PERSEKUSI SEBAGAI SALAH SATU KEJAHATAN K
H.E. Budhianita. et al., Persekusi Sebagai Salah Satu Kejahatan Kemanusiaan (HAM) Berat di Indonesia
1
PERSEKUSI SEBAGAI SALAH SATU KEJAHATAN KEMANUSIAAN
(HAM) BERAT DI INDONESIA
Handayani Eka Budhianita, Al Khanif
Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Jember (UNEJ)
Jln. Kalimantan 37, Jember 68121
E-mail : handayaniekab071@gmail.com
Menurut data Internet World State,
intimidasi,
fitnah,
provokasi
kebencian
angka pengguna internet di Indonesia setiap
bahkan praktik penipuan dan hal hal yang
tahun selalu bertambah. Tahun 2000, jumlah
dapat merugikan orang lain. Salah satu
pengguna internet masih berrada pada angka
penyalahgunaan
1 persen dari total populasi penduduk
jaringan internet yang menarik perhatian
Indonesia, atau berkisar 2 juta orang. Namun
publik
seiring berjalannya waktu mulai pada Maret
kebencian (hate speech) dan berujung kepada
2017, masyarakat pengguna fasilitas dunia
tindak kekerasan. Ujaran kebencian ini
maya ini telah mencapai 50,4 persen atau
dimaknai sebagai perkataan, perilaku, dan
sekitar 132, 7 juta orang. Pengguna internet
tulisan yang dilakukan oleh individu atau
tersebut bermacam-macam dari berbagai
kelompok lain. Ujaran kebencian biasanya
kalangan,
menyentuh banyak aspek mulai dari ras,
akan
tetapi
sebagian
besar
adaah
media
tentang
sosial
melalui
kontek
ujaran
masyarakat kota dan sebagian merupakan
warna
masyarakat pinggiran kota, yang mana dalam
orientasi seksual, kewarganegaraan hingga
penggunaannya juga mengalami peningkatan
agama dan lain.
kulit,
etnis,
gender,
kecacatan,
setiap bulan dan tahunnya. Penggunaan
Kasus ujaran kebencian tidak hanya
internet oleh para pengguna selain untuk
dialami oleh masyarakat pada umumnya,
mengakses segala informasi yang dibutuhkan
melaikan lebih sering terjadi kepada pejabat
juga digunakan sebagai salah satu alat untuk
publik, tokoh agama dan tokoh masyarakat.
berkomunikasi antara satu orang terhadap
Akibat dari banyaknya kasus tentang ujaran
orang lain melalui media sosial.
kebencian terhadap peseorangan maupun
Media sosial dalam perkembangannya
kelompok tertentu tersebut, oleh aparat
saat ini ternyata tidak hanya digunakan untuk
kepolisian
melakukan komunikasi dengan orang lain,
tindakan awal terjadinya kejahatan persekusi
melainkan dapat berubah fungsi menjadi
atau
sebuah media yang oleh sebagian orang
seseorang atau sejumlah warga dan disakiti
digunakan untuk menyebarkan informasi,
atau ditumpas. Oleh karena itu, dengan
kemudian
dipandang
kesewenang-wenangan
sebagai
terhadap
H.E. Budhianita. et al., Persekusi Sebagai Salah Satu Kejahatan Kemanusiaan (HAM) Berat di Indonesia
banyaknya kasus persekusi yang terjadi
Masyur
kepada
persekusi
salah
satu
individu
maupun
Effendi
yang
sebagai
2
menerjemahkan
perampasan
dengan
kelompok tertentu yang dapat merampas
sengaja dan kejam terhadap hak-hak dasar
harkat dan martabatnya sebagai sesama
dan
manusia,
identitas
maka
dapat
dilihat
apakah
kejahatan persekusi merupakan pelanggaran
berhubungan
kelompok
dengan
meniadakan
yang
merupakan
pelanggaran hukum internasional1
ham berat dan juga dibutuhkan suatu regulasi
Kejahatan persekusi sangat banyak terjadi
yang jelas dan pasti dalam hal pengaturan
tidak hanya di negara Indonesia saja melainkan
maupun
negara lain sehingga oleh dunia internasional
ketentuan
melakukan
pidana
perbuatan
bagi
persekusi
yang
kepada
individu maupun kelompok tersebut melalui
kejahatan
dianggap
perlu
untuk
diperhatikan secara lebih serius dalam hal
peraturan
ketentuan hukum yang berlaku.
persekusi
perundang-undangan
baik
secara
nasional maupun internasional. Contohnya kasus
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
jilid III dijelaskan bahwa Persekusiterdiri
menimpa seorang wanita asal Australia (Magi)
yang sempat dihukum dan dideportasi dari Abu
dari 1 (satu) suku kata yaitu persekusi (per-
Dhabi,Uni Emirat, tanpa sempat membela diri.Ia
se-ku-si) yang artinya adalah pemburuan
dituding menulis sesuatu yang buruk di media
semenang-menang terhadap seseorang atau
sosial tentang kebiasaan parkir masyarakat
sejumlah warga dan disakiti, dipersusah atau
setempat dengan mengupload foto-foto yang
ditumpas.
pengertian
merujuk pada kaum kaya di Arabyang dianggap
persekusi sebagaimana yang telah dijelaskan
sebagai sebuah sinisme dan kalimat yang
Jika
dalam Kamus
diperhatikan
Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) jilid III di atas dapat disimpulkan
bahwa
persekusi
merupakan
tindakan
kejahatan yang sengaja dilakukan oleh
seseorang atau kelompok terhadap seseorang
dianggap buruk di sana. Akhirnya sang pemilik
mobil mengadukan Magi ke polisi dan kemudian
ia ditangkapdan diadili secara in absentia,
dihukum penjara, kemudian dideportasi. Selain
itu banyak juga kasus kasus persekusi di
Indonesia. Salah satu contoh kasus persekusi
atau kelompok atau sejumlah warga lainnya
adalah kasus yang melibatkan Fiera Lovita,
yang didalamnya terjadi tindakan menyakiti,
seorang dokter di Rumah Sakit Umum Daerah
mempersusah dan menumpas seseorang,
Kota Solok, Sumatera Barat, merasa tertekan
kelompok atau warga tersebut. Yang dalam
setelah mengalami persekusi berupa teror dan
hal ini merupakan sebuah tindak pidana.
intimidasi oleh sekelompok orang dari ormas
Menurut Jaakko Kuosmanen, agar sebuah
tertentu.2 Hal ini bermula ketika Fiera menulis
pelanggaran dianggap sebagai persekusi ada
tiga syarat yang diperlukan yaitu ancaman
asimetris dan sistemik; bahaya berat dan
berkelanjutan atau sasaran diskriminatif yang
tidak adil dan kemudian dikuatkan oleh
1
A.Masyhur Effendi, Tempat Hak-hak Asasi
Manusia dalam Hukum. Internasional/Nasional,
Bandung: Alumni, 1980 hal. 35
2
http://nasional.kompas.com/read/2017/06/01/15
535791/kisah.fiera.lovita.korban.persekusi.yang.dituduh
.menghina.tokoh.ormas diakses tanggal 06 Oktober
2017 Pukul 14.000 wib
H.E. Budhianita. et al., Persekusi Sebagai Salah Satu Kejahatan Kemanusiaan (HAM) Berat di Indonesia
3
komentar berkaitan dengan berita konferensi pers
manusia paling awal, pasal 14, Deklarasi Hak
pihak kepolisian di televisi terkait tentang
Asasi Manusia (Universal Declaration of Human
kebenaran barang bukti kasus chat WhatsApp
Rights – 1948) mengamanatkan bahwa setiap
Firza Husein dan Rizieq Shihab. Kemudian
individu memiliki hak untuk mencari dan
kelompok ormas yang tidak suka dengan kata-
menikmati perlindungan dari upaya persekusi.4
kata Fiera di status Facebooknya mendatangi
Meskipun upaya tersebut dibatasi dalam konteks
Fiera untuk meminta Fiera meminta maaf dan
pemberian suaka bagi individu yang terpaksa
menandatangani surat pernyataan permintaan
meninggalkan
maafnya. Tindakan intimidasi ternyata tidak
persekusi yang terjadi di negara asalnya,konsep
berhenti sampai di situ. Setelah mem-posting
ini ditegaskan juga berlaku dalam setiap situasi
pernyataan maaf, Fiera menemukan foto-fotonya
melalui pasal-pasal lainnya dalam deklarasi ini
tersebar di media sosial dengan komentar
dan kedua konvenan berikutnya.
provokatif dan tidak senonoh. Dia dituduh
negaranya
Kejahatan
akibat
Persekusi
acamanan
sangat
banyak
menghina ulama dan agama Islam.Sejak saat itu,
terjadi di negara Indonesia. Bermula dari
teror dan intimidasi kerap diterima oleh Fiera.
banyaknya perbuatan yang mengandung
Rumahnya sering didatangi oleh orang-orang tak
dikenal
dan
minta
untuk
bertemu.Atas
pertimbangan keselamatan jiwa anak-anak dan
dirinya, Fiera memutuskan untuk pergi dari
Dalam konsep hak asasi manusia, seluruh
dari
persekusi
dan
lisan
yang
kemudian
menyebabkan
seseorangan maupun kelompok melakukan
perbuatan yang termasuk dalam katagori
Solok untuk sementara waktu.
bentuk
ujaran kebencian baik secara tertulis maupun
dampak
yang
kejahatan persekusi. Kejahatan persekusi di
Indonesia
bukan
hanya
masyarakat
dari pengingkaran terhadap hak-hakfundamental
kejahatan tersebut juga dialami oleh petinggi
yang dicantumkan dalam Deklarasi Universal
negara, ulama dan
Hak
memiliki jabatan struktural tinggi di negara
setelahnya.
Manusia,
Sebagai
juga
sebuah
keduakonvenan
norma
yang
universal, hak asasi manusia melindungisetiap
individu dari berbagai bentuk pelanggaran hak
politik, ekonomi, sosial dan budayayang hadir
dari ancaman persekusi. Sebagai contoh; hak atas
kebebasan berekspresi danberopini, hak atas
kebebasan beragama dan berkeyakinan, hak atas
Indonesia.
Keadaan
umumnya,
oleh
dihadirkannya merupakan bagian tak terpisahkan
Asasi
pada
dialami
bahkan
orang orang
yang
yang
sedemikian
membuat kejahatan persekusi harus dipadang
sebagai salah satu kejahatan kemanusiaan
yang perlu diperhatikan secara serius dalam
hal penangananya karena kejahatan persekusi
memiliki
dampak
kepada
harkat
dan
rasa aman, hak untuktidak disiksa, hak untuk
diperlakukan
sama
dihadapan
hukum,
dan
seterusnya.3 Sebagai sebuah instrument hak asasi
3
Persecution Based On Human Rigts Violation,
Elena Loredana PIRVU Silviu TURZA,
RomanianAssociation of Humanitare Law, 2013
4
Art. 14, (1)Everyone has the right to seek and to
enjoy in other countries asylum from persecution. (2)
This right may not be invoked in the case of
prosecutions genuinely arising from non-political
crimes or from acts contrary to the purposes and
principles of the United Nations.
H.E. Budhianita. et al., Persekusi Sebagai Salah Satu Kejahatan Kemanusiaan (HAM) Berat di Indonesia
martabat manusia sebagai makhluk yang
4
HAM sebagai berikut:
wajib dilindungi hak asasinya.
suatu penyelidikan dan penyidikan yang
“penganiayaan
terhadap
suatu kelompok tertentu atau
perkumpulan yang didasari
persamaan paham politik,
ras,
kebangsaan,
etnis,
budaya,
agama,
jenis
kelamin atau alasan lain
yang telah diakui secara
universal sebagai hal yang
dilarang
hukum
internasional”.
dilakukan sehingga dalam penerapan hukum,
Undang-Undang Pengadilan HAM itu sendiri
penegak
salah
tidak memberikan definisi rinci atas apa yang
memformulasikan delik maupun dalam hal
dimaksud sebagai “penganiayaan”. Di dalam
penjatuhan
persekusi
KUHP memang mengatur penganiayaan
sebenarnya diadopsi dari Statuta Roma
sebagai suatu kejahatan didalam pasal 351
Mahkamah
Internasional
hingga pasal 358, namun demikian, KUHP
(International Criminal Court). Pasal 7
kita juga belum memberikan defisini rinci
Statuta Roma memasukkan persekusi sebagai
atas apa “penganiayaan” itu sendiri. Pasal
kejahatan kemanusiaan dengan elaborasi.
351 KUHP secara implisit memberikan “kisi-
Merujuk pada ketentuan hukum, baik
hukum di Indonesia maupun internasional,
suatu perbuatan persekusi dapat dikatakan
sebagai suatu kejahatan kemanusiaan apabila
tindakan tersebut bersifat sistematis dan
untuk mengetahuinya maka perlu adanya
hukum
tidak
pidananya.
Kata
Pengadilan
“Persecution
against
any
identiable group or collectivity on
political, racial, national, ethnic,
cultural, religious, gender…or
other grounds that are universally
recognized as impermissible under
international law…”.
Adapun defisini persekusi menurut
Statuta Roma adalah: “Persecution means
the intentional and severe deprivation of
fundamental rights contrary to international
law by reason of the identity of the group or
collectivity”.
Di dalam konteks hukum nasional
kisi” bahwa tindakan penganiayaan adalah
tindakan yang: mengakibatkan luka-luka
berat, mengakibatkan kematian dan tindakan
yang merusak kesehatan”.UU Pengadilan
HAM memang mengadopsi secara partial
beberapa kejahatan yang diatur di dalam
Statuta Roma, sehingga apabila kiblat nya
memang ke Statuta Roma, seyogya nya
Undang-Undang
memuat
ketentuan
HAM
mengenai
juga
defisini
persecution/penganiayaan itu sendiri.
kejahatan kemanusiaan diatur di dalam
Undang-Undang
Pengadilan
Apabila
membahas
persecution
Nomor 26 tahun 2000
/penganiayaan, harusnya perubahaan atas
tentang Pengadilan HAM. Adapun mengenai
Undang-Undang Pengadilan HAM dan juga
persekusi
KUHP menjadi sebuah langkah awal yang
di
diterjemahkan
Kejahatan
dalam
sebagai
persekusi
hukum
nasional
“penganiayaan”.
itu
harus
dilakukan
seiring
dengan
sendiri
berkembangannya kejahatan persekusi yang
diterjemahkan pasal 9 (h) UU Pengadilan
dalam hal ini rumusan pertanggungjawaban
H.E. Budhianita. et al., Persekusi Sebagai Salah Satu Kejahatan Kemanusiaan (HAM) Berat di Indonesia
5
pidananya masih dalam tataran sederhana
diatur dalam pasal 36 sampai pasal 40.
akan tetapi jumlah korban dari kejahatan
Persekusi atau perburuan seseorang untuk
persekusi semakin banyak. Sebagai contoh
dihakimi secara semena-mena katanya jelas
kasus Fiera yang mengalami kejahatan
masuk dalam kategori
persekusi
humanity atau kejahatan kemanusiaan. Itu
dengan
bentuk
intimidasi,
crime against
kekerasan mental bukan hanya pada diri
tidak
sendiri melainkan keluarganya namun dalam
Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan
hal ini seakan tidak ada perlindungan khusus
Hak Asasi Manusia tapi juga melanggar
bagi korban kejahatan persekusi yang dapat
Rome Statue tentang kejahatan kemanusiaan
dikatagorikan sebagai kejahatan kemanusiaan
internasional.mereka
(HAM)
persekusi karena melanggar undang-undang
berat.
Perubahan
KUHP
Undang-Undang Pengadilan HAM
dan
yang
saja
melanggar
Undang-Undang
yang
melakukan
dan statuta Roma tersebut bisa dipidanakan.
dimaksud diatas bertujuan agar kita memiliki
Pasal 9(e) UU Nomor 26 tahun 2000
kepastian hukum atas apa kejahatan persekusi
tentang Pengadilan Hak Azasi Manusia
tiu sendiri.Secara singkat, karena kekosongan
menyebutkan, perampasan kemerdekaan atau
definisi persekusi/penganiayaan di dalam
perampasan kebebasan fisik lain secara
KUHP ataupun UU Pengadilan HAM, maka
sewenang-wenang yang melanggar (azas-
bisa dikatakan saat ini interpretasi persekusi
azas) ketentuan pokok hukum internasional,
merupakan diskresi para penegak hukum.
pidana sanksinya adalah penjara 5-15 tahun.
Apabila mengikuti Statuta Roma, harusnya
Pasal 9(h) di undang-undang tersebut juga
definisi persekusi adalah “perampasan hak
dikatakan,
asasi secara keras dan bertentangan dengan
kelompok tertentu atau perkumpulan yang
hukum internasional karena alasan identitas
didasari persamaan paham
kelompok atau kolektivitas”.
kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis
penganiayaan
terhadap
suatu
politik, ras,
Sistem pidana atau teori hukum pidana
kelamin atau alasan lain yang telah diakui
ada 3 hal, yang pertama jenis pidana, dan
secara universal sebagai hal yang dilarang
lamanyaSanksi
menurut
hukum
pelaksanaan pidana. Jenis pidana sendiri
sanksinya
adalah
seperti yang sudah diketahui ada Pidana
Sementara, Rome Statue, Article 7 (1) (h)
penjara, kurungan, pidana mati, pidana denda
menyataan, persekusi terhadap sekelompok
tambahan. tetapi dalam Undang-Undang
orang berdasarkan identitas politik, ras,
Nomor 26 Tahun 2000 tentang pengadilan
kewarganegaraan,
HAM masalah ada dua hal yaitu jenis pidana
seperti yang didefinisikan di pasal 3 atau
danlamanya pidana. Ketentuan mengenai
alasan lainnya yang diakui secara luas tidak
jenis dan lamanya sanksi pidana dalam
dapat
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000
internasional, sebagai kejahatan kemanusiaan
pidana
dan
aturan
dibenarkan
internasional,
penjara
suku,
10-20
agama,
berdasarkan
pidana
tahun.
jender
hukum
H.E. Budhianita. et al., Persekusi Sebagai Salah Satu Kejahatan Kemanusiaan (HAM) Berat di Indonesia
6
dan dengan diratifikasinya beberapa konvensi
kemerdekaan atau perampasan kebebasan
internasional
kejahatan
fisik lain secara sewenang-wenangmemiliki
seharusnya
dampak kepada harkat dan martabat manusia
kejahatan persekusi di Indonesia tidak dapat
sebagai makhluk yang wajib dilindungi hak
sekedar dipandang sebagai kejahatan biasa
asasinya, dan juga dampak dari adanya
yang diatur dalam Kitab Undang-Undang
kejahatan persekusi di Indonesia mampu
Hukum
menggangu
mengenai
kemanusiaan
(HAM)
Pidana
menjadikan
maka
(KUHP)
Undang-Undang
melainkan
Nomor
stabilitas
dan
keamanan
26
masyarakat di wilayah Indonesia. Kemudian
Tahun 2000 sebagai dasar hukum utama
terkait dengan penegakan hukum pidana
dalam upaya penyelesaian perkara kejahatan
dalam upaya mengatasi kejahatan persekusi
persekusi di Indonesia.
yang pada mulanya penegak hukum hanya
Adanya kebijakan negara Indonesia
dapat menerapkan pasal-pasal dalam Kitab
meratifikasi konvensi-konvesi internasional
Undang-Undang Hukum Pidana, dengan
tersebut
bahwa
adanya Undang-Undang Nomor 26 Tahun
sebenarnya Indonesia telah menyadari bahwa
2000 tentang Peradilan Hak Asasi Manusia
ancaman
dan juga didukung oleh adanya Statuta Roma
maka
dapat
kejahatan
dikatakan
persekusi
memiliki
dampak yang besar apabila tidak ditangani
maupu
dengan serius dan juga dengan adanya
tentang Hak Asasi Manusia yang selanjutnya
peraturan-peraturan tersebut, penegak hukum
diratifikasi oleh Indonesia dapat menjadi
seyogyanya mampu meneliti tepat atau
alternatif khusus dalam mengatasi sekaligus
tidaknya sebuah kasus persekusi diadili
mencegah adanya kejahatan persekusi di
dengan hanya menggunakan rumusan pasal
dalam masyarakat.
konvensi-konvensi
Internasional
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHP) sehingga penegakan hukum
dalam hal kejahatan persekusi tidak hanya
dirasakan bagi pelaku kejahatan tetapi dapat
menjadi suatu sarana pencegahan supaya
tidak
terjadi
kejahatan
persekusi
di
masyarakat.
Melihat banyaknya kasus yang terjadi
di
Indonesia,
kejahatan
persekusi
di
Indonesia harus dapat dipandang sebagai
suatu kejahatan kemanusiaan (HAM) berat.
Hal ini dikarenakan Intimidasi dan bentuk
bentuk perbuatan yang mencerminkan suatu
tidakan
persekusi
baik
perampasan
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
A.Masyhur Effendi, Tempat Hak-hak
Asasi
Manusia
dalam
Hukum.
Internasional/Nasional, Bandung: Alumni,
1980
Kasim, Ifdhal, 2006 Kodifikasi Hukum
Pidana dalam Kerangka Perlindungan Hak
Asasi Manusia. Makalah. Dalam Focus Group
Discussion. Diselenggarakan oleh ELSAM,
Jakarta, 28 Oktober
Remmelink, Jan. 2003. Hukum Pidana,
Komentar Atas Pasal-Pasal Terpenting dari
KUHP Belanda dan Padanannya dalam KUHP
Indonesia. Jakarta: GramediaPustaka Utama
H.E. Budhianita. et al., Persekusi Sebagai Salah Satu Kejahatan Kemanusiaan (HAM) Berat di Indonesia
B. JURNAL dan UNDANG-UNDANG
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan
Convention Againts Torture And Other Cruel,
Inhuman Or Degrading Treatment Or
Punishment (Konvensi Menentang Penyiksaan
dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang
Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan
Martabat Manusia)
Jurnal Seri Position Paper Reformasi
KUHP No. #5/2007 tentang Tindak Pidana
Hak Asasi Manusia dalam RKUHP, ELSAM
dan Aliansi Reformasi KUHP, Jakarta, 2007
Persecution Based On Human Rigts
Violation, Elena Loredana PIRVU Silviu
TURZA,
Romanian
Association
of
Humanitare Law, 2013
Statute of the International Criminal
Tribunal for Rwanda art. 3, Nov. 8, 1994, 33
I.L.M. 1602 (1994)[hereinafter ICTR Statute].
Commentators have noted that this
formulation does not reflect customary
international law. See, e.g., Darryl Robinson,
Defining “Crimes Against Humanity” at the
Rome Conference, 93 AM. J. INT’L L. 43, 46
(1993).17
C. INTERNET
http://nasional.kompas.com/read/2017/06/01/15535791/
kisah.fiera.lovita.ko
Majalah Info Singkat Vol. IX/No.11/I.Puslit/Juni/2017
7
1
PERSEKUSI SEBAGAI SALAH SATU KEJAHATAN KEMANUSIAAN
(HAM) BERAT DI INDONESIA
Handayani Eka Budhianita, Al Khanif
Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Jember (UNEJ)
Jln. Kalimantan 37, Jember 68121
E-mail : handayaniekab071@gmail.com
Menurut data Internet World State,
intimidasi,
fitnah,
provokasi
kebencian
angka pengguna internet di Indonesia setiap
bahkan praktik penipuan dan hal hal yang
tahun selalu bertambah. Tahun 2000, jumlah
dapat merugikan orang lain. Salah satu
pengguna internet masih berrada pada angka
penyalahgunaan
1 persen dari total populasi penduduk
jaringan internet yang menarik perhatian
Indonesia, atau berkisar 2 juta orang. Namun
publik
seiring berjalannya waktu mulai pada Maret
kebencian (hate speech) dan berujung kepada
2017, masyarakat pengguna fasilitas dunia
tindak kekerasan. Ujaran kebencian ini
maya ini telah mencapai 50,4 persen atau
dimaknai sebagai perkataan, perilaku, dan
sekitar 132, 7 juta orang. Pengguna internet
tulisan yang dilakukan oleh individu atau
tersebut bermacam-macam dari berbagai
kelompok lain. Ujaran kebencian biasanya
kalangan,
menyentuh banyak aspek mulai dari ras,
akan
tetapi
sebagian
besar
adaah
media
tentang
sosial
melalui
kontek
ujaran
masyarakat kota dan sebagian merupakan
warna
masyarakat pinggiran kota, yang mana dalam
orientasi seksual, kewarganegaraan hingga
penggunaannya juga mengalami peningkatan
agama dan lain.
kulit,
etnis,
gender,
kecacatan,
setiap bulan dan tahunnya. Penggunaan
Kasus ujaran kebencian tidak hanya
internet oleh para pengguna selain untuk
dialami oleh masyarakat pada umumnya,
mengakses segala informasi yang dibutuhkan
melaikan lebih sering terjadi kepada pejabat
juga digunakan sebagai salah satu alat untuk
publik, tokoh agama dan tokoh masyarakat.
berkomunikasi antara satu orang terhadap
Akibat dari banyaknya kasus tentang ujaran
orang lain melalui media sosial.
kebencian terhadap peseorangan maupun
Media sosial dalam perkembangannya
kelompok tertentu tersebut, oleh aparat
saat ini ternyata tidak hanya digunakan untuk
kepolisian
melakukan komunikasi dengan orang lain,
tindakan awal terjadinya kejahatan persekusi
melainkan dapat berubah fungsi menjadi
atau
sebuah media yang oleh sebagian orang
seseorang atau sejumlah warga dan disakiti
digunakan untuk menyebarkan informasi,
atau ditumpas. Oleh karena itu, dengan
kemudian
dipandang
kesewenang-wenangan
sebagai
terhadap
H.E. Budhianita. et al., Persekusi Sebagai Salah Satu Kejahatan Kemanusiaan (HAM) Berat di Indonesia
banyaknya kasus persekusi yang terjadi
Masyur
kepada
persekusi
salah
satu
individu
maupun
Effendi
yang
sebagai
2
menerjemahkan
perampasan
dengan
kelompok tertentu yang dapat merampas
sengaja dan kejam terhadap hak-hak dasar
harkat dan martabatnya sebagai sesama
dan
manusia,
identitas
maka
dapat
dilihat
apakah
kejahatan persekusi merupakan pelanggaran
berhubungan
kelompok
dengan
meniadakan
yang
merupakan
pelanggaran hukum internasional1
ham berat dan juga dibutuhkan suatu regulasi
Kejahatan persekusi sangat banyak terjadi
yang jelas dan pasti dalam hal pengaturan
tidak hanya di negara Indonesia saja melainkan
maupun
negara lain sehingga oleh dunia internasional
ketentuan
melakukan
pidana
perbuatan
bagi
persekusi
yang
kepada
individu maupun kelompok tersebut melalui
kejahatan
dianggap
perlu
untuk
diperhatikan secara lebih serius dalam hal
peraturan
ketentuan hukum yang berlaku.
persekusi
perundang-undangan
baik
secara
nasional maupun internasional. Contohnya kasus
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
jilid III dijelaskan bahwa Persekusiterdiri
menimpa seorang wanita asal Australia (Magi)
yang sempat dihukum dan dideportasi dari Abu
dari 1 (satu) suku kata yaitu persekusi (per-
Dhabi,Uni Emirat, tanpa sempat membela diri.Ia
se-ku-si) yang artinya adalah pemburuan
dituding menulis sesuatu yang buruk di media
semenang-menang terhadap seseorang atau
sosial tentang kebiasaan parkir masyarakat
sejumlah warga dan disakiti, dipersusah atau
setempat dengan mengupload foto-foto yang
ditumpas.
pengertian
merujuk pada kaum kaya di Arabyang dianggap
persekusi sebagaimana yang telah dijelaskan
sebagai sebuah sinisme dan kalimat yang
Jika
dalam Kamus
diperhatikan
Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) jilid III di atas dapat disimpulkan
bahwa
persekusi
merupakan
tindakan
kejahatan yang sengaja dilakukan oleh
seseorang atau kelompok terhadap seseorang
dianggap buruk di sana. Akhirnya sang pemilik
mobil mengadukan Magi ke polisi dan kemudian
ia ditangkapdan diadili secara in absentia,
dihukum penjara, kemudian dideportasi. Selain
itu banyak juga kasus kasus persekusi di
Indonesia. Salah satu contoh kasus persekusi
atau kelompok atau sejumlah warga lainnya
adalah kasus yang melibatkan Fiera Lovita,
yang didalamnya terjadi tindakan menyakiti,
seorang dokter di Rumah Sakit Umum Daerah
mempersusah dan menumpas seseorang,
Kota Solok, Sumatera Barat, merasa tertekan
kelompok atau warga tersebut. Yang dalam
setelah mengalami persekusi berupa teror dan
hal ini merupakan sebuah tindak pidana.
intimidasi oleh sekelompok orang dari ormas
Menurut Jaakko Kuosmanen, agar sebuah
tertentu.2 Hal ini bermula ketika Fiera menulis
pelanggaran dianggap sebagai persekusi ada
tiga syarat yang diperlukan yaitu ancaman
asimetris dan sistemik; bahaya berat dan
berkelanjutan atau sasaran diskriminatif yang
tidak adil dan kemudian dikuatkan oleh
1
A.Masyhur Effendi, Tempat Hak-hak Asasi
Manusia dalam Hukum. Internasional/Nasional,
Bandung: Alumni, 1980 hal. 35
2
http://nasional.kompas.com/read/2017/06/01/15
535791/kisah.fiera.lovita.korban.persekusi.yang.dituduh
.menghina.tokoh.ormas diakses tanggal 06 Oktober
2017 Pukul 14.000 wib
H.E. Budhianita. et al., Persekusi Sebagai Salah Satu Kejahatan Kemanusiaan (HAM) Berat di Indonesia
3
komentar berkaitan dengan berita konferensi pers
manusia paling awal, pasal 14, Deklarasi Hak
pihak kepolisian di televisi terkait tentang
Asasi Manusia (Universal Declaration of Human
kebenaran barang bukti kasus chat WhatsApp
Rights – 1948) mengamanatkan bahwa setiap
Firza Husein dan Rizieq Shihab. Kemudian
individu memiliki hak untuk mencari dan
kelompok ormas yang tidak suka dengan kata-
menikmati perlindungan dari upaya persekusi.4
kata Fiera di status Facebooknya mendatangi
Meskipun upaya tersebut dibatasi dalam konteks
Fiera untuk meminta Fiera meminta maaf dan
pemberian suaka bagi individu yang terpaksa
menandatangani surat pernyataan permintaan
meninggalkan
maafnya. Tindakan intimidasi ternyata tidak
persekusi yang terjadi di negara asalnya,konsep
berhenti sampai di situ. Setelah mem-posting
ini ditegaskan juga berlaku dalam setiap situasi
pernyataan maaf, Fiera menemukan foto-fotonya
melalui pasal-pasal lainnya dalam deklarasi ini
tersebar di media sosial dengan komentar
dan kedua konvenan berikutnya.
provokatif dan tidak senonoh. Dia dituduh
negaranya
Kejahatan
akibat
Persekusi
acamanan
sangat
banyak
menghina ulama dan agama Islam.Sejak saat itu,
terjadi di negara Indonesia. Bermula dari
teror dan intimidasi kerap diterima oleh Fiera.
banyaknya perbuatan yang mengandung
Rumahnya sering didatangi oleh orang-orang tak
dikenal
dan
minta
untuk
bertemu.Atas
pertimbangan keselamatan jiwa anak-anak dan
dirinya, Fiera memutuskan untuk pergi dari
Dalam konsep hak asasi manusia, seluruh
dari
persekusi
dan
lisan
yang
kemudian
menyebabkan
seseorangan maupun kelompok melakukan
perbuatan yang termasuk dalam katagori
Solok untuk sementara waktu.
bentuk
ujaran kebencian baik secara tertulis maupun
dampak
yang
kejahatan persekusi. Kejahatan persekusi di
Indonesia
bukan
hanya
masyarakat
dari pengingkaran terhadap hak-hakfundamental
kejahatan tersebut juga dialami oleh petinggi
yang dicantumkan dalam Deklarasi Universal
negara, ulama dan
Hak
memiliki jabatan struktural tinggi di negara
setelahnya.
Manusia,
Sebagai
juga
sebuah
keduakonvenan
norma
yang
universal, hak asasi manusia melindungisetiap
individu dari berbagai bentuk pelanggaran hak
politik, ekonomi, sosial dan budayayang hadir
dari ancaman persekusi. Sebagai contoh; hak atas
kebebasan berekspresi danberopini, hak atas
kebebasan beragama dan berkeyakinan, hak atas
Indonesia.
Keadaan
umumnya,
oleh
dihadirkannya merupakan bagian tak terpisahkan
Asasi
pada
dialami
bahkan
orang orang
yang
yang
sedemikian
membuat kejahatan persekusi harus dipadang
sebagai salah satu kejahatan kemanusiaan
yang perlu diperhatikan secara serius dalam
hal penangananya karena kejahatan persekusi
memiliki
dampak
kepada
harkat
dan
rasa aman, hak untuktidak disiksa, hak untuk
diperlakukan
sama
dihadapan
hukum,
dan
seterusnya.3 Sebagai sebuah instrument hak asasi
3
Persecution Based On Human Rigts Violation,
Elena Loredana PIRVU Silviu TURZA,
RomanianAssociation of Humanitare Law, 2013
4
Art. 14, (1)Everyone has the right to seek and to
enjoy in other countries asylum from persecution. (2)
This right may not be invoked in the case of
prosecutions genuinely arising from non-political
crimes or from acts contrary to the purposes and
principles of the United Nations.
H.E. Budhianita. et al., Persekusi Sebagai Salah Satu Kejahatan Kemanusiaan (HAM) Berat di Indonesia
martabat manusia sebagai makhluk yang
4
HAM sebagai berikut:
wajib dilindungi hak asasinya.
suatu penyelidikan dan penyidikan yang
“penganiayaan
terhadap
suatu kelompok tertentu atau
perkumpulan yang didasari
persamaan paham politik,
ras,
kebangsaan,
etnis,
budaya,
agama,
jenis
kelamin atau alasan lain
yang telah diakui secara
universal sebagai hal yang
dilarang
hukum
internasional”.
dilakukan sehingga dalam penerapan hukum,
Undang-Undang Pengadilan HAM itu sendiri
penegak
salah
tidak memberikan definisi rinci atas apa yang
memformulasikan delik maupun dalam hal
dimaksud sebagai “penganiayaan”. Di dalam
penjatuhan
persekusi
KUHP memang mengatur penganiayaan
sebenarnya diadopsi dari Statuta Roma
sebagai suatu kejahatan didalam pasal 351
Mahkamah
Internasional
hingga pasal 358, namun demikian, KUHP
(International Criminal Court). Pasal 7
kita juga belum memberikan defisini rinci
Statuta Roma memasukkan persekusi sebagai
atas apa “penganiayaan” itu sendiri. Pasal
kejahatan kemanusiaan dengan elaborasi.
351 KUHP secara implisit memberikan “kisi-
Merujuk pada ketentuan hukum, baik
hukum di Indonesia maupun internasional,
suatu perbuatan persekusi dapat dikatakan
sebagai suatu kejahatan kemanusiaan apabila
tindakan tersebut bersifat sistematis dan
untuk mengetahuinya maka perlu adanya
hukum
tidak
pidananya.
Kata
Pengadilan
“Persecution
against
any
identiable group or collectivity on
political, racial, national, ethnic,
cultural, religious, gender…or
other grounds that are universally
recognized as impermissible under
international law…”.
Adapun defisini persekusi menurut
Statuta Roma adalah: “Persecution means
the intentional and severe deprivation of
fundamental rights contrary to international
law by reason of the identity of the group or
collectivity”.
Di dalam konteks hukum nasional
kisi” bahwa tindakan penganiayaan adalah
tindakan yang: mengakibatkan luka-luka
berat, mengakibatkan kematian dan tindakan
yang merusak kesehatan”.UU Pengadilan
HAM memang mengadopsi secara partial
beberapa kejahatan yang diatur di dalam
Statuta Roma, sehingga apabila kiblat nya
memang ke Statuta Roma, seyogya nya
Undang-Undang
memuat
ketentuan
HAM
mengenai
juga
defisini
persecution/penganiayaan itu sendiri.
kejahatan kemanusiaan diatur di dalam
Undang-Undang
Pengadilan
Apabila
membahas
persecution
Nomor 26 tahun 2000
/penganiayaan, harusnya perubahaan atas
tentang Pengadilan HAM. Adapun mengenai
Undang-Undang Pengadilan HAM dan juga
persekusi
KUHP menjadi sebuah langkah awal yang
di
diterjemahkan
Kejahatan
dalam
sebagai
persekusi
hukum
nasional
“penganiayaan”.
itu
harus
dilakukan
seiring
dengan
sendiri
berkembangannya kejahatan persekusi yang
diterjemahkan pasal 9 (h) UU Pengadilan
dalam hal ini rumusan pertanggungjawaban
H.E. Budhianita. et al., Persekusi Sebagai Salah Satu Kejahatan Kemanusiaan (HAM) Berat di Indonesia
5
pidananya masih dalam tataran sederhana
diatur dalam pasal 36 sampai pasal 40.
akan tetapi jumlah korban dari kejahatan
Persekusi atau perburuan seseorang untuk
persekusi semakin banyak. Sebagai contoh
dihakimi secara semena-mena katanya jelas
kasus Fiera yang mengalami kejahatan
masuk dalam kategori
persekusi
humanity atau kejahatan kemanusiaan. Itu
dengan
bentuk
intimidasi,
crime against
kekerasan mental bukan hanya pada diri
tidak
sendiri melainkan keluarganya namun dalam
Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan
hal ini seakan tidak ada perlindungan khusus
Hak Asasi Manusia tapi juga melanggar
bagi korban kejahatan persekusi yang dapat
Rome Statue tentang kejahatan kemanusiaan
dikatagorikan sebagai kejahatan kemanusiaan
internasional.mereka
(HAM)
persekusi karena melanggar undang-undang
berat.
Perubahan
KUHP
Undang-Undang Pengadilan HAM
dan
yang
saja
melanggar
Undang-Undang
yang
melakukan
dan statuta Roma tersebut bisa dipidanakan.
dimaksud diatas bertujuan agar kita memiliki
Pasal 9(e) UU Nomor 26 tahun 2000
kepastian hukum atas apa kejahatan persekusi
tentang Pengadilan Hak Azasi Manusia
tiu sendiri.Secara singkat, karena kekosongan
menyebutkan, perampasan kemerdekaan atau
definisi persekusi/penganiayaan di dalam
perampasan kebebasan fisik lain secara
KUHP ataupun UU Pengadilan HAM, maka
sewenang-wenang yang melanggar (azas-
bisa dikatakan saat ini interpretasi persekusi
azas) ketentuan pokok hukum internasional,
merupakan diskresi para penegak hukum.
pidana sanksinya adalah penjara 5-15 tahun.
Apabila mengikuti Statuta Roma, harusnya
Pasal 9(h) di undang-undang tersebut juga
definisi persekusi adalah “perampasan hak
dikatakan,
asasi secara keras dan bertentangan dengan
kelompok tertentu atau perkumpulan yang
hukum internasional karena alasan identitas
didasari persamaan paham
kelompok atau kolektivitas”.
kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis
penganiayaan
terhadap
suatu
politik, ras,
Sistem pidana atau teori hukum pidana
kelamin atau alasan lain yang telah diakui
ada 3 hal, yang pertama jenis pidana, dan
secara universal sebagai hal yang dilarang
lamanyaSanksi
menurut
hukum
pelaksanaan pidana. Jenis pidana sendiri
sanksinya
adalah
seperti yang sudah diketahui ada Pidana
Sementara, Rome Statue, Article 7 (1) (h)
penjara, kurungan, pidana mati, pidana denda
menyataan, persekusi terhadap sekelompok
tambahan. tetapi dalam Undang-Undang
orang berdasarkan identitas politik, ras,
Nomor 26 Tahun 2000 tentang pengadilan
kewarganegaraan,
HAM masalah ada dua hal yaitu jenis pidana
seperti yang didefinisikan di pasal 3 atau
danlamanya pidana. Ketentuan mengenai
alasan lainnya yang diakui secara luas tidak
jenis dan lamanya sanksi pidana dalam
dapat
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000
internasional, sebagai kejahatan kemanusiaan
pidana
dan
aturan
dibenarkan
internasional,
penjara
suku,
10-20
agama,
berdasarkan
pidana
tahun.
jender
hukum
H.E. Budhianita. et al., Persekusi Sebagai Salah Satu Kejahatan Kemanusiaan (HAM) Berat di Indonesia
6
dan dengan diratifikasinya beberapa konvensi
kemerdekaan atau perampasan kebebasan
internasional
kejahatan
fisik lain secara sewenang-wenangmemiliki
seharusnya
dampak kepada harkat dan martabat manusia
kejahatan persekusi di Indonesia tidak dapat
sebagai makhluk yang wajib dilindungi hak
sekedar dipandang sebagai kejahatan biasa
asasinya, dan juga dampak dari adanya
yang diatur dalam Kitab Undang-Undang
kejahatan persekusi di Indonesia mampu
Hukum
menggangu
mengenai
kemanusiaan
(HAM)
Pidana
menjadikan
maka
(KUHP)
Undang-Undang
melainkan
Nomor
stabilitas
dan
keamanan
26
masyarakat di wilayah Indonesia. Kemudian
Tahun 2000 sebagai dasar hukum utama
terkait dengan penegakan hukum pidana
dalam upaya penyelesaian perkara kejahatan
dalam upaya mengatasi kejahatan persekusi
persekusi di Indonesia.
yang pada mulanya penegak hukum hanya
Adanya kebijakan negara Indonesia
dapat menerapkan pasal-pasal dalam Kitab
meratifikasi konvensi-konvesi internasional
Undang-Undang Hukum Pidana, dengan
tersebut
bahwa
adanya Undang-Undang Nomor 26 Tahun
sebenarnya Indonesia telah menyadari bahwa
2000 tentang Peradilan Hak Asasi Manusia
ancaman
dan juga didukung oleh adanya Statuta Roma
maka
dapat
kejahatan
dikatakan
persekusi
memiliki
dampak yang besar apabila tidak ditangani
maupu
dengan serius dan juga dengan adanya
tentang Hak Asasi Manusia yang selanjutnya
peraturan-peraturan tersebut, penegak hukum
diratifikasi oleh Indonesia dapat menjadi
seyogyanya mampu meneliti tepat atau
alternatif khusus dalam mengatasi sekaligus
tidaknya sebuah kasus persekusi diadili
mencegah adanya kejahatan persekusi di
dengan hanya menggunakan rumusan pasal
dalam masyarakat.
konvensi-konvensi
Internasional
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHP) sehingga penegakan hukum
dalam hal kejahatan persekusi tidak hanya
dirasakan bagi pelaku kejahatan tetapi dapat
menjadi suatu sarana pencegahan supaya
tidak
terjadi
kejahatan
persekusi
di
masyarakat.
Melihat banyaknya kasus yang terjadi
di
Indonesia,
kejahatan
persekusi
di
Indonesia harus dapat dipandang sebagai
suatu kejahatan kemanusiaan (HAM) berat.
Hal ini dikarenakan Intimidasi dan bentuk
bentuk perbuatan yang mencerminkan suatu
tidakan
persekusi
baik
perampasan
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
A.Masyhur Effendi, Tempat Hak-hak
Asasi
Manusia
dalam
Hukum.
Internasional/Nasional, Bandung: Alumni,
1980
Kasim, Ifdhal, 2006 Kodifikasi Hukum
Pidana dalam Kerangka Perlindungan Hak
Asasi Manusia. Makalah. Dalam Focus Group
Discussion. Diselenggarakan oleh ELSAM,
Jakarta, 28 Oktober
Remmelink, Jan. 2003. Hukum Pidana,
Komentar Atas Pasal-Pasal Terpenting dari
KUHP Belanda dan Padanannya dalam KUHP
Indonesia. Jakarta: GramediaPustaka Utama
H.E. Budhianita. et al., Persekusi Sebagai Salah Satu Kejahatan Kemanusiaan (HAM) Berat di Indonesia
B. JURNAL dan UNDANG-UNDANG
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan
Convention Againts Torture And Other Cruel,
Inhuman Or Degrading Treatment Or
Punishment (Konvensi Menentang Penyiksaan
dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang
Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan
Martabat Manusia)
Jurnal Seri Position Paper Reformasi
KUHP No. #5/2007 tentang Tindak Pidana
Hak Asasi Manusia dalam RKUHP, ELSAM
dan Aliansi Reformasi KUHP, Jakarta, 2007
Persecution Based On Human Rigts
Violation, Elena Loredana PIRVU Silviu
TURZA,
Romanian
Association
of
Humanitare Law, 2013
Statute of the International Criminal
Tribunal for Rwanda art. 3, Nov. 8, 1994, 33
I.L.M. 1602 (1994)[hereinafter ICTR Statute].
Commentators have noted that this
formulation does not reflect customary
international law. See, e.g., Darryl Robinson,
Defining “Crimes Against Humanity” at the
Rome Conference, 93 AM. J. INT’L L. 43, 46
(1993).17
C. INTERNET
http://nasional.kompas.com/read/2017/06/01/15535791/
kisah.fiera.lovita.ko
Majalah Info Singkat Vol. IX/No.11/I.Puslit/Juni/2017
7