ANALISIS MASLAHAH MURSALAH TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENINGKATAN PELAKSANAAN AKAD NIKAH DI KUA SEDATI KABUPATEN SIDOARJO.

ANALISIS MAS{LAH{AH MURSALAH TERHADAP FAKTORFAKTOR PENINGKATAN PELAKSANAAN AKAD NIKAH DI
KUA SEDATI KABUPATEN SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh:
Jumiati
NIM: C01212019

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Keluarga
Surabaya
2016

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan dengan judul Analisis
Mas{lah{ah Mursalah Terhadap Faktor-Faktor Peningkatan Pelaksanaan Akad
Nikah Di Kua Sedati Kabupaten Sidoarjo. Rumusan masalah adalah: Bagaimana
faktor-faktor peningkatan pelaksanaan akad nikah di kua sedati kabupaten
sidoarjo? Bagaimana analisis mas{lah{ah mursalah terhadap faktor-faktor

peningkatan pelaksanaan akad nikah di kua sedati kabupaten sidoarjo?
Penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang
menggambarkan secara jelas yang datanya bersumber dari lapangan, dengan
teknik interviu, observasi, dan dokumentasi terkait peningkatan jumlah
perkawinan karena biaya ringan, kemudian di analisis mas{lah{ah mursalah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berlakunya Peraturan Pemerintah
Nomor 48 Tahun 2014 tentang biaya nikah dapat meringankan beban biaya
perkawinan, juga sebagai solusi menghilangkan adanya gratifikasi. Dampak
setelah diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 sangat
dirasakan oleh masyarakat, terbukti dengan peningkatan jumlah perkawinan yang
dilaksanakan di KUA pada setiap tahunnya. Faktor peningkatan jumlah
perkawinan di KUA Sedati ini disebabkan karena adanya pembebasan biaya
perkawinan bagi yang melaksanakan di KUA. Pemerintah dalam hal ini juga
memberikan fasilitas yang terbaik dan termudah untuk masyakat, agar tercipta
masyarakat yang sejahtera.
Hasil analisis mas{lah{ah mursalah menunjukkan bahwa Peraturan
Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 karena faktor biaya tergolong mas}lah}ah
h}a>jiyyah, hal ini jika tidak dilakukan oleh masyarakat sekitar Sedati Kabupaten
Sidoarjo, maka akan menimbulkan kesulitan terutama bagi calon pengantin yang
kurang mampu. Bahkan yang ditakutkan akan mendatangkan bahaya bagi calon

pengantin yang menunda perkawinannya kemudian melakukan perzinaan.
Kepada para pegawai KUA, agar sosialisasi lebih ditingkatkan lagi
mengenai pembebasan biaya bagi calon pengantin yang hendak melaksanakan
nikah di KUA dan fasilitas lebih di maksimalkan. Kepada masyarakat khususnya
khususnya masyarakat Sedati agar lebih memahami dan mematuhi peraturan
yang telah dibuat pemerintah untuk mensejahterahkan masyarakat itu sendiri.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DALAM ........ ....................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................

ii


PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii
PENGESAHAN .................................................................................................. iv
ABSTRAK ..........................................................................................................

v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vii
MOTTO .............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI......... ..............................................................................................

x

DAFTAR TRANSLITERASI ............................................................................ xiv

BAB I

:

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................

1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah .........................................

6

C. Rumusan Masalah .................................................................

7

D. Kajian Pustaka ......................................................................

8

E. Tujuan Penelitian .................................................................. 10
F. Kegunaan Hasil Penelitian.................................................... 11
G. Definisi Operasional ............................................................. 12
H. Metode Penelitian ................................................................. 12

I. Sistematika Pembahasan ...................................................... 17

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II

:

KAJIAN TEORI TENTANG MAS{LAH{AH MURSALAH

DALAM USHUL FIQH
A. Perkawinan ............................................................................ 19
1. Pengertian Perkawinan ................................................... 19
2. Rukun dan Syarat Perkawinan ........................................ 22
3. Tujuan Perkawinan ......................................................... 24
4. Pencatatan Perkawinan ................................................... 25
B. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2014 ........................... 30
1. Isi PP No. 48 tahun 2014 tentang Biaya Nikah ............. 30
2. Tujuan-tujuan diberlakukannya PP No. 48 tahun 2014
tentang Biaya Nikah ....................................................... 33

C. Mas{lah{ah Mursalah ............................................................... 35
1. Pengertian dan dasar hukumnya ..................................... 35
2. Macam-macam mas{lah{ah mursalah ................................ 36

BAB III

:

FAKTOR-FAKTOR PENINGKATAN PELAKSANAAN AKAD
NIKAH DI KUA SEDATI KABUPATEN SIDOARJO
A. Gambaran Umum KUA Sedati Kabupaten Sidoarjo ........... 48
1. Profil Kantor Urusan Agama (KUA) Sedati ................... 48
2. Struktur Kantor Urusan Agama (KUA) Sedati ............... 48
3. Fasilitas Pendukung ........................................................ 49
B. Peningkatan Pelaksanaan Akad nikah di KUA Sedati
Kabupaten Sidoarjo ..................................................................... 53
C. Faktor-Faktor Peningkatan Pelaksanaan Akad Nikah Di
Kua Sedati Kabupaten Sidoarjo ........................................... 56

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


BAB IV :

BAB V

:

ANALISIS MAS{LAH{AH MURSALAH TERHADAP
FAKTOR-FAKTOR PENINGKATAN PELAKSANAAN
AKAD NIKAH DI KUA SEDATI KABUPATEN SIDOARJO
A. Analisis Mas{lah{ah Mursalah Terhadap Faktor-Faktor
Peningkatan Pelaksanaan Akad Nikah Di Kua Sedati
Kabupaten Sidoarjo.. ............................................................. 64
B. Analisis Mas{lah{ah Mursalah Terhadap Faktor-Faktor
Peningkatan Pelaksanaan Akad Nikah Di Kua Sedati
Kabupaten Sidoarjo ............................................................... 68
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 75
B. Saran ...................................................................................... 78


DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 79

LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nikah atau kawin adalah akad yang menghalalkan persetubuhan antara
wanita dan laki-laki, disertai dengan kalimat-kalimat yang ditentukan. Dan
dengan pernikahan tersebut, maka dibatasilah hak dan kewajiban keduanya,
sesuai dengan ajaran Islam.1 Hukum nikah (perkawinan), yaitu hukum yang
mengatur hubungan antara manusia dengan sesamanya yang menyangkut
penyaluran kebutuhan biologis antar jenis, dan hak serta kewajiban yang
berhubungan dengan akibat perkawinan tersebut.2 Dalam Al-Qur’an
dinyatakan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup berjodoh-jodoh adalah
naluri segala makhluk Allah, termasuk manusia, sebagaimana sesuai dengan
firman Allah SWT:
       

Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu
mengingat akan kebesaran Allah. (QS. Al-Dzariyat (51): 49)3
Adapun menurut syarak nikah adalah akad serah terima antara laki-laki
dan perempuan dengan tujuan untuk saling memuaskan satu sama lainnya dan
untuk membentuk sebuah bahtera rumah tangga yang sakinah serta
masyarakat yang sejahtera.4 Faedah yang terbesar dalam pernikahan ialah

Lm Syarifie, Membina Cinta Menuju Perkawinan, (Gresik: Putra Pelajar, 1999), 9.
Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, (Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2013), 8.
3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989), 21.
4
Tihami, Fikih Munakat Kajian Fikih Nikah Lengkap..., 8.
1

2

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


2

untuk menjaga dan memelihara perempuan yang bersifat lemah itu dari
kebinasaan sebab seorang perempuan apabila sudah menikah, maka nafkahnya
wajib ditanggung oleh suaminya. Pernikahan juga berguna untuk memelihara
kerukunan anak cucu, sebab kalau tidak dengan nikah, tentulah anak tidak
berketentuaan siapa yang akan mengurusnya dan siapa yang bertanggung
jawab atasnya.5
Dalam pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Bab I Pasal 1
“Menegaskan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa.” Selanjutnya dalam pasal 2 ayat 1 menyatakan bahwa “Perkawinan
adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya itu.”

Dan dalam pasal 2 ayat 2 menyatakan bahwa “tiap-

tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku.6
Pencatatan perkawinan bertujuan untuk mewujudkan ketertiban
perkawinan dalam masyarakat. Ini merupakan suatu upaya yang diatur melalui
perundang-undangan, untuk melindungi martabat dan kesucian perkawinan,
dan lebih khusus lagi pada perempuan dalam kehidupan rumah tangga.
Melalui pencatatan perkawinan yang dibuktikan dengan Akta Nikah, yang
masing-masing suami-istri mendapat salinannya, apabila terjadi perselisihan

Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013), 374.
Undang-undang Perkawinan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan
Kompilasi Hukum Islam, (Bandung, Citra Umbara, 2013), 2.

5

6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

atau percekcokan di antara mereka atau salah satu tidak bertanggung jawab,
maka yang lain dapat melakukan upaya hukum guna mempertahanankan atau
memperoleh hak-hak masing-masing karena dengan akta tersebut, isteri
memiliki bukti otentik atas perbuatan hukum yang telah mereka lakukan.7
Menurut Peraturan Menteri Agama Nomor 11 Tahun 2007 Tentang
Pencatatan nikah dalam pasal 21 ayat 1 menyebutkan bahwa “Akad nikah
dilaksanakan di KUA”. selanjutnya dalam pasal 21 ayat 2 menyebutkan bahwa
“Atas permintaan calon pengantin dan atas persetujuan PPN, akad nikah dapat
dilaksanakan di luar KUA.”8 Kantor Urusan Agama (KUA) adalah kantor
yang melaksanakan sebagian tugas kantor Kementerian Agama Indonesia di
Kabupaten dan Kota madya di bidang urusan agama Islam dalam wilayah
kecamatan. Kantor inilah yang memberikan pelayanan kepada umat Islam
dalam urusan perkawinan dan pembinaan keluarga muslim agar menjadi
keluarga sakinah. Dalam pencatatan perkawinan dilakukan oleh pegawai
pencatat nikah/wakil pegawai pencatat nikah (penghulu).
PPN atau pegawai pencatat nikah adalah pejabat yang melakukan
pemeriksaan persyaratan, pengawasan dan pencatatan peristiwa nikah/rujuk
pendaftaran cerai talak, cerai gugat, dan melakukan bimbingan perkawinan.
PPN mempunyai kedudukan jelas dalam peraturan perundang-undangan di
Indonesia sejak keluarnya Undang-undang Nomor 22 tahun 1946 sampai

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta, Raja Grafindo, 1997), 107.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Pencatatan Nikah
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Menteri Agama Republik Indonesia

7
8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

sekarang ini, sebagai satu-satunya pejabat yang berwenang mencatat
perkawinan yang di langsungkan menurut agama Islam dalam wilayahnya.
Pada tanggal 27 Juni 2014 dilahirkan Peraturan Pemerintah Nomor 48
Tahun 2014. Peraturan ini lahir untuk menggantikan Peraturan Pemerintah
Nomor 47 Tahun 2004 agar terhindar dari pungutan liar atau disebut juga
gratifikasi. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2004 dijelaskan bahwa
“Setiap warga negara yang melaksanakan nikah atau rujuk di Kantor Urusan
Agama Kecamatan atau di luar Kantor Urusan Agama (KUA) tidak dikenakan
biaya pencatatan nikah atau rujuk.” Dari penjelasan Peraturan Pemerintah
Nomor 47 Tahun 2004, sebagian para penghulu di Indonesia ketika
melaksanakan akad nikah luar KUA, meminta biaya tambahan yang alasannya
untuk biaya transport, dan lain-lain. Maka kemudian muncullah Peraturan
Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 tentang biaya nikah. Di dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 ini berisi tentang penetapan biaya pencatat
nikah di KUA pada jam dan hari kerja Rp 0,00 (nol rupiah) dan apabila
dilaksanakan di luar KUA dikenakan biaya Rp 600.000,00 (enam ratus ribu
rupiah). Pengecualian terhadap warga negara yang tidak mampu secara
ekonomi atau korban bencana yang melaksanakan nikah atau rujuk di luar
KUA kecamatan dapat dikenakan tarif Rp 0,00 (nol rupiah).
Dengan lahirnya peraturan pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 ini
disambut hangat oleh masyarakat, khususnya masyarakat kecamatan Sedati
Kabupaten Sidoarjo.

PPN/Wakil PPN pun juga terhindar dari tuduhan

gratifikasi dan banyak masyarakat yang senang dengan diberlakukannya

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 tentang biaya nikah. Sebelum
melaksanakan pernikahan, pihak KUA juga selalu menjelaskan tentang
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 yang berisi tentang penetapan
biaya pencatat nikah di KUA pada jam hari kerja adalah Rp. 0,00 (nol rupiah)
dan apabila dilaksanakan di luar KUA dikenakan biaya RP. 600.000, 00 (enam
ratus ribu rupiah). Pengecualian terhadap warga negara yang tidak mampu
secara ekonomi atau korban bencana yang melaksanakan nikah atau rujuk di
luar KUA dapat dikenakan biaya Rp. 0,00 (nol rupiah).
Dengan ini, maka penelitian ini membahas tentang faktor-faktor
peningkatan pelaksanaan akad nikah di KUA Sedati Kabupaten Sidoarjo. Jadi
yang menjadi titik fokus penelitian ini adalah berapa banyak jumlah
peningkatan pelaksanaan akad nikah di KUA setelah berlakunya PP Nomor 48
Tahun 2014 dan faktor apa saja yang mengakibatkan perkawinan di KUA
meningkat setelah adanya PP tersebut serta apakah peraturan tersebut
menimbulkan kemaslahatan bagi calon pengantin dan KUA atau tidak.
Mengingat adanya manfaat melakasanakan pernikahan di dalam KUA yaitu
memberikan keringanan kepada calon pengantin dalam hal biaya, yakni Rp
0,00 dalam setiap pernikahan dari pada melaksanakan di luar KUA yakni Rp
600.000,00 dalam setiap pernikahan. Maka penulis ingin meneliti, apa saja
faktor yang mengakibatkan meningkatnya jumlah perkawinan selain faktor
ekonomi atau biaya melaksanakan perkawinan di KUA ringan.
Hukum Islam merupakan seperangkat norma atau peraturan yang
bersumber dari Allah SWT. Dan Nabi Muhammad saw, mengatur tingkah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

masyarakatnya. Jadi hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi
bagian dari agama Islam.9
Dari permasalahan yang dipaparkan tersebut di atas, penulis hendak
menganalisa dengan menggunakan analisis hukum Islam. Apa faktor-faktor
peningkatan pelaksanaan akad nikah di KUA Sedati Kabupaten Sidoarjo?
apakah peraturan pemerintah nomor 48 tahun 2014 tentang biaya nikah
mendatangkan kebaikan dan menolak kerusakan atau memberatkan? Apakah
peraturan tersebut menimbulkan kemaslahatan atau tidak bagi calon
pengantin dan pihak KUA? Apakah faktor-faktor peningkatan pelaksanaan
akad nikah di KUA sesuai dengan mas{lah{ah mursalah?
Dari beberapa pemaparan yang dilakukan oleh penulis, baik terkait
dengan faktor-faktor peningkatan pelaksanaan akad nikah di KUA maupun
tentang hukum Islam. Penulis memilih judul “Analisis Mas{lah{ah Mursalah
Terhadap Faktor-Faktor Peningkatan Pelaksanaan Akad Nikah di KUA Sedati
Kabupaten Sidoarjo.” Hal ini bertujuan untuk menelaah lebih jauh tentang
faktor-faktor peningkatan pelaksanaan akad nikah di KUA setelah Peraturan
Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 tentang biaya nikah tersebut dan apakah
peraturan tersebut meinmbulkan kemaslahatan atau tidak bagi calon
pengantin dan pihak KUA beserta analisis mas{lah{ah mursalah.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari

paparan

latar

belakang

masalah

di

atas,

penulis

mengidentifikasikan inti permasalahan yang terkandung di dalamnya sebagai
berikut:
9

H. Mohammad Daud Ali. S. H, Hukum Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1993), 38

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

1. Jumlah pelaksanaan akad nikah di KUA Sedati Kabupaten Sidoarjo.
2. Faktor-faktor peningkatan pelaksanaan akad nikah di KUA Sedati
Kabupaten Sidoarjo.
3. Dampak berlakunya PP Nomor 48 Tahun 2014 Tentang Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak terhadap KUA Sedati Kabupaten
Sidoarjo.
4. Analisis

mas{lah{ah

mursalah

terhadap

faktor-faktor

peningkatan

pelaksanaan akad nikah di KUA Sedati Kabupaten Sidoarjo.
Dengan adanya suatu permasalahan di atas, maka untuk memberikan
arah yang jelas dalam penelitian penulis membatasi pada masalah-masalah
berikut ini:
1. Faktor-faktor peningkatan pelaksanaan akad nikah di KUA Sedati
Kabupaten Sidoarjo
2. Analisis

mas{lah{ah

mursalah

terhadap

faktor-faktor

peningkatan

pelaksanaan akad nikah di KUA Sedati Kabupaten Sidoarjo.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana faktor-faktor peningkatan pelaksanaan akad nikah di KUA
Sedati Kabupaten Sidoarjo?

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

2. Bagaimana analisis mas{lah{ah mursalah terhadap faktor-faktor peningkatan
pelaksanaan akad nikah di KUA Sedati Kabupaten Sidoarjo?

D. Kajian Pustaka
Kajian tentang Tingkat perkawinan di KUA Sedati Kabupaten
Sidoarjo diberlakukannya PP Nomor 48 Tahun 2014 tentang biaya nikah
belum pernah dibahas oleh peneliti lain, akan tetapi peneliti menemukan
beberapa penelitian terhadap Efektifitas penerapan PP Nomor 48 Tahun 2014
tentang biaya di KUA diantaranya sebagai berikut:
1. Skripsi yang ditulis oleh Siti Choiroh di UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang yang berjudul Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun

2014 Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang
Berlaku Pada Kementerian Agama (Studi di KUA Deket Kabupaten
Lamongan) yang terbit tahun 2015. Skripsi ini berisi tentang hasil
penelitian pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 di
KUA Deket Kabupaten Lamongan yang mana masyarakat Deket
mempunyai tradisi lebih menghendaki akad nikah dilakukan diluar KUA
dengan menghadirkan penghulu. Sehingga petugas mendapatkan uang
transportasi dari keluarga yang mempunyai hajat. Biaya yang diterima
Penghulu dari masyarakat yang melaksanakan akad nikah di luar KUA
dianggap gratifikasi oleh sebagian penegak hukum. Kemudian setelah
diberlakukannya PP Nomor 48 Tahun 2014 di KUA Deket berjalan dengan
baik. Masyarakat membayar biaya nikah sesuai dengan apa yang ada dalam

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

peraturan tersebut, sedangkan penghulu tidak menerima ataupun meminta
uang dari masyarakat.10
2. Skripsi selanjutnya yakni di tulis oleh Endah Iwandari di UIN Walisongo
Semarang yang berjudul Efektifitas Berlakunya PP Nomor 48 Tahun 2014

Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku
Pada Kementerian Agama (Studi di KUA Kecamatan Toroh Kabupaten
Grobongan) yang terbit tahun 2015. Skripsi hasil penelitian bahwa ketika
penghulu menikahkan diluar KUA, masyarakat memang sudah tidak
memberikan amplop, namun masyarakat masih memberikan rokok kepada
penghulu 1-2 bungkus. Meskipun pemberian rokok tersebut sebagai rasa
terima kasih masyarakat kepada penghulu, namun pemberian itu tidak
diperbolehkan, karena dengan diberlakukannya PP Nomor 48 Tahun 2014
pemberian masyarakat seperti rokok tersebut adalah gratifikasi. Namun
dalam pembayaran pencatatan pernikahan KUA Kecamatan Toroh sudah
berjalan secara efektif. Ketika masyarakat melaksanakan pernikahan di
dalam KUA tidak dikenakan tarif dan ketika melaksanakan pernikahan di
luar KUA atau di luar jam kerja dikenakan tarif Rp. 600.000,00 yang
dibayarkan di Bank Persepsi BRI cabang Toroh.11
Dari sini, penulis lebih membahas tentang analisis mas{lah{ah mursalah
terhadap faktor-faktor peningkatan pelaksanaan akad nikah di KUA Sedati

10
Siti Choiroh “Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 Tentang Tarif Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Agama studi di KUA Deket
Kabupaten Lamongan,(Skripsi--UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2015), 1.
11
Endah Iwandari “Efektivitas Berlakunya PP Nomor 48 Tahun 2014 Tentang Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Agama studi di KUA
Kecamatan Toroh Kabupaten Grobongan, (Skripsi—UIN Walisongo, Semarang, 2015), 6.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Kabupaten Sidoarjo. Apakah faktor-faktor meningkatnya pelaksanaan akad
nikah di KUA, karena mengingat adanya manfaat melaksanakan perkawinan
di KUA yaitu memberikan keringanan biaya jika perkawinannya dilaksanakan
di KUA dan untuk menghindari tuduhan adanya gratifikasi ketika menikah di
luar KUA.
Adapun persamaan dari peneliti dengan kajian pustaka yang telah
disebutkan diatas yaitu efektivitas penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 48
Tahun 2014 tentang biaya nikah. Akan tetapi perspektif penulis berbeda,
penulis lebih fokus kepada faktor-faktor meningkatnya pelaksanaan akad
nikah di KUA karena melihat kenyataannya, setelah adanya Peraturan
tersebut pelaksanaan akad nikah di KUA meningkat dan tidak semua orang
yang perkawinannya dilaksanakan di KUA hanya karena faktor ekonomi atau
biaya ringan saja. Melainkan masih

banyak faktor-faktor lain yang

mengakibatkan pelaksanaan akad nikah di KUA meningkat. Jadi penulis lebih
tertarik membahas tentang faktor-faktor peningkatan pelaksanaan akad nikah
di KUA serta menganalisa dengan mas{lah{ah mursalah.

E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang diuraikan di atas, tujuan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tentang faktor-faktor peningkatan pelaksanaan akad nikah di
KUA Sedati Kabupaten Sidoarjo.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

2. Mengetahui analisis mas{lah{ah mursalah terhadap faktor-faktor peningkatan
pelaksanaan akad nikah di KUA Sedati Kabupaten Sidoarjo.

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Kegunaan peneliti ini dapat ditempuh melalui dua aspek yaitu:
1. Aspek Keilmuan (Teoritis)
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
memperkaya khasanah keilmuan hukum keluarga, sehingga dapat
memberikan kontribusi akademis, yaitu peningkatan dan pengembangan di
bidang studi hukum keluarga dan selanjutnya menyangkut Peraturan
Pemerintah, untuk lebih memahami dan menambah wawasan mengenai
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 tentang biaya nikah.
2. Aspek Terapan/ Praktis
Hasil studi ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan penulisan karya
ilmiah berbentuk skripsi dan sebagai bahan bacaan khususnya dalam
penelitian hukum keluarga Islam. Begitu juga dapat digunakan sebagai
bahan acuan untuk mengetahui dan memahami tujuan berlakunya Peraturan
Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 tentang biaya nikah serta faktor-faktor
peningkatan jumlah perkawinan yang dilaksanakan di dalam KUA, dan
untuk mengetahui analisis mas{lah{ah mursalah terhadap faktor-faktor
peningkatan pelaksanaan akad nikah di KUA.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

G. Definisi Operasional
Sesuai dengan judul skripsi ini, yaitu analisis hukum Islam terhadap
faktor-faktor peningkatan pelaksanaan akad nikah di KUA Sedati Kabupaten
Sidoarjo, ada beberapa kata yang perlu penulis jelaskan secara operasional
terhadap kata-kata tersebut.

Mas{lah{ah mursalah

:Hujah

syariat

pembentukan

yang

hukum,

dijadikan
dan

dasar

bahwasannya

kejadian yang tidak ada hukumnya dalam nas
dan

ijmak

atau

kias

atau

istihsan

itu

disyariatkan padanya hukum yang dikehendaki
oleh maslahat umum, dan tidaklah berhenti
pembentukan hukum atas dasar maslahah ini
karena adanya saksi yang sesuai syariat Islam
yang mengakuinya.
Perkawinan

: Perkawinan adalah suatu akad suci dan luhur
antara

laki-laki

dengan

perempuan

yang

menjadi sebab sahnya status sebagai suami istri
dan di halalkannya hubungan seksual.

H. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara untuk menemukan, mengembangkan
dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan secara metodologis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

dan sistematis. Dalam metode penelitian ini yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Data yang dikumpulkan
Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat lapangan, oleh karena data
yang peneliti peroleh adalah berupa data-data yang ada di lapangan yakni
faktor-faktor peningkatan pelaksanaan akad nikah di KUA Sedati
Kabupaten Sidoarjo, yang mana kita bisa mengetahui apakah peraturan
tersebut menimbulkan kemaslahatan atau tidak bagi calon pengantin dan
pihak KUA.
2. Sumber Data
Berdasarkan tempat dan sumber data yang digunakan, jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian lapangan, adapun sumber-sumber yang
diperlukan sebagai berikut:
a. Sumber primer yaitu data-data yang diperoleh dari data KUA,
wawancara dengan Kepala KUA Sedati, dan pasangan yang menikah
terhadap alasan meningkatnya perkawinan di KUA Sedati Kabupaten
Sidoarjo .
b. Sumber sekunder yaitu sumber data yang berupa buku-buku yang
menjadi dasar acuan, mas{lah{ah mursalah dan bacaan lain yang memiliki
keterkaitan dengan bahan skripsi. Antara lain:
1) Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munakahat .
2)

Mahrus Shodiq Hasyim & A. Mudzakkir Hasyim, Fiqih Nikah

Tajhiz Mayit & Etika Ziarah Kubur.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

3)

Lm Syarifie, Membina Cinta Menuju Perkawinan.

4)

Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat.

5) Kompilasi Hukum Islam
6) Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia.
7) Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam.
8) Undang-undang Perkawinan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.
9) Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia.
10) Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2007 Tentang Pencatatan Nikah Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha
Esa Menteri Agama Republik Indonesia,
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang diterapkan.12
a. Wawancara
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data yakni wawancara terhadap kepala KUA Sedati, dan pasangan calon
pengantin yang menikah di KUA. Wawancara adalah suatu kegiatan
komunikasi verbal dengan tujuan mendapatkan informasi. Di samping
akan mendapatkan gambaran yang menyeluruh, juga akan mendapatkan
informasi yang penting. Menurut Denzin, wawancara adalah pertukaran
Sugiyono, Metodo Penalitian Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
cet.8, 2009), 224
12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

percakapan dengan tatap muka di mana seseorang memperoleh
informasi dari yang lain.13
Wawancara dilakukan karena ada anggapan bahwa hanya
respondenlah yang paling tahu tentang dirinya, sehingga informasi yang
tidak dapat diamatinya atau tidak dapat diperoleh dengan alat lain, akan
diperoleh dengan wawancara. Seperti di amati oleh peneliti tentang apa
faktor-faktor peningkatan pelaksanaan akad nikah di KUA Sedati
Kabupaten Sidoarjo.
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan masyarakat,
pegawai KUA Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo. Wawancara ini
dilakukan untuk mendapatkan data primer sebagai sebagai data pokok,
yaitu data tentang faktor-faktor peningkatan pelaksanaan akad nikah di
KUA.
b. Metode Dokumen
Metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data
yang digunakan metodologi penelitian sosial. Pada intinya metode
dokumenter adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data
historis.14 Metode ini digunakan untuk penulis dalam mencari data-data
berupa foto, surat-surat dan sebagainya untuk memberikan gambaran
terhadap faktor-faktor peningkatan pelaksanaan akad nikah di KUA
Sedati Kabupaten Sidoarjo.

James A Black, Dean J. Champiom, Metode Dan Masalah Penelitian Sosial, (Bandung: PT
Eresco, 1992), 306
14
Ibid., 154
13

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

4. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul di atas di olah dengan teknik editing,
pengorganisasian dan tabulasi, yaitu:
a. Teknik Editing
Yaitu kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai menghimpun
data lapangan.15 Kegiatan ini menjadi penting karena kenyataannya
bahwa data yang terhimpun kadangkala belum memenuhi harapan
peneliti, untuk itu penulis memerlukan pemeriksaan kembali semua data
yang diperoleh, kejelasan makna, kesesuaian makna satu dengan yang
lainnya.
b. Teknik Pengorganisasian
Yaitu mengatur dan menyusun data sedemikian rupa sehingga dapat
memperoleh gambaran yang sesuai dengan rumusan masalah.16
5. Teknik Analisis Data
Data yang berhasil di himpun dari data primer akan dianalisis secara
kualitatif yakni berupa bentuk kalimat, uraian-uraian, bahkan dapat berupa
cerita pendek.17 Dengan tataran analisis deskriptif yang bertujuan untuk
menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau
variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian.18
Metode ini digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan secara
jelas tentang Faktor-faktor Peningkatan pelaksanaan akad nikah di KUA
James A Black, Dean J. Champiom, Metode Dan Masalah Penelitian Sosial ..., 182.
Ibid., 192.
17
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial...,124
18
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial..., 48
15

16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

Sedati Kabupaten Sidoarjo. Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
pola pikir deduktif yaitu diawali dengan menggunakan teori atau dalil yang
bersifat umum tentang Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 dan

mas{lah{ah mursalah, kemudian teori tersebut digunakan sebagai alat untuk
menganalisis faktor-faktor peningkatan pelaksanaan akad nikah di KUA
Sedati kabupaten Sidoarjo, serta melihat analisis mas{lah{ah mursalah
terhadap faktor-faktor peningkatan pelaksanan akad nikah di KUA Sedati
Kabupaten Sidoarjo.

I. Sistematika Pembahasan
Sistematika

pembahasan

dipaparkan

dengan

tujuan

untuk

memudahkan pembahasan masalah-masalah dalam penelitian ini. Dan agar
dapat di pahami permasalahannya lebih sistematis dan kronologis, maka
pembahasan ini akan disusun penulis sebagai berikut:
Bab Pertama, bab ini memuat pendahuluan yang meliputi latar
belakang, rumusan masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan
masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi
operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab Kedua, sebagai landasan teori umum mencakup tentang tinjauan
umum tentang pernikahan akan dijelaskan secara rinci mengenai pengertian
pernikahan, peraturan pencatatan nikah, peraturan pemerintah Nomor 48
Tahun 2014 tentang biaya nikah dan mas{lah{ah mursalah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Bab

Ketiga,

data

tentang

penelitian

terhadap

faktor-faktor

peningkatan pelaksanaan akad nikah di KUA Sedati Kabupaten Sidoarjo.
Bab Keempat, menjelaskan tentang analisis hukum Islam terhadap
faktor-faktor peningkatan pelaksanaan akad nikah di KUA Sedati Kabupaten
Sidoarjo.
Bab Kelima, yakni penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
Kesimpulan ini merupakan jawaban dari pokok masalah yang pada bab
pertama yang selanjutnya penyusun memberikan sarannya sebagai refleksi
atas realitas yang ada saat ini.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II

KAJIAN TEORI TENTANG MAS{LAH{AH MURSALAH DALAM
USHUL FIQH

A. Perkawinan
1. Pengertian Perkawinan
Nikah

secara

bahasa

(mengumpulkan), dikatakan

berarti

‫اجمع‬

‫تناكحت ااشجار‬

(menghimpun),

‫الضم‬

(pohon-pohon itu saling

berhimpun antara satu dengan yang lain) jika suatu bagian bagian pohon
itu saling berhimpun antara satu dengan yang lainnya.1 perkawinan salah
satu sunnatullah yang umum berlaku pada semua makhluk Tuhan, baik
pada manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan.2
Menurut “ahli ushul”, arti nikah terdapat 3 macam pendapat,
yakni:3
a. Menurut ahli ushul golongan Hanafi, arti aslinya adalah setubuh dan
menurutr arti majazi (metaphoric) adalah akad yang dengannya
menjadi halal hubungan kelamin antara pria dan wanita.
1
Syaikh Muhammad Saryani al-Khotibi, Iqna’ juz II, (Semarang: Maktabah wa Matba’ah Toha
Putra), 115.
2
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 6, (Bandung: Alma’arif, 1990), 9.
3
Abd Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia, cet II (Jakarta:
Kencana Prenada Group, 2012), 259.

19

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

b. Menurut ahli ushul golongan Syafi’i, nikah menurut arti aslinya
adalah akad yang dengannya menjadi halal hubungan kelamin antara
pria dan wanita, sedangkan menurut arti majazi adalah setubuh.
c. Menurut Abul Qasim Azzajjad, Imam Yahya, Ibnu Hazm, dan
sebagian ahli Ushul dari sahabat Abu Hanifah mengartikan nikah,
bersyarikat artinya antara akad dan setubuh.
Menurut sebagian ulama Hanifah, nikah adalah akad yang
memberikan faedah (mengakibatkan) kepemilikan untuk bersenangsenang secara sadar (sengaja) bagi seorang pria dengan seorang wanita,
terutama guna mendapatkan kenikmatan biologis. Sedangkan menurut
sebgaian mazhab Maliki, nikah adalah sebuah ungkapan (sebutan) atau
titel bagi suatu akad yang dilaksanakan dan dimaksudkan untuk meraih
kenikmatan (seksual) semata-mata. Mazhab Syafi’iah, nikah dirumuskan
dengan akad yang menjamin kepemilikan (untuk) bersetubuh dengan
menggunakan redaksi (lafal) “inkah atau tazwij” atau turunan (makna)
dari keduanya. Sedangkan ulama Hanabilah mendefinisikan nikah dengan
akad yang dilakukan dengan menggunakan kata inkah atau tazwij guna
mendapatkan kesenangan (bersenang-senang).4

4

Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2005), 45.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Anwar Haryono menyatakan bahwa perkara pernikahan adalah
suatu perjanjian suci antara seorang laki-laki dan seorang perempuan
untuk membentuk keluarga bahagia.5
Adapun perkawinan menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974
tentang perkawinan menjelaskan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir
batin antara seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa.6 Di samping definisi yang diberikan oleh UU No. 1
Tahun 1974 tersebut di atas, KHI pasal 2 memberikan definisi lain yang
tidak mengurangi art-arti definisi Undang-Undang tersebut namun
bersifat menambah penjelasan yaitu perkawinan menurut Islam adalah
pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalizhan untuk
menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.7
Pada prinsipnya, perkawinan atau nikah adalah akad untuk
menghalalkan hubungan serta membatasi hak dan kewajiban, tolongmenolong antara laki-laki dan perempuan di mana antara keduanya bukan
muhrim.8
Dari pengertian-pengertian tersebut tidak terdapat pertentangan
satu sama lain, karena intinya secara sederhana dapat di tarik kesimpulan
hakikat pernikahan adalah perjanjian anntara calon suami istri untuk
Hasan Saleh, Fiqih Nabawi & Fiqih Kontemporer, (Jakarta: Raja Grafindo Pustaka, 2008), 298.
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, (Citra Media Wacana), 8.
7
Kompilasi Hukum Islam
8
Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 188.
5

6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

membolehkan bergaul sebagai suami-istri, guna membentuk suatu
keluarga.9
2. Rukun dan Syarat Perkawinan
Rukun adalah unsur yang melekat pada peristiwa hukum atau
perbuatan hukum (misal akad perkawinan), baik dari segi para subjek
hukum maupun objek hukum yang merupakan bagian dari perbuatan
hukum atau peristiwa hukum (akad nikah) ketika peristiwa hukum
tersebut berlangsung. Rukun menentukan sah atau tidak sahnya suatu
perbuatan atau peristiwa hukum. Jika salah satu rukun dalam peristiwa
atau perbuatan hukum itu tidak terpenuhi berakibat perbuatan hukum
atau peristiwa hukum tersebut adalah tidak sah dan statusnya “batal demi
hukum”.10
Syarat adalah hal-hal yang melekat pada masing-masing unsur
yang menjadi bagian dari suatu perbuatan hukum atau peristiwa hukum.
Akibat tidak terpenuhinya syarat adalah tidak dengan sendirinya
membatalkan perbuatan hukum atau peristiwa hukum, namun perbuatan
atau peristiwa hukum tersebut “dapat dibatalkan”.11
Perspektif fikih munakahat, pernikahan merupakan bagian integral
dari syaria’at Islam. Pernikahan diatur melalui aturan-aturan hukum

Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syarih dalam Hukum Islam, cet kedua..., 261.
Neng Djubaidah, Pencatatan Perkawinan & Perkawinan Tidak di Catat, (Jakarta, Sinar Grafika,
2010), 90.
11
Ibid, 92
9

10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Islam. Pernikahan memerlukan syarat dan rukun agar dapat dipandang sah
menurut hukum Islam. Yang dimaksud dengan syarat di sini ialah syarat
perkawinan yaitu yang berkaitan dengan rukun-rukun pernikahan itu
sendiri.12
Dalam UU No. 1 Tahun 1974 meliputi syarat-syarat formil dan
materil. Syarat materil yaitu syarat-syarat yang mengenai diri pribadi
calon mempelai yang terdapat dalam KHI Pasal 15 sampai 18.13 Adapun
tentang syarat-syarat perkawinan yang lain diatur di dalam Bab II UU
No. 1 Tahun 1974, terutama pasal 6 dan pasal 7.14 Sedangkan syarat
formil menyangkut formalitas atau tata cara yang harus dipenuhi sebelum
dan pada saat dilangsungkan perkawinan.
Rukun dan syarat perkawinan dalam Hukum Islam merupakan hal
yang penting demi terwujudnya suatu ikatan perkawinan antara seorang
lelaki dengan seorang perempuan. Rukun perkawinan merupakan faktor
penentu bagi sahn atau tidaknya suatu perkawinan. Rukun perkawinan,
untuk melaksanakan perkawinan harus ada beberapa komponen, yakni:15
a. Calon mempelai laki-laki,:
1) Calon mempelai wanita,
2) Wali nikah,
b. Dua orang saksi,
12

H. S. A. Alhamdi, Risalah Nikah, Terj. Agus Salim, (Jakarta: Pustaka Amani, 1989), 30-31.
Kompilasi Hukum Islam..., 5.
14
UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.
15
Ibid, 277.

13

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

c. Ijab kabul.
3. Tujuan Perkawinan
Pada dasarnya tujuan perkawinan dalam Islam itu tidak hanya
untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmani dan rohani saja, akan tetapi
untuk membentuk keluarga dan memelihara serta meneruskan keturunan
dalam menjadikan hidupnya di dunia ini, juga mencegah perzinaan, agar
tercipta ketenangan dan ketentraman jiwa bagi yang bersangkutan,
ketentraman keluarga dan masyarakat.
Adapun tujuan dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1
Tahun 1974 Pasal 1, yang menyatakan bahwa “Perkawinan ialah ikatan
lahir bathin antara seorang pria dan dengan seorang wanita sebagai suami
isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”16 Di dalam Kompilasi
Hukum Islam (KHI) dalam Pasal 3 menyatakan bahwa “Perkawinan
bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah,
mawaddah dan rahmah.17
Secara rinci tujuan perkawinan yaitu:18
a. Menghalalkan hubungan kelamin untuk memenuhi hajat tabiat
kemanusiaan.

16

Undang-Undang Perkawinan Indonesia, Wipress 2007, 1-2.
Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Nuansa Aulia, 2013), 2.
18
Mardani, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern, Cet 1, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011), 11.

17

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

b. Membentuk rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
c. Memperoleh keturunan yang sah.
d. Menumbuhkan kesungguhan berusaha mencari rezeki penghidupan
yang halal, memperbesar rasa tanggung jawab.
e. Membentuk rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah
(keluarga yang tenteram, penuh cinta kasih, dan kasih sayang).
f. Ikatan perkawinan sebagai mitsaqan ghalizan sekaligus mentaati
perintah Allah SAW bertujuan untuk membentuk dan membina
tercapainya ikatan lahir batin antara seorang pri dan wanita sebagai
suami istri.
4. Pencatatan perkawinan
Ada beberapa analisis yang dapat di kemukakan mengapa
pencatatan perkawinan tidak diberi perhatian yang serius oleh fikih
walaupun ada ayat al-Qur’an yang menganjurkan untuk mencatat segala
bentuk transaksi muamalah, yaitu pertama, larangan untuk menulis
sesuatu selain al-Qur’an. Kedua, mereka sangat mengandalkan hafalan
(ingatan). Ketiga, tradisi walimat al-‘urusy. Keempat, ada kesan
perkawinan yang berlangsung pada masa-masa awal Islam belum terjadi
antar wilayah yang berbeda. Sehingga alat bukti kawin selain saksi belum
dibutuhkan. 19

Amir Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2004), 120.
19

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Sejalan perkembangan zaman dengan dinamika yang terus
berubah maka banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi.
Masyarakat menuntut dijadikannya akta, surat sebagai bukti autentik.
Saksi hidup tidak lagi bisa diandalkan tidak saja karena bisa hilang
dengan sebab Kematian, manusia dapat juga mengalami kelupaan. Atas
dasar ini diperlukan sebuah bukti yang abadi itulah yang disebut dengan
akta.20
Pencatatan perkawinan bertujuan untuk mewujudkan ketertiban
perkawinan dalam masyarakat. Ini merupakan suatu upaya yang diatur
melalui perundang-undangan, untuk melindungi martabat dan kesucian
(mithaqan ghalizan) perkawinan, dan lebih khusus lagi perempuan dalam
kehidupan rumah tangga. Melalui pencatatan perkawinan yang dibuktikan
dengan akta nikah, yang masing-masing suami istri mendapat salinannya,
apabila terjadi perselisihan atau percekcokan di antara mereka, atau salah
satu tidak bertanggung jawab, maka yang lain dapat melakukan upaya
hukum guna mempertahankan atau memperoleh hak-hak masing-masing,
karena dengan akta tersebut, suami istri memiliki bukti otentik atas
perbuatan hukum yang telah mereka lakukan.21
Ini merupakan suatu upaya yang diatur melalui perundangundangan untuk melindungi martabat dan kesucian perkawinan dan
khususnya bagi perempuan dalam kehidupan rumah tangga. Melalui
pencatatan perkawinan yang dibuktikan
20
21

oleh akta, apabila terjadi

Ibid, 121
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), 107.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

perselisihan di antara suami istri maka salah satu di antaranya dapat
melakukan upaya hukum guna mempertahankan atau memperoleh hak
masing-masing, karena dengan akta tersebut, suami istri memiliki bukti
autentik atas perbuatan hukum yang telah mereka lakukan.22
Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 pasal 2 ayat 2
dinyatakan bahwa: “Tiap-tiap perkawinan di catat menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.” Ini adalah satu-satunya ayat yang
mengatur tentang pencatatan perkawinan. Di dalam penjelasannya tidak
ada uraian yang lebih rinci kecuali yang dimuat di dalam PP No. 9 Tahun
1975. Dengan demikian, pencatatan perkawinan ini walaupun di dalm
UUP hanya diatur oleh satu ayat, namun sebenarnya masalah pencatatan
ini sangat dominan. Tidaklah berlebihan jika ada sementara pakar hukum
yang

menempatkannya

sebagai

syarat

administratif

yang

juga

menentukan sah atau tidaknya sebuah perkawinan.23
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
mengatur tentang tata cara dan tata laksana melaksanakan perkawinan
dan pencatatan perkawinan. Beberapa pasal yang dianggap penting untuk
di kemukakan yaitu Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975
ayat (1) yang menentukan pencatatan perkawinan bagi orang Islam

22
23

Ibid, 107
Amir Nuruddin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, 122-123.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 22 Tahun.24
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang
pelaksanaan undang-undang perkawinan pasal 3 dinyatakan:25
(1) Setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan memberitahukan
kehendaknya kepada Pegawai Pencatat di tempat perkawinannya akan
di langsungkan.
(2) Pemberitahuan tersebut dalam ayat (1) dilakukan sekurang-kurangnya
10 hari kerja sebelum perkawinan dilangsungkan.
(3) Pengecualian terhadap jangka waktu tersebut dalam ayat 2 disebabkan
sesuatu alasan yang penting, diberikan oleh Camat (atas nama) Bupati
Kepala Daerah.
Sahnya perkawinan bagi orang Islam di Indonesia, menurut pasal 2
RUU Perkawinan tahun 1973 ditentukan berdasarkan “pencatatan
perkawinan” sebagai unsur penentu. Hukum agama (Islam) dapat
diberlakukan sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini
yang berfungsi sebagai pelengkap, bukan penentu.26 RUU Perkawinan
Tahun 1973 merumuskan sahnya perkawinan dalam Pasal 2 ayat (1),
sebagai berikut”
“Perkawinan adalah sah apabila dilakukan di hadapan pegawai
pencatat perkawinan, dicatatkan dalam daftar pencatat perkawinan oleh

Neng Djubaidah, Pencatatan Perkawinan & Perkawinan Tidak di Catat, 217
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975.
26
Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor...Tahun 1973 Tentang Perkawinan.
24

25

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

pegawai tersebut, dan dilangsungkan menurut ketentuan hukum
perkawinan pihak-pihak yang melakukan perkawinan, sepanjang tidak
bertentangan dengan undang-undang ini.”
Adapun dalam Pasal 5 KHI dinyatakan bahwa:27
(1) Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap
perkawinan harus di catat.
(2) Pencatatan perkawinan tersebut pada ayat (1), dilakukan oleh
Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana yang di atur dalam UndangUndang Nomor 22 Tahun 1946 jo Undang-undang Nomor 32 Tahun
1954. Selanjutnya pada Pasal 6 dijelaskan bahwa:
(1) Untuk memenuhi ketentuan dalam pasal 5, setiap perkawinan harus
dilangsungkan di hadapan dan di bawah Pengawasan Pegawai
Pencatat Nikah.
(2) Perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat
Nikah tidak mempunyai kekuatan hukum.
Yang