Dispute Pajak atas Fasilitas Kantor (1)
THE UNTAXABLE
Daluwarsa
Penetapan
dan Penagihan
Oleh:
Muhammad Ikbal, BKP1
Konsultan Pajak PT Maas Standard Consulting
Bagi Wajib Pajak yang melaporkan SPT dengan
status SPT Tahunan PPh menyatakan rugi dan SPT
Masa PPN berstatus Lebih Bayar Kompensasi untuk
Tahun Pajak 2003, 2004, 2005, 2006, dan 2007,
harus siap diperiksa di tahun 2013 ini. Pasalnya,
tahun 2013 ditetapkan sebagai tahun daluwarsa
penetapan bagi SPT dengan kriteria tersebut.
Pening bagi Wajib Pajak untuk membuka kembali
ketentuan dalam UU KUP untuk lebih memahami
tentang daluarsa penetapan dan penagihan pajak.
P
asal II UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 menyebutkan
bahwa tahun 2013 adalah tahun daluwarsa penetapan.
Tentunya hal ini menjadi sinyal pemeriksaan pajak
akan digiatkan terlebih kepada Wajib Pajak yang SPT
Tahunan PPh menyatakan rugi dan SPT Masa PPN
berstatus Lebih Bayar Kompensasi untuk Tahun Pajak 2003, 2004,
2005, 2006, dan 2007.
1. Tulisan ini adalah pendapat pribadi penulis tidak mencerminkan pendapat institusi di mana penulis bekerja.
34
Indonesian Tax Review
Volume VI/Edisi 18/2013
35
THE UNTAXABLE
Pemerintah pun sudah menyiapkan amunisi pada
Selain itu, Dirjen Pajak juga menerbitkan ketentuan
awal tahun ini dengan menerbitkan Peraturan Menteri
teknis untuk melakukan pemeriksaan pajak atas SPT
Keuangan (PMK) Nomor: 17/PMK.03/2013 tentang Tata
Tahunan PPh rugi dan SPT Masa PPN lebih bayar untuk
Cara Pemeriksaan yang mencabut PMK Nomor: 199/
tahun pajak 2007 dan sebelumnya. Hal ini diatur dalam
PMK.03/2007 jo. PMK Nomor: 82/PMK.03/2011. Pasal
Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-11/PJ/2013 yang
5 ayat (2) PMK Nomor: 17/PMK.03/2013 ditegaskan
memaparkan rencana dan strategi pemeriksaan tahun
Pemeriksaan Kantor yang dilakukan di kantor Direktorat
2013, pada 26 Maret 2013 yang lalu.
Dalam surat edaran tersebut, Ditjen Pajak menargetkan
Jenderal (Ditjen) Pajak hanya dilakukan bila ada dua
penerimaan pajak dari kegiatan pemeriksaan secara
kondisi.
Pertama, laporan keuangan diaudit oleh akuntan
nasional untuk tahun ini sebesar Rp18.462.531.170.000,00
p u b l i k d a n m e n d ap a t p e n d ap a t wa j a r t a n p a
(delapan belas triliun empat ratus enam puluh dua miliar
pengecualian pada tahun pajak yang diperiksa atau
lima ratus tiga puluh satu juta seratus tujuh puluh ribu
laporan keuangan salah satu tahun pajak dari dua
rupiah). Target tersebut meningkat sebesar 38,8% dari
tahun pajak sebelum tahun pajak yang diperiksa.
tahun 2012. Hal yang unik dari target tersebut ialah
Kedua, Wajib Pajak tidak sedang dilakukan Pemeriksaan
penentuan target penerimaan pajak dari pemeriksaan
Bukti Permulaan, penyidikan, atau penuntutan tindak
ditentukan dengan rinci, hingga digit puluhan ribu
pidana perpajakan, dan/atau Wajib Pajak dalam 5 tahun
rupiah. Hal ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
terakhir tidak pernah dipidana karena melakukan
Untuk lebih jelas perhatikan tabel 1.
tindak pidana di bidang perpajakan. Dengan demikian,
Selain itu, Dirjen Pajak juga menerbitkan Surat
selain Wajib Pajak tersebut, Fiskus akan melakukan
Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-12/PJ/2013 yang
pemeriksaan lapangan atau di tempat kegiatan usaha
mengatur hal yang lebih spesifik, yaitu pemeriksaan atas
Wajib Pajak.
SPT Tahunan PPh Rugi dan SPT Masa PPN Lebih Bayar
Selain itu, pada tanggal 30 Mei 2013 telah diterbitkan
Kompensasi yang daluwarsa penetapan pada tahun 2013.
Peraturan Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Nomor PER-
Dalam bagian materi surat edaran tersebut dinyatakan
22/PJ/2013 tentang Pedoman Pemeriksaan terhadap
pemeriksaan untuk SPT Tahunan PPh Rugi dan SPT
Wajib Pajak yang Mempunyai Hubungan Istimewa.
Masa PPN Lebih Bayar Kompensasi dilakukan dengan
Aturan tersebut merupakan pelaksana dari Pasal 6 ayat
pemeriksaan satu jenis pajak (single tax).
(2) dan Pasal 92 PMK Nomor: 17/PMK.03/2013.
Dalam tulisan ini, penulis tidak membahas lebih
Untuk itu, bagi Wajib Pajak yang SPT Tahunan PPh
lanjut mengenai pemeriksaan pajak terkait daluwarsa
menyatakan rugi maupun SPT Masa PPN berstatus
penetapan dan penagihan. Tulisan ini akan membahas
Lebih Bayar Kompensasi untuk Tahun Pajak 2007
lebih lanjut tentang daluwarsa penetapan dan penagihan
dan sebelumnya tentunya sudah harus bersiap
serta jangka waktunya.
untuk diperiksa dan tidak ada salahnya me- review
kembali kewajiban pajak yang pernah dilakukan serta
Buah dari Sistem Self Assessment
memprediksi potensi pajak yang timbul berdasarkan
ketentuan peraturan perpajakan.
Sebagaimana diketahui ruh dari undang-undang
perpajakan kita adalah sistem self assessment. Untuk itu,
Tabel 1:
Target Penerimaan Pajak dari Pemeriksaan
Tahun
36
Dasar
Target Penerimaan dari
Hukum
Pemeriksaan
% Kenaikan
2013
SE-11/PJ/2013
Rp18.462.531.170.000,00
2012
SE-7/PJ/2012
Rp13,3 triliun
38,8%
2011
SE-29/PJ/2011
Rp9 triliun
47,8%
Indonesian Tax Review
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang
memberikan kepastian bagi Wajib Pajak kapan harus
Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun
memenuhi kewajiban pajaknya. Seperti, penentuan
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
saat terutangnya pajak, saat pemotongan pajak, saat
(UU KUP) mengharuskan Wajib Pajak mendaftarkan diri
penyetoran dan pelaporan pajak. Jika Wajib Pajak tidak
untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
patuh dengan batas waktu tersebut, maka Wajib Pajak
saat terpenuhinya persyaratan subjektif dan objektif.
dapat dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam UU
Efek dari penerapan sistem self assessment ialah
KUP.
dominannya peran Wajib Pajak dalam pemenuhan
Di sisi lain, Fiskus juga diberikan batas waktu dalam
kewajiban perpajakan, mulai dari mendaftarkan
menetapkan pajak yang seharusnya terutang dan
diri, menghitung, memperhitungkan, menyetor
penagihan pajak. Untuk itu, dalam konsep perpajakan
hingga melaporkan pajak yang terutang. Seluruh
dikenal istilah daluwarsa penetapan dan penagihan
kegiatan pemenuhan kewajiban pajak yang sudah
pajak. Dengan adanya daluwarsa tersebut, hak Fiskus
dilakukan Wajib Pajak akan diawasi oleh Fiskus melalui
akan dibatasi sampai dengan jangka waktu tertentu,
pemeriksaan pajak. Hasilnya, bila ada sesuatu yang tidak
sehingga Wajib Pajak mendapatkan kepastian atas
sesuai dengan aturan pajak, Fiskus akan menetapkan
kewajiban pajak yang telah dipenuhinya.
surat ketetapan pajak serta melakukan penagihan
pajaknya.
Mengapa Harus Ada Daluwarsa?
Di sisi lain, penerapan sistem self assessment
Sebelumnya melangkah lebih jauh, ada baiknya
juga mengharuskan adanya batasan waktu guna
diulas mengapa dalam ketentuan hukum perpajakan
Volume VI/Edisi 18/2013
37
THE UNTAXABLE
mengatur daluwarsa penetapan dan penagihan.
seluruh pemain untuk fokus dan bersungguh-sungguh
Menurut penulis, setidaknya ada empat alasan
mencetak gol kemenangan.
diperlukannya pengaturan daluwarsa dalam peraturan
Keempat, menjadi indikator untuk mengukur
perpajakan. Pertama, kepastian hukum. Sebagaimana
kinerja. Hal ini terkait dengan penjelasan sebelumnya,
dijelaskan sebelumnya, faktor kepastian terkait dengan
adanya limitasi waktu dalam menetapkan dan
pelaksanaan kewajiban yang dilakukan oleh Wajib Pajak,
menagih pajak membuat kinerja Fiskus bisa diukur.
sehingga bila waktunya tiba, segala tindakannya tidak
Dengan demikian, dalam jangka waktu tertentu akan
bisa dimintai “pertanggungjawaban” lagi karena sudah
dapat diukur kuantitas dan kualitas kinerja Fiskus
daluwarsa.
dalam menggunakan hak penetapan dan penagihan
Hal tersebut sesuai dengan salah satu prinsip
pajak.
pemungutan pajak yakni, certainty yang digagas oleh
Dengan demikian, penentuan daluwarsa penetapan
Adam Smith pada tahun 1786 melalui karyanya yang
dan penagihan menjadi hal yang krusial dan harus
berjudul The Four Canons of Adam Smith’s . Prinsip
diformulasikan secara tepat. Di satu sisi, penentuannya
kepastian ini tercermin dalam Pasal 13 ayat (4) UU KUP
diharapkan tidak mengabaikan sisi-sisi kepastian bagi
yang mengatur tentang daluwarsa penetapan pajak.
Wajib Pajak. Di sisi lain, penerimaan negara dari pajak
Berikut ini cuplikan dari pasal tersebut, “ Besarnya
dapat dioptimalkan. Selanjutnya, penulis akan mengulas
pajak yang terutang yang diberitahukan oleh Wajib
perkembangan penentuan daluwarsa penetapan dan
Pajak dalam Surat Pemberitahuan menjadi pasti sesuai
penagihan berdasarkan UU KUP yang sudah tiga kali
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
diamendemen.
perpajakan apabila dalam jangka waktu 5 tahun
terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian
Daluwarsa Penetapan dan Penagihan Masa
ke Masa
tahun pajak, atau tahun pajak tidak diterbitkan surat
Dalam UU KUP, penetapan pajak meliputi Surat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setelah saat
ketetapan pajak.”
Kedua, terkait efisiensi waktu, tenaga dan biaya. Dari
sisi Wajib Pajak, dengan adanya daluwarsa penetapan
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan
Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
dan penagihan, akan membuat Wajib Pajak lebih fokus
Pasal 1 angka 15 UU KUP, Surat Ketetapan Pajak
untuk menjalankan kewajiban pajaknya karena tidak
meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB),
dibayang-bayangi rasa khawatir dengan kewajiban-
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT),
kewajiban pajak yang telah lampau. Jika tidak ada
Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak
kepastian, Wajib Pajak bisa saja terus merasa was-was,
Lebih Bayar. Khusus untuk daluwarsa penetapan, UU
karena takut melakukan kesalahan. Selain itu, Wajib
KUP hanya mengatur daluwarsa penetapan pada SKPKB
Pajak juga harus selalu menyediakan dana ekstra untuk
dalam Pasal 13 ayat (4) UU KUP dan pada SKPKBT yang
membiayai pengeluaran untuk memelihara dokumen-
terdapat di Pasal 15 ayat (1) UU KUP.
dokumen lampau.
Bila dicermati ketentuan daluwarsa penetapan
Ke t i g a , d a r i s i s i F i s k u s , a d a n ya d a l u wa r s a
dalam Pasal 13 UU KUP telah mengalami beberapa
penetapan dan penagihan akan memudahkan dalam
kali perubahan seiring dengan dilakukannya tiga kali
pelaksanaannya. Karena pasti sulit sekali bila harus
amendemen. Pada UU KUP tahun 1983, daluwarsa
memeriksa data Wajib Pajak yang sudah berumur di
penetapan pajak dalam SKPKB ditetapkan selama lima
atas 10 tahun, misalnya. Jadi, akan lebih efisien dari sisi
tahun, sesudah saat pajak terutang, berakhirnya masa
waktu, tenaga dan biaya dalam memeriksa kewajiban
pajak, tahun pajak, atau bagian tahun pajak.
Wajib Pajak.
Kemudian, jangka waktu tersebut diperpanjang
Selain itu, daluwarsa penetapan dan penagihan
menjadi 10 tahun dalam amendemen pertama UU
pajak juga akan membuat Fiskus untuk bekerja lebih
KUP dengan diterbitkannya UU Nomor 9 Tahun
giat dan bersungguh-sungguh. Ibarat pertandingan
1994. Penetapan jangka waktu tersebut masih
sepak bola, adanya durasi waktu 2 x 45 menit menuntut
dipertahankan dalam amendemen kedua UU KUP
38
Indonesian Tax Review
THE UNTAXABLE
dengan diberlakukannya UU Nomor 16 Tahun 2000.
daluwarsa penetapan SKPKB pada amendemen UU
Nah, pada amendemen ketiga UU KUP dengan terbitnya
KUP yang ketiga. Perluasan cakupan kondisi tersebut
UU Nomor 28 Tahun 2007, jangka waktu daluwarsa
dengan ditambahkannya redaksional kalimat “tindak
penetapan SKPKB “ dikorting ” sehingga ditetapkan
pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada
menjadi 5 tahun atau kembali seperti kententuan UU
pendapatan negara” dalam pasal yang sama. Dengan
KUP Nomor 6 Tahun 1983.
demikian, kondisi yang menciptakan perpanjangan
Terkait penetapan batasan daluwarsa penetapan
daluwarsa penetapan SKPKB tidak hanya sebatas
menjadi 5 tahun sebagaimana UU KUP pertama kali
karena Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang
berlaku menjadi berita yang menggembirakan bagi para
perpajakan tetapi juga karena tindak pidana lainnya
Wajib Pajak. Pasalnya, ketentuan daluwarsa penetapan
sepanjang mengakibatkan kerugian pada pendapatan
10 tahun dianggap terlalu lama dan kurang berdampak
negara. Untuk lebih jelas lihat tabel 3.
pada efisiensi dan kepastian bagi para Wajib Pajak.
Selanjutnya daluwarsa penetapan yang kedua ialah
Ikhtisar jangka waktu daluwarsa penetapan dapat
daluwarsa penetapan SKPKBT dalam Pasal 15 UU KUP.
disimak dalam tabel 2.
Seiring dengan amendemen UU KUP, terdapat juga
Ketentuan pemberlakuan daluwarsa penetapan
perubahan dalam pengaturan daluwarsa penetapan
tersebut bukanlah harga mati, dalam artian ada term and
SKPKBT. Serupa dengan daluwarsa SKPKB dalam Pasal 13
condition yang harus dipenuhi. Bila term and condition
UU KUP, yang pada awalnya daluwarsa berdurasi selama
tidak terpenuhi, maka jangka waktu tersebut dapat
5 tahun, SKPKBT pun demikian sebagaimana diatur
menjadi lebih panjang. Adapun hal yang menyebabkan
dalam Pasal 15 UU KUP (baca: UU KUP Nomor 6 Tahun
kejadian tersebut ialah Wajib Pajak dipidana karena
1983). Kemudian, jangka waktu tersebut diubah dengan
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan. Bahkan
berdurasi menjadi lebih lama atau dapat dikatakan
pada amendemen pertama UU KUP yaitu UU Nomor 9
menjadi dua kali lipat lamanya. Ya, seperti SKPKB
Tahun 1994, Wajib Pajak akan mendapat sanksi sebesar
yang awalnya berdurasi 5 tahun berubah menjadi 10
48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar.
tahun, SKPKBT pun demikian. Hal lain yang sama ialah
Sanksi sebesar 48% tersebut tetap hadir hingga
perhitungan jangka waktu daluwarsa penetapan yang
amendemen ketiga UU KUP. Selain itu, terdapat perluasan
dihitung sesudah saat terutang pajak, berakhirnya masa
cakupan kondisi yang memungkinkan perpanjangan
pajak, tahun pajak, atau bagian tahun pajak.
Tabel 2:
Jangka Waktu Daluwarsa Penetapan dalam UU KUP
Pasal 13 ayat (1)
UU Nomor 6 Tahun 1983
Pasal 13 ayat (4)
UU Nomor 9 Tahun 1994
dan UU Nomor 16 Tahun 2000
Pasal 13 ayat (4)
UU Nomor 28 Tahun 2007
Dalam jangka waktu lima tahun sesudah
saat terutangnya pajak, atau berakhirnya
Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau
Tahun Pajak, Direktur Jenderal Pajak
dapat mengeluarkan Surat Ketetapan
Pajak dalam hal-hal sebagai berikut: ...
Besarnya pajak yang terutang yang
diberitahukan oleh Wajib Pajak dalam
Surat Pemberitahuan menjadi pasti
m e n u r u t ke t e n t ua n p e r a t u r a n
perundang-undangan perpajakan
yang berlaku, apabila dalam jangka
waktu sepuluh tahun sesudah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun
Pajak, tidak diterbitkan surat ketetapan
pajak
Besarnya pajak yang terutang yang
diberitahukan oleh Wajib Pajak dalam
Surat Pemberitahuan menjadi pasti
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan
apabila dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak tidak diterbitkan
surat ketetapan pajak.
Volume VI/Edisi 18/2013
39
THE UNTAXABLE
Tabel 3:
Perpanjangan Daluwarsa Penetapan SKPKB dalam UU KUP
Pasal 13 ayat (7)
UU Nomor 6 Tahun 1983
Pasal 13 ayat (5)
Pasal 13 ayat (5)
UU Nomor 9 Tahun 1994
UU Nomor 28 Tahun 2007
dan UU Nomor 16 Tahun 2000
Apabila jangka waktu lima tahun Apabila jangka waktu sepuluh tahun Walaupun jangka waktu 5 (lima) tahun
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
telah lewat, Surat Ketetapan Pajak telah lewat, Surat Ketetapan Pajak telah lewat, Surat Ketetapan Pajak
tetap dapat diterbitkan dalam hal Wajib Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan
Pajak setelah jangka waktu lima tahun ditambah sanksi administrasi berupa ditambah sanksi administrasi berupa
tersebut dipidana, karena melakukan bunga sebesar 48 % (empat puluh bunga sebesar 48% (empat puluh
tindak pidana di bidang perpajakan delapan persen) dari jumlah pajak yang delapan persen) dari jumlah pajak yang
yang dilakukan mengenai pajak yang tidak atau kurang dibayar, dalam hal Wajib tidak atau kurang dibayar, apabila Wajib
penagihannya telah lewat waktu, Pajak setelah jangka waktu sepuluh tahun Pajak setelah jangka waktu tersebut
berdasarkan putusan Pengadilan yang tersebut dipidana, karena melakukan dipidana karena melakukan tindak
telah memperoleh kekuatan hukum tetap tindak pidana di bidang perpajakan pidana di bidang perpajakan atau
berdasarkan putusan Pengadilan yang tindak pidana lainnya yang dapat
telah memperoleh kekuatan hukum tetap. menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap.
Kesamaan nasib daluwarsa penetapan SKPKB dan
berlakunya amendemen kedua UU KUP. Selain itu,
SKPKBT pun berlanjut ketika berlaku UU KUP Nomor
dengan berlakunya amendemen ketiga UU KUP
28 Tahun 2007. Durasi 10 tahun pun “dikorting” menjadi
(baca: UU Nomor 28 Tahun 2007), perluasan cakupan
5 tahun. Namun ada hal positif yang patut diapresiasi,
kondisi yang memungkinkan perpanjangan daluwarsa
dalam amendemen terakhir ditegaskan bahwa SKPKBT
penetapan SKPKBT disamakan dengan SKPKB dengan
hanya dapat diterbitkan setelah Fiskus melakukan
tambahan redaksional “atau tindak pidana lainnya
pemeriksaan kepada Wajib Pajak. Bentuk pemeriksaan
yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
dapat berupa pemeriksaan pajak ulang bila surat
negara”. Lihat tabel 5.
ketetapan pajak sebelumnya diterbitkan berdasarkan
pemeriksaan.
Daluwarsa Penagihan dalam UU KUP
Bila surat ketetapan pajak sebelumnya diterbitkan
Siap berutang, siap pula untuk melunasi. Bila tidak,
berdasarkan keterangan lain sebagaimana dimaksud
akan ada tindakan penagihan. Begitu juga dengan utang
dalam Pasal 13 ayat (1) huruf a UU KUP, Surat Ketetapan
pajak. Dalam melaksanakan tindakan penagihan pajak,
Pajak Kurang Bayar Tambahan juga harus diterbitkan
Fiskus pun diberi batasan waktu. Pembatasan hak Fiskus
berdasarkan pemeriksaan. Maksud keterangan lain
untuk menagih utang pajak memiliki sejarah yang
tersebut ialah data konkrit yang diperoleh atau dimiliki
menarik dalam ketentuan perpajakan.
oleh Dirjen Pajak, antara lain berupa hasil konfirmasi
Ketika UU KUP pertama diberlakukan, ketentuan
faktur pajak dan bukti pemotongan Pajak Penghasilan.
penagihan pajak diatur pada Pasal 22 UU KUP Nomor 6
Lihat tabel 4.
Tahun 1983. Di dalamnya diatur bahwa penagihan pajak
Hal lain yang masih sama dalam daluwarsa penetapan
dibatasi dalam jangka waktu 5 tahun terhitung sejak saat
SKPKBT ialah sanksi yang akan diterima Wajib Pajak
terhutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian
berupa sanksi administrasi sebesar 48% seiring dengan
tahun pajak, atau tahun pajak yang bersangkutan.
40
Indonesian Tax Review
THE UNTAXABLE
Tabel 4:
Jangka Waktu Daluwarsa Penetapan SKPKBT dalam UU KUP
Pasal 15 ayat (1)
UU Nomor 6 Tahun 1983
Pasal 15 ayat (1)
UU Nomor 9 Tahun 1994
dan UU Nomor 16 Tahun 2000
Pasal 15 ayat (1)
UU Nomor 28 Tahun 2007
Direktur Jenderal Pajak dapat
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Tambahan dalam jangka waktu lima
tahun sesudah saat Pajak terhutang,
berak hirnya masa pajak , Bagian
Tahun Pajak atau Tahun Pajak, apabila
diketemukan data baru dan/atau data
yang semula belum terungkap yang
menyebabkan penambahan jumlah pajak
yang terhutang.
Direktur Jenderal Pajak dapat
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan dalam jangka
waktu sepuluh tahun sesudah saat
pajak terutang, berakhirnya Masa Pajak,
Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak,
apabila ditemukan data baru dan/atau
data yang semula belum terungkap yang
menyebabkan penambahan jumlah pajak
yang terutang.
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun setelah saat terutangnya pajak
atau berakhirnya Masa Pajak, bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak apabila
ditemukan data baru yang mengakibatkan
penambahan jumlah pajak yang terutang
setelah dilakukan tindakan pemeriksaan
dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan.
Tabel 5:
Perpanjangan Daluwarsa Penetapan SKPKBT dalam UU KUP
Pasal 15 ayat (4)
Pasal 15 ayat (4)
Pasal 15 ayat (4)
UU Nomor 6 Tahun 1983
UU Nomor 9 Tahun 1994
UU Nomor 28 Tahun 2007
dan UU Nomor 16 Tahun 2000
Apabila jangka waktu lima tahun Apabila jangka waktu sepuluh tahun Apabila jangka waktu 5 (lima) tahun
sebagaimana dimaksud dalam ayat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(1) telah lewat, Surat Ketetapan Pajak telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Tambahan tetap dapat diterbitkan dalam Bayar Tambahan tetap dapat diterbitkan Bayar Tambahan tetap dapat diterbitkan
hal Wajib Pajak setelah jangka waktu ditambah sanksi administrasi berupa ditambah sanksi administrasi berupa
lima tahun tersebut dipidana, karena bunga sebesar 48 % (empat puluh delapan bunga sebesar 48% (empat puluh delapan
melakukan tindak pidana di bidang persen) dari jumlah pajak yang tidak atau persen) dari jumlah pajak yang tidak atau
perpajakan yang dilakukan mengenai kurang dibayar, dalam hal Wajib Pajak kurang dibayar, dalam hal Wajib Pajak
pajak yang penagihannya telah lewat setelah jangka waktu sepuluh tahun setelah jangka waktu 5 (lima) tahun
waktu, berdasarkan putusan pengadilan tersebut dipidana karena melakukan tersebut dipidana karena melakukan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tindak pidana di bidang perpajakan tindak pidana di bidang perpajakan
tetap.
berdasarkan putusan Pengadilan yang atau tindak pidana lainnya yang dapat
telah memperoleh kekuatan hukum tetap. menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap.
Volume VI/Edisi 18/2013
41
THE UNTAXABLE
Namun, jangka waktu tersebut dapat menjadi lebih lama
berlakunya UU Nomor 9 Tahun 1994. Pasalnya,
tanpa ada batasan waktu jika Wajib Pajak melakukan
tidak hanya jangka waktunya diperpanjang menjadi
tindak pidana perpajakan seperti yang diatur dalam
sepuluh tahun tetapi juga diatur kondisi-kondisi
Pasal 13 ayat (7) dan Pasal 15 ayat (4) UU KUP.
t e r t e n t u ya n g m e n g a k i b a t k a n t e r t a n g g u h n ya
Ke b i j a k a n p e n a g i h a n p a j a k m e m a s u k i e r a
daluwarsa penagihan pajak. Ketentuan tersebut
b a r u d e n g a n d i a m e n d e m e n n ya U U K U P d a n
masih terpelihara dengan baik ketika UU KUP
Tabel 6:
Daluwarsa Penagihan dalam UU KUP
Pasal 22
UU Nomor 6 Tahun 1983
Hak untuk melakukan
penagihan pajak, termasuk
bunga, denda administrasi,
kenaikan, dan biaya
penagihan gugur setelah
lampau waktu lima tahun
terhitung sejak saat
terhutangnya pajak
atau berakhirnya Masa
Pajak, Bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak
yang bersangkutan,
kecuali apabila Wajib Pajak
melakukan tindak pidana
di bidang perpajakan
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (7) dan
Pasal 15 ayat (4).
42
Pasal 22
UU Nomor 9 Tahun 1994
Pasal 22
UU Nomor 16 Tahun 2000
Hak untuk melakukan
penagihan pajak, termasuk
bunga, denda, kenaikan, dan
biaya penagihan, daluwarsa
setelah lampau waktu
sepuluh tahun terhitung
sejak saat terutangnya
pajak atau berakhirnya
Masa Pajak, Bagian Tahun
Pajak atau Tahun Pajak
yang bersangkutan.
Daluwarsa penagihan pajak
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tertangguh apabila:
a. Diterbitkan Surat Teguran
dan Surat Paksa;
b. Ada pengakuan utang
pajak dari Wajib Pajak
baik langsung maupun
tidak langsung;
c. Diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang
Bayar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal
13 ayat (5) atau Surat
Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (4).
Hak untuk melakukan
penagihan pajak, termasuk
bunga, denda, kenaikan,
dan biaya penagihan
pajak, daluwarsa setelah
lampau waktu 10 (sepuluh)
tahun terhitung sejak
saat terutangnya pajak
atau berakhirnya Masa
Pajak, Bagian Tahun Pajak
atau Tahun Pajak yang
bersangkutan.
Daluwarsa penagihan pajak
sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) tertangguh
apabila:
a. Diterbitkan Surat Teguran
dan Surat Paksa;
b. Ada pengakuan utang
pajak dari Wajib Pajak baik
langsung maupun tidak
langsung;
c. Diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang
Bayar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal
13 ayat (5) atau Surat
Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (4).”
Pasal 22
UU Nomor 28 Tahun 2007
Hak untuk melakukan
penagihan pajak, termasuk
bunga, denda, kenaikan,
dan biaya penagihan
pajak, daluwarsa setelah
melampaui waktu 5 (lima)
tahun terhitung sejak
penerbitan Surat Tagihan
Pajak, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar, serta
Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan,
dan Surat Keputusan
Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan,
Putusan Banding, serta
Putusan Peninjauan
Kembali.
Daluwarsa penagihan pajak
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tertangguh apabila:
a. Diterbitkan Surat Paksa;
b. Ada pengakuan utang
pajak dari Wajib Pajak baik
langsung maupun tidak
langsung;
c. Diterbitkan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (5),
atau Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (4);
atau
d. Dilakukan penyidikan
tindak pidana di bidang
perpajakan.
Indonesian Tax Review
THE UNTAXABLE
diubah kembali dengan berlakunya UU Nomor 16
lima tahun setelah terbitnya SKPKB, yaitu pada tahun
Tahun 2000.
2018. Untuk lebih memahami ketentuan daluwarsa
Pasal 22 UU Nomor 16 Tahun 2000 persis sama
penagihan dari masa ke masa, perhatikan tabel 6.
dengan UU Nomor 9 Tahun 1994. Kemudian, pada
amendemen UU KUP yang ketiga, nasib jangka waktu
Penutup
daluwarsa penagihan mengikuti daluwarsa penetapan.
Demikianlah uraian singkat mengenai daluwarsa
Ya, dari awalnya ditetapkan jangka waktu daluwarsa 10
penetapan dan penagihan pajak. Penulis dalam hal
tahun terpangkas menjadi 5 tahun.
ini memberikan perhatian khusus pada penetapan
Namun, hal tersebut bukan pemangkasan waktu
daluwarsa penetapan. Demi menjalankan ketentuan
yang sesungguhnya karena terjadi perubahan patokan
daluwarsa penetapan, pemerintah hendaknya segera
penentuan daluwarsa penagihan. Bila sebelumnya
menerbitkan aturan teknis, misalnya peraturan Dirjen
dihitung dari saat terutangnya pajak atau berakhirnya
Pajak tentang daluwarsa penetapan 2013. Hal ini
masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak yang
mengingat, hingga saat ini belum ada petunjuk teknis
bersangkutan, maka dengan berlakunya UU KUP Nomor
sebagai pelaksana dari Pasal II UU KUP yang mengatur
28 Tahun 2007, daluwarsa penagihan dihitung sejak
tentang daluwarsa penetapan untuk Masa Pajak, Bagian
penerbitan Surat Tagihan Pajak, SKPKB, serta SKPKBT,
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak 2007 dan sebelumnya.
dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Selain itu, aturan hukum tersebut sangat diperlukan
Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan
guna menjamin kepastian hukum. Pasalnya, bila waktu
Kembali.
2013 sudah berakhir, sementara Wajib Pajak yang
Dengan demikian, bila ketetapan tersebut terbit pada
melaporkan SPT Tahunan PPh rugi maupun SPT Masa
detik-detik akhir, jangka waktu daluwarsa penagihan
PPN berstatus Lebih Bayar Kompensasi untuk Tahun
menjadi lebih lama dari lima tahun. Sebagai contoh, bila
Pajak 2007 dan sebelumnya, belum sempat diperiksa,
suatu Wajib Pajak menerima SKPKB untuk PPh badan
bagaimana perlakuannya? Jika sudah ada penetapan
Tahun Pajak 2009 pada tahun 2013. Daluwarsa penagihan
perlakuannya, maka Wajib Pajak tentu akan lebih
atas SKPKB tersebut tidak jatuh pada 2014 melainkan
bernafas lega
Eh Mat, rumah
burung ini bisa kita
kenakan PPh Sewa
bangunan nih !!
Ojo Kelewatan
kamu toh Gus...
Gus...
Volume VI/Edisi 18/2013
43
Daluwarsa
Penetapan
dan Penagihan
Oleh:
Muhammad Ikbal, BKP1
Konsultan Pajak PT Maas Standard Consulting
Bagi Wajib Pajak yang melaporkan SPT dengan
status SPT Tahunan PPh menyatakan rugi dan SPT
Masa PPN berstatus Lebih Bayar Kompensasi untuk
Tahun Pajak 2003, 2004, 2005, 2006, dan 2007,
harus siap diperiksa di tahun 2013 ini. Pasalnya,
tahun 2013 ditetapkan sebagai tahun daluwarsa
penetapan bagi SPT dengan kriteria tersebut.
Pening bagi Wajib Pajak untuk membuka kembali
ketentuan dalam UU KUP untuk lebih memahami
tentang daluarsa penetapan dan penagihan pajak.
P
asal II UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 menyebutkan
bahwa tahun 2013 adalah tahun daluwarsa penetapan.
Tentunya hal ini menjadi sinyal pemeriksaan pajak
akan digiatkan terlebih kepada Wajib Pajak yang SPT
Tahunan PPh menyatakan rugi dan SPT Masa PPN
berstatus Lebih Bayar Kompensasi untuk Tahun Pajak 2003, 2004,
2005, 2006, dan 2007.
1. Tulisan ini adalah pendapat pribadi penulis tidak mencerminkan pendapat institusi di mana penulis bekerja.
34
Indonesian Tax Review
Volume VI/Edisi 18/2013
35
THE UNTAXABLE
Pemerintah pun sudah menyiapkan amunisi pada
Selain itu, Dirjen Pajak juga menerbitkan ketentuan
awal tahun ini dengan menerbitkan Peraturan Menteri
teknis untuk melakukan pemeriksaan pajak atas SPT
Keuangan (PMK) Nomor: 17/PMK.03/2013 tentang Tata
Tahunan PPh rugi dan SPT Masa PPN lebih bayar untuk
Cara Pemeriksaan yang mencabut PMK Nomor: 199/
tahun pajak 2007 dan sebelumnya. Hal ini diatur dalam
PMK.03/2007 jo. PMK Nomor: 82/PMK.03/2011. Pasal
Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-11/PJ/2013 yang
5 ayat (2) PMK Nomor: 17/PMK.03/2013 ditegaskan
memaparkan rencana dan strategi pemeriksaan tahun
Pemeriksaan Kantor yang dilakukan di kantor Direktorat
2013, pada 26 Maret 2013 yang lalu.
Dalam surat edaran tersebut, Ditjen Pajak menargetkan
Jenderal (Ditjen) Pajak hanya dilakukan bila ada dua
penerimaan pajak dari kegiatan pemeriksaan secara
kondisi.
Pertama, laporan keuangan diaudit oleh akuntan
nasional untuk tahun ini sebesar Rp18.462.531.170.000,00
p u b l i k d a n m e n d ap a t p e n d ap a t wa j a r t a n p a
(delapan belas triliun empat ratus enam puluh dua miliar
pengecualian pada tahun pajak yang diperiksa atau
lima ratus tiga puluh satu juta seratus tujuh puluh ribu
laporan keuangan salah satu tahun pajak dari dua
rupiah). Target tersebut meningkat sebesar 38,8% dari
tahun pajak sebelum tahun pajak yang diperiksa.
tahun 2012. Hal yang unik dari target tersebut ialah
Kedua, Wajib Pajak tidak sedang dilakukan Pemeriksaan
penentuan target penerimaan pajak dari pemeriksaan
Bukti Permulaan, penyidikan, atau penuntutan tindak
ditentukan dengan rinci, hingga digit puluhan ribu
pidana perpajakan, dan/atau Wajib Pajak dalam 5 tahun
rupiah. Hal ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
terakhir tidak pernah dipidana karena melakukan
Untuk lebih jelas perhatikan tabel 1.
tindak pidana di bidang perpajakan. Dengan demikian,
Selain itu, Dirjen Pajak juga menerbitkan Surat
selain Wajib Pajak tersebut, Fiskus akan melakukan
Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-12/PJ/2013 yang
pemeriksaan lapangan atau di tempat kegiatan usaha
mengatur hal yang lebih spesifik, yaitu pemeriksaan atas
Wajib Pajak.
SPT Tahunan PPh Rugi dan SPT Masa PPN Lebih Bayar
Selain itu, pada tanggal 30 Mei 2013 telah diterbitkan
Kompensasi yang daluwarsa penetapan pada tahun 2013.
Peraturan Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Nomor PER-
Dalam bagian materi surat edaran tersebut dinyatakan
22/PJ/2013 tentang Pedoman Pemeriksaan terhadap
pemeriksaan untuk SPT Tahunan PPh Rugi dan SPT
Wajib Pajak yang Mempunyai Hubungan Istimewa.
Masa PPN Lebih Bayar Kompensasi dilakukan dengan
Aturan tersebut merupakan pelaksana dari Pasal 6 ayat
pemeriksaan satu jenis pajak (single tax).
(2) dan Pasal 92 PMK Nomor: 17/PMK.03/2013.
Dalam tulisan ini, penulis tidak membahas lebih
Untuk itu, bagi Wajib Pajak yang SPT Tahunan PPh
lanjut mengenai pemeriksaan pajak terkait daluwarsa
menyatakan rugi maupun SPT Masa PPN berstatus
penetapan dan penagihan. Tulisan ini akan membahas
Lebih Bayar Kompensasi untuk Tahun Pajak 2007
lebih lanjut tentang daluwarsa penetapan dan penagihan
dan sebelumnya tentunya sudah harus bersiap
serta jangka waktunya.
untuk diperiksa dan tidak ada salahnya me- review
kembali kewajiban pajak yang pernah dilakukan serta
Buah dari Sistem Self Assessment
memprediksi potensi pajak yang timbul berdasarkan
ketentuan peraturan perpajakan.
Sebagaimana diketahui ruh dari undang-undang
perpajakan kita adalah sistem self assessment. Untuk itu,
Tabel 1:
Target Penerimaan Pajak dari Pemeriksaan
Tahun
36
Dasar
Target Penerimaan dari
Hukum
Pemeriksaan
% Kenaikan
2013
SE-11/PJ/2013
Rp18.462.531.170.000,00
2012
SE-7/PJ/2012
Rp13,3 triliun
38,8%
2011
SE-29/PJ/2011
Rp9 triliun
47,8%
Indonesian Tax Review
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang
memberikan kepastian bagi Wajib Pajak kapan harus
Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun
memenuhi kewajiban pajaknya. Seperti, penentuan
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
saat terutangnya pajak, saat pemotongan pajak, saat
(UU KUP) mengharuskan Wajib Pajak mendaftarkan diri
penyetoran dan pelaporan pajak. Jika Wajib Pajak tidak
untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
patuh dengan batas waktu tersebut, maka Wajib Pajak
saat terpenuhinya persyaratan subjektif dan objektif.
dapat dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam UU
Efek dari penerapan sistem self assessment ialah
KUP.
dominannya peran Wajib Pajak dalam pemenuhan
Di sisi lain, Fiskus juga diberikan batas waktu dalam
kewajiban perpajakan, mulai dari mendaftarkan
menetapkan pajak yang seharusnya terutang dan
diri, menghitung, memperhitungkan, menyetor
penagihan pajak. Untuk itu, dalam konsep perpajakan
hingga melaporkan pajak yang terutang. Seluruh
dikenal istilah daluwarsa penetapan dan penagihan
kegiatan pemenuhan kewajiban pajak yang sudah
pajak. Dengan adanya daluwarsa tersebut, hak Fiskus
dilakukan Wajib Pajak akan diawasi oleh Fiskus melalui
akan dibatasi sampai dengan jangka waktu tertentu,
pemeriksaan pajak. Hasilnya, bila ada sesuatu yang tidak
sehingga Wajib Pajak mendapatkan kepastian atas
sesuai dengan aturan pajak, Fiskus akan menetapkan
kewajiban pajak yang telah dipenuhinya.
surat ketetapan pajak serta melakukan penagihan
pajaknya.
Mengapa Harus Ada Daluwarsa?
Di sisi lain, penerapan sistem self assessment
Sebelumnya melangkah lebih jauh, ada baiknya
juga mengharuskan adanya batasan waktu guna
diulas mengapa dalam ketentuan hukum perpajakan
Volume VI/Edisi 18/2013
37
THE UNTAXABLE
mengatur daluwarsa penetapan dan penagihan.
seluruh pemain untuk fokus dan bersungguh-sungguh
Menurut penulis, setidaknya ada empat alasan
mencetak gol kemenangan.
diperlukannya pengaturan daluwarsa dalam peraturan
Keempat, menjadi indikator untuk mengukur
perpajakan. Pertama, kepastian hukum. Sebagaimana
kinerja. Hal ini terkait dengan penjelasan sebelumnya,
dijelaskan sebelumnya, faktor kepastian terkait dengan
adanya limitasi waktu dalam menetapkan dan
pelaksanaan kewajiban yang dilakukan oleh Wajib Pajak,
menagih pajak membuat kinerja Fiskus bisa diukur.
sehingga bila waktunya tiba, segala tindakannya tidak
Dengan demikian, dalam jangka waktu tertentu akan
bisa dimintai “pertanggungjawaban” lagi karena sudah
dapat diukur kuantitas dan kualitas kinerja Fiskus
daluwarsa.
dalam menggunakan hak penetapan dan penagihan
Hal tersebut sesuai dengan salah satu prinsip
pajak.
pemungutan pajak yakni, certainty yang digagas oleh
Dengan demikian, penentuan daluwarsa penetapan
Adam Smith pada tahun 1786 melalui karyanya yang
dan penagihan menjadi hal yang krusial dan harus
berjudul The Four Canons of Adam Smith’s . Prinsip
diformulasikan secara tepat. Di satu sisi, penentuannya
kepastian ini tercermin dalam Pasal 13 ayat (4) UU KUP
diharapkan tidak mengabaikan sisi-sisi kepastian bagi
yang mengatur tentang daluwarsa penetapan pajak.
Wajib Pajak. Di sisi lain, penerimaan negara dari pajak
Berikut ini cuplikan dari pasal tersebut, “ Besarnya
dapat dioptimalkan. Selanjutnya, penulis akan mengulas
pajak yang terutang yang diberitahukan oleh Wajib
perkembangan penentuan daluwarsa penetapan dan
Pajak dalam Surat Pemberitahuan menjadi pasti sesuai
penagihan berdasarkan UU KUP yang sudah tiga kali
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
diamendemen.
perpajakan apabila dalam jangka waktu 5 tahun
terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian
Daluwarsa Penetapan dan Penagihan Masa
ke Masa
tahun pajak, atau tahun pajak tidak diterbitkan surat
Dalam UU KUP, penetapan pajak meliputi Surat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setelah saat
ketetapan pajak.”
Kedua, terkait efisiensi waktu, tenaga dan biaya. Dari
sisi Wajib Pajak, dengan adanya daluwarsa penetapan
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan
Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
dan penagihan, akan membuat Wajib Pajak lebih fokus
Pasal 1 angka 15 UU KUP, Surat Ketetapan Pajak
untuk menjalankan kewajiban pajaknya karena tidak
meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB),
dibayang-bayangi rasa khawatir dengan kewajiban-
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT),
kewajiban pajak yang telah lampau. Jika tidak ada
Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak
kepastian, Wajib Pajak bisa saja terus merasa was-was,
Lebih Bayar. Khusus untuk daluwarsa penetapan, UU
karena takut melakukan kesalahan. Selain itu, Wajib
KUP hanya mengatur daluwarsa penetapan pada SKPKB
Pajak juga harus selalu menyediakan dana ekstra untuk
dalam Pasal 13 ayat (4) UU KUP dan pada SKPKBT yang
membiayai pengeluaran untuk memelihara dokumen-
terdapat di Pasal 15 ayat (1) UU KUP.
dokumen lampau.
Bila dicermati ketentuan daluwarsa penetapan
Ke t i g a , d a r i s i s i F i s k u s , a d a n ya d a l u wa r s a
dalam Pasal 13 UU KUP telah mengalami beberapa
penetapan dan penagihan akan memudahkan dalam
kali perubahan seiring dengan dilakukannya tiga kali
pelaksanaannya. Karena pasti sulit sekali bila harus
amendemen. Pada UU KUP tahun 1983, daluwarsa
memeriksa data Wajib Pajak yang sudah berumur di
penetapan pajak dalam SKPKB ditetapkan selama lima
atas 10 tahun, misalnya. Jadi, akan lebih efisien dari sisi
tahun, sesudah saat pajak terutang, berakhirnya masa
waktu, tenaga dan biaya dalam memeriksa kewajiban
pajak, tahun pajak, atau bagian tahun pajak.
Wajib Pajak.
Kemudian, jangka waktu tersebut diperpanjang
Selain itu, daluwarsa penetapan dan penagihan
menjadi 10 tahun dalam amendemen pertama UU
pajak juga akan membuat Fiskus untuk bekerja lebih
KUP dengan diterbitkannya UU Nomor 9 Tahun
giat dan bersungguh-sungguh. Ibarat pertandingan
1994. Penetapan jangka waktu tersebut masih
sepak bola, adanya durasi waktu 2 x 45 menit menuntut
dipertahankan dalam amendemen kedua UU KUP
38
Indonesian Tax Review
THE UNTAXABLE
dengan diberlakukannya UU Nomor 16 Tahun 2000.
daluwarsa penetapan SKPKB pada amendemen UU
Nah, pada amendemen ketiga UU KUP dengan terbitnya
KUP yang ketiga. Perluasan cakupan kondisi tersebut
UU Nomor 28 Tahun 2007, jangka waktu daluwarsa
dengan ditambahkannya redaksional kalimat “tindak
penetapan SKPKB “ dikorting ” sehingga ditetapkan
pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada
menjadi 5 tahun atau kembali seperti kententuan UU
pendapatan negara” dalam pasal yang sama. Dengan
KUP Nomor 6 Tahun 1983.
demikian, kondisi yang menciptakan perpanjangan
Terkait penetapan batasan daluwarsa penetapan
daluwarsa penetapan SKPKB tidak hanya sebatas
menjadi 5 tahun sebagaimana UU KUP pertama kali
karena Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang
berlaku menjadi berita yang menggembirakan bagi para
perpajakan tetapi juga karena tindak pidana lainnya
Wajib Pajak. Pasalnya, ketentuan daluwarsa penetapan
sepanjang mengakibatkan kerugian pada pendapatan
10 tahun dianggap terlalu lama dan kurang berdampak
negara. Untuk lebih jelas lihat tabel 3.
pada efisiensi dan kepastian bagi para Wajib Pajak.
Selanjutnya daluwarsa penetapan yang kedua ialah
Ikhtisar jangka waktu daluwarsa penetapan dapat
daluwarsa penetapan SKPKBT dalam Pasal 15 UU KUP.
disimak dalam tabel 2.
Seiring dengan amendemen UU KUP, terdapat juga
Ketentuan pemberlakuan daluwarsa penetapan
perubahan dalam pengaturan daluwarsa penetapan
tersebut bukanlah harga mati, dalam artian ada term and
SKPKBT. Serupa dengan daluwarsa SKPKB dalam Pasal 13
condition yang harus dipenuhi. Bila term and condition
UU KUP, yang pada awalnya daluwarsa berdurasi selama
tidak terpenuhi, maka jangka waktu tersebut dapat
5 tahun, SKPKBT pun demikian sebagaimana diatur
menjadi lebih panjang. Adapun hal yang menyebabkan
dalam Pasal 15 UU KUP (baca: UU KUP Nomor 6 Tahun
kejadian tersebut ialah Wajib Pajak dipidana karena
1983). Kemudian, jangka waktu tersebut diubah dengan
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan. Bahkan
berdurasi menjadi lebih lama atau dapat dikatakan
pada amendemen pertama UU KUP yaitu UU Nomor 9
menjadi dua kali lipat lamanya. Ya, seperti SKPKB
Tahun 1994, Wajib Pajak akan mendapat sanksi sebesar
yang awalnya berdurasi 5 tahun berubah menjadi 10
48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar.
tahun, SKPKBT pun demikian. Hal lain yang sama ialah
Sanksi sebesar 48% tersebut tetap hadir hingga
perhitungan jangka waktu daluwarsa penetapan yang
amendemen ketiga UU KUP. Selain itu, terdapat perluasan
dihitung sesudah saat terutang pajak, berakhirnya masa
cakupan kondisi yang memungkinkan perpanjangan
pajak, tahun pajak, atau bagian tahun pajak.
Tabel 2:
Jangka Waktu Daluwarsa Penetapan dalam UU KUP
Pasal 13 ayat (1)
UU Nomor 6 Tahun 1983
Pasal 13 ayat (4)
UU Nomor 9 Tahun 1994
dan UU Nomor 16 Tahun 2000
Pasal 13 ayat (4)
UU Nomor 28 Tahun 2007
Dalam jangka waktu lima tahun sesudah
saat terutangnya pajak, atau berakhirnya
Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau
Tahun Pajak, Direktur Jenderal Pajak
dapat mengeluarkan Surat Ketetapan
Pajak dalam hal-hal sebagai berikut: ...
Besarnya pajak yang terutang yang
diberitahukan oleh Wajib Pajak dalam
Surat Pemberitahuan menjadi pasti
m e n u r u t ke t e n t ua n p e r a t u r a n
perundang-undangan perpajakan
yang berlaku, apabila dalam jangka
waktu sepuluh tahun sesudah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun
Pajak, tidak diterbitkan surat ketetapan
pajak
Besarnya pajak yang terutang yang
diberitahukan oleh Wajib Pajak dalam
Surat Pemberitahuan menjadi pasti
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan
apabila dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak tidak diterbitkan
surat ketetapan pajak.
Volume VI/Edisi 18/2013
39
THE UNTAXABLE
Tabel 3:
Perpanjangan Daluwarsa Penetapan SKPKB dalam UU KUP
Pasal 13 ayat (7)
UU Nomor 6 Tahun 1983
Pasal 13 ayat (5)
Pasal 13 ayat (5)
UU Nomor 9 Tahun 1994
UU Nomor 28 Tahun 2007
dan UU Nomor 16 Tahun 2000
Apabila jangka waktu lima tahun Apabila jangka waktu sepuluh tahun Walaupun jangka waktu 5 (lima) tahun
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
telah lewat, Surat Ketetapan Pajak telah lewat, Surat Ketetapan Pajak telah lewat, Surat Ketetapan Pajak
tetap dapat diterbitkan dalam hal Wajib Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan
Pajak setelah jangka waktu lima tahun ditambah sanksi administrasi berupa ditambah sanksi administrasi berupa
tersebut dipidana, karena melakukan bunga sebesar 48 % (empat puluh bunga sebesar 48% (empat puluh
tindak pidana di bidang perpajakan delapan persen) dari jumlah pajak yang delapan persen) dari jumlah pajak yang
yang dilakukan mengenai pajak yang tidak atau kurang dibayar, dalam hal Wajib tidak atau kurang dibayar, apabila Wajib
penagihannya telah lewat waktu, Pajak setelah jangka waktu sepuluh tahun Pajak setelah jangka waktu tersebut
berdasarkan putusan Pengadilan yang tersebut dipidana, karena melakukan dipidana karena melakukan tindak
telah memperoleh kekuatan hukum tetap tindak pidana di bidang perpajakan pidana di bidang perpajakan atau
berdasarkan putusan Pengadilan yang tindak pidana lainnya yang dapat
telah memperoleh kekuatan hukum tetap. menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap.
Kesamaan nasib daluwarsa penetapan SKPKB dan
berlakunya amendemen kedua UU KUP. Selain itu,
SKPKBT pun berlanjut ketika berlaku UU KUP Nomor
dengan berlakunya amendemen ketiga UU KUP
28 Tahun 2007. Durasi 10 tahun pun “dikorting” menjadi
(baca: UU Nomor 28 Tahun 2007), perluasan cakupan
5 tahun. Namun ada hal positif yang patut diapresiasi,
kondisi yang memungkinkan perpanjangan daluwarsa
dalam amendemen terakhir ditegaskan bahwa SKPKBT
penetapan SKPKBT disamakan dengan SKPKB dengan
hanya dapat diterbitkan setelah Fiskus melakukan
tambahan redaksional “atau tindak pidana lainnya
pemeriksaan kepada Wajib Pajak. Bentuk pemeriksaan
yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
dapat berupa pemeriksaan pajak ulang bila surat
negara”. Lihat tabel 5.
ketetapan pajak sebelumnya diterbitkan berdasarkan
pemeriksaan.
Daluwarsa Penagihan dalam UU KUP
Bila surat ketetapan pajak sebelumnya diterbitkan
Siap berutang, siap pula untuk melunasi. Bila tidak,
berdasarkan keterangan lain sebagaimana dimaksud
akan ada tindakan penagihan. Begitu juga dengan utang
dalam Pasal 13 ayat (1) huruf a UU KUP, Surat Ketetapan
pajak. Dalam melaksanakan tindakan penagihan pajak,
Pajak Kurang Bayar Tambahan juga harus diterbitkan
Fiskus pun diberi batasan waktu. Pembatasan hak Fiskus
berdasarkan pemeriksaan. Maksud keterangan lain
untuk menagih utang pajak memiliki sejarah yang
tersebut ialah data konkrit yang diperoleh atau dimiliki
menarik dalam ketentuan perpajakan.
oleh Dirjen Pajak, antara lain berupa hasil konfirmasi
Ketika UU KUP pertama diberlakukan, ketentuan
faktur pajak dan bukti pemotongan Pajak Penghasilan.
penagihan pajak diatur pada Pasal 22 UU KUP Nomor 6
Lihat tabel 4.
Tahun 1983. Di dalamnya diatur bahwa penagihan pajak
Hal lain yang masih sama dalam daluwarsa penetapan
dibatasi dalam jangka waktu 5 tahun terhitung sejak saat
SKPKBT ialah sanksi yang akan diterima Wajib Pajak
terhutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian
berupa sanksi administrasi sebesar 48% seiring dengan
tahun pajak, atau tahun pajak yang bersangkutan.
40
Indonesian Tax Review
THE UNTAXABLE
Tabel 4:
Jangka Waktu Daluwarsa Penetapan SKPKBT dalam UU KUP
Pasal 15 ayat (1)
UU Nomor 6 Tahun 1983
Pasal 15 ayat (1)
UU Nomor 9 Tahun 1994
dan UU Nomor 16 Tahun 2000
Pasal 15 ayat (1)
UU Nomor 28 Tahun 2007
Direktur Jenderal Pajak dapat
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Tambahan dalam jangka waktu lima
tahun sesudah saat Pajak terhutang,
berak hirnya masa pajak , Bagian
Tahun Pajak atau Tahun Pajak, apabila
diketemukan data baru dan/atau data
yang semula belum terungkap yang
menyebabkan penambahan jumlah pajak
yang terhutang.
Direktur Jenderal Pajak dapat
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan dalam jangka
waktu sepuluh tahun sesudah saat
pajak terutang, berakhirnya Masa Pajak,
Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak,
apabila ditemukan data baru dan/atau
data yang semula belum terungkap yang
menyebabkan penambahan jumlah pajak
yang terutang.
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun setelah saat terutangnya pajak
atau berakhirnya Masa Pajak, bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak apabila
ditemukan data baru yang mengakibatkan
penambahan jumlah pajak yang terutang
setelah dilakukan tindakan pemeriksaan
dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan.
Tabel 5:
Perpanjangan Daluwarsa Penetapan SKPKBT dalam UU KUP
Pasal 15 ayat (4)
Pasal 15 ayat (4)
Pasal 15 ayat (4)
UU Nomor 6 Tahun 1983
UU Nomor 9 Tahun 1994
UU Nomor 28 Tahun 2007
dan UU Nomor 16 Tahun 2000
Apabila jangka waktu lima tahun Apabila jangka waktu sepuluh tahun Apabila jangka waktu 5 (lima) tahun
sebagaimana dimaksud dalam ayat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(1) telah lewat, Surat Ketetapan Pajak telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Tambahan tetap dapat diterbitkan dalam Bayar Tambahan tetap dapat diterbitkan Bayar Tambahan tetap dapat diterbitkan
hal Wajib Pajak setelah jangka waktu ditambah sanksi administrasi berupa ditambah sanksi administrasi berupa
lima tahun tersebut dipidana, karena bunga sebesar 48 % (empat puluh delapan bunga sebesar 48% (empat puluh delapan
melakukan tindak pidana di bidang persen) dari jumlah pajak yang tidak atau persen) dari jumlah pajak yang tidak atau
perpajakan yang dilakukan mengenai kurang dibayar, dalam hal Wajib Pajak kurang dibayar, dalam hal Wajib Pajak
pajak yang penagihannya telah lewat setelah jangka waktu sepuluh tahun setelah jangka waktu 5 (lima) tahun
waktu, berdasarkan putusan pengadilan tersebut dipidana karena melakukan tersebut dipidana karena melakukan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tindak pidana di bidang perpajakan tindak pidana di bidang perpajakan
tetap.
berdasarkan putusan Pengadilan yang atau tindak pidana lainnya yang dapat
telah memperoleh kekuatan hukum tetap. menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap.
Volume VI/Edisi 18/2013
41
THE UNTAXABLE
Namun, jangka waktu tersebut dapat menjadi lebih lama
berlakunya UU Nomor 9 Tahun 1994. Pasalnya,
tanpa ada batasan waktu jika Wajib Pajak melakukan
tidak hanya jangka waktunya diperpanjang menjadi
tindak pidana perpajakan seperti yang diatur dalam
sepuluh tahun tetapi juga diatur kondisi-kondisi
Pasal 13 ayat (7) dan Pasal 15 ayat (4) UU KUP.
t e r t e n t u ya n g m e n g a k i b a t k a n t e r t a n g g u h n ya
Ke b i j a k a n p e n a g i h a n p a j a k m e m a s u k i e r a
daluwarsa penagihan pajak. Ketentuan tersebut
b a r u d e n g a n d i a m e n d e m e n n ya U U K U P d a n
masih terpelihara dengan baik ketika UU KUP
Tabel 6:
Daluwarsa Penagihan dalam UU KUP
Pasal 22
UU Nomor 6 Tahun 1983
Hak untuk melakukan
penagihan pajak, termasuk
bunga, denda administrasi,
kenaikan, dan biaya
penagihan gugur setelah
lampau waktu lima tahun
terhitung sejak saat
terhutangnya pajak
atau berakhirnya Masa
Pajak, Bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak
yang bersangkutan,
kecuali apabila Wajib Pajak
melakukan tindak pidana
di bidang perpajakan
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (7) dan
Pasal 15 ayat (4).
42
Pasal 22
UU Nomor 9 Tahun 1994
Pasal 22
UU Nomor 16 Tahun 2000
Hak untuk melakukan
penagihan pajak, termasuk
bunga, denda, kenaikan, dan
biaya penagihan, daluwarsa
setelah lampau waktu
sepuluh tahun terhitung
sejak saat terutangnya
pajak atau berakhirnya
Masa Pajak, Bagian Tahun
Pajak atau Tahun Pajak
yang bersangkutan.
Daluwarsa penagihan pajak
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tertangguh apabila:
a. Diterbitkan Surat Teguran
dan Surat Paksa;
b. Ada pengakuan utang
pajak dari Wajib Pajak
baik langsung maupun
tidak langsung;
c. Diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang
Bayar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal
13 ayat (5) atau Surat
Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (4).
Hak untuk melakukan
penagihan pajak, termasuk
bunga, denda, kenaikan,
dan biaya penagihan
pajak, daluwarsa setelah
lampau waktu 10 (sepuluh)
tahun terhitung sejak
saat terutangnya pajak
atau berakhirnya Masa
Pajak, Bagian Tahun Pajak
atau Tahun Pajak yang
bersangkutan.
Daluwarsa penagihan pajak
sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) tertangguh
apabila:
a. Diterbitkan Surat Teguran
dan Surat Paksa;
b. Ada pengakuan utang
pajak dari Wajib Pajak baik
langsung maupun tidak
langsung;
c. Diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang
Bayar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal
13 ayat (5) atau Surat
Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (4).”
Pasal 22
UU Nomor 28 Tahun 2007
Hak untuk melakukan
penagihan pajak, termasuk
bunga, denda, kenaikan,
dan biaya penagihan
pajak, daluwarsa setelah
melampaui waktu 5 (lima)
tahun terhitung sejak
penerbitan Surat Tagihan
Pajak, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar, serta
Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan,
dan Surat Keputusan
Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan,
Putusan Banding, serta
Putusan Peninjauan
Kembali.
Daluwarsa penagihan pajak
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tertangguh apabila:
a. Diterbitkan Surat Paksa;
b. Ada pengakuan utang
pajak dari Wajib Pajak baik
langsung maupun tidak
langsung;
c. Diterbitkan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (5),
atau Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (4);
atau
d. Dilakukan penyidikan
tindak pidana di bidang
perpajakan.
Indonesian Tax Review
THE UNTAXABLE
diubah kembali dengan berlakunya UU Nomor 16
lima tahun setelah terbitnya SKPKB, yaitu pada tahun
Tahun 2000.
2018. Untuk lebih memahami ketentuan daluwarsa
Pasal 22 UU Nomor 16 Tahun 2000 persis sama
penagihan dari masa ke masa, perhatikan tabel 6.
dengan UU Nomor 9 Tahun 1994. Kemudian, pada
amendemen UU KUP yang ketiga, nasib jangka waktu
Penutup
daluwarsa penagihan mengikuti daluwarsa penetapan.
Demikianlah uraian singkat mengenai daluwarsa
Ya, dari awalnya ditetapkan jangka waktu daluwarsa 10
penetapan dan penagihan pajak. Penulis dalam hal
tahun terpangkas menjadi 5 tahun.
ini memberikan perhatian khusus pada penetapan
Namun, hal tersebut bukan pemangkasan waktu
daluwarsa penetapan. Demi menjalankan ketentuan
yang sesungguhnya karena terjadi perubahan patokan
daluwarsa penetapan, pemerintah hendaknya segera
penentuan daluwarsa penagihan. Bila sebelumnya
menerbitkan aturan teknis, misalnya peraturan Dirjen
dihitung dari saat terutangnya pajak atau berakhirnya
Pajak tentang daluwarsa penetapan 2013. Hal ini
masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak yang
mengingat, hingga saat ini belum ada petunjuk teknis
bersangkutan, maka dengan berlakunya UU KUP Nomor
sebagai pelaksana dari Pasal II UU KUP yang mengatur
28 Tahun 2007, daluwarsa penagihan dihitung sejak
tentang daluwarsa penetapan untuk Masa Pajak, Bagian
penerbitan Surat Tagihan Pajak, SKPKB, serta SKPKBT,
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak 2007 dan sebelumnya.
dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Selain itu, aturan hukum tersebut sangat diperlukan
Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan
guna menjamin kepastian hukum. Pasalnya, bila waktu
Kembali.
2013 sudah berakhir, sementara Wajib Pajak yang
Dengan demikian, bila ketetapan tersebut terbit pada
melaporkan SPT Tahunan PPh rugi maupun SPT Masa
detik-detik akhir, jangka waktu daluwarsa penagihan
PPN berstatus Lebih Bayar Kompensasi untuk Tahun
menjadi lebih lama dari lima tahun. Sebagai contoh, bila
Pajak 2007 dan sebelumnya, belum sempat diperiksa,
suatu Wajib Pajak menerima SKPKB untuk PPh badan
bagaimana perlakuannya? Jika sudah ada penetapan
Tahun Pajak 2009 pada tahun 2013. Daluwarsa penagihan
perlakuannya, maka Wajib Pajak tentu akan lebih
atas SKPKB tersebut tidak jatuh pada 2014 melainkan
bernafas lega
Eh Mat, rumah
burung ini bisa kita
kenakan PPh Sewa
bangunan nih !!
Ojo Kelewatan
kamu toh Gus...
Gus...
Volume VI/Edisi 18/2013
43