PENGEMBANGAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN PROSOSIAL

  

PENGEMBANGAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK BERMAIN PERAN

UNTUK MENINGKATKAN PROSOSIAL

Oleh: Tita Maela Margawati

  

Abstrak

  Siswa SMA berada pada masa remaja, yang merupakan periode kritis yang menjadi dasar berhasil tidaknya dalam menjalani tugas perkembangan selanjutnya. Secara psikologis remaja tengah berada pada masa topan dan badai, sedang mencari identitas diri dan rawan sekali mengalami konflik. Di sisi lain dinamika perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat, membawa perubahan diberbagai segi kehidupan, skaligus merupakan tantangan dan ancaman bagi remaja yang baru saja memulai kehidupan yang sesungguhnya. Kenyataan ini menuntut dimilikinya kemampuan- kemampuan khusus agar remaja dapat mempertahankan keberadaannya dalam dinamika kehidupan yang selalu berkembang. Prososial merupakanperilaku yang menguntungkan penerima, tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pelakunya. Prososial memiliki intensi untuk mengubah keadaan pisik atau psikologis penerima bantuan dari kurang baik menjadi lebih baik, dalam arti secara material maupun psikologis, dalam hal ini prososial bertujuan untuk meningkatkan well being terhadap orang lain. Kemampuan merespon secara fleksibel, penuh inisiatif dan bertanggung jawab menjadi salah satu kunci agar remaja mampu menjalani masa remaja dengan baik dan mencapai perkembangan selanjutnya secara optimal. Pelaksanaan bimbingan kelompok di SMAN

  1 Ngadirojo yang belum optimal menjadikan masalah prososial siswa yang sebetulnya penting belum menjadi prioritas utama untuk diberikan layanan. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui kondisi empiris pelaksanaan layanan bimbingan kelompok di sekolah (2) mengetahui kondisi prososial siswa, (3) merumuskan model yang efektif untuk meningkatkan prososial siswa, (4) mengetahui tingkat keefektifan bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran untuk meningkatkan prososial siswa. Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan (research

  

and development). Subyek penelitian menggunakan sampel satu kelompok

  beranggotakan sepuluh (10) orang siswa yang prososialnya heterogen yaitu tinggi, sedang dan rendah. Produk dari penelitian adalah bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran untuk meningkatkan prososial siswa. Simpulan akhir dari penelitian ini adalah bimbingan kelompok dengan teknikbermain peran yang dikembangkan terbukti efektif untuk meningkatkan prososial siswa, dan ini membawa dampak konsekwensi terhadap usaha peningkatan prososial siswa. Untuk itu disarankan kepada guru bimbingan dan konseling sebagai praktisi di sekolah menggunakan bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran untuk meningkatkan prososial siswa.

  Kata Kunci: Bimbingan Kelompok,Bermain Peran, Prososial.

  Pendahuluan

  Manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, sehingga dapat dikatakan bahwa individu itu mempunyai ketergantungan dan saling membutuhkan satu dengan yang lain, maka sifat tolong menolong sesama merupakan hal yang harus dimiliki oleh setiap individu. Sebagaimana firman Alloh dalam Al-

  Qur’an “Tolong menolonglah kamu sekalian dalam hal kebaikan dan taqwa, dan janganlah tolong menolong dalam hal dosa dan permusuhan” (QS: Al-Maidah, 2). Sikap prososial terbentuk dari orang-orang yang berada dilingkungan sekitar tempat tinggal dan melakukan aktivitas sehari-hari terutama di sekolah. Proses mengamati, meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan proses belajar. Betapa pentingnya prososial dalam kehidupan bermasyarakat untuk menciptakan kedamaian dan keharmonisan, yang saling menghormati, menyayangi, dan menghargai, tolong menolong yang didasari sukarela.

  Bimbingan kelompok merupakan bantuan dalam suasana kelompok dengan tujuan peserta didik dapat memahami, mencegah, dan memperbaiki diri sendiri, dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Didalam bimbingan kelompok terdapat dinamika, dan interaksi dinamis yaitu, memiliki tujuan bersama, saling membina hubungan baik, tanggap terhadap orang lain, dan memmbina sikap kemandirian siswa. Layanan bimbingan kelompok membahas berbagai permasalahan umum/topik yang menjadi kepedulian bersama para anggota kelompok. Melalui dinamika kelompok yang dibangun secara terus menerus, pembahasan masalah dapat mendorong pengembanagn perasaan, pikiran, wawasan, dan sikap yang dapat menunjang terwujudnya sikap prososial.

  Metode penelitian

  Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (research

  

and development), dengan pendekatan analisis kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif

  untuk menguji keefektifan hubungan antar variabel dan Kualitatif untuk mengetahui validitas rasional dari produk yang dihasilkan. Metode penelitian dan pengembangan merupakan metode yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2009: 407).

  Rancangan penelitian dan pengembangan yang meliputi langkah-langkah berikut : (1) studi pendahuluan, (2) perencanaan, (3) pengembangan model hipotetik, (4) penelaah model hipotetik/ uji kelayakan (5) revisi, (6) uji coba terbatas, (7) revisi hasil uji coba, (8) uji coba lebih luas, (9) revisi model akhir, dan (10) sosialisasi.

  Penelitian dengan menggunakan metode research and developmentini diharapkan dapat menghasilkan sebuah pruduk model yaitu pengembangan bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran untuk meningkatkan prososial siswa. Penelitian ini bermula dari masalah yang muncul di sekolah, yaitu SMAN 1 Ngadirojo yang menunjukkan gejala-gejala prososial yaang rendah, dan belum tertangani secara baik. Hal ini terlihat dari perilaku siswa yang menunjukkan kurang bisa membagi cerita dan masalah dengan teman, kurang perhatian, kurang memilki sikap menolong, acuh terhadap permasalahan yang dihadapi teman, kurang kerjasama, kurang jujur, dan kurang mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain, yang merupakan indikator prososial

  Prosedur Pengembangan

  a. Kajian Lapangan

  Kegiatan yang dilakukan peneliti pada langkah ini adalah mengumpulkan informasi tentang kondisi obyektif di lapangan yang meliputi:

  1. Mendiskripsikan temuan tentang gambaran nyata pelaksanaan bimbingan kelompok di SMAN 1 Ngadirojo.

  2. Mendiskripsikan temuan tentang gambaran nyata prososial siswa SMAN 1 Ngadirojo.

  b. Kajian Pustaka

  Kegiatan yang dilakukan peneliti pada langkah ini adalah : 1. Mengkaji konsep model bimbingan kelompok dan prososial siswa.

  2. Mengkaji hasil-hasil penelitian yang relevan.

  3. Mengkaji ketentuan formal pelaksanaan bimbingan kelompok.

  c. Merumuskan Model

  Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagaiberikut:

  1. Merancang model bimbingan kelompok teknik bermain peran yang dikembangkan berdasarkan kajian pustaka, kondisi actual siswa SMAN 1 Ngadirojo, kajian hasil- hasil penelitian terdahulu yang relevan, dan ketentuan formal pelaksanaan bimbingan kelompok.

  2. Analisis kesenjangan antara model bimbingan kelompok dengan implementasi aktual bimbingan kelompok siswa SMAN 1 Ngadirojo.

  3. Mendiskripsikan kerangka kerja kolaboratif dengan guru pembimbing di SMAN 1 Ngadirojo dalam menguji kelayakan model bimbingan kelompok teknik bermain peran.

  d. Uji kelayakan Model (Validasi)

  Langkah ini peneliti melakukan kegiatan:

  1. Uji kelayakan dengan validasi pembimbing atau ahli dan validasi praktisi 2. Mendiskripsikan hasil pelaksanaan uji kelayakan.

  e. Perbaikan Model

  Berdasarkan hasil pelaksanaan uji-kelayakan, peneliti melakukan kegiatan:

  1. Mengevaluasi hasil uji-kelayakan model 2. Memperbaiki model secara kolaboratif.

  3. Tersusun model bimbingan kelompok teknik bermain peran untuk meningkatkan prososial siswa SMAN 1 Ngadirojo.

  f. Uji Coba Terbatas

  Setelah memperbaiki model dilaksanakan uji coba terbatas, dengan langkah sebagai berikut :

  1. Menyusun Rencana dan teknis uji coba terbatas

  2. Menyiapkan konselor sebagai pemimpin kelompok

  3. Menyiapkan bermain peranyang memenuhi karakteristik penelitian

  4. Membagi siswa dalam kelompok kecil berjumlah 10 orang

  5. Melaksanakan uji coba terbatas

  6. Mendiskusikan dan merefleksi sebagai masukan perbaikan model

  g. Menghasilkan Model

  Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut: 1. Memperbaiki model bimbingan kelompok secara kolaboratif.

  2. Tersusun model bimbingan kelompok teknik bermain peran, diharapkan dapat digunakan guru BK di SMAN 1 Ngadirojo dalam meningkatkan kualitas pelayanan bimbingan dan konseling untuk meningkatan prososial siswa.

  Dari prosedur pengembangan model diatas, secara lebih sistematis disajikan dalam bagan tahap-tahap yang akan dilakukan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Alur Penelitian dan Pengembangan Media Bimbingan dan Konseling

  Research Pengembangan

  1. Kajian lapangan

  1. Uji kelayakan Model

  2. Kajian pustaka (Validasi)

  3. Merumuskan model

  2. Perbaikan Model

  3. Uji Coba Terbatas

  4. Menghasilkan Model

  Uji coba Produk Desain Produk

  Uji model hipotetik untuk memperoleh gambaran tentang efektivitas model bimbingan kelompok untuk meningkatkan prososial siswa SMAN 1 Ngadirojo dengan menggunakan Metode pre-experimental design dengan desain one group pre-test and

  post-test design sebagai berikut :

Tabel 3.2 Deskripsi uji model bimbingan kelompok

  Kelompok Pretes Perlakuan Postest Ekperimen

  X Subyek Uji Coba Subyek uji coba penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 1 Ngadirojo yang diambil dengan teknik purposive random sampling. Teknik purposive random sampling yaitu teknik pengumpulan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009:124).

  Penelitian ini mengambil beberapa sampel sesuai dengan tujuan penelitian, dalam hal ini berdasarkan keefektifan pelaksanaan bimb\ingan kelompok yang anggota kelompok berjumlah 10 orang siswa. sampel yang diambil adalah siswa yang memiliki skor prososial yang dipandang perlu untuk ditingkatkan, yaitu 6 orang prososial rendah, 2 orang prososial sedang dan 2 orang prososial tinggi.

  Jenis Data

  Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari instrument penelitian berupa kajian lapangan dan data sekunder yang telah diolah /digali melalui karangan ilmiah pakar pendidikan berupa kajian pustaka, dengan metode

  

mixed methode design sequen karena pendekatan kualitatif dan kuantitatif digunakan

  secara terpadu dan saling mendukung. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengkaji keefektifan bimbingan kelompok teknik bermain peran untuk meningkatkan prososiaal. Sementara itu, pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui validitasrasional model bimbingan kelompok teknik bermain peran untuk meningkatkan prososial. Teknisnya dilakukan sebagai berikut: metode analisis deskriptif, metode partisipatif kolaboratif, dan metode pre eksperimental design.

  Metode analisis deskriptif dilaksanakan untuk menjelaskan secara sistematis, faktual, akurat, tentang fakta-fakta dan sifat-sifat yang terkait dengan substansi penelitian. Dalam hal ini dilakukan untuk menganalisis kecenderungan prososial siswa.

  Metode partisipatif kolaboratif dalam proses uji kelayakan model hipotetik bimbingan kelompokteknik bermain peran. Uji kelayakan model dilaksanakan dengan uji rasional, uji keterbacaan, dan uji coba terbatas. Uji rasional dengan dosen pembimbing.Metode pre-experimental design dengan desain one group pre-test and

  

post-test design dilaksanakan dalam uji lapangan/ uji coba terbatas model hipotetik

  untuk memperoleh gambaran tentang efektivitas model bimbingan kelompokteknik bermain peran untuk meningkatkan prososial siswa. (Sugiyono 2009:110).

  Keadaan Prososial Siswa SMP Negeri 1 Maospati Magetan Secara Keseluruhan

  Keadaan prososial siswa diambil dari 298 siswa SMAN 1 Ngadirojo kelas X menggunakan instrumen skala prososial yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Gambaran umum mengenai keadaan prososial siswa berdasarkan skor total kelas X sebanyak 298 siswa diperoleh hasil sebagaimana tabel distribusi berikut:

Tabel 4.2 Klasifikasi Profil Prososial Siswa Secara Umum NO PROFIL F %

  1 RENDAH 33 11,074 %

2 SEDANG 223 74,832 %

  3 TINGGI 42 14,094 % 298 100,00%

  Bila digambarkan dalam bentuk grafik keadaan prososial siswa kelas X SMAN

  1 Ngadirojo secara umum akan tampak seperti berikut ini: Gambar 4.1

  Grafik Profil Prososial Siswa Kelas X SMAN 1 Ngadirojo Dari data tersebut diatas menunjukkan bahwa siswa yang mengalami masalah prososial rendah yaitu 11,074% atau 33 dari 298 siswa.

4.2.2 Keadaan Prososial Siswa Berdasarkan Indikator/aspek

1. Aspek Membagi (sharring)

  Adapun keadaan prososial pada aspek membagi, sebagai berikut,

Tabel 4.3 Klasifikasi Profil Prososial Siswa Indikator Berbagi (sharring) NO PROFIL F %

  1 RENDAH 49 16.443%

2 SEDANG 184 61.745%

  3 TINGGI 65 21.812% 298 100,00%

  Adapun dalam bentuk grafik, gambaran kondisi prososial aspek berbagi tampak seperti di bawah ini: Grafik 4.2

  Grafik keadaan prososial pada aspek berbagi

2. Aspek Kerjasama (cooperative) Adapun keadaan prososial siswa pada indikator kerjasama (coperative).

  Tabel 4. 4 Keadaan Prososial Siswa Pada Indikator Kerjasama (cooperative)

  NO PROFIL F %

  1 RENDAH 60 20.13%

2 SEDANG 186 62.42%

  3 TINGGI 52 17.45% 298 100,00%

  Adapun dalam bentuk grafik, gambaran kondisi prososial aspek kerjasama tampak seperti di bawah ini:

  Gambar 4.3 Grafik keadaan prososial pada indikator kerjasama (cooperative)

3. Aspek Menyumbang(donating)

  Adapun keadaan prososial pada indikator menyumbang (donating), sebagai berikut,

Tabel 4.5 Keadaan Prososial Siswa Pada Aspek Menyumbang (Donating)

  NO PROFIL F %

  1 RENDAH 48 16.11%

2 SEDANG 194 65.10%

  3 TINGGI 56 18.79% 298 100,00%

  Adapun dalam bentuk grafik, gambaran kondisi prososial aspek menyumbang tampak seperti di bawah ini,

  Gambar 4.4 Grafik Prososial Pada Aspek Menyumbang (donating)

4. Aspek Menolong (helping)

  Berdasarkan kriteria penentuan tingkat prososial, diketahui penyebaran skor menolong(helping) sebagaimana pada tabel distribusi berikut ini:

Tabel 4.6 Klasifikasi Profil Prososial Siswa Indikator Menolong (helping)

  NO PROFIL F %

  1 RENDAH 25 8.39%

2 SEDANG 237 79.53%

  3 TINGGI 36 12.08% 298 100,00%

  Adapun dalam bentuk grafik, gambaran kondisi prososial aspek menolong (helping) tampak seperti di bawah ini,

  Gambar 4.5 Grafik Keadaan Prososial Pada Aspek Menolong (Helping)

5. Aspek Kejujuran (honesty)

  Berdasarkan kriteria penentuan tingkat prososial, diketahui penyebaran skor kejujuran (honesty) sebagaimana pada tabel distribusi berikut ini:

Tabel 4.7 Klasifikasi Profil Prososial Siswa Indikator Kejujuran(honesty)

  NO PROFIL F %

  3 RENDAH 40 13.42%

  1 TINGGI 47 15.77%

  2 SEDANG 211 70.81% 298 100,00%

  Adapun dalam bentuk grafik, gambaran kondisi prososial aspek kejujuran

  (honesty) tampak seperti di bawah ini,

  Gambar 4.6 Grafik Profil Tingkat Kejujuran(honesty)

6. Aspek Kedermawanan (generosity)

  Berdasarkan kriteria penentuan tingkat prososial, diketahui penyebaran skor kedermawanan (generosity) sebagaimana pada tabel distribusi berikut ini:

Tabel 4.8 Klasifikasi Profil Prososial Siswa Indikator Kedermawana (generosity)

  NO PROFIL F %

  3 RENDAH 94 31.54%

2 SEDANG 134 44.97%

  1 TINGGI 70 23.49% 298 100,00%

  Adapun dalam bentuk grafik, gambaran kondisi prososial aspek kedermawanan

  (generosity) tampak seperti di bawah ini,

  Gambar 4.7 Grafik Profil Tingkat Kedermawana (generosity)

7. Aspek Mempertimbangkan Hak dan Kesejahteraan Orang lain

  Berdasarkan kriteria penentuan tingkat prososial, diketahui penyebaran skor aspek mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain sebagaimana pada tabel distribusi berikut ini:

Tabel 4.9 Klasifikasi Profil Prososial Siswa Indikator Mempertimbangkan Hak dan

  

Kesejahteraan Orang lain

NO PROFIL F %

  3 RENDAH 31 10.40%

2 SEDANG 235 78.86%

  1 TINGGI 32 10.74% 298 100.00%

  Adapun dalam bentuk grafik, gambaran kondisi prososial aspek aspek mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain tampak seperti di bawah ini,

4.4.2.1 Hasil Pre Test Pro Sosial Siswa SMAN 1 Ngadirojo

Tabel 4.14. Hasil Pre Test Siswa No. Kategori Nilai (dalam persen) Hasil

   (82 %)

  76

  1. Tinggi

  Gambar 4.8 Grafik Profil Tingkat Mempertimbangkan Hak dan kesejahteraan Orang lain

  Sample siswa diambil 10 anak, untuk uji keefektifan produk. Hasil yang didapat menunjukkan angka 2944. Jumlah keseluruhan jika mempunyai pro sosial tinggi adalah 3600 atau 100%. Nilai prososial 10 siswa SMAN 1 Ngadirojo dalam persen ditunjukkan dengan angka 82 %.

  • – 100

  51

  • – 75

  3. Kurang

  26

  • – 50

  4. Rendah

  • – 25

  Hasil Post Test Prososial Siswa SMAN 1 Ngadirojo

  Hasil yang didapat setelah di berikan perlakuan atau post test yaitu menunjukkan angka 3220. Nilai prososial siswa dalam persen setelah diberikan perlakuan yaitu 86 %.

Tabel 4.15. Hasil Post Test Siswa No. Kategori Nilai (dalam persen) Hasil

  5. Tinggi

  76

   (86 %)

  2. Sedang

  • – 100

  6. Sedang

  51

  • – 75

  7. Kurang

  26

  • – 50

  8. Rendah

  • – 25

4.4.3 Perbandingan Pre Test dan Post Test

  Melihat hasil diatas maka terlihat jelas bahwa pre test menunjukkan angka 82 % dan post test menunjukkan angka 86 %. Angka menunjukkan bahwa ada peningkatan prososial setelah diberikan perlakuan menggunakan bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran. Peningkatan tersebut ditunjukkan dengan adanya peeningkat sebesar 4 %.

  Untuk lebih memantapkan tentang ada atau tidaknya peningkatan setelah diberikan perlakuan untuk menguji keefektifan produk maka peneliti menggunakan analisis data uji keefektifan dengan menggunakan rumus wilcoxon. Ada beberapa catatan dalam rumus wilcoxon ini, yaitu apabila hasil yang didapat kurang dari 0,05 atau < 0,05 maka hasilnya adalah ada perubahan prososial siswa setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan bimbingan kelompok dengan tekhnik bermain peran, tetapi apabila hasil yang didapat lebih dari 0,05 atau > 0,05 maka hasilnya adalah tidak ada perubahan prososial siswa setelah diberi perlakuan. Adapun hasil tersebut adalah sebagai berikut, b

  

Test Statistics

Post

  • – Pre a

    Z -2.807

    Asymp. Sig. (2-tailed) .005

    a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Gambar 4.9. Sajian Statistik Pre Test dan Post Test Prososial Siswa SMA

  Hasil diatas menunjukkan angka 0,005 pada Asymp. Sig. (2-tailed) maka 0,005 < 0,05. Melihat hasil tersebut maka model bimbingan kelompok dengan tekhnik bermain peran efektif untuk meningkatkan prososial siswa SMA. Sedangkan untuk masing-masing indikator prososial siswa didapatkan nilai sebagai berikut,

Tabel 4.15. Nilai Pada Masing-Masing Indikator Prososial No Indikator Motivasi Belajar Nilai Keterangan

  1. Membagi (sharring) 0,005 < 0,05 Ada perubahan/efektif

  2. Kerjasama (cooperative) 0,005 < 0,05 Ada perubahan/efektif

  3. Menyumbang (donating) 0,005 < 0,05 Ada perubahan/efektif

  4. Menolong(helping) 0,005 < 0,05 Ada perubahan/efektif

  5. Kejujuran (honesty) 0,012 < 0,05 Ada perubahan/efektif

  6. Kedermawanan (generosity) 0,038 < 0,05 Ada perubahan/efektif

  7. Mempertimbangkan hak dan 0,005 < 0,05 Ada perubahan/efektif kewajiban terhadap orang lain

  Penutup

  a. Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok di SMAN 1 Ngadirojo sudah dilaksanan, tetapi hasilnya belum bisa maksimal. Perbedaan pemahaman guru pembimbing terhadap subtansi bimbingan kelompok dan beberapa faktor yang menjadi kendala teknis dilapangan, menjadi penyebab layanan bimbingan kelompok ini tidak menjadi sebuah layanan penting. Ketrampilan guru bimbingan dan konseling terhadap pelaksanaan bimbingan kelompok itu sendiri masih belum bisa mengangkat keunggulan dan kelebihan dari layanan bimbingan kelompok untuk menfasilitasi siswa mengatasi masalah dan mengembangkan potensi yang dimiliki.

  b. Hasil pengukuran keadaan prososial dengan menggunakan instrumen skala prososial menunjukkan bahwa tingkat prososial siswa SMAN 1 Ngadirojo masih dalam tataran rata-rata sedang.

  c. Model layanan bimbingan kelompok sudah dikembangkan dengan baik dan menghasilkan model bimbingan kelompok dengan tekhnik bermain peran untuk meningkatkan prososial siswa SMA. Model layanan bimbingan kelompok dengan tekhnik bermain peran sudah dilengkapi dengan petunjuk penggunaan bagi guru BK yang akan melaksanakannya. d. Layanan bimbingan kelompok dengan tekhnik bermain peran efektif digunakan untuk meningkatkan pro sosial siswa SMA. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisa uji Wilcoxon diperoleh nilai 0,005 yang berarti signifikan untuk meningkatkan prososial siswa.

  

Daftar Pustaka

  Adam, Francesca Gino, 2010, A Litle Thanks Goes a Long Way: Explaning Why

  Gratitude Expressions Motivate Prosocial Behaviour . Journal of Personality and

  Social psychology, Vol.98, No.6.chapel Hill: University of Pennsylvania and University of North Carolina. Borg, Gall. 2003. Educational Reseach an Introduction, Fourth Editon. New York:

  Longman, Inc Dayakisni dan Hudaniah. (2012). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press Purwati, Sri. (2011). Model Bimbingan Kelompok dengan Teknik Fun Game Untuk

  Mengurangi Kecemasan Berbicara Didepan Kelas Siswa Kelas VII SMP Negeri

1 Brangsong. Tesis prodi Bimbingan dan Konseling. UNNES Semarang.

  Romlah,T. (2006). Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang. Samsudi. (2009). Desain Penelitian pendidikan. Semarang UNNES Press. Walgito, Bimo. (2007). Psikologi Kelompok. Yogyakarta: CV Andi Ofset. Wibowo, Mungin, Edy. (2005). Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: UNNES Press. Zaini, Hiyam, dkk. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.