DI KANTOR URUSAN AGAMA (KUA)
KECAMATAN JATIREJO KABUPATEN MOJOKERTO
SKRIPSI
Oleh:
Hana Ayu Aprilia
NIM. C01213036

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah Dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Keluarga
SURABAYA
2017

ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan yang bejudul ‚Analisis

Mas}lah}ah Mu@rsalah Terhadap Pelaksanaan Tes Kesehatan Pra Nikah Bagi Calon


Mempelai Laki-laki di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jatirejo
Kabupaten Mojokerto‛. Skripsi ini bertujuan untuk menjawab permasalahan
yang dituangkan dalam dua rumusan masalah yaitu: Bagaimana pelaksanaan tes
kesehatan pra nikah bagi calon mempelai laki-laki di Kantor Urusan Agama
(KUA) Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto? Dan Bagaimana analisis
mas}lah}ah mu@rsalah terhadap pelaksanaan tes kesehatan pra nikah bagi calon
mempelai laki-laki di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jatirejo
Kabupaten Mojokerto?
Untuk mempermudah penelitian ini, maka data-data yang diambil antara
lain menggunakan teknik pengumpulan data melalui hasil wawancara dari calon
pengantin, Kepala KUA, dan bidan setempat. Selain itu juga menggunakan cara
observasi, dokumentasi dan telaah pustaka yang kemudian diolah dengan cara
editing, organizing dan kemudian dianalisis menggunakan kaidah-kaidah dan
dalil-dalil yang berkaitan dengan teknik kualitatif deskriptif dengan pola pikir
induktif untuk memperjelas kesimpulannya.
Hasil penelitian menyimpulakan bahwa pemeriksaan tes kesehatan pra
nikah hanya dilakukan kepada calon mempelai laki-laki. Seharusnya
pemerikasaan tersebut dilakukan secara intens, nyatanya tidak pernah dilakukan.
Pihak Puskesmas hanya bertanya secara global mengenai riwayat penyakit calon
pengantin, tinggi badan dan berat badan calon pengantin. Hukum pelaksanaan tes

kesehatan pranikah dalam Islam adalah dibolehkan (mubah). Tes kesehatan
pranikah termasuk dalam kemaslahatan yang sifatnya h}a>jiyya>t. Hal ini
merupakan salah satu bentuk usaha untuk memudahkan dalam menjaga
keturunan (hifz} al-Nasl).
Sejalan dengan kesimpulan di atas, disarankan agar pemeriksaan
kesehatan pra nikah dilakukan oleh kedua calon pengantin. Mengingat begitu
banyaknya manfaat yang didapat dari pemeriksaan kesehatan tersebut, yang
salah satunya adalah mencegah penularan penyakit. Sesuai dengan ungkapan
‚mencegah lebih baik daripada mengobati‛. Hendaknya pemerintah juga
memberikan kemudahan kepada masyarakat dengan jalan meringankan biaya
pemeriksaan kesehatan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM .........................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................


ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................

iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ....................................................................

iv

ABSTRAK ....................................................................................................

v

KATA PENGANTAR ....................................................................................

vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................


viii

DAFTAR TABEL............................................................................................

x

DAFTAR BAGAN ..........................................................................................

xi

DAFTAR TRANSLITERASI ........................................................................

xii

BAB I

BAB II

: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................

1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ......................................

9

C. Rumusan Masalah ...............................................................

11

D. Kajian Pustaka ....................................................................

11

E. Tujuan Penelitian ................................................................

14


F. Kegunaan Hasil Penelitian .................................................

15

G. Definisi Operasional ...........................................................

15

H.

Metodelogi Penelitian .......................................................

16

I.

Sistematika Pembahasan ....................................................

20


: MASLAHAH MURSALAH DALAM PELAKSANAAN
HUKUM ISLAM
A. Pengertian Malahah Mursalah ............................................

22

B. Macam-macam Malahah Mursalah ....................................

37

C. Urgensi

Maslahah

Mursalah

Dalam

Pelaksanaan


Hukum Islam ........................................................................

43

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III : PELAKSANAAN TES KESEHATAN PRA NIKAH BAGI
CALON

MEMPELAI

LAKI-LAKI

URUSAN AGAMA (KUA)

DI

KANTOR

KECAMATAN JATIREJO


KABUPATEN MOJOKERTO
A. Profil Kantor Urusan Agama Jatirejo .................................

50

1. Struktur Organisasi dan Tugas KUA ............................

52

2. Visi Misi KUA ...............................................................

54

3. Sekilas Pernikahan di KUA Jatirejo ..............................

55

B. Profil Puskesmas Jatirejo ....................................................


55

1. Visi Misi Puskesmas Jatirejo .........................................

56

2. Tujuan Puskesmas Jatirejo ............................................

57

3. Sasaran Puskesmas Jatirejo ...........................................

57

4. Data-data UPT Puskesmas Jatirejo ...............................

58

C. Pelaksanaan


Tes

Kesehatan

Sebagai

Persyaratan

Pendafataran
Nikah di KUA Jatirejo .........................................................

58

1. Dasar Hukum Tes Kesehatan ........................................

58

2. Urgensi Tes Kesehatan Bagi Calon Mempelai LakiLaki ................................................................................

60

a. Kemaslahatan Tes Kesehatan ..................................

60

b. Dampak Tes Kesehatan ...........................................

62

D. Pelaksanaan Tes Kesehatan .................................................

64

BAB IV : ANALISIS MASLAHAH MURSALAH TERHADAP
PELAKSANAAN TES KESEHATAN PRA NIKAH BAGI
CALON

MEMPELAI

LAKI-LAKI

DI

KANTOR

URUSAN AGAMA (KUA) KECAMATAN JATIREJO
KABUPATEN MOJOKERTO
A. Analisis Pelaksanaan Tes Kesehatan Pra Nikah Bagi
Calon Mempelai Laki-laki di Kantor Urusan Agama
(KUA) Kecamatan Jatirejo Kabupeten Mojokerto .............

72

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Analisis Maslahah Mursalah Terhadap Pelaksanaan Tes
Kesehatan Pra Nikah Bagi Calon Mempelai Laki-laki di
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jatirejo
Kabupaten Mojokerto ..........................................................

BAB V

76

: PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................

82

B. Saran ...................................................................................

83

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR TABEL

3.1 Data Pernikahan di KUA Jatirejo ..............................................................

55

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Di antara sekian banyak masalah yang menyangkut hubungan antar
manusia, masalah yang menarik untuk di bahas salah satunya adalah masalah
perkawinan dengan segala persoalan yang berada di sekitarnya. Dalam
pandangan Islam, hal itu mendapatkan peranan yang sangat istimewa.1
Pernikahan bertujuan untuk membentuk suatu keluarga yang
harmonis, karena kelurga merupakan dasar pembentukan kelompok dalam
masyarakat hingga akhirnya membentuk suatu bangsa dan Negara dalam
lingkup yang lebih besar. Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum
berlaku pada semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan maupun
tumbuh-tumbuhan.2
Hal itu ditegaskan dalam Alquran bahwa Allah SWT telah
menciptakan segala sesuatu secara berpasang-pasangan, sebagaimana firmanNya dalam surat Yasin ayat 36:
            

1

Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 15.
Sa’id bin Abdullah bin Thalib Al-Hamdani, Risalah Nikah (Hukum Perkawinan Islam), (Jakarta:
Pustaka Amani, 2000), 1.

2

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Artinya: Maha Suci Allah yang telah menciptkan berpasang-pasangan
semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan di bumi dan dari diri
mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.3
Dalam firman Allah SWT juga surat Az-Zariyat ayat 49:
       
Artinya: Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan,
supaya kamu mengingatakan kebesaran Allah.4

Dalam penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa Allah SWT
dalam menurunkan syariat Islam dapat dipastikan adanya tujuan serta
hikmah yang terkandung di dalamnya. Begitu juga dengan perkawinan, Allah
SWT menyeru umatnya untuk hidup berumah tangga dengan menciptakan
istri bagi laki-laki supaya tentram, kemudia Allah SWT menumbuhkan di
antara mereka rasa saling cinta, kasih dan sayang.
Sesuai dengan landasan falsafah Pancasila, di mana sila yang pertama
ialah Ketuhanan Yang Maha Esa, maka perkawinan mempunyai hubungan
erat sekali dengan agama atau kerohanian sehingga perkawinan bukan saja
mempunyai peranan penting. Sebagaimana yang tercantum dalam UU
Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 pasal 1, yakni: ‚Perkawinan adalah ikatan
lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan

3
4

Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, (Surabaya: Surya Cipta Aksara, 1994), 710.
Ibid., 862.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.‛5
Perkawinan baru dinyatakan sah jika telah memenuhi rukun dan
syarat-syarat. Menurut Az-Zuhaili, syarat perkawinan dengan segala
perbedaan pendapat, ada 10 yaitu: (1) halal menikahi antara para calon, (2)
adanya s}i@ghah, (3) saksi, (4) adanya kerelaan dan kemauan sendiri, (5) jelas
pasangan yang akan melakukan perkawinan, (6) tidak sedang melakukan haji
atau umroh, baik salah satu pihak atau keduanya, (7) adanya sejumlah
pemberian dari calon suami kepada calon istri (mahar), (8) tidak
disembunyikan perkawinannya, (9) tidak ada penyakit yang membahayakan
antara kesuanya atau salah satunya, dan (10) adanya wali.6
Sedangkan rukun nikah menurut ulama Malikiah ada lima, yaitu: (1)
wali perempuan (2) maskawin (3) suami (4) istri dan (5) s}i@ghah akad.
Kebanyakan ulama Syafi’iah juga menyebutkan lima rukun tersebut, tetapi
dengan unsur tertentu yang berbeda dari mazhab Maliki. Kelima rukun nikah
tersebut menurut ulama Syafi’iah ialah: (1) suami (2) istri (3) wali (4) dua
orang saksi (5) s}i@ghah akad.7

5

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi
Hukum Islam, (Bandung: Citra Umbara, 2009), 2.
6
Khairuddin Nasution, Hukum Perkawinan 1, (Jogjakarta: Academia+Tazaffa, 2004), 34.
7
Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004), 96.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Masa depan kehidupan rumah tangga biasanya ditentukan sejak poin
permulaan (starting point). Kesuksesan atau kegagalan pernikahan pun
tergantung pada cara yang ditempuh dalam memilih pasangan hidupnya.8
Oleh karena itu, ketepatan dalam memilih pasangan hidup dengan melihat,
menyelidiki, dan mengenal kepribadian pasangan sangatlah perlu dilakukan
dan termasuk pijakan awal dalam mengarungi bahtera rumah tangga. salah
satu factor yang menjadi pertimbangan dalam memilih pasangan adalah
mengetahui riwayat kesehatan, dan kepribadiannya.
Hal ini juga terkait dengan mas}lah}ah mu@rsalah yang menurut bahasa
terdiri atas dua kata, yaitu mas}lah}ah dan mursalah. Perpaduan dua kata
menjadi ‚mas}lah}ah mu@rsalah‛ yang berarti prinsip kemaslahatan (kebaikan)
yang dipergunakan menetapkan suatu hukum islam, juga dapat berarti suatu
perbuatan yang mengandung nilai baik (manfaat). Secara etimologi, ahli
ushul fiqh mengatakan bahwa mas}lah}ah mu@rsalah ialah menetapkan suatu
hukum bagi masalah yang tidak ada nashnya dan tidak ada ijma@‘, berdasarkan
kermaslahatan murni atau masalah yang tidak dijelaskan syariat dan
dibatalkan syariat.9
Perlu diketahui bahwa dalam ajaran Islam itu sudah diatur secara
keseluruhan, namun tidak semuanya dibahas secara jelas. Sebagaimana
pendapat Raqith Hasan dalam bukunya Hidup Sehat Cara Islam, ‚menjaga
8
9

Muhammad Al-Jauhari dan Hakim Khayyal, Membangun Keluarga Qur’ani, 169.
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2011), 345.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

kesehatan jasmani dan rohani dari berbagai macam penyakit merupakan
bagian dari misi ajaran Islam‛.10
Di Indonesia, pemeriksaan kesehatan pra nikah diterapkan melalui
Imunisasi Tetanus Toksoid. Penerapannya dilaksanakan berdasarkan kepada
Intruksi Bersama Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan
Haji Departemen Agama dan Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan No
: 02 Tahun 1989 Tentang Imunisasi Tetanus Toksoid Calon Pengantin11 dan
sebagai dasar dari pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
dan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan UU No. 1
Tahun 1974, serta Intruksi Presiden RI No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi
Hukum Islam.
Setelah keluarnya Intruksi Bersama No. 02 Tahun 1989 tersebut,
setiap calon pasangan diwajibkan melampirkan bukti atau surat keterangan
sudah melakukan Imunisasi Tetanus Toksiod bersama persyaratan lain ke
Kantor Urusan Agama (KUA) dengan harapan setiap calon pasangan atau
bayi yang akan dilahirkannya kelak terbebas dari infeksi tetanus. Adapun
mengenai tetanus, yaitu penyakit yang disebabkan oleh bakteri clostridium

10

Hasan Raqith, Hidup Sehat Cara Islam, (Bandung: Jembar, 2007), 16.
Kementrian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Perkawinan, Edisi 2000,
(Bandung: PT. Syaamil Media Cipta, 2000), 89.

11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

tetani yang masuk melalui luka terbuka dan menghasilkan racun yang
kemudian menyerang sistem saraf pusat.12
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jatirejo Kabupaten
Mojokerto merupakan instansi terdepan Kementrian Agama dalam
melaksanakan tugas urusan agama Islam ditingkat kecamatan. Kegiatan
Kantor Urusan Agama tidak hanya tertumpu pada pencatatan nikah dan
rujuk, tetapi juga pembinaan kehidupan beragama, khususnya beragama
Islam baik secara vertical maupun sektoral dibawah pimpinan koordinasi
Camat atau Kepala wilayah bahkan sudah meluas menyangkut Haji.13
Pemeriksaan kesehatan pra nikah di Kantor Urusan Agama
Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto mewajibkan setiap calon pasangan
yang akan menikah melampirkan persyaratan bukti TTI sebagai persyaratan
yang memang harus dilampirkan bersama persyaratan administrasi yang lain
sekurang-kurangnya 10 hari sebelum pelaksanaan akad nikah dilakukan.
Selain kewajiban melampirkan bukti TTI tersebut, pihak Kantor
Urusan Agama Kecamatan Jatirejo tersebut juga memberikan anjuran untuk
melampirkan tes kesehatan fisik. Ini suatu langkah antisipasi yang diambil
Kantor Urusan Agama Kecamatan Jatirejo untuk menanggulangi banyaknya
penularan penyakit.14
12

Soemarno Markam, dkk, Kamus Kedokteran (Edisi Kelima), (Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2008),
156.
13
Data Kantor Urusan Agama Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto Tahun 2015-2016
14
Ibid.,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Pemeriksaan kesehatan pra nikah memang sangat dibutuhkan, karena
berkaitan dengan penyelidikan, pengamatan, dan pemeriksaan kondisi badan
seseorang, baik secara mental maupun medis yang berguna untuk
kelangsungan pernikahan. Apabila hanya melakukan Imunisasi Tetanus
Toksoid itu hanya berfungsi untuk memberikan kekebalan pada janin tidak
terhadap calon pasangan dan imunisasi hanya mencegah penyakit Tetanus
yang apabila menyerangnya tubuh sudah siap dan cukup kuat untuk
melawan.15
Masalah kesehatan merupakan hal penting agar tujuan dari
pernikahan untuk tercipta keluarga yang sehat dan mempunyai keturunan
yang sehat juga bisa terwujud, demikian dikatakan praktisi kesehatan Arlik
Septiningsih, Amd, Keb. Konsekuensi dari pernikahan juga dapat berakibat
penularan penyakit dari masing-masing individu. ‚Bukan saja penyakit
infeksi, tetapi juga penyakit non infeksi. Oleh karena itu masalah kesehatan
seputar pernikahan harus menjadi perhatian.‛ kata Arlik seorang bidan yang
berpraktik di Puskesmas Jatirejo.
‚Saya sebagai seorang bidan juga kadang kala sedih jika bertemu
dengan pasangan muda yang pada tahun-tahun pertama pernikahannya
ternyata suami atau istri mempunyai penyakit kronis seperti penderita HIV
AIDS atau hepatitis B kronis bahkan sampai sirosis hati yang tidak diketahui

15

Markum, AH, Imunisasi, (Jakarta: FKUI, 1987), 7.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

sebelum pernikahan terjadi,‛ untuk itu saya menyarankan bagi calon
pasangan pengantin untuk melakukan:
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap (DPL) meliputi pemeriksaan hemoglobin,
hematokrit, lekosit, trombosit, pemeriksaan morfologi eritrosit, laju endap darah
(LED), dan hitung jenis. Pemeriksaan ini harus dilakukan calon mempelai pria
dan wanita.

2. Pemeriksaan virus hepatitis B dengan pemeriksaan HbSAg dan virus
hepatitis C dengan pemeriksaan anti HCV.
3. Pemeriksaan

TORCH

(antigen

G

dari

Toxoplasma,

Rubella,

Cytomegalovirus) yang khusus untuk wanita. Identifikasi penyakit ini
penting agar setelah pernikahan cepat mendapatkan keturunan.
4. Pemeriksaan virus HIV dan Hepatitis C bagi para pengguna narkoba
khususnya jarum suntik.16
Namun, di Kecamatan Jatirejo ini pemeriksaan kesehatan lebih
diutamakan kepada calon mempelai laki-laki saja. Hal ini dikarenakan, lakilaki lebih berpotensi masuk kedalam dunia pergaulan bebas, dan hal-hal yang
semacamnya khususnya narkoba.
Tidak dipungkiri jika perempuan juga melakukan hal yang sama,
namun pihak KUA dan Puskesmas menyepakati bahwa pemeriksaan
kesehatan lebih diprioritaskan kepada calon mempelai laki-laki.

16

Arlik Septingingsih, Wawancara, Puskesmas Jatirejo Kabupaten Mojokerto, 21 Desember 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Alasan lainnya juga dikarenakan, pemeriksaan kesehatan lebih
ditujukan kepada orang yang diluar domisili Kecamatan Jatirejo. Apabila
calon pengantin laki-laki berasal dari satu Kecamatan, akan ditanya langsung
rekam medisnya.17

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditulis identifikasi
masalah sebagai berikut:
a. Sosialisasi pentingnya tes kesehatan pra nikah bagi calon mempelai
laki-laki.
b. Dampak tes kesehatan pra nikah bagi calon mempelai laki-laki.
c. Pelaksanaan tes kesehatan pra nikah bagi calon mempelai laki-laki di
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jatirejo Kabupaten
Mojokerto.
d. Pengaruh pelaksanaan tes kesehatan pra nikah bagi calon mempelai
laki-laki di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jatirejo
Kabupaten Mojokerto.

17

Ibid.,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

2. Batasan Masalah
Dengan adanya suatu permasalahan di atas, maka untuk
memberikan arah yang jelas dalam penelitian ini penulis membatasi pada
masalah-masalah berikut ini:
a. Pelaksanaan tes kesehatan pra nikah bagi calon mempelai laki-laki di
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jatirejo Kabupaten
Mojokerto.
b. Analisis mas}lah}ah mu@rsalah terhadap pelaksanaan tes kesehatan pra
nikah bagi calon mempelai laki-laki di Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang yang ada di atas dapat ditarik sebuah
rumusan masalah, yaitu:
1. Bagaimana pelaksanaan tes kesehatan pra nikah bagi calon mempelai
laki-laki di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jatirejo Kabupaten
Mojokerto?
2. Bagaimana analisis mas}lah}ah mu@rsalah terhadap pelaksanaan tes
kesehatan pra nikah bagi calon mempelai laki-laki di Kantor Urusan
Agama (KUA) Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto?

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian
yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga
terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan
pengulangan atau duplikasi dari kajian/penelitian yang telah ada.18
Sejauh penelitian penulis terhadap karya-karya ilmiah berupa buku
maupun laporan penelitian, pembahasan tentang tes kesehatan pra nikah bagi
calon mempelai laki-laki, antara lain:
1. ‚Studi Terhadap Intruksi Bersama Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Urusan Haji Departemen Agama dan Direktur
Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman Departemen Kesehatan No. 02 Tahun 1989 Tentang
Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Calon Pengantin‛19 oleh M. Hamam Al
Mahmud tahun 2014 yang menjelaskan tentang diperbolehkannya tes
kesehatan pra nikah. Hal ini sejalan dengan analisis hukum islam yang
digunakan yaitu Mas}lah}ah mu@rsalah. Dari analisis hukum yang terdapat
dalam skripsi ini semua factor sudah terpenuhi, namun hanya sebatas
anjuran.
18

Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Hukum, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, (Surabaya, 2016).
M. Hamam Al Mahmud, ‚Studi Terhadap Intruksi Bersama Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Urusan Haji Departemen Agama dan Direktur Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan No. 02 Tahun
1989 Tentang Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Calon Pengantin‛ (Skripsi—UIN Sunan Ampel,
Surabaya,2014)

19

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

2. ‚Studi Hukum Islam Tentang Imunisasi TT (Tetanus Toksoid) sebagai
salah satu persyaratan administrasi nikah bagi calon pengantin (Studi
Kasus di KUA Kabupaten Nganjuk)‛20 oleh Siti Nur Hidayatus Shalikhah
tahun 2014 yang menjelaskan tentang pelaksanaan Imunisasi TT yang
berawal dari adanya intruksi oleh pemerintah mengenai pentingnya
imunisasi TT. Namun, di Kantor Urusan Agama tersebut imunisasi TT
sebagai salah satu syarat administrasi nikah masih belum berjalan
maksimal. Hal ini dikarenakan rendahnya kesadaran dan tanggungjawab
dari instansi dan masyarakat.
3. ‚Analisis al-Maslahah al-Mursalah

terhadap tes kesehatan pra nikah

sebagai syarat administrasi dalam upaya pembentukan keluarga sakinah
di KUA Magersari Kota Mojokerto‛21 oleh Khabibatur Rahman tahun
2016 yang menjelaskan tentang pelaksanaan tes kesehatan pra nikah bagi
kedua calon pengantin sebagai syarat administrasi di KUA. Pelaksanaan
tes kesehatan berjalan tertib, dikarenakan pihak KUA akan menindak
tegas apabila salah satu persyaratan administrasi belum dilengkapi.

20

Siti Nur Hidayatus Shalikhah, ‚Studi Hukum Islam Tentang Imunisasi TT (Tetanus Toksoid)
sebagai salah satu persyaratan administrasi nikah bagi calon pengantin (Studi Kasus di KUA
Kabupaten Nganjuk)‛ (Skripsi—UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2014)
21

Khabibatur Rahman, ‚Analisis al-Maslahah al-Mursalah TerhadapTes Kesehatan Pra Nikah
Sebagai Syarat Administrasi dalam Upaya Pembentukan Keluarga Sakinah di KUA Magersari Kota
Mojokerto‛ (Skripsi—UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2016)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada skripsi
yang pertama membahas tentang Undang-Undang Imunisasi Tetanus
Toksoid yang menjadi acuan dalam melakukan tes kesehatan pra nikah.
Dan menurut hukum Islam hal tersebut diperbolehkan.
Skripsi kedua membahas tentang pelaksanaan Imunisasi Tetanus
Toksoid sebagai salah satu syarat administrasi nikah di Kantor Urusan
Agama Kabupaten Nganjuk. Dalam skripsi ini menjelaskan bagaimana
pelaksanaan Imunisasi Tetanus Toksoid di Kantor Urusan Agama
dilakukan.
Skripsi ketiga membahas tentang pelaksanaan tes kesehatan pra
niah sebagai syarat administrasi dalam membentuk keluarga sakinah di
KUA Magersari Kota Mojokerto.
Dari ketiga skripsi yang sudah ada, sudah jelas perbedaannya dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Skripsi yang pertama
menjelaskan Undang-Undang yang berisi anjuran pelaksanaan Imunisasi TT
sebagai salah satu tes kesehatan yang sesuai dengan hukum Islam. Namun
belum terlaksana. Sedangkan skripsi yang kedua melihat tentang pelaksanaan
Imunisasi TT di tiga Kantor Urusan Agama namun belum berjalan maksimal
karena rendahnya kesadaran instansi atau lembaga dan masyarakatnya.
Skripsi ketiga membahas pelaksanaan tes kesehatan pra nikah sebagai syarat
administrasi dalam membentuk keluarga sakinah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

Adapun penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yang berjudul
‚Analisis Mas}lah}ah Mu@rsalah Terhadap Pelaksanaan Tes Kesehatan Pra
Nikah Bagi Calon Mempelai Laki-Laki di Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto‛ akan lebih memfokuskan pada
pelaksanaan tes kesehatan pra nikah pada calon mempelai laki-laki yang
sudah berjalan dengan menggunakan analisis Mas}lah}ah mu@rsalah.

E. Tujuan Penelitian
Setelah melihat dari rumusan masalah di atas, maka tujuan
diadakannya penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan tes kesehatan pra nikah bagi calon
mempelai laki-laki di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jatirejo
Kabupaten Mojokerto.
2. Untuk memahami dan menganalisis Mas}lah}ah mu@rsalah tentang
pelaksanaan tes kesehatan pra nikah bagi calon mempelai laki-laki di
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

F. Kegunaan Hasil Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi pelaksanaan
dan pengembangan ilmu pengetahuan tentang pentingnya tes kesehatan
pra nikah bagi calon mempelai laki-laki.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna bagi penerapan
pelaksanaan tes kesehatan pra nikah bagi calon mempelai laki-laki yang
tepat.

G. Definisi Operasional
Untuk mempermudah pemahaman terhadap istilah kunci dalam
penelitian ini, maka disini dijelaskan maknanya sebagai berikut:
1. Mas}lah}ah mu@rsalah adalah kemaslahatan yang diperoleh dari tujuan
pelaksanaan tes kesehatan pra nikah bagi calon mempelai laki-laki.
Sedangkan manfaat dari tes kesehatan pra nikah bagi calon mempelai lakilaki adalah karena tidak ada nash atau dalil yang melarang atau
mewajibkan tes kesehatan pra nikah tersebut.
2. Tes kesehatan pra nikah adalah tes kesehatan fisik bagi calon mempelai
laki-laki yang meliputi pemeriksaan darah parifer lengkap, pemeriksan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

virus hepatitis B dan C, TORCH, dan pemeriksaan urin yang dilakukan
oleh dokter atau tenaga medis di Puskesmas Kecamatan Jatirejo.

H. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan yang datanya
ditemukan dari data-data lapangan sebagai objek penelitian untuk
memperoleh validitas, maka teknik pengumpulan data menjadi hal yang
penting. Disini penulis menggunakan metode deskriptif, supaya lebih
terperinci dan mudah di fahami maka penulis akan menjelaskan beberapa
metode antara lain sebagai berikut:
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakuan di Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto.
2. Obyek penelitian
Adapun yang menjadi obyek penelitian adalah masyarakat
Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto khususnya calon mempelai lakilaki yang melaksanakan tes kesehatan, dokter, Pegawai Kantor Urusan
Agama (KUA) Kecamatan Jatirejo dan tokoh masyarakat sebagai
informan.
3. Data yang dihimpun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

Berdasarkan rumusan masalah seperti yang di kemukakan, maka
data yang dihimpun meliputi:
a. Data profil Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jatirejo
Kabupaten Mojokerto dan Puskesmas Kecamatan Jatirejo.
b. Pelaksanaan tes kesehatan pra nikah bagi calon mempelai laki-laki
yang meliputi:
1) Pemeriksaan pemeriksaan darah parifer lengkap,
2) Pemeriksan virus hepatitis B dan C,
3) Pemeriksaan TORCH, dan
4) Pemeriksaan urin

4. Sumber data
Penelitian ini adalah penelitian lapangan, maka sumber data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Responden adalah pelaksana utama yang melakukan tes kesehatan pra
nikah, yaitu calon mempelai laki-laki.
b. Informan yaitu Kepala KUA kecamatan Jatirejo dan Kepala
Koordinator Bidan Puskesmas Kecamatan Jatirejo.
c. Dokumen yaitu kumpulan data-data yang mendukung penelitian ini.
Yaitu berupa, form pendaftaran tes kesehatan pra nikah, rekam medis,
surat rekomendasi dan hasil tes kesehatan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

5. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Interview dilakukan kepada pihak-pihak yang berkaitan langsung
dengan pelaksanaan tes kesehatan pra nikah, yaitu:
1) M. Syaifullah, S. Ag selaku Kepala KUA Kecamatan Jatirejo
2) Arlik Septiningsing Amd, Keb selaku Kepala Koor Bidan
Puskesmas Kecamatan Jatirejo
3) Shopia Amd, Keb seorang bidan di Puskesmas Kecamatan Jatirejo

b. Dokumentasi
Dokumentasi yang terkumpul disini adalah:
1) Form pendaftaran tes kesehatan pra nikah
2) Rekam medis
3) Surat rekomendasi
4) Hasil tes kesehatan
6. Teknik Pengolahan Data
Setelah semua data yang diperlukan terkumpulkan, maka peneliti
menggunakan teknik-teknik berikut ini:22
a. Editing,

22

Bambang Sanggona, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), 34.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Yaitu pemeriksaan kembali dari data yang diperoleh terutama
dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan antara data
yang ada dan relevansi dengan penelitian.
b. Organizing
Yaitu dengan pengaturan dan penyusunan data yang di
peroleh,

sehingga

dapat

menghasilakn

bahan-bahan

untuk

menentukan deskriptif.
7. Teknik Analisis Data
Adalah kegiatan untuk memanfaatkan data yang telah terkumpul
sehingga diperoleh suatu kebenaran dari sebuah hipotesis. Penelitian ini
adalah penelitian kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang
menghasilkan data-data deskriptif dari pengamatan atau sumber-sumber
tertulis. Maka data yang diperoleh baik primer maupun sekunder
menggunakan metode deskriptif, yaitu memaparkan serta menjelaskan
secara mendalam terhadap semua aspek yang berkaitan dengan masalah
penelitian.
Adapun pola pikir menggunakan logika induktif yaitu dengan cara
meneliti fakta pelaksanaan tes kesehatan sebagai langkah antisipasi
terhadap sesuatu yang akan timbul dikemudian hari yang tidak diharapkan
oleh kedua belah pihak. Dan data hasil penelitian tersebut kemudian
dianalisis dengan menggunakan Mas}lah}ah mu@rsalah yang bersifat umum

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

tentang pelaksanaan tes kesehatan pra nikah bagi calon mempelai laki-laki
di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jatirejo Kabupaten
Mojokerto.

I. Sistematika Pembahasan
Dalam menyusun penulisan skripsi ini, penulis membagi pembahasan
ke dalam beberapa Bab berikut:
Bab Pertama, berisi tentang Pedahuluan skripsi, meliputi latar
belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian
pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasioanl,
metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab Kedua, berisi landasan teori yang menjelaskan mengenai

mas}lah}ah mu@rsalah dalam pelaksanaan Hukum Islam yang meliputi
pengertian, macam-macam mas}lah}ah mu@rsalah, dan urgensi mas}lah}ah

mu@rsalah dalam pelaksanaan Hukum Islam.
Bab Ketiga, adalah Data Penelitian. Bab ini membahas tentang profil
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto,
yang meliputi, struktur organisasi, visi misi, tugas-tugas KUA Jatirejo, dan
sekilas pernikahan di KUA Jatirejo. Kemudian membahas pelaksaanaan tes
kesehatan sebagai persyaratan pendaftaran nikah di KUA Jatirejo yang
meliputi dasar Undang-Undang tes kesehatan dan pemeriksaan kesehatan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

oleh Dinas Kesehatan. Dan pembahasan terakhir dalam bab ini adalah urgensi
tes kesehatan bagi calon mempelai laki-laki yang di dalamnya meliputi
kemaslahatan tes kesehatan dan dampak tes kesehatan.
Bab Keempat adalah analisis. Bab ini merupakan bab inti dari
penyusunan skripsi tentang analisis Mas}lah}ah mu@rsalah terhadap pelaksanaan
tes kesehatan pra nikah bagi calon mempelai laki-laki di Kantor Urusan
Agama (KUA) Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto.
Bab Kelima adalah penutup. Bab penutup ini terdiri dari dua sub bab,
yaitu Kesimpulan dan Saran. Pada sub bab Kesimpulan akan dipaparkan
beberapa kesimpulan tentang hasil analisis penulis terhadap seluruh materi
yang dipaparkan dalam skripsi ini termasuk didalamnya analisis Mas}lah}ah

mu@rsalah tentang tes kesehatan pra nikah bagi calon mempelai laki-laki di
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto.
Sedangkan pada sub bab Saran akan disampaikan beberapa saran dari penulis
terkait hasil penelitian ini.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II

KONSEP MAS{LAH{AH MU@RSALAH DALAM
ISLAM

A. Pengertian Mas{lah{ah Mu@rsalah
1. Definisi Mas{lah{ah Mu@rsalah
Kata mas{lah{ah merupakan bentuk masdar dari kata s{alah{a dan

saluha, yang secara etimologi berarti manfaat, faedah, patut.1 Kata
mas{lah{ah dan manfa’ah telah di Indonesiakan menjadi ‚maslahat‛ dan
‚manfaat‛ yang berarti sesuatu yang mendatangkan kebaikan, faedah,
guna. Dari beberapa arti tersebut dapat diambil sesuatu pemahaman
bahwa setiap sesuatu yang mengandung kebaikan di dalamnya, baik
untuk

memperoleh

kemanfaatan,

kebaikan,

maupun

menolak

kemad{aaratan, maka semua itu disebut dengan mas{lah{ah.2 Adapun
pengertian mas{lah{ah secara terminologi, ada beberapa pendapat dari para
ulama’, diantara lain:
a. Al-Khawarizmi, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mas{lah{ah
adalah memelihara tujuan syara’ dengan cara menghindarkan
kemafsadahan dari manusia. Dari pengertian tersebut beliau

1

Asnawi, Perbandingan Ushul Fiqh, (Jakarta: Amrah: 2011), 128.
Abbas Arfan, Geneologi Pluralitas Madzhab dalam Hukum Islam, (Malang: UIN-Malang Pres,
2008), 82.
2

22
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

memandang mas{lah{ah hanya dari satu sisi, yaitu menghindarkan
mafsadat semata, padahal kemaslahatan mempunyai sisi lain yang
justru lebih penting, yaitu meraih manfaat.3
b. Menurut Muhammad Said Ramadan al-Buhti, sebagaimana dikutip
dari kitab Dawa>bit al-Mas{lah{ah fi-shyari>ah al-Isla>miyah al-Mas{lah{ah
adalah sesuatu yang bermanfaat yang dimaksud al-Syari (Allah dan
Rasul-Nya) untuk kepentingan hamba-Nya, baik dalam menjaga
agama, jiwa, akal, keturunan dan harta mereka, sesuai dengan urutan
tertentu yang terdapat dalam kategori pemeliharaan tersebut.4
c. Imam Ghazali mengemukakan bahwa mas{lah{ah pada dasarnya adalah
sesuatu gambaran dari meraih manfaat atau menghindarkan dalam

mad{arat (mafsadat). Yang dimaksud Imam Ghazali manfaat dalam
pengertian syara’ ialah memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan
harta benda. Dengan demikian yang dimaksud dengan mafsadah
adalah sesuatau yang merusak dari salah satu diantara lima hal yang
disebutkan dengan istilah al-Maqa>s{id al-Syari’ah menurut al-Syatibi.5
d. Menurut Muhammad Tahir Ibnu ‘Asyur sebagaimana yang dikutip
oleh Kemal Muhtar bahwasanya ketentuan-ketentuan/ hukum baru
yang berhubungan dengan peristiwa atau masalah-masalah yang baru,
3

Dahlan, Tamrin, Filsafat Hukum Islam, (Malang: UIN-Malang Pres, 2007), 116.
Ibid., 116.
5
Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqa>sid Syari’ah menurut al-Syatibi, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1996), 61.
4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

dapat ditetapkan berdasarkan dalil mas{lah}ah karena adanya alasanalasan berikut ini:6
1) Hukum itu dapat mewujudkan kebaikan masyarakat, dengan
adanya hukum itu dapat ditegakkan kebaikan masyarakat dengan
sebaik baiknya.
2) Hukum itu dapat menolak atau menghindarkan kerusakan dan
kerugian

bagi

manusia

baik

terhadap

individu

maupun

masyarakat.
3) Hukum itu harus dapat menutup pintu-pintu yang mengarah pada
perbuatan terlarang. Ada suatu perbuatan yang pada hakikatnya
boleh dikerjakan, namun jika perbutan itu ketika dikerjakan akan
membuka pintu kemad{aratan maka hal ini termasuk perbuatan
terlarang.
Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa mas{lah{ah
merupakan tujuan dari adanya syari’at Islam, yakni memelihara agama,
memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara kehormatan, serta
memelihara harta.

6

Kemal Muhtar, Mas{lah{ah sebagai dalil Penetapan hukum islam dalam M. Amin Abdullah,
Rekontruksi Metodologi ilmu-ilmu Keislaman, (Yogyakarta: Suka Press, 2003), 228.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

2. Teori Mas{lah{ah Mu@rsalah
Definisi mas{lah{ah mu@rsalah menurut bahasa, kata mas{lah{ah
berasal dari Bahasa Arab dan telah dibakukan ke dalam Bahasa Indonesia
menjadi kata maslahah, yang berarti mendatangkan kebaikan atau yang
membawa kemanfaatan dan menolak kerusakan.7 Menurut bahasa aslinya
kata maslahah berasal dari kata salahu, yasluhu, salahan, ‫صاحا‬, ‫يص ح‬, ‫ص ح‬
artinya sesuatu yang baik, patut, dan bermanfaat.8 Sedang kata mu@rsalah
artinya terlepas bebas, tidak terikat dengan dalil agama (al-Qur’an dan alHadits) yang membolehkan atau yang melarangnya.9
Menurut Abdul Wahab Khallaf, mas{lah{ah mu@rsalah adalah

mas{lah{ah di mana syari’ tidak mensyari’atkan hukum untuk mewujudkan
mas{lah{ah, juga tidak terdapat dalil yang menunjukkan atas pengakuannya
atau pembatalannya.10
Sedangkan menurut Muhammad Abu Zahra, definisi mas{lah{ah

mu@rsalah adalah segala kemaslahatan yang sejalan dengan tujuan-tujuan
syari’ (dalam mensyari’atkan hukum Islam) dan kepadanya tidak ada dalil
khusus yang menunjukkan tentang diakuinya atau tidaknya. 11

7

Munawar Kholil, Kembali Kepada al-Quran dan as-Sunnah, (Semarang: Bulan Bintang, 1955), 43.
Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan Penerjemah dan
Penafsir al-Qur’an, 1973), 219.
9
Munawar Kholil, Kembali Kepada al-Quran dan as-Sunnah…, 45.
10
Abdullah Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, terj. Noer Iskandar al-Bansany, Kaidah-kaidah Hukum
Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Cet-8, 2002), 123.
11
Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-Fiqh, terj. Saefullah Ma’shum, et al., Ushul Fiqih, (Jakarta:
Pustaka Firdaus, Cet. 9, 2005), 424.
8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Dengan definisi tentang mas{lah{ah mu@rsalah di atas, jika dilihat
dari segi redaksi nampak adanya perbedaan, tetapi dilihat dari segi isi
pada hakikatnya ada satu kesamaan yang mendasar, yaitu menetapkan
hukum dalam hal-hal yang sama sekali tidak disebutkan dalam al-Qur-an
maupun al-Sunnah, dengan pertimbangan untuk kemaslahatan atau
kepentingan hidup manusia yang bersendikan pada asas menarik manfaat
dan menghindari kerusakan.
3. Landasan Hukum Mas}lah}ah Mu@rsalah
Sumber asal dari metode mas}lah}ah mu@rsalah adalah diambil dari
al-Qur’an maupun al-Sunnah yang banyak jumlahnya, seperti pada
ayatayat berikut:
a. QS. Yunus: 57
           
  

Artinya: ‚Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit
penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat
bagi orang-orang yang beriman‛. (QS. Yunus: 57)12
b. QS. Yunus: 58
           

12

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1984), 659.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Artinya: ‚Katakanlah: "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya,
hendaklah dengan itu mereka bergembira. karunia Allah dan
rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan". (QS.Yunus: 58)13
c. QS. Al-Baqarah: 220
               
                

 

Artinya: ‚Mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah:
‚Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika
kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu
dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari
yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki,
niscaya dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana‛.
(QS. Al-Baqarah: 220)14
Sedangkan nas}h dari al-Sunnah yang dipakai landasan dalam
mengistimbatkan hukum dengan metode mas}lah}ah mu@rsalah adalah
Hadits Nabi Muhammad SAW, yang diriwayatkan oleh Ibn Majjah yang
berarti:15 ‚Muhammad Ibn Yahya bercerita kepada kami, bahwa Abdur
Razzaq bercerita kepada kita, dari Jabir al-Jufiyyi dari Ikrimah, dari Ibn
Abbas: Rasulullah SAW bersabda, tidak boleh membuat mazdarat
(bahaya) pada dirinya dan tidak boleh pula membuat mazdarat pada
orang lain‛. (HR. Ibn Majjah).

13

Ibid., 659.
Departemen Agama RI, AL-Qur’an dan Terjemahannya…, 59.
15
Abi Abdillah Muhammad Ibn Yazidal-Qazwini, Sunah Ibn Majah Juz 2, (Beirut: Dar al Fikr, t.t.),
784.
14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

Atas dasar al-Qur’an dan al-Sunnah di atas maka menurut Syaih
Izzuddin bin Abdul Salam dalam menerapkan akidah fiqh, setidaknya ada
tiga hal yang perlu diperhatikan penggunanya.16
a. Kehati-hatian dalam penggunaannya.
b. Ketelitian dalam masalah-masalah yang ada diluar kaidah yang
digunakan.
c. Memperhatikan sejauh mana kaidah yang digunakan berhubungan
dengan kaidah-kaidah yang lain yang mempunyai ruang lingkup yang
luas.
Sehubungan dengan ketiga hal diatas maka, dibawa ini
merupakanm kaidah-kaidah tentang mas{lah{ah mu@rsalah.
a. ‚Menolak

kerusakan

lebih

diutamakan

daripada

menarik

kemaslahatan‛17
b. ‫ح‬
ِ ْ ‫دَ ْرء ْال َمفَا ِسدْ مقَدّ َع َى َج‬
َ ‫ب ْال َم‬
ِ ‫صا ِل‬

b. ‚Meraih kemaslahatan dan menolak kemud{aratan‛18

‫صا ِلحِ مقَدّ َع َى دَ ْفع ْال َمفَا ِسد‬
َ ‫َج ْب ْال َم‬
c.

‚Tidak memud{aratkan dan tidak dimud{aratkan‛
‫ض َرار‬
ِ َ‫ض َر َر َول‬
َ َ‫ل‬

d.
16
17

‚Kemud{aratan dapat dihilangkan‛19

Jalaluddin al-Suyuti, Al-Asbahwa al-Nazdo’ir, (Semarang: Maktabah Usaha Keluarga, 1987), 31.
Yahya Khusnan Mansur, Ulasan Nadhom Qowa>id Fiqhiyyah Al Fara>id Al Bahiyyah,

(Tambakberas Jombang: Pustaka Al-Muhibbin, 2009), 88.
18
Abd. Haq, et al, Formulasi Nalar Fiqh Telaah Konseptual, (Surabaya: Khalista, 2006), 237.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

‫الَض َّرر يزَ ال‬
Hal ini sesuai dengan prinsip bahwa perhatian syara’ terhadap
larangan lebih besar daripada perhatian syara’ terhadap apa-apa yang
diperhatikan. Apabila dalam suatu perkara terlihat adanya manfaat,
namun didalamnya juga terdapat mafsadah, maka haruslah didahulukan
menghilangkan mafsadah atau kerusakan, karena kerusakan dapat meluas
dan menjalar kemana-mana, sehingga mengakibatkan kerusakan yang
lebih besar.
4. Syarat-syarat Mas}lah{ah Mu@rsalah

Mas{lah{ah

mu@rsalah

sebagai

metode

hukum

yang

mempertimbangkan adanya kemanfaatan yang mempunyai akses secara
umum dan kepentingan tidak terbatas, tidak terikat. Dengan kata lain

mas{lah{ah mu@rsalah merupakan kepentingan yang diputuskan bebas,
namun tetap terikat pada konsep syari’ah yang mendasar. Karena syari’ah
sendiri ditunjuk untuk memberikan kemanfaatan kepada masyarakat
secara umum dan berfungsi untuk memberikan kemanfaatan dan
mencegah kemad{aaratan (kerusakan).

19

Yahya Khusnan Mansur, Ulasan Nadhom Qowa>id Fiqhiyyah Al Fara>id Al Bahiyyah, 81.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

Kemudian mengenai ruang lingkup berlakunya mas{lah{ah mu@rsalah
dibagi atas tiga bagian yaitu:20
a. Mas}lah{ah Daruriyah, (kepentingan-kepentingan yang esensi dalam
kehidupan) seperti memelihara agama, memelihara jiwa, akal,
keturunan, dan harta.
b. Mas{lah{ah Hajjiyah, (kepentingan-kepentingan esensial dibawah
derajatnya mas{lah{ah daruriyyah), namun diperlukan dalam kehidupan
manusia agar tidak mengalami kesukaran dan kesempitan yang jika
tidak terpenuhi akan mengakibatkan kerusakan dalam kehidupan,
hanya saja akan mengakibatkan kesempitan dan kesukaran baginya.
c. Mas{lah{ah Tahsiniyah, (kepentingan-kepentingan pelengkap) yang jika
tidak terpenuhi maka tidak akan mengakibatkan kesempitan dalam
kehidupannya, sebab ia tidak begitu membutuhkannya, hanya sebagai
pelengkap atau hiasan hidupnya.
Untuk menjaga kemurnian metode mas{lah{ah mu@rsalah sebagai
landasan hukum Islam, maka harus mempunyai dua dimensi penting,
yaitu sisi pertama harus tunduk dan sesuai dengan apa yang terkandung
dalam nash (al-Qur’an dan al-Hadits) baik secara tekstual atau
kontekstual. Sisi kedua harus mempertimbangkan adanya kebutuhan
manusia yang selalu berkembang sesuai